Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
11, November 2024
UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN SAMPO EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH
BILAH (PERESKIA BLEO) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR CANDIDA ALBICANS
Muhammad Aji Al-Faris1,
Qori Fadillah2, Sri Wahyuni
Nasution3, Kristina Sirait4
Universitas Prima Indonesia,
Indonesia1,2,3,4
Email: [email protected]1
Abstrak
Ketombe adalah suatu kondisi
yang tidak normal pada kulit
kepala yang disebabkan oleh
infeksi jamur Candida
albicans. Daun Jarum Tujuh Bilah (Pereskia bleo) sebagai bahan
alami, mengandung senyawa antijamur seperti flavonoid, fenol, tanin dan steroid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan formulasi sampo antijamur dengan menggunakan ekstrak etanol daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo). Penelitian diawali dengan membuat ekstrak daun jarum tujuh
bilah yang diperoleh dengan metode maserasi.
Kemudian ekstrak diformulasikan menjadi sediaan sampo
dalam tiga variasi konsentrasi, yaitu 5%, 15%, dan 20%. Sediaan dievaluasi
homogenitas dan viskositas serta pengaruh konsentrasi ekstrak etanol pada
aktivitas antijamur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun jarm tujuh
bilah(Pereskian bleo) dapat di formulasikan dalam sediaan sampo antiketombe
yang homogen, berwarna hijau tua, dan memiliki viskositas >2000 cps.
Aktivitas antijamur diuji menggunakan metode difusi cakram dengan mengamati
daerah hambatan pertumbuhan jamur yang menunjukkan bahwa konsentrasi 5% dan
kontrol (+) Ketoconazole memberikan
diameter zona hambat tertinggi menunjukkan respons yang kuat dalam menghambat
pertumbuhan mikroba.
Kata Kunci: Daun jarum tujuh bilah, sampo antijamur, Candida albicans.
Abstract
Dandruff is an abnormal condition on the scalp caused
by Candida albicans fungal infection. Seven blade needle leaves (Pereskia bleo) as a natural
ingredient, contain antifungal compounds such as flavonoids, phenols, tannins
and steroids. The aim of this research is to develop an antifungal shampoo
formulation using ethanol extract of seven-bladed needle leaves (Pereskia bleo). The research
began by making seven-bladed needle leaf extract which was obtained using the
maceration method. Then the extract is formulated into shampoo preparations in
three concentration variations, namely 5%, 15% and 20%. The preparations were
evaluated for homogeneity and viscosity as well as the effect of ethanol
extract concentration on antifungal activity. The results of the research show
that extract of seven blade jarm leaves (Pereskian bleo) can be formulated
in an anti-dandruff shampoo preparation that is homogeneous, dark green in
color, and has a viscosity of >2000 cps. Antifungal activity was tested
using the disk diffusion method by observing the fungal growth inhibition area
which showed that the 5% concentration and the control (+) Ketoconazole gave
the highest inhibitory zone diameter indicating a strong response in inhibiting
microbial growth.
Keywords: seven-bladed needle leaves, Anti-fungal shampoo,
Candida albicans.
Pendahuluan
Sekitar 20-25% populasi dunia mengalami infeksi jamur.
Meskipun hanya sebagian spesies jamur yang dapat menyebabkan infeksi pada
kondisi normal, individu pada sistem imun yang lemah, misalnya orang yang
imunokompromis, lebih rentan terhadap infeksi jamur (Adiguna, 2015)(Talapko et al., 2021). Contoh
jamur yang bisa menginfeksi pasien dengan kondisi tersebut adalah Cryptococcus
sp. dan Candida sp. Departemen Parasitologi FKUI menemukan adanya peningkatan
kasus sebesar 21,9%. Kandidiasis termasuk infeksi yang ditimbulkan dari jamur
dari genus Candida, dengan spesies Candida yang menjadi penyebab infeksi jamur
yang sangat biasa. Sekitar 90% infeksi jamur dipicu dari Candida albicans,
Candida glabrata, Candida tropicalis, Candida parapsilosis, serta Candida
krusei (Siagian et al., 2020).
Sampo adalah produk kosmetik yang diterapkan saat
membersihkan rambut, makanya rambut serta kulit kepala berubah jadi bersih,
lembut, gampang diatur, serta mengkilat, dengan kemasan yang nyaman digunakan.
Ketombe adalah kondisi kulit kepala yang tidak normal, dicirikan melalui rasa
gatal serta serpihan yang muncul di kulit kepala serta rambut . Ketombe bisa
ditimbulkan dari sekresi kelenjar keringat yang terlalu banyak maupun oleh
mikroorganisme pada kulit kepala yang menciptakan zat-zat tertentu yang bisa
menyebabkan ketombe (Lailiyah et al., 2022).
Indonesia memiliki iklim tropis dengan kelembapan
tinggi di beberapa wilayah. Kelembapan tinggi dapat memengaruhi kulit kepala
dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan jamur Candida albicans,
salah satu penyebab utama ketombe. Kebiasaan perawatan rambut, termasuk
pemilihan produk perawatan rambut, frekuensi mencuci rambut, dan jenis sampo
yang digunakan, dapat mempengaruhi risiko ketombe. Penggunaan sampo yang tidak
sesuai atau terlalu sering mencuci rambut dengan sampo keras dapat meningkatkan
risiko ketombe.
Pereskia
bleo adalah kaktus yang memiliki karakteristik daun yang cukup unik untuk
keluarga kaktus. Daunnya berbentuk seperti daun pada umumnya, bukan seperti daun jarum
yang umum pada kebanyakan kaktus. Daun-daunnya terletak di batangnya dan biasanya berjumlah tujuh, meskipun jumlahnya dapat bervariasi. Tumbuhan ini menghasilkan bunga yang berwarna merah muda hingga
oranye. Buahnya berbentuk bulat dan berwarna merah ketika matang. Buah dan daunnya sering digunakan dalam pengobatan tradisional. Beberapa kandungan kimia yang ditemukan di daun jarum tujuh bilah;
Polifenol, flavonoid, saponin, alkaloid dan senyawa bioaktif lainnya.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan formulasi sampo antijamur dengan menggunakan ekstrak etanol daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo).
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang diterapkan seperti eksperimen. Eksperimen tersebut sebuah penelitian melalui mengadakan percobaan untuk
melihat gejala atau pengaruh yang muncul akibat perlakuan tertentu (Fahdi, F., Gracesandy, G., & Sari,
2023). Populasi target berupa petumbuhan Jamur Candida Albicans. Populasi terjangkau berupa Sediaan sampo dengan ekstrak daun jarum tujuh
bilah. Sampel yang nanti dipakai untuk penelitian
ini seperti Jamur Candida Albicans yang akan
di tumbuhkan di media. Daun dari tanaman jarum
tujuh bilah (Pereskia bleo) yang nanti dipakai pada penelitian dipilih helai yang berjumlah 2 maupun 3 helai mulai pada pucuknya. Setelah daun tersebut ditemukan, kita keringkan
di suhu ruangan tanpa terkena sinar matahari langsung. Sesudah berhari-hari, daun yang sudah kering dihaluskan memakai alat penghalus
(Sarwawan et al., 2019)
Sampel daun jarum tujuh
bilah (Pereskia bleo) yang sudah halusnya diukur dan diisikan pada wadah
untuk proses maserasi. Kita maserasi sampel ini dengan etanol 96%. Pelarut
diisikan pada wadah sampai sampel terendam. Proses ekstraksi diadakan pada suhu
ruangan. Sesudah dibiarkan beberapa hari, kita saring filtratnya memakai kertas
saring supaya memisahkan ekstrak oleh residu tumbuhan daun jarum tujuh bilah
(Pereskia bleo). Hasil ekstraksi kemudian dipadatkan memakai rotary evaporator
sampai kita mendapatkan ekstrak yang kental. Selanjutnya, pelarut diisikan lagi
pada wadah pada proses maserasi yang berikutnya. Ekstraksi diadakan berulang
kali sampai warna pelarut mulai memudar (Sarwawan et al., 2019)
Beberapa
skrining fitokimia dilakukan untuk memeriksa senyawa-senyawa seperti alkaloida,
flavonoida, glikosida, tanin, dan saponin.
1.
Pemeriksaan Alkaloida
Ambil
1 mL ekstrak daun jarum tujuh bilah
dan masukkan ke dalam tabung reaksi.
Lalu, tambahkan 0,1 mL asam
klorida 2 N, lalu uji bersama pereaksi alkaloid, seperti pereaksi Mayer
sertaDragendorff. Jika hasilnya positif, akan terlihat endapan berwarna kuning
melalui pereaksi Mayer serta endapan berwarna merah melalui pereaksi
Dragendorff (Hasan et al., 2023).
2.
Pemeriksaan Flavanoida
Ambil
1 mL ekstrak daun jarum tujuh bilah,
lalu tambahkan 6 tetes HCl pekat serta 0,1 gram serbuk magnesium. Kocok perlahan, dan bila muncul warna merah,
oranye, atau hijau, itu menandakan
ditemukannya senyawa flavonoida (Hasan et al., 2023)
3.
Pemeriksaan Glikosida
1g ekstrak metanol pekat daun
jarum tujuh bilah (Pereskia
bleo). 5
ml asam asetat anhidrat serta 10 tetes asam
sulfat ditambahkan dan ditempatkan dalam cawan porselin. Warna
biru maupun hijau yang dihasilkan memaparkan ditemukannya
glikosida.
4.
Pemeriksaan Tanin
Ambil
1 mL ekstrak daun jarum tujuh bilah
dan tambahkan 0,5 mL larutan
FeCl3 1%. Jika muncul warna
hijau kehitaman serta biru tua,
itu memaparkan bahwa ekstrak tersebut
positif berisi tanin
5.
Pemeriksaan Saponin
Ambil
1 mg ekstrak etanol padat dan letakkan di tabung reaksi. Tambahkan 5 mL aquades, lalu goyang sepanjang
1 menit. Bila terlihat seperti buih, tambahkan
4 tetes larutan HCl 1M. Bila belum ada buih, lanjutkan dengan memanaskan
durasi sekitar 3 menit. Sesudah hal tersebut, dinginkan saja serta kocok secara
kuat. Jika buih yang terbentuk stabil pada waktu sekitar 10 menit, itu
menandakan ada senyawa saponin pada sampel (Oktavia & Sutoyo,
2021)
1.
Uji Organoleptis
Analisis organoleptis dibuat melalui memperhatikan
pergantian bentuk, bau, serta warna dari sediaan shampo antiketombe yang berisi
beragam konsentrasi daun jarum tujuh bilah (Asjur et al., 2022).
2. Uji Homogenitas
Untuk
uji homogenitas, kita timbang 0,5 gram sediaan shampo antiketombe daun jarum tujuh
bilah. Sediaan tersebut dioleskan dengan cawan petri, serta hasilnya mesti memaparkan bahwa susunannya homogen tanpa ada
butiran kasar yang terlihat. Kemudian dioleskan padacawan
petri, sediaan homogen jika tidakterdapat butiran kasar (Asjur et al., 2022).
3.
Uji Derajat Keasaman (pH)
Ambil
10gram shampo, lalu larutkan ke dalam
100 ml aquades dan ukur pH-nya memakai pH meter. pH yang baik untuk shampo
adalah antara 5,0 hingga 9,0 (Asjur et al., 2022)
Untuk membuat
media miring, timbang 0,39 gram serbuk
PDA, lalu larutkan pada 10
ml aquades. Sterilkan dengan cara diautoklaf
untuk suhu 121°C durasi 15 menit. Untuk pembuatan media di cawan petri, timbang 3,9 gram serbuk PDA, kemudian larutkan pada100 ml aquades, dan sterilkan di autoklaf untuk suhu 121°C durasi 15 menit (Asjur et al., 2022).
Ambil
biakan Candida albicans oleh media supaya miring, lalu suspensikan dengan 10 ml NaCl
0,9%. Campur hingga kekeruhannya sama dengan larutan McFarland.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Berdasarkan
hasil efektivitas ekstrak daun jarum
tujuh bilah terhadap pertumbuhan jamur Candida Albicans untuk kelompok kontrol negatif, kontrol positif menggunakan ketoconazole dengan mengukur zona hambat jamur Candida Albicans bisa diperhatikan untuk tabel dibawah
ini. Hasil pengukuran ekstrak daun jarum
tujuh bilah pada dosis 5%, 15% dan 20% terhadap pertumbuhan Jamur, kontrol negatif menggunakan formula tanpa tambahan ekstrak dan kontrol positif menggunakan ketoconazole bisa diperhatikan untuk tabel seperti:
Tabel 1. Hasil Uji Efektivitas Sampo dengan ekstrak daun jarum tujuh
bilah terhadap pertumbuhan jamur Candida
Albicans
diameter zona hambat (mm) |
|||||
NO |
Larutan kontrol |
Formulasi sediaan sampo |
|||
|
+ |
- |
F1 |
F2 |
F3 |
1 |
30,92 |
15,86 |
19,98 |
16,70 |
13,23 |
2 |
- |
18,69 |
18,24 |
16,69 |
13,56 |
3 |
- |
16,70 |
17,61 |
16,46 |
15,47 |
Rata-rata |
30,92 |
17,08 |
18,61 |
16,61 |
14,08 |
Kontrol
+ : Ketoconazole 1%
Kontrol
- : Formulasi sampo tanpa ekstrak
daun jarum tujuh bilah
F1 : Formulasi
sampo dengan ekstrak daun jarum
tujuh bilah 5%
F2 : Formulasi
sampo dengan ekstrak daun jarum
tujuh bilah 15%
F3 : Formulasi
sampo dengan ekstrak daun jarum
tujuh bilah 20%
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa
ditemukan zona hambat yang signifikan pada hasil setiap perlakuan. Dikarenakan formulasi yang menggunakan metil paraben sebagai bahan dasar
yang berfungsi sebagai pengawet dan berguna untuk mencegah pertumbuhan mikroba pada sediaan. Dari tabel diatas dibuktikan bahwa rata-rata nilai uji efektivitas, semakin banyak ekstrak yang dicampurkan dengan formula sampo maka akan
menurun nilai uji ke efektivitasannya.
Uji Skrining Fitokimia
Tabel 2. Hasil pengujian skrining
fitokimia
Parameter |
Hasil |
Pereaksi |
Keterangan |
Fenol |
+ |
FeCl3 |
Tercipta warna hitam |
Flavanoid |
- |
Mg + HCl pekat |
Belum berwujud endapan merah muda –
merah tua |
|
+ |
Pb (CH3COO)2 1-5% |
Tercipta warna kuning |
Alkaloid |
- |
Mayer |
Belum ditemukan endapan |
Saponin |
- |
Uji busa |
Belum berwujud busa |
Tanin |
+ |
FeCl3 |
Terbentuk warna hijau kehitaman |
Steroid |
+ |
Liebermann Burchard’s |
Terbentuk cincin coklat |
Keterangan:
(+) positif: berisi golongan senyawa
(-) negatif: belum berisi golongan
senyawa
Uji Homogenitas
Uji homogenitas berguna agar memperhatikan apakah
hasil dari pencampuran formulasi dengan ekstrak dapat bercampur atau tidaknya. Dapat dilakukan
dengan mengoleskan sedikit formulasi dengan ekstrak ke alu lumpang dan campurkan. Dari hasil uji homogenitas ekstrak daun jarum tujuh
bilah ditemukan bahwa formulasi homogen, tidak terdapat gumpalan dan lebih dominan warna
ekstraks daub jarum tujuh bilah pada F2 dan F3.
Uji
Viskositas
Tabel 3. Hasil Uji Viskositas
No |
Larutan Kontrol |
Formulasi Sampo |
||
|
- |
F1 |
F2 |
F3 |
1 |
1045 |
635 |
27 |
181 |
Keterangan :
Kontrol - : Formulasi sampo tanpa ekstrak
F1 : Formulasi sampo dengan ekstrak daun jarum tujuh
bilah 5%
F2 : Formulasi sampo dengan ekstrak daun jarum tujuh bilah
15%
F3 : Formulasi sampo dengan ekstrak daun jarum tujuh
bilah 20%
Interpretasi hasil uji viskositas yang dilihat. F1,
F2, dan F3 memiliki nilai yang kurang bagus atau dibawah standar dan Larutan
kontrol negatif yang mendekati dengan hasil 1045 dan nilai idealnya yang
memenuhi standar yaitu pada rentang 2000 – 3000 cps.
Pembahasan
Untuk penelitian ini dilakukan pencampuran sediaan
sampo dengan ekstrak daun jarum tujuh bilah terhadap pertumbuhan jamur Candida
Albicans untuk tabel 4.1, bisa diperhatikan jika dialami zona hambat yang
signifikan pada kontrol negatif, F1, F2 dan F3. Ini dikarenakan formulasi dasar
pembuatan sampo menggunakan metil paraben yang berfungsi sebagai bahan pengawet
sekaligus dapat mencegah pertumbuhan mikroba pada sediaan diambil dari
penelitian sebelumnya (Irianto, 2021).
Beberapa penelitian telah memperhatikan pengaruh
kandungan fitokimia pada ekstrak tumbuhan terhadap kemanjuran metil paraben
sebagai pengawet (Rodiah, S., Fifendy, M., & Indriati, 2022). Meskipun metil paraben adalah pengawet kosmetik yang populer, fungsinya dapat terganggu jika berinteraksi dengan senyawa lain, seperti fitokimia
dalam ekstrak alami. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa fitokimia
seperti flavonoid, tanin,
dan fenolik yang ditemukan dalam ekstrak tumbuhan
memiliki sifat antimikroba yang dapat membantu fungsi pengawet dengan mengurangi pertumbuhan mikroba. Namun, dalam beberapa kasus, senyawa ini juga dapat mengikat pengawet atau mengganggu stabilitasnya, sehingga mengurangi fungsi pengawet (Dwivayana, 2023).
Dari hasil uji homogenitas tidak ditemukan permasalahan pada penelitian ini dan tidak ditemukan adanya gumpalan ataupun bintik hitam yang bisa diartikan bahwa formulasi sampo dengan ekstrak dapat bercampur dengan baik dan ekstrak daun jarum
tujuh bilah mendominasi warna dari formulasi sampo.
Sampo tanpa ekstrak memiliki viskositas yang sangat tinggi dibandingkan dengan F1, F2 dan F3
yaitu 1045. Nilai ideal yang harus
dicapai untuk memenuhi standar yaitu pada rentang 2000 – 3000
cps. Dapat dilihat bahwa dari hasil
uji viskositas pada tabel
4.3 tidak memenuhi standar yang ditentukan (Sambodo & Yani, 2020).
Kesimpulan
Atas hasil penelitian didapati jika Sampo dengan Ekstrak Daun Jarum Tujuh Bilah memperoleh
efektivitas terhadapn Jamur Candida Albicans dengan ditemukannya zona hambat pada formulasi sampo F1 (18,61), F2
(16,61), F3 (14,08). Hal ini didukung
oleh penelitian sebelumnya.
BIBLIOGRAFI
Adiguna, M. S.
(2015). Aspek Kronisitas Kandidiasis Mukokutaneus. National Symposium and
Workshop: Skin Infection and It’s Complication.
Asjur, A. V., Saputro, S., Musdar, T. A., & Ikhsan, M. K.
(2022). Formulasi dan Uji Efektivitas Shampo Antiketombe Minyak Atsiri Seledri
(Apium graveolens) terhadap Jamur Candida albicans: Formulation and
Effectiveness Test of Anti-dandruff Shampoo Essential Oil of Celery (Apium
graveolens) against Candida albicans Fungus. Jurnal Sains Dan Kesehatan,
4(5), 481–487.
Dwivayana, K. D. (2023). Metilparaben, Toksikologi dan Metode
Analisisnya dalam Kosmetik. Indonesian Journal of Legal and Forensic Science,
13(1), 58–70.
Fahdi, F., Gracesandy, G., & Sari, H. (2023). Ekstrak
Daun Mimba (Azaradiracta indica A. Juss) Sebagai Antijamur Candida albicans
Dalam Sediaan Sampo Krim Antiketombe. Biology Education, Sains and
Technology, 6(2).
Hasan, T., Ida, N., & Qifni, S. F. (2023). Skrining
Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit Hitam
(Curcuma caesia Roxb.) Asal Luwu Utara Dengan Metode DPPH. Jurnal Riset
Kefarmasian Indonesia, 5(3), 439–457.
Irianto, I. D. K. (2021). Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik
Sediaan Gel Sampo Minyak Atsiri Biji Pala (Myristica fragrans). Jurnal Jamu
Kusuma, 1(1), 27–35.
Lailiyah, M., Saputra, S. A., Prasetyo, E. Y., &
Lestrasi, D. S. (2022). Formulasi Dan Uji Aktivitas Sediaan Sampo Ekstrak Daun
Kersen (Muntingia Calabura L.) Sebagai Antiketombe Terhadap Jamur Candida
Albicans Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi Simplisia, 2(1),
35–43.
Oktavia, F. D., & Sutoyo, S. (2021). Skrining fitokimia,
kandungan flavonoid total, dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol tumbuhan
Selaginella doederleinii. Jurnal Kimia Riset, 6(2), 141.
Pravitasari, A. D., Gozali, D., Hendriani, R., &
Mustarichie, R. (2021). Formulasi Dan Evaluasi Sampo Berbagai Herbal Penyubur
Rambut. Majalah Farmasetika, 6(2), 152–168.
Rodiah, S., Fifendy, M., & Indriati, G. (2022). Lest the
inhibition of beringin leaf extract (Ficus benjamina L.) against the growth of
Candida albicans in vitro. Jurnal Serambi Biologi, 7(4), 318–325.
https://doi.org/10.24036/srmb.v7i4.52
Sambodo, D. K., & Yani, L. E. (2020). Formulasi dan
efektifitas sampo ekstrak buah pedada (sonneratia caseolaris l) sebagai
antiketombe terhadap Candida albicans. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia,
2(1), 1–9.
Sarwawan, A. P. H., Sitorus, S., & Gunawan, R. (2019).
Utilization Of Ethanol Fraction Of Jarum Tujuh Bilah Leaves (Pereskia Bleo
(Kunth) Dc) As Xanthine Oxidase Inhibitor In The Formation Of Urid Acid. Jurnal
Atomik, 4(1), 45–49.
Siagian, F. E., Sabono, D. C., & Alfarabi, M. (2020).
Aktivitas Antijamur Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) Varietas Bangkok. Majalah
Kedokteran UKI, 36(1), 14–18.
Talapko, J., Juzbašić, M., Matijević, T., Pustijanac, E.,
Bekić, S., Kotris, I., & Škrlec, I. (2021). Candida albicans—the virulence
factors and clinical manifestations of infection. Journal of Fungi, 7(2),
79.
Zamilah, M., Ruhimat, U., & Setiawan, D. (2020). Media
alternatif kacang tanah untuk pertumbuhan bakteri. Journal of Indonesian
Medical Laboratory and Science (JoIMedLabS), 1(1), 57–65.
Copyright
holder: Muhammad Aji Al-Faris, Qori Fadillah, Sri Wahyuni Nasution, Kristina Sirait (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |