Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
10, Oktober 2024
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
DENGAN METODE EVA, MVA, DAN SVA (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN SUBSEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2021-2023
Liska Imelda1, Wulan Rezky Amalya2
Universitas Teknokrat Indonesia, Bandar
Lampung, Indonesia1,2
Email: [email protected]1,
[email protected]2
Abstrak
Perusahaan subsector food and beverage (f&b) adalah perusahaan manufaktur terbesar dibandingkan subsektor lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman sangat penting bagi pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Selain itu, industri ini
memiliki prospek yang
sangat cerah karena sebagian besar masyarakat bergantung pada makanan dan minuman untuk bertahan hidup. Akibatnya, beberapa investor bersedia menaruh uangnya ke dalam bisnis
ini. karena ada banyak ruang
untuk tumbuh dan berkembang bagi perusahaan makanan dan minuman, salah satu kategori sektor industri di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
dan memahami modal kerja perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode Economic Value
Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Shareholder Value Added (SVA) pada tahun 2021–2023. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan populasi dan sampel yaitu pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dari hasil penelitian
didapat bahwa perusaahaan sunsektor makanan dan minuman paeriode 2021-2023 rata-rata bernilai
potif dari segi EVA, MVA, dan SVA, yang berarti
kinerja keuangan perusahaan-perusahaan tersebut baik.
Kata kunci: EVA, MVA, SVA
Abstract
The food and
beverage (F&B) subsector is the largest
manufacturing company compared to any other subsector. This shows that the food
and beverage industry is very important for Indonesia's economic growth. In
addition, the industry has very bright prospects as most of the people depend
on food and beverages to survive. As a result, some investors are willing to
put their money into this business. because there is a lot of room to grow and
develop for food and beverage companies, one of the industrial sector
categories on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The purpose of this study is
to analyze and understand the working capital of food and beverage companies
listed on the Indonesia Stock Exchange using the Economic Value Added (EVA),
Market Value Added (MVA), and Shareholder Value Added (SVA) methods in
2021–2023. This type of research is a quantitative
descriptive research with population and samples, namely in food and
beverage sub-sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange. From the
results of the study, it was found that the average potential value of
companies in the food and beverage sector in 2021-2023 was in terms of EVA,
MVA, and SVA, which means that the financial performance of these companies is
good.
Keywords: EVA, MVA, SVA
Pendahuluan
Perusahaan subsector food
and beverage (f&b) adalah
perusahaan manufaktur terbesar dibandingkan subsektor lainnya (Food, 2023). Hal ini menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, industri ini
memiliki prospek yang
sangat cerah karena sebagian besar masyarakat bergantung pada makanan dan minuman untuk bertahan hidup. Karena makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok, masyarakat akan selalu membutuhkannya. Di bandingkan dengan sub-sektor lain, sub-sektor perusahaan makanan dan minuman memiliki keunggulan karena bisnis ini dapat
berkembang dalam iklim ekonomi Indonesia yang tidak dapat diprediksi,
bahkan selama krisis (Susilo et al., 2021). Akibatnya, beberapa investor bersedia menaruh uangnya ke dalam bisnis
ini. karena ada banyak ruang
untuk tumbuh dan berkembang bagi perusahaan makanan dan minuman, salah satu kategori sektor industri di Bursa Efek Indonesia
(BEI) (Kusumawati et al., 2024;
Wulandari et al., 2022)
Analisis rasio keuangan
adalah salah satu teknik standar yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan dan menilai kinerja keuangannya. Pada kenyataannya, rasio keuangan tidak selalu secara
akurat mencerminkan status
dan posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya, meskipun analisis rasio keuangan memiliki berbagai tujuan dan membantu dalam pengambilan keputusan untuk bisnis (Haq et al., 2024). Analisis rasio keuangan telah digunakan untuk mengukur efektivitas keuangan, namun kelemahan utamanya adalah bahwa analisis ini mengabaikan biaya modal, sehingga gagal mempertimbangkan bahaya yang dihadapi perusahaan. Gagasan untuk mengukur efektivitas keuangan berdasarkan nilai tambah-khususnya Market Value Added (MVA) dan Economic
Value Added (EVA)-dibentuk untuk
mengatasi kekurangan analisis rasio keuangan. (Safira Nada & Usman
Susanti, 2021) (Sahban & Se, 2018). Gagasan Economic
Value Added dan Market Value Added, yang ditemukan
oleh Stern Stewart & Co. pada tahun 1990, menandai awal mula
konsep nilai tambah (Irfani, 2020). Irfani (2020) menyatakan bahwa seiring perkembangan
ilmu pengetahuan, muncul pula konsepsi nilai tambah yang lain, seperti Shareholder Value Added (SVA), yang dikembangkan oleh (Purwaningsih & SE,
2023) dan merupakan modifikasi dari konsepsi EVA dan MVA.
Manajemen harus meningkatkan
nilai perusahaan ketika menggunakan pengukuran kinerja berbasis nilai. Paradigma pengukuran nilai tambah yang paling banyak mendapat perhatian dalam tulisan dan penelitian adalah Economic Value
Added (EVA) (Midfi et al., 2021), sedangkan Shareholder Value
Added (SVA) belum banyak penelitian yang menggunakan metode tersebut (Ramadani et al., 2024). SVA didefinisikan sebagai kelebihan nilai pasar saham biasa pada periode saat ini atas
nilai pasar saham pada periode sebelumnya, yang menghasilkan nilai tambah bagi pemegang
saham (Irfani, 2020).Nilai tambah pasar atau MVA, dari modal perusahaan adalah selisih antara nilai pasar dan nilai buku ekonomi. MVA yang positif
mengindikasikan adanya peningkatan kekayaan pemilik, pemegang saham, atau
investor. (Handayani,
2023). Sebaliknya, MVA negatif
menunjukkan bahwa bisnis tidak menambah nilai ekonomi bagi pemiliknya (Rahadjeng,
2019). Metode baru untuk mengevaluasi
kinerja keuangan yang disebut Sherholder
Value Added (SVA) yaitu bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam
menciptakan nilai tambah bagi pemegang sahamnya (Ramadani
et al., 2024). SVA dihitung dengan mengurangi
laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) dari biaya modal.
Menurut sebuah penelitian, dari
enam perusahaan yang diteliti menggunakan metode EVA, hanya PT Sariguna
Primartirta Tbk yang memperoleh nilai positif (EVA>0), yang mengindikasikan
bahwa perusahaan tersebut mampu menciptakan nilai tambah ekonomis. Lima
perusahaan lainnya yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Buyung Poetra
Sembada Tbk, PT Mayora Indah Tbk, dan PT Tunas Baru Lampung memperoleh nilai
negatif dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 yang mengindikasikan bahwa
perusahaan belum mampu menciptakan nilai tambah ekonomis. Namun setiap perusahaan mengalami kesuksesan
ketika menggunakan pendekatan MVA. Perusahaan yang dapat meningkatkan nilai
modal yang diinvestasikan oleh penyandang dana dikatakan memiliki nilai MVA
yang positif (MVA > 0) (Paledung
et al., 2021).
Penelitian yang dilakukan oleh
Sunardi (2020) mengindikasikan bahwa PT Holcim Indonesia Tbk tidak memiliki
kinerja yang baik, yang ditunjukkan dengan angka Economic Value Added (EVA)
yang negatif selama periode 2013-2018. Di sisi lain, nilai positif menunjukkan
bahwa PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, dan PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan bisnis yang menguntungkan. Statistik Market Value Added (MVA) yang negatif menunjukkan bahwa PT Semen Baturaja (Persero)
Tbk dan PT Holcim Indonesia Tbk
berkinerja buruk. Hasil positif menunjukkan bahwa PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk berkinerja baik. Studi ini
menunjukkan bahwa Economic
Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) industri
semen Indonesia secara gabungan
mencapai 12,17%, yang mengindikasikan
kinerja yang baik secara keseluruhan.
Selisih antara nilai
pasar dan nilai buku ekonomis modal perusahaan dikenal sebagai nilai tambah pasar atau MVA. Peningkatan kekayaan pemilik perusahaan, atau pemegang saham dan investor, tercermin dalam MVA positif. Sebaliknya, MVA negatif menunjukkan bahwa bisnis tidak
menambah nilai ekonomi bagi pemiliknya.
Shareholder Value Added (SVA) merupakan pendekatan baru dalam mengukur
laba operasi yang dihasilkan perusahaan yang lebih besar daripada
biaya pendanaannya(Masyiyan &
Isynuwardhana, 2019).
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
kinerja keuangan perusahaan pada subsektor makanan dan minuman selama periode 2021-2023 dengan menggunakan metode Economic Value
Added (EVA), Market Value Added (MVA),
dan Shareholder Value Added (SVA).
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini ialah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan memberi gambaran mengenai kondisi objek yang akan diteliti menggunakan
metode nilai tambah (value added based) untuk menginterpretasikan dan mendeskripsikan
seberapa baik atau buruk kinerja
keuangan perusahaan. Perusahaan
subsector makanan dan minuman
yang tercatat di BEI periode
2021-2023 menjadi objek
pada penelitian ini.
Populasi pada penelitian ini yaitu perusahaan
subsector makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI periode
2021-2023 dengan total 95 perusahaan.
Sebanyak 78 laporan keuangan dari 26 perusahaan diperoleh melalui pendekatan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder yang diperoleh melalui website https://www.idx.co.id/.
Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Economic Value Added (EVA)
Tabel 1. Rumus
Economic Value Added
KOMPONEN EVA |
RUMUS |
NOPAT |
EBIT - pajak |
IC |
(Total Liabilitas dan Ekuitas) – Liabilitas Jangka Pendek |
D |
|
rd |
|
Tingkat pajak |
|
E |
|
re |
|
WACC |
{d x rd(1-Tax)}+(E x
re) |
CC |
Invested capital x WACC |
EVA |
NOPAT - CC |
Keterangan:
NOPAT :
Net Operating Profit After Tax (Laba operasi bersih
setelah pajak)
IC : Invested
Capital
D : Biaya Modal Hutang
rd : Presentase hutang dalam struktur
modal tax : pajak
E : Biaya modal ekuitas
re : persentase biaya modal
pada struktur modal
WACC : Weighted Average
Cost of Capital (baiaya modal rata-rata tetimbang)
CC : Capital
Charges
Dari pengukuran
diatas, perhitungan EVA dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 2. Makna Nilai EVA
Nilai EVA |
Gambaran Kinerja Perusahaan |
EVA >
0 |
Margin laba operasi lebih tinggi dari biaya modal.
Hal ini menunjukkan bahwa bisnis tersebut dapat memberikan nilai tambah
secara ekonomis. |
EVA <
0 |
Margin laba operasi lebih rendah dari biaya modal.
Ini menunjukkan ketidakmampuan perusahaan untuk memberikan nilai tambah
ekonomis. |
EVA = 0 |
Hanya laba operasi yang dapat membayar biaya modal. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum menghasilkan laba. Perusahaan membayarkan kewajiban kepada penyandang dana. |
Market Value Added (MVA)
Tabel 3. Rumus Market Value
Added
KOMPONEN MVA |
RUMUS |
Market Value |
Saham beredar x harga saham |
Invested Capital (IC) |
(total liabilitas dan ekuitas) – liabilitas
jangka pendek |
MVA |
Nilai Pasar - IC |
Keterangan:
Market Value :
Nilai Pasar/Nilai Perusahaan
IC :
Modal yang diinvestasikan
Dari
pengukuran diatas, maka perhitungan MVA dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4. Makna nilai MVA
NILAI MVA |
Gambaran Kinerja Perusahaan |
MVA > 0 |
berarti bahwa bisnis tersebut dapat meningkatkan nilai dana yang telah dikontribusikan oleh para
investor. |
MVA = 0 |
Titik impas |
MVA < 0 |
Bisnis tidak dapat menawarkan
nilai tambahan apa pun kepada investor. |
Shareholder Value Added (SVA)
Tabel 5. Rumus
Shareholder Value Added
KOMPONEN FVA |
RUMUS |
NOPAT |
EBIT – Beban Pajak |
WACC |
{d x rd(1-Tax)}+(E x re) |
CC |
Invested capital x WACC |
SVA |
NOPAT – (WACC x CC) |
Berdasarkan rumus diatas, maka perhitungan SVA dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 6. Makna Nilai SVA
NILAI SVA |
Gambaran Kinerja Perusahaan |
SVA > 0 |
mengindikasikan bahwa dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kemakmuran pemegang saham biasa perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan. |
SVA < 0 |
mengindikasikan bahwa dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kemakmuran pemegang saham biasa perusahaan mengalami penurunan yang signifikan. |
Hasil dan Pembahasan
Economic
Value Added (EVA)
Table 7. Hasil Perhitungan Economic Value Added Perusahaan Subsektor
Makanan dan Minuman periode 2021-2023
No |
Nama Perusahaan |
Tahun |
||
2021 |
2022 |
2023 |
||
1 |
PT. ASTRA AGRO
LESTARI TBK |
2.067.196 |
1.791.862 |
1.088.072 |
2 |
PT. AKASHA WIRA INTERNATIONAL TBK |
54.108 |
56.153 |
56.493 |
3 |
PT. FKS FOOD SEJAHTERA TBK |
-9.692
|
-1.827
|
-2.228
|
4 |
PT. BISI INTERNASIONAL TBK |
342.803 |
475.307 |
61.065 |
5 |
PT. FORMOSA INGREDIENT FACTORY TBK |
960.948 |
1.566.111 |
1.952.179 |
6 |
PT BUMI TEKNOKULTURA UNGGUL TBK |
-555.265
|
-1.134.178
|
-839.172
|
7 |
PT BUDI STARCH & SWEETENER TBK |
-47.663
|
-43.508
|
-45.476
|
8 |
PT WILMAR CAHAYA INDONESIA TBK |
31.197.593 |
17.486.134 |
17.599.355 |
9 |
PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA TBK |
537.427 |
395.891 |
136.609 |
10 |
PT CENTRAL
PROTEINA PRIMA TBK |
421.228 |
-139.821
|
-40.767
|
11 |
PT DHARMA SAMUDERA FISHING INDUSTRIES TBK |
2.048.169 |
3.130.677 |
-274.363
|
12 |
PT GOZCO PLANTATIONS TBK |
740.703 |
-37.092
|
-14.334
|
13 |
PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK |
-6.587.914
|
-9.259.484
|
-3.563.215
|
14 |
PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK |
-488.959
|
-469.697
|
-654.040
|
15 |
PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA
INDONESIA TBK |
57.497 |
58.093 |
33.380 |
16 |
PT MALINDO FEEDMILL TBK |
-98.937
|
-95.619
|
-42.249
|
17 |
PT MULTI BINTANG INDONESIA TBK |
374.438 |
584.306 |
575.460 |
18 |
PT MAYORA INDAH TBK |
61.540 |
115.702 |
118.578 |
19 |
PT SAMPOERNA AGRO
TBK (SGRO) |
-510.462
|
-436.733
|
-362.346
|
20 |
PT SEKAR BUMI TBK(SKBM) |
-3.845
|
18.266 |
-2.915
|
21 |
PT SEKAR LAUT TBK (SKLT) |
14.762 |
18.876 |
6.859 |
22 |
PT SIANTAR TOP TBK (STTP) |
69.696 |
72.167 |
84.152 |
23 |
PT TUNAS BARU LAMPUNG TBK (TBLA) |
-843.838
|
-489.258
|
-1.015.410
|
24 |
PT TIGARAKSA SATRIA TBK |
183.521 |
204.145 |
183.729 |
25 |
PT ULTRA JAYA MILK INDUSTRY TBK |
44.031 |
113.143 |
72.009 |
26 |
PT BHAKRIE SUMATERA PLANTATIONS TBK
(UNSP) |
-22.875.515.590
|
-188.308.234.875
|
-4.121.051.804
|
Dari tabel di atas terlihat adanya fluktuasi perolehan nilai Economic Value Added (EVA) perusahaan subsektor makanan dan minuman pada tahun penelitian. Pada tahun 2021, rata-rata perolehan EVA adalah sebesar Rp. 880.991.527. Nilai EVA terendah diperoleh PT. Bakhrie Sumatera Plantations Tbk sebesar Rp. (22.875.750.608) yang disebabkan rendahnya laba operasi setelah pajak dibanding dengan biaya modal (capital charges) pada tahun 2021. Sedangkan, nilai EVA tertinggi diperoleh PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk sebesar Rp. 31.197.593 yang disebabkan tingginya nilai laba operasi setelah pajak pada tahun tersebut.
Pada tahun 2022,
rata-rata perolehan EVA adalah sebesar Rp. (-7.242.086.741), mengalami
penurunan lebih dari 100% dari tahun sebelumnya. Nilai EVA terendah diperoleh PT. Bakhrie
Sumatera Plantations Tbk sebesar Rp. (188.310.095.289) yang disebabkan
turunnya nilai laba operasi setelah
pajak dan tingginya nilai biaya modal rata-rata tertimbang serta nilai modal yang diinvestasikan. Namun, PT. Wilmar Cahaya Indonesia
Tbk berhasil mencapai nilai EVA tertinggi, yakni sebesar Rp. 17.486.134. Hal
ini disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan lebih rendah
dibandingkan laba operasi setelah pajak.Pada tahun
2023 rata-rata perolehan EVA adalah sebesar Rp (157.920.784),
mengalami penurunan lebih dari 200% dari
tahun sebelumnya. Nilai EVA terendah diperoleh PT. Bakhrie Sumatera
Plantations Tbk sebesar Rp. (4.121.104.078) yang mana
ini dapat disebut sebagai sebagai peningkatan dari tahun sebelumnya, yang
menunjukkan angka (188.310.095.289). Dan nilai EVA tertinggi
kembali didapat oleh PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk sebesar 17.599.355 yang mengalami
peningkatan 2% dari tahun sebelumnya. Ini disebabkan oleh berkurangnya biaya modal dari tahun sebelumnya
seiring dengan biaya NOPAT yang tinggi juga.
Dapat diperoleh kesimpulan yaitu perolehan nilai Economic Value
Added (EVA) perusahaan sub sektor
makanan dan minuman tahun 2021 – 2023 mengalami penurunan yang signifikan dengan perolehan angka negatif selama
dua tahun belakangan yaitu pada tahun 2022-2023. Hal ini menunjukkan bahwa usaha di subsektor makanan dan minuman belum mampu
menghasilkan pendapatan tambahan bagi usahanya.
Nilai EVA tertinggi periode
2021 – 2023 diperoleh PT. . Wilmar Cahaya
Indonesia Tbk tahun 2022 yang disebabkan nilai laba operasi
setelah pajak selalu lebih besar
dari capital
charges nya. Sedangkan,
nilai EVA terendah periode 2021 – 2023 diperoleh PT.
Bakhrie Sumatera Plantations Tbk tahun
2021 yang disebabkan penurunan
nilai laba operasi setelah pajak dan tingginya nilai biaya modal rata-rata tertimbang.
Market Value Added (MVA)
Tabel
8. Hasil Perhitungan Market Value Added Perusahaan Subsektor
Makanan dan Minuman periode
2021-2023
No |
Nama Perusahaan |
Tahun |
||
2021 |
2022 |
2023 |
||
1 |
PT. Astra Agro
Lestari Tbk |
18.284.514.723.990 |
15.445.596.675.924 |
13.520.910.575.223 |
2 |
PT. Akasha Wira
International Tbk |
1.940.759.436.259 |
4.232.508.149.137 |
5.707.249.753.632 |
3 |
PT. Fks Food
Sejahtera Tbk |
1.787.864.558.386 |
1.331.586.401.557 |
1.340.898.009.903 |
4 |
PT. Bisi Internasional
Tbk |
2.984.997.213.843 |
4.799.996.896.271 |
4.799.996.499.641 |
5 |
PT. Formosa Ingredient Factory Tbk |
265.683.510.517 |
212.518.608.921 |
195.169.650.431 |
6 |
PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk |
2.313.870.954.906 |
2.313.870.894.872 |
2.313.871.058.696 |
7 |
PT. Budi Starch & Sweetener Tbk |
805.318.666.266 |
1.016.771.420.126 |
1.250.719.190.464 |
8 |
PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk |
1.117.185.717.632 |
1.176.520.749.568 |
1.096.098.455.505 |
9 |
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk |
97.568.072.390.050 |
92.648.670.261.790 |
82.399.920.153.022 |
10 |
PT. Central
Proteina Prima Tbk |
5.659.371.975.478 |
3.157.331.435.640 |
3.038.186.893.981 |
11 |
PT. Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk |
176.187.711.081 |
168.734.156.175 |
126.003.766.672 |
12 |
PT Gozco
Plantations Tbk |
413.998.320.656 |
485.998.410.477 |
719.998.227.165 |
13 |
PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk |
55.536.058.744.064 |
59.048.218.505.142 |
56.633.597.251.547 |
14 |
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk |
20.169.687.820.230 |
15.185.891.606.848 |
13.837.335.311.811 |
15 |
PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra
Indonesia Tbk |
8.081.646.143.812 |
6.922.251.717.089 |
6.069.755.979.143 |
16 |
PT Malindo Feedmill Tbk |
1.499.959.183.868 |
1.096.984.277.891 |
1.152.953.115.788 |
17 |
PT Multi Bintang Indonesia Tbk |
16.434.598.760.683 |
18.857.648.780.275 |
16.329.248.463.003 |
18 |
PT Mayora Indah
Tbk |
45.611.733.092.120 |
55.896.732.672.967 |
55.673.142.458.046 |
19 |
PT Sampoerna Agro
Tbk (Sgro) |
3.628.142.418.376 |
3.819.097.317.571 |
3.655.421.462.240 |
20 |
PT Sekar Bumi Tbk(Skbm) |
622.836.070.894 |
653.977.849.680 |
543.251.255.710 |
21 |
Pt Sekar Laut Tbk
(Sklt) |
16.715.919.452.539 |
13.469.439.050.381 |
1.947.887.277.010 |
22 |
PT Siantar Top Tbk (Sttp) |
12.281.246.556.129 |
10.021.495.939.956 |
9.890.495.020.472 |
23 |
PT Tunas Baru Lampung Tbk
(Tbla) |
4.790.156.954.908 |
4.187.620.305.636 |
4.187.617.437.788 |
24 |
PT Tigaraksa
Satria Tbk |
6.429.447.165.695 |
6.521.296.150.145 |
5.924.275.611.773 |
25 |
PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk |
18.139.033.109.683 |
17.041.447.880.523 |
18.485.637.989.437 |
26 |
PT Bhakrie
Sumatera Plantations Tbk (Unsp) |
272.522.307.365 |
320.024.545.339 |
282.521.479.298 |
Dari tabel di atas terlihat bahwa
terjadi fluktuasi nilai Market Value Added (MVA) perusahaan
subsektor makanan dan minuman sepanjang tahun penelitian. Rata-rata MVA pada tahun
2021 sebesar Rp 13.212.723.575.363. Karena nilai pasar perusahaan masih kecil,
maka PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk memperoleh nilai MVA terendah
yaitu sebesar Rp 176.187.711.081. Karena harga sahamnya tinggi, maka PT.
Charoen Pokphand Indonesia Tbk memperoleh nilai MVA tertinggi yaitu sebesar Rp
97.568.072.390.050.
Pada tahun 2022,
rata-rata perolehan nilai MVA adalah sebesar Rp. 13.078.162.717.689 mengalami
penurunan sebesar 0.01% dari tahun sebelumnya. Dengan nilai MVA sebesar
Rp. 168.734.156.17, merupakan nilai
terendah dibanding perusahaan lain, PT. Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk menjadi
penerima manfaat dari nilai total ekuitas yang tinggi dibandingkan dengan nilai pasar saham pada tahun itu. Sedangkan,
nilai MVA tertinggi diperoleh PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk sebesar Rp.92.648.670.261.790.
Nilai tersebut mengalami penurunan sebesar 0.1% yang disebabkan oleh penurunan harga saham.
Pada tahun 2023,
rata-rata perolehan nilai
MVA adalah sebesar Rp. 11.906.441.876.367
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
sebesar 0.9%. Nilai MVA terendah
tetap diperoleh PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk sebesar Rp.126.003.766.672 Sedangkan,
nilai MVA tertinggi tetap diperoleh kembali oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk sebesar Rp. 82.399.920.153.022 Nilai tersebut mengalami penurunan
sebesar 0.9% dari sebelumnya.
Dapat diperoleh kesimpulan yaitu perolehan nilai Market Value Added
(MVA) perusahaan sub sektor
konstruksi dan bangunan tahun 2018 – 2022 mengalami penurunan. Dengan perolehan angka positif setiap tahunnya, artinya perusahaan-perusahaan sub sektor makanan dan minuman mampu
menciptakan kekayaan bagi para pemegang saham perusahaannya. Nilai MVA tertinggi periode 2021 – 2023 diperoleh PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk tahun 2018 yang disebabkan harga saham yang tinggi pada tahun tersebut. Sedangkan, nilai MVA terendah periode 2021 – 2023 adalah PT. Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk yang disebabkan
harga saham yang masih rendah, tetapi
perusahaan tersebut masih dapat mampu
menciptakan kekayaan bagi para investor karena nilai MVA masih diangka positif (MVA>0) .
Shareholder Value Added (SVA)
Table 9. Shareholder Value Added
No |
Nama Perusahaan |
Tahun |
||
2021 |
2022 |
2023 |
||
1 |
PT. ASTRA AGRO
LESTARI TBK |
2.067.348 |
1.792.033 |
1.088.165 |
2 |
PT. AKASHA WIRA INTERNATIONAL TBK |
222.508 |
296.403 |
331.350 |
3 |
PT. FKS FOOD SEJAHTERA TBK |
5.533 |
47.861 |
18.425 |
4 |
PT. BISI INTERNASIONAL TBK |
380.469 |
522.502 |
514.069 |
5 |
PT. FORMOSA INGREDIENT FACTORY TBK |
15.506.095 |
10.135.074 |
13.846.293 |
6 |
PT BUMI TEKNOKULTURA UNGGUL TBK |
-6.832 |
-276.123 |
-127.900 |
7 |
PT BUDI STARCH & SWEETENER TBK |
81.286 |
83.662 |
91.989 |
8 |
PT WILMAR CAHAYA INDONESIA TBK |
169.888.476 |
194.554.338 |
142.546.551 |
9 |
PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA TBK |
3.275.070 |
2.714.355 |
2.158.646 |
10 |
PT CENTRAL
PROTEINA PRIMA TBK |
1.480.892 |
319.571 |
359.459 |
11 |
PT DHARMA SAMUDERA FISHING INDUSTRIES TBK |
13.918.641 |
20.125.985 |
11.544.829 |
12 |
PT GOZCO PLANTATIONS TBK |
-353.677 |
67.798 |
2.228 |
13 |
PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK |
2.560.737 |
2.101.496 |
10.018.451 |
14 |
PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK |
1.812.035 |
1.325.797 |
836.644 |
15 |
PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA
INDONESIA TBK |
913.403 |
953.721 |
716.408 |
16 |
PT MALINDO FEEDMILL TBK |
52.723 |
21.611 |
59.618 |
17 |
PT MULTI BINTANG INDONESIA TBK |
597.328 |
829.796 |
909.610 |
18 |
PT MAYORA INDAH TBK |
1.118.951 |
1.763.409 |
2.752.672 |
19 |
PT SAMPOERNA AGRO TBK |
607.424 |
794.116 |
367.129 |
20 |
PT SEKAR BUMI TBK |
28.672 |
82.628 |
828 |
21 |
PT SEKAR LAUT TBK |
77.007 |
70.384 |
66.936 |
22 |
PT SIANTAR TOP TBK |
530.413 |
549.378 |
778.231 |
23 |
PT TUNAS BARU
LAMPUNG TBK |
612.048 |
684.023 |
456.894 |
24 |
PT TIGARAKSA SATRIA TBK |
438.621 |
446.626 |
415.872 |
25 |
PT ULTRA JAYA MILK INDUSTRY TBK |
1.017.029 |
842.757 |
1.003.895 |
26 |
PT BHAKRIE SUMATERA PLANTATIONS TBK |
-113.466.924.197.460 |
-9.417.649.518.990.410 |
-5.418.307.364.131 |
Dari tabel diatas dapat ditarik
kesimpulan nilai Shareholder Value Added perusahaan
sub sector makanan dan minuman
berfluktuatif. Pada tiga tahun penelitian yaitu sejak tahun
2021-2023 perusahaan dengan
nilai SVA tertinggi diperoleh PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
yaitu senilai 169.888.476 kemudian meningkat menjadi 194.554.338 dan menurun kembali pada tahun 2023 menjadi 142.546.551. hal ini sebabkan oleh fluktuasi nilai laba bersih setelah
pajak. Sedangkan perusahaan dengan nilai SVA terendah adalah PT Bhakrie Sumatera
Plantations Tbk. Yaitu selalu bernilai negative yang artinya perusahaan tersebut belum mampu memberikan kemakmura kepada pemegang saham.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil
perhitungan Economic Value Added (EVA) yang telah dilakukan menunjukan bahwa perusahaan subsector makanan dan minuman pada tahun 2021-2023 secara keseluruhan memperoleh rata-rata angka posittif yang artinya perusaan mampu menciptakan nilai tambah ekonomis. Pada perhitungan MVA didapat seluruh perusahaan bernilai positif, yang artinya perusahaan subsector makanan dan minuman periode 2021-2023 Mampu meningkatkan
nilai modal yang telah ditanamkan oleh para penyandang
dana. Demikian pula, ketika
menghitung SVA, rata-rata perusahaan
menerima hasil positif, yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan kekayaan bagi para pemegang sahamnya.
BIBLIOGRAFI
Food, P. M. S. S. (2023). Pengaruh Intellectual
Capital Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021)
Arfa Zunariski, Hari Karyadi 2, Ika Sisbintari 3. Jurnal Strategi Bisnis
(JSB), 11(2), 109.
Handayani, T. (2023). Simba Seminar Inovasi
Manajemen Bisnis Dan Akuntansi 5 Seminar Inovasi Manajemen Bisnis dan Akuntansi
(SIMBA) 5 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas PGRI Madiun Analisis Kinerja
Keuangan Metode EVA, MVA, FVA, SVA TERHADAP HARGA SAHAM. September.
Haq, I., Maulana, F., Ah, S. ’, Gunung, S., &
Bandung, D. (2024). Financial Performance Analysis Using Economic Value Added
(Eva) and Market Value Added (Mva) Methods At Pt. Diagnosis Laboratorium Utama,
Tbk. AICOS: Asian Journal Of Islamic Economic Studies, 01(01),
2024.
Irfani, A. S. (2020). Manajemen Keuangan dan
Bisnis; Teori dan Aplikasi. Gramedia Pustaka Utama.
Kusumawati, I., Murti, B., & Pamungkasari, E. P.
(2024). Meta-Analysis of Associations between Maternal Age, Low Hemoglobin
Level during Pregnancy, Low Birth Weight, and Preterm Birth. Journal of
Maternal and Child Health, 8(6), 762–775.
https://doi.org/10.26911/thejmch.2023.08.06.10
Masyiyan, R. A., & Isynuwardhana, D. (2019).
Analisis kinerja keuangan dengan Metode Economic Value Added (EVA), Market
Value Added (MVA), dan Financial Value Added (FVA) Studi pada Perusahaan Sub
Sektor Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2014-2018. Jurnal Kajian Akuntansi, Prodi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis, Universitas Islam Bandung, 20(2), 200–210.
Midfi, S. K., Djatnika, D., & Tripuspitorini, F.
A. (2021). Kinerja Keuangan Berbasis Value Added Menggunakan Konsep EVA, MVA,
REVA, FVA, dan SVA pada Perusahaan Semen Kategori Indeks LQ45. Indonesian
Journal of Economics and Management, 1(3), 510–522.
https://doi.org/10.35313/ijem.v1i3.3008
Paledung, M., Karamoy, H., & Tirayoh, V. (2021).
Analisis Kinerja Keuangan Menggunakan Economic Value Added, Market Value Added
Dan Financial Value Added Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Di Indeks
Kompas100 Bei Periode 2018-2020. Going Concern : Jurnal Riset Akuntansi,
16(3)(3), 227–239.
Purwaningsih, E. S., & SE, M. M. (2023). Peran
Supply Chain Management Pada Industri Pelayaran. Penerbit Peneleh.
Rahadjeng, E. R. (2019). Analisis Perbandingan Kinerja
Perusahaan Otomotif dan Komponen yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan
Menggunakan EVA, REVA, FVA dan MVA. BENEFIT Jurnal Manajemen Dan Bisnis,
4(1), 102–110.
Ramadani, E. D., Widuri, T., & Nadhiroh, U.
(2024). Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode Financial Value Added (Fva),
Refined Economic Value Added (Reva), Shareholder Value Added (Sva) Dan Cash
Value Added (Cva) Pada Pt Indika Energy Tbk. Neraca Manajemen, Ekonomi, 46(6).
Safira Nada, & Usman Susanti. (2021). Analisis
Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Eva, Mva,Fva, Reva Pada Perusahaan
Sub Sektor Semen Yang Terdaftar DiBursa Efek Indonesia Periode 2016-2020. Open
Journal Systems, 16(2), 6377–6390.
Sahban, M. A., & Se, M. M. (2018). Kolaborasi
Pembangunan Ekonomi di Negara Berkembang (Vol. 1). Sah Media.
Susilo, Y., Wijayanti, E., & Santoso, S. (2021).
Penerapan Teknologi Digital Pada Ekonomi Kreatif Pada Bisnis Minuman Boba. Jurnal
Ekonomi Manajemen Sistem Informasi, 2(4), 457–468.
Wulandari, A. S., Sholihin, U., & Murdiyanto, E.
(2022). Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode EVA, MVA, dan FVA Serta
Dampaknya Terhadap Harga Saham. Jurnal Publikasi Sistem Informasi Dan
Manajemen Bisnis, 1(3), 121–135.
Copyright holder: Liska Imelda, Wulan Rezky Amalya
(2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |