Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 10, Oktober 2024

 

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN METODE EVA, MVA, DAN SVA (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2021-2023

 

Liska Imelda1, Wulan Rezky Amalya2

Universitas Teknokrat Indonesia, Bandar Lampung, Indonesia1,2

Email: [email protected]1, [email protected]2

 

Abstrak

Perusahaan subsector food and beverage (f&b) adalah perusahaan manufaktur terbesar dibandingkan subsektor lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, industri ini memiliki prospek yang sangat cerah karena sebagian besar masyarakat bergantung pada makanan dan minuman untuk bertahan hidup. Akibatnya, beberapa investor bersedia menaruh uangnya ke dalam bisnis ini. karena ada banyak ruang untuk tumbuh dan berkembang bagi perusahaan makanan dan minuman, salah satu kategori sektor industri di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan memahami modal kerja perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Shareholder Value Added (SVA) pada tahun 2021–2023. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan populasi dan sampel yaitu pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian didapat bahwa perusaahaan sunsektor makanan dan minuman paeriode 2021-2023 rata-rata bernilai potif dari segi EVA, MVA, dan SVA, yang berarti kinerja keuangan perusahaan-perusahaan tersebut baik.

Kata kunci: EVA, MVA, SVA

 

Abstract

The food and beverage (F&B) subsector is the largest manufacturing company compared to any other subsector. This shows that the food and beverage industry is very important for Indonesia's economic growth. In addition, the industry has very bright prospects as most of the people depend on food and beverages to survive. As a result, some investors are willing to put their money into this business. because there is a lot of room to grow and develop for food and beverage companies, one of the industrial sector categories on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The purpose of this study is to analyze and understand the working capital of food and beverage companies listed on the Indonesia Stock Exchange using the Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), and Shareholder Value Added (SVA) methods in 2021–2023. This type of research is a quantitative descriptive research with population and samples, namely in food and beverage sub-sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange. From the results of the study, it was found that the average potential value of companies in the food and beverage sector in 2021-2023 was in terms of EVA, MVA, and SVA, which means that the financial performance of these companies is good.

Keywords: EVA, MVA, SVA

 

 

Pendahuluan

Perusahaan subsector food and beverage (f&b) adalah perusahaan manufaktur terbesar dibandingkan subsektor lainnya (Food, 2023). Hal ini menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, industri ini memiliki prospek yang sangat cerah karena sebagian besar masyarakat bergantung pada makanan dan minuman untuk bertahan hidup. Karena makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok, masyarakat akan selalu membutuhkannya. Di bandingkan dengan sub-sektor lain, sub-sektor perusahaan makanan dan minuman memiliki keunggulan karena bisnis ini dapat berkembang dalam iklim ekonomi Indonesia yang tidak dapat diprediksi, bahkan selama krisis (Susilo et al., 2021). Akibatnya, beberapa investor bersedia menaruh uangnya ke dalam bisnis ini. karena ada banyak ruang untuk tumbuh dan berkembang bagi perusahaan makanan dan minuman, salah satu kategori sektor industri di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Kusumawati et al., 2024; Wulandari et al., 2022)

Analisis rasio keuangan adalah salah satu teknik standar yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan dan menilai kinerja keuangannya. Pada kenyataannya, rasio keuangan tidak selalu secara akurat mencerminkan status dan posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya, meskipun analisis rasio keuangan memiliki berbagai tujuan dan membantu dalam pengambilan keputusan untuk bisnis (Haq et al., 2024). Analisis rasio keuangan telah digunakan untuk mengukur efektivitas keuangan, namun kelemahan utamanya adalah bahwa analisis ini mengabaikan biaya modal, sehingga gagal mempertimbangkan bahaya yang dihadapi perusahaan. Gagasan untuk mengukur efektivitas keuangan berdasarkan nilai tambah-khususnya Market Value Added (MVA) dan Economic Value Added (EVA)-dibentuk untuk mengatasi kekurangan analisis rasio keuangan. (Safira Nada & Usman Susanti, 2021) (Sahban & Se, 2018). Gagasan Economic Value Added dan Market Value Added, yang ditemukan oleh Stern Stewart & Co. pada tahun 1990, menandai awal mula konsep nilai tambah (Irfani, 2020). Irfani (2020) menyatakan bahwa seiring perkembangan ilmu pengetahuan, muncul pula konsepsi nilai tambah yang lain, seperti Shareholder Value Added (SVA), yang dikembangkan oleh (Purwaningsih & SE, 2023) dan merupakan modifikasi dari konsepsi EVA dan MVA.

Manajemen harus meningkatkan nilai perusahaan ketika menggunakan pengukuran kinerja berbasis nilai. Paradigma pengukuran nilai tambah yang paling banyak mendapat perhatian dalam tulisan dan penelitian adalah Economic Value Added (EVA) (Midfi et al., 2021), sedangkan Shareholder  Value  Added (SVA)  belum  banyak penelitian yang menggunakan metode tersebut (Ramadani et al., 2024). SVA didefinisikan sebagai kelebihan nilai pasar saham biasa pada periode saat ini atas nilai pasar saham pada periode sebelumnya, yang menghasilkan nilai tambah bagi pemegang saham (Irfani, 2020).Nilai tambah pasar atau MVA, dari modal perusahaan adalah selisih antara nilai pasar dan nilai buku ekonomi. MVA yang positif mengindikasikan adanya peningkatan kekayaan pemilik, pemegang saham, atau investor. (Handayani, 2023). Sebaliknya, MVA negatif menunjukkan bahwa bisnis tidak menambah nilai ekonomi bagi pemiliknya (Rahadjeng, 2019). Metode baru untuk mengevaluasi kinerja keuangan yang disebut Sherholder Value Added (SVA) yaitu bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang sahamnya (Ramadani et al., 2024). SVA dihitung dengan mengurangi laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) dari biaya modal.

Menurut sebuah penelitian, dari enam perusahaan yang diteliti menggunakan metode EVA, hanya PT Sariguna Primartirta Tbk yang memperoleh nilai positif (EVA>0), yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mampu menciptakan nilai tambah ekonomis. Lima perusahaan lainnya yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Buyung Poetra Sembada Tbk, PT Mayora Indah Tbk, dan PT Tunas Baru Lampung memperoleh nilai negatif dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 yang mengindikasikan bahwa perusahaan belum mampu menciptakan nilai tambah ekonomis.  Namun setiap perusahaan mengalami kesuksesan ketika menggunakan pendekatan MVA. Perusahaan yang dapat meningkatkan nilai modal yang diinvestasikan oleh penyandang dana dikatakan memiliki nilai MVA yang positif (MVA > 0) (Paledung et al., 2021).

Penelitian yang dilakukan oleh Sunardi (2020) mengindikasikan bahwa PT Holcim Indonesia Tbk tidak memiliki kinerja yang baik, yang ditunjukkan dengan angka Economic Value Added (EVA) yang negatif selama periode 2013-2018. Di sisi lain, nilai positif menunjukkan bahwa PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan bisnis yang menguntungkan. Statistik Market Value Added (MVA) yang negatif menunjukkan bahwa PT Semen Baturaja (Persero) Tbk dan PT Holcim Indonesia Tbk berkinerja buruk. Hasil positif menunjukkan bahwa PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk berkinerja baik. Studi ini menunjukkan bahwa Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) industri semen Indonesia secara gabungan mencapai 12,17%, yang mengindikasikan kinerja yang baik secara keseluruhan.

Selisih antara nilai pasar dan nilai buku ekonomis modal perusahaan dikenal sebagai nilai tambah pasar atau MVA. Peningkatan kekayaan pemilik perusahaan, atau pemegang saham dan investor, tercermin dalam MVA positif. Sebaliknya, MVA negatif menunjukkan bahwa bisnis tidak menambah nilai ekonomi bagi pemiliknya. Shareholder Value Added (SVA) merupakan pendekatan baru dalam mengukur laba operasi yang dihasilkan perusahaan yang lebih besar daripada biaya pendanaannya(Masyiyan & Isynuwardhana, 2019).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan pada subsektor makanan dan minuman selama periode 2021-2023 dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Shareholder Value Added (SVA).

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan memberi gambaran mengenai kondisi objek yang akan diteliti menggunakan metode nilai tambah (value added based) untuk menginterpretasikan dan mendeskripsikan seberapa baik atau buruk kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan subsector makanan dan minuman yang tercatat di BEI periode 2021-2023 menjadi objek pada penelitian ini.

Populasi pada penelitian ini yaitu perusahaan subsector makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2021-2023 dengan total 95 perusahaan. Sebanyak 78 laporan keuangan dari 26 perusahaan diperoleh melalui pendekatan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder yang diperoleh melalui website https://www.idx.co.id/.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 

Economic Value Added (EVA)

 

Tabel 1. Rumus Economic Value Added

KOMPONEN EVA

RUMUS

NOPAT

EBIT - pajak

IC

(Total Liabilitas dan

Ekuitas) – Liabilitas Jangka Pendek

D

  x 100%

rd

  x 100%

Tingkat pajak

 x 100%

E

 x 100%

re

 x 100%

WACC

{d x rd(1-Tax)}+(E x re)

CC

Invested capital x WACC

EVA

NOPAT - CC

Keterangan:

NOPAT           : Net Operating Profit After Tax (Laba operasi bersih setelah pajak)

IC                    : Invested Capital

D                     : Biaya Modal Hutang

rd                     : Presentase hutang  dalam struktur modal tax : pajak

E                      : Biaya modal ekuitas

re                     : persentase biaya modal pada struktur modal

WACC            : Weighted Average Cost of Capital (baiaya modal rata-rata tetimbang)

CC                   : Capital Charges

 

Dari pengukuran diatas, perhitungan EVA dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

 

Tabel 2. Makna Nilai EVA

Nilai EVA

Gambaran Kinerja Perusahaan

EVA > 0

Margin laba operasi lebih tinggi dari biaya modal. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis tersebut dapat memberikan nilai tambah secara ekonomis.

EVA < 0

Margin laba operasi lebih rendah dari biaya modal. Ini menunjukkan ketidakmampuan perusahaan untuk memberikan nilai tambah ekonomis.

EVA = 0

Hanya laba operasi yang dapat membayar biaya modal. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum menghasilkan laba. Perusahaan membayarkan kewajiban kepada penyandang dana.

Market Value Added (MVA)

Tabel 3. Rumus Market Value Added

KOMPONEN MVA

RUMUS

Market Value

Saham beredar x harga saham

Invested Capital (IC)

(total liabilitas dan ekuitas) – liabilitas jangka pendek

MVA

Nilai Pasar - IC

 

Keterangan:

Market Value              : Nilai Pasar/Nilai Perusahaan

IC                                : Modal yang diinvestasikan

 

Dari pengukuran diatas, maka perhitungan MVA dapat dijabarkan sebagai berikut:

 

Tabel 4. Makna nilai MVA

NILAI MVA

Gambaran Kinerja Perusahaan

MVA > 0

berarti bahwa bisnis tersebut dapat meningkatkan nilai dana yang telah dikontribusikan oleh para investor.

MVA = 0

Titik impas

MVA < 0

Bisnis tidak dapat menawarkan nilai tambahan apa pun kepada investor.

 

Shareholder Value Added (SVA)

 

Tabel 5. Rumus Shareholder Value Added

KOMPONEN FVA

RUMUS

NOPAT

EBIT – Beban Pajak

WACC

{d x rd(1-Tax)}+(E x re)

CC

Invested capital x WACC

SVA

NOPAT – (WACC x CC)

 

Berdasarkan rumus diatas, maka perhitungan SVA dapat digambarkan sebagai berikut:

 

Tabel 6. Makna Nilai SVA

NILAI SVA

Gambaran Kinerja Perusahaan

SVA > 0

mengindikasikan bahwa dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kemakmuran pemegang saham biasa perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan.

SVA < 0

mengindikasikan bahwa dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kemakmuran pemegang saham biasa perusahaan mengalami penurunan yang signifikan.

 

 

 

 

 

 

Hasil dan Pembahasan

Economic Value Added (EVA)

Table 7. Hasil Perhitungan Economic Value Added Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman periode 2021-2023

No

Nama Perusahaan

Tahun

2021

2022

2023

1

PT. ASTRA AGRO LESTARI TBK

 2.067.196

 1.791.862

 1.088.072

2

PT. AKASHA WIRA INTERNATIONAL TBK

 54.108

 56.153

 56.493

3

PT. FKS FOOD SEJAHTERA TBK

-9.692

-1.827

-2.228

4

PT. BISI INTERNASIONAL TBK

 342.803

 475.307

 61.065

5

PT. FORMOSA INGREDIENT FACTORY TBK

 960.948

 1.566.111

 1.952.179

6

PT BUMI TEKNOKULTURA UNGGUL TBK

-555.265

-1.134.178

-839.172

7

PT BUDI STARCH & SWEETENER TBK

-47.663

-43.508

-45.476

8

PT WILMAR CAHAYA INDONESIA TBK

 31.197.593

 17.486.134

 17.599.355

9

PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA TBK

 537.427

 395.891

 136.609

10

PT CENTRAL PROTEINA PRIMA TBK

 421.228

-139.821

-40.767

11

PT DHARMA SAMUDERA FISHING INDUSTRIES TBK

 2.048.169

 3.130.677

-274.363

12

PT GOZCO PLANTATIONS TBK

 740.703

-37.092

-14.334

13

PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK

-6.587.914

-9.259.484

-3.563.215

14

PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK

-488.959

-469.697

-654.040

15

PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK

57.497

58.093

33.380

16

PT MALINDO FEEDMILL TBK

-98.937

-95.619

-42.249

17

PT MULTI BINTANG INDONESIA TBK

 374.438

 584.306

 575.460

18

PT MAYORA INDAH TBK

 61.540

 115.702

 118.578

19

PT SAMPOERNA AGRO TBK (SGRO)

-510.462

-436.733

-362.346

20

PT SEKAR BUMI TBK(SKBM)

-3.845

 18.266

-2.915

21

PT SEKAR LAUT TBK (SKLT)

 14.762

 18.876

 6.859

22

PT SIANTAR TOP TBK (STTP)

 69.696

 72.167

 84.152

23

PT TUNAS BARU LAMPUNG TBK (TBLA)

-843.838

-489.258

-1.015.410

24

PT TIGARAKSA SATRIA TBK

 183.521

 204.145

 183.729

25

PT ULTRA JAYA MILK INDUSTRY TBK

 44.031

 113.143

 72.009

26

PT BHAKRIE SUMATERA PLANTATIONS TBK (UNSP)

-22.875.515.590

-188.308.234.875

-4.121.051.804

 

Dari tabel di atas terlihat adanya fluktuasi perolehan nilai Economic Value Added (EVA) perusahaan subsektor makanan dan minuman pada tahun penelitian.  Pada tahun 2021, rata-rata perolehan EVA adalah sebesar Rp. 880.991.527. Nilai EVA terendah diperoleh PT. Bakhrie Sumatera Plantations Tbk sebesar Rp. (22.875.750.608) yang disebabkan rendahnya laba operasi setelah pajak dibanding dengan biaya modal (capital charges) pada tahun 2021. Sedangkan, nilai EVA tertinggi diperoleh PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk sebesar Rp. 31.197.593 yang disebabkan tingginya nilai laba operasi setelah pajak pada tahun tersebut.

Pada tahun 2022, rata-rata perolehan EVA adalah sebesar Rp. (-7.242.086.741), mengalami penurunan lebih dari 100% dari tahun sebelumnya. Nilai EVA terendah diperoleh PT. Bakhrie Sumatera Plantations Tbk sebesar Rp. (188.310.095.289) yang disebabkan turunnya nilai laba operasi setelah pajak dan  tingginya nilai biaya modal rata-rata tertimbang serta nilai modal yang  diinvestasikan. Namun, PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk berhasil mencapai nilai EVA tertinggi, yakni sebesar Rp. 17.486.134. Hal ini disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan lebih rendah dibandingkan laba operasi setelah pajak.Pada tahun 2023 rata-rata perolehan EVA adalah sebesar Rp (157.920.784), mengalami penurunan  lebih dari 200% dari tahun sebelumnya. Nilai EVA terendah diperoleh PT. Bakhrie Sumatera Plantations Tbk sebesar Rp. (4.121.104.078) yang mana ini dapat disebut sebagai sebagai peningkatan dari tahun sebelumnya, yang menunjukkan angka (188.310.095.289). Dan nilai EVA tertinggi kembali didapat oleh PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk sebesar 17.599.355 yang mengalami peningkatan 2% dari tahun sebelumnya. Ini disebabkan oleh berkurangnya biaya modal dari tahun sebelumnya seiring dengan biaya NOPAT yang tinggi juga.

Dapat diperoleh kesimpulan yaitu perolehan nilai Economic Value Added (EVA) perusahaan sub sektor makanan dan minuman tahun 2021 – 2023 mengalami penurunan yang signifikan dengan perolehan angka negatif selama dua tahun belakangan yaitu pada tahun 2022-2023. Hal ini menunjukkan bahwa usaha di subsektor makanan dan minuman belum mampu menghasilkan pendapatan tambahan bagi usahanya. Nilai EVA tertinggi periode 2021 – 2023 diperoleh PT. . Wilmar Cahaya Indonesia Tbk tahun 2022 yang disebabkan nilai laba operasi setelah pajak selalu lebih besar dari capital charges nya. Sedangkan, nilai EVA terendah periode 2021 – 2023  diperoleh PT. Bakhrie Sumatera Plantations Tbk tahun 2021 yang disebabkan penurunan nilai laba operasi setelah pajak dan tingginya nilai biaya modal  rata-rata tertimbang.

           

Market Value Added (MVA)

Tabel 8. Hasil Perhitungan Market Value Added Perusahaan Subsektor

Makanan dan Minuman periode 2021-2023

No

Nama Perusahaan

Tahun

2021

2022

2023

1

PT. Astra Agro Lestari Tbk

18.284.514.723.990

15.445.596.675.924

13.520.910.575.223

2

PT. Akasha Wira International Tbk

1.940.759.436.259

4.232.508.149.137

5.707.249.753.632

3

PT. Fks Food Sejahtera Tbk

1.787.864.558.386

1.331.586.401.557

1.340.898.009.903

4

PT. Bisi Internasional Tbk

2.984.997.213.843

4.799.996.896.271

4.799.996.499.641

5

PT. Formosa Ingredient Factory Tbk

265.683.510.517

212.518.608.921

195.169.650.431

6

PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk

2.313.870.954.906

2.313.870.894.872

2.313.871.058.696

7

PT. Budi Starch & Sweetener Tbk

805.318.666.266

1.016.771.420.126

1.250.719.190.464

8

PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk

1.117.185.717.632

1.176.520.749.568

1.096.098.455.505

9

PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk

97.568.072.390.050

92.648.670.261.790

82.399.920.153.022

10

PT. Central Proteina Prima Tbk

5.659.371.975.478

3.157.331.435.640

3.038.186.893.981

11

PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk

176.187.711.081

168.734.156.175

126.003.766.672

12

PT Gozco Plantations Tbk

413.998.320.656

485.998.410.477

719.998.227.165

13

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

55.536.058.744.064

59.048.218.505.142

56.633.597.251.547

14

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk

20.169.687.820.230

15.185.891.606.848

13.837.335.311.811

15

PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk

8.081.646.143.812

6.922.251.717.089

6.069.755.979.143

16

PT Malindo Feedmill Tbk

1.499.959.183.868

1.096.984.277.891

1.152.953.115.788

17

PT Multi Bintang Indonesia Tbk

16.434.598.760.683

18.857.648.780.275

16.329.248.463.003

18

PT Mayora Indah Tbk

45.611.733.092.120

55.896.732.672.967

55.673.142.458.046

19

PT Sampoerna Agro Tbk (Sgro)

3.628.142.418.376

3.819.097.317.571

3.655.421.462.240

20

PT Sekar Bumi Tbk(Skbm)

622.836.070.894

653.977.849.680

543.251.255.710

21

Pt Sekar Laut Tbk (Sklt)

16.715.919.452.539

13.469.439.050.381

1.947.887.277.010

22

PT Siantar Top Tbk (Sttp)

12.281.246.556.129

10.021.495.939.956

9.890.495.020.472

23

PT Tunas Baru Lampung Tbk (Tbla)

4.790.156.954.908

4.187.620.305.636

4.187.617.437.788

24

PT Tigaraksa Satria Tbk

6.429.447.165.695

6.521.296.150.145

5.924.275.611.773

25

PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk

18.139.033.109.683

17.041.447.880.523

18.485.637.989.437

26

PT Bhakrie Sumatera Plantations Tbk (Unsp)

272.522.307.365

320.024.545.339

282.521.479.298

 

Dari tabel di atas terlihat bahwa terjadi fluktuasi nilai Market Value Added (MVA) perusahaan subsektor makanan dan minuman sepanjang tahun penelitian. Rata-rata MVA pada tahun 2021 sebesar Rp 13.212.723.575.363. Karena nilai pasar perusahaan masih kecil, maka PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk memperoleh nilai MVA terendah yaitu sebesar Rp 176.187.711.081. Karena harga sahamnya tinggi, maka PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk memperoleh nilai MVA tertinggi yaitu sebesar Rp 97.568.072.390.050.

Pada tahun 2022, rata-rata perolehan nilai MVA adalah sebesar Rp. 13.078.162.717.689 mengalami penurunan sebesar 0.01% dari tahun sebelumnya. Dengan nilai MVA sebesar Rp. 168.734.156.17, merupakan nilai terendah dibanding perusahaan lain, PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk menjadi penerima manfaat dari nilai total ekuitas yang tinggi dibandingkan dengan nilai pasar saham pada tahun itu. Sedangkan, nilai MVA  tertinggi diperoleh PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk sebesar Rp.92.648.670.261.790. Nilai tersebut mengalami penurunan sebesar 0.1% yang disebabkan oleh penurunan harga saham.

Pada tahun 2023, rata-rata perolehan nilai MVA adalah sebesar Rp. 11.906.441.876.367 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 0.9%. Nilai MVA terendah tetap diperoleh PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk sebesar Rp.126.003.766.672 Sedangkan, nilai MVA tertinggi tetap diperoleh kembali oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk sebesar Rp. 82.399.920.153.022 Nilai tersebut mengalami  penurunan sebesar 0.9% dari sebelumnya.

Dapat diperoleh kesimpulan yaitu perolehan nilai Market Value Added (MVA) perusahaan sub sektor konstruksi dan bangunan tahun 2018 – 2022 mengalami penurunan. Dengan perolehan angka positif setiap tahunnya, artinya perusahaan-perusahaan sub sektor makanan dan minuman  mampu menciptakan kekayaan bagi para pemegang saham perusahaannya. Nilai MVA tertinggi periode 2021 – 2023 diperoleh PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk tahun 2018 yang disebabkan harga saham yang tinggi pada tahun tersebut. Sedangkan, nilai MVA terendah periode 2021 – 2023 adalah PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk yang disebabkan harga saham yang masih rendah, tetapi perusahaan tersebut masih dapat mampu menciptakan kekayaan bagi para investor karena nilai MVA masih diangka positif (MVA>0) .

 

Shareholder Value Added (SVA)

Table 9. Shareholder Value Added

No

Nama Perusahaan

Tahun

2021

2022

2023

1

PT. ASTRA AGRO LESTARI TBK

 2.067.348

 1.792.033

 1.088.165

2

PT. AKASHA WIRA INTERNATIONAL TBK

 222.508

 296.403

 331.350

3

PT. FKS FOOD SEJAHTERA TBK

 5.533

 47.861

 18.425

4

PT. BISI INTERNASIONAL TBK

 380.469

 522.502

 514.069

5

PT. FORMOSA INGREDIENT FACTORY TBK

 15.506.095

 10.135.074

 13.846.293

6

PT BUMI TEKNOKULTURA UNGGUL TBK

-6.832

-276.123

-127.900

7

PT BUDI STARCH & SWEETENER TBK

 81.286

 83.662

 91.989

8

PT WILMAR CAHAYA INDONESIA TBK

 169.888.476

 194.554.338

 142.546.551

9

PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA TBK

 3.275.070

 2.714.355

 2.158.646

10

PT CENTRAL PROTEINA PRIMA TBK

 1.480.892

 319.571

 359.459

11

PT DHARMA SAMUDERA FISHING INDUSTRIES TBK

 13.918.641

 20.125.985

 11.544.829

12

PT GOZCO PLANTATIONS TBK

-353.677

 67.798

 2.228

13

PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK

 2.560.737

 2.101.496

 10.018.451

14

PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK

 1.812.035

 1.325.797

 836.644

15

PT PERUSAHAAN PERKEBUNAN LONDON SUMATRA INDONESIA TBK

 913.403

 953.721

 716.408

16

PT MALINDO FEEDMILL TBK

 52.723

 21.611

 59.618

17

PT MULTI BINTANG INDONESIA TBK

 597.328

 829.796

 909.610

18

PT MAYORA INDAH TBK

 1.118.951

 1.763.409

 2.752.672

19

PT SAMPOERNA AGRO TBK

 607.424

 794.116

 367.129

20

PT SEKAR BUMI TBK

 28.672

 82.628

 828

21

PT SEKAR LAUT TBK

 77.007

 70.384

 66.936

22

PT SIANTAR TOP TBK

 530.413

 549.378

 778.231

23

PT TUNAS BARU LAMPUNG TBK

 612.048

 684.023

 456.894

24

PT TIGARAKSA SATRIA TBK

 438.621

 446.626

 415.872

25

PT ULTRA JAYA MILK INDUSTRY TBK

 1.017.029

 842.757

 1.003.895

26

PT BHAKRIE SUMATERA PLANTATIONS TBK

-113.466.924.197.460

-9.417.649.518.990.410

-5.418.307.364.131

 

Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan nilai Shareholder Value  Added perusahaan sub sector makanan dan minuman berfluktuatif. Pada tiga tahun penelitian yaitu sejak tahun 2021-2023 perusahaan dengan nilai SVA tertinggi diperoleh PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk yaitu senilai 169.888.476 kemudian meningkat menjadi 194.554.338 dan menurun kembali pada tahun 2023 menjadi 142.546.551. hal ini sebabkan oleh fluktuasi nilai laba bersih setelah pajak. Sedangkan perusahaan dengan nilai SVA terendah adalah PT Bhakrie Sumatera Plantations Tbk. Yaitu selalu bernilai negative yang artinya perusahaan tersebut belum mampu memberikan kemakmura kepada pemegang saham.

 

Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil perhitungan Economic Value Added (EVA) yang telah dilakukan menunjukan bahwa perusahaan subsector makanan dan minuman pada tahun 2021-2023 secara keseluruhan memperoleh rata-rata angka posittif yang artinya perusaan mampu menciptakan nilai tambah ekonomis. Pada perhitungan MVA didapat seluruh perusahaan bernilai positif, yang artinya perusahaan subsector makanan dan minuman periode 2021-2023 Mampu meningkatkan nilai modal yang telah ditanamkan oleh para penyandang dana. Demikian pula, ketika menghitung SVA, rata-rata perusahaan menerima hasil positif, yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan kekayaan bagi para pemegang sahamnya.

 

BIBLIOGRAFI

 

Food, P. M. S. S. (2023). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021) Arfa Zunariski, Hari Karyadi 2, Ika Sisbintari 3. Jurnal Strategi Bisnis (JSB), 11(2), 109.

Handayani, T. (2023). Simba Seminar Inovasi Manajemen Bisnis Dan Akuntansi 5 Seminar Inovasi Manajemen Bisnis dan Akuntansi (SIMBA) 5 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas PGRI Madiun Analisis Kinerja Keuangan Metode EVA, MVA, FVA, SVA TERHADAP HARGA SAHAM. September.

Haq, I., Maulana, F., Ah, S. ’, Gunung, S., & Bandung, D. (2024). Financial Performance Analysis Using Economic Value Added (Eva) and Market Value Added (Mva) Methods At Pt. Diagnosis Laboratorium Utama, Tbk. AICOS: Asian Journal Of Islamic Economic Studies, 01(01), 2024.

Irfani, A. S. (2020). Manajemen Keuangan dan Bisnis; Teori dan Aplikasi. Gramedia Pustaka Utama.

Kusumawati, I., Murti, B., & Pamungkasari, E. P. (2024). Meta-Analysis of Associations between Maternal Age, Low Hemoglobin Level during Pregnancy, Low Birth Weight, and Preterm Birth. Journal of Maternal and Child Health, 8(6), 762–775. https://doi.org/10.26911/thejmch.2023.08.06.10

Masyiyan, R. A., & Isynuwardhana, D. (2019). Analisis kinerja keuangan dengan Metode Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Financial Value Added (FVA) Studi pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018. Jurnal Kajian Akuntansi, Prodi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Bandung, 20(2), 200–210.

Midfi, S. K., Djatnika, D., & Tripuspitorini, F. A. (2021). Kinerja Keuangan Berbasis Value Added Menggunakan Konsep EVA, MVA, REVA, FVA, dan SVA pada Perusahaan Semen Kategori Indeks LQ45. Indonesian Journal of Economics and Management, 1(3), 510–522. https://doi.org/10.35313/ijem.v1i3.3008

Paledung, M., Karamoy, H., & Tirayoh, V. (2021). Analisis Kinerja Keuangan Menggunakan Economic Value Added, Market Value Added Dan Financial Value Added Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Di Indeks Kompas100 Bei Periode 2018-2020. Going Concern : Jurnal Riset Akuntansi, 16(3)(3), 227–239.

Purwaningsih, E. S., & SE, M. M. (2023). Peran Supply Chain Management Pada Industri Pelayaran. Penerbit Peneleh.

Rahadjeng, E. R. (2019). Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Otomotif dan Komponen yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan Menggunakan EVA, REVA, FVA dan MVA. BENEFIT Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 4(1), 102–110.

Ramadani, E. D., Widuri, T., & Nadhiroh, U. (2024). Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode Financial Value Added (Fva), Refined Economic Value Added (Reva), Shareholder Value Added (Sva) Dan Cash Value Added (Cva) Pada Pt Indika Energy Tbk. Neraca Manajemen, Ekonomi, 46(6).

Safira Nada, & Usman Susanti. (2021). Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Eva, Mva,Fva, Reva Pada Perusahaan Sub Sektor Semen Yang Terdaftar DiBursa Efek Indonesia Periode 2016-2020. Open Journal Systems, 16(2), 6377–6390.

Sahban, M. A., & Se, M. M. (2018). Kolaborasi Pembangunan Ekonomi di Negara Berkembang (Vol. 1). Sah Media.

Susilo, Y., Wijayanti, E., & Santoso, S. (2021). Penerapan Teknologi Digital Pada Ekonomi Kreatif Pada Bisnis Minuman Boba. Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Informasi, 2(4), 457–468.

Wulandari, A. S., Sholihin, U., & Murdiyanto, E. (2022). Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode EVA, MVA, dan FVA Serta Dampaknya Terhadap Harga Saham. Jurnal Publikasi Sistem Informasi Dan Manajemen Bisnis, 1(3), 121–135.

 

 

Copyright holder:

Liska Imelda, Wulan Rezky Amalya (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: