Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
11, November 2024
PENGARUH
BRAND AWARENESS DAN BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI
TELEKONSULTASI PASIEN YANG BERDAMPAK
PADA PEMBELIAN ULANG DI APOTEK HALODOC MEDIKA PRIMA JAGAKARSA JAKARTA SELATAN
Nur
Afni Syariah Nasar1, Sahat Saragi2*, Lies Putriyana3
Universitas
Pancasila, Jakarta, Indonesia1,2,3
Email:
[email protected]*
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh Brand Awareness dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Telekonsultasi K Pasien yang berdampak pada pembelian ulang di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien Halodoc
yang menggunakan layanan resep, dengan sampel sebanyak 388. Validitas diuji
menggunakan loading factor
dan average variance extracted (AVE), sedangkan reliabilitas diuji dengan
internal consistency berdasarkan composite
reliability. Hasil menunjukkan nilai valid untuk uji loading factor dan AVE, serta
nilai reliabilitas yang memenuhi kriteria melalui composite
reliability. Hasil uji hipotesis
dengan Smart PLS
4.0 menunjukan bahwa nilai p value Brand Awarnes (X1)
sebesar 0,000> 0.05 dan nilai T-Statistik 18.173>1,96. Nilai p value Brand Image (X2)
sebesar 0.066< 0.05 nilai T-Statistik 0.932 < 1.96. Nilai p value Brand Awarnes (X1) sebesar 0.351< 0.05 dannilai
T-Statistik 0.932
< 1.96. Nilai p value Brand Image (X2) sebesar 0.000< 0.05 dan nilai
T-Statistik 12.121> 1.96 dan nilai signifikansi Keputusan Pembelian (Y) terhadap
pembelian ulang (Z) sebesar 0.000 < 0,05 dan
nilai T-Statistik 4.674> 1,96. Kesimpulan penelitian menunjukkan
bahwa Brand Awareness berpengaruh langsung terhadap keputusan pembelian. Brand
Image tidak berpengaruh langsung terhadap keputusan pembelian. Brand
Awareness tidak berpengaruh lngsung terhadap pembelian ulang. Brand
Image berpengaruh langsung terhadap pembelian ulang dan Keputusan
pembelian ulang berpengaruh signifikan terhadap pembelian ulang.
Kata Kunci: brand awareness, brand image, keputusan
Pembelian
Abstract
The purpose of this study
was to determine the effect of Brand Awarness and
Brand Image on Purchasing Decisions through Patient Teleconsultation which has
an impact on repeat purchases at Halodoc Medika Prima
Jagakarsa Pharmacy, South Jakarta. The population of
this study were all Halodoc patients who used
prescription services, with a sample of 388. Validity was tested using loading
factor and average variance extracted (AVE), while reliability was tested with
internal consistency based on composite reliability. The results show valid
values for the loading factor and AVE tests, as well as reliability values that
meet the criteria through composite reliability. The results of hypothesis
testing with Smart PLS 4.0 show that the p value of Brand Awarnes
(X1) is 0.000> 0.05 and the T-Statistic value is 18,173> 1.96. The p
value of Brand Image (X2) is 0.066 <0.05, the T-Statistic value is 0.932
<1.96. The p value of Brand Awarnes (X1) is 0.351
<0.05 and the T-Statistic value is 0.932 <1.96. The p value of Brand Image
(X2) is 0.000 <0.05 and the T-Statistic value is 12.121> 1.96 and the
significance value of Purchasing Decisions (Y) on repeat purchases (Z) is 0.000
<0.05 and the T-Statistic value is 4.674> 1.96. The research conclusion
shows that Brand Awareness has a direct effect on purchasing decisions. Brand
Image has no direct effect on purchasing decisions. Brand Awareness has no
direct effect on repeat purchases. Brand Image has a direct effect on
repurchase and repurchase decisions have a significant effect on repurchase.
Keyword: brand awareness, brand image, purchasing decisions
Perkembangan teknologi
telah membawa berbagai inovasi dalam berbagai sektor, termasuk dalam
mempermudah akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu kemajuan
yang signifikan dalam bidang ini adalah munculnya telemedicine, yang
memungkinkan interaksi jarak jauh antara pasien dan dokter. Teknologi pendukung
seperti perangkat keras dan perangkat lunak telah memfasilitasi pengembangan
sistem telemedika untuk berbagai aplikasi kesehatan (Soegijoko dalam Simarmata, 2020). Ho et al. (2022) menambahkan bahwa telemedicine
memudahkan akses kesehatan meskipun terdapat keterbatasan jarak antara pasien
dan dokter.
Di Indonesia, perkembangan ini didukung oleh berbagai aplikasi yang
diluncurkan oleh perusahaan rintisan atau startup, yang menawarkan akses ke
layanan kesehatan secara online. Aplikasi sekarang ini yang sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia yaitu Halodoc, dapat menyediakan berbagai layanan seperti
telekonsultasi bersama dokter, pembeliansejumlah obat, temu janjian bersama
rumahsakit (Salsabilah & Mangruwa, 2024). Halodoc merupakan salah satu perusahaan
yang memanfaatkan teknologi untuk menyederhanakan akses pelayanan kesehatan
bagi masyarakat Indonesia.
Menurut World Health Organization, health technology atau health tech
merujuk pada penerapan pengetahuan dan kemampuan terorganisir dalam perangkat,
obat, vaksin, prosedur, dan sistem yang dikembangkan untuk menyelesaikan
permasalahan kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup. Health tech memudahkan,
mempercepat, dan memberikan ketepatan serta kenyamanan dalam pelayanan
kesehatan bagi konsumen. Dengan konektivitas online, layanan kesehatan dapat
diakses tanpa perlu tatap muka, dan perusahaan yang bergerak dalam health tech
di Indonesia bersaing secara ketat untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
penggunanya (Rao et al., 2011).
Dalam konteks ini, keputusan pembelian menjadi faktor penting dalam
keberhasilan layanan kesehatan online seperti Halodoc. Keputusan pembelian
mencakup tahapan yang dilakukan konsumen untuk memperoleh layanan dengan
memberikan timbal balik berupa pembayaran. Namun, keputusan ini tidak akan
optimal tanpa kesadaran merek atau brand awareness yang kuat. Brand awareness
mengacu pada kemampuan konsumen mengenali atau mengingat merek tertentu, dan Durianto (2015) mengidentifikasi empat tingkatan
kesadaran merek, mulai dari tidak sadar terhadap merek hingga top of mind.
Brand yang dikenal dan diingat dengan baik akan meningkatkan peluang terjadinya
keputusan pembelian.
Selain brand awareness, citra merek atau brand image juga berperan
dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Brand image mencerminkan persepsi
konsumen terhadap produk atau jasa, dan brand yang baik dapat memperkuat citra
perusahaan. Konsumen yang memiliki persepsi positif terhadap brand Halodoc
kemungkinan besar akan memutuskan untuk membeli layanan tersebut, termasuk
pembelian ulang obat di apotek mitra Halodoc (Rao et al., 2011). Paparan berulang melalui promosi dan
reputasi yang baik dapat memperkuat brand image serta meningkatkan pangsa pasar
perusahaan. Penelitian ini
akan melihat dengan lebih lagi mengenai pengaruh brand awareness dan brand
image terhadap keputusan pembelian layanan telekonsultasi yang berdampak pada
pembelian ulang di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh Brand Awarness dan Brand
Image Terhadap Keputusan Pembelian
Melalui Telekonsultasi K Pasien yang berdampak pada pembelian ulang di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta
Selatan.
Penelitian ini
dirancang untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas, yaitu Brand Awareness
(X1) dan Brand Image (X2), terhadap dua variabel terikat, yakni Keputusan
Pembelian melalui Telekonsultasi Pasien (Y) dan Pembelian Ulang (Z). Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, di
mana analisis deskriptif diterapkan untuk memberikan interpretasi terhadap data
yang diperoleh. Selain itu, metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis
hubungan antar variabel melalui pengujian statistik, dengan menggunakan alat
analisis Structural Equation Modeling (SEM) (Bougie & Sekaran, 2019). Penelitian ini bersifat explanatory research, yang bertujuan untuk
menjelaskan hubungan kausal antara variabel bebas (X1 dan X2) dan variabel
terikat (Y dan Z), serta menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Desain
penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif eksploratif, di mana teori
yang diuji diukur dengan instrumen penelitian berupa kuesioner, sehingga data
yang dikumpulkan dalam bentuk angka dapat dianalisis menggunakan pendekatan
statistik.
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer yang
dikumpulkan langsung melalui kuesioner, serta data sekunder yang diperoleh dari
berbagai sumber literatur ilmiah. Penelitian ini dilakukan di Apotek Medika Primama Jagakarsa, Jakarta
Selatan, selama bulan Februari hingga Maret 2023. Populasi penelitian ini
adalah seluruh pasien Halodoc yang melakukan konsultasi telekonsultasi dan
memiliki resep, dengan sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan
perhitungan, sampel yang digunakan sebanyak 388 responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner
berisi pernyataan tertulis dengan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi responden. Skala ini terdiri dari lima kategori mulai dari
"Sangat Setuju Sekali" hingga "Tidak Setuju". Teknik
pengumpulan data melalui kuesioner ini dilakukan secara langsung dan online. Pengolahan data meliputi beberapa
tahap, yaitu editing, coding, scoring, dan tabulating. Analisis data dilakukan
dengan metode kuantitatif menggunakan SEM untuk menguji hubungan antar
variabel. Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa instrumen kuesioner
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, sementara uji reliabilitas dilakukan
untuk memastikan konsistensi jawaban responden menggunakan Cronbach Alpha,
dengan software SMART PLS 4 sebagai alat bantu analisis statistik.
Untuk memudahkan pengidentifikasian identitas responden, maka dilakukan
karakteristik identitas responden yang dapat dikelompokkan menurut Usia, jenis
kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Untuk lebih jelasnya
pengklasifikasian berdasarkan profil responden maka dapat diuraikan pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian
Karakteristik
Responden |
Jumlah |
Percent |
|
USIA |
|||
Valid |
17-25
Tahun |
46 |
11.9% |
26-35
Tahun |
224 |
57.7% |
|
36-45
Tahun |
83 |
21.4% |
|
46-55
Tahun |
22 |
5.7% |
|
56-65
Tahun |
6 |
1.5% |
|
>66
Tahun |
7 |
1.8% |
|
Total |
388 |
100.0% |
|
Jenis Kelamin |
|||
Valid |
Laki-Laki |
189 |
48.3% |
Perempuan |
199 |
51.7% |
|
Total |
388 |
100.0% |
|
Pendidikan Terakhir |
|||
Valid |
D-3 |
4 |
1.0% |
S-1 |
314 |
80.9% |
|
S-2 |
22 |
5.7% |
|
S-3 |
7 |
1.8% |
|
SMA |
41 |
10.6% |
|
Total |
388 |
100.0% |
|
Pekerjaan |
|||
Valid |
Pegawai
Negeri |
51 |
13.1% |
Pegawai
Swasta |
191 |
49.2% |
|
Pelajar/Mahasiswa |
44 |
11.3% |
|
Wirausaha |
102 |
26.3% |
|
Total |
388 |
100.0% |
|
Aplikasi Lainnya yang
Pernah Gunakan |
|||
Valid |
Alodokter |
363 |
93,6% |
Good
Dokter |
22 |
5.7% |
|
Klik
Doctor |
3 |
0.8% |
|
Total |
388 |
100.0% |
Berdasarkan tabel 1
hasil survey terhadap 388 responden menunjukkan sebagian besar responden
berusia 26-35 tahun yakni sebanyak 224 orang (57.7%). Sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan sebanyak 199 orang (51.7%) dengan tingkat pendidikan
tertinggi adalah S-1 sebanyak 314 orang (80.9%) dan responden penelitian ini
didominasi oleh responden dengan pekerjaan sebagai pegawai swata sebanyak 191
orang (49.2%). Sebanyak 363 orang (93.6%) responden penelitian hanya
menggunakan aplikasi Alodokter. Selanjutnya
dilakukan uji model pengukuran reflektif dibawah ini:
Gambar 1. Output Koefisien Jalur (Auter Model)
Model pengukuran dalam penelitian ini terdiri dari model
pengukuran reflektif dimana variabel brand
awareness, brand image,keputusan pembelian dan pembelian ulang diukur
secara reflektif. Menurut
(Hair et al, 2021), evaluasi pengukuran reflektif terdiri dari loading factor ≥ 0,70; composite reliability (rho_c)≥ 0,70;
Cronbach’s alpa ≥ 0,70 dan Average
Variance Extracted (AVE) ≥ 0,50 serta evaluasi validitas diskriminan yaitu
kriteria Vornell Larcker serta HTMT (Heterotrait Monotrait Ratio) dibawah
0,90 dan Cross Loading.
Tabel 2. Cross Loading
Variabel |
Item Pengukuran |
Indikator |
Outer Loading |
Cronbachs alpa |
Composite Reliability |
AVE |
Brand Awareness (X1) |
X1.1 |
Kemampuan mengingat
merek dalam level top of mine |
0.879 |
0.932 |
0.944 |
0.678 |
X1.2 |
0.919 |
|||||
X1.3 |
0.913 |
|||||
X1.4 |
Kemampuan Mengenali
merek |
0.842 |
||||
X1.5 |
0.911 |
|||||
X1.6 |
0.709 |
|||||
X1.7 |
Kemampuan Konsumen
dalam mengingat kembali merek |
0.788 |
||||
X1.8 |
0.744 |
|||||
X1.9 |
0.717 |
|||||
X1.10 |
Memiliki ciri khas |
0.785 |
||||
X1.11 |
0.720 |
|||||
X1.12 |
0.874 |
|||||
Brand Image (X2) |
X2.1 |
Keunggulan Asosiasi
Merek |
0.819 |
0.955 |
0.961 |
0.673 |
X2.2 |
0.821 |
|||||
X2.3 |
0.816 |
|||||
X2.4 |
Kekuatan Asosiasi
Merek |
0.836 |
||||
X2.5 |
0.810 |
|||||
X2.6 |
0.791 |
|||||
X2.7 |
Keunikan Asosiasi
Merek |
0.836 |
||||
X2.8 |
0.856 |
|||||
|
|
|||||
Keputusan Pembelian (Y) |
Y1 |
Kemantapan membeli
setelah mengetahui informasi produk |
0.860 |
0.919 |
0.934 |
0.639 |
Y2 |
0.865 |
|||||
Y3 |
0.802 |
|||||
Y4 |
Memutuskan membeli
karena merek yang paling disukai |
0.722 |
||||
Y5 |
0.768 |
|||||
Y6 |
0.767 |
|||||
Y7 |
Membeli karena sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan |
0.830 |
||||
Y8 |
0.768 |
|||||
|
|
|||||
Pembelian Ulang |
Z1 |
Pembelian kembali
produk yang sama di masa mendatang |
0.812 |
0.921 |
0.938 |
0.717 |
Z2 |
0.850 |
|||||
Z3 |
0.829 |
|||||
Z4 |
Jumlah Pembelian |
0.862 |
||||
Z5 |
0.867 |
|||||
Z6 |
0.859 |
a.
Variabel Brand
Awareness diukur oleh dua belas Item pengukuran
dengan 4 (empat) indikator valid dengan auter
loding antara 0.709 – 0.919 yang berarti ke dua belas item pengukuran
tersebut valid mencerminkan/mewakilkan pengukuran Brand
Awareness. Tingkat reliabilitas variabel dapat diterima yang ditunjukan
oleh Cronbach’s alpa 0.932 ≥ 0,70 dan Composite Reliabillity 0.944 ≥ 0,70 (reliabel). Tingkat Validitas konvergen yang ditunjukan oleh
nilai AVE 0.675 > 0.50 telah memenuhi syarat validitas konvergen yang baik. Secara
keseluruhan variasi item pengukuran yang dikandung oleh variabel mencapai 67.8%.
b.
Variabel Brand
Images diukur oleh 9 (sembilan) Item pengukuran dengan 3 (tiga) indikator dimana 8 item (X2.1 s/d X2.8) valid dengan auter
loding antara 0.791 – 0.856 yang berarti ke 8 item pengukuran tersebut valid mencerminkan/mewakilkan
pengukuran Brand image dan item X2.9 tidak valid karena nilai auter
loding loading ≥ 0,70.
Tingkat reliabilitas variabel dapat diterima yang ditunjukan oleh Cronbach’s alpa dan Composite Reliabillity diatas 0,70 (reliabel). Tingkat Validitas konvergen yang ditunjukan oleh nilai
AVE 0.673 > 0.50 telah memenuhi syarat validitas konvergen yang baik. Secara
keseluruhan variasi item pengukuran yang dikandung oleh variabel mencapai 67.3%.
c.
Variabel keputusan pembelian diukur oleh 9
(sembilan) Item pengukuran dengan 3 (tiga) indikator dimana 8 item (Y1 s/d Y8) valid dengan auter
loding antara 0.722 – 0.865 yang
berarti ke 8 item pengukuran tersebut valid mencerminkan/mewakilkan
pengukuran keputusan pembelian dan item Y9 tidak valid karena
nilai auter
loding loading ≥ 0,70.
Tingkat reliabilitas variabel dapat diterima yang ditunjukan oleh Cronbach’s alpa 0.919 ≥ 0,70 dan Composite Reliabillity 0.934≥ 0,70 (reliabel). Tingkat Validitas konvergen yang ditunjukan oleh
nilai AVE 0.639 > 0.50 telah memenuhi syarat validitas konvergen yang baik. Secara
keseluruhan variasi item pengukuran yang dikandung oleh variabel mencapai 63.9%.
d.
Variabel pembelian ulang diukur oleh 6 (enam) Item
pengukuran dengan 2 (dua) indikator valid dengan auter loding antara 0.812 – 0.867 yang berarti ke 6 item pengukuran tersebut valid mencerminkan/ mewakilkan pengukuran pembelian
ulang. Tingkat reliabilitas variabel dapat diterima yang ditunjukan oleh Cronbach’s alpa 0.921 ≥ 0,70 dan Composite Reliabillity 0.938 ≥ 0,70 (reliabel). Tingkat Validitas konvergen yang ditunjukan oleh
nilai AVE 0.717 > 0.50 telah memenuhi syarat validitas konvergen yang baik. Secara
keseluruhan variasi item pengukuran yang dikandung oleh variabel mencapai 71.7%.
Selanjutnya uji validitas
diskriminan yang dilakukan
dengan melihat kriteria Vornell Larcker adalah
bentuk evaluasi untuk memastikan bahwa variabel secara teori berbeda dan
terbukti secara empiris/pengujian statistic. Berikut
hasil uji validitas diskriminan:
Tabel 3.
Discriminant Validity- Vornell Larcker
|
Brand Awareness
(X1) |
Brand Image
(X2) |
Kepuusan
Pembelian (Y) |
Pembelian Ulang
(Z) |
Brand Awareness
(X1) |
0.823 |
|
|
|
Brand Image (X2) |
0.691 |
0.821 |
|
|
Kepuusan Pembelian
(Y) |
0.507 |
0.815 |
0.799 |
|
Pembelian Ulang
(Z) |
0.806 |
0.657 |
0.602 |
0.847 |
Menurut Wong (2013) Nilai
Akar AVE Variable > Korelasi antar variabel.
1) Variabel brand awareness mempunyai akar AVE (0.823) lebih besar korelasinya dengan Brand
image (0.691) dan lebih besar
korelasinya dengan keputusan pembelian (0.507) dan lebih besar korelasinya
dengan pembelian ulang (0.806).
2) Variabel brand image mempunyai akar AVE (0.821) lebih besar korelasinya dengan
keputusan pembelian (0.815) dan lebih besar
korelasinya dengan pembelian ulang (0.657).
3) Variabel
keputusan pembelian mempunyai akar AVE (0.799) lebih besar korelasinya dengan pembelian ulang (0.602).
4) Variabel
pembelian ulang mempunyai akar AVE (0.847).
Hasil ini menunjukan bahwa validitas diskriminan brand awareness, brand image,
keputusan pembelian dan pembelian ulang terpenuhi.
Tabel 4.
Discriminant Validity- HTMT
|
Brand Awareness
(X1) |
Brand Image
(X2) |
Keputusan
Pembelian (Y) |
Pembelian Ulang
(Z) |
Brand Awareness
(X1) |
|
|
|
|
Brand Image (X2) |
0.729 |
|
|
|
Kepuusan Pembelian
(Y) |
0.524 |
0.852 |
|
|
Pembelian Ulang
(Z) |
0.869 |
0.689 |
0.637 |
|
Hair et al
(2019) merekomendasikan HTMT karena ukuran validitas diskriminan ini
dinilai lebih sensif atau akurat dalam mendeteksi validitas diskriminan. Nilai
yang direkomendaikan adalah 0.90. Hasil pengujian menunjukan nilai HTMT dibawah
0.90 untuk pasangan variabel maka validitas diskriminan tercapai. Variabel
membagi variasi item pengukuran terhadap item yang mengukurnya lebih kuat
daripada membagi varians pada item variabel lainnya. Berdasarkan
hasil Discriminant Validity- HTMT diketahui
semua variabel valid karena memiliki nilai dibawah 0.90. Selanjutnya dilakukan evaluasi model struktural,
hasilnya pada tabel dibawah ini:
Tabel 5. Inner
Vif – Inner Model
|
Brand Awareness
(X1) |
Brand Image
(X2) |
Keputusan
Pembelian (Y) |
Pembelian Ulang
(Z) |
Brand Awareness
(X1) |
|
|
1.914 |
1.950 |
Brand Image (X2) |
|
|
1.914 |
4.309 |
Keputusan Pembelian (Y) |
|
|
|
3.028 |
Pembelian Ulang
(Z) |
|
|
|
|
Berdasarkan data pada tabel V.6 diketahui bahwa Nilai VIF < 5,
artinya tidak ada multikolinier antara variabel yang mempengaruhi Y dan Z. Selanjutnya, dilakukan evaluasi kecocokan dan
perbaikan model goodness of fit.
Tabel 6. f-Squere
|
Brand Awareness
(X1) |
Brand Image
(X2) |
Keputusan
Pembelian (Y) |
Pembelian Ulang
(Z) |
Brand Awareness
(X1) |
|
|
0.018 |
0.868 |
Brand Image (X2) |
|
|
1.251 |
0.007 |
Kepuusan Pembelian
(Y) |
|
|
|
0.113 |
Pembelian Ulang
(Z) |
|
|
|
|
Menurut (Sarstedt et
al, 2017) nilai f-Squere (<0.02) tidak ada efek, (0.02 – 0.15) efek rendah,
(0.16 – 0.34) efek sedang dan (> 0.35) termasuk efek tinggi.
Dari data tabel 5 diatas diketahui bahwa
1) Pengaruh Brand Awareness (X1)
terhadap Keputusan pembelian (Z) tidak ada efek dengan kriteria f Square 0.018 < 0.02
2) Pengaruh Brand Awareness (X1)
terhadap Pembelian Ulang (Z) efek tinggi dengan kriteria f Square 0.868 >
0.35
3) Pengaruh Brand Image (X2)
terhadap Keputusan Pembelian (Y) efek tinggi dengan kriteria f Square 1.251
> 0.35
4) Pengaruh Brand Image (X2)
terhadap Pembelian Ulang (Z) tidak ada efek dengan kriteria f Square 0.007 <
0.02
5) Pengaruh Keputusan Pembelian (Y) terhadap Pembelian Ulang (Z) efek
rendah dengan kriteria f Square 0.113 > 0.02.
Gambar 2. R-Squere
Menurut Sarstedt et
al (2017) nilai R-Square 0,75 Kuat; 0,50 Moderat; 0,25 Lemah. Berdasarkan hasil
analisis koefisien determinasi diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Nilai R Square pengaruh secara bersama-sama atau simultan X1 dan X2
terhadap Y adalah sebesar 0.670 dengan nilai adjusted r-square 0.668. Maka, dapat dijelaskan bahwa semua
konstruk exogen (X1 dan X2) secara serentak mempengaruhi Y sebesar 0.670 atau 67.0%. Oleh karena Adjusted R Square 50% maka
moderat.
2) Nilai R Square pengaruh secara bersama-sama atau simultan X1, X2 dan Y
Terhadap Z adalah sebesar 0,703 dengan nilai adjusted r-square 0.700.
Maka, dapat dijelaskan bahwa semua konstruk exogen (X1, X2 dan Y) secara
serentak mempengaruhi Z sebesar 0.703 atau 70.3%. Oleh karena Adjusted R Square lebih dari
50% maka pengaruh semua konstruk eksogen X1, X2 dan Y terhadap Z termasuk
Moderat.
Gambar 3. Model Fit
Agar model memenuhi kriteria model fit, nilai SMSR harus kurang dari
0,10 (Schermelleh et al, 2003). Berdasarkan data pada gambar 3
nilai SRMR adalah 0.100 <
0,10. Terakhir, dilakukan
penggujian
hipotesis dibawah ini:
Tabel 7. Pengujian Hipotesis (Pengaruh Langsung)
Hipotesis |
Path
Coefficient |
T statistics |
p-value |
Interval
Kepercayaan Path Coefficient |
f squere |
|
Batas Bawah
(2,%) |
Batas Atas
(95%) |
|||||
H1. Brand
Awareness Keputusan Pembelian |
0.889 |
18.173 |
0,000 |
0.788 |
0.981 |
1.251 |
H2. Brand Awareness Pembelian Ulang |
-0.093 |
0.932 |
0.351 |
-0.291 |
0.104 |
0.007 |
H3.
Brand Image Keputusan Pembelian |
-0.108 |
1.839 |
0.066 |
-0.218 |
0.012 |
0.018 |
H4.
Brand Image Pembelian Ulang |
0.563 |
12.171 |
0.000 |
0.595 |
0.819 |
0.868 |
H5.
Keputusan Pembelian Pembelian Ulang |
0.319 |
4.674 |
0,000 |
0.188 |
0.456 |
0.113 |
Dari data tabel 7 diatas
dapat disimpulkan bahwa:
a. Hipotesis pertama (H1) diterima yaitu
ada pengaruh Brand Awareness (X1)
terhadap keputusan pembelian
(Y) melalui Halodoc sebagai telekonsultasi
pasein di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan dengan Path
Coefficient (0.889) dan p-value (0,000 < 0.05). Setiap perubahan pada brand awareness maka akan meningkatkan
keputusan pembelian. Dalam selang kepercayaan 95% besar pengaruh brand awareness dalam meningkatkan
keputusan pembelian terletak antara 0.788 – 0.981. Dengan demikian keberadaan brand awareness dalam meningkatkan
keputusan pembelian mempunyai pengaruh langsung secara positif dalam level structural (f square = 1.251). Perlunya kegiatan peningkatan brand
awareness halodoc dinilai sangat penting dimana ketika adanya kebijakan
perusahaan dalam peningkatan brand awareness
maka peningkatan keputusan pembelian akan meningkat hingga 0.981.
b. Hipotesis kedua (H2) ditolak
yaitu tidak ada pengaruh Brand Image terhadap (X2)
keputusan pembelian (Y) melalui Halodoc sabagai
Telekonsultasi pasien di Apotek
Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan dengan
Path Coefficient
(-0.108) dan p-value (0.066 > 0,05). Untuk itu
diharapkan perlu dilakukan perubahan pada brand image sehingga dapat meningkatkan keputusan pembelian. Dalam
selang kepercayaan 95% besar pengaruh brand
image dalam
meningkatkan pengaruh keputusan terletak antara -0.218 sampai 0.012. Dengan demikian keberadaan brand image dalam meningkatkan keputusan
pembelian akan memiliki
pengaruh dalam level
structural (f square = 0.018). Perlunya kegiatan peningkatan brand image halodoc dinilai sangat
penting dimana ketika adanya kebijakan perusahaan dalam peningkatan brand image maka peningkatan keputusan
pembelian akan meningkat hingga 0.018.
c. Hipotesis ketiga (H3) ditolak yaitu tidak ada pengaruh brand awareness (X1)
terhadap pembelian ulang
(Z) di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan dengan
Path Coefficient (-0.93) dan p-value (0.351<0,05). Untuk itu diharapkan perlu adanya perubahan pada brand awareness maka akan meningkatkan pembelian ulang. Dalam
selang kepercayaan 95% besar pengaruh Brand Awareness dalam
meningkatkan pembelian ulang terletak antara -0.291 – 0.104. Dengan demikian keberadaan brand awareness dalam meningkatkan
pembelian ulang akan memiliki
pengaruh dalam level
structural (f square = 0.007). Perlunya adanya kegiatan peningkatan brand awareness halodoc dinilai sangat
penting dimana ketika adanya kebijakan perusahaan dalam peningkatan brand awareness maka peningkatan
pembelian ulang akan meningkat hingga 0.104.
d. Hipotesis keempat (H4) diterima yaitu
ada pengaruh Brand Image (X2)
terhadap pembelian ulang
(Z)di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan dengan
Path Coefficient (0.563) dan p-value (0.000 < 0.05). Setiap perubahan pada brand image maka akan meningkatkan
pembelian ulang. Dalam selang kepercayaan 95% besar pengaruh brand image dalam meningkatkan pembelian
ulang terletak antara 0.595 – 0.819. Dengan demikian keberadaan brand image dalam meningkatkan pembelian
ulang mempunyai pengaruh kuat dalam level structural (f square = 0.868). Perlunya kegiatan peningkatan brand image halodoc dinilai sangat
penting dimana ketika adanya kebijakan perusahaan dalam peningkatan brand image maka peningkatan pembelian
ulang akan meningkat hingga 0.819.
e. Hipotesis kelima (H5) diterima yaitu
ada pengaruh keputusan pembelian
(Y) melalui halodoc sebagai telekonsultasi pasien terhadap pembelian ulang (Z) di Apotek
Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan dengan Path Coefficient (0.319) dan p-value (0.000 < 0.05). Setiap perubahan pada keputusan
pembelian maka akan meningkatkan pembelian ulang. Dalam selang kepercayaan 95%
besar pengaruh keputusan pembelian dalam meningkatkan pembelian ulang terletak
antara 0.188 – 0.456. Dengan demikian keberadaan keputusan
pembelian dalam meningkatkan pembelian
ulang mempunyai pengaruh sedang dalam level structural (f square = 0.113). Perlunya kegiatan peningkatan
keputusan pembelian lewat halodoc dinilai sangat penting dimana ketika adanya
kebijakan perusahaan dalam peningkatan keputusan pembelian maka peningkatan
pembelian ulang akan meningkat hingga 0.456.
Pembahasan
Penelitian ini membahas lima hipotesis yang diuji menggunakan SmartPLS versi 4.0, dengan hasil yang berbeda pada setiap variabel. Pertama, Brand Awareness terbukti
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian melalui telekonsultasi di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa. Hal ini didukung oleh nilai original sampel sebesar 0.889, p-value
0.000, dan T-Statistik 18.173, menunjukkan
semakin baik Brand
Awareness, semakin tinggi
keputusan konsumen untuk membeli produk
(Aaker dalam Rangkuti, 2002). Penelitian terdahulu oleh Ade Taruna et
al. (2018) dan Ramadayanti
(2019) juga menunjukkan bahwa Brand
Awareness berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian.
Kedua, Brand Image
tidak memiliki pengaruh positif langsung terhadap keputusan pembelian dengan nilai original sampel -0.108, p-value 0.066, dan T-Statistik
0.932. Hal ini bertentangan
dengan teori Rangkuti, (2002) yang menyatakan bahwa konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap Brand
Image. Penelitian sebelumnya
oleh Ariq Satria
& Pudjoprastyono (2022), serta Mahiri (2020) menemukan bahwa Brand Image berpengaruh
positif terhadap keputusan pembelian.
Ketiga, Brand
Awareness dan Brand Image tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian ulang. Nilai original sampel untuk Brand Awareness sebesar
-0.93, p-value 0.351, dan T-Statistik 0.932 menunjukkan bahwa Brand
Awareness tidak berpengaruh
secara langsung terhadap pembelian ulang. Hal ini bertentangan dengan teori Sugiyono (2018) dan penelitian Sari &
Santika (2017), yang menemukan bahwa Brand
Awareness berpengaruh positif
terhadap pembelian ulang.
Keempat, Brand Image
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian ulang dengan nilai
original sampel 12.171, p-value 0.000, dan T-Statistik 12.171. Ini menunjukkan
bahwa semakin kuat Brand Image, semakin besar kemungkinan konsumen melakukan pembelian ulang, sesuai dengan pendapat
Assael et al.
(2004) dan penelitian oleh Almirah &
Indayani (2022), serta Lestari &
Wardana (2023).
Terakhir, keputusan pembelian melalui layanan Halodoc sebagai telekonsultasi pasien berpengaruh positif terhadap pembelian ulang, dengan nilai
original sampel 0.319, p-value 0.000, dan T-Statistik 4.674. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ali (2019) dan Tjiptono
(2002), yang menyatakan bahwa
keputusan pembelian berpengaruh signifikan terhadap pembelian ulang. Penelitian sebelumnya oleh Fauzi & Ali
(2021) dan Ali et al.
(2022) juga mendukung temuan ini.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Brand Awareness (X1) memiliki
pengaruh langsung yang signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) melalui layanan telekonsultasi pasien di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa, Jakarta Selatan. Namun,
Brand Image (X2) tidak memberikan
pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian (Y) melalui telekonsultasi di apotek tersebut. Selain itu, Brand
Awareness (X1) tidak berpengaruh
langsung terhadap keputusan pembelian ulang (Z) di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa, sementara Brand Image (X2) menunjukkan
pengaruh langsung yang signifikan terhadap keputusan pembelian ulang (Z). Keputusan pembelian
(Y) melalui telekonsultasi pasien juga memberikan pengaruh signifikan terhadap pembelian ulang (Z) di apotek yang sama.
Adapun saran
yang diajukan dalam penelitian ini adalah Pertama, Halodoc sebagai marketplace sebaiknya lebih fokus pada peningkatan kesadaran merek (brand awareness)
dan citra merek (brand
image), dengan memperhatikan
pengaruh dari kedua faktor tersebut
dalam menarik minat konsumen. Hal ini penting agar perusahaan tetap kompetitif di pasar. Kedua, untuk karyawan dan petugas kesehatan, khususnya dokter dan perawat, disarankan agar selalu cepat dan tanggap dalam melayani
pasien serta bersikap ramah. Ketiga, pelayanan yang diberikan harus memastikan bahwa petugas kesehatan selalu siap di tempat pelayanan saat proses pelayanan sedang berlangsung. Terakhir, bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengeksplorasi variabel atau indikator yang berbeda yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan pasien dalam penelitian mendatang.
BIBLIOGRAFI
Ade Taruna, W., Herlambang, T., & Zaini, H. (2018). Pengaruh
Brand Trust, Brand Image Dan Brand Awareness Terhadap Keputusan Pembelian
Yamaha RX King.
Ali, H., Octavia, A., & Sriayudha, Y. (2022). Green purchasing
behavior: preferences, attitudes and social values. Dinasti International
Journal of Digital Business Management, 3(5), 848–858.
Almirah, O. V., & Indayani, L. (2022). The Influence of Brand
Awareness, Brand Image, and Product Quality on Repurchase Intention of Fast
Fashion Products. Indonesian Journal of Law and Economics Review, 17,
10–21070.
Ariq Satria, S., & Pudjoprastyono, H. (2022). Pengaruh Brand
Image dan Brand Awareness Terhadap Keputusan Pembelian Produk Sariayu Martha
Tilaar di Kota Surabaya.
Assael, M. J., Chen, C.-F., Metaxa, I., & Wakeham, W. A. (2004).
Thermal conductivity of suspensions of carbon nanotubes in water. International
Journal of Thermophysics, 25, 971–985.
Bougie, R., & Sekaran, U. (2019). Research Methods for Business :
A skill Building Approach (M. Balasubramanian (ed.); 8 Th). JOHN WILEY
& SONS, INC.
Durianto, R. (2015). Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Klinik
IPTEK Mina Bisnis (Studi Di Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Lamongan Dan
Di Desa Weru Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan). Brawijaya University.
Fauzi, D. H. F., & Ali, H. (2021). Determination of purchase and
repurchase decisions: Product quality and price analysis (Case study on Samsung
smartphone consumers in the city of Jakarta). Dinasti International Journal
of Digital Business Management, 2(5), 794–810.
Ho, T., Lee, T. C., Choe, J.-Y., & Nallasamy, S. (2022). Evaluation
of real-time video from the digital indirect ophthalmoscope for telemedicine
consultations in retinopathy of prematurity. Journal of Telemedicine and
Telecare, 28(7), 502–507.
Lestari, Y. D., & Wardana, L. W. (2023). Building Repurchase
Intention of Customers for Grab Transportation Services in Brosem Smes, Batu
City With Customer Satisfaction as a Mediator Variable. Asian Journal of
Management Analytics, 2(4), 489–500.
Mahiri, E. A. (2020). Pengaruh brand image dan store atmosphere
terhadap keputusan pembelian pada konsumen Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Mart
Banjaran.
Ramadayanti, F. (2019). Peran brand awereness terhadap keputusan
pembelian produk. Jurnal Studi Manajemen Dan Bisnis, 6(2),
111–116.
Rangkuti, F. (2002). Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan
Pelanggan dan Analisis Kasus PLN-JP. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rao, S., Goldsby, T. J., Griffis, S. E., & Iyengar, D. (2011).
Electronic logistics service quality (e‐LSQ): its impact on the customer’s
purchase satisfaction and retention. Journal of Business Logistics, 32(2),
167–179.
Salsabilah, H. M., & Mangruwa, R. D. (2024). Pengaruh E-Service
Quality Dan Sales Promotion Terhadap Repurchase Intention Melalui Customer
Satisfaction Pelanggan Halodoc. Journal of Economic, Bussines and Accounting
(COSTING), 7(4), 9134–9151.
Sari, N., & Santika, I. (2017). Pengaruh Brand Image, Brand
Association, Dan Brand Awareness Terhadap Repurchase Intention Produk
Smartphone Merek Asus. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 6(8),
254093.
Simarmata, R. M. (2020). Pengaruh work from home terhadap produktivitas
dosen Politeknik Negeri Ambon. Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora, 2(01),
73–82.
Copyright holder: Nur Afni Syariah Nasar, Sahat Saragi, Lies Putriyana (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |