Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
11, November 2024
TINJAUAN ALKITABIAH MENGENAI RUPA KRISTUS AGAR MENJADI
NYATA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI, BERDASARKAN KITAB GALATIA 4:19
Kris Banarto1, Endang Pasaribu2
Sekolah Tinggi Teologi (STT)
Global Glow Indonesia, Jakarta, Indonesia1,2
Email: [email protected]1, [email protected]2
Abstrak
Ajaran keselamatan
orang Kristen merupakan ajaran
dasar dan penting karena akan mempengaruhi
cara berpikir dan perilakunya. Jika salah dalam memahami keselamatan akan berdampak buruk dalam bertindak
dan menentukan arah hidupnya. Bagi sebagian orang Kristen merasa yakin diselamatkan karena sudah percaya
kepada Tuhan Yesus sebagai juru
selamat, tetapi dalam praktik kehidupan
belum menunjukkan bahwa mereka orang yang percaya. Mereka masih berperilaku tidak baik, belum
menunjukkan kasih, bahkan seringkali meninggalkan ibadah. Kehidupannya
tidak dapat menjadi saksi dan masih sama dengan
orang-orang di luar Kristus.
Ada juga sebagian orang yang memahami
bahwa keselamatan merupakan usaha manusia dengan melakukan kebaikan-kebaikan yang fokus kepada hal-hal
yang lahiriah. Mereka memang berjuang dengan berbuat baik, menolong orang, memberikan korban tetapi tidak berdasarkan iman dan hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Secara norma umum mungkin mereka lebih baik dari
orang-orang di luar Kristus. Namun, melakukannya
tidak dengan ketulusan dan hanya menginginkan pujian dan penghargaan dari orang lain. Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk memberikan pemahaman kepada jemaat bahwa keselamatan
merupakan kasih karunia dari Yesus
Kristus karena iman. Metode penulisan
yang digunakan yaitu metode kualitatif studi kepustakaan. Melalui tulisan ini jemaat memiliki dasar pemahaman yang kuat mengenai keselamatan.
Kesimpulan dari penelitian adalah tidak benar
keselamatan dari Yesus Kristus melalui
hukum Taurat, sunat, dan adat istiadat, tetapi hanya melalui iman
di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Kata Kunci: keselamatan, kasih karunia, iman, sunat
Abstract
Christian teachings about salvation are basic and
important teachings because they will influence their way of thinking and
behavior. If you misunderstand about salvation, it will have a negative impact
on your actions and determining the direction of your life. For some
Christians, they feel confident that they are saved because they have believed
in the Lord Jesus as their savior, but in practice their life has not shown
that they are believers. They still behave badly, do not show love, and often
even abandon worship. His life cannot be a witness and is still the same as
those outside Christ. There are also some people who understand that salvation
is a human effort by doing good deeds that focus on external things. They do
struggle by doing good, helping people, giving sacrifices but not based on
faith and only for their own interests. In general, perhaps they are better
than people outside of Christ. However, you don't do it with sincerity and only
want praise and appreciation from other people. The purpose of this writing is
to provide understanding to the congregation that salvation is a gift from
Jesus Christ through faith. The writing method used is the qualitative method
of literature study. Through this writing, the congregation has a strong basic
understanding of salvation. The conclusion from the research is that salvation
does not come from Jesus Christ through the law, circumcision and customs, but
only through faith in the Lord Jesus Christ.
Keywords: salvation, grace, faith, circumcision
Pendahuluan
Memiliki
karakter Kristus merupakan dambaan bagi orang percaya, tidak sekedar hanya
mengagumi akan kebaikan-kebaikan Kristus tetapi juga dapat memperagakan dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya masih ditemukan orang yang mengaku percaya belum memiliki
karakter Kristus dalam dirinya (Sabdono, 2020).
Di dalam dunia kerja alih-alih orang percaya dapat menjadi saksi
Kristus yang ada menjadi batu sandungan. Perilaku orang percaya tersebut menjadi hambatan dalam pemberitaan Injil (Diana, 2019).
Menjadi
tugas yang tidak ringan bagi hamba Tuhan khususnya para pembicara rohani tidak hanya memberitakan
kebenaran melainkan juga dapat menjadi teladan
dalam berperilaku dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Doa menjadi upaya
agar orang percaya yang belum
berkarakter Kristus memiliki kelembutan hati untuk berubah
(Tan, 2021). Kemajuan teknologi informasi memudahkan masyarakat untuk mengakses konten-konten yang menyajikan beragam informasi baik yang positif maupun yang negative (Udju & Sinaga, 2023). Jika
orang percaya tidak memiliki dasar iman yang kuat maka akan mudah
terpengaruh oleh informasi
yang dapat merusak ajaran sehat.
Era globalisasi dan komunikasi menyebabkan dunia menjadi datar dan dengan mudah budaya
barat yang liberal masuk ke
Indonesia (Nasution, 2016). Hal ini yang menyebabkan orang percaya ikut-ikutan budaya barat yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran
Kristus. Praktis orang percaya memiliki perilaku di bawah standar Kristus bahkan di bawah standar etika umum
(Seran, 2024). Ajaran-ajaran gereja yang menyimpang yang mengutamakan kesembuhan, berkat, dan teologi kemakmuran telah mengerdilkan jemaat hanya untuk
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
selama di dunia dan mengabaikan
ajaran mengenai kesetiaan, kesucian, ketaatan, dan kesempurnaan (Manullang, 2017; Nidin et al., 2022). Jemaat disuguhi kotbah-kotbah yang memuaskan telinga dan dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan saat ini dan tidak
membawa jemaat masuk kerajaan seribu tahun. Di sini para pembicara rohani perlu mendapatkan
pendidikan teologi yang memadai agar tidak salah dalam mengajarkan kebenaran.
Korban Yesus di kayu salib tidak
diberikan penghargaan yang tinggi dan dianggap sebagai sesuatu peristiwa yang biasa, sehingga orang percaya tidak berjuang untuk mewujudkan keselamatan. Mereka menganggap keselamatan yang diberikan sudah final dan tidak perlu berupaya
untuk mendapatkan mahkota kehidupan. Atau
jangan-jangan belum menerima Tuhan Yesus sebagai juru selamat.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mendalam kepada jemaat Kristen tentang makna keselamatan yang sejati
berdasarkan kasih karunia dan iman kepada Yesus Kristus. Penelitian ini juga
berupaya menjelaskan kesalahan pemahaman umum terkait usaha manusia melalui
hukum Taurat, sunat, atau adat istiadat sebagai syarat keselamatan, serta
menekankan perlunya pemahaman teologis yang benar. Dengan demikian, penelitian
ini ingin meneguhkan dasar iman jemaat agar dapat hidup sesuai dengan ajaran
Kristus dan mampu menjadi saksi hidup yang mencerminkan rupa Kristus dalam
kehidupan sehari-hari.
Manfaat dari penelitian ini adalah membantu jemaat
Kristen membangun fondasi teologis yang kokoh dalam iman mereka sehingga tidak
mudah terombang-ambing oleh ajaran-ajaran yang tidak Alkitabiah. Selain itu,
penelitian ini memberikan panduan praktis bagi para pemimpin gereja dan
penginjil untuk mengajarkan doktrin keselamatan secara jelas dan relevan dengan
tantangan era globalisasi dan teknologi informasi. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat menginspirasi jemaat untuk menjalani kehidupan yang mencerminkan
kasih Kristus, sekaligus memperbaiki perilaku yang menjadi batu sandungan bagi
pemberitaan Injil.
Metode Penelitian
Penulisan ini menggunakan kajian Biblika dengan metode
kualitatif melalui studi kepustakaan dan menganalisis dengan cara eksegesis,
yang menjadi fokus kajian adalah teks dalam Kitab Galatia 4:19 “rupa Kristus
menjadi nyata” sesuai dengan naskah Alkitab (Darmalaksana, 2020). Pendekatan dengan
cara eksegesis meliputi analisis tata bahasa dan pengertian kata asli bahasa
Yunani dilengkapi dengan kajian konteks, latar belakang penulisan dan maksud
penulisan dari Paulus serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sumber
yang digunakan adalah Alkitab, artikel jurnal, buku, dan aplikasi terjemahan.
Hasil dan Pembahasan
Sampai Rupa Kristus Menjadi
Nyata di dalam Kamu
Rupa Kristus di dalam Kitab Galatia 4:19 di terjemahan
dalam berbagai pengertian:
TB:
“sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.” BIS: “kalau sifat-sifat
Kristus belum tertanam pada dirimu!” TSI: “kalian belum dewasa dalam hal
bersatu dengan Kristus!” MILT: “sampai Kristus dicitrakan di dalam kamu.” AVB:
“sehingga Kristus terbentuk dalam dirimu.”
Ada satu kata yang menarik dalam ayat ini yaitu kata
“rupa” dalam terjemahan berbagai versi diterjemahkan sebagai “sifat-sifat”,
“dewasa”, “dicitrakan”, dan “terbentuk”. Jika digabungkan akan menjadi: Hai
anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai
“rupa/sifat-sifat/kedewasaan/citra/bentuk” Kristus menjadi nyata di dalam kamu.
Terjemahan BIS lebih lengkap dan jelas, tetapi terjemahan yang menggunakan kata
morfothí yaitu rupa atau bentuk adalah terjemahan versi TB dan AVB.
Galatia
4:19 dalam bahasa Yunani adalah:
⸀Τέκνα
Μου, Οὓς Πάλιν ὠδίνω ⸀Μέχρις Οὗ Μορφωθῇ Χριστὸς ἐν ὑμῖν·
(tékna mou, oús pálin odíno
⸀méchris
oú morfothí Christós en ymín).
Terjemahan rupa Kristus dari bahasa asli
“μορφωθῇ Χριστὸς”
(morfothí Christós).
Morfothi dari kata dasar morphe yang berarti rupa atau
bentuk. Kata rupa atau morphe
juga dipakai dalam Filipi
2:6.
Kata
lain yang menarik dalam teks itu adalah “anak” dari
asal kata τέκνα (tékna) berasal dari kata teknon,
yang bermakna anak kecil, Paulus menggunakan anak-anakku menunjukkan sapaan akrab kepada
jemaat di Galatia. Tekna adalah nominatif plural dari teknon (nomina
netral). Berkaitan dengan asal usul, teknon berarti urutan turun menurun dari
ayah turun kepada anak. Dalam konteks
ayat tersebut mengapa Paulus memanggil jemaat Galatia sebagai anak-anak,
melukiskan hubungan antara guru dengan murid.
Istilah "rasa sakit saat melahirkan," atau
odíno, menandakan penderitaan yang terkait dengan persalinan dan merangkum
kesedihan mendalam Paulus, penderitaan batin, dan kerinduan yang kuat bagi
jemaat Galatia, yang telah menjauhkan diri dari Kristus dan hidup di luar kasih
karunia, untuk memperoleh keselamatan sekali lagi (Gal. 5:4). Paulus menegaskan
bahwa kelahiran rohani kedua diperlukan, dan seperti seorang ibu, ia menanggung
penderitaan saat melahirkan untuk memastikan bahwa Kristus dapat "dibentuk"
kembali di dalam diri mereka. Berapa lama penderitaan Paulus? Terjemahan BIS
menunjukkan bahwa Paulus akan terus menderita jika sifat-sifat Kristus tidak
tertanam dalam komunitas tersebut.
Jadi teks Galatia 4:19, Paulus menyampaikan
kegelisahan hatinya karena jemaat Galatia telah dipengaruhi oleh ajaran bukan
Injil murni yang menambahkan korban Yesus untuk menyelamatkan umat-Nya dengan
usaha manusia melakukan hukum Taurat. Keselamatan dari Yesus Kristus hanya
melalui iman dan tidak perlu ditambahkan dengan yang lain.
Konsep Keselamatan dalam
Kristen
Soteriologi atau keselamatan Kristen dengan agama lain
memiliki konsep yang berbeda, kebanyakan agama non-Kristen mengajarkan
keselamatan dengan melakukan kebaikan yang merupakan usaha manusia, mereka
percaya dengan banyak melakukan perbuatan baik akan memperoleh keselamatan (Situmorang, 2021). Di dalam
Kekristenan keselamatan dilakukan oleh Allah melalui dan di dalam Yesus.
Keselamatan sudah direncanakan sejak dunia sebelum penciptaan manusia dan
rancangan Allah untuk mengutus putra-Nya yaitu Yesus sejak sebelum dunia
dijadikan (1 Petrus 1:20-21). Penyelamatan Allah direalisasikan dengan cara
pengorbanan Yesus di kayu salib untuk menebus dosa dunia.
Kekristenan mengajarkan bahwa semua manusia telah
kehilangan kemuliaan dan berdosa, sejak kejatuhan Adam dan Hawa maka manusia
memiliki dosa keturunan (Sabdono, 2014). Dosa
tersebut tidak dapat dihapuskan dengan melakukan kebaikan, sebaik apa pun orang
itu dan hanya melalui penumpahan korban darah yang tidak berdosa dan suci yang
akan sanggup menghapuskan dosa. Pribadi yang tidak berdosa itu ialah Yesus yang
telah menanggalkan kesetaraan dengan Allah dan menjelma menjadi manusia,
disiksa, dianiaya dan mati di kayu salib (Aji, 2021). Pada hari
ke tiga bangkit dari kematian dan menang atas maut dan dosa, barang siapa
percaya kepada-Nya tidak binasa tetapi beroleh keselamatan.
Keselamatan bagi umat manusia merupakan inisiatif
Tuhan bagi manusia, tindakan penyelamatan yang dilakukan melalui Yesus Kristus
adalah wujud kasih Allah terhadap manusia yang diciptakan menurut gambar dan
rupa-Nya. Manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya dari cengkeraman dosa dan
kematian, oleh karena itu Tuhan mengutus Yesus Kristus untuk membawa manusia
kepada Tuhan. Tindakan keselamatan melalui pengorbanan di kayu salib telah
membawa manusia pada kodrat dan kedudukan baru di hadapan Tuhan. Allah melembagakan
tindakan rekonsiliasi ini agar manusia dapat hidup dalam kehidupan baru dan
terbebas dari bayang-bayang kematian kekal.
Keselamatan Karena Iman
Kitab Efesus 2:8, karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman dan Kitab Roma 3:27-28, manusia dibenarkan karena iman.
Dua teks Alkitab ini menegaskan bahwa keselamatan bukan ditentukan oleh
melakukan hukum Taurat, sunat, dan adat istiadat, tetapi keselamatan karena
iman. Kata iman dari bahasa Yunani pistis yang berasal dari akar kata peitho
yang berarti yakin atau menaruh kepercayaan. Kitab Ibrani 11:1 terjemahan BIS
dengan jelas menerangkan arti iman, “Beriman berarti yakin sungguh-sungguh akan
hal-hal yang diharapkan, berarti mempunyai kepastian akan hal-hal yang tidak
dilihat.” Beriman kepada Yesus tidak bisa digantikan oleh apa pun, begitu pula
tidak perlu ditambahkan dengan melakukan kebajikan atau melakukan ritual-ritual
yang menurut kita benar. Jika kita percaya ditambah dengan hal-hal lainnya
menunjukkan kalau kita tidak percaya sepenuhnya kepada Kristus, karena barang
siapa datang kepada Yesus maka tidak akan dibuang (Yoh. 6:37).
Keselamatan Tanpa Syarat
Paulus mengajarkan keselamatan dalam Kristus Yesus
tanpa syarat apa pun Gidion, (2018), terdapat
dalam teks Kitab Efesus 1:4. Lokasi Tindakan Allah adalah sebelum dunia ada
atau sebelum fondasi bumi dibuat. Kata “memilih” merupakan final dan tidak ada
yang lain karena yang ada hanyalah Tri Tunggal: Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Kata
ἐν αὐτῷ (en auto) artinya di dalam
Dia (Yesus) yaitu di dalam kharis
atau kasih yang menyelamatkan (Ef. 2:8, Rm.
8:32). Keselamatan bukan usaha manusia, tetapi Allah yang aktif mencari manusia
hingga membungkuk, karena manusia tidak mampu mencari Allah. Pelaku
penyelamatan ialah Tuhan sehingga tidak perlu bantuan manusia, perbuatan baik
dan sebagainya, karena Allah yang bertindak sebagai sesuatu yang pasti dan
tidak akan pernah gagal. Tindakan penyelamatan ditentukan berdasarkan
kehendak-Nya yang merupakan kedaulatan Allah (Ef. 1:5, 1:11).
Orang yang diselamatkan harus mendengarkan Injil (Rm. 10:17) dan ketika percaya maka dimeteraikan
oleh Roh Kudus (Ef. 1:13). Dimeteraikan atau sphragizo yang bertujuan untuk keamanan dari setan,
memberi tanda yang sah, tidak akan
rusak, tidak hilang dan tidak gagal karena yang memeteraikan Roh Kudus. Dimensi
jaminan dari sejak lahir baru atau dimeteraikan hingga hari penyelamatan pada
waktu rapture (Ef. 1:14, 4:30). Sedangkan tujuan penyelamatan supaya umat-Nya
kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (Ef. 1:4).
Keselamatan Hanya di Dalam
Yesus Kristus
Kisah Para Rasul 4:12 “Dan keselamatan tidak ada di
dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini
tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat
diselamatkan.” Di bawah kolong langit (versi BIS diterjemahkan seluruh dunia),
“Hanya melalui Yesus saja orang diselamatkan. Sebab di seluruh dunia di antara
manusia tidak ada seorang pun yang mendapat kekuasaan dari Allah untuk
menyelamatkan kita."
Bahwa
keselamatan hanya di dalam Yesus didasari otoritas keselamatan ada dalam Yesus
tidak saja berkuasa untuk menyembuhkan orang lumpuh tetapi juga kuasa atas dosa
yang memberikan pengampunan bagi yang percaya (Kis. 2:38, Mat. 1:21, Flp.
2:9-10). Yesus tidak sekedar nama, tetapi menerangkan pribadi, reputasi dan
jati diri yang sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Dari
sisi Allah menggenapi akan janji-Nya untuk menebus dosa manusia melalui
kematian dan kebangkitan Yesus.
Keselamatan adalah Anugerah
Roma 3: 24, “Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan
dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” Kasih karunia merupakan
pemberian cuma-cuma, yang melebihi dari pada hadiah. Adakah manusia memberi
hadiah kepada yang tidak layak? Karena pada umumnya hadiah diberikan
berdasarkan prestasi atau kebaikan. Jadi anugerah adalah pemberian dari pribadi
yang paling mulia kepada orang yang tidak layak atau hina untuk menerimanya,
karena penuh dengan dosa. Kata dibenarkan atau dikaiootentes artinya dianggap
tidak bersalah lagi. Istilah cuma-cuma, berarti gratis, arena ada yang menebus
atau membayar yaitu Yesus yang telah mati di kayu salib. Kata penebusan
memiliki beberapa pengertian jika diterjemahkan dalam Bahasa Yunani, ex-agorazo
yang berarti dibayar dan dikeluarkan, inilah yang dilakukan Yesus, kita telah
dibayar lunas dan dikeluarkan dari perbudakan dosa. Jadi secara dejure, Yesus
telah mati dan menebus manusia yang itu merupakan anugerah Allah yang diberikan
kepada semua orang. Namun, secara defacto, apabila manusia tidak mengulurkan
tangannya atau tidak menyambut-Nya dengan iman, maka tidak akan memperoleh
keselamatan.
Kualitas Orang Percaya
Menerima Yesus Kristus
Yohanes 1:2 “Tetapi semua orang yang menerima-Nya
diberi-Nya kuasa” Kata “menerima” dalam bahasa Yunan disebut lambano yang
artinya mengenakan. Maksudnya adalah mengenakan karakter Tuhan Yesus dalam
kehidupan yang akan melibatkan akal, perasaan, dan kehendak untuk menerima
Tuhan Yesus. Dapat disimpulkan bahwa orang percaya adalah mereka yang
mempercayakan hidupnya kepada-Nya dengan cara mengenakan Tuhan Yesus dalam
kehidupan, membangun hubungan pribadi dengan-Nya dan selanjutnya mereka akan
diberikan hak dan kemampuan menjadi anak-anak keturunan Allah.
Aplikasi dalam Kehidupan
Sehari-hari
Tantangan para hamba Tuhan dan penginjil dalam
kehidupan sehari-hari saat ini juga menemukan persoalan yang serupa dengan
jemaat di Galatia. Mereka sudah berlelah memberitakan Injil sejati kepada
jemaat-Nya, tetapi ada saja orang-orang yang mengajarkan Injil yang lain
sehingga jemaat terpengaruh oleh ajaran-ajaran itu. Dasar-dasar pengajaran yang
dibangun oleh para hamba Tuhan dan penginjil dengan mudah diruntuhkan oleh
ajaran yang tampaknya praktis, rasional, tetapi hanya untuk bekal di dunia.
Era media sosial yang memudahkan orang untuk
mengunggah konten, dan mengakses apa saja menjadi salah satu penyebab yang
serius, ditambah dengan ajaran-ajaran sumbang dan perdebatan para hamba Tuhan (Fauzian, 2021; Jura, 2017). Para
hamba Tuhan ini sama-sama menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk mempertahankan
atau menyudutkan hamba Tuhan lainnya. Bahkan muncul akun-akun yang tidak jelas
yang sengaja menyerang ajaran Kristen. Umat yang tidak memiliki fondasi iman
yang kuat akan mudah digoyahkan oleh ajaran-ajaran itu.
Kematian tidak diberikan penghargaan yang agung, dan
dianggap sebagai sesuatu yang biasa, alami, dan terjadi begitu saja. Terlebih
para hamba Tuhan dan penginjil dipandang sebelah mata layaknya manusia pada
umumnya yang tidak diurapi oleh Allah. Dari sisi jemaat yang terpengaruh
kebenaran palsu tidak ubahnya berperilaku dan berkarakter seperti orang dunia
dan tidak mencerminkan murid Kristus. Karakter mereka tidak dapat menjadi
teladan iman, sehingga menjadi batu sandungan untuk mereka yang mau datang kepada
Yesus. Jika tidak segera disadarkan kembali akan semakin memperburuk jemaat
yang dilayani.
Kesimpulan
Rupa Kristus agar menjadi nyata dalam kehidupan
sehari-hari, merupakan pernyataan Rasul Paulus atas sikap jemaat di Galatia
yang telah berubah dari ajaran awal yang disampaikan dan menginginkan jemaat
untuk kembali pada ajaran yang benar bahwa keselamatan merupakan kasih karunia
oleh iman. Ajaran yang menyimpang hendak menghilangkan atau menambahkan karya
keselamatan karena kasih karunia dengan melakukan hukum Taurat, sunat, dan adat
istiadat. Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama,
dari sisi hamba Tuhan dan penginjil kiranya memiliki kesabaran seperti Rasul
Paulus, meskipun mendapatkan tantangan dari jemaat tetapi tetap memberitakan
Injil. Kedua, setiap hamba Tuhan dan penginjil pasti memiliki pergumulan dalam
pelayanan, tetapi tetap berjuang bahkan harus menderita seperti ibu bersalin
sekalipun dengan pertolongan Roh Kudus. Ketiga, dari sisi jemaat mesti
pintar-pintar menyaring informasi dan kotbah-kotbah yang tidak Alkitabiah agar
tidak tersesat. Keempat, para hamba Tuhan dan penginjil perlu memberikan
ajaran-ajaran dasar soteriologi yang kuat kepada para jemaat agar tidak mudah
diombang-ambingkan dengan ajaran yang menyesatkan. Kelima, selain cakap untuk
mengajar jemaat, akan lebih lengkap jika hamba Tuhan dan penginjil dapat menjadi
teladan bagi jemaat dalam hal berperilaku dan bertindak sesuai dengan
kehendak-Nya.
BIBLIOGRAFI
Aji, O. K. (2021).
Being Radical for Jesus. PBMR ANDI.
Darmalaksana, W. (2020). Metode penelitian kualitatif studi
pustaka dan studi lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
Diana, R. (2019). Peran Komunikator
Kristen Dalam Strategi Pekabaran Injil Di Era Revolusi Industri 4.0. Integritas:
Jurnal Teologi, 1(1), 66–73.
Fauzian, R. (2021). Guru
Pembelajar; Kumpulan Pena Guru-Guru Di Pesisir Pantai (Vol. 1). Rinda
Fauzian.
Gidion, G. (2018). Studi Biblika
Korelasi Teologi Paulus Dan Teologi Yakobus Tentang Iman Dan Perbuatan Iman. Shift
Key: Jurnal Teologi Dan Pelayanan, 8(2).
Jura, D. (2017). Kajian Soteriologi
Dalam Teologi Universalisme, Calvinisme, Dan Arminianisme Serta Kaitannya
Dengan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Shanan Jurnal Pendidikan Agama
Kristen, 1(2), 21–57.
Manullang, S. (2017). Studi Teologis mengenai Mukjizat
Kesembuhan. TE DEUM (Jurnal Teologi Dan Pengembangan Pelayanan), 6(2),
253–275.
Nasution, R. D. (2016). Pengaruh kesenjangan digital terhadap
pembangunan pedesaan (rural development). Jurnal Penelitian Komunikasi Dan
Opini Publik, 20(1), 31–44.
Nidin, S. B. N., Simanjuntak, F., Harefa, F., & Deak, V.
(2022). Twelve Concepts of Salvation in the Bible Perspective. International
Journal of Social and Management Studies, 3(2), 261–267.
Sabdono, E. (2014). Menemukan Kekristenan yang Hilang.
Truth Literature.
Sabdono, E. (2020). Selesai Dengan Diri Sendiri Di Hadapan
Allah. Rehobot Literature.
Seran, A. (2024). Relevansi Nilai-Nilai Etika Kristiani Dalam
Kehidupan Masyarakat Global. Jurnal Magistra, 2(2), 250–264.
Situmorang, J. T. H. (2021). Soteriologi: Doktrin
Keselamatan, Pengajaran Mengenai Karya Allah Dalam Keselamatan. PBMR ANDI.
Tan, T. (2021). The invisible character toolbox: menemukan
dan menumbuhkan karakter Kristus pada anak. Penerbit Andi.
Udju, D., & Sinaga, J. (2023). Transformasi Karakter:
Dampak Kesetiaan Guru Kristen Dalam Pembentukan Kepribadian Anak Didik. JIMAD:
Jurnal Ilmiah Mutiara Pendidikan, 1(1), 18–33.
Copyright
holder: Kris Banarto, Endang Pasaribu (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |