Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 11, November 2024

 

STRATEGI OPTIMALISASI DAKWAH KEAGAMAAN BERBASIS MANAGEMENT

 

Syaifudin Zuhri1, Ali Mursyid2, Pardianto3

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia1,2,3

Email: [email protected]1

 

Abstrak

Bagi umat Islam, masjid merupakan institusi penting dalam melakukan pembinaan dan mengembangkan nilai-nilai keagamaan. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah (sholat), masjid juga memiliki peran sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan Islam. Keberadaannya bisa menjadi medium pemersatu umat, lambang syi’ar dan kebanggaan. Karena itu masjid harus difungsikan secara optimal untuk kepentingan umat Islam dalam mengatur segala sendi kehidupan. Penelitian ini bertujuan bagaimana masjid bisa difungsikan secara optimal melalui berbagai kegiatan keagamaan, dengan menerapkan manajemen yang baik. Masalah yang diangkat dalam penelitian fokus pada dua hal, pertama bagaimana strategi yang dilakukan untuk mengoptimalkan kegiatan keagamaan; kedua, bagaimana keterlibatan masyarakat dalam upaya memakmurkan masjid.  Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan; pertama, manajemen yang diterapkan dalam uupaya optimalisasi keagamaan berjalan dengan baik; Kedua, respon masyarakat dalam mendukung upaya memakmurkan masjid sangatlah besar, hal ini ditunjukkan dengan partisipasi aktif masyarakat sekitar untuk mendirikan shalat berjamaah di masjid. Ketiga, dalam upaya membangun jaringan donasi, pengurus menggandeng lembaga kemasyarakatan RT RW, sehingga sinergitas kerja sama dapat dibangun dengan baik melalui kerja sama semua pihak.

Kata Kunci : Strategi Manajemen,  Takmir Masjid, Optimalisasi keagamaan

 

Abstract

For Muslims, mosques are important institutions in fostering and developing religious values. In addition to functioning as a place of worship (prayer), the mosque also has a role as a center for Islamic education and culture. Its existence can be a medium to unite the people, a symbol of shi'ar and pride. Therefore, the mosque must function optimally for the benefit of Muslims in regulating all joints of life. This research aims to see how mosques can function optimally through various religious activities, by implementing good management. The problems raised in the research focus on two things, first, how the strategy is carried out to optimize religious activities; Second, how is the involvement of the community in efforts to prosper the mosque.  Data collection techniques through observation, interviews and documentation. The results of the study showed; First, the management implemented in religious optimization efforts is running well; Second, the community's response in supporting efforts to prosper the mosque is very large, this is shown by the active participation of the surrounding community to establish congregational prayers in the mosque. Third, in an effort to build a donation network, the management collaborates with RT RW community institutions, so that the synergy of cooperation can be built well through the cooperation of all parties.

Keywords: Management Strategy, Takmir Mosque, Religious Optimization

 

 

Pendahuluan

Masjid sebagai tempat ibadah tentu membutuhkan pengelolaan yang baik dan profesional, karena setiap hari melayani kepentingan umat Islam (Castrawijaya, 2023). Meski masjid dikhususkan sebagai tempat ibadah sholat, namun masjid juga bisa difungsikan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bidang. Bahkan sekarang ini di Indonesia banyak masjid didirikan bukan saja untuk tempat ibadah, namun bisa menjadi suatu destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi umat Islam. Artinya masjid memiliki fungsi yang integral sesuai kebutuhan Masyarakat (Santoso et al., 2022). Bila kita menengok masa lalu, sejak zaman Nabi Muhammad Rosululloh SAW, masjid sudah didirikan untuk membangun peradaban umat dalam berbagai sendi kehidupan. Rosul sudah memberikan contoh bagaimana menghidupkan, memfungsikan dan memakmurkan masjid. Disatu sisi masjid untuk tempat mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah ritual, disisi lain masjid digunakan untuk membangun interaksi sosial antar sesama manusia (muamalah). Karena itu dalam mengelola lembaga kemasjidan butuh perencanaan yang matang, lalu dalam pelaksanaan programnya dibutuhkan manajemen yang baik dan sumber daya yang kuat (Sumardianto, 2022).

Dalam sejarahnya, masjid pernah menjadi pusat kebudayaan masyarakat Islam, dimana masjid bisa memberikan pendidikan ketauhidan sebagai sendi-sendi dasar keimanan umat Islam. Masjid juga menjadi simbul persatuan umat dari berbagai kelompok dan aliran, dari masjid kemudian bisa ditanamkan bagaimana membangun persamaan dan menguatkan tali persatuan antara sesama hamba Tuhan. Yang menurut Rosadi, (2014) dari nilai-nilai ini akan muncul rasa keadilan sosial dalam berbagai sisi kehidupan. Ketika Rosulullah hijrah ke Madinah, kemudian membangun masjid, maka masjid digunakan untuk melakukan pembinaan umat secara holistik. Tujuannya untuk mencerahkan umat dan megenalkan risalah ilahiyah yaitu sumber-sumber ajaran dari Allah. Maka masjid tidak hanya digunakan untuk sholat berjam’aah dan dzikir, membaca kalam-kalam ilahi, dan bermunajat namun juga difungsikan untuk membangun nilai-nilai sosial keagamaan yang tujuannya untuk mengembangkan masyarakat muslim.

Dalam paparan Ridwanullah & Herdiana, (2018) dikatakan di era sekarang, masjid bisa di berdayakan untuk umat Islam karena masjid memiki potensi yang luar biasa. Maka munculnya slogan back to masjid bisa menjadi inspirasi untuk mengembalikan semangat kejayaan umat Islam dengan mengoptimalkan keberadaan masjid.

Penelitian ini bertujuan bagaimana masjid bisa difungsikan secara optimal melalui berbagai kegiatan keagamaan, dengan menerapkan manajemen yang baik.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan bagaimana manajemen masjid diterapkan dalam mengoptimalkan kegiatan keagamaan dan peran serta masyarakat dalam memakmurkan masjid (Fadli, 2021). Desain ini dipilih karena memungkinkan peneliti untuk mendalami fenomena sosial secara mendalam terkait strategi pengelolaan masjid dan keterlibatan komunitas.

Penelitian dilaksanakan di beberapa masjid yang dipilih sebagai objek studi. Masjid-masjid tersebut berlokasi di wilayah perkotaan dan pedesaan, yang memberikan variasi konteks dalam pengelolaan masjid. Penelitian ini berlangsung selama enam bulan, dimulai dari Januari hingga Juni 2024. Sedangkan data penelitian dikumpulkan melalui tiga metode utama: observasi, wawancara, dan dokumentasi (Creswell, 2019).

Adapaun data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Proses analisis melibatkan beberapa tahap, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi diinterpretasikan berdasarkan teori yang relevan, khususnya teori manajemen masjid dan peran masyarakat dalam memakmurkan masjid.

 

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Obyek Penelitian

Dari observasi dan penggalian data yang dilakukan penulis selama berada di obyek penelitian diperoleh gambaran riel tentang masjid Babussalam dan pihak pengelolanya, bahwaMasjid Babussalam adalah milik warga warga perumahan Griya Bhayangkara.  Masjid ini awal mula pendiriannya dibangun oleh pengembang perumahan PT. Putra Bhayangkara pada tahun 1995, dimana pemilik pengembang ini adalah Bp. H.M. Thoha Husein mantan pejabat Polda Jatim.  Babussala, merupakan masjid yang pertama dilingkungan perumahan.  Karena di perumahan Griya Bhayangkara saat ini terdapat 4 masjid, yaitu Masjid Babussalam, Masjid Nurfadilah, Masjid Baitul Mahmud dan Masjid Darussalam.

Adapun luas lahan masjid mencapai 1.300 m2 dengan batas-batas masjid sebelah timur berbatasan dengan tanah fasum dan pemukiman warga, sebelah barat berbatasan dengan lahan fasum dan sekolah TK, di sebelah utara berbatasan dengan sungai milik Dinas Irigasi dan persawahan dan sebelah selatan berbatasan dengan jalan perumahan serta rumah warga.

Dibangunnya Masjid Babussalam ada dua alasan, pertama karena adanya kebutuhan warga perumahan yang mendesak untuk tersedianya sarana ibadah, mengingat saat itu belum ada satupun masjid di lingkungan perumahan. Sebenarnya ada masjid namun milik warga kampung Peterongan Masangankulon yaitu masjid Al-Istiqomah yang jaraknya cukup jauh dari perumahan. Kedua, karena penyediaan fasilitas umum (fasum) berupa  rumah ibadah memang sudah menjadi  kewajiban pengembang atau developer sesuai amanah undang-undang. Setelah pembangunan masjid selesai, ditindaklanjuti peresmian dan penyerahan kepada warga, baru kemudian dibentuklah struktur kepengurusan. Maka saat itu ditunjuk beberapa orang sebagai pengurus masjid Babussalam. Mulai dari unsur ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara  dan bidang. Ada warga yang ditunjuk sebagai petugas Imam masjid, petugas perawat bangunan masjid, petugas kebersihan dan keamanan, lalu ditindaklanjuti menyusun program kegiatannya.  Termasuk pengurus RT juga dilibatkan untuk menjadi pengurus  yang saat itu di jabat oleh Bp. Suherfan selaku Ketua RT 35 Perum Griya Bhayangkara.  Dalam waktu satu tahun kemudian  tepatnya 1996 dibentuklah secara resmi Takmir Masjid Babussalam. Mereka bertugas untuk mengelola lembaga kemasjidan baik dibidang peribadahan,  dakwah, pendidikan serta pengembangannya. Adapun pengurus periode pertama tahun 1996-1999 antara lain.

Tabel 1. Pengurus Takmir Masjid Babussalam 1996-1999

No

Nama Pengurus

Jabatan

1

H. Suwachyan

Ketua Takmir

2

Hariyono

Wakil Ketua

3

Sekretaris

Nur Budiono

4

Imam Asmui

Bendahara

5

Moh Sa’i

Bidang Peribadahan

7

Mardayik

Bidang Pendidikan

8

H.M Suud

Bidang Pembangunan

(Sumber: wawancara dengan Bp. Nur Budiono mantan pengurus)

Dalam perkembangan selanjutnya, masjid Babussalam semakin ramai dan banyak dikunjungi oleh warga untuk beribadah dan mengikuti kegiatannya baik warga perumahan maupun kampung Masangankulon. 

Termasuk mengikuti kegiatan Shalat Jum’at serta kegiatan pengajian. Kegiatan dakwah dan syi’ar semakin menggema dari masjid Babussalam.  Secara umum program kegiatan di masjid Babussalam terbagi dalam 4 bidang program diantaranya: Bidang Peribadahan, Pendidikan, Dakwah dan Pembangunan, diversifkasi ke empat bidang tersebut bisa dilihat tabel 2 berikut.

 

Tabel 2. Program Kegiatan Takmir Masjid Babussalam 1996-1998

No.

Program Kegiatan

Uraian Program Kegiatan

1.

Peribadahan

Mengelola peribadahan (mengatur  jadwal Muadzin, Imam Rowatib, Khotib Jum’at), bertanggung jawab kebersihan, keamanan dan ketertiban.

2.

Dakwah

Taklim Harian, Khotmil Quran bulanan, Pengajian Jayataba, Pengajian bulanan, Pengajian Muslimat dan  PHBI

3.

Pendidikan

Menyelenggarakan Taman Pendidikan al-Quran (TPQ), Rumah Tahfids, Madrasah Diniyah, Diklat Al-Quran Dewasa Putra Putri

4.

Pembangunan

Melakukan perawatan dan pemeliharaan bangunan masjid, penyediaan sarana dan prasarana ibadah dan pengembangan.

 

Semua program kegiatan berjalan baik hingga saat ini, dan Masjid Babussalam telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, baik dari sisi bangunan fisik maupun sejumlah pengembangan programnya, semuanya mengikuti tren perkembangan masyarakat dan eranya. Pada tahun 1998 terjadi pergantian pengurus Takmir, yang diikuti perubahan program kegiatan, program lama dipertahankan namun ditambah program baru.  Adapun pengurus Takmir tahun 1999 – 2002 dapat dilihat dalam tabel 3 :

 

Tabel 3.  Pengurus Takmir Masjid Babussalam 1998-2002

No

Nama Pengurus

Jabatan

1

H. M.Sholeh Suyuti

Ketua Takmir

2

H. Badaruddin

Wakil Ketua

3

H. Suwachyan

Sekretaris

4

H.M Suud

Bendahara

5

Moh Sa’i

Bidang Peribadahan

7

Suwartini

Bidang Pendidikan

8

H.Mulyono

Bidang Pembangunan

 

Mekanisme pergantian kepengurusan takmir masjid Babussalam berlangsung secara alamiah sesuai masanya dengan periode tiga tahun sekali, hal ini berjalan hingga tahun 2012 setelah dibentuk Yayasan Babussalam Bhayangkara tahun 2009. Sementara empat program besar yang wajib dijalankan yaitu Peribadahan, Dakwah, Pendidikan dan Pembangunan dipertahankan hingga kini.  Dari hasil wawancara peneliti dengan Ketua Takmir terkait kepengurusan sejak 2002 sampai 2022 dapat dilihat dalam:

 

 

 

 

Tabel 4.  Pengurus Takmir Masjid Babussalam 2002-2022

No

Jabatan Pengurus

Tahun 

2002-2005

Tahun

2005-2008

Tahun

2008-2011

1

Ketua

Drs,Abd Kholiq

Drs.Saifudin

Drs.Saifudin

2

Wakil

Drs.Moch Dahlan

HermanHadiyanto

Herman Hadiyanto

3

Sekretatis

Herman Hadiyanto

Sholeh Hasan

Sholeh Hasan

4

Bendahara

Drs.Edy Purwanto

Drs.Edy Purwanto

Drs.Edy Purwanto

5

Bid Peribadahan

H.Suparmo

Drs. Suradi

Choirul Hadi

6

Bid Dakwah

Mulyono

H. Badaruddin

Drs.Abd Choliq

7

Bid Pendidikan

Drs.Moch Dahlan

Drs.Moch Dahlan

Herman Hadiyanto

8

Bid Pembangunan

Ir. Sugiyanto

Ir.Edy Suhartono

Ir.Syafrul Nahar

9

Bid. Sosial Kemasyarakatan

Trimariman

Trimariman

Trimariman

 

Tabel 5. kepengurusan sejak 2002 sampai 2022

No

Jabatan Pengurus

Tahun 

2012-2017

Tahun

2017-2021

Tahun

2021-2026

1

Ketua

Drs.H.Abd Kholiq

M.Sholeh Hasan

Moch Amin

2

Wakil

Drs.Kasino

Moch Amin

Choirul Anam

3

Sekretatis

Nahrowi Syafi’i

Budi Suwarno

Budi Suwarno

4

Bendahara

Hadi Sukresno

Hadi Sukresna

Soejono

5

Bid Peribadahan

H. Choirul Hadi

H. Choirul Hadi

Drs.Abd Yakin

6

Bid Dakwah

Moch Amiin

Agus Sudarmwan

Agus Sudarmawan

7

Bid Pendidikan

Herman Hadiyanto

Herman H.

Nahrowi Syafii

8

Bid Pembangunan

Ir.H.Edi Suhartono

Drs.Sukarmo

Drs.H. Sukarmo

9

Bid Sosial Kemasy.

Trimariman

Trimariman

Trimariman

 

Strategi Manajemen Takmir Masjid Babussalam

Strategi Manajemen Takmir Masjid Babussalam dalam optimalisasi kegiatan keagamaan jama’ah selama 15 tahun terakhir tetap berjalan dengan baik dengan inovasi-inovasi yang terus dikembangkan.  Hal ini tentu saja tidak lepas dari penerapan konsep manajemen di lembaga ini dengan melibatkan semua unsur, baik pengurus takmir maupun pengurus yayasan. Manajemen takmir Masjid Babussalam bersifat open mengikuti manajemen induk masjid yang menaunginya yaitu Yayasan Babussalam Bhayangkara (Yabara). Semua terpola dalam pembagian divisi atau bidang sebagai implementasi operasional kegiatan. Sebagai induk, Yabara mengambil kebijakan-kebijakan strategis demi kelancaran operasional semua bidang.

“Kami mengambil langkah semua program kegiatan harus berjalan sesuai tupoksinya (tugas pokok dan fungsinya) dengan menerapkan manajemen yang baik, terarah, terukur dan harus jalan. Karena itu semua bidang harus berjalan sesuai perencanaan yang diawali dari musyawarah bersama. Dan kami menekankan semua harus dimulai dari musyawarah bersama tidak bisa diputuskan sendiri oleh ketua atau sepihak, dengan terus membangun komunikasi dan koordinasi yang baik antar sesama pengurus. Di sinilah kami menempatkan orang-orang yang kredibel sesuai bidang keahliannya, garis komando jelas, garis koordinasi juga jelas sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas. Dan meski ini semua sifatnya sukarelawan karena tidak diberi honor (tidak menerima gaji), kami tetap menekankan kepada semua pengurus harus ikhlas dalam menjalankan tugasnya dan tetap profesional dalam melayani umat”.  (wawancara dengan Ketua Yayasan: Ust.Moch. Sholeh Hasan, M.Hi)

Dalam konteks inilah takmir masjid Babussalam harus mandiri dalam mengelola urusan kemasjidan.  Dalam wawancara dengan  Bp. Moch Amin, Ketua Takmir Masjid Babussalam,  diketahui bahwa strategi manajemen Masjid Babussalam sudah cukup Optimal.

“Alhamdulillah untuk penerapan manajemen Babussalam sejauh ini sudah cukup optimal, namun demikian tetap ada kekurangan di sana sini, kami berusaha untuk bekerja sama dengan semua pihak, kami punya prinsip hari esok harus lebih baik dari hari ini, dan harus ada peningkatan. Strategi manajemen ini yang kami lakukan dengan menjalin kebersamaan, transparansi dan akuntabel.  Ini ditandai dengan adanya struktur pengurus yang lengkap, koordinasi ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota sejauh ini berjalan dengan baik sehingga memudahkan pengurus menjalankan program-program kerja, walaupun masih ada program yang belum tercapai. Selain itu kita bisa melihat juga bagaimana perkembangan fasilitas dan jumlah jama’ah yang terus bertambah,’ (Wawancara, Amin).

Penerapan fungsi manajemen menjadi acuan dalam menggerakkan organisasi ketakmiran Masjid Babussalam, diantaranya:

 

Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan awal dalam setiap langkah kegiatan yang sangat penting, bahkan Islam sangat konsen dengan memperhatikan perencanaan ini dalam menjalankan setiap kegiatan. Apalagi jika kegiatan itu dilakukan secara kelembagaan (Hindun, 2015). Dalam terminologi bahasa, khususnya bahsa arab, perencanaan dikenal dengan kata “takhktith”. Menurut Louis A Allen perencanaan adalah menentukan serangkaian tindakan dengan tujuan untuk mencapai hasil yang inginkan (Fadhila & Hasibuan, 2018). Semua program kegiatan di masjid Babussalam diawali dengan sebuah perencanaan, karena perencanaan ini menyangkut program yang akan dijalankan, baik program jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

 Berdasarkan (wawancara dengan sekretaris Yayasan Bp. Yuliawan Kristanto pada 20 Januari 2022) diperoleh keterangan bahwa Perencanaan dimulai dari terbentuknya pengurus baru. Pengurus yang sudah disusun lalu dilaporkan kepada Yayasan sebagai induk pengelola semua bidang untuk mendapatkan pengesahan dan persetujuan.  Perencanaan disusun setelah terbentuknya pengurus baru pada awal  periode berjalan melalui forum rapat internal pengurus. Setelah disepakati bersama lalu diajukan ke Yayasan untuk disahkan, baru kemudian program dijalankan. Perencanaan  disusun oleh tim pengurus takmir yang di pimpin oleh Ketua Takmir dengan anggota antara lain sekretaris dan bendahara.

Selama 15 tahun terakhir  setiap program selalu diawali dengan sebuah perencanaan dengan melibatkan tim khusus takmir. Tim ini bertugas menyusun desain program yang dilaksanakan dalam sekala tahunan. Semua bidang wajib menyusun perencanaan dan site plan, baik jenis kegiatannya maupun perkiraaan jumlah anggarannya. Lalu diajukan ke forum rapat bersama yang dihadiri pihak Yayasan Babussalam.Adapaun jenis perencanaanitu antara lain :  1) perencanaan sumber daya manusia, yaitu menyusun pengurus sesuai bidang dan kompetensinya; 2) perencanaan progam kegiatan, yang disusun untuk jangka menengah  1 tahun sekali dan jangka panjang selama 5 tahun; 3) perencanaan anggaran program kegiatan,  dimana hal ini harus bertumpu pada sekala prioritas. Hal ini disusun menyesuaikan rencana kegiatan dan besarnya  nilai anggaran yang disediakan, kemudian  diajukan ke pihak Yayasan untuk mendapatkan persetujuan.

 

Tabel 6. Pos Sumber Keuangan Masjid

No

Sumber Keuangan

Keterangan

1

Donatur tetap Yayasan

Bulanan

2

Infaq Kaleng keliling Jum’at

Mingguan

3

Infaq Kirim Do’a bulanan

Bulanan

4

Donatur / infaq insidentil

Temporer

5

Infaq Siswa / santri TPQ,RTA

Bulanan

6

Keuntungan usaha yayasan

Bulanan

 

Langkah ini disusun mengingat semua sumber keuangan dikelola oleh Yayasan, meskipun pemasukan dana Takmir juga cukup besar.  4) Perencanaan jadwal kegiatan rutin baik program harian, mingguan, bulanan atau temporer dengan sekala waktu tertentu. Semua perencanaan (meskipun belum diekskusi kegiatannya) setelah mendapatkan persetujuan bersama lalu diumumkan kepada jamaah baik melalui media sosial, buletin jum’at maupun papan pengumuman masjid Babussalam. Melalui 4 perencanaan tersebut semua program kegiatan bisa dilaksanakan dengan baik.

Pengorganisasian (Organizing)

Begitu pentingnya sebuah organisasi atau lembaga apa lagi yang melayani kebutuhan orang banyak dalam setiap harinya. Maka dalam lembaga diperlukan tenaga, sumber daya manusia, sumber material dan anggaran yang semua itu dilakukan melalui sebuah strategi yang baik. Tujuannya untuk mencapai satu tujuan (goal) yang sama. Karena itu semua harus diatur secara rapi, ditentukan dan dikelompokan dalam satu organisasi atau lembaga.  Munculnya organisasi karena karena manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya memang selalu memerlukan bantuan orang lain. Karena itu mereka harus melakukan komunikasi, koordinasi dan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama tersebut. Menurut (Ayub, 1996) dengan adanya kerja sama dan tujuan bersama inilah kemudian perlu hadir apa yang disebut organisasi.

Demikian juga dengan Takmir Masjid Babussalam, setelah masjid resmi berdiri pada tahun 1996 dibentuklah lembaga ketakmiran. Kepengurusan awal terus berjalan secara periodik hingga saat ini tahun 2022 dengan beberapa kali terjadi pergantian pengurus (sebagaimana uraian dan tabel di atas). Untuk mengoptimalkan program kegiatan. sejak tahun 2011 kepengurusan takmir masjid Babussalam berada dibawah kendali Yabara, sebagai induk pengelola semua bidang dan kegiatan, Tetapi meski berada di bawah induk Yayasan, takmir masjid Babussalam diberi kewenangan sepenuhnya untuk mengelola sub bidang yang menjadi kewenangan ketakmiran. Setelah dibawah naungan Yayasan sejak 2011 posisi lembaga ketakmiran masjid Babussalam sebatas bidang, namun memiliki posisi vital. Posisinya sama dengan 5 bidang yang lain yaitu Bidang Pendidikan, Dana dan Fundarasing, Usaha, Pembangunan dan Sosial Kemasyarakatan.

Adapun lembaga Ketakmiran membawa Sub Unit Bidang: Peribadahan; Dakwah; Kebersihan, Keamanan dan Marbot; Pengajian Yasin Tahlil, Komunitas Pengajian Muslimat Babussalam; Remaja Masjid dan sub nit bidang atau seksi PHBI. Berikut struktur organisasi ketakmiran masjid Babussalam.

 

SEKSI

PERIBADAHAN

SEKSI

DAKWAH&

PHBI

SEKSI

PENGAJIAN (JAYATABA)

SEKSI 

MUSLIMAT & GENDER

SEKSI 

REMAJA  MASJID

DEWAN PEMBINAYAYASAN

 

YAYASAN BABUSSALAM

BHAYANGKARA

 

TAKMIR

MASJID BABUSSALAM

Dewan Pengawas Yayasan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 1. struktur organisasi ketakmiran masjid Babussalam

 

Struktur organisasi Yayasan Babussalam Bhayangkara dipimpin oleh seorang Ketua didampingi Sekretaris dan Bendahara, sementara organ diatasnya ada Dewan Pembina yang terdiri dari Ketua pembina, anggota dan Dewan Pengawas.  Sementara untuk menggerakkan organisasi Yayasan ini membawahi tim pelaksana dalam beberapa bidang antara lain: Bidang Ketamiran Masjid; Bidang Pendidikan; Bidang Sosial Kemasyarakatan; Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan Aset;  serta  Bidang Dana dan Usaha. Namun untuk menggerakkan dan mengoptimalkan kegiatan keagamaan, Takmir masjid menjadi ujung tombak utama.  Sehingga peran lembaga ketakmiran sangat dominan dan signifikan, masing-masing bidang dapat diuraikan sebagai berikut:

1.   Bidang Ketakmiran membawahi sub bidang yang disebut sebagai seksi, antara lain: Seksi Peribadahan; Seksi Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan; Seksi Dakwah yang mengelola kegiatan pengajian rutin harian, mingguan, bulanan dan tempore; termasuk kegiatan Perigatan Hari Besar Islam (PHBI); Seksi Pengajian Yasin Tahlil (Jayataba); Seksi Muslimat Babussalam dan Seksi Remaja Masjid.

2.   Bidang Pendidikan membawahi sub bidang: mengelola Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Babussalam; Rumah Tahfids Alquran (RTA) Babussalam, Madrasah Diniyah Babussalam dan Lembaga Diklat Terpadu Baca Tulis Al-Quran dengan 3 klaster yaitu Remaja, Ibu-Ibu dan Bapak-bapak.

3.   Bidang Dana dan Usaha membawahi unit kegiatan antara lain: Penghimpunan dana dari para donatur tetap dan donatur Insidentil; Lembaga Zakat Infaq dan Shodaqoh (LAZIS); Usaha persewaan alat pesta (terop, meja kursi, rumbai, lampu dan sound system, Usaha persewaan Mobil Pick Up; Kegiatan usaha bisnis produksi krupuk upil goreng pasir, sermier, piya BBs, produksi kopi, Usaha persewaan dan konsultan pernikahan.

4.   Bidang Sosial Kemasyarakatan menangani kegiatan: a). Santunan Dhuafa setiap 3 bulan sekali terhadap 50 orang berupa paket sembako; b).Santunan Anak Yatim isidentil dan santunan setiap bulan Muharam sebanyak 100 anak yatim dan c). Kegiatan Baksos insidentil membantu kurban musibah bencana alam (misalnya: gempa bumi, banjir dan gunung meletus) dll.

5.   Bidang Pembangunan dan pemeliharaan aset menangani: Pembangunan dan pengembangan masjid, pembangunan gedung pendidikan, sarana dan prasarana serta pengembangan unit lain.

 

Penggerakan (Actuating)

Fungsi manajemen ini intinya adalah penggerakan yaitu menggerakkan roda organisasi melalui semua sumber daya yang ada (Syahkuan et al., 2022).  Menurut Nanang Ariantora, keseluruhan jenis usaha mulai dari tata cara atau teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi terwujudnya tujuan organisasi, inilah yang disebut penggerakan (actuating) atau action (Arianto, 2021). Dan tentu saja dalam penggerakan ini harus berprinsip efisien, efektif, ekonomis dan tepat guna. 

Strategi manajemen takmir masjid Babussalam dalam menggerakkan roda organisasi dilakukan dengan melaksanakan semua program yang telah direncanakan secara simultan dengan mendayagunakan semua potensi SDM yang ada (Karim, 2020). Baik dari unsur pengurus takmir maupun jama’ah di libatkan dalam berbagai kegiatan.

 

Pembahasan

Seksi Peribadahan

Seksi ini bertugas dan bertanggung jawab penuh dalam program harian di masjid Babussalam yaitu kontinuitas kegiatan ibadah sholat rowatib secara berjama’ah. Untuk menggerakkan manajemen peribadahan Takmir menyusun jadwal kegiatan Muadzin dan Imam tetap sholat rowatib dan kegiatan sholat jum’at. Disamping itu juga bertanggung jawab akan kebersihan, kesucian dan keamanan masjid, dalam hal ini pengurus mempekerjakan dua orang juru masid (marbot) sebagai petugas kebershan dan keamanan. Dalam sekala temporer bidang peribadahan ini juga bekerja ekstra  ketika bulan Ramadan tiba, diantaranya menyiapkan takjil buka bersama, kegiatan sholat taraweh, kultum traweh, takjil tadarus, makan sahur bersama selama 10 hari terakhir bulan Ramadan, kuliah subuh dan kajian-kajian hukum selama Ramadan.Tugas lain juga diberikan dalam hal penyiapan sarana masjid misalnya merawat kebersihan, optimalisasi ruangan induk ibadah dengan pendingin AC, pengaturan sound system dan sarana lain, sehingga jama’ah yang datang merasa nyaman dan tenang beribadah di masjid Babussalam. Secara umum konsentrasi pengaturan peribadahan terbagi dalam: kegiatan harian, mingguan dan tahunan.

 

Seksi Dakwah dan PHBI

Kegiatan dakwah masjid Babussalam dilaksanakan dalam bentuk ceramah agama, majelis taklim dan kajian-kajian. Hal ini dilaksanakan setiap hari dan bulanan yang diikuti para jama’ah. Sebagaimana uraian dalam tabel berikut:

 

Tabel 7. Kegiatan Dakwah Takmir Masjid Babussalam 2023-Sekarang

No

Kegiatan

Waktu

Pengasuh

Audien

1.

Taklim (ngaji Kitab)

Harian : Bakda Subuh & Maghrib

Terjadwal

Jama’ah

2,

Kajian Ahad Pagi II

Bakda Subuh

Terjadwal

Jama’ah

3.

Kajian Ahad Pagi III

Bakda Subuh

Terjadwal

Jama’ah

4.

Kajian Ahad Pagi IV

Bakda Subuh

Terjadwal

Jama’ah

5.

Khotmil Qur’an

Ahad ke I

Jama’ah putra

Jama’ah

6.

Pengajian Remas

Sabtu  ke I

Pengurus

Remas

7.

Dibaiyah sholawatan

Kamis ke 1

Pengurus

Jama’ah

8.

PHBI Muharam

1 Muharam

Ust. Luar

Jama’ah

9.

PHBI Maulidurosul

12 Robiul awal

Ust. Luar

Jama’ah

4,

PHBI Isro Mikroj

27 Rojab

Ust .luar

Jama’aj

11.

Megengan bersama

14 Sya’ban

Ust. Luar

Jama’ah

12.

Nuzulul Qur’an

16 Romadlon

Ust. Luar

Jama’ah

13.

Halal Bihalal

Syawal

Ust .luar

Jama’ah

14.

Peng.Tahlil Mingguan

Kamis malam Jum’at

Pengurus

Jama’ah

15.

Peng.Tahlil Bulanan 

Kamis malam Jum’at legi

Pengurus

Jama’ah

16.

Tahlil Kemerdekaan

16 Agustus

Pengurus

Jama’ah

17.

Khotmil Quran Ibu-Ibu

Kamis legi

Pengurus

Ibu-ibu

18.

Do’a  akhir-awal tahun

Akhir Awal Tahun Baru Masehi & Hijriyah

Pengurus

Jama’ah

19

Dakwah Wisata Religi

Setiap Rojab /Syaban Wali limo / Wali Songo

Pengurus

Jama’ah

20.

Silaturohim alim ulama

Bulan Syawal

Pengurus

Jama’ah

20.

Kegiatan Nisyfu Sya’banan

14 Syakban

Pengurus

Jama’ah

20.

Jalan Sehat Bersolawat

1 Muharam

Pengurus

Jama’ah

 

Tabel 8. Jadwal Kegiatan Taklim Harian Masjid Babussalam 2021-2024

No

Hari

Waktu

Pengasuh

Kitab/Materi

1.

Senin

Bakda Subuh

Ust. H.Badaruddin

Tambihul Ghofilin

Bakda Maghrib

Ust. Sholeh Hasan

Tafsir Alquran

2.

Selasa

Bakda Subuh

Ust. H. Badaruddin

Hikam

Bakda Maghrib

Ust. Sholeh Hasan

Tafsir Alquran

3.

Rabu

Bakda Subuh

Ust. Suradi

Sulam Safinah

Bakda Maghrib

Ust. Herman Hadianto

Fadloilul Amal

4.

Kamis

Baakda Subuh

Ust. Suradi

Sulam Safinah

Bakda Maghrib

Tahlil Kirim Do’a

Tahlil Bersama

5.

Jum’at

Bakda Subuh

Ust. Budi Suwarno

Fadloilul Amal

Bakda Maghrib

Ust. Herman Hadianto

Fadloilul Amal

6.

Sabtu

Bakda Subuh

Ust. Nahrowi,S.Pd.I

Taisirul Kholaq

Bakda Maghrib

Ust. H.Saifuddin

Nashoihul Ibad

7.

Ahad

Bakda Subuh

Ust. Nahhrowi,S,Pd.I

Qurrota U’yuun

Bakda Maghrib

Ust. H.Saifuddin

Jawahirul Kalam

 

Adapun kegiatan pengajian dalam sekala mingguan, bulanan dan temporer yang menjadi bagian kegiatan dakwah masjid Babussalam dengan mendatangkan penceramah dari luar, antara lain:

1.   Ust. Dr.H. Much.Muzakki (alhafids) Imam besar masjid Agung Nasional Al Akbar Surabaya.

2.   Prof. Dr. H. Moh.Ali Azis, M. Ag (guru besar UIN Sunan Ampel)

3.   Prof.Dr.H. Syaiful Jazil, M. Ag (Pengasuh Ponpes AlJihad) Surabaya

4.   Dr.KH. Syukron Jazilan Badri (pengasuh Ponpes Al-Jihad) Surabaya

5.   Dr.H. Nasiri Abdi ( Pengurus MUI Surabaya)

6.   Prof.Dr.H. Achmad Zahro (Guru besar UIN Sunan Ampel)

7.   Drs.KH. Nasrulloh ( Ketua Dewan Tanfidziyah NU MWC Sukodono Sidoarjo

8.   Dr. H. Jamaluddin Malik, M. Ag (Dosen UIN Sunan Ampel) Surabaya

9.   Drs.KH. Sya’roni Ahmad, M.Pd. I (Ketua LTMI MWC.NU Sukodono Sidoarjo.

10.           Ust. H. Hasan Mahroji, S. Ag (Mubaligh Peterongan Sidoarjo).

 

Seksi Pengajian Jayataba

Disebut pengajian Jayataba karena ini singkatan dari (Jam’iyah Yasin Tahlil Babussalam), sebuah organisasi pengajian untuk menggerakkan dakwah kepada umuat melalui pertemuan sepekan sekali di rumah warga atau jama’ah. (Berdarkan hasil wawancara dengan Ketua Jayataba Bp. Muh.Mucsin 10 April 2022) Jayataba didirikan di Masjid Babussalam sejak tahun 2003 dan masih eksis hingga saat ini. Pengajian Jayataba adalah bagian dari strategi dakwah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, yaitu pengajian rutin mingguan setiap Ahad malam Senin. Wadah ini berbentuk pengajian rutin yang beranggotakan sekitar 110 orang. Jayataba berada pada kendali Takmir Masjid Babussalam, sehingga secara struktural pengurusnya bagian dari pengurus takmir. Bentuk pengajiannya membaca surah Yasin dan Kalimah Tahlil di rumah anggota yang berketempatan secara bergiliran. Sifat pengajian ini terbuka untuk umum siapa saja bisa bergabung asalkan terdaftar sebagai anggota.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk membangun silaturohmi dan kebersamaan dengan masyarakat sekaligus mengirim do’a kepada keluarga anggota yang sudah meninggal dunia. Dari sini tercipta jalinan yang akrab antar jama’ah sehingga ukhuwah Islamiyah terjaga dengan baik. Untuk mengikat keanggotaan dan rasa tanggung jawab, setiap anggota dikenakan kontribusi iuran sebesar Rp. 20.000,-setiap bulannya.

Dana yang sudah terkumpul digunakan untuk operasional kegiatan Jayataba diantaranya: 1). membantu meringankan biaya bagi anggota yang sakit; 2) membantu biaya pemakaman jenazah jika ada anggota Jayataba yang meninggal dunia, 3). untuk pengadaan seragam anggota, membantu biaya konsumsi pengajian bagi anggota yang berketempatan. 4) disisihkan untuk biaya kegiatan ziarah wali yang diadakan setiap tahun menjelang bulan Ramadan. Disinilah nilai manfaat yang bisa dirasakan anggota Jayataba, sehingga semua anggota merasa senang jalinan akrab, jama’ah merasakan manfaatnya dengan prinsipdari, oleh dan untukanggota.

 

Seksi Pengajian Muslimat Babussalam

Pengajian muslimat Babussalam juga menjadi bagian penting dalam menggerakkan dakwah masjid Babussalam. “Me-managdakwah melalui peran ibu-ibu muslimat yang sebagian besar jama’ah masjid. Pengajian muslimat ini didirikan sejak tahun 2008 sebagai pendorong kegiatan dakwah, syi’ar dan kemakmuran masjid Babussalam. Bentuknya pengajian rutin bulanan setiap Kamis legi malam Jum’at bertempat di masjid Babussalam. Wadah ini juga berada dibawah kendali takmir masjid Babussalam yang didirikan sejak tahun 2009, sementara anggotanya khusus wanita dan hingga kini telah memiliki anggota sebanyak 80 orang. Tujuan didirikannya pengajian muslimat ini menurut perintis pendirinya Ibu Hj. Azzahra Sukemi adalah untuk mengajak kepada masyarakat khususnya ibu-ibu agar melakukan gerakan amat makruf nahi mungkar. Disamping itu juga untuk memberdayakan peran wanita dalam kiprahnya di tengah masyarakat.

Adapaun bentuk pengajian muslimat Babusalam antara lain: pembacaan sholawat nabi, istighosah dan yasin tahlil. Dalam setiap kegiatan juga diisi dengan ceramah agama (mauidloh hasanah) yang mendatangkan mubaligh atau mubalighoh dari luar peruamahan. Untuk mendukung kelancaran program muslimat Babussalam ini, setiap anggota juga dikenakan kontribusi iuran setiap bulannya sebesar Rp.20.000,-. Dana iuran yang terkumpul digunakan antara lain untuk biaya operasional, pengadaan seragam dan konsumsi kegiatan setiap acara berlangsung. Partisipasi aktif yang dikembangkan dalam pengajian ini antara lain menyisihkan iuran untuk membantu meringankan beban anggota yang sakit, mengunjungi atau menjenguk anggota yang sakit serta menyantuni anak yatim secara temporer.

 

Seksi Remaja Masid Babusalam

Sebagai salah satu pendukung kegiatan takmir masjid dari unsur generasi muda, maka kehadiran remaja sangat dibutuhkan. Memang, Remaja Masjid (Remas) merupakan komunitas tersendiri anak muda,  baik remaja putra maupun putri. Namun muda-muda ini memiliki potensi untuk dirangkul dan dilibatkan dalam kegiatan kemasjidan, karena dipundak merekalah keberlangsungan kehidupan masjid ini dimasa depan berada. Mereka harus diposisikan sebagai kader masjid yang perlu terus dibina. Sehingga menggerakkan mereka sangatlah penting. Potensi lain remaja bisa dimanfaatkan untuk membantu mengembangkan media masjid yang saat ini rata-rata berbasil digital online, dan banyak diantara remaja yang memiliki pengalaman dan piawau dalam bidan informasi dan teknologi.  Karena itu Remas bisa dibina untuk ikut membentengi remaja lain agar supaya tidak terjerumus dalam tindakan kenakalan remaja, pergaulan bebas, kejahatan sehingga tetap berada pada koridor agama yang lurus melalui penguatan keimanan di dalam masjid, sekaligus mereka bisa belajar berorganisasi dengan tujuan yang positif.

Potret ini juga tampak dalam Remas Babussalam, sebuah kumpulan anak-anak remaja, mudi-mudi yang berhimpun dalam organisasi kemasjidan. Setiap bulan mereka berkumpul mengadakan pertemuan membahas hal-hal terkait perannya dalam ikut serta memakmurkan masjid, baik dalam bentuk pengajian, halaqoh-halaqoh atau diskusi.  Keberadaan remas dapat difungsikan untuk membantu kemakmuran masjid, juga membantu pengurus meringankan tugas ketakmitan. Kehadiran mereka dapat membantu kemakmuran masjid dan membantu pengurus masjid untuk meringankan tugas Takmir. Aktivitas program keagamaan mereka akan sangat bermanfaat bagi dirinya dalam membentengi hal-hal yang tidak baik dengan melibatkan diri pada kegiatan ketakmiran, bagi remaja pada umumnya dan masyarakat luas.

Nama besar masjid sebagai alamamater tempat ibadah dan berkiprah dalam kegiatan keagamaan bisa disyi’rkan lewat anak muda ini. Remas juga bisa ikut membantu mendakwahkan program-program masjid kepada masyarakat luas. Sehingga diharapkan Remas akan mampu membawa citra masjid sebagai bentuk branding nama baik muslim. Remas bisa menjadi teladan bagi remaja lainnya yang belum bergabung, mereka juga bisa membantu mencari solusi ditengah problematika kehidupan remaja dewasa ini dilingkungan sekitarnya melalui pendekatan nilai-nilai keagamaan

Remas Babussalam didirikan sejak tahun 2005 yang kini anggotanya berjumlah 60 orang. Dalam kegiatannya organ Remas ini dibawah kendali Takmir Masjd Babussalam, namun pengawasannya dilakukan oleh seorang pembina remas. Tujuan dibentuknya Remas Babussalam ini menurut Budi Santoso, ST salah satu pembina, adalah menggerakkan potensi yang ada pada remas Babussalam, sekaligus mengajak mengajak masyarakat khususnya remaja lain agar bisa aktif dalam kegiatan kemasjidan. Remaja masjid bisa ikut meramaikan masjid dengan kegiatan keagamaan dan dakwah, misalnya kajian rutin, diskusi, sholawatan, diba’an, pelatihan dan kegiatan positif lainnya. Di samping itu Remas juga melakukan pembinaan yang kontinyu kepada  para anggotanya sebagai penguatan personalia muslim muda. 

Kehadiran remas menurutnya, tidak bersikap eksklusif dan tidak terlalu menjaga jarak dengan  remaja lain yang belum bergabung, namun diharapkan tetap bersikap egaliter, membawa nilai-nilai moderasi beragama yang bisa diterima oleh masyarakat. Dari sinilah kemudian banyak remaja yang ikut bargabung dengan maksud menambah jalinan persahabatan, pertemanan dan yang lebih penting mereka bisa menambah wawasan keagamaan.

Ketua Remas Babussalam Moch Hafids mengatakan untuk optimalisasi program kegiatannya, pengurus selalu membangun komunikasi secara intens baik dengan anggota maupun pembina remas melalui media sosial WAG, Twitter dan Istagram. Adapun program kegiatan remas Babussalam antara lain: a). Pengajian rutin bulanan yang diasuh oleh pengurus Takmir guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. b). Mengadakan diskusi tematik sesuai dengan tren anak muda; c). Pelatihan banjari dengan mendatangkan pengasuh dari luar sebagai upaya mengembangkan seni islami d). Pelatihan baca Al-Quran secara tartil; e). Pelatihan training leadership dan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan); 6). Kegiatan Sosial diantaranya membantu fakir miskin, anak yatim, berbagi takjil saat bulan puasa, khitan masal dan sebagainya.

 

Kontrol atau Pengawasan (Controlling)

Kontrol atau pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting bagi suatu lembaga atau organisasi. Bentuknya adalah pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi yang tujuannya untuk lebih menjamin semua pekerjaan atau program yang telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Dalam hal ini pengawasan merupakan tugas pengurus terhadap semua personil yang menduduki jabatan atau mereka yang dipercaya mengemban amanah. Dalam kaitan dengan terselenggaranya manajemen yang baik di lembaga ketakmiran masjid Babussalam, kontrol dilakukan oleh pimpinan dan pengurus. Namun secara umum semua operasional kegiatan dikontrol oleh induk lembaga yaitu Yayasan melalui peran Dewan pengawas yayasan. 

Organ ini mengawasi kinerja semua bidang termasuk bidang ketakmiran masjid, yang terdiri dari: pengawasan pelaksanaan program kegiatan; pengawasan administrasi dan keuangan; dan pengawasan yang terkait pembangunan. Kontrol terhadap bidang ketakmiran sebagai liding sektor penggerak dakwah demi optimalisasi kegiatan keagamaan dilakukan secara simultan melalui keterlibatan pengurus dalam kegiatan, pemantauan dan kalender kegiatan. Kontrol terhadap bidang keuangan dilakukan dengan memeriksa laporan keuangan secara rutin setiap tiga bulan sekali oleh Bendahara Yayasan dan Pengawas yayasan. Kontrol anggaran dimulai dari pos sumber keuangan, aliran dana masuk, penggunaan dana sesuai rencana kerja kegiatan sesuai nota transaksi sampai pada saldo keuangan akhir. Dalam hal ini, takmir membentuk bendahara kecil yang semua pencatatannya kemudian dilaporkan ke bendahara Yayasan setiap bulan. Terkait penggunaan anggaran dana, maka setiap pengeluaran dalam bentuk apapun harus dibuktikan dengan nota atau bon. Dengan mekanisme kontrol ini diharapkan kinerja kegiatan dan penggunaan anggaran dapat dijalankan dengan penuh amanah.

Menurut Ketua Yayasan Babussalam Bhayangkara Moch Sholeh Hasan, demi asas transparansi kinerja program dan penggunaan anggaran, semua akan dilaporkan lewat laporan rutin 3 bulan sekali ke jama’ah maupun pengumuman di buletin.

“Kami sangat transparan dalam masalah anggaran ini, karena kami merasa ini adalah dana umat yang dipercayakan kepada lembaga ini, dan ini amanah demi pelayanan dan kesinambungan program, maka manfaatnya juga harus dikembalikan kepada semua jama’ah dan masyarakat. Penggunaan anggaran harus berbasis kinerja kegiatan dan bisa dipertanggung jawabkan. Karena itu kami tetap menggunakan sekala prioritas dalam kegiatan, mana yang dirasa sangat urgen termasuk dalam hal pembangunan fisik. Selama anggaran itu digunakan dengan baik dan memberikan manfaat untuk kegiatan dakwah serta dirasakan kemaslahatannya oleh jama’ah yatidak ada masalah. (Wawancara dengan ketua Yayasan Ust. M. Sholeh Hasan)

Adapun kontrol bidang pembangunan dilakukan pengurus bidang pembangunan dan dana usaha, dan secara periodik dilakukan oleh pengawas yayasan, dengan melihat program perencanaan pembangunan, administrasi keuangan dan laporan keuangannya.

 

Optimalisasi Kegiatan Keagamaan Jama’ah

Langkah Takmir Masjid Babussalam dalam menjalankan strategi dakwah dilakukan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana uraian di atas. Sementara untuk mengoptimalkan kegiatan keagamaan takmir masjid melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1.   Dalam setiap program kegiatannya melibatkan semua pengurus sesuai jadwal.

2.   Guna mendapatkan dukungan dan atensi jama’ah sebagai bentuk syi’ar, takmir menginformasikan kegiatan seluas-luasnya kepada jama’ah melalui pengeras suara, maupun media sosial, undangan dan papan pengumuman masjid.

3.   Mengadakan kegiatan pengajian secara intens, bakti sosial atau mengadakan rekreasi wisata religi berupa ziarah wali dan silaturohim ke alim ulama,

4.   Mengikursertakan pembinaan manajemen masjid setiap bulan melalui Lembaga Takmir Masjid Indonesia (LTMI) NU Kec. Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Dan secara temporer mengirim peserta diklat manajemen di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya.

5.   Mengadakan gerakan infak setiap pekan (hari Jum’at) melalui program “warung sedekahbaik sedekah nasi atau infak.

6.   Memperkuat aspek legal pendirian masjid dengan mengurus IMB di Pemda Sidoarjo dan Nomor Induk Masjid (NIM) di Kemenag Sidoarjo. Dan saat ini kedua aspek legal tersebut kini sudah dimiliki oleh Masjid Babussalam.

7.   Memperkuat aspek legalitas penggunaan lahan fasum masjid dari BPKAD Kab Sidoarjo, dan kini masjid Babussalam juga sdah memiliki surat tersebut melalui perjanjian antara Yayasan pengelola dengan Pemda Sidoarjo yang ditandatangani oleh Bupati Sidoarjo.

Memperkuat kelembagaan melaui jaringan kerja sama dengan beberapa pihak terkait program bidang pendidikan, dana usaha dan sosial kemasyarakatanSemua kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah dalam bidang keagamaan bagi jama’ah terus kami lakukan, kami dari takmir bersinergi dengan pihak Yayasan. Baik dalam penguatan keilmuan jama’ah melalui penanaman motivasi ibadah, pengajian atau taklim, diskusi serta pelatihan-pelatihan. Misalnya selama ini kami sudah memberikan diklat baca tulis Al-Quran kepada Bapak-bapak, Ibu-ibu serta remaja, dan ini sudah berjalan selama 3 tahun. Kami datangkan pengajar dari dalam maupun luar yang memiliki kompetensi, bahkan ada yang ustadnya seorang Hafids (penghafal al-quran). Para jama’ah dari yang asalnya tidak mengenal huruf arab, lalu mengenal dan bisa membaca dengan baik. Program ini kami adakan setiap hari secara klaster, setiap bakda Maghrib dan Isya. serta tidak dipungut biaya sepersenpun. Dari sinilah jama’ah merasakan manfaatnya dan akhirnya senang membaca Al-quran. Khusus untuk klaster anak-anak kami tampung di TPQ dan RTA Babussalam yang ditangani oleh bidang Pendidikan. (wawancara dengan Ust.Nahrowi Syaf’i’i,S,Pd,I  Kabid Pendidikan).

Dari 8 langkah optimalisasi tesrebut, memang belum semua berjalan maksimal, namun secara umum mendapatkan sambutan sangat baik dari jama’ah.  Masih ada sejumlah kendala, karena itu perlu langkah yang strategis guna memaksimalkan keberadaan dan fungsi masjid.

 

Strategi Komunikasi Dalam Optimalisasi Kegiatan

Dalam upaya mengoptimalkan kegiatan keagamaan, takmir masjid Babussalam juga melakukan strategi komunikasi kepada jama’ah terutama untuk pesan-pesan dakwahnya. Komunikasi ini dilakukan terhadap semua lini bidang secara intens, baik yang bersifat informatif maupun pendekatan personal.  Penerapan model komunikasi ini dimulai sejak tahun 2015 dan mendapatkan sambutan luas dari masyarakat.

Komunikasi dan informasi ini dalam wujud pemberitahuan kegiatan, kebijakan dan dakwah atau pesan moral. Adapun metode yang digunakan dengan media konvensional serta media sosial. Media konvensional melalui papan pengumuman, pasang bener kegiatan, undangan tertulis dan melalui Buletin Babussalam. Sedangkan yang melalui media sosial antara lain: lewat Wash app Group (WAG) Pengurus, WAG Jama’ah, WAG Jayataba, WAG Muslimat, Pemasangan Flyer kegiatan, Face Book (FB) Yabara, Instagram Yabara dan Kanal Live Youtube.  Setiap kegiatan pengajian atau dakwah selalu disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube Masjid Babussala Live.  Dengan cara ini semua kegiatan Masjid Babussalam akan mudah dan dengan cepat diketahui khalayak luas  khususnya jama’ah dimanapun berada.

Hampir semua  jama’ah masjid  Babussalam saat ini aktif menggunakan piranti  HP android  (Smartphone) dan mereka tergabung dalam WAG. Yang dirasakan manfaatnya dengan teknologi komunikasi digital ini antara lain : a) dengan mudah, cepat dan efisien memperoleh informasi yang dibagikan pengurus;  b). para jama’ah juga dengan cepat dapat merespon informasi itu dan melakukan tindakan apa yang diperlukan c). Info kegiatan bisa ditampilkan dalam bentuk Flyer (bener) yang dishare di WAG dengan tampilan yang menarik dan jelas termasuk Vedeo; d.) Jama’ah yang ketinggalan informasi juga bisa membuka kanal medsos Face book Babussalam karena selalu di update setiap saat.

Namun dengan teknologi komunikasi lewat media sosial ini bagi jama’ah yang sudah sepuh (tua) relatif tidak berdampak, karena mereka rata-rata tidak memanfaatkan media android sehingga kadang ketinggalan informasi. Secara umum strategi komunikasi melalui media digital ini memberikan kemudahan kepada siapapun karena mudah diakses dan bisa diviralkan dengan cepat.  Sedangkan untuk membuka ruang dialog kepada masyarakat Takmir Babussalam juga memanfaatkan website yang sudah dimiliki dengan aneka informasi terbaru dan rubrik yang selalu dibagikan, sehingga jama’ahpun bisa membuka website tersebut.  Strategi komunikasi tersebut menjadi bagian dalam mengoptimalkan kegiatan keagamaan serta mempermudah pelayanan ke jama’ah atau masyarakat.

Menurut Ketua Yayasan Babusalam M.Sholeh Hasan pihaknya menggunakan strategi komunikasi ini untuk menyesuaikan tuntutan zaman, karena semua telah berubah dengan  cepat. Maka model komunikasi konvensional dirasa kurang efektif dan tidak akan banyak dipakai, meski juga tidak ditinggalkan. Berikut penuturannya:

“Media sosial yang kami gunakan untuk sarana dakwah bagi jama’ah, pertama, WAG. (Whats App Group) ini merupakan aplikasi umum chating yang sudah masif dipakai masyarakat, Piranti ini saya rasa lebih dominan dari pada handphone, banyak pemakai mengunakan platform  ini untuk berbagi dokumen baik image, file, video bahkan banyak mengunakan untuk komunikasi dan promosi. Maka dakwah masjid Babussalam juga lewat WAG. Kedua, Facebook, kami menggunakan FB karena ini merupakan salah satu media sosial yang digunakan untuk berbagi informasi ke jamaah, membangun jaringan  dan berbagi dokumen apa saja, apa lagi FB ini menjadi media jejaring sosial yang paling banyak dikunjungi dibandingkan dengan media-media lainya. Hal ini dikarenakan media tersebut memiliki banyak fitur-fitur yang unik dan menarik dan apalagi Facebook juga bisa diakses secara gratis dan mudah digunakan. Hampir dari semua kalangan mengunakan media ini terutama dari kalangan pemuda, sehingga cukup untuk menjadi media yang efektif sebagai sarana berdakwah. Ketiga, kami juga ada Istagram sebagai salah satu media sosial yang digunakan untuk mengambil gambar, membagikan gambar, membagikan secara live ataupun tidak sehingga kegiatan dimasjid Babussalam yang temporer dalam sekala agak besar selalu kami masukkan ke istagram,” papar Sholeh

Dalam situasi dimana kita sudah memasuki era konvergensi media, pemanfaatan jaringan komunikasi yang canggih memang sangat dibutuhkan. Hal ini disamping untuk mempercepat layanan informasi, juga untuk menyebarkan semua pesan dakwah kepada umat. Sehingga layanan dakwah tidak hanya berhenti di atas mimbar atau meja-meja para ustad dan pengisi taklim, namun bisa menyebar luas dengan cepat dan bisa dinikmati oleh khalayak dimanapun berada. Strategi dakwah yang efektif dan efisien kini bisa menggunakan media sosial. Dan ini pula yang kini dilakukan oleh Takmr Masjid Babussalam dalam mensyi’arkan dakwahnya untuk pemberdayaan jamaahnya.

Sebagaimana dikatakan Zahra, (2022) salah satu bentuk media sosial itu adalah Istagram (IG), dengan pendekatan menyuguhkan foto yang menarik atau vedeo singkat, popularitas IG semakin meningkat. Kini jadi tren dengan tingkat follower sangat tinggi, yang akhirnya banyak dimanfaatkan oleh berbagai kalangan, termasuk pendakwah, baik lewat masjid atau studio-studio mini yang dirancang sebagai sarana interaktif (Nurrahmi & Farabuana, 2020).

Kegiatan di masjid Babussalam juga selalu diviralkan lewat medos Face Book (Fb) dan Istagram sebagaimana uraian di atas, hal ini dalam upaya memperluas jaringan publikasi dan membangun syi’ar Islam melalui beragam kegiatan. Media sosial dengan beragam platform-nya sebagai media dakwah juga merambah kelompok-kelompok pemuda atau remaja masjid, seperti yang dilakukan oleh Remaja Masjid Babussalam.Pemanfaatan media sosial dikalangan kaum muda yang biasa disebut kaum milenial kini menjadi pilihanalternatif media dakwah yang efektif dengan pemilihan konten yang tepat (Hariyati & Wahdiyati, 2019).  Baik Istagram, FB dan Youtube menjadi medium yang menarik, bukan hanya kecepatannya namun juga visualisasi gambarnya, sehingga banyak disukai masyarakat, Namun demikian penggunaan piranti ini perlu ekstra hati-hati, agar tidak terjebak pada kemudahannya saja dari ragam informasi yang hadir setiap saat.

 

Kesimpulan

Dari hasil penelitian melalui deskripsi dan analisis di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Implementasi fungsi-fungsi manajemen sebagai sebuah strategi yang meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan dan Kontrol di lembaga Takmir Masjid Babussalam sudah berjalan baik, dalam koridor terukur dan terarah. Kondisi ini bisa dilihat dari kebijakan Takmir yang mendistribusi kewenangan sebagai penjabaran tugas para pengurusnya dengan jelas.  Strategi menjalankan kegiatan sebagai upaya optimalisasi kegiatan keagamaan dilakukan dengan membagi pogram dalam sekala waktu, yaitu jangka pendek, menengah dan panjang. Dalam menggerakkan roda organisasi kemasjidan tidak hanya menekankan peran pengurus, namun juga melibatkan jama’ah dan masyarakat yang secara aktif mengikuti semua progam yang telah dicanangkan. Dalam upaya mengoptimalkan kegiatan, lembaga Takmir Masji Babussalam melakukan beberapa langkah riel mulai dari pengarahan, pembimbingan, pengkomunikasian dan memberi motivasi kepada jama’ah, sehingga semua program berjalan baik dan memberikan kemanfaatan. Sementara mekanisme kontrol juga berjalan dengan baik melalui peran dewan pengawas yayasan dibantu sejumlah pengurus takmir.  Ditemukan sejumlah kelemahan / hambatan dan juga ada faktor pendukung bahwa tidak adanya pendataan jumlah jama’ah tetap, melainkan pendataan anggota pengajian  yang masuk struktur unit kegiatan dakwah melalui kelompok Jayataba dan Muslimat Babussalam. Kurangnya koordinasi antar masing-masing seksi atau sub unit bidang, sehingga posisi ketua dan pengurus inti menjadi terkesan dominan. Kurang menggemanya gerakan infak khususnya untuk menjaring donatur tetap, maka motivasi perlu terus digiatkan melalui berbagai pengajian. Sementara faktor pendukung atau dalam menggerakkan optimalisasi kegiatan keagamaan di masjid Babussalam antara lain : memiliki bangunan masjid yang megah, indah, bersih dan nyaman sebagai pusat kegiatan keagamaan, memiliki fasilitas yang memadai seperti gedung serba guna, tempat refresh, ruangan yang bersih dan ber AC; jaringan internet Wifi 24 jam yang mudah diakses, memiliki tim kesenian Islam sholawatan, Banjari putra maupun ibu-ibu sebagai pendukung kegiatan syi’ar Islam. Memiliki aspek legalitas yang lengkap sebagai lembaga kemasjidan baik bangunan, izin lokasi dari Pemkab Sidoarjo dan Kemenag Sidoarjo dan lembaga yang menanunginya di bawah yayasan

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Arianto, N. (2021). Manajemen Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Dalam Pengembangan Dakwah Islamiyah. Jurnal Program Studi Manajemen Dakwah, 1(1).

Ayub, M. E. (1996). Manajemen masjid. Gema Insani.

Castrawijaya, C. (2023). Manajemen Masjid Profesional Di Era Digital. AMZAH.

Creswell, J. W. (2019). Research design: Pendekatan metode kualitatif, kuantitatif dan campuran.

Fadhila, N., & Hasibuan, M. (2018). Penerapan Tax Planning Dalam Meminimalkan Beban Pajak Penghasilan Pada Pt Perkebunan Nusantara Iv Medan. Seminar Nasional Royal (SENAR), 1(1), 455–460.

Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode penelitian kualitatif. Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, 21(1), 33–54.

Hariyati, F., & Wahdiyati, D. (2019). Penguatan dakwah virtual sebagai upaya memakmurkan masjid berbasis kegiatan remaja Masjid. Jurnal Solma, 8(2), 239.

Hindun, H. (2015). Perencanaan strategis dan prilaku manajerial lembaga-lembaga pendidikan. Al-Fikrah: Jurnal Kependidikan Islam IAIN Sulthan Thaha Saifuddin, 6, 56645.

Karim, H. A. (2020). Revitalisasi Manajemen Pengelolaan Peran Dan Fungsi Masjid Sebagai Lembaga Keislaman. Jurnal Isema: Islamic Educational Management, 5(2), 139–150.

Nurrahmi, F., & Farabuana, P. (2020). Efektivitas Dakwah Melalui Instagram. Nyimak: Journal of Communication, 4(1), 1–16.

Ridwanullah, A. I., & Herdiana, D. (2018). Optimalisasi pemberdayaan masyarakat berbasis masjid. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 12(1), 82–98.

Rosadi, B. F. (2014). Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam. AN NUR: Jurnal Studi Islam, 6(1).

Santoso, H., Arifah, H., Muttaqin, I., Kholil, A., & Anjarwati, M. (2022). KKN Melayu Serumpun 2022: Menggali Potensi Mesjid Baitussalam Nyak Sandang Menjadi Destinasi Wisata Religi di Aceh. The 4th International Conference on University Community Engagement (ICON-UCE 2022), 4, 755–759.

Sumardianto, E. (2022). Perencanaan Strategi Masjid Jogokariyan Yogyakarta. INTELEKSIA: Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 3(2), 243–264.

Syahkuan, J., Ni’mah, S., Absor, S. M. U., Azis, M. A., Bakri, A. A., & Napitupulu, R. H. M. (2022). Manajemen Strategik Dalam Organisasi. Penerbit NEM.

Zahra, A. (2022). Perspektif Mahasiswa terhadap Personal Branding Pejabat Publik di Media Sosial. De Cive: Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 2(7), 272–280.

 

 

Copyright holder:

Syaifudin Zuhri, Ali Mursyid, Pardianto (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: