Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
11, November 2024
TEMBAKAN YANG MENGAKIBATKAN HILANGNYA NYAWA
Nurul Ummi Rofiah1, Ratna Relawati2
Universitas Wahid Hasyim,
Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis penyebab kematian akibat luka tembak pada kasus seorang laki-laki
berusia sekitar 25 tahun yang mengalami luka di tungkai atas kanan. Metode
yang digunakan meliputi analisis otopsi forensik, baik dari pemeriksaan luar maupun dalam
tubuh korban. Pemeriksaan luar menunjukkan adanya luka akibat
kekerasan tumpul seperti lecet pada wajah, bahu, dan anggota gerak bawah, serta
luka robek pada wajah. Selain itu,
ditemukan luka tembak masuk jarak
jauh di sisi luar tungkai atas
kanan dan luka tembak keluar di sisi dalam tungkai
yang sama. Pemeriksaan dalam mengidentifikasi robeknya arteri femoralis, pembuluh darah besar yang kosong, limpa melisut, dan organ dalam yang pucat. Robeknya arteri femoralis menjadi penyebab utama perdarahan hebat yang mengakibatkan kematian korban. Hasil
penelitian ini menegaskan bahwa luka tembak pada pembuluh darah besar, seperti arteri femoralis, dapat menyebabkan kehilangan darah masif dan gangguan hemodinamik yang fatal jika tidak ditangani
segera. Studi ini memberikan kontribusi signifikan dalam memahami mekanisme kematian akibat luka tembak
serta pentingnya penanganan cepat pada trauma vaskular ekstremitas bawah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
bagi tenaga medis dan forensik dalam menangani kasus serupa dan membantu mengembangkan protokol klinis untuk mengurangi risiko kematian pada korban luka tembak.
Kata Kunci: Luka tembak, Otopsi, Perdarahan Hebat
Abstract
This study aims to analyze the cause of death due to
gunshot wounds in the case of a man aged about 25 years who suffered a wound to
the right upper leg. The methods used include forensic autopsy analysis, both
from the external and internal examinations of the victim's body. External
examination showed blunt violence injuries such as abrasions on the face,
shoulders, and lower limbs, as well as lacerations on the face. In addition, a
long-range incoming gunshot wound was found on the outside of the right upper
limb and a gunshot wound out on the inside of the same leg. Examination in
identifying tears of the femoral arteries, empty large blood vessels, a spleen
of drainage, and pale internal organs. The rupture of the femoral artery is the
main cause of severe bleeding that results in the death of the victim. The
results of this study confirm that gunshot wounds in large blood vessels, such
as the femoral artery, can lead to massive blood loss and fatal hemodynamic
disorders if not treated promptly. This study makes a significant contribution
to understanding the mechanism of death from gunshot wounds as well as the
importance of rapid treatment in vascular trauma of the lower extremities. This
research is expected to be a reference for medical and forensic personnel in
handling similar cases and help develop clinical protocols to reduce the risk
of death in gunshot wound victims.
Keywords: Gunshot, Autopsy, Great Bleeding
Pendahuluan
Luka tembak adalah luka
yang disebabkan oleh penetrasi
anak peluru ke dalam tubuh
yang diproyeksikan melalui senjata api atau
persentuhan peluru dengan tubuh (Pasha
et al., 2023). Luka yang termasuk
dalam luka tembak adalah luka
penetrasi ataupun luka perforasi. Luka penetrasi terjadi bila anak peluru
memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan
pada luka perforasi anak peluru menembus
objek secara keseluruhan (Amir, 2005).
Senjata api adalah suatu senjata
yang menggunakan tenaga hasil peledakan mesiu, Luka tembak merupakan salah satu penyebab kematian di Amerika Serikat dan diperkirakan setiap tahunnya terdapat kurang lebih 70.000 korban luka tembak dengan 30.000 diantaranya mengalami kematian. Sedangkan pada laporan dari Inggris
dan Wales, angka kejadian luka tembak adalah
0,4/100.000 kasus dan pada laporan
dari Kanada adalah
2,6/100.000 kasus (Brant,
2001).
Trauma
vaskular perifer mencakup 80% dari total kasus trauma vaskular. Dan kebanyakan
dari trauma vaskular perifer tersebut terjadi pada ekstremitas bawah. Kasus-
kasus trauma vaskular tersebut terutama disebabkan oleh luka tembak kecepatan
tinggi (70- 80%), luka tusuk (10-15%), dan luka tumpul (5-10%) (SAFIRA, 2021).
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu: kecepatan, posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh dari
bentuk, jenis, ukuran peluru, dan densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk.
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high
velocity), akan menimbulkan luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan
dengan peluru yang kecepatannya lebih rendah (low velocity) (RIZAL, 2020). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru
mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar. Pada organ tubuh yang
berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila terkena tembakan dan kedua
organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam fase diastole), maka
kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam
fase sistole dan kandung kencing yang kosong, hal tersebut disebabkan karena
adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian (Saukko & Knight, 2015).
Penelitian ini menawarkan kontribusi unik dalam studi
luka tembak dengan menyoroti hubungan antara mekanisme kerusakan vaskular dan
perdarahan masif akibat luka tembak. Tidak hanya memberikan analisis mendalam
tentang penyebab kematian, penelitian ini juga menekankan pentingnya penanganan
cepat pada kasus trauma vaskular ekstremitas bawah untuk mencegah fatalitas. Adapun
tujuan penelitian ini mengidentifikasi mekanisme luka tembak dan dampaknya
terhadap jaringan tubuh. Menganalisis penyebab kematian berdasarkan temuan
otopsi forensik. Memberikan wawasan praktis bagi tenaga medis dan forensik
dalam menangani kasus serupa.
Metode Penelitian
Studi Kasus
Dilakukan pemeriksaan
jenazah, usia kurang lebih dua puluh lima tahun. Korban mendapatkan sebuah
tembakan di tungkai atas kanan (Halimah
& Abdullah, 2022). Korban sempat di larikan ke Rumah Sakit
terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama, tidak lama setelah perawatan
pertama korban meninggal dunia di IGD.
Dari pemeriksaan
luar didapatkan luka akibat kekerasan
tumpul berupa luka lecet pada wajah, bahu, anggota gerak bawah; luka
robek pada wajah. Luka akibat senjata api berupa luka
tembak masuk jarak jauh pada tungkai atas kanan
sisi luar, luka tembak keluar
pada tungkai kanan sisi dalam (Kusmarni, 2012).
Gambar 1. Luka
Tembak Masuk
Gambar 2. Luka
Tembak Keluar
Dari pemeriksaan
dalam didapatkan pembuluh darah besar kosong, limpa melisut dan organ dalam tampak pucat, didapatkan
robeknya pembuluh darah nadi tungkai
atas kanan
Gambar 3. Pembuluh Darah Besar kosong
Gambar
4. Limpa Tampak Melisut
Arteri
Carotis Communis Dex Sin
Gambar 5. Organ
Dalam Pucat
Gambar 6. Robeknya
Pembuluh
darah Nadi Tungkai Atas Kanan (Arteri Femoralis)
Hasil dan Pembahasan
Kematian pada kasus
ini adalah perdarahan hebat yang di tandai dengan pembuluh
darah besar kosong, limpa melisut dan organ dalam tampak pucat
akibat adanya luka tembak senjata
api pada tungkai kanan atas sisi
luar yang menyebabkan robeknya arteri femoralis (Marliani,
2013; Sidipratomo & Sp Rad K, 2021). Selain luka akibat senjata
api, korban juga mengalami luka akibat kekerasan
tumpul berupa
luka lecet pada wajah, bahu, anggota gerak bawah
dan luka robek pada
wajah. Pada kepala, rongga thorax dan abdomen tidak ditemukan tanda perdarahan.
Faktor limitasi
untuk kesadaran adalah suplai oksigen
kepada otak. Ketika oksigen otak terkonsumsi,
seseorang menjadi tidak sadar. Beberapa
penelitian mengemukakan bahwa seseorang dapat mempertahankan kesadaran selama 10-15 detik setelah oklusi
komplit dari arteri karotis. Sehingga, apabila suplai darah ke
otak terhambat karena luka tembak
yang besar atau terkena jantung, maka korban dapat bertahan minimal 10 detik sebelum mengalami ketidaksadaran. Ketika kehilangan
darah secara cepat dapat menganggu
aktivitas apabila mencapai 20-30% dari keseluruhan suplai darah. Kehilangan lebih dari 40% dapat dianggap mengancam jiwa. Kecepatan perdarahan, banyaknya darah yang keluar dan cara dan jenis luka, kondisi
fisik seseorang sebelumnya menentukan berapa lama waktu hingga disabilitas hingga kematian (Wiraagni
et al., 2021). Sel seseorang
untuk menangani kekurangan oksigen juga berpengaruh. Sel saraf sensitif terhadap oksigen dan iskemia (Rosyanti
et al., 2019). Pada iskemia
total, fungsi dari sistem saraf berhenti yang dimulai dari korteks serebri
selama 8-15 detik dan batang otak selama 25-35 detik. Kondisi tidak dapat
kembali semula atau berfungsi normal apabila kerusakan selama 3 menit pada
korteks, ganglia basalis setelah 6-7 menit dan setelah 9-10 menit pada pusat
vagal. Sel miokardial, lebih memiliki toleransi lebih baik dalam menangani
defisiensi oksigen (Vij, 2011).
Estimasi volume darah pada seorang laki-laki adalah 75
ml/kg sedangkan pada wanita 65 ml/kg pada anak 80 ml/kg dan pada neonates 85
ml/kg.
Perdarahan
dibagi menjadi 4 kelas (Mutschler et al., 2014):
Kelas 1 :
kehilangan darah sekitar 15% atau sekitar 750 ml dan ditandai dengan
peningkatan nadi.
Kelas 2 :
kehilangan darah sekitar 15-30% atau sekitar 750-1500 ml dan ditandai dengan
peningkatan nadi dan laju respirasi.
Kelas 3 :
kehilangan darah sekitar 30-40% atau sekitar 1500-2000 ml dan ditandai dengan
turunnya tekanan darah, perubahan pada status mental, peningjatan nadi dan laju
respirasi.
Kelas 4 : kehilangan
darah sekitar lebih dari 40% dan ditandai dengan hipotensi, perubahan status
mental, produksi urin yang minimal dan pemanjangan CRT. Kehilangan darah
>40% dapat menyebabkan kematian
Korban yang dengan berat badan 52 kg, diperkirakan jumlah
volume darah tubuhnya 3900 ml ( EBV = 52kg x 75 ml/kg ), jika korban kehilangan
darah lebih dari 40 % dari EBV dan terlambat mendapat pengganti cairan tubuh
yang mengakibatkan hemodinamik tubuh terganggu sehingga dapat menyebabkan
kematian.
Arteri femoralis merupakan salah satu arteri yang besar
di dalam tubuh, jika arteri tersebut robek dapat menjadikan perdarahan yang
serius jika tidak cepat dan tepat mendapat pertolongan sehingga pada waktu
pemeriksaan dalam di temukan pembuluh darah besar kosong. Limpa pada korban
juga melisut dikarenakan limpa merupakan salah satu organ yang berperan penting
untuk menghentikan perdarahan. fungsi
limpa yang tidak kalah penting termasuk :
1.
Membersihkan sel darah merah yang tidak sehat, tua dan telah rusak dari
sistem peredaran darah.
2.
Menyimpan hingga 1/3 pasokan
keping darah atau trombosit dalam tubuh. Trombosit
yang terdapat di limpa membantu
menghentikan perdarahan
yang terjadi ketika terluka. Jika terjadi perdarahan yang hebat, limpa akan melepaskan cadangan trombosit untuk menghentikan perdarahan.
3.
Pada
janin, sel-sel darah merah dibentuk di limpa.
Perdarahan luas
dan banyak dapat terjadi didalam rongga tubuh atau diluar rongga tubuh (Surya & Priyanto,
2019). Volume darah ada kira-kira 7-10% atau
1/3 dari berat badan. Kehilangan darah lebih dari 1/3 bagian dari volume darah
tubuh secara tiba-tiba dapat menyebabkan kematian. Kehilangan darah yang
demikian ini mengakibatkan syok dan meninggal bila tidak dilakukan penanganan
yang tepat dan cepat, sedangkan kehilangan darah secara perlahan-lahan tidak
begitu membahayakan oleh karena tubuh dapat mengkompensasi. Perdarahan didalam
rongga tubuh karena luka tembak sering mengenai organ-organ dalam, jika
dijumpai lebih dari satu, maka harus ditentukan yang mana yang menyebabkan
kematian korban.
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa kematian korban
disebabkan oleh luka tembak pada tungkai kanan atas yang mengakibatkan robeknya
arteri femoralis, menyebabkan perdarahan hebat. Luka tembak tersebut
menyebabkan robeknya pembuluh darah besar, yang mengakibatkan tubuh kehilangan
banyak darah, sehingga suplai darah dan oksigen ke otak serta organ vital
lainnya terganggu. Meskipun korban sempat dibawa ke rumah sakit dan diberikan
pertolongan pertama, ia tidak dapat diselamatkan karena perdarahan yang sangat
cepat dan parah.
BIBLIOGRAFI
Amir, A. (2005).
Rangkaian ilmu kedokteran forensik. Edisi Kedua. Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik Dan Medikolegal Fakultas Kedokteran USU, Medan, 75–79.
Brant, W. E. (2001). The core curriculum, ultrasound. (No
Title).
Halimah, N., & Abdullah, S. (2022). Perancangan Sistem
Informasi Rekam Medis Berbasis Web Menggunakan Metode Waterfall (Studi Kasus:
Klinik Medika Cikidang, Kabupaten Sukabumi): Perancangan Sistem Informasi Rekam
Medis Berbasis Web Menggunakan Metode Waterfall (Studi Kasus: Klinik Medika
Cikidang, Kabupaten Sukabumi). Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Informasi, Mekatronika, Dan Ilmu Komputer, 1.
Kusmarni, Y. (2012). Studi kasus. UGM Jurnal Edu UGM Press,
2, 1–12.
Marliani, L. (2013). 100 question & answers hipertensi.
Elex Media Komputindo.
Mutschler, M., Paffrath, T., Wölfl, C., Probst, C., Nienaber,
U., Schipper, I. B., Bouillon, B., & Maegele, M. (2014). The ATLS®
classification of hypovolaemic shock: A well established teaching tool on the
edge? Injury, 45, S35–S38.
Pasha, A. M. S., Mauluddin, M., Mathius, D., & Assegaf,
S. Z. (2023). LAPORAN KASUS: Pemeriksaan Forensik pada Kasus Luka Tembak. ARMADA:
Jurnal Penelitian Multidisiplin, 1(8), 858–865.
Rizal, R. F. (2020). Studi Numerik Aplikasi Komposit Rami
Sebagai Material Tahan Balistik Tipe IV.
Rosyanti, L., Hadi, I., Rahayu, D. Y. S., & Birawida, A.
B. (2019). Mekanisme yang Terlibat dalam Terapi Oksigen Hiperbarik: theoritical
review hyperbaric oxygen therapy/HBOT. Health Information: Jurnal Penelitian,
11(2), 182–204.
Safira, L. E. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Dalam Perawatan Kaki Pada Pasien Diabates Melitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonosari II. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Saukko, P., & Knight, B. (2015). Knight’s forensic
pathology. CRC press.
Sidipratomo, P., & Sp Rad K, M. H. (2021). Radiologi
Forensik Cedera Kepala. Universitas Indonesia Publishing.
Surya, T., & Priyanto, M. H. (2019). Peran kedokteran
forensik dalam pengungkapan kasus pembunuhan satu keluarga di Banda Aceh. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala, 19(1), 45–50.
Vij, K. (2011). Textbook of forensic medicine and
toxicology: principles and practice, 5/e. Elsevier India.
Wiraagni, I. A., Widagdo, H., & Suriyanto, R. A. (2021). Materi
Penunjang Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Jilid 1 (Vol. 1). UGM Press.
Copyright
holder: Nurul Ummi Rofiah,
Ratna Relawati (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |