Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
11, November 2024
Hubungan Kadar Bilirubin Transkutan dengan Bilirubin Serum Total pada ikterus
Neonatorum di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Cut Muliana1, Isra Firmansyah2,
Eka Yunita Amna3, Syafruddin
Haris4, Sulaiman
Yusuf 5, Zaki Akbar6
Universitas Syiah Kuala, Indonesia1,2,3,4,5,6
Email: [email protected]1
Abstrak
Ikterus pada
minggu pertama kehidupan ditemukan 60% pada neonatus cukup bulan dan 80% pada
neonatus kurang bulan. Pemeriksaan kadar bilirubin penting dalam membedakan
hiperbilirubinemia fisiologis dan patologis pada neonatus, juga untuk
menentukan pengobatan pada ikterus neonatorum. Selama ini penentuan kadar
bilirubin dilakukan dengan pemeriksaan serum darah vena, namun memiliki
beberapa efek samping. Pengukuran bilirubin transkutan merupakan metode
non-invasif untuk mengukur kadar bilirubin pada bayi baru lahir. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui korelasi kadar bilirubin transkutan dengan bilirubin
serum total pada ikterus neonatorum di Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik obervasional dengan desain cross sectional. Data dikumpulkan
dari neonatus yang dirawat dalam periode
Januari – Maret 2023. Subjek
penelitian merupakan neonatus yang mengalami ikterus neonatorum dan menjalani pemeriksaan kadar bilirubin serum
total dan kadar bilirubin transkutan
dengan interval waktu maksimal 30 menit antara kedua pemeriksaan
tersebut. Semua subjek penelitian belum pernah mendapatkan
fototerapi. Total 30 sampel
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Rerata kadar
bilirubin serum total 14,46 ± 3,36 mg/dL dan rerata kadar bilirubin transkutan
12,50 ± 3,55 mg/dL pada dahi serta 13,10 ± 3,25 mg/dL pada sternum. Koefisien
korelasi antara kadar bilirubin serum total dengan bilirubin transkutan adalah
0,85 pada dahi dan 0,88 pada sternum, p<0,000. Pada penelitian ini
didapatkan kadar bilirubin transkutan memiliki korelasi yang baik dengan
bilirubin serum total sehingga dapat digunakan sebagai alat skrining untuk
memperkirakan kadar bilirubin serum total pada ikterus neonatorum. Pemeriksaan
kadar bilirubin transkutan pada sternum memiliki akurasi yang lebih baik
dibandingkan pada dahi.
Kata Kunci: Bilirubin serum total, bilirubin transkutan,
ikterus neonatorum
Abstract
Jaundice in the first week of life is found in 60% of
term neonates and 80% of preterm neonates. Measurement of bilirubin levels is
important in differentiation between physiological to pathological
hyperbilirubinemia in neonates, also for determining the treatment of neonatal
jaundice. So far, the determination of bilirubin levels is done by examining
venous blood serum, but it has side effects. Transcutaneous bilirubin
measurement is a non-invasive methods for measure
bilirubin level in newborn. To determine the correlation between transcutaneous
bilirubin levels and total serum bilirubin levels in neonatal jaundice. This
research uses an observational analytical approach with a cross
sectional design. Data were collected from patients treated in the
period January – March 2023. Research subjects were neonates who experienced
neonatal jaundice and underwent examination of total serum bilirubin levels and
transcutaneous bilirubin levels with a maximum time interval of 30 minutes
between the two examinations. All research subjects had never received
phototherapy. Thirty neonates were included. The mean total serum bilirubin
level was 14.46 ± 3.63 mg/dL and the mean transcutaneous bilirubin level was
12.50 ± 3.55 mg/dL on the forehead and 13.10 ± 3.25 mg/dL on the sternum. The
correlation coefficient between total serum bilirubin and transcutaneous
bilirubin was 0.85 on the forehead and 0.88 on the sternum, p<0.000.
Transcutaneous bilirubin has a good correlation compared to total serum bilirubin as a
screening tool for estimating total serum bilirubin levels in neonatal
jaundice. TcB measurement at the sternum has better
accuracy than the forehead.
Keywords: Total serum bilirubin, transcutaneous bilirubin,
neonatal jaundice.
Pendahuluan
Ikterus
neonatorum merupakan salah satu
masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir. Ikterik
pada minggu pertama kehidupan ditemukan sebanyak 60% pada neonatus cukup bulan dan 80% pada neonatus kurang bulan (Mansouri et al., 2015). Ikterus neonatorum didefinisikan sebagai warna kekuningan
pada sklera dan kulit neonatus yang disebabkan oleh akumulasi bilirubin (Althomali et al., 2018). Perubahan warna kekuningan atau ikterik pada kulit terlihat saat kadar
bilirubin serum meningkat pada neonatus.
Ikterik mulai dari wajah dan berlanjut hingga ekstremitas.
Peningkatan
kadar bilirubin yang signifikan
bersifat toksik dan dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat. Ensefalopati
dan kernicterus merupakan komplikasi
serius yang disebabkan oleh
hyperbilirubinemia (Althomali et al., 2018). Pengukuran kadar bilirubin sangat
penting dalam menentukan penanganan ikterus neonatorum. Pengukuran kadar bilirubin dapat dilakukan secara visual dan metode Kramer, pemeriksaan
bilirubin transkutan, dan pemerikaan
kadar bilirubin serum (Mansouri et al., 2015; Wan et al., 2016).
Pemeriksaan
secara visual dan metode
Kramer sulit diterapkan
pada neonatus kulit berwarna gelap karena memiliki bias penilaian yang besar (Chimhini et al., 2018). Selama ini, untuk mengetahui
kadar bilirubin harus dilakukan dengan pengambilan darah vena sehingga tidak semua orang tua bersedia memeriksakan kadar bilirubin anaknya. Pemeriksaan kadar bilirubin transkutan merupakan pemeriksaan bilirubin secara non-invasif menggunakan bilirubinometri transkutan. Keuntungan dari pemeriksaan ini dapat mengurangi komplikasi akibat pengambilan sampel darah seperti anemia dan peningkatan risiko infeksi, mengurangi kecemasan orang tua dan biaya laboratorium (Ahmed et al., 2010; Hafeez & Iqbal, 2019;
Rohsiswatmo et al., 2018).
Terdapat
variasi yang signifikan diantara berbagai instrumen untuk pengukuran kadar bilirubin transkutan. Instrumen baru harus selalu
dibandingkan dengan alat baku emas
berupa bilirubin serum total ketika
bilirubin transkutan digunakan
sebagai pengganti bilirubin
serum total secara klinis, untuk memastikan korelasi yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan kadar bilirubin transkutan dengan kadar bilirubin serum
total pada ikterus neonatorum di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional
untuk mengetahui hubungan kadar bilirubin transkutan dengan bilirubin serum
total pada ikterus neonatorum. Penelitian ini dilakukan di ruang Neonatal
Intensive Care Unit (NICU) Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada bulan Januari sampai Maret 2023. Kriteria
inklusi adalah usia 0 sampai 28 hari, berat badan ≥ 1500 gram, dan usia kehamilan ≥ 35 minggu. Neonatus yang telah
mendapatkan fototerapi atau transfusi tukar dan memiliki kelainan pada kulit
dahi dan tulang dada dieksklusikan dari penelitian ini. Kadar bilirubin
transkutan diukur menggunakan jaundice-meter Draeger JM-105 pada dahi dan
sternum dalam waktu 30 menit setelah pengambilan sampel bilirubin serum total.
Pengukuran kadar bilirubin transkutan pada masing-masing sisi dilakukan
sebanyak 3 kali dan dicatat rata-rata nilai tersebut. Total kadar bilirubin
serum diperiksa di laboratorium rumah sakit dr. Zainoel Abidin menggunakan
metode Evelyn Diazo-P-nitrobenzenediazonium (NBD).
Data demografi, nilai bilirubin transkutan, dan
bilirubin serum total dianalisis menggunakan SPSS versi 25.0. Analisis regresi
linier Pearson digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara bilirubin
transkutan dengan bilirubin serum total. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komite Etik
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala dan Komite Etik RSUD Dr. Zainoel
Abidin.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 subjek dan didapatkan 17(56,7%) bayi laki-laki dan 13 (43,3%) perempuan. Sebagian besar 21 bayi (70%) memiliki berat badan > 2500 gram. Sectio caesarea merupakan
jenis persalinan dominan dalam penelitian
ini, yaitu 21 bayi (70%) dengan usia gestasi rata-rata cukup bulan (37,80 ± 1,24 (minggu)). Rerata kadar
bilirubin serum total sebesar 14,46 mg/dL, sedangkan kadar bilirubin transkutan
12,50 mg/dL pada dahi serta 13,10 mg/dL pada sternum. Karakteristik dasar subjek penelitian tersaji dalam Tabel 1.
Berdasarkan
analisis korelasi Pearson didapatkan hubungan yang sangat kuat antara kadar
bilirubin transkutan pada dahi dan sternum dengan bilirubin serum total dengan
nilai signifikasi yang bermakna (r:0,85 dan r:0,88 (p <0,000)) seperti pada
Tabel 2. Kadar bilirubin transkutan pada sternum memiliki hubungan lebih kuat
daripada dahi dengan arah korelasi positif berdasarkan grafik scatterplot (Gambar 1). Berdasarkan uji
logistik regresi linier sederhana didapatkan konstanta (a) sebesar 3,50 pada
dahi dan 1,56 pada sternum. Koefisien regresi pada dahi dan sternum masing-masing sebesar
0,877 dan 0,985.
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
Variabel |
Nilai |
Jenis
Kelamin n(%) Laki-laki Perempuan |
17 (56,7%) 13 (43,3%) |
Jenis
persalinan n(%) Sectio caesarea Pervaginam |
21 (70%) 9 (30%) |
Usia Gestasi (minggu), Min-Max, Mean±SD |
35-40, 37,80 ± 1,24 |
Berat badan (gram), Min-Max, Mean±SD |
1900-3600, 2879 ± 413,44 |
Bilirubin serum total (mg/dL), Min-Max, Mean±SD |
8,90-23,37, 14,46 ± 3,63 |
Bilirubin transkutan
dahi (mg/dL), Min-Max, Mean±SD |
6,80-20, 12,50 ± 3,55 |
Bilirubin transkutan
sternum (mg/dL), Min-Max, Mean±SD |
7,45-20, 13,10 ± 3,25 |
Tabel 2. Analisis korelasi kadar bilirubin transkutan dengan bilirubin serum
total
Mean ± SD bilirubin transkutan (mg/dL) |
Mean ± SD bilirubin serum total (mg/dL) |
Koefisien korelasi (r) |
Nilai p |
|
Dahi |
12,50 ± 3,55 |
14,46 ± 3,63 |
0,85 |
0,000 |
Sternum |
13,10 ± 3,25 |
0,88 |
0,000 |
Gambar 1. Grafik scatter plot korelasi antara kadar bilirubin serum
total dengan bilirubin transkutan
pada sternum (A) dan pada dahi (B). BST: bilirubin
serum total; BT: bilirubin transkutan; Y: estimasi bilirubin serum; X: kadar
bilirubin transkutan yang diperiksa;
R2: koefisien determinasi.
Pembahasan
Pengukuran
bilirubin serum merupakan pemeriksaan
baku emas untuk mendeteksi dan menentukan hiperbilirubinemia. Namun, pengambilan darah secara rutin pada neonatus dapat menyebabkan nyeri, infeksi lokal, dan anemia terutama pada bayi baru lahir prematur
dan pengambilan sampel darah yang sering. Selain itu juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada bayi dan kecemasan pada orang tua (Aranda et al., 2017; Jegathesan et al., 2021).
Pemeriksaan
kadar bilirubin transkutan merupakan teknik skrining yang dapat diandalkan karena dapat memperoleh hasil yang cepat dan non-invasif. Keuntungan dari pemeriksaan ini antara lain dapat mengurangi komplikasi akibat pengambilan sampel darah seperti anemia dan peningkatan risiko infeksi, mengurangi kecemasan orang tua dan biaya laboratorium. Proses awal untuk mendeteksi
hiperbilirubinemia menjadi lebih mudah dan cepat dengan tersedianya
pemeriksaan bilirubin transkutan
sebagai skrining awal.(Hafeez & Iqbal, 2019; Kurnianto et al., 2017).
Penelitian
Mansouri dkk1 didapatkan korelasi
yang sangat kuat antara pengukuran bilirubin transkutan
dan bilirubin serum total terhadap 200 neonatus (r:0,89). Penelitian
lain terhadap 490 neonatus dengan berat badan diatas 2,5 kg juga memiliki korelasi yang sangat kuat
(r:0,91) antara bilirubin transkutan
dan bilirubin serum total. Penelitian Kumar terhadap 100 neonatus didapatkan hubungan yang sangat kuat antara bilirubin transkutan dan bilirubin serum total pada neonatus dengan berat badan diatas 2,5 kg (r:0,91)
(Kumar & Kumar, 2022). Namun, penelitian Tiwari & Pise, (2019) di India didapatkan korelasi yang lebih rendah yaitu
r:0,68.
Tingkat akurasi hasil pengukuran bilirubin transkutan bervariasi tergantung pada bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan bilirubin transkutan dalam penelitian ini dilakukan pada dahi dan sternum dengan kadar bilirubin rerata 12,50 ±
3,55 mg/dL dan 13,10 ± 3,25 mg/dL. Penelitian Vasava & Dagli, (2018) didapatkan bahwa terdapat korelasi yang kuat (p<0,01) antara pemeriksaan bilirubin transkutan
dan bilirubin serum total pada 3 tempat, yaitu sternum, dahi, dan perut. Dahi dan sternum memiliki korelasi paling kuat dibandingkan pada bagian perut (Vasava & Dagli, 2018). Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian El-Kabbany et al., (2017) yang menunjukkan hubungan sangat kuat antara bilirubin transkutan pada dahi dan sternum dengan bilirubin serum total dengan
koefisien korelasi lebih dari 0,95. Berdasarkan analisa korelasi Pearson didapatkan hubungan yang sangat kuat antara kadar bilirubin transkutan pada dahi dan sternum dengan bilirubin serum total (r:0,85 dan r:0,88). Sternum merupakan tempat pemeriksaan bilirubin transkutan
yang direkomendasikan pada penelitian
ini karena memiliki koefisien korelasi lebih besar. Kulit di atas sternum biasanya lebih terlindungi dari sinar sehingga
memungkinkan memiliki korelasi yang lebih besar daripada di dahi. Paparan sinar pada kulit dapat mempengaruhi hasil
bilirubin transkutan (Vasava & Dagli, 2018).
Penelitian
El-Kabbany et al., (2017) didapatkan bahwa pengukuran bilirubin transkutan
pada dahi lebih akurat pada neonatus cukup bulan, sedangkan
neonatus kurang bulan lebih akurat
pada sternum. Namun, pada penelitian
oleh Lucanova et al., (2021)didapatkan hubungan korelasi yang tidak jauh berbeda antara
pemeriksaan kadar bilirubin
transkutan pada dahi dan
sternum pada bayi cukup bulans (r:0,95 dan r:0,92). Oleh sebab
itu, berdasarkan hasil penelitian ini direkomendasikan pemeriksaan kadar bilirubin transkutan pada dahi atau sternum dapat dilakukan pada bayi cukup bulan (Lucanova et al., 2021). Penelitian lain dari Chawla dkk16
pada 256 neonatus prematur didapatkan korelasi yang sama kuat antara
dahi dan sternum. Hal yang berbeda
didapatkan dari penelitian Vasava & Dagli, (2018) yaitu pemeriksaan pada dahi lebih akurat
baik pada neonatus cukup bulan maupun
kurang bulan.
Menurut
penelitian yang dilakukan
oleh Jones et al., (2017) didapatkan bahwa Draeger JM-105
paling akurat memprediksi kadar bilirubin serum total saat digunakan pada sternum dibandingkan
dengan dahi. Bilirubinometri Draeger JM-105 direkomendasikan
untuk skrining atau pemeriksaan awal pada bayi yang mengalami icterus (Jones et al., 2017). Drager
JM-105 menggunakan 2 panjang
gelombang dan sistem jalur optik ganda.
Alat ini memiliki dua sinar optik, yaitu
yang menjangkau area jaringan
subkutan superfisial dan
yang dapat menembus lapisan yang lebih dalam. Perbedaan antara kerapatan optik dideteksi dengan fotosel warna biru dan hijau. Bilirubin terakumulasi terutama di jaringan subkutan yang lebih dalam sehingga pengaruh pigmen lain di kulit, seperti melanin dan hemoglobin berkurang
(Kurnianto et al., 2017).
Kadar bilirubin yang lebih tinggi, penting secara klinis, tidak dapat diprediksi
dengan bilirubin transkutan
secara akurat karena keterbatasan alat sehingga dapat
menyebabkan komplikasi seperti ensefalopati bilirubin. Pemeriksaan kadar bilirubin serum
pada neonatus dengan hasil bilirubin transkutan lebih besar dari
250 umol/L (14,62 mg/dL) direkomendasikan
oleh NICE. Menurut American Academy of Pediatrics
(AAP), bilirubin transkutan dapat
menggantikan bilirubin serum total terutama untuk kadar bilirubin serum kurang dari 15 mg/dL (257 umol/L). Oleh karena itu, dokter
dapat melakukan pemeriksaan kadar bilirubin serum
jika didapatkan hasil pengukuran bilirubin transkutan di atas 14-15 mg/dL, nilai aktual tergantung
pada masing-masing laboratorium (Moey, 2017; Wan et al., 2016).
Pada penelitian ini didapatkan kadar bilirubin transkutan tertinggi 20 mg/dL, sehingga kadar bilirubin di atas 20 mg/dL tidak dapat terdeteksi oleh alat bilirubin transkutan.
Penelitian
kami memiliki keterbatasan,
yaitu Penelitian ini memiliki jumlah
sampel yang sedikit dan dilaksanakan pada satu tempat. Sampel neonatus yang kurang bulan dan berat badan rendah tidak analisa
terpisah sehingga tidak dapat dinilai
hubungan berdasarkan usia gestasi dan berat badan. Bilirubin transkutan
hanya mencapai nilai maksimal 20 mg/dL sehingga nilai bilirubin serum diatas 20 mg/dL tidak dapat diprediksi dengan bilirubin transkutan.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis diperoleh Kesimpulan bahwa pemeriksaan bilirubin transkutan dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining pada ikterus neonatorum.
Sternum merupakan tempat pemeriksaan kadar bilirubin transkutan yang direkomendasikan.
BIBLIOGRAFI
Ahmed, M.,
Mostafa, S., Fisher, G., & Reynolds, T. M. (2010). Comparison between
transcutaneous bilirubinometry and total serum bilirubin measurements in
preterm infants< 35 weeks gestation. Annals of Clinical Biochemistry,
47(1), 72–77.
Althomali, R., Aloqayli, R., Alyafi, B., Nono, A., Alkhalaf,
S., Aljomailan, A., AlHarbi, H., Alqahtani, A., Alherz, H., & Aldebani, M.
(2018). Neonatal jaundice causes and management. Int J Commun Med Public
Heal, 5(11), 4992–4996.
Aranda, C. C., Torrubia, D. B., & Álvarez, L. C. (2017).
Determining the correlation and accuracy of three methods of measuring neonatal
bilirubin concentration: serum, capillary and transcutaneous bilirubin. Biomed
J Sci & Tech Res., 1(3), 722–726.
Chimhini, G. L. T., Chimhuya, S., & Chikwasha, V. (2018).
Evaluation of transcutaneous bilirubinometer (DRAEGER JM 103) use in Zimbabwean
newborn babies. Maternal Health, Neonatology and Perinatology, 4,
1–7.
El-Kabbany, Z. A., Toaima, N. N., & Shedid, A. M. (2017).
Implementation and validating transcutaneous bilirubinometry for neonates. Egyptian
Pediatric Association Gazette, 65(2), 38–42.
Hafeez, A., & Iqbal, M. (2019). Mean difference between
transcutaneous and serum bilirubin measurements. Pakistan Journal of
Medicine and Dentistry, 8(2).
Jegathesan, T., Campbell, D. M., Ray, J. G., Shah, V.,
Berger, H., Hayeems, R. Z., Sgro, M., & NeoHBC. (2021). Transcutaneous
versus total serum bilirubin measurements in preterm infants. Neonatology,
118(4), 443–453.
Jones, D. F., McRea, A. R., Knowles, J. D., Lin, F.-C.,
Burnette, E., Reller, L. A., & Lohr, J. A. (2017). A prospective comparison
of transcutaneous and serum bilirubin within brief time intervals. Clinical
Pediatrics, 56(11), 1013–1017.
Kumar, D., & Kumar, D. (2022). A prospective comparison
of serum and transcutaneous bilirubin in Indian neonates. Journal of
Pediatric Intensive Care, 11(02), 100–104.
Kurnianto, A., Bermawi, H., Darmawanti, A., & Bahar, E.
(2017). Transcutaneous billirubinometry to estimate total serum bilirubin in
neonatal jaundice. Paediatrica Indonesiana, 57(1), 8–11.
Lucanova, L. C., Zibolenova, J., Matasova, K., Docekalova,
L., & Zibolen, M. (2021). Accuracy of enhanced transcutaneous
bilirubinometry according to various measurement sites. Turkish Archives of
Pediatrics, 56(1), 15.
Mansouri, M., Mahmoodnejad, A., Taghizadeh Sarvestani, R.,
& Gharibi, F. (2015). A comparison between transcutaneous bilirubin (TcB)
and total serum bilirubin (TSB) measurements in term neonates. International
Journal of Pediatrics, 3(3.1), 633–641.
Moey, P. K. S. (2017). Transcutaneous bilirubin measurement
to estimate serum bilirubin in neonates in a multi-ethnic cohort: a literature
review. Proceedings of Singapore Healthcare, 26(1), 42–57.
Rohsiswatmo, R., Oswari, H., Amandito, R., Sjakti, H. A.,
Windiastuti, E., Roeslani, R. D., & Barchia, I. (2018). Agreement test of
transcutaneous bilirubin and bilistick with serum bilirubin in preterm infants
receiving phototherapy. BMC Pediatrics, 18, 1–7.
Tiwari, M. M., & Pise, H. N. (2019). Comparative study
between serum and transcutaneous bilirubin measurements in new-borns. Int J
Contemp Pediatr, 6(2), 817–822.
Vasava, S., & Dagli, P. P. (2018). Transcutaneous
bilirubinometry: Influence of gestational age and measurement site. Sri
Lanka Journal of Child Health, 47(1).
Wan, A. S. L., Daud, S. M., Teh, S. H., Choo, Y. M., &
Kutty, F. M. (2016). Management of neonatal jaundice in primary care. Malaysian
Family Physician: The Official Journal of the Academy of Family Physicians of
Malaysia, 11(2–3), 16.
Copyright
holder: Cut Muliana,
Isra Firmansyah, Eka Yunita
Amna, Syafruddin Haris, Sulaiman
Yusuf, Zaki Akbar (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |