Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
11, November 2024
ANALISIS KEPENTINGAN NASIONAL INDONESIA DALAM BIDANG
HIDRO-OSEANOGRAFI: PERAN PUSHIDROSAL PADA FORUM IHO 2018-2023
Claudia Puspita Sari1, Felicia Gladys2
LSPR Institute of
Communication & Business, Indonesia1,2
Email: [email protected]1,
[email protected]2
Abstrak
Penelitian ini menganalisis secara kritis kepentingan
nasional Indonesia di bidang
hidro-oceanografi, dengan fokus khusus pada peran Badan Hidro-Oceanografi
Indonesia (PUSHIDROSAL) dalam forum Organisasi Hidrografi Internasional (IHO) dari tahun 2018 hingga 2023. Penelitian ini menjelaskan pentingnya upaya hidro-oceanografi dalam menjaga keamanan
nasional, mempromosikan kemakmuran ekonomi, dan memastikan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dengan mengkaji posisi strategis Indonesia sebagai negara maritim. Penelitian ini mengungkap berbagai dimensi kepentingan nasional Indonesia dalam hidro-oceanografi, menyelidiki dinamika forum IHO, dan implikasinya
terhadap tujuan strategis Indonesia serta keterlibatan diplomatik. Dengan menggunakan pendekatan metode campuran, skripsi ini memberikan wawasan mengenai efektivitas kontribusi
PUSHIDROSAL dalam forum IHO, menilai
inisiatif pembangunan kapasitas, partisipasi dalam kelompok kerja teknis, dan advokasi hidrografi. Selain itu, penelitian
ini mengevaluasi tantangan dan peluang yang dihadapi Indonesia dalam memajukan kepentingan nasional melalui kerjasama multilateral, menjelajahi
isu-isu seperti keterbatasan sumber daya, keterbatasan teknologi, rivalitas geopolitik, dan reformasi institusi,
sehingga menekankan peran penting PUSHIDROSAL dalam proses pengambilan keputusan dan kemajuan tujuan strategis Indonesia di bidang hidro-oceanografi. Skripsi ini akan
menggunakan teori peran, kepentingan nasional, strategi pertahanan maritim, keamanan maritim, dan konsep kekuatan laut.
Kata Kunci: Kepentingan nasional, Hidro-oseanografi, Keselamatan maritim, Manajemen sumber daya, Kerjasama internasional.
Abstract
This research critically analyzes Indonesia's national
interests in the field of hydro-oceanography, focusing particularly on the role
of the Indonesian Hydro-Oceanographic Office (PUSHIDROSAL) in the International
Hydrographic Organization (IHO) forum from 2018 to 2023. The study explains the
importance of hydro-oceanographic efforts in maintaining national security,
promoting economic prosperity, and ensuring sustainable environmental
management by examining Indonesia's strategic position as a maritime country.
The research reveals various dimensions of Indonesia's national interests in
hydro-oceanography, investigates the dynamics of the IHO forum, and its
implications for Indonesia's strategic goals and diplomatic engagement. Using a
mixed-methods approach, this thesis provides insights into the effectiveness of
PUSHIDROSAL's contributions to the IHO forum, assessing capacity-building
initiatives, participation in technical working groups, and hydrographic
advocacy. Additionally, the research evaluates the challenges and opportunities
Indonesia faces in advancing its national interests through multilateral
cooperation, exploring issues such as resource constraints, technological
limitations, geopolitical rivalries, and institutional reforms, thereby
emphasizing the crucial role of PUSHIDROSAL in decision-making processes and
advancing Indonesia's strategic goals in hydro-oceanography. This thesis will
use role theory, national interests, maritime defense strategy, maritime
security and the concept of sea power.
Keywords: National interests, Hydro-oceanography, Maritime
safety, Resource management, International
cooperation.
Pendahuluan
Dengan
demikian, hidro oseanografi memainkan peran penting bagi
suatu negara, dan dengan demikian dapat membantu memperkuat keunggulan maritim Indonesia dan mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045. Menurut Peraturan Presiden Republik
Indonesia No. 62 Tahun 2016, yang membahas
struktur Tentara Nasional
Indonesia (Pasal 109), TNI bertanggung jawab untuk menyelenggarakan
pembinaan hidro-oseanografi
(hidros), yang mencakup penelitian, survei, pemetaan laut, publikasi, penerapan lingkungan laut, dan keselamatan navigasi pelayaran untuk kepentingan masyarakat umum dan TNI (Presiden Republik
Indonesia, 2016). Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) berkonsentrasi pada pembuatan produk kenautikaan seperti kegiatan survei dan pemetaan hidro-oseanografi atau surtahidros. Produk-produk ini sangat penting dan strategis untuk mendukung aspek opslat TN/TNI AL, serta pelayanan umum lainnya yang terkait (Azwar, 2019).
Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 1951 (PP No. 23/1951) dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
164 Tahun 1960 (Keppres RI
No. 164/1960) menetapkan Pushidrosal
sebagai dasar untuk penyelenggaraan fungsi hidrografi di Indonesia. Akibatnya, dari sudut pandang hukum,
Pusat Hidro Oseanografi TNI
AL menjalankan tugas hidrografi. Indonesia disebut sebagai
negara maritim karena memiliki banyak air daripada daratan. NKRI
memiliki total 8.300.000 km2 darat
dan 6.400.000 km2 air. Dalam hal
perairan, Indonesia jelas mendapatkan keuntungan besar dari hal
ini. Luas wilayah kedaulatan
Indonesia mencakup 3.110.00 km2 perairan
pedalaman dan kepulauan,
290.000 km2 laut territorial, 270.000 km2 Zona Tambahan, 3.000.000 km2 Zona Ekonomi Eksklusif,
dan 2.800.000 km2 Landas Kontinen,
menurut data perhitungan
yang digunakan. Menurut
data di atas, Indonesia memiliki 75% luas perairan dengan 108.000 km garis
pantai. dan luas daratan 25 persen. Indonesia pun secara otomatis juga memiliki
sumber daya alam yang kaya dan hal ini juga berpengaruh terhadap keuntungan
bagi negara (Andriani, 2018).
Indonesia memiliki wilayah maritim yang luas. Menurut
laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Indonesia memiliki peluang
besar untuk menjadi poros maritim dunia. Tujuannya adalah untuk membuat
Indonesia sebagai negara maritim yang kuat dan makmur dengan mengembalikan
identitasnya sebagai negara maritim, mengamankan dan melindungi kepentingannya,
dan memberdayakan potensi maritim untuk menunjukkan pemerataan ekonomi di
sektor ini. Presiden Joko Widodo menetapkan lima pilar utama untuk menjadikan
Indonesia sebagai poros maritim dunia, menurut laman resmi Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Manurung, 2018): (1) Pembangunan kembali budaya maritim Indonesia. (2) Berkomitmen dalam menjaga dan
mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun
kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan
menempatkan nelayan sebagai
pilar utama. (3) Komitmen
dalam mendorong adanya pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut,
pelabuhan laut, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim. (4) Diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama
pada bidang kelautan. (5) Membangun kekuatan dalam pertahanan maritim.
Setiap negara ingin terus berkembang, dan mereka
berusaha mewujudkannya dengan berbagai cara. Baik melindungi kepentingan dari
berbagai bahaya dan ancaman serta mengoptimalkan upaya negara untuk mencapai
kepentingan nasional. Peran-peran yang telah ditetapkan oleh pemerintah harus dipenuhi untuk mendukung kepentingan Indonesia.
Indonesia juga berpartisipasi dalam
beberapa inisiatif Hidrografi Internasional untuk memenuhi persyaratan dan mendukung kepentingan nasional. Pushidrosal adalah lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas kepentingan hidrografi internasional di tingkat nasional. Lembaga ini juga bertanggung jawab atas operasi
survei hidro-oseanografi di
tingkat nasional dan militer, yang juga mencakup penelitian laut, pemetaan laut, aplikasi lingkungan, dan tentu saja, keselamatan
pelayaran dan navigasi maritim. Dalam hal ini, Pushidrosal
mengumpulkan dan memberikan
data dan informasi yang mendalam
tentang perairan nasional untuk mendukung kepentingan pertahanan dan pembangunan bangsa secara umum
dan militer. Menurut Tumbol et al., (2017), Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (PUSHIDROSAL) memiliki
peran penting dalam konteks hidrografi
internasional karena tantangan dan potensi laut yang semakin kosmpleks dan penting bagi kepentingan Indonesia.Menurut unggahan yang diunggah oleh Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman Republik
Indonesia, Kebijakan Kelautan
Indonesia, yang dirilis pada tahun
2017 dan didasarkan pada Peraturan
Presiden nomor 16 tahun 2017, kebijakan ini memiliki 7 pilar, yaitu:
1. Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia a. Pengelolaan Sumber Daya Kelautan: Tujuan kebijakan sumber daya kelautan
adalah untuk mendorong pemanfaatan dan pengusahaan sumber daya kelautan secara
optimal dan berkelanjutan dengan
menerapkan prinsip ekonomi biru. Pertumbuhan
ekonomi di bidang kelautan dapat dicapai melalui pembangunan berkelanjutan yang efisien, bernilai tambah, dan berkelanjutan dari sumber daya
kelautan.
2. Pertahanan, Keamanan, Penegakan Undang-Undang, dan Keselamatan
Laut Tujuan dari kebijakan pertahanan, keamanan, penegakan hukum, dan keselamatan di laut adalah untuk
menjaga kedaulatan dan hukum, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan melindungi bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan yang
terjadi di wilayah laut.
3. Tata
Kelola dan Kelembagaan Laut: Tujuan
dari kebijakan tata kelola dan kelembagaan laut adalah untuk
membuat sistem tata kelola kelautan nasional yang komprehensif, terintegrasi, efektif, dan efisien. Ini diperlukan
untuk menyinkronkan dan menerapkan peraturan perundang-undangan di tingkat nasional dan regional sehingga sesuai dengan aturan
internasional di bidang kelautan dan kemaritiman.
4.
Ekonomi Kelautan dan Infrastruktur dan Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Kelautan: Tujuan kebijakan ekonomi kelautan adalah untuk menjadikan
lautan sebagai dasar pembangunan ekonomi. Tujuan dari kebijakan
ekonomi kelautan adalah untuk menempatkan
kelautan sebagai dasar pembangunan ekonomi. Potensi ekonomi kelautan Indonesia terletak di perairan domestik dan internasional, yang dapat dikelola sesuai dengan hukum
internasional.
a. Infrastruktur Kelautan: Untuk meningkatkan ekonomi kelautan, pemerintah membangun dan mengembangkan infrastruktur kemaritiman dan kelautan dengan pendekatan yang lebih Indonesiasentris daripada Jawasentris.
b. Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat: Pembangunan kelautan yang menguntungkan masyarakat, terutama masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, adalah tujuan
dari kebijakan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
5.
Pengelolaan
Ruang Laut dan Pelindungan Lingkungan Laut
Tujuan
kebijakan pengelolaan ruang laut adalah
untuk melindungi sumber daya dan lingkungan melalui pemanfaatan potensi sumber daya dan kegiatan di wilayah laut yang berskala nasional dan internasional, serta pengembangan wilayah yang dapat digunakan untuk kegiatan produksi, distribusi, dan jasa. Untuk memastikan bahwa berbagai kepentingan dan kebutuhan yang ada dapat dipenuhi
tanpa menimbulkan konflik pemanfaatan ruang, semua pihak
yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan penggunaan ruang laut Indonesia membutuhkan rujukan bersama mengenai pembagian penggunaan ruang laut yang terintegrasi dan sesuai dengan penataan
ruang darat. b. Pelindungan Lingkungan Laut: Kebijakan perlindungan lingkungan laut bertujuan untuk melindungi sumber daya kelautan dan mencegah kerusakan dan pencemaran lingkungan laut. Indonesia juga berpartisipasi
dalam kebijakan ini.
6. Budaya Bahari: Untuk
mencapai pembangunan kelautan nasional yang berkesinambungan dan lestari, kebijakan budaya bahari digunakan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang wawasan bahari. Untuk membangun
negara yang berorientasi kelautan,
budaya bahari sangat penting. Masyarakat Indonesia akan
belajar tentang keuletan, kerja keras, enterpreunership, gotong
royong, menghargai perbedaan,
dan cinta akan lingkungan dari budaya bahari yang kuat. Budaya bahari
ini akan menjadikan laut sebagai tempat hidup dan perjuangan, tempat belajar, bekerja, berkarya, berolah raga, dan berekreasi, serta mendidik masyarakat tentang lingkungan.
7.
Diplomasi
Maritim: Diplomasi maritim adalah pelaksanaan politik luar negeri yang memanfaatkan potensi kelautan untuk memenuhi kepentingan nasional sesuai dengan hukum internasional
dan ketentuan nasional. Ini tidak hanya
berarti perundingan internasional di bidang kelautan, penetapan perbatasan, atau diplomasi angkatan laut.
Dibentuk
berlandaskan pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 23 tahun 1951 dan Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 164 tahun 1960, Pushidrosal memiliki fungsi sebagai Badan Hidrografi Militer dan Badan Hidrografi Nasional Indonesia. Dalam
menjalankan peran dan fungsinya sebagai badan hidrografi militer, pushidrosal menyediakan data-data hidro-oseanografi untuk kepentingan analisis strategi pertahanan nasional, lain dari itu sebagai
Badan Hidrografi Nasional, Pushidrosal
wajib memastikan keamanan dan keselamatan navigasi di perairan wilayah
Indonesia (Presiden Republik Indonesia, 1951, 1960).
Pushidrosal
berfungsi sebagai otoritas hidrografi nasional, berwenang untuk menyediakan data hidro-oseanografi yang akurat untuk keperluan militer dan publik. Pushidrosal mempunyai otoritas tunggal untuk menyediakan data-data hidro-oseanografi dalam bentuk peta laut,
baik berupa peta kertas maupun
peta elektronik, juga publikasi nautika demi keselamatan navigasi (Wuwung et al., 2024).
Sejarah Pushidrosal dimulai tahun 1821 saat mulai dibentuknya
komite pemetaan laut di Hindia Belanda. Seiring berjalannya waktu, berkembang menjadi pembentukan Bureau Hidrografie yang berperan penting dalam urusan
produksi peta laut. Selama Perang
Dunia I dan II, Pushidrosal menghadapi
kekurangan personel saat itu akibat
dari peningkatan permintaan survei laut. Setelah kemerdekaan
Indonesia, Bureau Hidrografie tetap
beroperasi, dan pada tahun
1951, Indonesia bergabung dengan
Organisasi Hidrografi Internasional. Tahun 1960-an, terjadi sebuah pergantian struktural yang mengarah ke pembentukan
Direktorat Hidrografi dalam Angkatan Laut Indonesia. Namanya berkembang
menjadi Badan Hidro-Oseanografi.
Tahun 2016, berganti menjadi Pushidrosal, menegaskan seberapa pentingnya pengembangan maritim yang menjadi prioritas nasional Indonesia. Pushidrosal terus-menerus beradaptasi sesuai dengan tuntutan
tugas-tugas dan fungsinya dalam memastikan sektor maritim Indonesia berkontribusi pada pertumbuhan
dan keamanan negara (Waruwu et al., 2024).
Adapun fungsi- fungsi yang diberikan kepada
Pushidrosal, memetik dari laman resmi milik pushidrosal, terdapat 2 tugas.
Pertama, tugas Pushidrosal yang diposisikan sebagai Kotama (Komando Utama) atau
satuan organisasi di jajaran OPS TNI, Pushidrosal bertugas untuk
menyelenggarakan operasi survei pemetaan Hidro-Oseanografi militer maupun
nasional yang meliputi survei, penelitian, pemetaan laut, publikasi, penerapan
lingkungan laut, dan keselamatan navigasi pelayaran serta menyiapkan
serangkaian lengkap suatu data dan informasi pada wilayah perairan dan
yurisdiksi nasional hal ini tentunya dilakukan dalam rangka mendukung
kepentingan TNI maupun publik demi pertahanan negara dan pembangunan nasional.
Kedua, Pushidrosal sebagai Kotama Bin TNI Angkatan Laut atau Komando Utama
Pembinaan TNI Angkatan Laut yang berada di bawah Komando Kasal, bertugas
menjadi pihak penyelenggara pembinaan hidro-oseanografi meliputi fungsi
militer, fungsi pelayanan umum, fungsi penerapan lingkungan laut, dan fungsi
diplomasi bidang hidrografi dan batas maritim.
Selain dari tugas utama, Pushidrosal memiliki berbagai
tanggung jawab untuk melaksanakan fungsinya, yakni (Susmoro, 2019):
1. Fungsi
militer, di mana Pushidrosal bertindak sebagai penyedia atau fasilitator data
dan informasi hidro-oseanografi yang diperlukan dalam pembuatan peta militer
laut untuk mendukung operasi dan latihan serta pembangunan fasilitas pangkalan.
2. Fungsi
pelayanan umum, sebagai penyedia resmi Peta Laut Indonesia dan Publikasi
Nautika untuk mendukung keselamatan dan keamanan pelayaran sesuai dengan
Konvensi SOLAS 1974 di Wilayah Perairan dan Yurisdiksi Indonesia.
3. Fungsi penerapan
lingkungan laut, di mana Pushidrosal menyediakan data hidro untuk mendukung
pembangunan nasional di bidang maritim.
4. Fungsi
diplomasi dalam bidang hidrografi dan batas maritim, bertindak sebagai wakil
pemerintah Republik Indonesia di organisasi internasional dalam bidang
hidrografi dan sebagai anggota Tim Teknis Delegasi Republik Indonesia dalam
diplomasi batas maritim.
5.
Fungsi penelitian, Pushidrosal melaksanakan penelitian
untuk memenuhi kebutuhan praktis seperti dukungan dalam perundingan batas
maritim, rekayasa pantai untuk pembangunan fasilitas pangkalan, operasi laut,
operasi SAR, investigasi kecelakaan atau kapal kandas, serta dukungan
penyusunan naskah publikasi nautika baik umum maupun militer.
Dalam fungsi Pushidrosal dalam diplomasi bidang
hidrografi dan batas maritim menunjukkan bahwa Pushidrosal tidak mewakili
Indonesia dengan tunggal namun berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri.
Pada fungsi penerapan lingkungan laut pun Pushidrosal turut mendukung
pembangunan nasional pada bidang maritim dengan berkoordinasi bersama
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Terlepas
dari tugas-tugas dan fungsi-fungsinya, Pushidrosal memiliki visi dan misi untuk memperjelas
tujuan Pushidrosal. Visi dari Pushidrosal
yang berbunyi : “Terwujudnya Pushidrosal sebagai Lembaga Hidrografi Nasional yang PRIMA (Profesional,
Reliabel, Inovatif, Modern
dan Akurat) untuk mewujudkan TNI AL yang Profesional,
Modern dan Tangguh”. Dan memiliki Misi
:
1. Membangun kapasitas kemampuan kelembagaan melalui penguatan dan pengembangan organisasi dalam bidang tugas, wewenang,
peran dan fungsi lembaga pada tingkat nasional maupun internasional.
2. Mewujudkan program peningkatan pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia nasional
yang kompeten, handal, unggul dan berdaya saing serta berintegritas
di bidang hidro-oseanografi.
3. Mewujudkan kekuatan dan kapasitas kemampuan hidro-oseanografi yang memadai untuk mendukung
pelaksanaan tugas kewenangan peran dan fungsi sebagai penyelenggara pembinaan hidrografi nasional.
4. Meningkatkan dan mengembangkan mutu dan kualitas penyediaan ragam produk jasa, pelayanan
data informasi hidro-oseanografi
bagi publik secara akurat, tepat waktu, tepat
guna dan mutakhir dengan memberikan kemudahan akses bagi pengguna.
5.
Mewujudkan
supremasi kedaulatan dan kemandirian hidro-oseanografi nasional yang berkemampuan untuk mendukung pembangunan kekuatan pertahanan maritim dan perekonomian nasional sektor kelautan. Dalam menjalankan tugas-tugas, fungsi-fungsi serta visi dan misi, Pushidrosal dipimpin oleh Komandan Pushidrosal yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Panglima
TNI (Pushidrosal, 2023d).
Peran Pushidrosal sangat penting dalam mendukung
kepentingan nasional
Indonesia di arena internasional. Peran krusial ini mempengaruhi
berbagai hal di Indonesia, terutama dalam bidang kelautan. Pushidrosal bertindak sebagai perwakilan Indonesia di berbagai organisasi internasional seperti
International Hydrographic Organization (IHO), East Asia Hydrographic
Commission (EAHC), dan North Indian Ocean Hydrographic Commission (NIOHC). Selain itu, Pushidrosal
juga berpartisipasi dalam organisasi yang terkait dengan hidrografi, oseanografi, dan navigasi maritim (Sianturi et al., 2014).
Tujuan
dari International Hydrographic Organization (IHO) adalah untuk menjamin
survei dan petakan laut, samudera, dan perairan yang dapat dilayari di seluruh dunia. IHO didirikan pada tahun 1921 dan didirikan untuk mengkoordinasikan aktivitas kantor hidrografi nasional. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan
praktik survei terbaik, memastikan keseragaman dalam peta dan dokumen nautika, memberikan pedoman untuk memaksimalkan
penggunaan data survei hidrografi, dan mengembangkan kemampuan hidrografi Negara Anggota. Menurut update tahunan dari laman
resmi IHO pada 7 Maret 2024, IHO memiliki
98 Negara Anggota. Sejak didirikan pada tahun 1921,
Kerajaan Monako telah mengelola Sekretariat IHO. Salah satu negara pertama di Asia yang bergabung dengan IHO adalah Indonesia, bersama dengan Jepang dan Thailand. Indonesia
sendiri telah menjadi anggota IHO sejak tahun 1951 (Kementrian
Luar Negeri, 2022).
Penelitian
ini menganalisis secara kritis kepentingan
nasional Indonesia di bidang
hidro-oceanografi, dengan fokus khusus pada peran Badan Hidro-Oceanografi
Indonesia (PUSHIDROSAL) dalam forum Organisasi Hidrografi Internasional (IHO) dari tahun 2018 hingga 2023.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif, menurut Sukmadinata, (2019) penelitian
kualitatif memiliki definisi menjabarkan serta menganalisa baik fenomena,
kejadian, kegiatan sosial, sikap kepercayaan, pandangan, serta pemikiran orang
baik secara individu maupun kelompok. Metode pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif dilakukan dengan berbagai bentuk seperti wawancara, observasi,
analisis dokumen, diskusi kelompok, dan analisis konten, memberikan
fleksibilitas untuk mendekati fenomena dengan lebih mendalam (Kusumastuti & Khoiron, 2019).
Teknik Pengumpulan
data yang terdapat pada penelitian
ini terbagi menjadi 2, yaitu Data Primer, Pada
penelitian ini, akan melibatkan anggota TNI AL, Laksamana Muda
Budi Purwanto, S.T., M.M yang dipercayakan sebagai Komandan Pushidrosal agar mendapatkan informasi yang valid dan terpercaya
sebagai narasumber utama untuk mendapatkan
data. Adapun peneliti akan mewawancarai Kementerian Luar
Negeri, Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman, Kementerian Kelautan
dan Perikanan dan Badan Keamanan
Laut Republik Indonesia. Data Sekunder dalam penelitian ini menggunakan metode studi pustaka yang mana menggunakan penelitian sebelumnya yang sejenis dan berguna untuk mendapatkan
landasan teori. Data sekunder diambil berasalkan dari beberapa literatur yang relevan dan karya tulis yang cukup relatif. Adapun beberapa data bersumber dari laman resmi milik
Pushidrosal dan IHO.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Dalam
konteks peran Pushidrosal pada forum International Hydrographic
Organization (IHO) dan analisis kepentingan
nasional Indonesia dalam bidang hidro-oseanografi, terdapat hubungan yang erat dengan teori
peran yang dijelaskan oleh Horoepoetri, Arimbi, dan Santosa. Kontrubusi Pushidrosal dalam IHO dapat dilihat sebagai
implementasi kebijakan nasional Indonesia dalam memperhatikan aspek hidro-oseanografi. Sebagai anggota IHO, Indonesia menunjukkan
komitmen untuk meningkatkan keamanan navigasi di perairan Indonesia,
yang merupakan aspek penting dalam memfasilitasi
ekspor - impor dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Selain
itu, keterlibatan Pushidrosal dalam forum IHO dapat dianggap sebagai strategi untuk mendapatkan dukungan di tingkat internasional dan untuk meningkatkan kerja sama dalam
survei hidrografi. Akibatnya, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai penyedia data yang akurat untuk navigasi
aman, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekspor-impor dan ekonomi (Indrawanto, 2024). Selain
itu, Pushidrosal dapat berkomunikasi dengan komunitas hidrografi internasional
melalui partisipasi dalam IHO. Forum ini memberikan kesempatan bagi Indonesia
untuk berbagi informasi, berbagi praktik terbaik, dan memperoleh masukan dari
negara-negara anggota lainnya. Semua ini merupakan komponen penting dalam
meningkatkan efektivitas kebijakan dan praktik hidrografi di tingkat global. Keanggotaan Pushidrosal dalam IHO dapat mengurangi konflik yang terkait dengan penggunaan dan survei perairan laut. Indonesia dapat mencapai kesepakatan dan konsensus dengan negara lain tentang pemetaan dan penggunaan sumber daya laut dengan
mematuhi standar internasional IHO. Meskipun ini tidak secara
langsung berkaitan dengan aspek psikologis
masyarakat, kehadiran Pushidrosal Indonesia dalam forum
IHO dapat menunjukkan kepada masyarakat maritim internasional bahwa Indonesia peduli terhadap keamanan navigasi global dan keberlanjutan
sumber daya laut. Dengan demikian,
partisipasi Pushidrosal dalam IHO memiliki keterkaitan yang erat dengan beberapa dimensi peran yang dijelaskan dalam teori tersebut, yang semuanya berkontribusi pada memperkuat posisi Indonesia dalam bidang hidro-oseanografi,
mendukung keberlangsungan ekspor-impor, dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Dalam
konteks teori kepentingan nasional yang dilihat melalui lensa realisme, partisipasi Pushidrosal dalam International Hydrographic Organization (IHO) dapat dianalisis melalui survei hidrografi yang dilakukan oleh Pushidrosal dalam kerangka IHO, Indonesia dapat memperoleh informasi yang penting untuk mengamankan
dan menjaga kedaulatan
wilayah perairannya (Deanto & Idris, 2024). Dalam
perspektif realisme, keamanan dan kedaulatan adalah prioritas utama bagi suatu
negara. Dengan memastikan bahwa perairan Indonesia terpantau dengan baik,
Indonesia dapat melindungi kepentingan nasionalnya dari ancaman atau gangguan
eksternal. Sebagai negara maritim yang besar, Indonesia memiliki kepentingan
ekonomi yang kuat dalam menjaga kelancaran perdagangan maritim. Melalui survei
hidrografi yang dilakukan oleh Pushidrosal, Indonesia dapat memastikan bahwa
jalur pelayaran aman bagi kapal-kapal yang membawa barang impor dan ekspor.
Dalam pandangan realisme, kepentingan ekonomi menjadi salah satu faktor utama
dalam menjaga stabilitas dan kekuatan suatu negara. Dengan menjadi anggota IHO
dan berkontribusi aktif dalam forum tersebut, Indonesia dapat memperkuat
diplomasi maritimnya dan meningkatkan pengaruhnya di tingkat regional dan
internasional. Dalam pandangan realisme, kekuatan dan pengaruh suatu negara
sangat penting untuk menjaga kepentingan nasionalnya dan mengamankan posisi
strategisnya di dalam sistem internasional yang anarkis. Dalam realisme,
perlindungan lingkungan maritim juga dapat diinterpretasikan sebagai bagian
dari kepentingan nasional. Melalui survei hidrografi dan upaya pemantauan
lingkungan laut, Indonesia dapat melindungi sumber daya alamnya dan memastikan
keberlanjutan ekosistem maritimnya, yang merupakan aset penting dalam menjaga
kestabilan ekosistem dan keamanan pangan negara. Dengan demikian, partisipasi
Pushidrosal dalam IHO secara langsung mendukung dan mempromosikan kepentingan
nasional Indonesia, sesuai dengan prinsip realisme yang menempatkan keamanan,
kedaulatan, kekuatan, dan pengaruh suatu negara sebagai faktor utama dalam
hubungan internasional.
Partisipasi Pushidrosal dalam International
Hydrographic Organization (IHO) memiliki hubungan yang erat dengan teori
strategi pertahanan laut, terutama dalam konteks konsep Sea Power dan keamanan
maritim. Konsep Sea Power, yang menjadi fokus utama dalam teori strategi
pertahanan laut, menekankan pentingnya pemanfaatan potensi laut untuk mencapai
keamanan dan kejayaan suatu negara. Melalui survei hidrografi yang dilakukan
oleh Pushidrosal, Indonesia dapat memperkuat kekuatan dan pengaruhnya dalam hal
Sea Power dengan memiliki data yang akurat tentang geografi laut dan kondisi
perairan. Selain itu, strategi pertahanan laut Indonesia, yang menempatkan
keamanan maritim sebagai prioritas utama, didukung oleh peran Pushidrosal dalam
menyediakan data dan informasi yang diperlukan untuk memantau dan mengamankan
perairan Indonesia dari ancaman internal dan eksternal. Posisi geografis
Indonesia yang strategis sebagai persimpangan lalu lintas dunia juga memberikan
Indonesia keunggulan dalam memanfaatkan potensi lautnya, sesuai dengan konsep
Sea Power yang ditekankan dalam teori strategi pertahanan laut. Terakhir,
perlindungan sumber daya alam bawah laut, yang menjadi bagian penting dari
keamanan maritim dalam strategi pertahanan laut, juga didukung oleh survei
hidrografi yang dilakukan oleh Pushidrosal untuk mengidentifikasi dan
melindungi sumber daya alam laut Indonesia. Dengan demikian, partisipasi
Pushidrosal dalam IHO secara langsung mendukung strategi pertahanan laut
Indonesia, terutama dalam konteks pengelolaan sumber daya laut, pemantauan
keamanan maritim, dan penguatan kekuatan maritim nasional, sesuai dengan konsep
Sea Power dan keamanan maritim yang menjadi fokus utama dalam teori strategi
pertahanan laut.
Pembahasan
Pushidrosal sebagai Lembaga yang mewakili Indonesia
dalam bidang hidro-oseanografi di ranah internasional, adapun beberapa kerja
sama yang telah ditingkatkan. Peningkatan Kerjasama Luar Negeri, dalam
membangun kerjasama bidang Hidrografi dengan Kantor Hidrografi di lingkup
internasional (IHO) dan regional. Keterlibatan Pushidrosal di kantor hidrografi
ketiga kawasan yaitu: EAHC, NIOHC, dan SWPHC menjadi sentral untuk membangun
pengaruh sekaligus mengambil peran sebagai upaya diplomasi politik luar negeri
Indonesia, termasuk juga membangun peran diplomasi Angkatan Laut melalui bidang
hidrografi. Adapun peningkatan kapasitas kelembagaan formal nasional, dimana
kedaulatan data dan sertifikasi profesi Hidrografi, merujuk pada Keppres Nomor
164 Tahun 1960, Keppres No. 288 Tahun 1967 dan Perpres No. 10 Tahun 2010, maka
Pushidrosal sesuai peran dan fungsi kelembagaannya sebagai lembaga pembina
fungsi survei dan pemetaan hidrografi nasional, bertanggung jawab untuk membina
profesi Hidrografi tidak hanya di jajaran internal Pushidrosal, namun juga
berkewajiban membina para Surveyor Hidrografi dan Kartograf Nautika di lingkup
nasional (Presiden Republik Indonesia, 1951, 1960, 2016). Surveyor Hidrografi
ini merupakan suatu profesi di bidang survei hidrografi yang artinya terdidik
dan dibekali dengan ilmu dan pengalaman lapangan yang terukur tingkat
kecakapan/kemahirannya (competency level) sebagaimana diatur dalam
"Standard of Competence for Hydrographic Surveyors S-5A and S-5B” IHO
sedangkan Kartografi Nautika tingkat kecakapan/kemahirannya diatur dalam
"Standard of Competence for Nautical Cartographers S8A and S8B IHO"
(IHO, 2018a).
Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, adapun salah
satu fungsi dari Pushidrosal yaitu fungsi diplomasi bidang hidrografi dan batas
maritim. Hal ini sejati nya tidak dapat dijalankan secara tunggal oleh
Pushidrosal, adanya eksistensi beberapa Kementerian turut menopang dan
senantiasa mendukung Pushidrosal untuk menjalankan tugas dan kewajibannya serta
fungsi secara maksimal. Maka dari itu, peneliti tidak hanya mewawancarai
narasumber dari Pushidrosal saja, namun juga dari Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Luar Negeri dan Badan Keamanan Laut. Hasil dari wawancara dengan
Pushidrosal, dapat disimpulkan, terungkap bahwa Pushidrosal telah mengalami
perkembangan yang signifikan dari segi organisasi, dengan peningkatan status
kepemimpinan dan peran nasional yang lebih besar, terutama dalam forum
internasional seperti IHO. Program tahunan yang dijalankan oleh Pushidrosal meliputi revisi peta laut, survei
pelayaran, dan pemeliharaan
peralatan survey. Keterlibatan
Pushidrosal dalam forum internasional juga semakin meningkat, terutama dalam
mengisi posisi yang ditinggalkan dan berkontribusi dalam pembuatan standar
pemetaan. Dalam forum internasional,
Pushidrosal berjuang untuk memperjuangkan standar tentang survey pemetaan demi keamanan pelayaran di perairan Indonesia. Tantangan yang dihadapi oleh
Indonesia adalah kompleksitas
dan luasnya perairan yang harus diawasi, dengan lebih dari
650 peta laut yang harus dikelola. Kedepannya, Pushidrosal berencana untuk terus meningkatkan sarana prasarana, meningkatkan kompetensi personel, dan berpartisipasi dalam standarisasi peta laut S-100, serta meningkatkan peran militer dalam
mendukung pertahanan melalui pemetaan dan analisis taktis (Pushidrosal, 2023b).
Dalam
wawancara yang dilakukan dengan salah satu Staff di
Kementerian Kelautan dan Perikanan,
terungkap bahwa Kementerian
Kelautan dan Perikanan
(KKP) menggunakan hasil riset dari Pushidrosal,
terutama data batimetri dan
data arus, untuk mendukung kebijakan kelautan dan perikanan, seperti zonasi budidaya perikanan. Kerja sama antara
KKP dan Pushidrosal dalam memajukan kepentingan Indonesia
di Forum IHO 2018-2023 meliputi partisipasi
dalam tim nasional untuk penataan kabel bawah laut dan menelaah peta laut.
Langkah-langkah KKP untuk memperkuat kapasitas Pushidrosal dalam mendukung pengelolaan perikanan yang berkelanjutan termasuk mengikuti acara hidrografi di Indonesia dan bergabung
dalam tim nasional untuk penataan kabel bawah laut. Dengan
demikian, kerja sama antara KKP dan Pushidrosal telah berkontribusi dalam memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia di forum IHO dengan
memanfaatkan sumber daya dan kolaborasi lintas sektor.
Berdasarkan
wawancara pada 6 Mei 2024 silam,
dapat disimpulkan kerja sama antara
Badan Keamanan Laut (Bakamla)
dan Pushidrosal sangat penting
dalam memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia di
Forum IHO. Melalui kerja sama ini, Bakamla
dan Pushidrosal saling mendukung dalam berbagai aspek, termasuk pemetaan laut, keamanan maritim, dan partisipasi aktif dalam forum internasional seperti IHO. Pertama,
kerja sama antara Bakamla dan Pushidrosal dalam memajukan kepentingan Indonesia
di Forum IHO dilakukan melalui partisipasi aktif dalam forum tersebut. Mereka
berkolaborasi untuk mempromosikan kepentingan Indonesia terkait hidrografi dan
keamanan maritim, meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan maritim, dan
mendorong kerja sama internasional dalam pemetaan laut. Kedua, Pushidrosal
bertanggung jawab menyediakan data hidrografi yang akurat dan terkini kepada
Bakamla untuk mendukung operasi keamanan laut. Data-data tersebut digunakan
oleh Bakamla untuk mengawasi dan melindungi perairan Indonesia serta memastikan
keselamatan pelayaran. Ketiga, kerja sama antara Bakamla dan Pushidrosal
memperkuat kehadiran Indonesia di Forum IHO dengan membangun kehadiran yang
kuat dan berpengaruh. Melalui dukungan Pushidrosal, Bakamla dapat berkontribusi
dalam pengembangan kebijakan dan standar global terkait hidrografi dan keamanan
maritim, serta memastikan kepentingan nasional terwakili secara efektif di
forum-forum internasional seperti North Indian Ocean Hydrographic Commission
(NIOHC) dan East Asia Hydrographic Commission (EAHC). Dengan demikian, kerja
sama antara Bakamla dan Pushidrosal sangat penting dalam memperjuangkan
kepentingan nasional Indonesia di Forum IHO, yang meliputi pemetaan laut,
keamanan maritim, dan partisipasi aktif dalam forum internasional untuk meningkatkan
posisi Indonesia dalam isu-isu maritim global.
Kementerian yang berada langsung dibelakang barisan
Pushidrosal dan mengawal langsung segala bentuk agenda dan kegiatan Pushidrosal
di kancah internasional terutama di Forum IHO, yaitu Kementerian Luar Negeri,
tepatnya di Direktorat Hukum Dan Perjanjian Kewilayahan yang berada di bawah
naungan Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional. Dari hasil
wawancara yang telah dilakukan bersama dengan Koordinator Fungsi Kerja Sama
Kelautan dapat diperoleh sejumlah kesimpulan yang sangat relevan untuk penelitian
ini. Kerja sama antara Kemlu dan Pushidrosal terlihat sangat erat dan strategis
dalam merumuskan dan memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia di Forum
IHO. Kemlu berperan penting dalam memberikan pertimbangan politis dan
legalistik untuk kerja sama Pushidrosal dalam kerangka IHO dan organisasi
regional seperti NIOHC. Pertimbangan politis yang diberikan oleh Kemlu
memastikan bahwa kerja sama yang dilakukan Pushidrosal selaras dengan
kepentingan nasional Indonesia sebagaimana diatur dalam UUD 1945. Selain itu,
Kemlu juga memberikan pertimbangan legalistik melalui Ditjen HPK untuk
memastikan keselarasan dengan hukum nasional dan internasional. Koordinasi
antara Kemlu dan Pushidrosal juga mencakup dukungan dalam diplomasi maritim, di
mana Kemlu membantu Pushidrosal dalam melakukan lobi dan negosiasi dengan
negara-negara lain untuk mempromosikan kepentingan maritim Indonesia. Contoh
nyata dari koordinasi ini adalah pertemuan NIOHC di Bali, di mana Indonesia
memegang presidensi dan Kemlu memberikan solusi atas isu keanggotaan Mauritius
yang berkonflik dengan Inggris. Ini menunjukkan bagaimana Kemlu mendukung
proses negosiasi Pushidrosal melalui diplomasi yang efektif.
Namun, wawancara tersebut juga mengungkapkan beberapa
tantangan yang dihadapi dalam memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia di
Forum IHO. Tantangan utama adalah menyingkirkan ego sektoral antar kementerian
dan lembaga, karena yang harus ditampilkan di forum internasional adalah
kepentingan Indonesia secara keseluruhan, bukan hanya kepentingan kementerian
tertentu. Tantangan lainnya adalah keterbatasan sumber daya manusia, di mana
Pushidrosal dan Kemlu perlu meningkatkan kapasitas SDM melalui pelatihan dan
program-program di bawah IHO serta kerja sama dengan negara-negara lain yang
lebih maju. Selain itu, pengaruh eksternal dari negara lain dengan kekuatan
politik yang besar dapat mempengaruhi prioritas agenda di IHO, menyulitkan
Indonesia untuk mengakomodasi kepentingannya. Untuk mengatasi tantangan ini,
diperlukan kerja sama yang solid dan peningkatan kapasitas SDM Indonesia.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Kemlu untuk terus mendukung Pushidrosal
dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia di Forum IHO juga
sangat jelas. Kemlu
memberikan dorongan untuk mendukung agenda-agenda Pushidrosal, termasuk pelatihan dan pengembangan SDM serta pengadaan wawasan teknologi. Dukungan diplomatik dari Kemlu memastikan
bahwa koordinasi dan promosi kepentingan maritim Indonesia dapat berjalan dengan baik dan efektif di forum internasional. Secara keseluruhan, wawancara dengan Pak Martin menunjukkan bahwa sinergi antara
Kemlu dan Pushidrosal
sangat penting dalam memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia di bidang hidro-oseanografi. Dukungan politis, legalistik, dan diplomatik dari Kemlu melengkapi tanggung jawab teknis yang diemban oleh Pushidrosal. Melalui koordinasi yang baik, peningkatan kapasitas SDM, dan diplomasi maritim yang efektif, Indonesia dapat lebih efektif mempromosikan
dan melindungi kepentingan maritimnya di arena internasional
seperti Forum IHO.
Peran sebagai suatu kebijakan menggambarkan bagaimana Pushidrosal menjalankan kebijakan hidrografi dan oseanografi yang bijaksana dan harus dilaksanakan dengan tepat. Kebijakan
ini mencakup pemetaan laut, penelitian oseanografi, dan keselamatan navigasi, yang bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya laut
Indonesia dan memastikan keselamatan
navigasi maritim. Implementasi kebijakan dilakukan melalui berbagai program seperti pemetaan laut nasional,
survei hidrografi, dan penyusunan peta laut yang memenuhi standar internasional. Kebijakan yang dihasilkan mendukung kebijakan maritim nasional yang lebih luas, termasuk
strategi Poros Maritim Dunia. Di Forum IHO, Pushidrosal
memainkan peran penting dalam menyelaraskan
kebijakan nasional dengan standar internasional dan memberikan masukan berharga bagi pengembangan kebijakan IHO (Pushidrosal, 2018)
(Susmoro et al., 2019).
Sebagai
strategi, Pushidrosal berfungsi
untuk mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat. Pushidrosal mengembangkan
strategi diplomasi maritim
yang mendukung kepentingan
Indonesia dengan berpartisipasi
dalam negosiasi internasional di IHO untuk memastikan bahwa kepentingan maritim Indonesia diakui dan dilindungi. Pushidrosal
juga mengedukasi masyarakat Indonesia tentang pentingnya peran hidrografi dan
oseanografi dalam menjaga kedaulatan dan keamanan maritim. Dengan melibatkan
masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam proses pengambilan keputusan, Pushidrosal membangun kredibilitas dan mendapatkan dukungan publik. Setiap keputusan didokumentasikan dengan baik dan transparan, sehingga masyarakat dapat memahami proses dan alasan di balik keputusan tersebut (Sumantri, 2019).
Peran sebagai komunikasi digunakan oleh Pushidrosal untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses pengambilan keputusan. Pushidrosal berperan sebagai pusat informasi hidrografi dan oseanografi, menyebarluaskan data dan informasi
yang penting untuk navigasi dan penelitian laut. Informasi ini disebarkan melalui publikasi dan laporan
rutin serta portal data hidrografi. Di Forum IHO, Pushidrosal mengumpulkan
masukan dari negara-negara anggota lainnya dan menyampaikan pandangan serta
preferensi Indonesia. Pushidrosal aktif dalam berbagai forum diskusi dan
konsultasi, mendengarkan pandangan dan masukan dari negara-negara anggota lain
untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil responsif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pushidrosal juga berkoordinasi dengan berbagai lembaga
nasional dan internasional untuk memastikan bahwa informasi yang diterima dan
disebarluaskan akurat dan relevan (Setiadarma et al., 2019).
Sebagai alat penyelesaian sengketa, Pushidrosal
berperan dalam mengurangi dan meredam konflik melalui usaha pencapaian
konsensus dari berbagai pendapat yang ada. Di forum IHO, Pushidrosal dapat
berperan sebagai mediator dalam sengketa maritim yang melibatkan perbatasan
laut atau hak navigasi. Pushidrosal memfasilitasi dialog antara negara-negara
yang bersengketa untuk mencapai kesepakatan yang adil dan dapat diterima semua
pihak. Melalui pendekatan yang mengutamakan konsensus, Pushidrosal membantu
meredam konflik dan mendorong kerja sama yang konstruktif. Dengan bertukar
informasi dan pandangan, Pushidrosal membantu meningkatkan pengertian dan
toleransi di antara negara-negara anggota, mengurangi ketidakpercayaan dan bias.
Pushidrosal menginisiasi program kerjasama internasional di bidang hidrografi
dan oseanografi untuk meningkatkan pemahaman dan kerja sama antar negara.
Dengan mengadakan seminar, lokakarya, dan pelatihan bersama, Pushidrosal
mendorong pertukaran ilmiah dan teknologi yang dapat mengurangi kesalahpahaman
dan meningkatkan rasa saling percaya.
Kesimpulan
Pushidrosal, sebagai
lembaga di bawah TNI AL, memainkan peran vital dalam bidang hidrografi
dan oseanografi untuk mendukung pertahanan nasional serta pembangunan maritim. Selain menyediakan data hidrografi untuk kebutuhan militer dan ekonomi, Pushidrosal juga aktif dalam perundingan
internasional dan organisasi
seperti IHO, di mana lembaga
ini mewakili kepentingan Indonesia di tingkat
global. Dengan visinya sebagai lembaga yang PRIMA (Profesional, Reliabel, Inovatif, Modern, Akurat), Pushidrosal berupaya meningkatkan keselamatan navigasi, melindungi lingkungan laut, dan memproduksi peta laut yang menjadi sumber devisa negara. Transformasi Pushidrosal menjadi lembaga yang dipimpin oleh perwira berbintang tiga mencerminkan peningkatan peran strategisnya dalam mendukung diplomasi maritim dan pertahanan Indonesia.
Namun, Pushidrosal
menghadapi tantangan besar, seperti keterbatasan sumber daya manusia akibat
seleksi yang ketat dan pengaruh kepentingan negara lain
yang lebih kuat secara politik. Meski demikian, Pushidrosal terus berinovasi dan mengembangkan
strategi untuk menghadapi kendala tersebut, termasuk melalui kerja sama internasional
dan optimalisasi teknologi.
Sebagai Vice Chair IHO Council, Pushidrosal
memiliki tanggung jawab strategis dalam pengambilan keputusan global di bidang hidrografi, memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional,
serta memastikan keberlanjutan program IHO. Dengan
perannya yang signifikan ini, Pushidrosal berkontribusi tidak hanya pada kepentingan nasional, tetapi juga pada keamanan dan keselamatan maritim global.
BIBLIOGRAFI
Andriani,
A. (2018). Saya Indonesia, Negara Maritim Jati Diri Negaraku. CV Jejak
(Jejak Publisher).
Azwar, M. (2019). Upaya World Wide Fund For Nature Dalam
Konservasi Dugong Dan Lamun Di Indonesia Periode 2016-2019. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif ….
Deanto, M. A. R., & Idris, N. I. (2024). Deterministik
Realisme: Analisa Potensi Aneksasi Taiwan oleh Tiongkok. Journal of
International and Local Studies, 8(2), 64–70.
Indrawanto, S. (2024). Merajut Keberlanjutan Usaha:
Panduan Hukum Dagang dan Bisnis. PT Indonesia Delapan Kreasi Nusa.
Kusumastuti, A., & Khoiron, A. M. (2019). Metode
penelitian kualitatif. Lembaga Pendidikan Sukarno Pressindo (LPSP).
Manurung, H. (2018). Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia. Prosiding
Seminar Nasional Pakar, 147–152.
Setiadarma, A. P., Sasmito, B., & Amarrohman, F. J.
(2019). Analisis pengaruh data SVP (Sound Velocity Profiler) pada hasil
pengolahan data multibeam echosounder menggunakan perangkat lunak EIVA (Studi
kasus: marine station Teluk Awur, Jepara). Jurnal Geodesi Undip, 8(1),
83–92.
Sianturi, M. H., Arif, A., & Leviza, J. (2014). Peran PBB
Sebagai Organisasi Internasional Dalam Menyelesaikan Sengketa Yurisdiksi Negara
Anggotanya Dalam Kasus State Immunity Antara Jerman Dengan Italia Terkait
Kejahatan Perang Nazi. Sumatra Journal of International Law, 2(1),
14991.
Sukmadinata, N. S. (2019). Metode penelitian pendidikan.
Sumantri, S. H. (2019). Strategi Pertahanan Bawah Laut
Indonesia. Indonesia Defense University.
Susmoro, H. (2019). The Spearhead of Sea Power.
Pandiva Buku.
Susmoro, H., Nugroho, H. D., & Handwiono, Y. (2019).
Bunga Rampai Penetapan Batas Maritim RI–Negara Tetangga (Peran Pushidrosal
dalam Mendukung Diplomasi Maritim Indonesia). Jakarta: Pusat Hidrografi Dan
Oseanografi TNI-AL.
Tumbol, S. A., Joko, R., & Baliyanto, L. (2017). Bela
Negaradalam Perspektif Strategi dan Kebijakan Pertahanan Negara. WIRA.
Jakarta.
Waruwu, D., Utama, I. G. B. R., SE, M., Junaedi, I. W. R.,
SE, M. A., Suryaningsi, S. P., & MH, C. (2024). Kota Dalam Hutan:
Dinamika dan Eksistensi Ibu Kota Nusantara. Deepublish.
Wuwung, L., McIlgorm, A., & Voyer, M. (2024). Sustainable
ocean development policies in Indonesia: paving the pathways towards a maritime
destiny. Frontiers in Marine Science, 11, 1401332.
Copyright holder: Claudia Puspita Sari, Felicia Gladys (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |