Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
11, November 2024
STRATEGI OPTIMALISASI DAKWAH KEAGAMAAN BERBASIS
MANAGEMENT
Syaifudin Zuhri1, Ali Mursyid2,
Pardianto3
Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1
Abstrak
Bagi umat
Islam, masjid merupakan institusi
penting dalam melakukan pembinaan dan mengembangkan nilai-nilai keagamaan. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah (sholat), masjid
juga memiliki peran sebagai pusat pendidikan
dan kebudayaan Islam. Keberadaannya
bisa menjadi medium pemersatu umat, lambang syi’ar dan kebanggaan. Karena itu masjid
harus difungsikan secara optimal untuk kepentingan
umat Islam dalam mengatur segala sendi kehidupan. Penelitian ini bertujuan bagaimana masjid bisa difungsikan secara optimal melalui berbagai kegiatan keagamaan, dengan menerapkan manajemen yang baik. Masalah yang diangkat dalam penelitian fokus pada dua hal, pertama
bagaimana strategi yang dilakukan untuk mengoptimalkan kegiatan keagamaan; kedua, bagaimana keterlibatan masyarakat dalam upaya memakmurkan masjid. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan; pertama, manajemen yang diterapkan dalam uupaya optimalisasi
keagamaan berjalan dengan baik; Kedua,
respon masyarakat dalam mendukung upaya memakmurkan masjid sangatlah besar, hal ini
ditunjukkan dengan partisipasi aktif masyarakat sekitar untuk mendirikan shalat berjamaah di masjid. Ketiga,
dalam upaya membangun jaringan donasi, pengurus menggandeng lembaga kemasyarakatan RT RW, sehingga sinergitas kerja sama dapat dibangun
dengan baik melalui kerja sama
semua pihak.
Kata Kunci : Strategi Manajemen, Takmir Masjid, Optimalisasi keagamaan
Abstract
For Muslims, mosques are important institutions in
fostering and developing religious values. In addition to functioning as a
place of worship (prayer), the mosque also has a role as a center for Islamic
education and culture. Its existence can be a medium to unite the people, a
symbol of shi'ar and pride. Therefore, the mosque
must function optimally for the benefit of Muslims in regulating all joints of
life. This research aims to see how mosques can function optimally through
various religious activities, by implementing good management. The problems
raised in the research focus on two things, first, how the strategy is carried
out to optimize religious activities; Second, how is the involvement of the
community in efforts to prosper the mosque.
Data collection techniques through observation, interviews and
documentation. The results of the study showed; First, the management
implemented in religious optimization efforts is running well; Second, the
community's response in supporting efforts to prosper the mosque is very large,
this is shown by the active participation of the surrounding community to
establish congregational prayers in the mosque. Third, in an effort to build a
donation network, the management collaborates with RT RW community
institutions, so that the synergy of cooperation can be built well through the
cooperation of all parties.
Keywords: Management Strategy, Takmir
Mosque, Religious Optimization
Pendahuluan
Masjid sebagai tempat ibadah tentu membutuhkan pengelolaan yang baik dan profesional, karena setiap hari
melayani kepentingan umat Islam (Castrawijaya, 2023). Meski masjid dikhususkan sebagai tempat ibadah sholat, namun masjid juga bisa difungsikan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bidang. Bahkan sekarang ini di Indonesia banyak masjid didirikan bukan saja untuk
tempat ibadah, namun bisa menjadi suatu
destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi umat Islam. Artinya masjid memiliki fungsi yang integral sesuai kebutuhan Masyarakat (Santoso et al., 2022). Bila kita menengok masa lalu, sejak zaman Nabi Muhammad Rosululloh SAW, masjid sudah didirikan untuk membangun peradaban umat dalam berbagai
sendi kehidupan. Rosul sudah memberikan
contoh bagaimana menghidupkan, memfungsikan dan memakmurkan masjid. Disatu sisi masjid untuk tempat mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah ritual, disisi
lain masjid digunakan untuk
membangun interaksi sosial antar sesama
manusia (muamalah). Karena itu dalam mengelola
lembaga kemasjidan butuh perencanaan yang matang, lalu dalam
pelaksanaan programnya dibutuhkan manajemen yang baik dan sumber daya yang kuat (Sumardianto, 2022).
Dalam
sejarahnya, masjid pernah menjadi pusat kebudayaan
masyarakat Islam, dimana
masjid bisa memberikan pendidikan ketauhidan sebagai sendi-sendi dasar keimanan umat Islam. Masjid juga menjadi simbul persatuan umat dari berbagai
kelompok dan aliran, dari masjid kemudian bisa ditanamkan bagaimana membangun persamaan dan menguatkan tali persatuan antara sesama hamba Tuhan. Yang menurut Rosadi, (2014) dari nilai-nilai ini akan muncul
rasa keadilan sosial dalam berbagai sisi kehidupan. Ketika Rosulullah hijrah ke Madinah, kemudian membangun masjid, maka masjid digunakan untuk melakukan pembinaan umat secara holistik.
Tujuannya untuk mencerahkan umat dan megenalkan risalah ilahiyah yaitu sumber-sumber ajaran dari Allah. Maka masjid tidak hanya digunakan untuk sholat berjam’aah
dan dzikir, membaca
kalam-kalam ilahi, dan bermunajat
namun juga difungsikan untuk membangun nilai-nilai sosial keagamaan yang tujuannya untuk mengembangkan masyarakat muslim.
Dalam
paparan Ridwanullah & Herdiana, (2018) dikatakan di era sekarang, masjid
bisa di berdayakan untuk umat Islam karena masjid memiki potensi yang luar biasa. Maka munculnya slogan back
to masjid bisa menjadi inspirasi untuk mengembalikan semangat kejayaan umat Islam dengan mengoptimalkan keberadaan masjid.
Penelitian ini bertujuan bagaimana
masjid bisa difungsikan
secara optimal melalui berbagai kegiatan keagamaan, dengan menerapkan manajemen yang baik.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan desain deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan bagaimana
manajemen masjid diterapkan dalam mengoptimalkan kegiatan keagamaan dan peran
serta masyarakat dalam memakmurkan masjid (Fadli, 2021). Desain ini dipilih
karena memungkinkan peneliti untuk mendalami fenomena sosial secara mendalam
terkait strategi pengelolaan masjid dan keterlibatan komunitas.
Penelitian dilaksanakan di beberapa masjid yang
dipilih sebagai objek studi. Masjid-masjid tersebut berlokasi di wilayah
perkotaan dan pedesaan, yang memberikan variasi konteks dalam pengelolaan
masjid. Penelitian ini berlangsung selama enam bulan, dimulai dari Januari
hingga Juni 2024. Sedangkan data penelitian dikumpulkan melalui tiga metode
utama: observasi, wawancara, dan dokumentasi (Creswell, 2019).
Adapaun data yang diperoleh akan dianalisis dengan
metode analisis deskriptif kualitatif. Proses analisis melibatkan beberapa tahap, yaitu pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh
dari hasil wawancara dan observasi diinterpretasikan berdasarkan teori yang
relevan, khususnya teori manajemen masjid dan peran masyarakat dalam
memakmurkan masjid.
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Obyek Penelitian
Dari observasi dan penggalian data yang dilakukan penulis selama berada di obyek penelitian diperoleh gambaran riel tentang masjid Babussalam dan pihak pengelolanya, bahwaMasjid Babussalam adalah milik warga warga
perumahan Griya
Bhayangkara. Masjid ini
awal mula pendiriannya dibangun oleh pengembang perumahan PT. Putra
Bhayangkara pada tahun 1995, dimana
pemilik pengembang ini adalah Bp. H.M. Thoha Husein mantan pejabat Polda Jatim. Babussala, merupakan masjid yang pertama dilingkungan perumahan. Karena di perumahan
Griya Bhayangkara saat ini terdapat 4 masjid, yaitu Masjid Babussalam, Masjid Nurfadilah, Masjid Baitul Mahmud dan Masjid Darussalam.
Adapun luas lahan masjid mencapai 1.300 m2 dengan batas-batas masjid sebelah
timur berbatasan dengan tanah fasum
dan pemukiman warga, sebelah barat berbatasan dengan lahan fasum
dan sekolah TK, di sebelah utara berbatasan dengan sungai milik
Dinas Irigasi dan persawahan
dan sebelah selatan berbatasan dengan jalan perumahan serta rumah warga.
Dibangunnya
Masjid Babussalam ada dua alasan, pertama karena adanya kebutuhan
warga perumahan yang mendesak untuk tersedianya sarana ibadah, mengingat saat itu belum ada
satupun masjid di lingkungan
perumahan. Sebenarnya ada masjid namun milik warga kampung Peterongan Masangankulon yaitu masjid Al-Istiqomah yang jaraknya cukup jauh dari perumahan.
Kedua, karena penyediaan fasilitas umum (fasum) berupa rumah ibadah
memang sudah menjadi kewajiban pengembang atau developer sesuai amanah undang-undang. Setelah pembangunan masjid selesai, ditindaklanjuti peresmian dan penyerahan kepada warga, baru
kemudian dibentuklah struktur kepengurusan. Maka saat
itu ditunjuk beberapa orang sebagai pengurus
masjid Babussalam. Mulai dari unsur
ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan bidang. Ada warga yang ditunjuk sebagai petugas Imam masjid,
petugas perawat bangunan masjid, petugas kebersihan dan keamanan, lalu
ditindaklanjuti menyusun program kegiatannya. Termasuk pengurus RT juga dilibatkan untuk menjadi pengurus yang saat
itu di jabat oleh Bp. Suherfan selaku Ketua RT 35 Perum Griya Bhayangkara. Dalam waktu satu tahun
kemudian tepatnya
1996 dibentuklah secara resmi
Takmir Masjid Babussalam. Mereka bertugas untuk mengelola lembaga kemasjidan baik dibidang peribadahan, dakwah,
pendidikan serta pengembangannya. Adapun pengurus periode pertama tahun 1996-1999 antara lain.
Tabel 1. Pengurus Takmir Masjid Babussalam 1996-1999
No |
Nama Pengurus |
Jabatan |
1 |
H. Suwachyan |
Ketua Takmir |
2 |
Hariyono |
Wakil Ketua |
3 |
Sekretaris |
Nur Budiono |
4 |
Imam Asmui |
Bendahara |
5 |
Moh Sa’i |
Bidang Peribadahan |
7 |
Mardayik |
Bidang Pendidikan |
8 |
H.M Suud |
Bidang Pembangunan |
(Sumber: wawancara dengan Bp. Nur Budiono mantan pengurus)
Dalam
perkembangan selanjutnya,
masjid Babussalam semakin ramai dan banyak dikunjungi oleh warga untuk beribadah dan mengikuti kegiatannya baik warga perumahan
maupun kampung Masangankulon.
Termasuk
mengikuti kegiatan Shalat Jum’at serta
kegiatan pengajian. Kegiatan dakwah dan syi’ar semakin menggema dari masjid Babussalam. Secara umum program kegiatan di masjid Babussalam terbagi dalam 4 bidang program diantaranya: Bidang Peribadahan, Pendidikan, Dakwah dan Pembangunan, diversifkasi
ke empat bidang tersebut bisa dilihat tabel
2 berikut.
Tabel 2. Program Kegiatan
Takmir Masjid Babussalam 1996-1998
No. |
Program Kegiatan |
Uraian Program Kegiatan |
1. |
Peribadahan |
Mengelola peribadahan (mengatur jadwal Muadzin, Imam Rowatib,
Khotib Jum’at), bertanggung jawab kebersihan,
keamanan dan ketertiban. |
2. |
Dakwah |
Taklim Harian, Khotmil Quran bulanan, Pengajian Jayataba, Pengajian bulanan, Pengajian Muslimat dan PHBI |
3. |
Pendidikan |
Menyelenggarakan Taman Pendidikan al-Quran (TPQ), Rumah Tahfids,
Madrasah Diniyah, Diklat Al-Quran Dewasa Putra Putri |
4. |
Pembangunan |
Melakukan perawatan dan pemeliharaan
bangunan masjid, penyediaan sarana dan prasarana ibadah dan pengembangan. |
Semua program kegiatan berjalan baik hingga saat ini, dan
Masjid Babussalam telah menunjukkan perkembangan yang
sangat pesat, baik dari sisi bangunan fisik maupun sejumlah pengembangan
programnya, semuanya mengikuti tren perkembangan masyarakat dan eranya. Pada
tahun 1998 terjadi pergantian pengurus Takmir, yang diikuti perubahan program
kegiatan, program lama dipertahankan namun ditambah program baru. Adapun pengurus Takmir tahun 1999 – 2002
dapat dilihat dalam tabel 3 :
Tabel 3. Pengurus
Takmir Masjid Babussalam
1998-2002
No |
Nama Pengurus |
Jabatan |
1 |
H. M.Sholeh Suyuti |
Ketua Takmir |
2 |
H. Badaruddin |
Wakil Ketua |
3 |
H. Suwachyan |
Sekretaris |
4 |
H.M Suud |
Bendahara |
5 |
Moh Sa’i |
Bidang Peribadahan |
7 |
Suwartini |
Bidang Pendidikan |
8 |
H.Mulyono |
Bidang Pembangunan |
Mekanisme
pergantian kepengurusan takmir masjid Babussalam berlangsung secara alamiah sesuai masanya dengan periode tiga tahun
sekali, hal ini berjalan hingga
tahun 2012 setelah dibentuk Yayasan Babussalam
Bhayangkara tahun 2009. Sementara
empat program besar yang wajib dijalankan yaitu Peribadahan, Dakwah, Pendidikan dan Pembangunan dipertahankan
hingga kini. Dari hasil wawancara peneliti dengan Ketua Takmir
terkait kepengurusan sejak 2002 sampai 2022 dapat dilihat dalam:
Tabel 4. Pengurus
Takmir Masjid Babussalam 2002-2022
No |
Jabatan
Pengurus |
Tahun 2002-2005 |
Tahun 2005-2008 |
Tahun 2008-2011 |
1 |
Ketua |
Drs,Abd Kholiq |
Drs.Saifudin |
Drs.Saifudin |
2 |
Wakil |
Drs.Moch Dahlan |
HermanHadiyanto |
Herman Hadiyanto |
3 |
Sekretatis |
Herman Hadiyanto |
Sholeh Hasan |
Sholeh Hasan |
4 |
Bendahara |
Drs.Edy Purwanto |
Drs.Edy Purwanto |
Drs.Edy Purwanto |
5 |
Bid Peribadahan |
H.Suparmo |
Drs. Suradi |
Choirul Hadi |
6 |
Bid Dakwah |
Mulyono |
H. Badaruddin |
Drs.Abd Choliq |
7 |
Bid Pendidikan |
Drs.Moch Dahlan |
Drs.Moch Dahlan |
Herman Hadiyanto |
8 |
Bid Pembangunan |
Ir. Sugiyanto |
Ir.Edy Suhartono |
Ir.Syafrul Nahar |
9 |
Bid. Sosial Kemasyarakatan |
Trimariman |
Trimariman |
Trimariman |
Tabel 5. kepengurusan sejak 2002 sampai 2022
No |
Jabatan Pengurus |
Tahun 2012-2017 |
Tahun 2017-2021 |
Tahun 2021-2026 |
1 |
Ketua |
Drs.H.Abd Kholiq |
M.Sholeh Hasan |
Moch Amin |
2 |
Wakil |
Drs.Kasino |
Moch Amin |
Choirul Anam |
3 |
Sekretatis |
Nahrowi Syafi’i |
Budi Suwarno |
Budi Suwarno |
4 |
Bendahara |
Hadi Sukresno |
Hadi Sukresna |
Soejono |
5 |
Bid Peribadahan |
H. Choirul Hadi |
H. Choirul Hadi |
Drs.Abd Yakin |
6 |
Bid Dakwah |
Moch Amiin |
Agus Sudarmwan |
Agus Sudarmawan |
7 |
Bid Pendidikan |
Herman Hadiyanto |
Herman H. |
Nahrowi Syafii |
8 |
Bid Pembangunan |
Ir.H.Edi Suhartono |
Drs.Sukarmo |
Drs.H. Sukarmo |
9 |
Bid Sosial Kemasy. |
Trimariman |
Trimariman |
Trimariman |
Strategi Manajemen Takmir
Masjid Babussalam
Strategi Manajemen Takmir Masjid Babussalam dalam optimalisasi kegiatan keagamaan jama’ah selama 15 tahun terakhir tetap berjalan dengan baik dengan
inovasi-inovasi yang terus dikembangkan. Hal ini tentu saja
tidak lepas dari penerapan konsep manajemen di lembaga ini dengan
melibatkan semua unsur, baik pengurus
takmir maupun pengurus yayasan. Manajemen takmir Masjid Babussalam bersifat open mengikuti manajemen induk masjid yang menaunginya yaitu Yayasan Babussalam
Bhayangkara (Yabara). Semua
terpola dalam pembagian divisi atau bidang sebagai
implementasi operasional kegiatan. Sebagai
induk, Yabara mengambil kebijakan-kebijakan strategis demi kelancaran operasional semua bidang.
“Kami mengambil langkah semua program kegiatan harus berjalan sesuai tupoksinya (tugas pokok dan fungsinya) dengan menerapkan manajemen yang baik, terarah, terukur dan harus jalan. Karena itu semua bidang
harus berjalan sesuai perencanaan yang diawali dari musyawarah
bersama. Dan kami menekankan
semua harus dimulai dari musyawarah
bersama tidak bisa diputuskan sendiri oleh ketua atau sepihak, dengan
terus membangun komunikasi dan koordinasi yang baik antar sesama
pengurus. Di sinilah kami menempatkan orang-orang yang kredibel
sesuai bidang keahliannya, garis komando jelas, garis koordinasi juga jelas sehingga tidak akan terjadi
tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas. Dan meski ini semua sifatnya
sukarelawan karena tidak diberi honor (tidak menerima gaji), kami tetap menekankan kepada semua pengurus harus ikhlas dalam
menjalankan tugasnya dan tetap profesional dalam melayani umat”. (wawancara dengan
Ketua Yayasan: Ust.Moch. Sholeh Hasan, M.Hi)
Dalam
konteks inilah takmir masjid Babussalam
harus mandiri dalam mengelola urusan kemasjidan. Dalam wawancara dengan Bp. Moch Amin, Ketua Takmir Masjid
Babussalam, diketahui bahwa strategi manajemen Masjid Babussalam sudah cukup Optimal.
“Alhamdulillah untuk penerapan manajemen Babussalam sejauh ini sudah cukup
optimal, namun demikian tetap ada kekurangan
di sana sini, kami berusaha
untuk bekerja sama dengan semua
pihak, kami punya prinsip hari esok harus
lebih baik dari hari ini,
dan harus ada peningkatan. Strategi manajemen ini yang kami lakukan dengan menjalin kebersamaan, transparansi dan akuntabel. Ini ditandai dengan
adanya struktur pengurus yang lengkap, koordinasi ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota sejauh ini berjalan
dengan baik sehingga memudahkan pengurus menjalankan
program-program kerja, walaupun
masih ada program yang belum tercapai. Selain itu kita
bisa melihat juga bagaimana perkembangan fasilitas dan jumlah jama’ah yang terus bertambah,’ (Wawancara, Amin).
Penerapan
fungsi manajemen menjadi acuan dalam
menggerakkan organisasi ketakmiran Masjid Babussalam, diantaranya:
Perencanaan (Planning)
Perencanaan
merupakan awal dalam setiap langkah
kegiatan yang sangat penting,
bahkan Islam sangat konsen dengan memperhatikan perencanaan ini dalam menjalankan setiap kegiatan. Apalagi jika kegiatan
itu dilakukan secara kelembagaan (Hindun, 2015). Dalam terminologi bahasa, khususnya bahsa arab, perencanaan
dikenal dengan kata “takhktith”. Menurut Louis A Allen
perencanaan adalah menentukan serangkaian tindakan dengan tujuan untuk mencapai
hasil yang inginkan (Fadhila & Hasibuan, 2018). Semua program kegiatan di masjid Babussalam diawali dengan sebuah perencanaan,
karena perencanaan ini menyangkut program yang akan dijalankan, baik program jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Berdasarkan (wawancara dengan sekretaris Yayasan Bp. Yuliawan Kristanto pada 20 Januari 2022) diperoleh keterangan bahwa Perencanaan dimulai dari terbentuknya
pengurus baru. Pengurus
yang sudah disusun lalu dilaporkan kepada Yayasan sebagai induk pengelola
semua bidang untuk mendapatkan pengesahan dan persetujuan. Perencanaan disusun setelah terbentuknya pengurus baru pada awal periode
berjalan melalui forum rapat internal
pengurus. Setelah disepakati bersama lalu diajukan ke
Yayasan untuk disahkan, baru kemudian program dijalankan. Perencanaan disusun oleh tim pengurus
takmir yang di pimpin oleh Ketua
Takmir dengan anggota antara lain sekretaris dan bendahara.
Selama
15 tahun terakhir setiap
program selalu diawali dengan sebuah perencanaan dengan melibatkan tim khusus takmir.
Tim ini bertugas menyusun desain program yang dilaksanakan dalam sekala tahunan.
Semua bidang wajib menyusun perencanaan dan site plan, baik jenis
kegiatannya maupun perkiraaan jumlah anggarannya. Lalu diajukan ke forum
rapat bersama yang dihadiri pihak Yayasan Babussalam.Adapaun jenis perencanaanitu antara lain : 1) perencanaan sumber daya manusia,
yaitu menyusun pengurus sesuai bidang dan kompetensinya;
2) perencanaan progam kegiatan, yang disusun untuk jangka menengah 1 tahun sekali dan jangka
panjang selama 5 tahun; 3) perencanaan anggaran program kegiatan, dimana hal ini harus
bertumpu pada sekala prioritas. Hal ini disusun menyesuaikan rencana kegiatan dan besarnya nilai
anggaran yang disediakan, kemudian diajukan ke pihak
Yayasan untuk mendapatkan persetujuan.
Tabel 6. Pos Sumber Keuangan
Masjid
No |
Sumber Keuangan |
Keterangan |
1 |
Donatur tetap Yayasan |
Bulanan |
2 |
Infaq Kaleng keliling Jum’at |
Mingguan |
3 |
Infaq Kirim Do’a
bulanan |
Bulanan |
4 |
Donatur / infaq insidentil |
Temporer |
5 |
Infaq Siswa
/ santri TPQ,RTA |
Bulanan |
6 |
Keuntungan usaha yayasan |
Bulanan |
Langkah ini disusun mengingat
semua sumber keuangan dikelola oleh Yayasan, meskipun pemasukan dana Takmir juga cukup besar. 4) Perencanaan jadwal kegiatan rutin baik program harian, mingguan, bulanan atau temporer
dengan sekala waktu tertentu. Semua perencanaan (meskipun belum diekskusi kegiatannya) setelah mendapatkan persetujuan bersama lalu diumumkan kepada jamaah baik
melalui media sosial, buletin jum’at maupun papan pengumuman
masjid Babussalam. Melalui
4 perencanaan tersebut semua program kegiatan bisa dilaksanakan dengan baik.
Pengorganisasian (Organizing)
Begitu pentingnya sebuah organisasi atau lembaga apa lagi
yang melayani kebutuhan
orang banyak dalam setiap harinya. Maka dalam lembaga diperlukan
tenaga, sumber daya manusia, sumber
material dan anggaran yang semua
itu dilakukan melalui sebuah strategi yang baik. Tujuannya untuk mencapai satu tujuan (goal) yang sama. Karena itu semua harus diatur
secara rapi, ditentukan dan dikelompokan dalam satu organisasi
atau lembaga. Munculnya organisasi karena karena manusia dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhannya memang selalu memerlukan
bantuan orang lain. Karena itu
mereka harus melakukan komunikasi, koordinasi dan kerja sama untuk mencapai
tujuan bersama tersebut. Menurut (Ayub, 1996) dengan adanya kerja sama
dan tujuan bersama inilah kemudian perlu hadir apa
yang disebut organisasi.
Demikian juga dengan Takmir Masjid Babussalam, setelah masjid resmi berdiri pada tahun 1996 dibentuklah lembaga ketakmiran. Kepengurusan awal terus berjalan secara periodik hingga saat ini
tahun 2022 dengan beberapa kali terjadi pergantian pengurus (sebagaimana uraian dan tabel di atas). Untuk mengoptimalkan program kegiatan. sejak tahun 2011 kepengurusan takmir masjid Babussalam berada dibawah kendali Yabara, sebagai induk pengelola
semua bidang dan kegiatan, Tetapi meski berada di bawah induk Yayasan, takmir masjid Babussalam diberi kewenangan sepenuhnya untuk mengelola sub bidang yang menjadi kewenangan ketakmiran. Setelah dibawah naungan Yayasan sejak 2011 posisi lembaga ketakmiran masjid Babussalam sebatas bidang, namun memiliki
posisi vital. Posisinya sama dengan 5 bidang
yang lain yaitu Bidang
Pendidikan, Dana dan Fundarasing, Usaha, Pembangunan
dan Sosial Kemasyarakatan.
Adapun lembaga Ketakmiran membawa Sub Unit Bidang: Peribadahan; Dakwah; Kebersihan, Keamanan dan Marbot; Pengajian Yasin Tahlil, Komunitas Pengajian Muslimat Babussalam; Remaja Masjid dan sub
nit bidang atau seksi PHBI. Berikut struktur organisasi ketakmiran masjid Babussalam.
SEKSI PERIBADAHAN SEKSI DAKWAH& PHBI SEKSI PENGAJIAN (JAYATABA) SEKSI
MUSLIMAT & GENDER SEKSI
REMAJA
MASJID DEWAN PEMBINAYAYASAN YAYASAN BABUSSALAM BHAYANGKARA TAKMIR MASJID BABUSSALAM Dewan Pengawas Yayasan
Gambar 1. struktur
organisasi ketakmiran
masjid Babussalam
Struktur organisasi Yayasan Babussalam
Bhayangkara dipimpin oleh seorang
Ketua didampingi Sekretaris dan Bendahara, sementara organ diatasnya ada Dewan Pembina yang terdiri dari Ketua pembina,
anggota dan Dewan Pengawas. Sementara untuk menggerakkan organisasi Yayasan ini membawahi tim pelaksana
dalam beberapa bidang antara lain: Bidang Ketamiran Masjid; Bidang Pendidikan; Bidang Sosial Kemasyarakatan; Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan
Aset; serta Bidang Dana dan
Usaha. Namun untuk menggerakkan dan mengoptimalkan kegiatan keagamaan, Takmir masjid menjadi ujung tombak utama. Sehingga peran lembaga ketakmiran
sangat dominan dan signifikan,
masing-masing bidang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bidang Ketakmiran
membawahi sub bidang yang disebut sebagai seksi, antara lain: Seksi Peribadahan; Seksi Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan; Seksi Dakwah yang mengelola kegiatan pengajian rutin harian, mingguan, bulanan dan tempore; termasuk kegiatan Perigatan Hari Besar Islam
(PHBI); Seksi Pengajian
Yasin Tahlil (Jayataba); Seksi Muslimat Babussalam dan Seksi Remaja Masjid.
2. Bidang Pendidikan membawahi
sub bidang: mengelola Taman
Pendidikan Al-Quran (TPQ) Babussalam; Rumah Tahfids Alquran
(RTA) Babussalam, Madrasah Diniyah
Babussalam dan Lembaga Diklat
Terpadu Baca Tulis Al-Quran
dengan 3 klaster yaitu Remaja, Ibu-Ibu dan Bapak-bapak.
3. Bidang Dana dan Usaha membawahi
unit kegiatan antara lain: Penghimpunan dana dari para donatur tetap dan donatur Insidentil; Lembaga Zakat
Infaq dan Shodaqoh (LAZIS);
Usaha persewaan alat pesta (terop, meja
kursi, rumbai, lampu dan sound system, Usaha persewaan
Mobil Pick Up; Kegiatan usaha
bisnis produksi krupuk upil goreng pasir, sermier, piya BBs, produksi kopi, Usaha persewaan
dan konsultan pernikahan.
4. Bidang Sosial Kemasyarakatan menangani kegiatan: a). Santunan Dhuafa setiap 3 bulan sekali terhadap
50 orang berupa paket sembako; b).Santunan
Anak Yatim isidentil dan santunan
setiap bulan Muharam sebanyak 100 anak yatim dan c). Kegiatan Baksos insidentil membantu kurban musibah bencana alam (misalnya:
gempa bumi, banjir dan gunung meletus) dll.
5.
Bidang Pembangunan dan pemeliharaan aset menangani: Pembangunan dan pengembangan masjid, pembangunan gedung pendidikan, sarana dan prasarana serta pengembangan unit lain.
Penggerakan (Actuating)
Fungsi manajemen ini intinya
adalah penggerakan yaitu menggerakkan roda organisasi melalui semua sumber
daya yang ada (Syahkuan et al., 2022).
Menurut Nanang Ariantora, keseluruhan jenis usaha mulai
dari tata cara atau teknik dan metode untuk mendorong
para anggota organisasi
agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi terwujudnya tujuan organisasi, inilah yang disebut penggerakan (actuating)
atau action (Arianto, 2021). Dan tentu
saja dalam penggerakan ini harus berprinsip efisien, efektif, ekonomis dan tepat guna.
Strategi manajemen takmir masjid Babussalam dalam menggerakkan roda organisasi dilakukan dengan melaksanakan semua program yang telah direncanakan secara simultan dengan mendayagunakan semua potensi SDM yang ada (Karim, 2020). Baik dari
unsur pengurus takmir maupun jama’ah
di libatkan dalam berbagai kegiatan.
Pembahasan
Seksi
Peribadahan
Seksi
ini bertugas dan bertanggung jawab penuh dalam program harian di masjid Babussalam yaitu kontinuitas kegiatan ibadah sholat rowatib secara berjama’ah. Untuk menggerakkan manajemen peribadahan Takmir menyusun jadwal kegiatan Muadzin dan Imam tetap sholat rowatib
dan kegiatan sholat jum’at. Disamping itu juga bertanggung jawab akan kebersihan,
kesucian dan keamanan
masjid, dalam hal ini pengurus mempekerjakan
dua orang juru masid (marbot) sebagai petugas kebershan dan keamanan. Dalam sekala temporer bidang peribadahan ini juga bekerja ekstra ketika bulan Ramadan tiba, diantaranya menyiapkan takjil buka bersama, kegiatan
sholat taraweh, kultum traweh, takjil tadarus, makan sahur bersama
selama 10 hari terakhir bulan Ramadan, kuliah subuh dan kajian-kajian hukum selama Ramadan.Tugas lain juga diberikan dalam hal penyiapan sarana
masjid misalnya merawat kebersihan, optimalisasi ruangan induk ibadah dengan pendingin AC, pengaturan sound system dan sarana
lain, sehingga jama’ah yang
datang merasa nyaman dan tenang beribadah di masjid Babussalam. Secara umum konsentrasi
pengaturan peribadahan terbagi dalam: kegiatan harian, mingguan dan tahunan.
Seksi
Dakwah dan PHBI
Kegiatan
dakwah masjid Babussalam dilaksanakan dalam bentuk ceramah agama, majelis taklim dan kajian-kajian. Hal ini dilaksanakan setiap hari dan bulanan yang diikuti para jama’ah. Sebagaimana uraian dalam tabel berikut:
Tabel 7. Kegiatan Dakwah Takmir Masjid Babussalam
2023-Sekarang
No |
Kegiatan |
Waktu |
Pengasuh |
Audien |
1. |
Taklim (ngaji Kitab) |
Harian : Bakda Subuh & Maghrib |
Terjadwal |
Jama’ah |
2, |
Kajian Ahad Pagi II |
Bakda Subuh |
Terjadwal |
Jama’ah |
3. |
Kajian Ahad Pagi III |
Bakda Subuh |
Terjadwal |
Jama’ah |
4. |
Kajian Ahad Pagi IV |
Bakda Subuh |
Terjadwal |
Jama’ah |
5. |
Khotmil Qur’an |
Ahad ke I |
Jama’ah putra |
Jama’ah |
6. |
Pengajian Remas |
Sabtu ke
I |
Pengurus |
Remas |
7. |
Dibaiyah sholawatan |
Kamis ke 1 |
Pengurus |
Jama’ah |
8. |
PHBI Muharam |
1 Muharam |
Ust. Luar |
Jama’ah |
9. |
PHBI Maulidurosul |
12 Robiul awal |
Ust. Luar |
Jama’ah |
4, |
PHBI Isro Mikroj |
27 Rojab |
Ust .luar |
Jama’aj |
11. |
Megengan bersama |
14 Sya’ban |
Ust. Luar |
Jama’ah |
12. |
Nuzulul Qur’an |
16 Romadlon |
Ust. Luar |
Jama’ah |
13. |
Halal Bihalal |
Syawal |
Ust .luar |
Jama’ah |
14. |
Peng.Tahlil Mingguan |
Kamis malam Jum’at |
Pengurus |
Jama’ah |
15. |
Peng.Tahlil Bulanan
|
Kamis malam Jum’at legi |
Pengurus |
Jama’ah |
16. |
Tahlil Kemerdekaan |
16 Agustus |
Pengurus |
Jama’ah |
17. |
Khotmil Quran Ibu-Ibu |
Kamis legi |
Pengurus |
Ibu-ibu |
18. |
Do’a
akhir-awal tahun |
Akhir Awal Tahun Baru Masehi & Hijriyah |
Pengurus |
Jama’ah |
19 |
Dakwah Wisata Religi |
Setiap Rojab /Syaban Wali limo
/ Wali Songo |
Pengurus |
Jama’ah |
20. |
Silaturohim alim ulama |
Bulan Syawal |
Pengurus |
Jama’ah |
20. |
Kegiatan Nisyfu Sya’banan |
14 Syakban |
Pengurus |
Jama’ah |
20. |
Jalan Sehat Bersolawat |
1 Muharam |
Pengurus |
Jama’ah |
Tabel 8. Jadwal Kegiatan Taklim Harian Masjid Babussalam 2021-2024
No |
Hari |
Waktu |
Pengasuh |
Kitab/Materi |
1. |
Senin |
Bakda Subuh |
Ust. H.Badaruddin |
Tambihul Ghofilin |
Bakda Maghrib |
Ust. Sholeh Hasan |
Tafsir Alquran |
||
2. |
Selasa |
Bakda Subuh |
Ust. H. Badaruddin |
Hikam |
Bakda Maghrib |
Ust. Sholeh Hasan |
Tafsir Alquran |
||
3. |
Rabu |
Bakda Subuh |
Ust. Suradi |
Sulam Safinah |
Bakda Maghrib |
Ust. Herman Hadianto |
Fadloilul Amal |
||
4. |
Kamis |
Baakda Subuh |
Ust. Suradi |
Sulam Safinah |
Bakda Maghrib |
Tahlil Kirim Do’a |
Tahlil Bersama |
||
5. |
Jum’at |
Bakda Subuh |
Ust. Budi Suwarno |
Fadloilul Amal |
Bakda Maghrib |
Ust. Herman Hadianto |
Fadloilul Amal |
||
6. |
Sabtu |
Bakda Subuh |
Ust. Nahrowi,S.Pd.I |
Taisirul Kholaq |
Bakda Maghrib |
Ust. H.Saifuddin |
Nashoihul Ibad |
||
7. |
Ahad |
Bakda Subuh |
Ust. Nahhrowi,S,Pd.I |
Qurrota U’yuun |
Bakda Maghrib |
Ust. H.Saifuddin |
Jawahirul Kalam |
Adapun kegiatan pengajian dalam sekala mingguan, bulanan dan temporer yang menjadi bagian kegiatan dakwah masjid Babussalam dengan mendatangkan penceramah dari luar, antara
lain:
1. Ust. Dr.H.
Much.Muzakki (alhafids)
Imam besar masjid Agung Nasional Al Akbar Surabaya.
2. Prof.
Dr. H. Moh.Ali Azis, M. Ag
(guru besar UIN Sunan Ampel)
3. Prof.Dr.H. Syaiful Jazil, M. Ag (Pengasuh Ponpes AlJihad) Surabaya
4. Dr.KH.
Syukron Jazilan Badri (pengasuh Ponpes Al-Jihad) Surabaya
5. Dr.H. Nasiri
Abdi ( Pengurus
MUI Surabaya)
6. Prof.Dr.H. Achmad Zahro (Guru besar UIN Sunan Ampel)
7. Drs.KH.
Nasrulloh ( Ketua
Dewan Tanfidziyah NU MWC Sukodono Sidoarjo
8. Dr.
H. Jamaluddin Malik, M. Ag (Dosen UIN Sunan Ampel) Surabaya
9. Drs.KH.
Sya’roni Ahmad, M.Pd. I (Ketua LTMI MWC.NU Sukodono Sidoarjo.
10.
Ust.
H. Hasan Mahroji, S. Ag (Mubaligh
Peterongan Sidoarjo).
Seksi
Pengajian Jayataba
Disebut
pengajian Jayataba karena ini singkatan
dari (Jam’iyah Yasin Tahlil Babussalam), sebuah organisasi pengajian untuk menggerakkan dakwah kepada umuat melalui
pertemuan sepekan sekali di rumah warga atau jama’ah.
(Berdarkan hasil wawancara dengan Ketua Jayataba Bp. Muh.Mucsin 10 April 2022) Jayataba
didirikan di Masjid Babussalam
sejak tahun 2003 dan masih eksis hingga
saat ini. Pengajian Jayataba adalah bagian dari
strategi dakwah yang langsung
bersentuhan dengan masyarakat, yaitu pengajian rutin mingguan setiap Ahad malam Senin. Wadah ini
berbentuk pengajian rutin
yang beranggotakan sekitar
110 orang. Jayataba berada
pada kendali Takmir Masjid Babussalam, sehingga secara struktural pengurusnya bagian dari pengurus takmir.
Bentuk pengajiannya membaca surah Yasin dan Kalimah Tahlil di rumah anggota yang berketempatan secara bergiliran. Sifat pengajian ini terbuka
untuk umum siapa saja bisa
bergabung asalkan terdaftar sebagai anggota.
Tujuan
kegiatan ini adalah untuk membangun
silaturohmi dan kebersamaan
dengan masyarakat sekaligus mengirim do’a kepada keluarga
anggota yang sudah meninggal dunia. Dari sini tercipta jalinan yang akrab antar jama’ah
sehingga ukhuwah Islamiyah terjaga dengan baik. Untuk mengikat
keanggotaan dan rasa tanggung
jawab, setiap anggota dikenakan kontribusi iuran sebesar Rp. 20.000,-setiap bulannya.
Dana yang sudah terkumpul digunakan untuk operasional kegiatan Jayataba diantaranya: 1). membantu meringankan biaya bagi anggota yang sakit; 2) membantu biaya pemakaman jenazah jika ada
anggota Jayataba yang meninggal dunia, 3). untuk pengadaan seragam anggota, membantu biaya konsumsi pengajian bagi anggota yang berketempatan. 4) disisihkan untuk biaya kegiatan ziarah wali yang diadakan setiap tahun menjelang bulan Ramadan. Disinilah nilai manfaat yang bisa dirasakan anggota Jayataba, sehingga semua anggota merasa senang jalinan akrab, jama’ah merasakan manfaatnya dengan prinsip “dari, oleh dan untuk” anggota.
Seksi
Pengajian Muslimat Babussalam
Pengajian
muslimat Babussalam juga menjadi bagian penting dalam menggerakkan
dakwah masjid Babussalam.
“Me-manag” dakwah melalui peran ibu-ibu
muslimat yang sebagian besar jama’ah masjid. Pengajian muslimat ini didirikan sejak
tahun 2008 sebagai pendorong kegiatan dakwah, syi’ar dan kemakmuran masjid Babussalam. Bentuknya pengajian rutin bulanan setiap Kamis legi malam Jum’at
bertempat di masjid Babussalam.
Wadah ini juga berada dibawah kendali takmir masjid Babussalam yang didirikan sejak tahun 2009, sementara anggotanya khusus wanita dan hingga kini telah
memiliki anggota sebanyak 80 orang. Tujuan didirikannya pengajian muslimat ini menurut
perintis pendirinya Ibu Hj. Azzahra Sukemi
adalah untuk mengajak kepada masyarakat khususnya ibu-ibu agar melakukan gerakan amat makruf
nahi mungkar. Disamping itu juga untuk memberdayakan peran wanita dalam
kiprahnya di tengah masyarakat.
Adapaun
bentuk pengajian muslimat Babusalam antara lain: pembacaan sholawat nabi, istighosah dan yasin tahlil. Dalam setiap
kegiatan juga diisi dengan ceramah agama (mauidloh hasanah)
yang mendatangkan mubaligh atau mubalighoh dari luar peruamahan.
Untuk mendukung kelancaran program muslimat Babussalam ini, setiap anggota juga dikenakan kontribusi iuran setiap bulannya
sebesar Rp.20.000,-. Dana iuran yang terkumpul digunakan antara lain untuk biaya operasional,
pengadaan seragam dan konsumsi kegiatan setiap acara berlangsung. Partisipasi aktif yang dikembangkan dalam pengajian ini antara
lain menyisihkan iuran untuk membantu meringankan beban anggota yang sakit, mengunjungi atau menjenguk anggota yang sakit serta menyantuni
anak yatim secara temporer.
Seksi
Remaja Masid Babusalam
Sebagai
salah satu pendukung kegiatan takmir masjid dari unsur generasi
muda, maka kehadiran remaja sangat dibutuhkan. Memang,
Remaja Masjid (Remas) merupakan komunitas tersendiri anak muda, baik
remaja putra maupun putri. Namun
muda-muda ini memiliki potensi untuk dirangkul
dan dilibatkan dalam kegiatan kemasjidan, karena dipundak merekalah keberlangsungan kehidupan masjid ini dimasa
depan berada. Mereka harus
diposisikan sebagai kader masjid yang perlu terus dibina. Sehingga
menggerakkan mereka sangatlah penting. Potensi lain remaja bisa dimanfaatkan untuk membantu mengembangkan media masjid yang saat
ini rata-rata berbasil
digital online, dan banyak diantara
remaja yang memiliki pengalaman dan piawau dalam bidan informasi
dan teknologi.
Karena itu Remas bisa dibina untuk
ikut membentengi remaja lain agar supaya tidak terjerumus dalam tindakan kenakalan remaja, pergaulan bebas, kejahatan sehingga tetap berada pada koridor agama yang lurus melalui penguatan keimanan di dalam masjid, sekaligus mereka bisa belajar berorganisasi
dengan tujuan yang positif.
Potret
ini juga tampak dalam Remas Babussalam,
sebuah kumpulan anak-anak remaja, mudi-mudi yang berhimpun dalam organisasi kemasjidan. Setiap bulan mereka berkumpul
mengadakan pertemuan membahas hal-hal terkait perannya dalam ikut serta
memakmurkan masjid, baik dalam bentuk pengajian,
halaqoh-halaqoh atau diskusi. Keberadaan remas dapat difungsikan untuk membantu kemakmuran masjid, juga membantu pengurus meringankan tugas ketakmitan. Kehadiran mereka dapat membantu kemakmuran masjid dan membantu pengurus masjid untuk meringankan tugas Takmir. Aktivitas program keagamaan mereka akan sangat bermanfaat bagi dirinya dalam
membentengi hal-hal yang tidak baik dengan
melibatkan diri pada kegiatan ketakmiran, bagi remaja pada umumnya dan masyarakat luas.
Nama besar masjid sebagai alamamater tempat ibadah dan berkiprah dalam kegiatan keagamaan bisa disyi’rkan lewat anak muda ini.
Remas juga bisa ikut membantu
mendakwahkan program-program
masjid kepada masyarakat luas. Sehingga
diharapkan Remas akan mampu membawa
citra masjid sebagai bentuk branding nama baik muslim. Remas
bisa menjadi teladan bagi remaja
lainnya yang belum bergabung, mereka juga bisa membantu mencari
solusi ditengah problematika kehidupan remaja dewasa ini
dilingkungan sekitarnya melalui pendekatan nilai-nilai keagamaan
Remas
Babussalam didirikan sejak tahun 2005 yang kini anggotanya berjumlah 60 orang. Dalam kegiatannya organ Remas ini dibawah kendali
Takmir Masjd Babussalam, namun pengawasannya dilakukan oleh seorang pembina remas. Tujuan dibentuknya
Remas Babussalam ini menurut Budi Santoso, ST
salah satu pembina, adalah menggerakkan potensi yang ada pada remas Babussalam, sekaligus mengajak mengajak masyarakat khususnya remaja lain agar bisa aktif dalam
kegiatan kemasjidan. Remaja masjid bisa ikut meramaikan masjid dengan kegiatan keagamaan dan dakwah, misalnya kajian rutin, diskusi, sholawatan, diba’an, pelatihan dan kegiatan positif lainnya. Di samping itu Remas juga melakukan pembinaan yang kontinyu kepada para anggotanya sebagai penguatan personalia muslim
muda.
Kehadiran
remas menurutnya, tidak bersikap eksklusif dan tidak terlalu
menjaga jarak dengan remaja lain yang belum bergabung, namun diharapkan tetap bersikap egaliter, membawa nilai-nilai moderasi beragama yang bisa diterima oleh masyarakat.
Dari sinilah kemudian banyak remaja yang ikut bargabung dengan maksud menambah jalinan persahabatan, pertemanan dan yang lebih penting mereka
bisa menambah wawasan keagamaan.
Ketua
Remas Babussalam Moch Hafids mengatakan untuk optimalisasi program kegiatannya, pengurus selalu membangun komunikasi secara intens baik dengan
anggota maupun pembina remas melalui
media sosial WAG, Twitter dan Istagram.
Adapun program kegiatan remas
Babussalam antara lain: a).
Pengajian rutin bulanan
yang diasuh oleh pengurus Takmir guna meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan. b).
Mengadakan diskusi tematik sesuai dengan tren anak
muda; c). Pelatihan banjari dengan mendatangkan pengasuh dari luar sebagai
upaya mengembangkan seni islami d). Pelatihan baca Al-Quran secara tartil; e). Pelatihan training leadership dan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan); 6). Kegiatan Sosial diantaranya membantu fakir miskin, anak yatim, berbagi takjil saat bulan
puasa, khitan masal dan sebagainya.
Kontrol atau Pengawasan (Controlling)
Kontrol
atau pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting bagi suatu
lembaga atau organisasi. Bentuknya adalah pengamatan dari seluruh kegiatan
organisasi yang tujuannya untuk lebih menjamin
semua pekerjaan atau program yang telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Dalam hal ini
pengawasan merupakan tugas pengurus terhadap semua personil yang menduduki jabatan atau mereka
yang dipercaya mengemban amanah. Dalam kaitan
dengan terselenggaranya manajemen yang baik di lembaga ketakmiran masjid Babussalam, kontrol dilakukan oleh pimpinan dan pengurus. Namun secara umum semua
operasional kegiatan dikontrol oleh induk lembaga yaitu Yayasan melalui peran Dewan pengawas yayasan.
Organ ini mengawasi kinerja semua bidang termasuk
bidang ketakmiran masjid,
yang terdiri dari: pengawasan pelaksanaan program kegiatan; pengawasan administrasi dan keuangan; dan pengawasan yang terkait pembangunan. Kontrol terhadap bidang ketakmiran sebagai liding sektor penggerak
dakwah demi optimalisasi kegiatan keagamaan dilakukan secara simultan melalui keterlibatan pengurus dalam kegiatan, pemantauan dan kalender kegiatan. Kontrol terhadap bidang keuangan dilakukan dengan memeriksa laporan keuangan secara rutin setiap tiga bulan sekali
oleh Bendahara Yayasan dan Pengawas
yayasan. Kontrol anggaran dimulai dari pos sumber keuangan, aliran dana masuk, penggunaan dana sesuai rencana kerja kegiatan sesuai nota transaksi sampai pada saldo keuangan akhir. Dalam hal ini,
takmir membentuk bendahara kecil yang semua pencatatannya kemudian dilaporkan ke bendahara Yayasan setiap bulan. Terkait
penggunaan anggaran dana, maka setiap pengeluaran
dalam bentuk apapun harus dibuktikan
dengan nota atau bon. Dengan mekanisme kontrol ini diharapkan
kinerja kegiatan dan penggunaan anggaran dapat dijalankan dengan penuh amanah.
Menurut
Ketua Yayasan Babussalam
Bhayangkara Moch Sholeh Hasan, demi asas transparansi kinerja program dan penggunaan anggaran, semua akan dilaporkan lewat laporan rutin 3 bulan sekali ke
jama’ah maupun pengumuman di buletin.
“Kami sangat transparan dalam masalah anggaran
ini, karena kami merasa ini adalah
dana umat yang dipercayakan
kepada lembaga ini, dan ini amanah
demi pelayanan dan kesinambungan
program, maka manfaatnya
juga harus dikembalikan kepada semua jama’ah
dan masyarakat. Penggunaan anggaran harus berbasis kinerja kegiatan dan bisa dipertanggung jawabkan. Karena itu kami tetap menggunakan sekala prioritas dalam kegiatan, mana yang dirasa sangat
urgen termasuk dalam hal pembangunan
fisik. Selama anggaran itu digunakan
dengan baik dan memberikan manfaat untuk kegiatan dakwah serta dirasakan
kemaslahatannya oleh jama’ah
yatidak ada masalah. (Wawancara dengan ketua Yayasan Ust. M. Sholeh Hasan)
Adapun kontrol bidang pembangunan dilakukan pengurus bidang pembangunan dan dana usaha, dan secara periodik dilakukan oleh pengawas yayasan, dengan melihat program perencanaan pembangunan, administrasi keuangan dan laporan keuangannya.
Optimalisasi Kegiatan Keagamaan Jama’ah
Langkah Takmir Masjid Babussalam dalam menjalankan strategi dakwah dilakukan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana uraian di atas. Sementara untuk mengoptimalkan kegiatan keagamaan takmir masjid melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Dalam setiap
program kegiatannya melibatkan semua pengurus sesuai jadwal.
2. Guna
mendapatkan dukungan dan atensi jama’ah
sebagai bentuk syi’ar, takmir menginformasikan kegiatan seluas-luasnya kepada jama’ah melalui pengeras suara, maupun media sosial, undangan dan papan pengumuman
masjid.
3. Mengadakan kegiatan pengajian secara intens, bakti sosial
atau mengadakan rekreasi wisata religi berupa ziarah
wali dan silaturohim ke alim ulama,
4. Mengikursertakan pembinaan manajemen masjid setiap bulan
melalui Lembaga Takmir Masjid Indonesia
(LTMI) NU Kec. Sukodono
Kabupaten Sidoarjo. Dan secara temporer mengirim peserta diklat manajemen di Masjid
Nasional Al Akbar Surabaya.
5. Mengadakan gerakan infak setiap
pekan (hari Jum’at) melalui program “warung sedekah” baik sedekah
nasi atau infak.
6. Memperkuat aspek legal pendirian masjid dengan mengurus IMB di Pemda Sidoarjo dan Nomor Induk Masjid (NIM) di Kemenag Sidoarjo. Dan saat ini kedua
aspek legal tersebut kini sudah dimiliki
oleh Masjid Babussalam.
7.
Memperkuat
aspek legalitas penggunaan lahan fasum masjid dari BPKAD Kab Sidoarjo, dan kini masjid Babussalam juga sdah memiliki surat
tersebut melalui perjanjian antara Yayasan pengelola dengan Pemda Sidoarjo yang ditandatangani oleh Bupati Sidoarjo.
Memperkuat
kelembagaan melaui jaringan kerja sama dengan beberapa
pihak terkait program bidang pendidikan, dana usaha dan sosial kemasyarakatan “Semua kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah dalam bidang
keagamaan bagi jama’ah terus kami lakukan, kami dari takmir bersinergi dengan pihak Yayasan. Baik dalam penguatan keilmuan jama’ah melalui penanaman motivasi ibadah, pengajian atau taklim, diskusi
serta pelatihan-pelatihan. Misalnya selama ini kami sudah memberikan diklat baca tulis Al-Quran kepada Bapak-bapak, Ibu-ibu serta remaja,
dan ini sudah berjalan selama 3 tahun. Kami datangkan pengajar dari dalam
maupun luar yang memiliki kompetensi, bahkan ada yang ustadnya seorang Hafids (penghafal al-quran). Para jama’ah dari yang asalnya tidak mengenal huruf arab, lalu
mengenal dan bisa membaca dengan baik. Program ini
kami adakan setiap hari secara klaster, setiap bakda Maghrib
dan Isya. serta tidak dipungut
biaya sepersenpun. Dari sinilah jama’ah
merasakan manfaatnya dan akhirnya senang
membaca Al-quran. Khusus untuk klaster
anak-anak kami tampung di TPQ dan RTA Babussalam yang ditangani oleh bidang Pendidikan.
(wawancara dengan Ust.Nahrowi Syaf’i’i,S,Pd,I Kabid Pendidikan).
Dari 8 langkah optimalisasi tesrebut, memang belum semua
berjalan maksimal, namun secara umum
mendapatkan sambutan sangat
baik dari jama’ah. Masih ada sejumlah kendala,
karena itu perlu langkah yang strategis guna memaksimalkan keberadaan dan fungsi masjid.
Strategi Komunikasi Dalam Optimalisasi Kegiatan
Dalam
upaya mengoptimalkan kegiatan keagamaan, takmir masjid Babussalam
juga melakukan strategi komunikasi kepada jama’ah terutama untuk pesan-pesan dakwahnya. Komunikasi
ini dilakukan terhadap semua lini bidang secara
intens, baik yang bersifat informatif maupun pendekatan personal. Penerapan model komunikasi ini dimulai sejak tahun
2015 dan mendapatkan sambutan
luas dari masyarakat.
Komunikasi
dan informasi ini dalam wujud pemberitahuan
kegiatan, kebijakan dan dakwah atau pesan
moral. Adapun metode yang digunakan
dengan media konvensional serta media sosial. Media konvensional melalui papan pengumuman, pasang bener kegiatan, undangan tertulis dan melalui Buletin Babussalam. Sedangkan yang melalui media sosial antara lain: lewat Wash app Group
(WAG) Pengurus, WAG Jama’ah,
WAG Jayataba, WAG Muslimat,
Pemasangan Flyer kegiatan,
Face Book (FB) Yabara, Instagram Yabara
dan Kanal Live Youtube. Setiap kegiatan pengajian atau dakwah selalu
disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube Masjid Babussala Live. Dengan cara ini
semua kegiatan Masjid Babussalam akan mudah dan dengan cepat diketahui khalayak luas khususnya
jama’ah dimanapun berada.
Hampir
semua jama’ah
masjid Babussalam
saat ini aktif menggunakan piranti HP
android (Smartphone) dan mereka tergabung dalam WAG. Yang dirasakan manfaatnya dengan teknologi komunikasi digital ini antara lain
: a) dengan mudah, cepat dan efisien memperoleh informasi yang dibagikan pengurus; b). para jama’ah
juga dengan cepat dapat merespon informasi itu dan melakukan tindakan apa yang diperlukan c). Info kegiatan bisa ditampilkan
dalam bentuk Flyer (bener) yang dishare di WAG dengan tampilan yang menarik dan jelas termasuk Vedeo; d.) Jama’ah yang ketinggalan informasi juga bisa membuka kanal medsos
Face book Babussalam karena
selalu di update setiap saat.
Namun
dengan teknologi komunikasi lewat media sosial ini bagi
jama’ah yang sudah sepuh (tua) relatif
tidak berdampak, karena mereka rata-rata tidak memanfaatkan media android sehingga kadang ketinggalan informasi. Secara umum strategi komunikasi melalui media digital ini memberikan kemudahan kepada siapapun karena mudah diakses dan bisa diviralkan dengan cepat. Sedangkan untuk membuka ruang
dialog kepada masyarakat Takmir Babussalam juga memanfaatkan website yang sudah dimiliki dengan aneka informasi terbaru dan rubrik yang selalu dibagikan, sehingga jama’ahpun bisa membuka website tersebut. Strategi komunikasi tersebut menjadi bagian dalam mengoptimalkan kegiatan keagamaan serta mempermudah pelayanan ke jama’ah
atau masyarakat.
Menurut
Ketua Yayasan Babusalam M.Sholeh Hasan pihaknya
menggunakan strategi komunikasi
ini untuk menyesuaikan tuntutan zaman, karena semua telah
berubah dengan cepat. Maka model komunikasi konvensional dirasa kurang efektif
dan tidak akan banyak dipakai, meski juga tidak ditinggalkan. Berikut penuturannya:
“Media sosial yang kami gunakan untuk sarana
dakwah bagi jama’ah, pertama, WAG. (Whats App Group) ini merupakan aplikasi umum chating yang sudah masif dipakai
masyarakat, Piranti ini saya rasa lebih
dominan dari pada
handphone, banyak pemakai mengunakan platform ini untuk berbagi dokumen
baik image, file, video bahkan
banyak mengunakan untuk komunikasi dan promosi. Maka dakwah masjid Babussalam juga lewat WAG. Kedua, Facebook, kami menggunakan
FB karena ini merupakan salah satu media sosial yang digunakan untuk berbagi informasi
ke jamaah, membangun jaringan dan berbagi dokumen apa saja, apa
lagi FB ini menjadi media jejaring sosial yang paling banyak dikunjungi dibandingkan dengan media-media lainya. Hal ini dikarenakan media tersebut memiliki banyak fitur-fitur yang unik dan menarik dan apalagi Facebook juga bisa diakses secara gratis dan mudah digunakan. Hampir dari semua
kalangan mengunakan media ini terutama dari
kalangan pemuda, sehingga cukup untuk menjadi
media yang efektif sebagai sarana berdakwah. Ketiga, kami juga ada Istagram sebagai salah satu media sosial yang digunakan untuk mengambil gambar, membagikan gambar, membagikan secara live ataupun tidak sehingga
kegiatan dimasjid Babussalam yang temporer dalam sekala agak
besar selalu kami masukkan ke istagram,”
papar Sholeh
Dalam
situasi dimana kita sudah memasuki
era konvergensi media, pemanfaatan
jaringan komunikasi yang canggih memang sangat dibutuhkan. Hal ini disamping untuk mempercepat layanan informasi, juga untuk menyebarkan semua pesan dakwah kepada
umat. Sehingga layanan dakwah tidak hanya berhenti
di atas mimbar atau meja-meja para ustad dan pengisi taklim, namun bisa menyebar
luas dengan cepat dan bisa dinikmati oleh khalayak dimanapun berada. Strategi dakwah yang efektif dan efisien kini bisa
menggunakan media sosial.
Dan ini pula yang kini dilakukan oleh Takmr Masjid Babussalam dalam mensyi’arkan dakwahnya untuk pemberdayaan jamaahnya.
Sebagaimana
dikatakan Zahra, (2022) salah satu bentuk media sosial itu adalah
Istagram (IG), dengan pendekatan menyuguhkan foto yang menarik atau vedeo singkat,
popularitas IG semakin meningkat. Kini jadi tren dengan tingkat
follower sangat tinggi, yang akhirnya
banyak dimanfaatkan oleh berbagai kalangan, termasuk pendakwah, baik lewat masjid atau studio-studio mini yang dirancang
sebagai sarana interaktif (Nurrahmi & Farabuana, 2020).
Kegiatan
di masjid Babussalam juga selalu
diviralkan lewat medos Face Book (Fb) dan Istagram
sebagaimana uraian di atas, hal ini
dalam upaya memperluas jaringan publikasi dan membangun syi’ar Islam melalui beragam kegiatan. Media sosial dengan beragam
platform-nya sebagai media dakwah juga merambah kelompok-kelompok pemuda atau remaja masjid, seperti yang dilakukan oleh Remaja Masjid Babussalam.Pemanfaatan media sosial
dikalangan kaum muda yang biasa disebut kaum milenial
kini menjadi pilihanalternatif media dakwah
yang efektif dengan pemilihan konten yang tepat (Hariyati & Wahdiyati, 2019). Baik Istagram, FB
dan Youtube menjadi medium
yang menarik, bukan hanya kecepatannya namun juga visualisasi gambarnya, sehingga banyak disukai masyarakat, Namun demikian penggunaan piranti ini perlu
ekstra hati-hati, agar tidak terjebak pada kemudahannya saja dari ragam informasi yang hadir setiap saat.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian melalui deskripsi dan analisis di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Implementasi fungsi-fungsi manajemen sebagai sebuah strategi yang meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan dan Kontrol di lembaga Takmir Masjid Babussalam sudah berjalan baik, dalam koridor terukur
dan terarah. Kondisi
ini bisa dilihat dari kebijakan Takmir yang mendistribusi kewenangan sebagai penjabaran tugas para pengurusnya dengan jelas. Strategi menjalankan kegiatan sebagai upaya optimalisasi kegiatan keagamaan dilakukan dengan membagi pogram dalam sekala waktu,
yaitu jangka pendek, menengah dan panjang. Dalam
menggerakkan roda organisasi
kemasjidan tidak hanya menekankan peran pengurus, namun juga melibatkan jama’ah dan masyarakat
yang secara aktif mengikuti
semua progam yang telah dicanangkan. Dalam upaya mengoptimalkan
kegiatan, lembaga Takmir Masji Babussalam
melakukan beberapa langkah riel mulai
dari pengarahan, pembimbingan, pengkomunikasian dan memberi motivasi
kepada jama’ah, sehingga semua program berjalan baik dan memberikan
kemanfaatan. Sementara mekanisme
kontrol juga berjalan dengan baik melalui
peran dewan pengawas yayasan dibantu sejumlah pengurus takmir. Ditemukan sejumlah kelemahan / hambatan dan juga ada faktor pendukung bahwa tidak adanya
pendataan jumlah jama’ah tetap, melainkan pendataan anggota pengajian yang masuk struktur unit kegiatan dakwah
melalui kelompok Jayataba dan Muslimat
Babussalam. Kurangnya koordinasi
antar masing-masing seksi atau sub unit bidang, sehingga posisi ketua dan pengurus inti menjadi terkesan dominan. Kurang menggemanya gerakan infak khususnya
untuk menjaring donatur tetap, maka motivasi perlu
terus digiatkan melalui berbagai pengajian. Sementara faktor pendukung atau dalam menggerakkan
optimalisasi kegiatan keagamaan di masjid Babussalam antara lain : memiliki bangunan masjid yang megah, indah, bersih dan nyaman sebagai pusat kegiatan keagamaan, memiliki fasilitas yang memadai seperti gedung serba guna, tempat
refresh, ruangan yang bersih
dan ber AC; jaringan
internet Wifi 24 jam yang mudah
diakses, memiliki tim kesenian Islam sholawatan, Banjari putra maupun ibu-ibu sebagai pendukung kegiatan syi’ar Islam. Memiliki aspek legalitas yang lengkap sebagai lembaga kemasjidan baik bangunan, izin lokasi dari Pemkab
Sidoarjo dan Kemenag Sidoarjo dan lembaga yang menanunginya di bawah yayasan
BIBLIOGRAFI
Arianto, N.
(2021). Manajemen Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Dalam Pengembangan Dakwah
Islamiyah. Jurnal Program Studi Manajemen Dakwah, 1(1).
Ayub, M. E. (1996). Manajemen masjid. Gema Insani.
Castrawijaya, C. (2023). Manajemen Masjid Profesional Di
Era Digital. AMZAH.
Creswell, J. W. (2019). Research design: Pendekatan metode
kualitatif, kuantitatif dan campuran.
Fadhila, N., & Hasibuan, M. (2018). Penerapan Tax
Planning Dalam Meminimalkan Beban Pajak Penghasilan Pada Pt Perkebunan
Nusantara Iv Medan. Seminar Nasional Royal (SENAR), 1(1),
455–460.
Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode penelitian
kualitatif. Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, 21(1),
33–54.
Hariyati, F., & Wahdiyati, D. (2019). Penguatan dakwah
virtual sebagai upaya memakmurkan masjid berbasis kegiatan remaja Masjid. Jurnal
Solma, 8(2), 239.
Hindun, H. (2015). Perencanaan strategis dan prilaku
manajerial lembaga-lembaga pendidikan. Al-Fikrah: Jurnal Kependidikan Islam
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin, 6, 56645.
Karim, H. A. (2020). Revitalisasi Manajemen Pengelolaan Peran
Dan Fungsi Masjid Sebagai Lembaga Keislaman. Jurnal Isema: Islamic
Educational Management, 5(2), 139–150.
Nurrahmi, F., & Farabuana, P. (2020). Efektivitas Dakwah
Melalui Instagram. Nyimak: Journal of Communication, 4(1), 1–16.
Ridwanullah, A. I., & Herdiana, D. (2018). Optimalisasi
pemberdayaan masyarakat berbasis masjid. Ilmu Dakwah: Academic Journal for
Homiletic Studies, 12(1), 82–98.
Rosadi, B. F. (2014). Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam. AN
NUR: Jurnal Studi Islam, 6(1).
Santoso, H., Arifah, H., Muttaqin, I., Kholil, A., &
Anjarwati, M. (2022). KKN Melayu Serumpun 2022: Menggali Potensi Mesjid
Baitussalam Nyak Sandang Menjadi Destinasi Wisata Religi di Aceh. The 4th
International Conference on University Community Engagement (ICON-UCE 2022),
4, 755–759.
Sumardianto, E. (2022). Perencanaan Strategi Masjid
Jogokariyan Yogyakarta. INTELEKSIA: Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, 3(2),
243–264.
Syahkuan, J., Ni’mah, S., Absor, S. M. U., Azis, M. A.,
Bakri, A. A., & Napitupulu, R. H. M. (2022). Manajemen Strategik Dalam
Organisasi. Penerbit NEM.
Zahra, A. (2022). Perspektif Mahasiswa terhadap Personal
Branding Pejabat Publik di Media Sosial. De Cive: Jurnal Penelitian
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 2(7), 272–280.
Copyright
holder: Syaifudin Zuhri,
Ali Mursyid, Pardianto
(2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |