Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 11, November 2024
ANALISIS MOTIF PADA KARAKTER TOKOH
DALAM MENGEMBANGKAN STRUKTUR DRAMATIK SKENARIO FILM FIKSI
Della Dwinanti Sumpena1,
Ibrahim Adi Surya2
Universitas Widyatama,
Bandung, Indonesia1,2
Email: [email protected]1
Abstrak
Skenario menjadi panduan dalam pembuatan
film yang berisi detail kebutuhan
dari setiap bagian pemangku kepentingan dalam proses produksi film. Di dalam sebuah skenario terdapat cerita yang dituturkan dengan pembangunan karakter tokoh beserta motif yang dibangun di dalamnya. Motif menjadi bagian awal yang perlu diperhatikan dalam membangun dan menciptakan karakter pada skenario film fiksi. Berdasarkan realita pada proses pembuatan skenario film, pada akhirnya
output film yang dibuat dapat
dikolaborasikan dengan
media lain (mixed media). Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh motif dalam sebuah skenario
film; (2) mengetahui fungsi
motif dalam skenario film
dan teknik kolaborasi media
lain pada karya film fiksi
(mixed media); (3) mengetahui faktor
penghambat dalam pengaplikasian motif pada pembentukan
karakter tokoh. Tahapan penelitian yang akan dilakukan antara lain pengumpulan data, analisis data, hingga membuat laporan akhir. Hasil penelitian menunjukan bahwa motif menjadi hal yang perlu dibuat secara
rinci pada setiap karakter dengan istilah lain bisa menggunakan konsep planting dan
pay off. Target luaran yang akan
dicapai adalah publikasi artikel ilmiah pada jurnal nasional terindeks Sinta 4 dan hak cipta karya
ilmiah.
Kata Kunci: motif; karakter
tokoh; mixed media; skenario
film fiksi.
Abstract
The
scenario is a guide in making a film that contains detailed needs of each stakeholder
in the film production process. In a scenario there is a story that is told
with the character development of the characters and the motifs built into it.
Motif is the first part that needs to be considered in building and creating
characters in fictional film scenarios. Based on the reality of the process of
making film scenarios, in the end the film output created can be collaborated
with other media (mixed media). This research was conducted with the aims of:
(1) determining the influence of motifs in a film scenario; (2) knowing the
function of motifs in film scenarios and other media collaboration techniques
in fiction films (mixed media); (3) knowing the inhibiting factors in applying
motifs to character formation. The research stages that will be carried out
include data collection, data analysis, and creating a final report. The
research results show that motifs need to be made in detail for each character,
in other words you can use the concept of planting and pay off. The output targets
to be achieved are the publication of scientific articles in national journals
indexed by Sinta 4 and copyright of scientific works.
Keywords:
motif; character traits; mixed media; fictional film scenario.
Pendahuluan
Pada umumnya cerita
dibangun dengan adanya unsur ekstrinsik
dan unsur instrinsik yang
di antaranya yaitu unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar,
dan sudut pandang. Terdapat bentuk cerita yang beragam, mulai dari cerita
pendek, cerita yang panjangnya cukupan, dan cerita yang panjang. Cerita terbagi menjadi dua jenis yaitu cerita fiksi
dan cerita non fiksi
Pandangan
tersebut mendukung perancangan sebuah skenario yang di dalamnya terdapat hal-hal berkaitan dengan kehidupan manusia dalam berinteraksi. Skenario adalah naskah cerita yang di desain disajikan dalam bentuk media film. Naskah yang didalamnya terdapat cerita atau gagasan dirangkai
agar penuturannya dapat disampaikan secara komunikatif dan menarik
Fungsi skenario pada dasarnya
adalah sebagai pedoman pada saat akan membuat sebuah
film. Skenario dibentuk untuk mengetahui cerita, informasi dan pesan yang ingin disampaikan kepada penoton, dan sebagai panduan bagi seluruh
tim produksi untuk dapat memiliki
kesamaan persepsi terhadap film yang akan dibuat
Struktur dramatik perlu
ditetapkan di dalam skenario, karena dengan adanya hal
tersebut akan membentuk penekanan emosi dari setiap
bagian ceritanya
Pembangunan cerita pada setiap babak dibentuk
melalui alur cerita pada setiap scene by scene pengadeganan
yang disusun. Pembangunan cerita
tersebut selanjutnya akan akan membentuk
dramatik cerita yang juga terdapat dalam unsur-unsur pembentuk dramaturgi.
Dramaturgi adalah teori seni teater
yang dicetuskan oleh Aristoteles dalam
karya agungnya Poetics (350
SM) yang di dalamnya terdapat
kisah paling tragis Oedipus
Rex dan menjadi acuan bagi dunia teater, drama, dan perfilman sampai saat ini. Kemudian
dikembangkan oleh Erving Goffman (1959), salah seorang sosiolog yang paling berpengaruh pada abad 20 telah memperkenalkan dramaturgi dalam bukunya yang berjudul “The
Presentation of Self in Everyday Life”. Unsur-unsur dramaturgi diantaranya yaitu plot (alur cerita), struktur dramatik, tema, tokoh cerita (karakter
dan motivasi), setting, Bahasa (teks),
genre, dan warna.
Di dalam unsur
dramaturgi sendiri, selain terdapatnya struktur dramatik juga terdapat Karakter tokoh yang dalam pembentukannya perlu adanya motif. Motif pada pembangunan
karakter tokoh diperlukan untuk mengetahui pengembangan detail karakter yang dapat saling memiliki relasi satu sama
lainnya. Berdasarkan skema yang juga disampaikan oleh
Maslow, terdapat kebutuhan,
motif, dan perilaku dalam kehidupan perilaku manusia yang dapat diimplementasikan pada pembentukan
karakter tokoh pada skenario film. Namun pada praktiknya pendalaman terhadap motif di pembangunan karakter tersebut perlu dipahami.
Melihat permasalahan tersebut, maka peneliti bermaksud
ingin melakukan penelitian mengenai Analisis Motif Pada Karakter Tokoh Dalam Mengembangkan
Struktur Dramatik Skenario Film Fiksi.
Adapun identifikasi masalahnya antara lain:
1)
Bagaimana pengaruh motif dalam sebuah skenario film ?
2) Apa
saja fungsi motif dalam skenario film dan teknik kolaborasi media (mixed
media) ?
3) Apa
saja faktor penghambat potensi dalam pengaplikasian motif pada pembentukan karakter tokoh ?
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disampaikan sebelumnya, maka terdapat target atau tujuan khusus
dari dilaksanakannya penelitian ini antara lain:
1) Mengetahui pengaruh motif dalam sebuah skenario film.
2) Mengetahui fungsi motif dalam skenario film dan teknik kolaborasi media lain pada karya
film fiksi (mixed media).
3) Mengetahui faktor penghambat dalam pengaplikasian motif pada pembentukan karakter tokoh.
Urgensi penelitian
ini dapat ditemui melalui tontonan film fiksi dengan penerapan maupun pembangunan karakter tokoh yang muncul di dalam sebuah penuturan cerita film. Pemahaman mengenai motif pada karakter menjadi landasan yang dalam proses penulisan skenario film fiksi untuk dapat membangun
sebuah alur yang menarik dan konsisten pada penuturannya. Adapun pengembangan
film sebagai media dapat ditemui dengan beragam, dan juga pemanfaatan skenario dalam membuat film yang menerapkan konsep mixed media. Kondisi tersebut menjadi landasan untuk dapat melakukan penelitian ini sehingga hal-hal dasar dapat diperhatikan
secara lebih detail untuk mengahasil ataupun membentuk karakter dalam setiap skenario film fiksi.
Dasar pemikiran film ini juga sebagai media informatif, dan edukatif yang mensinergikan kreatifitas. Seperti yang disampaikan Gayus Siagian dalam
bukunya yang berjudul “Menilai Film”, dikatakan bahwa “..... film mempunyai multi purpose dan baik tidaknya hasil
yang tercapai tergantung
pada cara dan kesanggupan kita mempergunakannya.”
Nalan
Di dalam pembuatan
film terdapat unsur-unsur pembentuknya agar film yang dibuat
dapat dipahami dengan baik oleh penonton. Dalam hal ini perlu
diketahui dan dipahami unsur-unsur pembentuk film tersebut. Menurut Krissandy (2014) ada dua unsur yang membantu kita untuk memahami
sebuah film di antaranya adalah unsur naratif
dan unsur sinematik, keduanya saling berkesinambungan dalam membentuk sebuah film. Unsur ini saling
melengkapi, dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pembentukan film.
Di dalam pembuatan
film terdapat unsur-unsur pembentuknya agar film yang dibuat
dapat dipahami dengan baik oleh penonton. Dalam hal ini perlu
diketahui dan dipahami unsur-unsur pembentuk film tersebut. Ada dua unsur yang membantu kita untuk
memahami sebuah film di antaranya adalah unsur naratif dan unsur sinematik, keduanya saling berkesinambungan dalam membentuk sebuah film. Unsur ini saling
melengkapi, dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pembentukan film.
Unsur Naratif, berhubungan
dengan aspek cerita atau tema
film. Oleh karena itu, setiap film tidak akan pernah lepas
dari unsur naratif. Unsur ini meliputi pelaku
cerita atau tokoh, permasalahan dan konflik, tujuan, lokasi, dan waktu.
a.
Pemeran/tokoh. Dalam film, ada dua tokoh penting untuk
membantu ide cerita yaitu pemeran utama
dan pemeran pendukung. Pemeran utama adalah
bagian dari ide cerita dalam film yang diistilahkan protagonis, dan pemeran pendukung disebut dengan istilah antagonis yang biasanya dijadikan pendukung ide cerita dengan karakter pembuat masalah dalam cerita menjadi
lebih rumit atau sebagai pemicu
konflik cerita.
b.
Permasalahan dan konflik. Permasalahan dalam cerita dapat diartikan
sebagai penghambat tujuan, yang dihadapi tokoh protagonis untuk mencapai tujuannya, biasanya di dalam cerita disebabkan
oleh tokoh antagonis. Permasalahan ini pula yang memicu konflik antara pihak protagonis
dengan antagonis. Permasalahan bisa muncul tanpa disebabkan
pihak antagonis.
c.
Tujuan. Dalam sebuah cerita, pemeran utama pasti
memiliki tujuan atau sebuah pencapaian
dari karakter dirinya, biasanya dalam cerita ada
sebuah harapan dan cita-cita dari pemeran utama, harapan itu dapat
berupa fisik ataupun abstrak (nonfisik).
d.
Ruang/lokasi. Ruang dan lokasi menjadi penting untuk sebuah
latar cerita, karena biasanya, latar lokasi menjadi
sangat penting untuk mendukung suatu penghayatan sebuah cerita.
e.
Waktu. Penempatan waktu
dalam cerita dapat membangun sebuah cerita yang berkesinambungan dengan alur cerita.
Pembagian ini didasarkan
atas cara penyampaiannya, yaitu naratif (cerita) dan non-naratif (non cerita). Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas, sementara film dokumenter dan eksperimental tidak memiliki struktur narasi yang jelas.
Penelitian terdahulu
menunjukkan pentingnya
motif dalam pembentukan karakter tokoh dalam skenario film fiksi untuk menciptakan
alur yang menarik dan konsisten. Menurut El Refaie
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh motif dalam sebuah skenario
film; (2) mengetahui fungsi
motif dalam skenario film
dan teknik kolaborasi media
lain pada karya film fiksi
(mixed media); (3) mengetahui faktor
penghambat dalam pengaplikasian motif pada pembentukan
karakter tokoh.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, metode penelitian ini sebagai metode
ilmiah sering digunakan dan dilaksanakan oleh sekelompok peneliti dalam bidang ilmu
social, termasuk juga ke dalam ilmu pendidikan.
Penelitian kualitatif dilaksanakan dalam rangka membangun pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan. Pendekatan penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metode yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada penelitian ini peneliti membuat
suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang dialami.
Teknik Pengumpulan
Data
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, metode ini dipilih
karena topik yang dipilih berupa pengalaman seseorang. Melakukan observasi secara langsung dengan tujuan untuk
mendapatkan cerita dan juga
emosi berdasarkan pengalaman narasumber. Selain itu metode
ini bisa sekaligus dijadikan pendekatan terhadap narasumber agar narasumber bisa memberikan informasi secara terbuka. Adapun narasumber yang ditemui melalui diskusi dalam Program Pendagogy Bootcamp bersama
Alex Nibley seorang praktisi
di bidang film dan juga pengajar
di Utah Valley University. Adapun penerapan teknik-teknik pengumpulan data menggunakan metode penelitian kualitatif:
Dalam metode penelitian
ini digunakan metode penelitian kualitatif yang disusun secara deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang berusaha memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian yang berkaitan dengan perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya.
Data yang terkumpul dalam bentuk kata-kata atau lisan dideskripsikan dalam tulisan
Teknik Analisis
Data
Peneliti membuat diagram alur
proses penelitian yang terdiri
dari 4 tahap, yaitu Tahap Awal Penelitian (Pengumpulan Data), Pelaksanaan Penelitian (observasi dan wawancara secara langsung); tahap analisis data (menganalisa hasil penelitian dan membandingkan hasil penelitian dengan kondisi nyata); serta tahap
akhir (pembuatan laporan akhir dan output penelitian).
Penelitian ini melibatkan responden yang menjadi sample dari penulis di Kota Bandung. Adapun responden
yang mewakili sebanyak 7
orang dengan profesi yang ditunjukan melalui hasil wawancara melalui metode pengisian google form, ketujuh
orang responden tersebut memiliki profesi sebagai penulis lepas atau freelance writer.
Hasil dan Pembahasan
Responden Penulis di Kota Bandung
Responden penulis skenario di Kota Bandung merujuk kepada individu-individu yang terlibat dalam penulisan skenario film atau media visual lainnya di kota tersebut. Responden ini bisa
memiliki berbagai karakteristik dan latar belakang yang berbeda. Berikut adalah beberapa hal yang dipilih berdasarkan kualifikasi mengenai responden penulis skenario di Kota Bandung:
1. Profil Profesional:
Responden mungkin terdiri dari penulis
skenario berpengalaman, penulis pemula, atau mereka yang sedang dalam proses pengembangan keterampilan penulisan skenario. Mereka dapat memiliki
berbagai tingkat keahlian dan pengalaman dalam industri perfilman.
2. Spesialisasi: Beberapa
responden mungkin memiliki spesialisasi tertentu dalam penulisan skenario, seperti skenario drama, komedi, horor, atau genre lainnya. Mereka mungkin juga berfokus pada penulisan skenario untuk film, serial TV, iklan, atau media visual lainnya.
Adapun responden yang dipilih merupakan penulis yang sudah memiliki pengalaman di bidang media. Dari informasi yang
diperoleh dari 7 orang responden yaitu seluruhnya merupakan penulis skenario lepas di Kota Bandung. Selain itu dapat terlihat juga bahwa Sebagian di antaranya memiliki fokus terhadap bidang lain dari pekerjaan yang dilakukan. Seperti halnya dijelaskan pada hasil survey di bawah ini, memperlihatkan
ada 1 orang yang respondeng
yang memiliki profesi sebagai produser dan juga penulis lepas.
Gambar 1. Hasil Survey Profil Profesional Responden
Gambar 2. Hasil Survey Profesi Responden
Motif Pada Karakter
Tokoh Dalam Mengembangkan Struktur Dramatik Film Fiksi
Menulis skenario film adalah
proses menciptakan naskah
yang akan menjadi dasar bagi produksi
sebuah film. Skenario film adalah dokumen tertulis yang berisi petunjuk-petunjuk tentang apa yang akan terjadi
di dalam film, termasuk
dialog, aksi, setting, karakter,
dan semua elemen penting lainnya. Hubungannya dengan struktur dramatik cerita adalah bahwa
skenario film mengikuti struktur dramatik yang umumnya digunakan dalam narasi dramatis, yang mencakup tiga elemen
utama: pengenalan, konflik, dan penyelesaian. Berikut adalah bagaimana hubungan antara menulis skenario film dan struktur dramatik cerita:
1. Pengenalan (Exposition):
2. Konflik (Conflict):
3. Klimaks (Climax):
4. Penyelesaian (Resolution):
5. Epilog (Epilogue):
Struktur dramatik
cerita ini membantu menjaga alur cerita yang kuat dan membuat pengalaman menonton lebih memuaskan. Namun, penting untuk diingat bahwa
tidak semua film harus mengikuti struktur ini secara
ketat, dan ada ruang untuk kreativitas
dan inovasi dalam penulisan skenario film. Tetapi, pemahaman yang kuat tentang struktur
dramatik cerita adalah dasar yang baik untuk menulis
skenario yang efektif.
Skenario film juga memiliki hubungan yang erat dengan motif yang terkait dengan karakter tokoh. Motif adalah tema, ide, atau elemen tertentu
yang muncul berulang kali dalam cerita. Hubungan
antara skenario film, struktur dramatik cerita, dan motif karakter adalah sebagai berikut:
a.
Pengenalan Motif: Seiring dengan pengenalan karakter dan latar belakangnya di awal skenario, penulis skenario juga dapat memperkenalkan motif yang terkait
dengan karakter tersebut. Motif ini mungkin berupa gagasan atau elemen
yang menjadi ciri khas karakter atau
menjadi penting dalam perjalanannya.
b.
Perkembangan Karakter: Motif-motif
yang berkaitan dengan karakter tokoh dapat berkembang seiring berjalannya cerita. Misalnya, jika motif karakter adalah "pencarian keadilan," maka motif ini mungkin akan
berkembang menjadi konflik utama karakter
ketika ia berusaha mencapai keadilan dalam cerita.
c.
Pengembangan Konflik: Motif yang terkait dengan karakter juga dapat membantu membangun konflik dalam cerita.
Motif tersebut dapat digunakan untuk menciptakan ketegangan atau dilema yang membuat penonton lebih terlibat dalam perjalanan karakter.
d.
Klimaks dan Penyelesaian: Motif karakter juga dapat mencapai puncaknya selama klimaks cerita dan menjadi penting dalam penyelesaian.
Ini bisa menjadi momen di mana karakter mengatasi konflik utama dengan
menghargai atau memahami motif mereka dengan lebih dalam.
e.
Pemberian Arti: Motif-motif yang muncul
dalam skenario film memberikan arti tambahan pada karakter dan cerita secara keseluruhan. Mereka dapat membantu
menggambarkan perubahan karakter, memberikan pesan atau tema
yang lebih dalam, dan memberikan kohesi pada elemen-elemen cerita.
Jadi,
dalam menulis skenario film, penggunaan motif terkait dengan karakter dapat memperkaya pengembangan karakter dan memberikan lapisan tambahan pada cerita. Ini membantu
dalam menjaga penonton terlibat dan membuat karakter serta cerita menjadi
lebih berarti.
Faktor
Yang Terbentuk Dari Adanya
Motif Pada Karakter Tokoh
Skenario film juga memiliki hubungan yang erat dengan motif yang terkait dengan karakter tokoh. Motif adalah tema, ide, atau elemen tertentu yang muncul berulang kali dalam cerita. Hubungan
antara skenario film, struktur dramatik cerita, dan motif karakter adalah sebagai berikut:
a.
Pengenalan Motif: Seiring dengan pengenalan karakter dan latar belakangnya di awal skenario, penulis skenario juga dapat memperkenalkan motif yang terkait
dengan karakter tersebut. Motif ini mungkin berupa gagasan atau elemen
yang menjadi ciri khas karakter atau
menjadi penting dalam perjalanannya.
b.
Perkembangan Karakter: Motif-motif
yang berkaitan dengan karakter tokoh dapat berkembang seiring berjalannya cerita. Misalnya, jika motif karakter adalah "pencarian keadilan," maka motif ini mungkin akan
berkembang menjadi konflik utama karakter
ketika ia berusaha mencapai keadilan dalam cerita.
c.
Pengembangan Konflik: Motif yang terkait dengan karakter juga dapat membantu membangun konflik dalam cerita.
Motif tersebut dapat digunakan untuk menciptakan ketegangan atau dilema yang membuat penonton lebih terlibat dalam perjalanan karakter.
d.
Klimaks dan Penyelesaian: Motif karakter juga dapat mencapai puncaknya selama klimaks cerita dan menjadi penting dalam penyelesaian.
Ini bisa menjadi momen di mana karakter mengatasi konflik utama dengan
menghargai atau memahami motif mereka dengan lebih dalam.
e.
Pemberian Arti: Motif-motif yang muncul
dalam skenario film memberikan arti tambahan pada karakter dan cerita secara keseluruhan. Mereka dapat membantu
menggambarkan perubahan karakter, memberikan pesan atau tema
yang lebih dalam, dan memberikan kohesi pada elemen-elemen cerita.
Terdapat respon
dari responden yang cukup jelas menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi
motif dalam skenario. Dalam pemaparannya disampaikan bahwa motif menjadi modal awal terbentuknya struktur sebuah cerita. Meski kadang triger
ide tidak melulu pada motif
karakter tapi istrumen lain seperti sosok, sebuah tempat,
sebuah isu dan lain-lain. Namun, ide biasany akan menjadi sia-sia
dan tidak akan sebuah cerita menarik
bila tidak ada motif dan karakter. Bahkan sebuah karakter
saja sulit untuk membangun cerita yang solid. Tapi dengan bekal "motif" karakter,
cerita akan lebih mudah terstruktur.
Dari motif karakter saya akan mendapat tujuan
karakter, lalu bagaimana cara karakter akan mencapai
tujuan itu, hambatannya seperti apa, hingga want dan need bisa terkalkulasi hingga resolusi cerita. Walaupun terkadang pencetus ide tidak selalu berkaitan
dengan motif karakter, melainkan dapat juga berhubungan dengan unsur-unsur lain seperti tokoh, lokasi, isu, dan faktor lainnya, namun, penting untuk diingat
bahwa ide tersebut akan kurang berarti
dan cerita akan kehilangan daya tariknya jika tidak
ada peran yang diberikan kepada motif dan karakter. Bahkan dalam membangun sebuah narasi yang kokoh, tugas yang tidak mudah dapat
dihadapi jika hanya mengandalkan karakter semata. Oleh karena itu, dengan
kehadiran motif karakter sebagai landasan, proses pengembangan cerita menjadi lebih terstruktur
dan sistematis. Melalui pemahaman motif karakter, penulis mampu menentukan
tujuan karakter, strategi
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, rintangan yang akan dihadapi, serta kebutuhan dan keinginan yang harus diakomodasi hingga tercapai resolusi akhir dalam narasi. Sebagai
seorang penulis biasanya memiliki kekuatan idealisme yang dimiliki untuk menghasilkan karya-karya yang layak untuk dapat
dipublikasikan
Gambar 3. Jawaban Responden Mengenai Pentingnya Motif
Kesimpulan
Pemilihan responden dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan
beberapa kualifikasi, seperti profil profesional dan spesialisasi. Responden yang dipilih adalah penulis skenario lepas yang sudah memiliki pengalaman di bidang media, khususnya di Kota Bandung. Terdapat
7 responden yang dipilih,
dan mereka memiliki latar belakang yang beragam dalam industri
film. Menulis skenario film
melibatkan pembuatan dokumen tertulis yang menjadi dasar produksi
film, mencakup elemen-elemen
penting seperti dialog, aksi, lokasi, dan karakter. Struktur naratif dramatik pada skenario biasanya mengikuti kerangka pengantar, konflik, dan penyelesaian.
Penting untuk menentukan motif karakter dalam skenario karena ini membantu
penulis membangun cerita yang lebih terstruktur dan bermakna. Motif karakter memberikan dasar untuk memahami
tujuan, cara pencapaian, hambatan yang dihadapi, serta kebutuhan dan keinginan karakter hingga cerita mencapai resolusi. Langkah pertama dalam menentukan motif karakter adalah memahami karakter dengan mendalam, termasuk latar belakang dan pengalaman hidupnya. Selanjutnya, tujuan karakter perlu dipertimbangkan untuk menemukan motif yang relevan dengan cerita. Uji motif dengan pertanyaan untuk memastikan bahwa motif tersebut memberi dimensi tambahan pada karakter dan mendukung alur cerita secara
keseluruhan.
BIBLIOGRAFI
Alfathoni, M. A. M., Hermita, R., Syahputra, B., & Roy, J. (2021). Penulisan
Naskah Dalam Pembuatan Film Pendek Fiksi ‘Haroroan,.’ PROPORSI J. Desain, Multimed.
Dan Ind. Kreat, 7(1), 52–64.
Bordwell,
D., Thompson, K., & Smith, J. (2010a). Film art: An introduction
(Vol. 7). McGraw-Hill New York.
Bordwell,
D., Thompson, K., & Smith, J. (2010b). Film art: An introduction
(Vol. 7). McGraw-Hill New York.
Cendekia, D. (2020). Meraba Bentuk Inciting Incident dalam
Film-film Puzzle. Jurnal Imaji, 11(1).
Dinata, N. (2004). Arisan!: skenario dan kisah-kisah di balik layar. Gramedia Pustaka Utama.
El
Refaie, E. (2016). Analysing
metaphors in multimodal texts. In The Routledge handbook of metaphor and
language (pp. 166–180). Routledge.
El
Saptaria, R. (2006). Acting handbook: panduan praktis akting untuk film & teater. Rekayasa Sains.
Faidah, C. N. (2018). Dekonstruksi
sastra anak: mengubah paradigma kekerasan dan seksualitas pada karya sastra anak Indonesia. KREDO: Jurnal
Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 2(1), 126–139.
Moleong, L. J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Nalan, A. (2011). Penulisan Skenario Film Dokumenter. Bandung:
Prodi TV& Film STSI.
Pratista, H. (2008). Memahami
film. Homerian Pustaka.
Rahayu, N. P., Lestari, R. S., Anjani, C., & Firmansyah, D. (2018). Aspek kepribadian tokoh utama dalam cerpen
cerita pendek yang panjang karya hasta indriyana, kajian psikologi sastra, dan implementasinya
sebagai bahan ajar sastra
di sma. Parole: Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(2), 115–126.
Siagian, G. (2006). Menilai
film. Dewan Kesenian Jakarta.
Sumpena, D. D. (n.d.). Proses Kreatif
Seniman” Woody Allen” Dalam
Pembuatan Karya Film.
Wicaksono, A. (2014). Menulis Kreatif Sastra: dan Beberapa
Model Pembelajarannya. Garudhawaca.
Copyright
holder: Della
Dwinanti Sumpena, Ibrahim
Adi Surya (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |