Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 11, November 2024

 

ANALISIS MOTIF PADA KARAKTER TOKOH DALAM MENGEMBANGKAN STRUKTUR DRAMATIK SKENARIO FILM FIKSI

 

Della Dwinanti Sumpena1, Ibrahim Adi Surya2

Universitas Widyatama, Bandung, Indonesia1,2

Email: [email protected]1

 

Abstrak

Skenario menjadi panduan dalam pembuatan film yang berisi detail kebutuhan dari setiap bagian pemangku kepentingan dalam proses produksi film. Di dalam sebuah skenario terdapat cerita yang dituturkan dengan pembangunan karakter tokoh beserta motif yang dibangun di dalamnya. Motif menjadi bagian awal yang perlu diperhatikan dalam membangun dan menciptakan karakter pada skenario film fiksi. Berdasarkan realita pada proses pembuatan skenario film, pada akhirnya output film yang dibuat dapat dikolaborasikan dengan media lain (mixed media). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh motif dalam sebuah skenario film; (2) mengetahui fungsi motif dalam skenario film dan teknik kolaborasi media lain pada karya film fiksi (mixed media); (3) mengetahui faktor penghambat dalam pengaplikasian motif pada pembentukan karakter tokoh. Tahapan penelitian yang akan dilakukan antara lain pengumpulan data, analisis data, hingga membuat laporan akhir. Hasil penelitian menunjukan bahwa motif menjadi hal yang perlu dibuat secara rinci pada setiap karakter dengan istilah lain bisa menggunakan konsep planting dan pay off. Target luaran yang akan dicapai adalah publikasi artikel ilmiah pada jurnal nasional terindeks Sinta 4 dan hak cipta karya ilmiah.

Kata Kunci: motif; karakter tokoh; mixed media; skenario film fiksi.

 

Abstract

The scenario is a guide in making a film that contains detailed needs of each stakeholder in the film production process. In a scenario there is a story that is told with the character development of the characters and the motifs built into it. Motif is the first part that needs to be considered in building and creating characters in fictional film scenarios. Based on the reality of the process of making film scenarios, in the end the film output created can be collaborated with other media (mixed media). This research was conducted with the aims of: (1) determining the influence of motifs in a film scenario; (2) knowing the function of motifs in film scenarios and other media collaboration techniques in fiction films (mixed media); (3) knowing the inhibiting factors in applying motifs to character formation. The research stages that will be carried out include data collection, data analysis, and creating a final report. The research results show that motifs need to be made in detail for each character, in other words you can use the concept of planting and pay off. The output targets to be achieved are the publication of scientific articles in national journals indexed by Sinta 4 and copyright of scientific works.

Keywords: motif; character traits; mixed media; fictional film scenario.

 

Pendahuluan

Pada umumnya cerita dibangun dengan adanya unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik yang di antaranya yaitu unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar, dan sudut pandang. Terdapat bentuk cerita yang beragam, mulai dari cerita pendek, cerita yang panjangnya cukupan, dan cerita yang panjang. Cerita terbagi menjadi dua jenis yaitu cerita fiksi dan cerita non fiksi (Faidah, 2018; Rahayu et al., 2018). Setiap cerita tersebut akan disampaikan dengan bentuk penuturan dan penekanan terhadap informasi maupun pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca ataupun pendengarnya. Dalam kehidupan ini, banyak sekali cerita yang dapat kita jumpai dari berbagai sumber maupun pengalaman pribadi dan orang-orang yang berada di sekitar kita (Alfathoni et al., 2021; El Saptaria, 2006; Pratista, 2008). Hal tersebut memberikan pandangan bahwa cerita selalu melekat pada diri manusia.

 Pandangan tersebut mendukung perancangan sebuah skenario yang di dalamnya terdapat hal-hal berkaitan dengan kehidupan manusia dalam berinteraksi. Skenario adalah naskah cerita yang di desain disajikan dalam bentuk media film. Naskah yang didalamnya terdapat cerita atau gagasan dirangkai agar penuturannya dapat disampaikan secara komunikatif dan menarik (Bordwell et al., 2010a; Dinata, 2004). Penuturan yang disampaikan di dalam skenario merupakan penuturan secara filmik, sehingga pada saat seseorang membaca skenario tersebut maka uraiannya harus bisa membuatnya membayangkan film tersebut . Demikian pula yang dilakukan oleh seorang penulis skenario, ketika membuat skenario tersebut sudah dapat terbayang seluruh detail penuturan yang ada di dalamnya.

Fungsi skenario pada dasarnya adalah sebagai pedoman pada saat akan membuat sebuah film. Skenario dibentuk untuk mengetahui cerita, informasi dan pesan yang ingin disampaikan kepada penoton, dan sebagai panduan bagi seluruh tim produksi untuk dapat memiliki kesamaan persepsi terhadap film yang akan dibuat (Wicaksono, 2014). Sehingga ilustrasi maupun konsep yang akan dibuat oleh masing-masing departemen memiliki maksud dan tujuan yang sama. Maka dalam proses tersebut, seluruh tim produksi perlu melakukan interpretasi bersama-sama untuk mengetahui poin utama yang akan disampaikan dan visualisasi sutradara terhadapat penuturan alur atau penekanan struktur dramatik yang akan dibangun terhadap film yang akan dibuat berdasarkan skenario tersebut.

Struktur dramatik perlu ditetapkan di dalam skenario, karena dengan adanya hal tersebut akan membentuk penekanan emosi dari setiap bagian ceritanya (Cendekia, 2020). Melalui pembentukan struktur dramatik cerita, informasi dan pesan dapat dituturkan dengan berdasarkan alur penuturan yang akan dibentuk, sehingga cerita dapat tersampaikan berdasarkan keinginan penulis skenarionya. Dalam skenario film fiksi, penggunaan struktur dramatik perlu diperhatikan pada setiap bagian ceritanya agar dapat menyesuaikan pada kebutuhan adegan yang akan dibangun pada setiap babak cerita.

Pembangunan cerita pada setiap babak dibentuk melalui alur cerita pada setiap scene by scene pengadeganan yang disusun. Pembangunan cerita tersebut selanjutnya akan akan membentuk dramatik cerita yang juga terdapat dalam unsur-unsur pembentuk dramaturgi.

Dramaturgi adalah teori seni teater yang dicetuskan oleh Aristoteles dalam karya agungnya Poetics (350 SM) yang di dalamnya terdapat kisah paling tragis Oedipus Rex dan menjadi acuan bagi dunia teater, drama, dan perfilman sampai saat ini. Kemudian dikembangkan oleh Erving Goffman (1959), salah seorang sosiolog yang paling berpengaruh pada abad 20 telah memperkenalkan dramaturgi dalam bukunya yang berjudul “The Presentation of Self in Everyday Life”. Unsur-unsur dramaturgi diantaranya yaitu plot (alur cerita), struktur dramatik, tema, tokoh cerita (karakter dan motivasi), setting, Bahasa (teks), genre, dan warna.

Di dalam unsur dramaturgi sendiri, selain terdapatnya struktur dramatik juga terdapat Karakter tokoh yang dalam pembentukannya perlu adanya motif. Motif pada pembangunan karakter tokoh diperlukan untuk mengetahui pengembangan detail karakter yang dapat saling memiliki relasi satu sama lainnya. Berdasarkan skema yang juga disampaikan oleh Maslow, terdapat kebutuhan, motif, dan perilaku dalam kehidupan perilaku manusia yang dapat diimplementasikan pada pembentukan karakter tokoh pada skenario film. Namun pada praktiknya pendalaman terhadap motif di pembangunan karakter tersebut perlu dipahami.

Melihat permasalahan tersebut, maka peneliti bermaksud ingin melakukan penelitian mengenai Analisis Motif Pada Karakter Tokoh Dalam Mengembangkan Struktur Dramatik Skenario Film Fiksi.

Adapun identifikasi masalahnya antara lain:

1)    Bagaimana pengaruh motif dalam sebuah skenario film ?

2)    Apa saja fungsi motif dalam skenario film dan teknik kolaborasi media (mixed media) ?

3)    Apa saja faktor penghambat potensi dalam pengaplikasian motif pada pembentukan karakter tokoh ?

   Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disampaikan sebelumnya, maka terdapat target atau tujuan khusus dari dilaksanakannya penelitian ini antara lain:

1)    Mengetahui pengaruh motif dalam sebuah skenario film.

2)    Mengetahui fungsi motif dalam skenario film dan teknik kolaborasi media lain pada karya film fiksi (mixed media).

3)    Mengetahui faktor penghambat dalam pengaplikasian motif pada pembentukan karakter tokoh.

   Urgensi penelitian ini dapat ditemui melalui tontonan film fiksi dengan penerapan maupun pembangunan karakter tokoh yang muncul di dalam sebuah penuturan cerita film. Pemahaman mengenai motif pada karakter menjadi landasan yang dalam proses penulisan skenario film fiksi untuk dapat membangun sebuah alur yang menarik dan konsisten pada penuturannya. Adapun pengembangan film sebagai media dapat ditemui dengan beragam, dan juga pemanfaatan skenario dalam membuat film yang menerapkan konsep mixed media. Kondisi tersebut menjadi landasan untuk dapat melakukan penelitian ini sehingga hal-hal dasar dapat diperhatikan secara lebih detail untuk mengahasil ataupun membentuk karakter dalam setiap skenario film fiksi.

Dasar pemikiran film ini juga sebagai media informatif, dan edukatif yang mensinergikan kreatifitas. Seperti yang disampaikan Gayus Siagian dalam bukunya yang berjudulMenilai Film”, dikatakan bahwa..... film mempunyai multi purpose dan baik tidaknya hasil yang tercapai tergantung pada cara dan kesanggupan kita mempergunakannya.” (Siagian, 2006)

Nalan (2011)menyampaikan bahwa terdapat model bentuk sederhana (pembagian dua bidang : audio dan video), model bentuk kompleks uraiannya lebih rinci (pembagian scene lengkap dengan petunjuk kamera). Pada intinya skenario ditulis dalam bentuk manapun sangat tergantung dari siapa yang membuat skenarionya.

Di dalam pembuatan film terdapat unsur-unsur pembentuknya agar film yang dibuat dapat dipahami dengan baik oleh penonton. Dalam hal ini perlu diketahui dan dipahami unsur-unsur pembentuk film tersebut. Menurut Krissandy (2014) ada dua unsur yang membantu kita untuk memahami sebuah film di antaranya adalah unsur naratif dan unsur sinematik, keduanya saling berkesinambungan dalam membentuk sebuah film. Unsur ini saling melengkapi, dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pembentukan film.

Di dalam pembuatan film terdapat unsur-unsur pembentuknya agar film yang dibuat dapat dipahami dengan baik oleh penonton. Dalam hal ini perlu diketahui dan dipahami unsur-unsur pembentuk film tersebut. Ada dua unsur yang membantu kita untuk memahami sebuah film di antaranya adalah unsur naratif dan unsur sinematik, keduanya saling berkesinambungan dalam membentuk sebuah film. Unsur ini saling melengkapi, dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pembentukan film.

Unsur Naratif, berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Oleh karena itu, setiap film tidak akan pernah lepas dari unsur naratif. Unsur ini meliputi pelaku cerita atau tokoh, permasalahan dan konflik, tujuan, lokasi, dan waktu.

a.   Pemeran/tokoh. Dalam film, ada dua tokoh penting untuk membantu ide cerita yaitu pemeran utama dan pemeran pendukung. Pemeran utama adalah bagian dari ide cerita dalam film yang diistilahkan protagonis, dan pemeran pendukung disebut dengan istilah antagonis yang biasanya dijadikan pendukung ide cerita dengan karakter pembuat masalah dalam cerita menjadi lebih rumit atau sebagai pemicu konflik cerita.

b.   Permasalahan dan konflik. Permasalahan dalam cerita dapat diartikan sebagai penghambat tujuan, yang dihadapi tokoh protagonis untuk mencapai tujuannya, biasanya di dalam cerita disebabkan oleh tokoh antagonis. Permasalahan ini pula yang memicu konflik antara pihak protagonis dengan antagonis. Permasalahan bisa muncul tanpa disebabkan pihak antagonis.

c.   Tujuan. Dalam sebuah cerita, pemeran utama pasti memiliki tujuan atau sebuah pencapaian dari karakter dirinya, biasanya dalam cerita ada sebuah harapan dan cita-cita dari pemeran utama, harapan itu dapat berupa fisik ataupun abstrak (nonfisik).

d.   Ruang/lokasi. Ruang dan lokasi menjadi penting untuk sebuah latar cerita, karena biasanya, latar lokasi menjadi sangat penting untuk mendukung suatu penghayatan sebuah cerita.

e.   Waktu. Penempatan waktu dalam cerita dapat membangun sebuah cerita yang berkesinambungan dengan alur cerita.

Pembagian ini didasarkan atas cara penyampaiannya, yaitu naratif (cerita) dan non-naratif (non cerita). Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas, sementara film dokumenter dan eksperimental tidak memiliki struktur narasi yang jelas.

Penelitian terdahulu menunjukkan pentingnya motif dalam pembentukan karakter tokoh dalam skenario film fiksi untuk menciptakan alur yang menarik dan konsisten. Menurut El Refaie (2016), motif berfungsi sebagai elemen naratif yang membantu memperkuat emosi dan hubungan antar tokoh, sehingga meningkatkan daya tarik cerita bagi penonton. Sementara itu, penelitian oleh Bordwell dan Thompson (2010b) mengungkapkan bahwa elemen dramatik, seperti motif dan struktur naratif, memainkan peran penting dalam membangun ketegangan dan resolusi dalam sebuah cerita, yang pada akhirnya memengaruhi pengalaman audiens secara keseluruhan. Kedua studi ini memperkuat pandangan bahwa penggunaan motif yang tepat dapat meningkatkan kualitas dramatik skenario film dan memberikan pengalaman naratif yang mendalam bagi penonton.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh motif dalam sebuah skenario film; (2) mengetahui fungsi motif dalam skenario film dan teknik kolaborasi media lain pada karya film fiksi (mixed media); (3) mengetahui faktor penghambat dalam pengaplikasian motif pada pembentukan karakter tokoh.

 

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, metode penelitian ini sebagai metode ilmiah sering digunakan dan dilaksanakan oleh sekelompok peneliti dalam bidang ilmu social, termasuk juga ke dalam ilmu pendidikan. Penelitian kualitatif dilaksanakan dalam rangka membangun pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan. Pendekatan penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metode yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada penelitian ini peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang dialami.

 

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, metode ini dipilih karena topik yang dipilih berupa pengalaman seseorang. Melakukan observasi secara langsung dengan tujuan untuk mendapatkan cerita dan juga emosi berdasarkan pengalaman narasumber. Selain itu metode ini bisa sekaligus dijadikan pendekatan terhadap narasumber agar narasumber bisa memberikan informasi secara terbuka. Adapun narasumber yang ditemui melalui diskusi dalam Program Pendagogy Bootcamp bersama Alex Nibley seorang praktisi di bidang film dan juga pengajar di Utah Valley University. Adapun penerapan teknik-teknik pengumpulan data menggunakan metode penelitian kualitatif:

Dalam metode penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif yang disusun secara deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang berusaha memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian yang berkaitan dengan perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Data yang terkumpul dalam bentuk kata-kata atau lisan dideskripsikan dalam tulisan (Moleong, 2018).

 

Teknik Analisis Data

Peneliti membuat diagram alur proses penelitian yang terdiri dari 4 tahap, yaitu Tahap Awal Penelitian (Pengumpulan Data), Pelaksanaan Penelitian (observasi dan wawancara secara langsung); tahap analisis data (menganalisa hasil penelitian dan membandingkan hasil penelitian dengan kondisi nyata); serta tahap akhir (pembuatan laporan akhir dan output penelitian).

 

Responden

Penelitian ini melibatkan responden yang menjadi sample dari penulis di Kota Bandung. Adapun responden yang mewakili sebanyak 7 orang dengan profesi yang ditunjukan melalui hasil wawancara melalui metode pengisian google form, ketujuh orang responden tersebut memiliki profesi sebagai penulis lepas atau freelance writer.

 

Hasil dan Pembahasan

Responden Penulis di Kota Bandung

Responden penulis skenario di Kota Bandung merujuk kepada individu-individu yang terlibat dalam penulisan skenario film atau media visual lainnya di kota tersebut. Responden ini bisa memiliki berbagai karakteristik dan latar belakang yang berbeda. Berikut adalah beberapa hal yang dipilih berdasarkan kualifikasi mengenai responden penulis skenario di Kota Bandung:

1.     Profil Profesional: Responden mungkin terdiri dari penulis skenario berpengalaman, penulis pemula, atau mereka yang sedang dalam proses pengembangan keterampilan penulisan skenario. Mereka dapat memiliki berbagai tingkat keahlian dan pengalaman dalam industri perfilman.

2.     Spesialisasi: Beberapa responden mungkin memiliki spesialisasi tertentu dalam penulisan skenario, seperti skenario drama, komedi, horor, atau genre lainnya. Mereka mungkin juga berfokus pada penulisan skenario untuk film, serial TV, iklan, atau media visual lainnya.

 

Adapun responden yang dipilih merupakan penulis yang sudah memiliki pengalaman di bidang media. Dari informasi yang diperoleh dari 7 orang responden yaitu seluruhnya merupakan penulis skenario lepas di Kota Bandung. Selain itu dapat terlihat juga bahwa Sebagian di antaranya memiliki fokus terhadap bidang lain dari pekerjaan yang dilakukan. Seperti halnya dijelaskan pada hasil survey di bawah ini, memperlihatkan ada 1 orang yang respondeng yang memiliki profesi sebagai produser dan juga penulis lepas.


Gambar 1. Hasil Survey Profil Profesional Responden

 

Gambar 2. Hasil Survey Profesi Responden

 

 

Motif Pada Karakter Tokoh Dalam Mengembangkan Struktur Dramatik Film Fiksi

Menulis skenario film adalah proses menciptakan naskah yang akan menjadi dasar bagi produksi sebuah film. Skenario film adalah dokumen tertulis yang berisi petunjuk-petunjuk tentang apa yang akan terjadi di dalam film, termasuk dialog, aksi, setting, karakter, dan semua elemen penting lainnya. Hubungannya dengan struktur dramatik cerita adalah bahwa skenario film mengikuti struktur dramatik yang umumnya digunakan dalam narasi dramatis, yang mencakup tiga elemen utama: pengenalan, konflik, dan penyelesaian. Berikut adalah bagaimana hubungan antara menulis skenario film dan struktur dramatik cerita:

1.   Pengenalan (Exposition):

  1. Awal dari skenario film biasanya digunakan untuk memperkenalkan penonton kepada dunia cerita, karakter-karakter utama, dan latar belakang mereka.
  2. Skenario harus menjelaskan konteks cerita, setting, dan karakter dengan jelas agar penonton dapat memahami situasi awal.

 

2.   Konflik (Conflict):

  1. Struktur dramatik cerita melibatkan adanya konflik atau masalah utama yang dihadapi oleh karakter utama. Konflik ini dapat berupa konflik internal (konflik batin) atau eksternal (konflik dengan karakter lain atau situasi).
  2. Skenario film harus membangun konflik ini secara perlahan dan membuatnya semakin kompleks seiring berjalannya cerita. Ini menciptakan ketegangan dan ketertarikan penonton.

 

3.   Klimaks (Climax):

  1. Klimaks adalah puncak dari konflik cerita di mana karakter utama menghadapi keputusan besar atau mengatasi tantangan terbesarnya.
  2. Skenario harus membangun ke klimaks dengan baik sehingga penonton merasa tegang dan terlibat secara emosional.

4.   Penyelesaian (Resolution):

  1. Setelah klimaks, skenario film harus menyajikan penyelesaian cerita, di mana konflik utama dipecahkan atau dikendalikan.
  2. Penyelesaian ini dapat memberikan pemahaman lebih lanjut tentang karakter dan memenuhi ekspektasi penonton.

 

5.   Epilog (Epilogue):

  1. Beberapa skenario film juga mencakup epilog, yaitu bagian yang menjelaskan apa yang terjadi pada karakter atau situasi setelah penyelesaian cerita utama.
  2. Epilog dapat memberikan penutupan yang lebih lengkap bagi penonton.

 

Struktur dramatik cerita ini membantu menjaga alur cerita yang kuat dan membuat pengalaman menonton lebih memuaskan. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua film harus mengikuti struktur ini secara ketat, dan ada ruang untuk kreativitas dan inovasi dalam penulisan skenario film. Tetapi, pemahaman yang kuat tentang struktur dramatik cerita adalah dasar yang baik untuk menulis skenario yang efektif.

Skenario film juga memiliki hubungan yang erat dengan motif yang terkait dengan karakter tokoh. Motif adalah tema, ide, atau elemen tertentu yang muncul berulang kali dalam cerita. Hubungan antara skenario film, struktur dramatik cerita, dan motif karakter adalah sebagai berikut:

a.   Pengenalan Motif: Seiring dengan pengenalan karakter dan latar belakangnya di awal skenario, penulis skenario juga dapat memperkenalkan motif yang terkait dengan karakter tersebut. Motif ini mungkin berupa gagasan atau elemen yang menjadi ciri khas karakter atau menjadi penting dalam perjalanannya.

b.   Perkembangan Karakter: Motif-motif yang berkaitan dengan karakter tokoh dapat berkembang seiring berjalannya cerita. Misalnya, jika motif karakter adalah "pencarian keadilan," maka motif ini mungkin akan berkembang menjadi konflik utama karakter ketika ia berusaha mencapai keadilan dalam cerita.

c.   Pengembangan Konflik: Motif yang terkait dengan karakter juga dapat membantu membangun konflik dalam cerita. Motif tersebut dapat digunakan untuk menciptakan ketegangan atau dilema yang membuat penonton lebih terlibat dalam perjalanan karakter.

d.   Klimaks dan Penyelesaian: Motif karakter juga dapat mencapai puncaknya selama klimaks cerita dan menjadi penting dalam penyelesaian. Ini bisa menjadi momen di mana karakter mengatasi konflik utama dengan menghargai atau memahami motif mereka dengan lebih dalam.

e.   Pemberian Arti: Motif-motif yang muncul dalam skenario film memberikan arti tambahan pada karakter dan cerita secara keseluruhan. Mereka dapat membantu menggambarkan perubahan karakter, memberikan pesan atau tema yang lebih dalam, dan memberikan kohesi pada elemen-elemen cerita.

Jadi, dalam menulis skenario film, penggunaan motif terkait dengan karakter dapat memperkaya pengembangan karakter dan memberikan lapisan tambahan pada cerita. Ini membantu dalam menjaga penonton terlibat dan membuat karakter serta cerita menjadi lebih berarti.

 

Faktor Yang Terbentuk Dari Adanya Motif Pada Karakter Tokoh

Skenario film juga memiliki hubungan yang erat dengan motif yang terkait dengan karakter tokoh. Motif adalah tema, ide, atau elemen tertentu yang muncul berulang kali dalam cerita. Hubungan antara skenario film, struktur dramatik cerita, dan motif karakter adalah sebagai berikut:

a.   Pengenalan Motif: Seiring dengan pengenalan karakter dan latar belakangnya di awal skenario, penulis skenario juga dapat memperkenalkan motif yang terkait dengan karakter tersebut. Motif ini mungkin berupa gagasan atau elemen yang menjadi ciri khas karakter atau menjadi penting dalam perjalanannya.

b.   Perkembangan Karakter: Motif-motif yang berkaitan dengan karakter tokoh dapat berkembang seiring berjalannya cerita. Misalnya, jika motif karakter adalah "pencarian keadilan," maka motif ini mungkin akan berkembang menjadi konflik utama karakter ketika ia berusaha mencapai keadilan dalam cerita.

c.   Pengembangan Konflik: Motif yang terkait dengan karakter juga dapat membantu membangun konflik dalam cerita. Motif tersebut dapat digunakan untuk menciptakan ketegangan atau dilema yang membuat penonton lebih terlibat dalam perjalanan karakter.

d.   Klimaks dan Penyelesaian: Motif karakter juga dapat mencapai puncaknya selama klimaks cerita dan menjadi penting dalam penyelesaian. Ini bisa menjadi momen di mana karakter mengatasi konflik utama dengan menghargai atau memahami motif mereka dengan lebih dalam.

e.   Pemberian Arti: Motif-motif yang muncul dalam skenario film memberikan arti tambahan pada karakter dan cerita secara keseluruhan. Mereka dapat membantu menggambarkan perubahan karakter, memberikan pesan atau tema yang lebih dalam, dan memberikan kohesi pada elemen-elemen cerita.

Terdapat respon dari responden yang cukup jelas menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi motif dalam skenario. Dalam pemaparannya disampaikan bahwa motif menjadi modal awal terbentuknya struktur sebuah cerita. Meski kadang triger ide tidak melulu pada motif karakter tapi istrumen lain seperti sosok, sebuah tempat, sebuah isu dan lain-lain. Namun, ide biasany akan menjadi sia-sia dan tidak akan sebuah cerita menarik bila tidak ada motif dan karakter. Bahkan sebuah karakter saja sulit untuk membangun cerita yang solid. Tapi dengan bekal "motif" karakter, cerita akan lebih mudah terstruktur. Dari motif karakter saya akan mendapat tujuan karakter, lalu bagaimana cara karakter akan mencapai tujuan itu, hambatannya seperti apa, hingga want dan need bisa terkalkulasi hingga resolusi cerita. Walaupun terkadang pencetus ide tidak selalu berkaitan dengan motif karakter, melainkan dapat juga berhubungan dengan unsur-unsur lain seperti tokoh, lokasi, isu, dan faktor lainnya, namun, penting untuk diingat bahwa ide tersebut akan kurang berarti dan cerita akan kehilangan daya tariknya jika tidak ada peran yang diberikan kepada motif dan karakter. Bahkan dalam membangun sebuah narasi yang kokoh, tugas yang tidak mudah dapat dihadapi jika hanya mengandalkan karakter semata. Oleh karena itu, dengan kehadiran motif karakter sebagai landasan, proses pengembangan cerita menjadi lebih terstruktur dan sistematis. Melalui pemahaman motif karakter, penulis mampu menentukan tujuan karakter, strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, rintangan yang akan dihadapi, serta kebutuhan dan keinginan yang harus diakomodasi hingga tercapai resolusi akhir dalam narasi. Sebagai seorang penulis biasanya memiliki kekuatan idealisme yang dimiliki untuk menghasilkan karya-karya yang layak untuk dapat dipublikasikan (Sumpena, n.d.).

 

Gambar 3. Jawaban Responden Mengenai Pentingnya Motif

 

Kesimpulan

Pemilihan responden dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa kualifikasi, seperti profil profesional dan spesialisasi. Responden yang dipilih adalah penulis skenario lepas yang sudah memiliki pengalaman di bidang media, khususnya di Kota Bandung. Terdapat 7 responden yang dipilih, dan mereka memiliki latar belakang yang beragam dalam industri film. Menulis skenario film melibatkan pembuatan dokumen tertulis yang menjadi dasar produksi film, mencakup elemen-elemen penting seperti dialog, aksi, lokasi, dan karakter. Struktur naratif dramatik pada skenario biasanya mengikuti kerangka pengantar, konflik, dan penyelesaian.

Penting untuk menentukan motif karakter dalam skenario karena ini membantu penulis membangun cerita yang lebih terstruktur dan bermakna. Motif karakter memberikan dasar untuk memahami tujuan, cara pencapaian, hambatan yang dihadapi, serta kebutuhan dan keinginan karakter hingga cerita mencapai resolusi. Langkah pertama dalam menentukan motif karakter adalah memahami karakter dengan mendalam, termasuk latar belakang dan pengalaman hidupnya. Selanjutnya, tujuan karakter perlu dipertimbangkan untuk menemukan motif yang relevan dengan cerita. Uji motif dengan pertanyaan untuk memastikan bahwa motif tersebut memberi dimensi tambahan pada karakter dan mendukung alur cerita secara keseluruhan.

 

BIBLIOGRAFI

 

Alfathoni, M. A. M., Hermita, R., Syahputra, B., & Roy, J. (2021). Penulisan Naskah Dalam Pembuatan Film Pendek FiksiHaroroan,.PROPORSI J. Desain, Multimed. Dan Ind. Kreat, 7(1), 52–64.

Bordwell, D., Thompson, K., & Smith, J. (2010a). Film art: An introduction (Vol. 7). McGraw-Hill New York.

Bordwell, D., Thompson, K., & Smith, J. (2010b). Film art: An introduction (Vol. 7). McGraw-Hill New York.

Cendekia, D. (2020). Meraba Bentuk Inciting Incident dalam Film-film Puzzle. Jurnal Imaji, 11(1).

Dinata, N. (2004). Arisan!: skenario dan kisah-kisah di balik layar. Gramedia Pustaka Utama.

El Refaie, E. (2016). Analysing metaphors in multimodal texts. In The Routledge handbook of metaphor and language (pp. 166–180). Routledge.

El Saptaria, R. (2006). Acting handbook: panduan praktis akting untuk film & teater. Rekayasa Sains.

Faidah, C. N. (2018). Dekonstruksi sastra anak: mengubah paradigma kekerasan dan seksualitas pada karya sastra anak Indonesia. KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 2(1), 126–139.

Moleong, L. J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.

Nalan, A. (2011). Penulisan Skenario Film Dokumenter. Bandung: Prodi TV& Film STSI.

Pratista, H. (2008). Memahami film. Homerian Pustaka.

Rahayu, N. P., Lestari, R. S., Anjani, C., & Firmansyah, D. (2018). Aspek kepribadian tokoh utama dalam cerpen cerita pendek yang panjang karya hasta indriyana, kajian psikologi sastra, dan implementasinya sebagai bahan ajar sastra di sma. Parole: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(2), 115–126.

Siagian, G. (2006). Menilai film. Dewan Kesenian Jakarta.

Sumpena, D. D. (n.d.). Proses Kreatif Seniman” Woody Allen” Dalam Pembuatan Karya Film.

Wicaksono, A. (2014). Menulis Kreatif Sastra: dan Beberapa Model Pembelajarannya. Garudhawaca.

 

 

Copyright holder:

Della Dwinanti Sumpena, Ibrahim Adi Surya (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: