Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 12, Desember 2024
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA MAHASISWA
TAHUN PERTAMA DI KOTA TARAKAN
Danar Gumilang Hartono
Putra1, Komarudin2
Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta, Indonesia1,2
Email: [email protected]1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara harga diri dan kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan. Mahasiswa sering mengalami tantangan sosial dan akademik yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosional mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional, dengan responden sebanyak 373 mahasiswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah, sedangkan harga diri mereka cenderung tinggi. Uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara harga diri dan kecerdasan emosional dengan koefisien korelasi sebesar 0,595. Hasil ini menyiratkan bahwa peningkatan harga diri dapat berkontribusi pada peningkatan kecerdasan emosional mahasiswa.
Kata kunci: harga diri, kecerdasan emosional, mahasiswa, kuantitatif, hubungan
Abstract
This study aims to analyze the relationship
between self-esteem and emotional intelligence among first-year students in
Tarakan City. Students often face social and academic challenges that affect
their emotional intelligence development. The research method employed is
correlational quantitative, with a total of 373 respondents. The analysis
results indicate that the majority of students have a low level of emotional
intelligence, while their self-esteem tends to be high. Hypothesis testing
reveals a significant positive relationship between self-esteem and emotional
intelligence with a correlation coefficient of 0.595. These findings suggest
that enhancing self-esteem may contribute to improving students' emotional
intelligence.
Keywords: self-esteem, emotional
intelligence, students, quantitative, relationship
Pendahuluan
Mahasiswa adalah individu yang sedang berada di tahap pembelajaran yang lebih tinggi untuk
mendapatkan ilmu di bidang yang ingin dicapai. Dalam proses itu, mahasiswa akan menemukan berbagai hal yang baru seperti lingkungan
yang baru, lingkungan sosial, hingga proses pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya. Dalam dunia yang baru itu, mahasiswa akan berusaha untuk
berinteraksi satu sama lain dengan tujuan untuk mencari
teman. Dalam berinteraksi dengan orang lain tidak jarang muncul
perbedaan pendapat yang memicu konflik antar individu. Selain itu, kebutuhan-kebutuhan
akan bertambah seiring dengan perkembangan seorang individu
Mahasiswa tahun pertama sering
mengalami top-dog phenomenon, yaitu
perubahan posisi dari masa sekolah menengah atas (SMA) beralih ke mahasiswa
baru di perguruan tinggi
Mahasiswa tahun pertama memerlukan
adanya penyesuaian atau adaptasi pada lingkungan perkuliahan. Penyesuaian ini meliputi kemampuan untuk penyesuaian akademik mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa mampu untuk mengatasi tantangan sosial, penyesuaian diri terhadap transisi kehidupan di perkuliahan dan untuk membangun psikologis yang baik pada mahasiswa tahun pertama
Tabel 1. Data Wawancara Pendahuluan
Nama |
Jenis Kelamin |
Usia |
Hasil Wawancara |
TQ |
L |
18 |
Sulit untuk mengungkap emosi yang dialami, memiliki emosi yang tidak stabil karena mudah terhasut oleh lingkungannya |
IF |
L |
18 |
Sulit dalam menjalin hubungan dengan orang-orang sekitar dan merasa tidak memerlukan bantuan orang lain |
LR |
L |
18 |
Perilaku di masa sekolah masih terbawa ke perkuliahan sehingga individu masih sulit beradaptasi di lingkungan kampus dan cenderung pasif |
IN |
P |
19 |
Sulit untuk bersikap empati karena masih belum mengenal satu sama lain, tidak peka terhadap lingkungan sekitar dan perasaan orang lain |
KH |
L |
18 |
Kurangnya motivasi karena masih belum mengetahui kemampuan yang harus dikembangkan, masih berada di zona nyaman dan takut akan keluar dari zona tersebut |
Berdasarkan hasil wawancara
diketahui bahwa subjek kurang dapat
memiliki aspek pengaturan diri dan keterampilan sosial seperti dalam menjalin
hubungan yang baru di lingkungan kampus masih sulit dan belum mampu untuk
bersikap empati dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga dalam perkuliahannya individu sering merasa dirinya tertinggal dengan teman-temannya, merasa lingkup pertemanan yang kecil dan sebatas itu-itu saja, kurangnya
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dirinya, serta sering merasa dirinya
tidak mampu. Hal tersebut menjadikan mereka memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah dengan pola perilaku
yang pasif dimana selalu terjebak dan merasa nyaman dengan
perilakunya yang sekarang hal ini terkait
dengan pemikiran mereka yang kurang kuat untuk mengetahui
lebih dalam tentang dirinya. Dengan demikian adanya harga diri
dalam individu dapat meningkatkan kecerdasan emosional agar menjadi lebih baik
dan dapat mengetahui dan mengontrol dirinya sendiri. Dalam wawancara tersebut mencakup aspek-aspek kecerdasan emosional.
Mahasiswa tahun pertama yang memiliki telah memiliki kecerdasan emosional yang baik akan mampu untuk
bersikap tegas dan percaya diri, mampu
mengendalikan emosinya serta mampu membina
hubungan dengan orang lain secara baik dan berempati (Goleman, 2006). Namun,
pada kenyataannya mahasiswa
tahun pertama masih sangat kurang mampu untuk meningkatkan
kecerdasan emosionalnya, Menurut hasil penelitian
yang dilakukan oleh
Selain itu, pada penelitian yang dilakukan
Kecerdasan
emosional merupakan teori yang secara spesifik dikembangkan oleh
(Goleman, 2006). Teori ini mengungkapkan dua faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana kondisi kecerdasan emosional individu yaitu faktor internal meliputi jasmani dan psikologis dan faktor eksternal meliputi stimulus dan lingkungan.
Pada psikologis mencakup pemahaman diri, pengalaman diri, kemampuan berfikir dan motivasi. Menurut
Santrock (2007) mengungkapkan
bahwa dalam berfikir kita sedang
mengubah atau mengolah sebuah informasi dalam memori di otak
kita, selain itu dengan berfikir mampu membuat individu
lebih terkonsep dan terarah karena
telah memahami kondisi dirinya.
Harga
diri merupakan sebuah pandangan individu dalam melihat kemampuan yang dimiliki sehingga ia tahu apa saja
menjadi keunggulan dan potensi dirinya.
Menurut Coopersmith dalam
Mahasiswa
awal yang memiliki harga diri yang tinggi akan mampu merasa percaya diri dan optimis
terhadap dirinya sendiri meliputi penampilan fisik, kemampuan kognisi, dan emosional. Menurut
Penelitian
yang dilakukan oleh
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah yang ada dan dengan tinjauan pustaka yang relevan, diketahui bahwa mahasiswa tahun pertama memiliki
kecerdasan emosional yang rendah. Oleh karena itu diperlukan harga diri untuk
memahami dan menilai dirinya sendiri agar mampu meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara harga diri
terhadap kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan. Dengan tujuan penelitian
tersebut, peneliti mengangkat judul penelitian dengan judul “Hubungan Antara Harga Diri Terhadap Kecerdasan
Emosional pada Mahasiswa Tahun Pertama di Kota Tarakan”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
adakah Hubungan Antara
Harga Diri Dengan Kecerdasan Emosional Pada Mahasiswa Tahun Pertama di Kota Tarakan.
Manfaat dari Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan referensi mengenai harga diri dan pengaruhnya terhadap kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama. Selain itu, penelitian
ini juga dapat menjadi bahan kajian
peneliti lainnya yang ingin mendalami hal yang berkaitan dengan harga diri
dan kecerdasan emosional. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan teori-teori harga diri yang dapat dipraktikkan baik oleh dosen ataupun mahasiswa sehingga dalam menjalani kehidupannya akan lebih mampu
dalam mengelola kecerdasan emosional dengan baik.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu cara
yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang berkaitan dengan data berupa angka dan program statistik. Menurut
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif korelasional. Penelitian korelasi bertujuan untuk mengukur sejauh mana suatu variabel memiliki hubungan dengan variabel lainnya, hal ini
sejalan dengan
Hasil dan Pembahasan
Gambaran
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di seluruh perguruan tinggi yang ada di Kota Tarakan
dan dilakukan secara online
melalui google form yang bertujuan
untuk mengukur hubungan antara kecerdasan emosional dan harga diri yang dimiliki responden sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan yaitu mahasiswa tahun pertama yang memiliki rentan usia antara 17 hingga 20 tahun. Penyebaran google form dilakukan
oleh peneliti dengan membuat link yang berisikan
formular kemudian disebarkan
melalui media sosial berupa pesan kepada
mahasiswa tahun pertama yang sedang menjalani masa studi di perguruan tinggi Kota Tarakan sebagai responden, lalu responden dapat mengisi google form yang telah diberikan.
Deskripsi Data Penelitian
Tabel 2. Statistik Hipotetik
Statistika |
Rumus |
Xmin |
Skor aitem x Σ item |
Xmax |
Jumlah aitem x maksimal aitem |
Mean (μ) |
½ (Xmax + Xmin) |
Standar Deviasi |
⅙ (Xmax -
Xmin) |
Adapun langkah-langkah
perhitungan yang dilakukan dalam menentukan kategorisasi skala kecerdasan emosional:
Jumlah Aitem = 33
Nilai
Skala =
Sangat sesuai : 4
Sesuai : 3
Kurang sesuai :
2
Sangat tidak sesuai : 1
Skor
minimal skala = 33 x 1
=
33
Skor
maksimal skala = 33 x 4
=
132
Range = Xmax
– Xmin
=
132 – 33
=
99
Mean
(μ) =
½ (Xmax + Xmin)
=
½ (132 + 33)
=
82,5
Standar
Deviasi =
⅙ (Xmax - Xmin)
=
⅙ (132 - 33)
=
16,5
Berdasarkan
perhitungan di atas untuk rumus lima kategori skala kecerdasan emosional, sebagai berikut:
Tabel 3. Kategorisasi
Lima Rumus Skala Kecerdasan Emosional
Rentang Skor |
Kategorisasi |
X < 56,75 |
Sangat Rendah |
57,75 < X < 74,25 |
Rendah |
74,5 < X < 90,75 |
Sedang |
91 < X < 107, 25 |
Tinggi |
108 < X |
Sangat Tinggi |
Berikut untuk menentukan perhitungan kategorisasi skala harga diri:
Jumlah Aitem = 27
Nilai
Skala =
Sangat sesuai : 4
Sesuai : 3
Kurang sesuai :
2
Sangat tidak sesuai : 1
Skor
minimal skala = 27 x 1
=
27
Skor
maksimal skala = 27 x 4
=
108
Range = Xmax
– Xmin
=
108 – 27
=
81
Mean
(μ) =
½ (Xmax + Xmin)
=
½ (108 + 27)
=
67,5
Standar
Deviasi =
⅙ (Xmax - Xmin)
=
⅙ (108 - 27)
=
13,5
Berdasarkan
perhitungan di atas untuk rumus lima kategori skala kecerdasan emosional, sebagai berikut:
Tabel 4. Kategorisasi
Lima Rumus Skala Harga Diri
Rentang Skor |
Kategorisasi |
X < 46,75 |
Sangat Rendah |
47,75 < X <
60,75 |
Rendah |
61 < X <
74,25 |
Sedang |
75 < X <
87,75 |
Tinggi |
88 <
X |
Sangat Tinggi |
Pada data empirik untuk menentukan hasilnya, peneliti menggunakan SPSS 16.0 Windows untuk
melihat hasil dari perbandingan nilai hipotetik dan nilai empirik skala
kecerdasan emosional dan harga diri:
Tabel 5. Skor
Data Hipotetik dan Empirik
Skala |
N |
|
Hipotetik |
|
|
|
Empirik |
|
|
|
|
Min |
Max |
Mean |
SD |
Min |
Max |
Mean |
SD |
Kecerdasan Emosional |
373 |
33 |
132 |
82,5 |
16,5 |
33 |
103 |
78,1 |
8,75 |
Harga
Diri |
373 |
27 |
108 |
67,5 |
13,5 |
40 |
110 |
87,3 |
17,7 |
Berdasarkan perbandingan data hipotetik dan data empirik dari kedua skala,
diketahui pada skala kecerdasan emosional nilai mean hipotetik lebih besar dibandingkan
nilai mean empirik (82, 5
< 78,1) sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional responden cenderung rendah. Sedangkan pada skala harga diri
nilai mean hipotetik lebih kecil dibandingkan
nilai mean empirik (67,5
> 87,3) sehingga dapat dikatakan harga diri responden cenderung tinggi.
Tingkat Kategorisasi Kecerdasan Emosional
Pada tabel dibawah ini
merupakan distribusi tingkat kategorisasi Kecerdasan Emosional:
Tabel 6. Tingkat
Kategorisasi Skala Kecerdasan
Emosional
No |
Kecerdasan Emosional |
Frekuensi |
Persentase |
1 |
Sangat Rendah |
8 |
2,1% |
2 |
Rendah |
166 |
44,5% |
3 |
Sedang |
98 |
26,3% |
4 |
Tinggi |
101 |
27,1% |
5 |
Sangat Tinggi |
0 |
0% |
|
Jumlah |
373 |
100% |
Pada tabel diatas
dapat diketahui bahwa tingkat kecerdasan
emosional pada mahasiswa tahun pertama terdapat
8 mahasiswa yang termasuk dalam kategorisasi sangat rendah dengan persentase
2,1%, sebanyak 166 mahasiswa
termasuk kategorisasi rendah dengan persentase
44,5%, sebanyak 98 mahasiswa
termasuk kategorisasi sedang dengan persentase
26,3%, sebanyak 101 mahasiswa
termasuk kategorisasi tinggi dengan persentase
27,1%, Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 373 responden yang dapat dikatakan sebagian besar mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan memiliki tingkat kecerdasan emosional yang cenderung sedang.
Tingkat Kategorisasi Harga Diri
Pada tabel dibawah ini
merupakan distribusi tingkat kategorisasi harga diri:
Tabel 7. Tingkat
Kategorisasi Skala Harga Diri
No |
Harga Diri |
Frekuensi |
Persentase |
1 |
Sangat Rendah |
8 |
2,1% |
2 |
Rendah |
1 |
0,3% |
3 |
Sedang |
167 |
44,8% |
4 |
Tinggi |
84 |
22,5% |
5 |
Sangat Tinggi |
113 |
30,3% |
|
Jumlah |
373 |
100% |
Pada tabel diatas
dapat diketahui bahwa tingkat harga
diri pada mahasiswa tahun pertama terdapat
8 mahasiswa yang termasuk dalam kategorisasi sangat rendah dengan persentase
2,1%, sebanyak 1 mahasiswa termasuk kategorisasi rendah dengan persentase
0,3%, sebanyak 167 mahasiswa
termasuk kategorisasi sedang dengan persentase
44,8%, sebanyak 84 mahasiswa
termasuk kategorisasi tinggi dengan persentase
22,5%, sebanyak 113 mahasiswa
termasuk kategorisasi
sangat tinggi dengan persentase 30,3%. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 373 responden yang dapat dikatakan sebagian besar mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan memiliki tingkat harga diri
yang cenderung sangat tinggi.
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas
Asymp.Sig (Two-Tailed) |
Keterangan |
0,51 |
Normal |
Pada tabel
diatas dapat diketahui bahwa signifikansi diperoleh dengan nilai 0,51. Berdasarkan ketentuan nilai signifikansi uji One Sample Kolmogorov-Smirnov 0,51 > 0,05 sehingga
dapat diartikan bahwa variabel berdistribusi normal dan dapat digunakan.
Tabel 9. Hasil
Uji Linearitas
Variabel |
Asymp.Sig linearity |
Keterangan |
VB & VT |
0,000 |
Linier |
Berdasarkan hasil
tabe uji linearitas diatas, dapat diketahui
bahwa nilai signifikansi pada variabel harga diri dengan
kecerdasan emosional sebesar 0,000. Sehingga
dapat dikatakan bahwa variabel harga diri dengan
kecerdasan emosional terdapat hubungan yang linier.
Tabel 10. Koefisien Determinasi R Square
Model |
R |
R Square |
1 |
0,595 |
0,354 |
Dari hasil
uji koefisien determinasi R Square diatas dapat diketahui bahwa R Square bernilai 0,354 atau 35,4%. Jadi kemampuan variabel bebas yaitu harga diri
memengaruhi variabel terikat kecerdasan emosional sebanyak 35,4%.
Tabel 11. Pedoman
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien |
Tingkat Hubungan |
0,00 – 0,199 |
Sangat lemah |
0,20 – 0,399 |
Lemah |
0,40 – 0,599 |
Sedang |
0,60 – 0,799 |
Kuat |
0,80 – 1,000 |
Sangat kuat |
Tabel 12. Hasil
Uji Correlation Product Moment
Variabel |
Sig.
(Two-Tailed) |
Pearson
Moment |
R
Square |
VB
& VT |
0,000 |
0,595** |
0,354 |
Berdasarkan tabel diatas
hasil uji korelasi antara variabel bebas dan terikat memiliki hasil 0,000 yang artinya kedua variabel
memiliki hubungan yang signifikan. Dalam kolom pearson moment mendapatkan hasil koefisien sebesar 0,595** yang artinya besar korelasi
antara harga diri dengan kecerdasan
emosional dikategorikan sedang. Terdapat dua tanda bintang (**) dibelakang hasil koefisien yang menandakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan pada taraf signifikansi 0,000. Pada kolom R
Square mendapatkan nilai
0,354 yang menandakan bahwa
variabel bebas memiliki peranan sebanyak 35,4% terhadap variabel terikat, selebihnya dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Jenis hubungan antara kecerdasan emosional dengan harga diri adalah
positif dikarenakan tidak adanya tanda
negatif (-) pada kolom pearson moment.
Mahasiswa adalah individu yang sedang berada di tahap pembelajaran yang lebih tinggi untuk mendapatkan
ilmu di bidang yang ingin dicapai. Mahasiswa tahun pertama sering mengalami top-dog phenomenon, yaitu
perubahan posisi dari masa sekolah menengah atas (SMA) beralih ke mahasiswa
baru di perguruan tinggi
Pada hasil
penelitian tentang analisa karakteristik subjek penelitian dengan kriteria didapatkan sebanyak 373 responden yang terdiri dari 100 laki-laki dan 273 perempuan. Banyaknya responden perempuan dibandingkan laki-laki dikarenakan tempat peneliti menyebar skala psikologi merupakan kampus yang berfokus pada kesehatan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti lakukan, didapatkan bahwa perempuan memiliki minat dan ketertarikan pada ilmu kesehatan serta diperkuat oleh
Dalam penelitian ini memiliki kriteria usia responden yaitu dewasa awal
yang dimulai dari usia 17-20 tahun. Uisa responden yang terbanyak adalah usia 19 hingga 20 tahun dengan frekuensi
responden sebanyak 293 mahasiswa tahun pertama, lalu usia
17-18 tahun dengan frekuensi sebanyak 80 mahasiswa tahun pertama.
Data sebaran
skala berdasarkan asal instansi atau
perguran tinggi responden, terdapat 248 mahasiswa berasal dari Universitas Borneo Tarakan, 48 mahasiswa
berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer Tarakanita Rahmawati (STIMIK PPKIA), 28 mahasiswa
berasal dari Politeknik Bisnis Kaltara, 25 mahasiswa berasal dari Akademi
Keperawatan Kaltara (Akper), dan 24 mahasiswa berasal dari Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE).
Berdasarkan
penjelasan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara harga diri
dengan kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan.
Hasil analisa yang telah didapat dan telah diolah akan dipaparkan
dalam perparagraf meliputi analisa deskriptif berdasarkan tingkat kategorisasi variabel bebas dan variabel terikat, uji normalitas, uji linearitas, uji koefisien determinasi, dan uji hipotesis menggunakan uji korelasi pearson product moment.
Hasil analisa
deskriptif pada tingkat kategorisasi skala kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama dengan tingkat kategori sangat rendah mendapatkan 8 mahasiswa dengan persentase 2,1%, diperoleh sebanyak 166 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategoriasi rendah dengan persentase 44,5%, diperoleh sebanyak 98 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi sedang dengan persentase
26,3%, diperoleh sebanyak
101 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi tinggi dengan persentase
27,1% dan sebanyak 0 mahasiswa
tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi sangat tinggi dengan persentase 0%. Dapat disimpulkan bahwa pada analisa deskriptif mayoritas mahasiswa tahun pertama memiliki kecerdasan emosional rendah dalam menghadapi
masalah kuliah. Pada tingkat kategorisasi skala harga diri
pada mahasiswa tahun pertama berdasarkan analisis deskriptif didapatkan sebanyak 8 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi sangat rendah dengan persentase
2,1%, diperoleh sebanyak 1 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi rendah dengan persentase
0,3%, diperoleh sebanyak
167 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi sedang dengan persentase
44,8%, diperoleh 84 mahasiswa
tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi tinggi dengan persentase 22,5%, kemudian diperoleh sebanyak 113 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi sangat tinggi dengan persentase 30,3%. Dari hasil analisis deskriptif, dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa tahun pertama memiliki
tingkat harga diri yang sedang dan cukup mampu untuk
menilai dirinya agar selaras dengan lingkungan disekitar, hal ini menguatkan
teori Coopersmith bahwa harga diri berperan
dalam meningkatkan komponen afektif, kognitif, afektif dan emosional
Pada hasil analisa berikutnya yaitu uji normalitas.
Berdasarkan pada pengambilan
keputusan uji normalitas apabila nilai signifikansi > 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal, namun jika nilai < 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal
Pada uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya hubungan
yang sejalan antara dua variabel, yaitu variabel bebas harga diri dan variabel
terikat kecerdasan emosional. Ketentuan yang berlaku pada uji lineaaritas apabila nilai signifikansi berada < 0,05 maka kedua variabel dapat dikatakan linear
Selanjutnya
pada uji hipotesis correlation product moment menunjukkan perolehan siginifikansi 0,000 yang artinya variabel harga diri dan variabel kecerdasan emosional memiliki hubungan yang signifikan. Nilai uji correlation product moment memperoleh nilai 0,595** sehingga dapat dikatakan besar hasil interval koefisien dan tingkat hubungan antara skala harga
diri dengan kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat hubungan yang sedang dan jenis hubungan kedua variabel adalah positif dikarenakan tidak memiliki tanda negatif (-). Oleh karena itu, hasil
penelitian sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat oleh peneliti. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Pada uji koefisien
determinasi R Square yang digunakan
untuk mengetahui kontribusi pengaruh variabel harga diri pada variabel kecerdasan emosional, Nilai R
Square memperoleh nilai
0,354 atau 35,4%. Artinya kontribusi pengaruh variabel harga diri terhadap variabel
kecerdasan sebanyak 35,4% sedangkan 64,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini seperti faktor internal (fisik dan tingkat kehidupannya) dan faktor eksternal seperti stimulus dan lingkungan yang melatarbelakangi individu
Berdasarkan
pada hasil uji statistika
yang telah dilakukan setiap tahapannya dapat membuktikan bahwa harga diri
memiliki hubungan positif dengan kecerdasan emosional dan cukup kuat. Hubungan
positif yang dimaksud adalah variabel bebas harga diri
cenderung sangat tinggi sedangkan variabel terikat juga cendrerung sangat tinggi begitupun sebaliknya, jika variabel bebas cenderung rendah maka variabel terikat
juga cenderung rendah. Penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya berikut hasil uji statistika dari peneliti lain yang menunjukkan bahwa harga diri memiliki
hubungan dengan kecerdasan emosional. Beberapa penelitian tersebut seperti yang dilakukan
(r = 0,237 , p = 0,001)
Berdasarkan
dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa skala harga diri dan kecerdasan emosional memiliki hubungan signfikan sedang dengan pola positif.
Sehingga semakin besar harga diri
seseorang maka akan semakin tinggi
kecerdasan emosional. Begitupun sebaliknya, jika seseorang memiliki harga diri rendah maka
akan semakin rendah pula kecerdasan emosionalnya.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pada variabel kecerdasan emosional, sebagian besar responden memiliki kecerdasan emosional yang rendah yaitu 166 responden atau 44,5%, 98 responden atau 26,3% termasuk kategorisasi sedang, dan 101 responden atau 27,1% termasuk kategorisasi tinggi. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan memiliki kecerdasan emosional yang rendah dan kurang dalam memahami emosi dirinya. Pada variabel harga diri, sebagian besar responden memiliki harga diri yang sedang yaitu 167 responden atau 44,8%, 84 responden atau 22,5% termasuk kategorisasi tinggi, dan 113 responden atau 30,3% termasuk kategorisasi sangat tinggi. Dapat disimpulkan
bahwa mayoritas mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan memiliki harga diri yang sedang dan cukup memahami tentang dirinya. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan harga diri memperoleh
nilai statistika yang signifikan yaitu 0,000 < 0,05 dengan koefisien korelas sebesar 0,595** sehingga dapat diartikan bahwa harga diri memiliki
koefisien korelasi yang sedang dengan kecerdasan
emosional. Arah hubungan harga diri dengan kecerdasan
emosional yaitu positif. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi
harga diri maka akan semakin
tinggi pula kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama di Kota Yogyakarta.
Nilai statistika pada hasil
uji R Square adalah 0,354 atau
35,4%, sehingga variabel bebas harga diri
dalam memengaruhi variabel terikat kecerdasan emosional sebanyak 35,4%, sedangkan 64,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak dijelaskan dalam penelitian ini seperti faktor
internal (fisik dan tingkat
kehidupannya) dan faktor eksternal seperti stimulus dan lingkungan yang melatarbelakangi individu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini diterima. Hal ini ditunjukkan oleh adanya hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri
dengan kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama di Kota Yogyakarta.
Sehingga semakin besar harga diri
seseorang maka akan semakin tinggi
kecerdasan emosional. Begitupun sebaliknya, jika seseorang memiliki harga diri rendah maka
akan semakin rendah pula kecerdasan emosional mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan.
BIBLIOGRAFI
Anderson, J. R., & Guan, Y. (2018). Implicit
acculturation and the academic adjustment of Chinese student sojourners in
Australia. Australian Psychologist, 53(5), 444–453.
Azwar, S. (2018). Metode penelitian psikologi edisi II.
Balkwill, L.-L., Thompson, W. F., & Matsunaga, R. (n.d.). Aron, A., & Aron, EN (2003). Statistics For Psychology. New Jersey: Pearson Education. Azwar, S.(2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S.(2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Aiello. R.(1978). Cerebral dominance for the perception of arpeggiated triads. Journal of. Japanese Psychological Research, 46(4), 337–349.
Blegur, J. (2017). Permainan kecil: Teori dan aplikasi.
Coopersmith, S. (1981). Coopersmith self-esteem inventories.
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2018). Mixed Methods Procedures. In Research Defign: Qualitative, Quantitative, and Mixed M ethods Approaches.
Goleman, D. (2006). Emotional Intelligence: The 10th Anniversary Edition. Bantam Books.
Hulukati, W., & Djibran, M. R. (2018). Analisis tugas perkembangan mahasiswa fakultas ilmu pendidikan universitas negeri gorontalo. Jurnal Bikotetik (Bimbingan Dan Konseling: Teori Dan Praktik), 2(1), 73–80.
Hutasoit, D. M., Mendrofa, I. J., Arkianti, M. M. Y., & Diannita, C. G. (2024). Kualitas Tidur Mahasiswa Keperawatan Tingkat Dua. Jurnal Keperawatan Malang, 9(1), 58–66.
Ibrahim, N. (2022). Experiences of abused Muslim women with the Australian criminal justice system. Journal of Interpersonal Violence, 37(3–4), NP2360–NP2386.
Le, C. K., Nahirniak, P., Anand, S., & Cooper, W. (2017). Volvulus.
Nindyati, A. D. (2020). Kecerdasan emosi dan stres akademik mahasiswa: Peran jenis kelamin sebagai moderator dalam sebuah studi empirik di universitas paramadina. Journal of Psychological Science and Profession, 4(2), 127–134.
Nitary, G., & Komarudin, K. (2022). Kontribusi Kecerdasan Emosional terhadap Konflik Persahabatan pada Siswa SMP Negeri 1 Puding Besar, Bangka. Psychosophia: Journal of Psychology, Religion, and Humanity, 4(2), 104–113.
Nnabuife, E. J., Chukwuemeka, O. M., Chinwendu, U. P., & Ikechukwu, E. (2018). The relationship between self-esteem and emotional intelligence among undergraduate medical students of Imo State University, Owerri, Nigeria. International Journal of Brain and Cognitive Sciences, 7(1), 1–8.
Opatha, H., & Opatha, H. (2020). Assertiveness and its relationship with self esteem: an empirical study of Senior Managers in a Sri Lankan Bank. Asian Journal of Social Sciences and Management Technology, 2(2), 52–60.
Pieter, H. Z. (2017). Pengantar psikologi dalam keperawatan. Kencana.
Salsabila, D. F., Qalbi, A. F. S., Aziz, A. M., Etniko, A., & Rauf, K. N. T. (2022). Perbedaan self-esteem antara mahasiswa perguruan tinggi negeri dengan perguruan tinggi swasta. Journal of Psychology Students, 1(1), 45–56.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja.
Santrock, J. W., Mondloch, C. J., & Mackenzie-Thompson, A. (2014). Essentials of life-span development.
Subekti, A. T., & Rachma, N. (2014). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Harga Diri Remaja di Pondok Pesantren Darut Taqwa Semarang. Prosiding Seminar Nasional & Internasional, 2(2).
Sugiyono, S., & Lestari, P. (2021). Metode penelitian komunikasi (Kuantitatif, kualitatif, dan cara mudah menulis artikel pada jurnal internasional). Alvabeta Bandung, CV.
Sulistyowati, D. A., Wismanto, Y. B., & Utami, C. T. (2015). Hubungan antara kecerdasan emosional dan optimisme dengan problem focused coping pada mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Telogorejo Semarang. PREDIKSI, 4(1), 11.
Verplanken, B., & Tangelder, Y. (2011). No body is perfect: The significance of habitual negative thinking about appearance for body dissatisfaction, eating disorder propensity, self-esteem and snacking. Psychology & Health, 26(6), 685–701.
Copyright holder: Danar Gumilang Hartono Putra, Komarudin (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |