Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 11, November 2024
KAJIAN PERILAKU EKSPERIMENTAL – ANALISIS FEM BALOK BETON BERTULANG
BERSERAT BAJA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN TULANGAN GESER
Muhamad Ryanto1, Antonius Amir2, Prabowo Setiawan3
Universitas Sangga Buana YPKP Bandung,
Indonesia1
Universitas Islam
Sultan Agung Semarang, Indonesia2,3
Email: [email protected]1
Abstrak
Kekuatan kapasitas geser balok beton dapat
ditingkatkan dengan penggunaan serat baja tipe ujung bengkok
pada campuran beton. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan serat baja dengan tipe ujung
bengkok pada beton terhadap kapasitas geser balok beton
bertulang. Pembuatan benda uji dibuat
berupa balok bertulangan dengan/tanpa tulangan sengkang. Variabel-variabel yang digunakan : rasio air/semen (w/c = 0.50),
dan volume serat (Vf)
= 0.0%, 0.5%, 1.0% dan 2%. Hasil penelitian diperoleh bahwa kekuatan kapasitas geser balok yang diperkuat serat lebih besar
daripada kekuatan balok beton polos dan cenderung meningkat seiring dengan penambahan serat baja pada kandungan beton seiring dengan peningkatan jumlah fraksi volume serat. Perbandingan
data eksperimental dan model analisis
kekuatan menunjukkan bahwa model analitis dapat memprediksi efek w/c, Vf, dan kontribusi tulangan baja longitudinal dan transversal secara
memadai. Hasil beban ultimit yang diperoleh pada analisis model FE nilai gaya geser
ultimit secara keseluruhan lebih rendah dibanding dengan hasil eksperimen.
Bentuk pola keretakan/keruntuhan yang didapati hasil analisis model FE terlihat tidak jauh beda
dengan hasil eksperimen.
Kata kunci: Kekuatan geser balok beton,
Serat baja ujung bengkok, Rasio air/semen
Abstract
The shear capacity strength of concrete beams can be
improved by the use of bent end type steel fibers on the concrete mixture. This
study aims to evaluate the effect of adding steel fibers with bent end type on
concrete on the shear capacity of reinforced concrete beams. The manufacture of
test pieces is made in the form of reinforced beams with/without rebar. The
variables used: water/cement ratio (w/c = 0.50), and fiber volume (Vf) = 0.0%, 0.5%, 1.0% and 2%. The results of the study obtained that the strength
of the shear capacity of fiber-reinforced beams is greater than the strength of
plain concrete beams and tends to increase along with the addition of steel
fibers to the concrete content along with the increase in the number of fiber
volume fractions. Comparison of experimental data and strength analysis model
shows that the analytical model can adequately predict the effects of w/c, Vf, and contribution of longitudinal and transverse steel
reinforcement. The results of the
ultimate load obtained in the FE model analysis showed that the overall
ultimate shear force value was lower than the experimental results. The shape
of the crack/collapse pattern found by the analysis of the FE model does not
look much different from the experimental results.
Keywords: Shear strength of concrete
beams, Steel fiber bent ends, Water/cement ratio
Pendahuluan
Dalam
konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari
kombinasi agregat dan pengikat semen
Beton
berserat baja - Steel Fiber Reinforced Concrete (SFRC) adalah matriks beton dengan komposisi
campuran beton yang mengandung serat baja diskontinyu
berorientasi acak
Penggunaan
serat baja merupakan dasar penguatan matriks beton untuk tegangan tarik
Dengan
mempertimbangkan kontribusi utama yang dimiliki serat baja, akan lebih mudah
untuk dikaji perilaku balok pada tegangan geser balok beton bertulang serat;
tegangan ini juga dikenal sebagai tegangan tarik diagonal, yang berada di area
tumpuan balok (
Penggunaan
beton bertulang serat baja (SFRC) meningkat di banyak negara karena sifat
material dan strukturnya yang lebih baik dibandingkan dengan beton biasa dan
bahkan beton bertulang konvensional dengan fraksi volume baja yang sama. Untuk
penggunaan beton bertulang serat baja belum banyak digunakan secara konstruksi,
mengingat standard penggunaan serat belum banyak distandardkan secara baku. Komite menyarankan bahwa
pekerjaan tersebut belum selesai dan upaya penelitian berkelanjutan diperlukan
untuk meningkatkan metode pengujian dan pelaporan untuk SFRC. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan serat baja dengan tipe ujung
bengkok pada beton terhadap kapasitas geser balok beton bertulang. Penelitian
ini juga bertujuan untuk membandingkan hasil eksperimental dengan model
analitis menggunakan pendekatan Finite Element Model (FEM) dalam perangkat lunak SAP2000. Secara
khusus, penelitian ini ingin menganalisis kontribusi fraksi volume serat baja
terhadap kekuatan geser balok beton, baik dengan maupun tanpa tulangan geser (sengkang), dan memberikan rekomendasi
desain struktural yang lebih efisien berbasis penguatan serat baja.
Penelitian
ini menawarkan inovasi dalam mengintegrasikan penggunaan serat baja sebagai
alternatif parsial pengganti tulangan geser
tradisional pada balok beton bertulang. Pendekatan penelitian ini menggunakan
kombinasi analisis eksperimental dan simulasi FEM untuk memahami pola retak,
distribusi tegangan, dan kekuatan ultimit balok beton
berserat. Selain itu, penelitian ini menyediakan validasi empiris terhadap
model analitis yang dapat memprediksi kekuatan geser balok SFRC (Steel Fiber Reinforced Concrete). Dengan
demikian, penelitian ini memberikan landasan ilmiah bagi pengembangan standar
desain struktural berbasis beton berserat baja di industri konstruksi.
Dalam
penelitian ini, balok RC yang terbuat dari beton polos dan SFRC dimodelkan
dalam platform model FEM linier sederhana dengan bantuan SAP2000 v.24 untuk
menyelidiki dan mengevaluasi perilaku geser dan lentur serta distribusi
tegangan. Beton SFRC dimodelkan dengan mengoptimalkan parameter beton yang
relevan, yaitu, modulus elastisitas, hubungan
tegangan-regangan tekan, kepadatan, kekuatan tarik, koefisien transfer geser
untuk retak terbuka dan tertutup. Model-model ini akan membantu untuk
memprediksi perilaku struktur RC yang terbuat dari SFRC yang mungkin berguna
untuk industri konstruksi lanjutan.
Metode Penelitian
Semua bahan, yang telah digunakan dalam pengujian, disesuaikan dengan spesifikasi dan standar resmi. Semen yang digunakan berupa semen Portland
(Tipe I). Agregat kasar dan halus disesuaikan dengan persyaratan Spesifikasi ASTM. Serat baja dengan
panjang 60 mm
dan diameter sama dengan 0,75 mm (rasio
aspek serat baja = 80) digunakan
berupa tipe ujung bengkok seperti
pada Gambar 1. Serat baja memiliki kekuatan tarik ultimit nominal 1225 MPa, sedangkan baja tulangan dengan mutu tegangan
leleh sebesar fy = 240
MPa digunakan sebagai tulangan tarik dan sengkang.
Gambar 1. Serat Baja Berdeformasi Tipe Ujung Bengkok
Rancangan campuran beton (concrete mix
design) menggunakan semen, agregat
halus dan agregat kasar digunakan untuk menyiapkan beton mutu tinggi
dan normal dengan rasio
air-semen w/c = 0.5. Serat baja berdeformasi
digunakan untuk dicampur dengan beton konvensional dengan kadar bervariasi
0%, 0.5%, 1% dan 2% dari volume beton. Menggunakan tambahan mineral blast furnace slag dan zat aditif (superplasticizers). Serat baja dengan
serat tipe ujung bengkok (hooked
ends)
dengan batasan rasio Lf
/df = 80. Specimen
silinder digunakan untuk menentukan sifat mekanik beton. Setelah benda uji dibuat, dilakukan curing/perawatan
dengan 28 (dua puluh delapan) hari.
Tahapan penelitian dapat
dibuat skematik bagan alir pada
Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
Spesifikasi balok uji
berupa balok beton berserat dengan dimensi 125mm x 250 mm
(a) Balok dengan tulangan sengkang
(b) Balok dengan tulangan tanpa sengkang
Gambar 3. Balok Bertulang dengan/tanpa tulangan sengkang
Rancangan campuran matriks beton (concrete mix design) dibuat sebagai berikut pada Tabel 1 untuk rasio w/c=0.5 dengan campuran variasi jumlah kandungan kadar volume serat baja.
Tabel 1. Campuran Beton w/c = 0.5 dengan berbagai
Kadar Serat Baja
W/C 0,5 SB 0% |
||||
Material |
JMF 1M3 (kg) |
JMF 0.038M3 (kg) |
MC |
JMF Trial 0.038 (kg) |
Semen OPC Type 1 |
258 |
9.80 |
|
9.80 |
Slag |
45 |
1.71 |
|
1.71 |
Berat Baha |
0 |
0.00 |
|
0.00 |
Split |
978 |
37.16 |
|
37.16 |
Pasir |
978 |
37.16 |
4% |
38.65 |
Air |
150 |
5.70 |
1.48656 |
4.21 |
Admin X Ture Tipe
F |
2.83 |
0.11 |
|
0.11 |
Density |
2411.83 |
|
|
|
W/C 0,5 SB 0,5% |
||||
Material |
JMF 1M3 (kg) |
JMF 0.038M3 (kg) |
MC |
JMF Trial 0.038 (kg) |
Semen OPC Type 1 |
258 |
9.80 |
|
9.80 |
Slag |
45 |
1.71 |
|
1.71 |
Berat Baha |
12.06 |
0.00 |
|
0.00 |
Split |
978 |
37.16 |
|
37.16 |
Pasir |
978 |
37.16 |
4% |
38.65 |
Air |
150 |
5.70 |
1.48656 |
4.21 |
Admin X Ture Tipe
F |
2.83 |
0.11 |
|
0.11 |
Density |
2423.89 |
|
|
|
W/C 0,5 SB 0,5% |
||||
Material |
JMF 1M3 (kg) |
JMF 0.038M3 (kg) |
MC |
JMF Trial 0.038 (kg) |
Semen OPC Type 1 |
258 |
9.80 |
|
9.80 |
Slag |
45 |
1.71 |
|
1.71 |
Berat Baha |
24.48 |
0.00 |
|
0.00 |
Split |
978 |
37.16 |
|
37.16 |
Pasir |
978 |
37.16 |
4% |
38.65 |
Air |
150 |
5.70 |
1.48656 |
4.21 |
Admin X Ture Tipe
F |
2.83 |
0.11 |
|
0.11 |
Density |
2436.31 |
|
|
|
W/C 0,5 SB 2 % |
||||
Material |
JMF 1M3 (kg) |
JMF 0.038M3 (kg) |
MC |
JMF Trial 0.038 (kg) |
Semen OPC Type 1 |
258 |
9.80 |
|
9.80 |
Slag |
45 |
1.71 |
|
1.71 |
Berat Baha |
48.28 |
0.00 |
|
0.00 |
Split |
978 |
37.16 |
|
37.16 |
Pasir |
978 |
37.16 |
4% |
38.65 |
Air |
150 |
5.70 |
1.48656 |
4.21 |
Admin X Ture Tipe
F |
2.83 |
0.11 |
|
0.11 |
Density |
2460.07 |
|
|
|
Keterangan : *JMF (Job Mix Formula), *MC (Moisture Content / kadar air)
*SB
(Serat Baja).
Hasil dan Pembahasan
Tegangan Geser
pada Penampang Balok Homogen
Gaya geser maksimum berada di area tumpuan, sehingga akan terjadi keretakan
akibat tegangan geser pada balok.
Retakan terbentuk di sekitar sumbu netral dan tegak lurus terhadap
tegangan tarik utama (σ1).
Retakan membentuk kemiringan dengan sudut 45° dari sumbu balok. Gambar 4. berikut menunjukkan kemiringan
retakan yang terbentuk pada sumbu netral.
Gambar 4. Retak
miring akibat tegangan geser
Sumber : (Nawy E.,
Reinforced Concrete, Sixth Edition)
Konsep tegangan dapat digunakan untuk mengembangkan lintasan/trajektori tegangan utama. Gambar 5. menunjukkan lintasan tegangan yang bekerja pada balok dengan dua tumpuan sederhana dan dibebani oleh beban terdistribusi merata. Pola retakan dapat diprediksi dari trajektori tegangan ini.
Sumber : (Nawy E.,
Reinforced Concrete, Sixth Edition)
Gambar 5. Trajektori tegangan
utama balok homogen
(Garis tak putus = trajektori `tekan dan garis putus-putus = trajektori tarik)
Tegangan Von Mises digunakan
dalam kriteria kegagalan Von Mises, yang menyatakan bahwa material akan mulai mengalami deformasi plastis ketika tegangan Von Mises mencapai atau melebihi
kekuatan luluh material tersebut.
Spesimen
geser dimodelkan pada
platform FE SAP2000 dan elemen SHELL digunakan untuk memodelkan beton dan juga
SFRC. Serat baja direpresentasikan sebagai lapisan yang matriks pada elemen (SHELL). Oleh karena itu, rasio volume serat baja dimasukkan sebagai konstanta nyata dalam elemen
ini. Elemen (FRAME) digunakan
untuk memodelkan tulangan baja.
Gambar 6. menunjukkan
(FE) pemodelan balok beton bertulang dengan/tanpa tulangan
sengkang. Tulangan baja dibuat sebagai tulangan diskrit melalui simpul yang dibuat oleh mesh volume
beton.
|
|
Gambar 6. Model Finite Elemen - Balok Bertulang Dengan/Tanpa Tulangan Sengkang
Kuat geser nominal penampang melintang balok beton bertulang sama dengan kontribusi
ultimit, dimana kuat geser ultimit
dari balok RC adalah jumlah dari
kuat geser beton (Vuc) dan
kuat geser sengkang (Vus) berdasarkan
American Concrete Institute (ACI 318-14) :
………………………………… (1)
Hubungan persamaan di atas dapat ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Kuat geser ultimit
balok RC
Sumber : (Kamara, Novak, Simplified Design of
Reinforced Concrete Buildings )
Untuk balok yang hanya mengalami geser tarik diagonal, kuat geser yang diberikan oleh beton adalah
sebagai berikut:
…………………………… (2)
Jika sengkang yang digunakan dalam balok dipasang
vertikal, kuat geser sengkang adalah sebagai berikut:
………………………………… (3)
Dimana :
Vn = Gaya
geser nominal balok (kN).
Vu = Gaya
geser ultimit balok (kN).
Vuc = Gaya
geser beton (kN).
Vus = Gaya
ultimit dari sengkang (kN).
bw = Lebar balok (mm).
d = Tinggi
efektif balok (mm).
f’c = Kuat tekan rencana diberikan
pada umur 28 hari.
(MPa).
fys = Tegangan leleh tulangan sengkang (MPa).
λ = Faktor kepadatan beton = 1,0 untuk beton biasa.
Av = Luas
tulangan sengkang (mm2).
s = Jarak
antar sengkang (mm).
Hasil
Pengujian Balok
Gambar 8. Nomenklatur Balok
Hasil pengujian balok beton pada saat umur beton setelah
28 hari dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan pola keruntuhan balok beton terhadap beban ultimit dapat dilihat pada
Gambar 9 dan 10.
B9-WC0.5-F0.0-S |
B11-WC0.5-F0.5-S |
B13-WC0.5-F1.0-S |
B15-WC0.5-F2.0-S |
Gambar 9. Keruntuhan Balok Beton Dengan Tulangan Sengkang
Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2023
B10-WC0.5-F0.0-NS |
B12-WC0.5-F0.5-NS |
B14-WC0.5-F1.0-NS |
B16-WC0.5-F2.0-NS |
Gambar
10. Keruntuhan Balok Beton Tanpa Tulangan Sengkang
Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2023
Tabel 2. Hasil Pengujian Balok Geser Dengan Mode Keruntuhan
No |
Specimen balok |
F’c (M Pa) |
Vu exp (kN) |
Mode Keruntuhan |
1 |
B9- W/C 0.5 – F 0.0- S |
40.89 |
73.6 |
Shear-Flexure |
2 |
B11- W/C 0.5 – F 0.5-
S |
41.05 |
81.0 |
Flexure |
3 |
B13- W/C 0.5 – F 1.0-
S |
41.35 |
91.0 |
Shear-Flexure |
4 |
B15- W/C 0.5 – F 2.0-
S |
41.76 |
102.8 |
Shear-Flexure |
5 |
B10- W/C 0.5 – F 0.0-
NS |
40.89 |
34.6 |
Shear |
6 |
B12- W/C 0.5 – F 0.5-
NS |
41.05 |
42.1 |
Shear |
7 |
B14- W/C 0.5 – F 1.0-
NS |
41.35 |
53.0 |
Shear-Flexure |
8 |
B16- W/C 0.5 – F 2.0-
NS |
41.76 |
69.7 |
Shear |
Analisis Ultimit Balok
Beton Bertulang Normal
Pada Tabel
3 disajikan hasil kuat geser nominal (Vn), yang diperoleh
melalui model ACI 318-14 dengan
persamaan (1), (2) dan (3). Kekuatan Vn digunakan
dalam desain balok beton bertulang
terhadap gaya geser nominal, dan ini mencakup kekuatan yang disediakan oleh beton, tulangan longitudinal, dan sengkang. Model ini tidak mempertimbangkan kontribusi serat sebagai perkuatan tarik beton (polos).
Tabel 3. Kuat Geser Nominal pada Balok
Beton Polos
Rasio w/c |
Fc’ Mpa |
Vc kN |
Fy MPa |
Fs kN |
Vn kN |
0.5 |
40.89 |
31.31 |
240 |
31.9 |
63.21 |
Analisis
kekuatan ultimit menggunakan model Finite Elemen
(FE) adalah metode yang
sangat efektif dalam menentukan kapasitas maksimum suatu struktur atau komponen
sebelum gagal. Dengan menentukan batasan identifikasi struktur/komponen model yang akan dianalisis serta pengisian data spesifikasi material berupa identifikasi sifat mekanis material, seperti modulus
elastisitas, yield strength, ultimate
strength dari beton berupa tekan dan tarik yang didapati dari hasil eksperimental.
Penentuan
definisi kondisi batas dan beban dilakukan dengan cara menetapkan
batas (boundary conditions) seperti tumpuan, hubungan antar elemen, dan lain-lain dengan menerapkan beban statis pada input data model struktur.
Analisis tegangan pada
model struktur menggunakan desain kriteria kegagalan mengacu kriteria tegangan Von Mises
terhadap material yang digunakan
dan menggunakan software finite elemen untuk analisis struktur ini dengan perangkat
peranti lunak SAP2000 versi 24.
Kajian
interpretasi hasil dari analisis pada model struktur balok dengan metode FE ini dilakukan untuk
mengetahui titik-titik kritis dan mode kegagalan/keruntuhan dengan mengidentifikasi tegangan tarik yang sudah mencapai batas ultimit sehingga terjadi keretakan tarik di area ini. Selain itu
melakukan validasi model dengan membandingkan hasil analisis model dengan hasil eksperimental
untuk memastikan akurasi model.
Detail dan
properti material dari semua balok diberikan
pada Tabel 6.
Tabel 4. Detail dan Properti
Material
Panjang (mm) |
500 |
|||
Rasio bentang geser
(a/d) |
1.1 |
|||
Fraksi Volume serat Vf (%) |
0.5 |
1.0 |
2.0 |
|
Beton |
Rasio w/c |
0.5 |
||
Kuat Tekan F’c (Mpa) |
41,05 |
41,35 |
41,76 |
|
Kuat Tarik F’r (Mpa) |
3.10 |
3.37 |
3.57 |
|
Modul elastisitas Ec (N/mm2) |
32760 |
33929 |
34.502 |
|
Rassio Poisson v |
0.2 |
|||
Tulangan baja |
Kuat lelah Fy (Mpa) |
240 |
||
Modul elastisitas Es
(N/mm2) |
200x 103 |
|||
Rassio Poisson v |
0.3 |
Pada tabel 4. merupakan model balok SFRC bersengkang
dengan beban ultimit pada balok model FE, sehingga
terbentuk keretakan inisial pada balok, pola retak yang timbul dominan terjadi
di tengah bentang balok dan dimulai dari serat bawah menuju ke atas dengan
tegangan yang telah melewati batasan tegangan tarik runtuh. Keretakan ini
semakin besar dengan beban ultimit ditingkatkan
semakin besar sehingga keretakan melintasi tulangan
baja longitudinal dan mencapai tegangan leleh.
Trajektori Tegangan Utama |
W/C0.5-F0.5-S
+3.51 Von Mises
Stress - Crack |
||
Trajektori Tegangan Utama |
W/C0.5-F1.0-S
+4.05 Von Mises
Stress - Crack |
||
Trajektori Tegangan Utama |
W/C0.5-F2.0-S
+4.53 Von Mises
Stress - Crack |
Gambar 11. Model FE Balok
dengan Tulangan Sengkang
Beban
ultimit pada balok model FE
telah terbentuk keretakan inisial pada balok degan tulangan
sengkang, pola retak yang timbul dominan terjadi di tengah bentang balok dan dimulai dari serat bawah
menuju ke atas dengan tegangan
yang telah melewati batasan tegangan tarik runtuh yaitu
sebesar 3.51 MPa, 4.05 MPa, dan 4.53 MPa secara berurutan untuk setiap balok
dengan kadar serat baja yang berbeda. Keretakan ini semakin besar
dengan beban ultimit ditingkatkan semakin besar sehingga
keretakan melintasi tulangan baja longitudinal dan mencapai tegangan leleh. Keruntuhan balok pada model ini termasuk mode keruntuhan lentur (flexure)
Pada Gambar
11. merupakan model balok
SFRC tanpa sengkang dengan beban ultimit
pada balok model FE sehingga
terbentuk keretakan inisial pada balok, dengan pola retak
yang timbul terjadi di area
geser balok bagian tanpa sengkang
dengan tegangan yang terjadi sudah melewati
batasan tegangan tarik runtuh. Kemudian
keretakan ini semakin besar dan bila beban ultimit
ditingkatkan semakin besar dengan arah
keretakan menuju ke area tumpuan dan ke bagian serat
atas tengah balok.
Trajektori Tegangan Utama |
W/C0.5-F0.5-NS
+3.16100 Von Mises
Stress - Crack |
||
Trajektori Tegangan Utama |
W/C0.5-F1.0-NS
+3.42100 Von Mises
Stress - Crack |
||
Trajektori Tegangan Utama |
W/C0.5-F2.0-NS Von Mises
Stress - Crack |
Gambar 12.
Model FE Balok tanpa
Tulangan Sengkang
Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2023
Beban
ultimit pada balok model FE
telah terbentuk keretakan inisial pada balok tanpa tulangan
sengkang, pola retak yang timbul dominan terjadi di tengah bentang balok dan dimulai dari serat bawah
menuju ke atas dengan tegangan
yang telah melewati batasan tegangan tarik runtuh yaitu
sebesar 3.16 MPa, 3.42 MPa, dan 3.94 MPa secara berurutan untuk setiap balok
dengan kadar serat baja yang berbeda. Keretakan ini semakin besar
dan bila beban ultimit ditingkatkan semakin besar dengan
arah keretakan menuju ke area tumpuan dan ke bagian serat atas
tengah balok. Keruntuhan balok pada model ini termasuk mode keruntuhan geser (shear)
Tabel 5. Resume Komparasi Balok Geser Dengan
Analisis FEM
No |
Specimen balok |
F’c (M Pa) |
Vu exp (kN) |
Vu FE Model (kN) |
Mode Keruntuhan |
1 |
B9- W/C 0.5 – F 0.0- S |
40.89 |
73.6 |
|
|
2 |
B11- W/C 0.5 – F 0.5- S |
41.05 |
81.0 |
74.0 |
Flexure |
3 |
B13- W/C 0.5 – F 1.0- S |
41.35 |
91.0 |
85.0 |
Flexure |
4 |
B15- W/C 0.5 – F 2.0- S |
41.76 |
102.8 |
95.0 |
Flexure |
5 |
B10- W/C 0.5 – F 0.0- NS |
40.89 |
34.6 |
|
|
6 |
B12- W/C 0.5 – F 0.5- NS |
41.05 |
42.1 |
41.0 |
Shear |
7 |
B14- W/C 0.5 – F 1.0- NS |
41.35 |
53.0 |
50.5 |
Shear |
8 |
B16- W/C 0.5 – F 2.0- NS |
41.76 |
69.7 |
65.0 |
Shear |
Hasil
beban ultimit yang diperoleh pada analisis model FE nilai gaya geser
ultimit secara keseluruhan lebih rendah dibanding dengan hasil eksperimen.
Bentuk pola keretakan/keruntuhan yang didapati hasil analisis model FE terlihat tidak jauh beda
dengan hasil eksperimen.
Pengaruh Aksi Gabungan Balok Beton Bertulang Berserat Baja Dengan/Tanpa Sengkang
Pengaruh
aksi gabungan balok bertulang berserat baja terhadap
hasil eksperimental dengan model teoritis yang mengacu ke pada standard ACI
318-14 sebagai kontrol kapasitas kuat geser ultimit beton
polos, analisis model FE.
Acuan analisis Tabel 5 dan Tabel 7 diplotkan secara bersamaan dan digabung dengan hasil kuat geser
eksperimental, yang dituangkan
pada Gambar 13. Grafik
menunjukkan gabungan hasil uji kuat geser eksperimental balok beton bertulang
serat dengan/tanpa sengkang, untuk masing-masing jenis balok yang menggunakan mutu beton dengan
w/c=0.5, dengan berbagai kandungan serat, kemudian dibandingkan dengan balok beton
polos sebagai pembanding
Kontribusi kandungan serat terhadap kuat geser
eksperimental balok baik dengan/tanpa
sengkang meningkat secara signifikan bila dibanding dengan balok pembanding
yang tidak memiliki serat.
(a)
(b)
Gambar 13. Perilaku Balok Beton Bertulang Berserat Rasio w/c=0,5 Terhadap Balok Kontrol.
(a)
Dengan
Sengkang. (b) Tanpa Sengkang.
Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2023
Pengujian balok untuk kedua rasio w/c=0.5, secara
keseluruhan menunjukkan hasil pengujian dengan nilai gaya geser yang lebih
tinggi daripada nilai kekuatan geser berdasarkan ACI dan model FE, pengamatan
perilaku pasca-retak pada balok yang diperkuat dengan serat memiliki
pengurangan kekuatan geser yang lebih rendah dibandingkan balok dengan sengkang
saja, hal ini disebabkan oleh lekatan matriks serat, yang memungkinkan
terjadinya transfer tegangan. Balok kontrol pembanding menunjukkan perilaku
yang sesuai dan mencapai nilai yang diprediksi oleh ACI. Hasil beban ultimit yang diperoleh pada analisis model FE nilai gaya
geser ultimit secara keseluruhan lebih rendah
dibanding dengan hasil eksperimen
Dari sudut pandang perilaku struktur beton bertulang,
keberadaan serat baja sebagai perkuatan tarik beton tambahan untuk balok
tanpa/dengan sengkang meningkatkan kekuatan geser ultimit
secara signifikan, oleh karena itu, dapat dibenarkan untuk menggunakan model
analitis yang dapat memprediksi secara akurat kekuatan geser teoritis yang
mendekati kekuatan geser yang diperoleh secara eksperimental, dan hal ini dapat
menjadi alat bantu untuk mendesain analisis rancangan kekuatan geser untuk
jenis elemen struktur balok.
Kesimpulan
Dari
hasil penelitian dan pembahasan diperoleh Kesimpulan bahwa hasil pengujian
balok beton nilai kapasitas gaya geser ultimit balok
beton bertulang dengan/tanpa sengkang cenderung meningkat seiring dengan
penambahan serat baja pada kandungan beton, hal ini menyatakan bahwa nilai
kapasitas gaya geser balok beton berserat meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah fraksi volume serat. Pengujian balok berserat untuk dengan rasio w/c=0.5,
secara keseluruhan menunjukkan hasil pengujian nilai gaya geser yang lebih
tinggi daripada nilai kekuatan geser beton polos berdasarkan ACI 318-14. Hasil beban ultimit yang diperoleh pada analisis model FE nilai gaya geser ultimit
secara keseluruhan lebih rendah dibanding
dengan hasil eksperimen. Bentuk pola keretakan/keruntuhan yang didapati hasil analisis model FE terlihat tidak jauh beda dengan
hasil eksperimen.
BIBLIOGRAFI
Arslan, G., Keskin,
R. S. O., & Ulusoy, S. (2017). An experimental
study on the shear strength of SFRC beams without stirrups. Journal of
Theoretical and Applied Mechanics, 55(4), 1205–1217.
Basri, D. R. (2019). Pengaruh Limbah Plastik Botol (Leleh) Sebagai Material Tambah Terhadap Kuat Lentur Beton. Racic: Rab Construction Research, 4(2), 66–77.
Demakos, C. B., Repapis, C. C., & Drivas, D. P. (2021). Experimental investigation of shear strength for steel fibre reinforced concrete beams. The Open Construction & Building Technology Journal, 15(1).
Fombrun, C. (2018). Realising value from the corporate image. Reputation, 1–596.
Gul, M., Bashir, A., & Naqash, J. A. (2014). Study of modulus of elasticity of steel fiber reinforced concrete. Int. J. Eng. Adv. Technol, 3(4), 304–309.
Hafedh, A. A., & Hassan, G. H. (2019). Finite element analysis of steel fiber reinforced concrete beams‖. International Journal of Engineering Research and Technology, 12(12), 2303–2311.
Hameed, A. A., & Al-Sherrawi, M. H. (2018). Influence of steel fiber on the shear strength of a concrete beam. Civil Engineering Journal, 4(7), 1501.
Juárez-Alvarado, C. A., Mendoza-Rangel, J. M., Terán-Torres, B. T., Valdez-Tamez, P. L., & Castruita-Velázquez, G. (2021). Theoretical-experimental behavior of steel fibers as a partial replacement for shear reinforcement in reinforced concrete beams. Revista ALCONPAT, 11(3), 31–49.
Lehmann, M., & Głodkowska, W. (2021). Shear Capacity and Behaviour of Bending Reinforced Concrete Beams Made of Steel Fibre-Reinforced Waste Sand Concrete. Materials, 14(11), 2996.
Li, C., Zhao, M., Zhang, X., Li, J., Li, X., & Zhao, M. (2021). Effect of steel fiber content on shear behavior of reinforced expanded-shale lightweight concrete beams with stirrups. Materials, 14(5), 1107.
Marì Bernat, A., Spinella, N., Recupero, A., & Cladera, A. (2020). Mechanical model for the shear strength of steel fiber reinforced concrete (SFRC) beams without stirrups. Materials and Structures, 53, 1–20.
Mutiara Insani, N. (2020). Perencanaan Struktur Gedung Perkuliahan Di Tasikmalaya. Universitas Siliwangi.
Saputra, I. (2016). Pengaruh Variasi Komposisi Serat Rumput Payung (Cyperus Alternifolius) Terhadap Kuat Tarik Belah Beton Komposit.
Setiadji, B. H., Dewabrata, H., Lie, H. A., & Subagyo, S. A. P. (2020). Studi Penggunaan Semen Slag sebagai Substitusi Semen Portland pada Beton. Siklus: Jurnal Teknik Sipil, 6(2), 117–128.
Zhao, J., Liang, J., Chu, L., & Shen, F. (2018). Experimental study on shear behavior of steel fiber reinforced concrete beams with high-strength reinforcement. Materials, 11(9), 1682.
Copyright holder: Muhamad Ryanto,
Antonius Amir, Prabowo Setiawan(2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |