Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 12, Desember 2024

 

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA DI KOTA TARAKAN

 

Danar Gumilang Hartono Putra1, Komarudin2

UniversitasAisyiyah Yogyakarta, Indonesia1,2

Email: [email protected]1

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara harga diri dan kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan. Mahasiswa sering mengalami tantangan sosial dan akademik yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosional mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional, dengan responden sebanyak 373 mahasiswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah, sedangkan harga diri mereka cenderung tinggi. Uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara harga diri dan kecerdasan emosional dengan koefisien korelasi sebesar 0,595. Hasil ini menyiratkan bahwa peningkatan harga diri dapat berkontribusi pada peningkatan kecerdasan emosional mahasiswa.

Kata kunci: harga diri, kecerdasan emosional, mahasiswa, kuantitatif, hubungan

 

Abstract

This study aims to analyze the relationship between self-esteem and emotional intelligence among first-year students in Tarakan City. Students often face social and academic challenges that affect their emotional intelligence development. The research method employed is correlational quantitative, with a total of 373 respondents. The analysis results indicate that the majority of students have a low level of emotional intelligence, while their self-esteem tends to be high. Hypothesis testing reveals a significant positive relationship between self-esteem and emotional intelligence with a correlation coefficient of 0.595. These findings suggest that enhancing self-esteem may contribute to improving students' emotional intelligence.

Keywords: self-esteem, emotional intelligence, students, quantitative, relationship

 

Pendahuluan

            Mahasiswa adalah individu yang sedang berada di tahap pembelajaran yang lebih tinggi untuk mendapatkan ilmu di bidang yang ingin dicapai. Dalam proses itu, mahasiswa akan menemukan berbagai hal yang baru seperti lingkungan yang baru, lingkungan sosial, hingga proses pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya. Dalam dunia yang baru itu, mahasiswa akan berusaha untuk berinteraksi satu sama lain dengan tujuan untuk mencari teman. Dalam berinteraksi dengan orang lain tidak jarang muncul perbedaan pendapat yang memicu konflik antar individu. Selain itu, kebutuhan-kebutuhan akan bertambah seiring dengan perkembangan seorang individu (Hulukati & Djibran, 2018).

            Mahasiswa tahun pertama sering mengalami top-dog phenomenon, yaitu perubahan posisi dari masa sekolah menengah atas (SMA) beralih ke mahasiswa baru di perguruan tinggi (Santrock, 2003). Selain itu sistem pendidikan pada perguruan tinggi juga akan memiliki pengaruh kepada mahasiswa awal yang menimbulkan kebingungan yang beragam terlebih jika mahasiswa berasal dari berbagai bahasa dan latar belakang budaya yang beragam (Le et al., 2017).

            Mahasiswa tahun pertama memerlukan adanya penyesuaian atau adaptasi pada lingkungan perkuliahan. Penyesuaian ini meliputi kemampuan untuk penyesuaian akademik mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa mampu untuk mengatasi tantangan sosial, penyesuaian diri terhadap transisi kehidupan di perkuliahan dan untuk membangun psikologis yang baik pada mahasiswa tahun pertama (Anderson & Guan, 2018). Dalam menghadapi tantangan sosial yang terjadi dibutuhkan kecakapakan khusus yang meliputi kecerdasan emosi seperti empati, disiplin, dan inisiatif, hal ini agar mahasiswa dapat menyesuaikan dan bertahan dalam lingkungan yang baru (Goleman, 2006). Mahasiswa yang memiliki emosi yang cakap dapat mengetahui dan menangani perasaan yang terjadi pada dirinya dan mampu memiliki hubungan antarpersonal yang baik, berbeda dengan mahasiswa yang tidak cakap akan sulit dalam mengenali emosi yang terjadi pada dirinya ataupun oranglain (Goleman, 2006).

 

Tabel 1. Data Wawancara Pendahuluan

Nama

Jenis Kelamin

Usia

Hasil Wawancara

TQ

L

18

Sulit untuk mengungkap emosi yang dialami, memiliki emosi yang tidak stabil karena mudah terhasut oleh lingkungannya

IF

L

18

Sulit dalam menjalin hubungan dengan orang-orang sekitar dan merasa tidak memerlukan bantuan orang lain

LR

L

18

Perilaku di masa sekolah masih terbawa ke perkuliahan sehingga individu masih sulit beradaptasi di lingkungan kampus dan cenderung pasif

IN

P

19

Sulit untuk bersikap empati karena masih belum mengenal satu sama lain, tidak peka terhadap lingkungan sekitar dan perasaan orang lain

KH

L

18

Kurangnya motivasi karena masih belum mengetahui kemampuan yang harus dikembangkan, masih berada di zona nyaman dan takut akan keluar dari zona tersebut

           

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa subjek kurang dapat memiliki aspek pengaturan diri dan keterampilan sosial seperti dalam menjalin hubungan yang baru di lingkungan kampus masih sulit dan belum mampu untuk bersikap empati dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga dalam perkuliahannya individu sering merasa dirinya tertinggal dengan teman-temannya, merasa lingkup pertemanan yang kecil dan sebatas itu-itu saja, kurangnya kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dirinya, serta sering merasa dirinya tidak mampu. Hal tersebut menjadikan mereka memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah dengan pola perilaku yang pasif dimana selalu terjebak dan merasa nyaman dengan perilakunya yang sekarang hal ini terkait dengan pemikiran mereka yang kurang kuat untuk mengetahui lebih dalam tentang dirinya. Dengan demikian adanya harga diri dalam individu dapat meningkatkan kecerdasan emosional agar menjadi lebih baik dan dapat mengetahui dan mengontrol dirinya sendiri. Dalam wawancara tersebut mencakup aspek-aspek kecerdasan emosional.

            (Goleman, 2006) menyatakan bahwa kecerdasan emosional harus dipahami oleh mahasiswa untuk menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Selain itu, kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Setiap diri individu memiliki keadaan psikologi mental yang rendah dan labil dan lebih mudah menyerap energi negatif dari lingkungannya, berbeda jika dibandingkan dengan individu yang telah terbentuk mentalnya (Blegur, 2017).

            Mahasiswa tahun pertama yang memiliki telah memiliki kecerdasan emosional yang baik akan mampu untuk bersikap tegas dan percaya diri, mampu mengendalikan emosinya serta mampu membina hubungan dengan orang lain secara baik dan berempati (Goleman, 2006). Namun, pada kenyataannya mahasiswa tahun pertama masih sangat kurang mampu untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya, Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nindyati, 2020) dengan subjek penelitiannya sebanyak 108 mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 49% atau 53 orang yang memiliki kecerdasan emosional dibawah rata-rata. Sejalan dengan itu, pada hasil penelitian (Sulistyowati et al., 2015) terhadap 43 mahasiswa semester 3 tingkat II yang menunjukkan hasil penelitian bahwa sebanyak 19 orang atau 54% memiliki kecerdasan emosional yang rendah.

            Selain itu, pada penelitian yang dilakukan (Ibrahim, 2022)  terhadap mahasiswa STIKES Getsempena Aceh yang memiliki sampel penelitian sebanyak 85 dan menghasilkan bahwa sebanyak 75,3% mahasiswa STIKES Getsempena memiliki kategori rendah atau tidak baik yang ditandai dengan perubahan pola pikir dalam proses belajar dan motivasi dalam belajar. Dengan demikian perlu adanya penilaian diri dengan cara meningkatkan harga diri agar individu mengetahui gambaran tentang dirinya dan respon atas pandangan orang lain (Pieter, 2017).

            Kecerdasan emosional merupakan teori yang secara spesifik dikembangkan oleh (Goleman, 2006). Teori ini mengungkapkan dua faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana kondisi kecerdasan emosional individu yaitu faktor internal meliputi jasmani dan psikologis dan faktor eksternal meliputi stimulus dan lingkungan. Pada psikologis mencakup pemahaman diri, pengalaman diri, kemampuan berfikir dan motivasi. Menurut Santrock (2007) mengungkapkan bahwa dalam berfikir kita sedang mengubah atau mengolah sebuah informasi dalam memori di otak kita, selain itu dengan berfikir mampu membuat individu lebih terkonsep dan terarah karena telah memahami kondisi dirinya.  (Opatha & Opatha, 2020) menjelaskan juga bahwa individu yang memiliki harga diri tinggi akan cenderung memiliki ketegasan yang baik pula sehingga mampu mengungkapkan pendapatnya dengan jelas dan kuat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Subekti & Rachma, 2014) yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional yang rendah akan diikuti pula dengan harga diri yang rendah, sehingga keduanya memiliki korelasi yang positif dan signifikan. 

            Harga diri merupakan sebuah pandangan individu dalam melihat kemampuan yang dimiliki sehingga ia tahu apa saja menjadi keunggulan dan potensi dirinya. Menurut Coopersmith dalam (Salsabila et al., 2022) harga diri adalah penilaian tentang diri sendiri, yang meiputi sikap untuk yakin bahwa dirinya itu dapat berhasil, dianggap penting, dan mampu berharga.  Dengan demikian individu mampu meraih kesuksesan yang dituju dan mampu untuk mengontrol diri karena telah mengetahui batasan dirinya.

            Mahasiswa awal yang memiliki harga diri yang tinggi akan mampu merasa percaya diri dan optimis terhadap dirinya sendiri meliputi penampilan fisik, kemampuan kognisi, dan emosional. Menurut (Verplanken & Tangelder, 2011) menyatakan bahwa dalam kehidupan sekarang penampilan fisik menjadi hal penting. Dengan demikian jika individu memiliki harga diri yang baik akan memudahkan dalam mencapai keberhasilan dan dapat menghargai dirinya sendiri.

            Penelitian yang dilakukan oleh (Nnabuife et al., 2018) tentang hubungan antara harga diri dan kecerdasan emosional di antara mahasiswa kedokteran sarjana Universitas Negeri Imo, Owerri, Nigeria. Pada penelitian memiliki jumlah responden 140 mahasiswa dan diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara harga diri dengan kecerdasan emosional dan komponen kecerdasan emsoional seperti persepsi emosi, menghadapi emosi orang lain dan memanfaatkan emosi.

            Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang ada dan dengan tinjauan pustaka yang relevan, diketahui bahwa mahasiswa tahun pertama memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Oleh karena itu diperlukan harga diri untuk memahami dan menilai dirinya sendiri agar mampu meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara harga diri terhadap kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan. Dengan tujuan penelitian tersebut, peneliti mengangkat judul penelitian dengan judulHubungan Antara Harga Diri Terhadap Kecerdasan Emosional pada Mahasiswa Tahun Pertama di Kota Tarakan”.

            Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kecerdasan Emosional Pada Mahasiswa Tahun Pertama di Kota Tarakan.

            Manfaat dari Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan referensi mengenai harga diri dan pengaruhnya terhadap kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi bahan kajian peneliti lainnya yang ingin mendalami hal yang berkaitan dengan harga diri dan kecerdasan emosional. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan teori-teori harga diri yang dapat dipraktikkan baik oleh dosen ataupun mahasiswa sehingga dalam menjalani kehidupannya akan lebih mampu dalam mengelola kecerdasan emosional dengan baik.

 

Metode Penelitian

            Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu cara yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang berkaitan dengan data berupa angka dan program statistik. Menurut (Azwar, 2018) menjelaskan penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang fokus pada analisis data angka (numerical) dan diolah dengan menggunakan metode statistk sehingga memperoleh hasil signifikasi hubungan antar variabel yang diteliti. Aliran postivistik berkaitan dengan penjelasan mengenai keterkaitan antar fenomena yang terjadi sehingga berkaitan dengan sampling dan hipotesis yang harus diuji sesuai kriteria statistik. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi statistic, dan menjelaskan hasilnya.

            Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasional. Penelitian korelasi bertujuan untuk mengukur sejauh mana suatu variabel memiliki hubungan dengan variabel lainnya, hal ini sejalan dengan (Creswell & Creswell, 2018) yang menyatakan bahwa penelitian kuantitatif korelasional yatu penelitian yang menggunakan metode statistik yang bertujuan untuk mengukur pengaruh antara dua variabel atau lebih.

 

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Lokasi Penelitian

            Penelitian ini dilakukan di seluruh perguruan tinggi yang ada di Kota Tarakan dan dilakukan secara online melalui google form yang bertujuan untuk mengukur hubungan antara kecerdasan emosional dan harga diri yang dimiliki responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu mahasiswa tahun pertama yang memiliki rentan usia antara 17 hingga 20 tahun. Penyebaran google form dilakukan oleh peneliti dengan membuat link yang berisikan formular kemudian disebarkan melalui media sosial berupa pesan kepada mahasiswa tahun pertama yang sedang menjalani masa studi di perguruan tinggi Kota Tarakan sebagai responden, lalu responden dapat mengisi google form yang telah diberikan.

 

Deskripsi Data Penelitian

Tabel 2. Statistik Hipotetik

Statistika

Rumus

Xmin

Skor aitem x Σ item

Xmax

Jumlah aitem x maksimal aitem

Mean (μ)

½ (Xmax + Xmin)

Standar Deviasi

⅙ (Xmax - Xmin)

            Adapun langkah-langkah perhitungan yang dilakukan dalam menentukan kategorisasi skala kecerdasan emosional:

 

            Jumlah Aitem             = 33

            Nilai Skala                  = Sangat sesuai                       : 4

                                                    Sesuai                                  : 3

                                                    Kurang sesuai                     : 2

                                                    Sangat tidak sesuai             : 1

            Skor minimal skala     = 33 x 1

                                                = 33

            Skor maksimal skala   = 33 x 4

                                                = 132

            Range                          = XmaxXmin

                                                = 132 – 33

                                                = 99

            Mean (μ)                     = ½ (Xmax + Xmin)

                                                = ½ (132 + 33)

                                                = 82,5

            Standar Deviasi           = ⅙ (Xmax - Xmin)

                                                = ⅙ (132 - 33)

                                                = 16,5

            Berdasarkan perhitungan di atas untuk rumus lima kategori skala kecerdasan emosional, sebagai berikut:

 

Tabel 3. Kategorisasi Lima Rumus Skala Kecerdasan Emosional

Rentang Skor

Kategorisasi

X < 56,75

Sangat Rendah

57,75 < X < 74,25

Rendah

74,5 < X < 90,75

Sedang

91 < X < 107, 25

Tinggi

108 < X

Sangat Tinggi

           

Berikut untuk menentukan perhitungan kategorisasi skala harga diri:

            Jumlah Aitem             = 27

            Nilai Skala                  = Sangat sesuai                       : 4

                                                    Sesuai                                  : 3

                                                    Kurang sesuai                     : 2

                                                    Sangat tidak sesuai             : 1

            Skor minimal skala     = 27 x 1

                                                = 27

            Skor maksimal skala   = 27 x 4

                                                = 108

            Range                          = XmaxXmin

                                                = 108 – 27

                                                = 81

            Mean (μ)                     = ½ (Xmax + Xmin)

                                                = ½ (108 + 27)

                                                = 67,5

            Standar Deviasi           = ⅙ (Xmax - Xmin)

                                                = ⅙ (108 - 27)

                                                = 13,5

            Berdasarkan perhitungan di atas untuk rumus lima kategori skala kecerdasan emosional, sebagai berikut:

 

Tabel 4. Kategorisasi Lima Rumus Skala Harga Diri

Rentang Skor

Kategorisasi

X < 46,75

Sangat Rendah

47,75 < X < 60,75

Rendah

61 < X < 74,25

Sedang

75 < X < 87,75

Tinggi

88 < X

Sangat Tinggi

           

Pada data empirik untuk menentukan hasilnya, peneliti menggunakan SPSS 16.0 Windows untuk melihat hasil dari perbandingan nilai hipotetik dan nilai empirik skala kecerdasan emosional dan harga diri:

 

Tabel 5. Skor Data Hipotetik dan Empirik

Skala

N

 

Hipotetik

 

 

 

Empirik

 

 

 

 

Min

Max

Mean

SD

Min

Max

Mean

SD

Kecerdasan Emosional

373

33

132

82,5

16,5

33

103

78,1

8,75

Harga Diri

373

27

108

67,5

13,5

40

110

87,3

17,7

           

Berdasarkan perbandingan data hipotetik dan data empirik dari kedua skala, diketahui pada skala kecerdasan emosional nilai mean hipotetik lebih besar dibandingkan nilai mean empirik (82, 5 < 78,1) sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional responden cenderung rendah. Sedangkan pada skala harga diri nilai mean hipotetik lebih kecil dibandingkan nilai mean empirik (67,5 > 87,3) sehingga dapat dikatakan harga diri responden cenderung tinggi.

 

Tingkat Kategorisasi Kecerdasan Emosional

            Pada tabel dibawah ini merupakan distribusi tingkat kategorisasi Kecerdasan Emosional:

Tabel 6. Tingkat Kategorisasi Skala Kecerdasan Emosional

No

Kecerdasan Emosional

Frekuensi

Persentase

1

Sangat Rendah

8

2,1%

2

Rendah

166

44,5%

3

Sedang

98

26,3%

4

Tinggi

101

27,1%

5

Sangat Tinggi

0

0%

 

Jumlah

373

100%

           

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama terdapat 8 mahasiswa yang termasuk dalam kategorisasi sangat rendah dengan persentase 2,1%, sebanyak 166 mahasiswa termasuk kategorisasi rendah dengan persentase 44,5%, sebanyak 98 mahasiswa termasuk kategorisasi sedang dengan persentase 26,3%, sebanyak 101 mahasiswa termasuk kategorisasi tinggi dengan persentase 27,1%, Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 373 responden yang dapat dikatakan sebagian besar mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan memiliki tingkat kecerdasan emosional yang cenderung sedang.

 

Tingkat Kategorisasi Harga Diri

            Pada tabel dibawah ini merupakan distribusi tingkat kategorisasi harga diri:

Tabel 7. Tingkat Kategorisasi Skala Harga Diri

No

Harga Diri

Frekuensi

Persentase

1

Sangat Rendah

8

2,1%

2

Rendah

1

0,3%

3

Sedang

167

44,8%

4

Tinggi

84

22,5%

5

Sangat Tinggi

113

30,3%

 

Jumlah

373

100%

           

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat harga diri pada mahasiswa tahun pertama terdapat 8 mahasiswa yang termasuk dalam kategorisasi sangat rendah dengan persentase 2,1%, sebanyak 1 mahasiswa termasuk kategorisasi rendah dengan persentase 0,3%, sebanyak 167 mahasiswa termasuk kategorisasi sedang dengan persentase 44,8%, sebanyak 84 mahasiswa termasuk kategorisasi tinggi dengan persentase 22,5%, sebanyak 113 mahasiswa termasuk kategorisasi sangat tinggi dengan persentase 30,3%. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 373 responden yang dapat dikatakan sebagian besar mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan memiliki tingkat harga diri yang cenderung sangat tinggi.

 

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas

Asymp.Sig (Two-Tailed)

Keterangan

0,51

Normal

           

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa signifikansi diperoleh dengan nilai 0,51. Berdasarkan ketentuan nilai signifikansi uji One Sample Kolmogorov-Smirnov 0,51 > 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa variabel berdistribusi normal dan dapat digunakan.

 

 

Tabel 9. Hasil Uji Linearitas

Variabel

Asymp.Sig linearity

Keterangan

VB & VT

0,000

Linier

           

Berdasarkan hasil tabe uji linearitas diatas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada variabel harga diri dengan kecerdasan emosional sebesar 0,000. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel harga diri dengan kecerdasan emosional terdapat hubungan yang linier.

Tabel 10. Koefisien Determinasi R Square

Model

R

R Square

1

0,595

0,354

           

Dari hasil uji koefisien determinasi R Square diatas dapat diketahui bahwa R Square bernilai 0,354 atau 35,4%. Jadi kemampuan variabel bebas yaitu harga diri memengaruhi variabel terikat kecerdasan emosional sebanyak 35,4%.

 

Tabel 11. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

Sangat lemah

0,20 – 0,399

Lemah

0,40 – 0,599

Sedang

0,60 – 0,799

Kuat

0,80 – 1,000

Sangat kuat

 

Tabel 12. Hasil Uji Correlation Product Moment

Variabel

Sig. (Two-Tailed)

Pearson Moment

R Square

VB & VT

0,000

0,595**

0,354

           

Berdasarkan tabel diatas hasil uji korelasi antara variabel bebas dan terikat memiliki hasil 0,000 yang artinya kedua variabel memiliki hubungan yang signifikan. Dalam kolom pearson moment mendapatkan hasil koefisien sebesar 0,595** yang artinya besar korelasi antara harga diri dengan kecerdasan emosional dikategorikan sedang.  Terdapat dua tanda bintang (**) dibelakang hasil koefisien yang menandakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan pada taraf signifikansi 0,000. Pada kolom R Square mendapatkan nilai 0,354 yang menandakan bahwa variabel bebas memiliki peranan sebanyak 35,4% terhadap variabel terikat, selebihnya dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Jenis hubungan antara kecerdasan emosional dengan harga diri adalah positif dikarenakan tidak adanya tanda negatif (-) pada kolom pearson moment.

            Mahasiswa adalah individu yang sedang berada di tahap pembelajaran yang lebih tinggi untuk mendapatkan ilmu di bidang yang ingin dicapai. Mahasiswa tahun pertama sering mengalami top-dog phenomenon, yaitu perubahan posisi dari masa sekolah menengah atas (SMA) beralih ke mahasiswa baru di perguruan tinggi (Santrock et al., 2014).        Perubahan fase ini akan menimbulkan kebingungan mahasiswa terutama terhadap bahasa dan latar belakang budaya yang beragam. Mahasiswa tahun pertama memerlukan adanya penyesuaian atau adaptasi pada lingkungan perkuliahan. Penyesuaian ini meliputi kemampuan untuk penyesuaian akademik mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa mampu untuk mengatasi tantangan sosial, penyesuaian diri terhadap transisi kehidupan di perkuliahan dan untuk membangun psikologis yang baik pada mahasiswa tahun pertama. Dalam menghadapi tantangan sosial yang terjadi dibutuhkan kecakapakan khusus yang meliputi kecerdasan emosi seperti empati, disiplin, dan inisiatif. Mahasiswa yang memiliki kecakapan emosional dapat dilihat dari kemampuan   dalam mengurangi dan mengendalikan emosinya (Nitary & Komarudin, 2022).

            Pada hasil penelitian tentang analisa karakteristik subjek penelitian dengan kriteria didapatkan sebanyak 373 responden yang terdiri dari 100 laki-laki dan 273 perempuan. Banyaknya responden perempuan dibandingkan laki-laki dikarenakan tempat peneliti menyebar skala psikologi merupakan kampus yang berfokus pada kesehatan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti lakukan, didapatkan bahwa perempuan memiliki minat dan ketertarikan pada ilmu kesehatan serta diperkuat oleh (Hutasoit et al., 2024) bahwa kebanyakan mahasiswa kesehatan didominasi oleh perempuan karena pandangan masyarakat umum terkait kepribadian perempuan yang sabar, lemah lembut dan memiliki sifat keibuan. oleh sebab itu juga, perempuan memiliki kemampuan kecerdasan emosional wanita cenderung lebih tinggi dibanding laki-laki.

            Dalam penelitian ini memiliki kriteria usia responden yaitu dewasa awal yang dimulai dari usia 17-20 tahun. Uisa responden yang terbanyak adalah usia 19 hingga 20 tahun dengan frekuensi responden sebanyak 293 mahasiswa tahun pertama, lalu usia 17-18 tahun dengan frekuensi sebanyak 80 mahasiswa tahun pertama.

            Data sebaran skala berdasarkan asal instansi atau perguran tinggi responden, terdapat 248 mahasiswa berasal dari Universitas Borneo Tarakan, 48 mahasiswa berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer Tarakanita Rahmawati (STIMIK PPKIA), 28 mahasiswa berasal dari Politeknik Bisnis Kaltara, 25 mahasiswa berasal dari Akademi Keperawatan Kaltara (Akper), dan 24 mahasiswa berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE).

            Berdasarkan penjelasan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan. Hasil analisa yang telah didapat dan telah diolah akan dipaparkan dalam perparagraf meliputi analisa deskriptif berdasarkan tingkat kategorisasi variabel bebas dan variabel terikat, uji normalitas, uji linearitas, uji koefisien determinasi, dan uji hipotesis menggunakan uji korelasi pearson product moment.

            Hasil analisa deskriptif pada tingkat kategorisasi skala kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama dengan tingkat kategori sangat rendah mendapatkan 8 mahasiswa dengan persentase 2,1%, diperoleh sebanyak 166 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategoriasi rendah dengan persentase 44,5%, diperoleh sebanyak 98 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi sedang dengan persentase 26,3%, diperoleh sebanyak 101 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi tinggi dengan persentase 27,1% dan sebanyak 0 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi sangat tinggi dengan persentase 0%. Dapat disimpulkan bahwa pada analisa deskriptif mayoritas mahasiswa tahun pertama memiliki kecerdasan emosional rendah dalam menghadapi masalah kuliah. Pada tingkat kategorisasi skala harga diri pada mahasiswa tahun pertama berdasarkan analisis deskriptif didapatkan sebanyak 8 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi sangat rendah dengan persentase 2,1%, diperoleh sebanyak 1 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi rendah dengan persentase 0,3%, diperoleh sebanyak 167 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi sedang dengan persentase 44,8%, diperoleh 84 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi tinggi dengan persentase 22,5%, kemudian diperoleh sebanyak 113 mahasiswa tahun pertama yang memiliki tingkat kategorisasi sangat tinggi dengan persentase 30,3%. Dari hasil analisis deskriptif, dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat harga diri yang sedang dan cukup mampu untuk menilai dirinya agar selaras dengan lingkungan disekitar, hal ini menguatkan teori Coopersmith bahwa harga diri berperan dalam meningkatkan komponen afektif, kognitif, afektif dan emosional (Coopersmith, 1981). Sebuah hubungan variabel dalam penelitian dapat dikatakan positif jika variabel bebas dan variabel terikat searah yang artinya semakin tinggi variabel bebas maka semakin tinggi pula variabel terikat sebaliknya pun sama. Semakin rendah variabel bebas maa semakin rendah pula variabel terikat.

            Pada hasil analisa berikutnya yaitu uji normalitas. Berdasarkan pada pengambilan keputusan uji normalitas apabila nilai signifikansi > 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal, namun jika nilai < 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal (Sugiyono & Lestari, 2021). Hasil uji normalitas mendapatkan nilai 0,51 yang artinya nilai signifikansi 0.51 > 0,05 dan data harga diri dan kecerdasan emosional menunjukkan data yang berdistribusi normal.

            Pada uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya hubungan yang sejalan antara dua variabel, yaitu variabel bebas harga diri dan variabel terikat kecerdasan emosional. Ketentuan yang berlaku pada uji lineaaritas apabila nilai signifikansi berada < 0,05 maka kedua variabel dapat dikatakan linear (Balkwill et al., n.d.). Hasil uji linearitas mendapatkan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang artinya kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang linear.

            Selanjutnya pada uji hipotesis correlation product moment menunjukkan perolehan siginifikansi 0,000 yang artinya variabel harga diri dan variabel kecerdasan emosional memiliki hubungan yang signifikan. Nilai uji correlation product moment memperoleh nilai 0,595** sehingga dapat dikatakan besar hasil interval koefisien dan tingkat hubungan antara skala harga diri dengan kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat hubungan yang sedang dan jenis hubungan kedua variabel adalah positif dikarenakan tidak memiliki tanda negatif (-). Oleh karena itu, hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat oleh peneliti. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Nnabuife et al., 2018) yang meneliti tentanghubungan antara harga diri dan kecerdasan emosional di antara mahasiswa kedokteran sarjana Universitas Negeri Imo, Owerri, Nigeria” penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara harga diri dengan kecerdasan emosional.

            Pada uji koefisien determinasi R Square yang digunakan untuk mengetahui kontribusi pengaruh variabel harga diri pada variabel kecerdasan emosional, Nilai R Square memperoleh nilai 0,354 atau 35,4%. Artinya kontribusi pengaruh variabel harga diri terhadap variabel kecerdasan sebanyak 35,4% sedangkan 64,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini seperti faktor internal (fisik dan tingkat kehidupannya) dan faktor eksternal seperti stimulus dan lingkungan yang melatarbelakangi individu (Goleman, 2006).

            Berdasarkan pada hasil uji statistika yang telah dilakukan setiap tahapannya dapat membuktikan bahwa harga diri memiliki hubungan positif dengan kecerdasan emosional dan cukup kuat. Hubungan positif yang dimaksud adalah variabel bebas harga diri cenderung sangat tinggi sedangkan variabel terikat juga cendrerung sangat tinggi begitupun sebaliknya, jika variabel bebas cenderung rendah maka variabel terikat juga cenderung rendah. Penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya berikut hasil uji statistika dari peneliti lain yang menunjukkan bahwa harga diri memiliki hubungan dengan kecerdasan emosional. Beberapa penelitian tersebut seperti yang dilakukan (Subekti & Rachma, 2014) mengenaihubungan kecerdasan emosional dengan harga diri remaja di pondok pesantre darut taqwa Semarang” penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara harga diri dan kecerdasan emosional. Penelitian lainnya dilakukan (Nnabuife et al., 2018) mengenaihubungan antara harga diri dan kecerdasan emosional di antara mahasiswa kedokteran sarjana Universitas Negeri Imo, Owerri, Nigeria” penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara harga diri dengan kecerdasan emosional

(r = 0,237 , p = 0,001)

            Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa skala harga diri dan kecerdasan emosional memiliki hubungan signfikan sedang dengan pola positif. Sehingga semakin besar harga diri seseorang maka akan semakin tinggi kecerdasan emosional. Begitupun sebaliknya, jika seseorang memiliki harga diri rendah maka akan semakin rendah pula kecerdasan emosionalnya.

 

Kesimpulan

            Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada variabel kecerdasan emosional, sebagian besar responden memiliki kecerdasan emosional yang rendah yaitu 166 responden atau 44,5%, 98 responden atau 26,3% termasuk kategorisasi sedang, dan 101 responden atau 27,1% termasuk kategorisasi tinggi. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan memiliki kecerdasan emosional yang rendah dan kurang dalam memahami emosi dirinya. Pada variabel harga diri, sebagian besar responden memiliki harga diri yang sedang yaitu 167 responden atau 44,8%, 84 responden atau 22,5% termasuk kategorisasi tinggi, dan 113 responden atau 30,3% termasuk kategorisasi sangat tinggi. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan memiliki harga diri yang sedang dan cukup memahami tentang dirinya. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan harga diri memperoleh nilai statistika yang signifikan yaitu 0,000 < 0,05 dengan koefisien korelas sebesar 0,595** sehingga dapat diartikan bahwa harga diri memiliki koefisien korelasi yang sedang dengan kecerdasan emosional. Arah hubungan harga diri dengan kecerdasan emosional yaitu positif. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi harga diri maka akan semakin tinggi pula kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama di Kota Yogyakarta. Nilai statistika pada hasil uji R Square adalah 0,354 atau 35,4%, sehingga variabel bebas harga diri dalam memengaruhi variabel terikat kecerdasan emosional sebanyak 35,4%, sedangkan 64,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini seperti faktor internal (fisik dan tingkat kehidupannya) dan faktor eksternal seperti stimulus dan lingkungan yang melatarbelakangi individu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini diterima. Hal ini ditunjukkan oleh adanya hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri dengan kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama di Kota Yogyakarta. Sehingga semakin besar harga diri seseorang maka akan semakin tinggi kecerdasan emosional. Begitupun sebaliknya, jika seseorang memiliki harga diri rendah maka akan semakin rendah pula kecerdasan emosional mahasiswa tahun pertama di Kota Tarakan.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Anderson, J. R., & Guan, Y. (2018). Implicit acculturation and the academic adjustment of Chinese student sojourners in Australia. Australian Psychologist, 53(5), 444–453.

Azwar, S. (2018). Metode penelitian psikologi edisi II.

Balkwill, L.-L., Thompson, W. F., & Matsunaga, R. (n.d.). Aron, A., & Aron, EN (2003). Statistics For Psychology. New Jersey: Pearson Education. Azwar, S.(2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S.(2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Aiello. R.(1978). Cerebral dominance for the perception of arpeggiated triads. Journal of. Japanese Psychological Research, 46(4), 337–349.

Blegur, J. (2017). Permainan kecil: Teori dan aplikasi.

Coopersmith, S. (1981). Coopersmith self-esteem inventories.

Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2018). Mixed Methods Procedures. In Research Defign: Qualitative, Quantitative, and Mixed M ethods Approaches.

Goleman, D. (2006). Emotional Intelligence: The 10th Anniversary Edition. Bantam Books.

Hulukati, W., & Djibran, M. R. (2018). Analisis tugas perkembangan mahasiswa fakultas ilmu pendidikan universitas negeri gorontalo. Jurnal Bikotetik (Bimbingan Dan Konseling: Teori Dan Praktik), 2(1), 73–80.

Hutasoit, D. M., Mendrofa, I. J., Arkianti, M. M. Y., & Diannita, C. G. (2024). Kualitas Tidur Mahasiswa Keperawatan Tingkat Dua. Jurnal Keperawatan Malang, 9(1), 58–66.

Ibrahim, N. (2022). Experiences of abused Muslim women with the Australian criminal justice system. Journal of Interpersonal Violence, 37(3–4), NP2360–NP2386.

Le, C. K., Nahirniak, P., Anand, S., & Cooper, W. (2017). Volvulus.

Nindyati, A. D. (2020). Kecerdasan emosi dan stres akademik mahasiswa: Peran jenis kelamin sebagai moderator dalam sebuah studi empirik di universitas paramadina. Journal of Psychological Science and Profession, 4(2), 127–134.

Nitary, G., & Komarudin, K. (2022). Kontribusi Kecerdasan Emosional terhadap Konflik Persahabatan pada Siswa SMP Negeri 1 Puding Besar, Bangka. Psychosophia: Journal of Psychology, Religion, and Humanity, 4(2), 104–113.

Nnabuife, E. J., Chukwuemeka, O. M., Chinwendu, U. P., & Ikechukwu, E. (2018). The relationship between self-esteem and emotional intelligence among undergraduate medical students of Imo State University, Owerri, Nigeria. International Journal of Brain and Cognitive Sciences, 7(1), 1–8.

Opatha, H., & Opatha, H. (2020). Assertiveness and its relationship with self esteem: an empirical study of Senior Managers in a Sri Lankan Bank. Asian Journal of Social Sciences and Management Technology, 2(2), 52–60.

Pieter, H. Z. (2017). Pengantar psikologi dalam keperawatan. Kencana.

Salsabila, D. F., Qalbi, A. F. S., Aziz, A. M., Etniko, A., & Rauf, K. N. T. (2022). Perbedaan self-esteem antara mahasiswa perguruan tinggi negeri dengan perguruan tinggi swasta. Journal of Psychology Students, 1(1), 45–56.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja.

Santrock, J. W., Mondloch, C. J., & Mackenzie-Thompson, A. (2014). Essentials of life-span development.

Subekti, A. T., & Rachma, N. (2014). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Harga Diri Remaja di Pondok Pesantren Darut Taqwa Semarang. Prosiding Seminar Nasional & Internasional, 2(2).

Sugiyono, S., & Lestari, P. (2021). Metode penelitian komunikasi (Kuantitatif, kualitatif, dan cara mudah menulis artikel pada jurnal internasional). Alvabeta Bandung, CV.

Sulistyowati, D. A., Wismanto, Y. B., & Utami, C. T. (2015). Hubungan antara kecerdasan emosional dan optimisme dengan problem focused coping pada mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Telogorejo Semarang. PREDIKSI, 4(1), 11.

Verplanken, B., & Tangelder, Y. (2011). No body is perfect: The significance of habitual negative thinking about appearance for body dissatisfaction, eating disorder propensity, self-esteem and snacking. Psychology & Health, 26(6), 685–701.

 

Copyright holder:

Danar Gumilang Hartono Putra, Komarudin (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: