Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 11, November 2024

 

PENGARUH BRAND AWARENESS DAN BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI TELEKONSULTASI  PASIEN YANG BERDAMPAK PADA PEMBELIAN ULANG DI APOTEK HALODOC MEDIKA PRIMA JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

 

Nur Afni Syariah Nasar1, Sahat Saragi2*, Lies Putriyana3

Universitas Pancasila, Jakarta, Indonesia1,2,3

Email: [email protected]*

 

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Brand Awareness dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Telekonsultasi K Pasien yang berdampak pada pembelian ulang di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien Halodoc yang menggunakan layanan resep, dengan sampel sebanyak 388. Validitas diuji menggunakan loading factor dan average variance extracted (AVE), sedangkan reliabilitas diuji dengan internal consistency berdasarkan composite reliability. Hasil menunjukkan nilai valid untuk uji loading factor dan AVE, serta nilai reliabilitas yang memenuhi kriteria melalui composite reliability. Hasil uji hipotesis dengan Smart PLS 4.0 menunjukan bahwa nilai p value Brand Awarnes (X1) sebesar 0,000> 0.05 dan nilai T-Statistik 18.173>1,96. Nilai p value Brand Image (X2) sebesar 0.066< 0.05 nilai T-Statistik 0.932 < 1.96. Nilai p value Brand Awarnes (X1)  sebesar 0.351< 0.05 dannilai T-Statistik 0.932 < 1.96. Nilai p value Brand Image (X2) sebesar 0.000< 0.05 dan nilai T-Statistik 12.121> 1.96 dan nilai signifikansi Keputusan Pembelian (Y) terhadap pembelian ulang (Z) sebesar 0.000 < 0,05 dan nilai T-Statistik 4.674> 1,96. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa Brand Awareness berpengaruh langsung terhadap keputusan pembelian. Brand Image tidak berpengaruh langsung terhadap keputusan pembelian. Brand Awareness tidak berpengaruh lngsung terhadap pembelian ulang. Brand Image berpengaruh langsung terhadap pembelian ulang dan Keputusan pembelian ulang berpengaruh signifikan terhadap pembelian ulang.

Kata Kunci: brand awareness, brand image, keputusan Pembelian

 

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of Brand Awarness and Brand Image on Purchasing Decisions through Patient Teleconsultation which has an impact on repeat purchases at Halodoc Medika Prima Jagakarsa Pharmacy, South Jakarta. The population of this study were all Halodoc patients who used prescription services, with a sample of 388. Validity was tested using loading factor and average variance extracted (AVE), while reliability was tested with internal consistency based on composite reliability. The results show valid values for the loading factor and AVE tests, as well as reliability values that meet the criteria through composite reliability. The results of hypothesis testing with Smart PLS 4.0 show that the p value of Brand Awarnes (X1) is 0.000> 0.05 and the T-Statistic value is 18,173> 1.96. The p value of Brand Image (X2) is 0.066 <0.05, the T-Statistic value is 0.932 <1.96. The p value of Brand Awarnes (X1) is 0.351 <0.05 and the T-Statistic value is 0.932 <1.96. The p value of Brand Image (X2) is 0.000 <0.05 and the T-Statistic value is 12.121> 1.96 and the significance value of Purchasing Decisions (Y) on repeat purchases (Z) is 0.000 <0.05 and the T-Statistic value is 4.674> 1.96. The research conclusion shows that Brand Awareness has a direct effect on purchasing decisions. Brand Image has no direct effect on purchasing decisions. Brand Awareness has no direct effect on repeat purchases. Brand Image has a direct effect on repurchase and repurchase decisions have a significant effect on repurchase.

Keyword: brand awareness, brand image, purchasing decisions

 

Pendahuluan

Perkembangan teknologi telah membawa berbagai inovasi dalam berbagai sektor, termasuk dalam mempermudah akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu kemajuan yang signifikan dalam bidang ini adalah munculnya telemedicine, yang memungkinkan interaksi jarak jauh antara pasien dan dokter. Teknologi pendukung seperti perangkat keras dan perangkat lunak telah memfasilitasi pengembangan sistem telemedika untuk berbagai aplikasi kesehatan (Soegijoko dalam Simarmata, 2020). Ho et al. (2022) menambahkan bahwa telemedicine memudahkan akses kesehatan meskipun terdapat keterbatasan jarak antara pasien dan dokter.

Di Indonesia, perkembangan ini didukung oleh berbagai aplikasi yang diluncurkan oleh perusahaan rintisan atau startup, yang menawarkan akses ke layanan kesehatan secara online. Aplikasi sekarang ini  yang sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia yaitu Halodoc, dapat menyediakan berbagai layanan seperti telekonsultasi bersama dokter, pembeliansejumlah obat, temu janjian bersama rumahsakit (Salsabilah & Mangruwa, 2024). Halodoc merupakan salah satu perusahaan yang memanfaatkan teknologi untuk menyederhanakan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.

Menurut World Health Organization, health technology atau health tech merujuk pada penerapan pengetahuan dan kemampuan terorganisir dalam perangkat, obat, vaksin, prosedur, dan sistem yang dikembangkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup. Health tech memudahkan, mempercepat, dan memberikan ketepatan serta kenyamanan dalam pelayanan kesehatan bagi konsumen. Dengan konektivitas online, layanan kesehatan dapat diakses tanpa perlu tatap muka, dan perusahaan yang bergerak dalam health tech di Indonesia bersaing secara ketat untuk memberikan pelayanan terbaik kepada penggunanya (Rao et al., 2011).

Dalam konteks ini, keputusan pembelian menjadi faktor penting dalam keberhasilan layanan kesehatan online seperti Halodoc. Keputusan pembelian mencakup tahapan yang dilakukan konsumen untuk memperoleh layanan dengan memberikan timbal balik berupa pembayaran. Namun, keputusan ini tidak akan optimal tanpa kesadaran merek atau brand awareness yang kuat. Brand awareness mengacu pada kemampuan konsumen mengenali atau mengingat merek tertentu, dan Durianto (2015) mengidentifikasi empat tingkatan kesadaran merek, mulai dari tidak sadar terhadap merek hingga top of mind. Brand yang dikenal dan diingat dengan baik akan meningkatkan peluang terjadinya keputusan pembelian.

Selain brand awareness, citra merek atau brand image juga berperan dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Brand image mencerminkan persepsi konsumen terhadap produk atau jasa, dan brand yang baik dapat memperkuat citra perusahaan. Konsumen yang memiliki persepsi positif terhadap brand Halodoc kemungkinan besar akan memutuskan untuk membeli layanan tersebut, termasuk pembelian ulang obat di apotek mitra Halodoc (Rao et al., 2011). Paparan berulang melalui promosi dan reputasi yang baik dapat memperkuat brand image serta meningkatkan pangsa pasar perusahaan. Penelitian ini akan melihat dengan lebih lagi mengenai pengaruh brand awareness dan brand image terhadap keputusan pembelian layanan telekonsultasi yang berdampak pada pembelian ulang di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Brand Awarness dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Telekonsultasi K Pasien yang berdampak pada pembelian ulang di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas, yaitu Brand Awareness (X1) dan Brand Image (X2), terhadap dua variabel terikat, yakni Keputusan Pembelian melalui Telekonsultasi Pasien (Y) dan Pembelian Ulang (Z). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, di mana analisis deskriptif diterapkan untuk memberikan interpretasi terhadap data yang diperoleh. Selain itu, metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel melalui pengujian statistik, dengan menggunakan alat analisis Structural Equation Modeling (SEM) (Bougie & Sekaran, 2019). Penelitian ini bersifat explanatory research, yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel bebas (X1 dan X2) dan variabel terikat (Y dan Z), serta menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Desain penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif eksploratif, di mana teori yang diuji diukur dengan instrumen penelitian berupa kuesioner, sehingga data yang dikumpulkan dalam bentuk angka dapat dianalisis menggunakan pendekatan statistik.

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer yang dikumpulkan langsung melalui kuesioner, serta data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber literatur ilmiah. Penelitian ini dilakukan di Apotek Medika Primama Jagakarsa, Jakarta Selatan, selama bulan Februari hingga Maret 2023. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien Halodoc yang melakukan konsultasi telekonsultasi dan memiliki resep, dengan sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan perhitungan, sampel yang digunakan sebanyak 388 responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner berisi pernyataan tertulis dengan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden. Skala ini terdiri dari lima kategori mulai dari "Sangat Setuju Sekali" hingga "Tidak Setuju". Teknik pengumpulan data melalui kuesioner ini dilakukan secara langsung dan online. Pengolahan data meliputi beberapa tahap, yaitu editing, coding, scoring, dan tabulating. Analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif menggunakan SEM untuk menguji hubungan antar variabel. Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa instrumen kuesioner dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, sementara uji reliabilitas dilakukan untuk memastikan konsistensi jawaban responden menggunakan Cronbach Alpha, dengan software SMART PLS 4 sebagai alat bantu analisis statistik.

 

Hasil dan Pembahasan

Untuk memudahkan pengidentifikasian identitas responden, maka dilakukan karakteristik identitas responden yang dapat dikelompokkan menurut Usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Untuk lebih jelasnya pengklasifikasian berdasarkan profil responden maka dapat diuraikan pada tabel 1 sebagai berikut:

 

 

 

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik Responden

Jumlah

Percent

USIA

Valid

17-25 Tahun

46

11.9%

26-35 Tahun

224

57.7%

36-45 Tahun

83

21.4%

46-55 Tahun

22

5.7%

56-65 Tahun

6

1.5%

>66 Tahun

7

1.8%

Total

388

100.0%

Jenis Kelamin

Valid

Laki-Laki

189

48.3%

Perempuan

199

51.7%

Total

388

100.0%

Pendidikan Terakhir

Valid

D-3

4

1.0%

S-1

314

80.9%

S-2

22

5.7%

S-3

7

1.8%

SMA

41

10.6%

Total

388

100.0%

Pekerjaan

Valid

Pegawai Negeri

51

13.1%

Pegawai Swasta

191

49.2%

Pelajar/Mahasiswa

44

11.3%

Wirausaha

102

26.3%

Total

388

100.0%

Aplikasi Lainnya yang Pernah Gunakan

Valid

Alodokter

363

93,6%

Good Dokter

22

5.7%

Klik Doctor

3

0.8%

Total

388

100.0%

 

Berdasarkan tabel 1 hasil survey terhadap 388 responden menunjukkan sebagian besar responden berusia 26-35 tahun yakni sebanyak 224 orang (57.7%). Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 199 orang (51.7%) dengan tingkat pendidikan tertinggi adalah S-1 sebanyak 314 orang (80.9%) dan responden penelitian ini didominasi oleh responden dengan pekerjaan sebagai pegawai swata sebanyak 191 orang (49.2%). Sebanyak 363 orang (93.6%) responden penelitian hanya menggunakan aplikasi Alodokter. Selanjutnya dilakukan uji model pengukuran reflektif dibawah ini:

Gambar 1.png

Gambar 1. Output Koefisien Jalur (Auter Model)

 

Model pengukuran dalam penelitian ini terdiri dari model pengukuran reflektif dimana variabel brand awareness, brand image,keputusan pembelian dan pembelian ulang diukur secara reflektif. Menurut (Hair et al, 2021), evaluasi pengukuran reflektif terdiri dari loading factor ≥ 0,70; composite reliability (rho_c)≥ 0,70; Cronbach’s alpa ≥ 0,70 dan Average Variance Extracted (AVE) ≥ 0,50 serta evaluasi validitas diskriminan yaitu kriteria Vornell Larcker serta HTMT (Heterotrait Monotrait Ratio) dibawah 0,90 dan Cross Loading.

 

Tabel 2. Cross Loading

Variabel

Item Pengukuran

Indikator

Outer Loading

Cronbachs alpa

Composite Reliability

AVE

Brand Awareness

(X1)

X1.1

Kemampuan mengingat merek dalam level top of mine

0.879

0.932

0.944

0.678

X1.2

0.919

X1.3

0.913

X1.4

Kemampuan Mengenali merek

0.842

X1.5

0.911

X1.6

0.709

X1.7

Kemampuan Konsumen dalam mengingat kembali merek

0.788

X1.8

0.744

X1.9

0.717

X1.10

Memiliki ciri khas

0.785

X1.11

0.720

X1.12

0.874

Brand Image

(X2)

X2.1

Keunggulan Asosiasi Merek

0.819

0.955

0.961

0.673

X2.2

0.821

X2.3

0.816

X2.4

Kekuatan Asosiasi Merek

0.836

X2.5

0.810

X2.6

0.791

X2.7

Keunikan Asosiasi Merek

0.836

X2.8

0.856

 

 

Keputusan Pembelian

(Y)

Y1

Kemantapan membeli setelah mengetahui informasi produk

0.860

0.919

0.934

0.639

Y2

0.865

Y3

0.802

Y4

Memutuskan membeli karena merek yang paling disukai

0.722

Y5

0.768

Y6

0.767

Y7

Membeli karena sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

0.830

Y8

0.768

 

 

Pembelian Ulang

Z1

Pembelian kembali produk yang sama di masa mendatang

0.812

0.921

0.938

0.717

Z2

0.850

Z3

0.829

Z4

Jumlah Pembelian

0.862

Z5

0.867

Z6

0.859

 

a.      Variabel Brand Awareness diukur oleh dua belas Item pengukuran dengan 4 (empat) indikator valid dengan auter loding antara 0.709 – 0.919 yang berarti ke dua belas item pengukuran tersebut valid mencerminkan/mewakilkan pengukuran  Brand Awareness. Tingkat reliabilitas variabel dapat diterima yang ditunjukan oleh Cronbach’s alpa 0.932 ≥ 0,70 dan Composite Reliabillity 0.944 ≥ 0,70 (reliabel). Tingkat Validitas konvergen yang ditunjukan oleh nilai AVE 0.675 > 0.50 telah memenuhi syarat validitas konvergen yang baik. Secara keseluruhan variasi item pengukuran yang dikandung oleh variabel mencapai 67.8%.  

b.      Variabel Brand Images diukur oleh 9 (sembilan) Item pengukuran dengan 3 (tiga) indikator dimana 8 item (X2.1 s/d X2.8) valid dengan auter loding antara 0.791 – 0.856 yang berarti ke 8 item pengukuran tersebut valid mencerminkan/mewakilkan pengukuran  Brand image dan item X2.9 tidak valid karena nilai auter loding loading ≥ 0,70. Tingkat reliabilitas variabel dapat diterima yang ditunjukan oleh Cronbach’s alpa dan Composite Reliabillity diatas 0,70 (reliabel). Tingkat Validitas konvergen yang ditunjukan oleh nilai AVE 0.673 > 0.50 telah memenuhi syarat validitas konvergen yang baik. Secara keseluruhan variasi item pengukuran yang dikandung oleh variabel mencapai 67.3%.

c.      Variabel keputusan pembelian diukur oleh 9 (sembilan) Item pengukuran dengan 3 (tiga) indikator dimana 8 item (Y1 s/d Y8) valid  dengan auter loding antara 0.722 – 0.865 yang berarti ke 8 item pengukuran tersebut valid mencerminkan/mewakilkan pengukuran  keputusan pembelian dan item Y9 tidak valid karena nilai auter loding loading ≥ 0,70. Tingkat reliabilitas variabel dapat diterima yang ditunjukan oleh Cronbach’s alpa 0.919 ≥ 0,70 dan Composite Reliabillity 0.934≥ 0,70 (reliabel). Tingkat Validitas konvergen yang ditunjukan oleh nilai AVE 0.639 > 0.50 telah memenuhi syarat validitas konvergen yang baik. Secara keseluruhan variasi item pengukuran yang dikandung oleh variabel mencapai 63.9%.

d.      Variabel pembelian ulang diukur oleh 6 (enam) Item pengukuran dengan 2 (dua) indikator valid dengan auter loding antara 0.812 – 0.867 yang berarti ke 6 item pengukuran tersebut valid mencerminkan/ mewakilkan pengukuran  pembelian ulang. Tingkat reliabilitas variabel dapat diterima yang ditunjukan oleh Cronbach’s alpa 0.921 ≥ 0,70 dan Composite Reliabillity 0.938 ≥ 0,70 (reliabel). Tingkat Validitas konvergen yang ditunjukan oleh nilai AVE 0.717 > 0.50 telah memenuhi syarat validitas konvergen yang baik. Secara keseluruhan variasi item pengukuran yang dikandung oleh variabel mencapai 71.7%.

Selanjutnya uji validitas diskriminan yang dilakukan dengan melihat kriteria Vornell Larcker adalah bentuk evaluasi untuk memastikan bahwa variabel secara teori berbeda dan terbukti secara empiris/pengujian statistic. Berikut hasil uji validitas diskriminan:

Tabel 3. Discriminant Validity- Vornell Larcker

 

Brand Awareness (X1)

Brand Image (X2)

Kepuusan Pembelian (Y)

Pembelian Ulang (Z)

Brand Awareness (X1)

0.823

 

 

 

Brand Image (X2)

0.691

0.821

 

 

Kepuusan Pembelian (Y)

0.507

0.815

0.799

 

Pembelian Ulang (Z)

0.806

0.657

0.602

0.847

 

Menurut Wong (2013) Nilai Akar AVE Variable > Korelasi antar variabel.

1)    Variabel brand awareness mempunyai akar AVE (0.823) lebih besar korelasinya dengan Brand image (0.691) dan lebih besar korelasinya dengan keputusan pembelian (0.507) dan lebih besar korelasinya dengan pembelian ulang (0.806).

2)    Variabel brand image mempunyai akar AVE (0.821) lebih besar korelasinya dengan keputusan pembelian (0.815) dan lebih besar korelasinya dengan pembelian ulang (0.657).

3)    Variabel keputusan pembelian mempunyai akar AVE (0.799) lebih besar korelasinya dengan pembelian ulang (0.602).

4)    Variabel pembelian ulang mempunyai akar AVE (0.847).

Hasil ini menunjukan bahwa validitas diskriminan brand awareness, brand image, keputusan pembelian dan pembelian ulang terpenuhi.

 

Tabel 4. Discriminant Validity- HTMT

 

Brand Awareness (X1)

Brand Image (X2)

Keputusan Pembelian (Y)

Pembelian Ulang (Z)

Brand Awareness (X1)

 

 

 

 

Brand Image (X2)

0.729

 

 

 

Kepuusan Pembelian (Y)

0.524

0.852

 

 

Pembelian Ulang (Z)

0.869

0.689

0.637

 

 

Hair et al (2019) merekomendasikan HTMT karena ukuran validitas diskriminan ini dinilai lebih sensif atau akurat dalam mendeteksi validitas diskriminan. Nilai yang direkomendaikan adalah 0.90. Hasil pengujian menunjukan nilai HTMT dibawah 0.90 untuk pasangan variabel maka validitas diskriminan tercapai. Variabel membagi variasi item pengukuran terhadap item yang mengukurnya lebih kuat daripada membagi varians pada item variabel lainnya. Berdasarkan hasil Discriminant Validity- HTMT diketahui semua variabel valid karena memiliki nilai dibawah 0.90. Selanjutnya dilakukan evaluasi model struktural, hasilnya pada tabel dibawah ini:

 

Tabel 5. Inner Vif – Inner Model

 

Brand Awareness (X1)

Brand Image (X2)

Keputusan Pembelian (Y)

Pembelian Ulang (Z)

Brand Awareness (X1)

 

 

1.914

1.950

Brand Image (X2)

 

 

1.914

4.309

Keputusan Pembelian (Y)

 

 

 

3.028

Pembelian Ulang (Z)

 

 

 

 

 

Berdasarkan data pada tabel V.6 diketahui bahwa Nilai VIF < 5, artinya tidak ada multikolinier antara variabel yang mempengaruhi Y dan Z. Selanjutnya, dilakukan evaluasi kecocokan dan perbaikan model goodness of fit.

 

Tabel 6. f-Squere

 

Brand Awareness (X1)

Brand Image (X2)

Keputusan Pembelian (Y)

Pembelian Ulang (Z)

Brand Awareness (X1)

 

 

0.018

0.868

Brand Image (X2)

 

­

1.251

0.007

Kepuusan Pembelian (Y)

 

 

 

0.113

Pembelian Ulang (Z)

 

 

 

 

 

Menurut (Sarstedt et al, 2017) nilai f-Squere (<0.02) tidak ada efek, (0.02 – 0.15) efek rendah, (0.16 – 0.34) efek sedang dan (> 0.35) termasuk efek  tinggi.

Dari data tabel 5 diatas diketahui bahwa

1)    Pengaruh Brand Awareness (X1) terhadap Keputusan pembelian (Z) tidak ada efek dengan kriteria f Square  0.018 < 0.02

2)    Pengaruh Brand Awareness (X1) terhadap Pembelian Ulang (Z) efek tinggi dengan kriteria f Square 0.868 > 0.35

3)    Pengaruh Brand Image (X2) terhadap Keputusan Pembelian (Y) efek tinggi dengan kriteria f Square 1.251 > 0.35

4)    Pengaruh Brand Image (X2) terhadap Pembelian Ulang (Z) tidak ada efek dengan kriteria f Square 0.007 < 0.02

5)    Pengaruh Keputusan Pembelian (Y) terhadap Pembelian Ulang (Z) efek rendah dengan kriteria f Square 0.113 > 0.02.

Gambar 2. R-Squere

 

Menurut Sarstedt et al (2017) nilai R-Square 0,75 Kuat; 0,50 Moderat; 0,25 Lemah. Berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1)    Nilai R Square pengaruh secara bersama-sama atau simultan X1 dan X2 terhadap Y adalah sebesar 0.670 dengan nilai adjusted r-square 0.668. Maka, dapat dijelaskan bahwa semua konstruk exogen (X1 dan X2) secara serentak mempengaruhi Y sebesar 0.670 atau 67.0%. Oleh karena Adjusted R Square 50% maka moderat.

2)    Nilai R Square pengaruh secara bersama-sama atau simultan X1, X2 dan Y Terhadap Z adalah sebesar 0,703 dengan nilai adjusted r-square 0.700. Maka, dapat dijelaskan bahwa semua konstruk exogen (X1, X2 dan Y) secara serentak mempengaruhi Z sebesar 0.703 atau 70.3%. Oleh karena Adjusted R Square lebih dari 50% maka pengaruh semua konstruk eksogen X1, X2 dan Y terhadap Z termasuk Moderat.

Gambar 3. Model Fit

 

Agar model memenuhi kriteria model fit, nilai SMSR harus kurang dari 0,10 (Schermelleh et al, 2003). Berdasarkan data pada gambar 3 nilai SRMR adalah 0.100 < 0,10. Terakhir, dilakukan penggujian hipotesis dibawah ini:

 

Tabel 7. Pengujian Hipotesis (Pengaruh Langsung)

Hipotesis

Path Coefficient

T statistics

p-value

Interval Kepercayaan Path Coefficient

f squere

Batas Bawah (2,%)

Batas Atas (95%)

H1. Brand Awareness Keputusan Pembelian

0.889

18.173

0,000

0.788

0.981

1.251

H2. Brand Awareness Pembelian Ulang

-0.093

0.932

0.351

-0.291

0.104

0.007

H3. Brand Image Keputusan Pembelian

-0.108

1.839

0.066

-0.218

0.012

0.018

H4. Brand Image Pembelian Ulang

0.563

12.171

0.000

0.595

0.819

0.868

H5. Keputusan Pembelian Pembelian Ulang

0.319

4.674

0,000

0.188

0.456

0.113

Dari data tabel 7 diatas dapat disimpulkan bahwa:

a.     Hipotesis pertama (H1) diterima yaitu ada pengaruh Brand Awareness (X1) terhadap keputusan pembelian (Y) melalui  Halodoc sebagai telekonsultasi pasein di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan dengan Path Coefficient (0.889) dan p-value (0,000 < 0.05). Setiap perubahan pada brand awareness maka akan meningkatkan keputusan pembelian. Dalam selang kepercayaan 95% besar pengaruh brand awareness dalam meningkatkan keputusan pembelian terletak antara 0.788 – 0.981. Dengan demikian keberadaan brand awareness dalam meningkatkan keputusan pembelian mempunyai pengaruh langsung secara positif dalam level structural (f square = 1.251). Perlunya kegiatan peningkatan brand awareness halodoc dinilai sangat penting dimana ketika adanya kebijakan perusahaan dalam peningkatan brand awareness maka peningkatan keputusan pembelian akan meningkat hingga 0.981.

b.     Hipotesis kedua (H2) ditolak yaitu tidak ada pengaruh Brand Image terhadap (X2) keputusan pembelian (Y) melalui Halodoc sabagai  Telekonsultasi  pasien di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan dengan Path Coefficient (-0.108) dan p-value (0.066 > 0,05). Untuk itu diharapkan perlu dilakukan perubahan pada brand image sehingga dapat meningkatkan keputusan pembelian. Dalam selang kepercayaan 95% besar pengaruh brand image dalam meningkatkan pengaruh keputusan terletak antara -0.218 sampai 0.012. Dengan demikian keberadaan brand image dalam meningkatkan keputusan pembelian akan memiliki pengaruh dalam level structural (f square = 0.018). Perlunya kegiatan peningkatan brand image halodoc dinilai sangat penting dimana ketika adanya kebijakan perusahaan dalam peningkatan brand image maka peningkatan keputusan pembelian akan meningkat hingga 0.018.

c.     Hipotesis ketiga (H3) ditolak yaitu tidak ada pengaruh brand awareness (X1) terhadap pembelian ulang (Z) di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan dengan Path Coefficient (-0.93) dan p-value (0.351<0,05). Untuk itu diharapkan perlu adanya perubahan pada brand awareness maka akan meningkatkan pembelian ulang. Dalam selang kepercayaan 95% besar pengaruh Brand Awareness dalam meningkatkan pembelian ulang terletak antara -0.291 – 0.104. Dengan demikian keberadaan brand awareness dalam meningkatkan pembelian ulang akan memiliki pengaruh dalam level structural (f square = 0.007). Perlunya adanya kegiatan peningkatan brand awareness halodoc dinilai sangat penting dimana ketika adanya kebijakan perusahaan dalam peningkatan brand awareness maka peningkatan pembelian ulang akan meningkat hingga 0.104.

d.     Hipotesis keempat (H4) diterima yaitu ada pengaruh Brand Image (X2) terhadap pembelian ulang (Z)di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan dengan Path Coefficient (0.563) dan p-value (0.000 < 0.05). Setiap perubahan pada brand image maka akan meningkatkan pembelian ulang. Dalam selang kepercayaan 95% besar pengaruh brand image dalam meningkatkan pembelian ulang terletak antara 0.595 – 0.819. Dengan demikian keberadaan brand image dalam meningkatkan pembelian ulang mempunyai pengaruh kuat dalam level structural (f square = 0.868). Perlunya kegiatan peningkatan brand image halodoc dinilai sangat penting dimana ketika adanya kebijakan perusahaan dalam peningkatan brand image maka peningkatan pembelian ulang akan meningkat hingga 0.819.

e.     Hipotesis kelima (H5) diterima yaitu ada pengaruh keputusan pembelian (Y) melalui halodoc sebagai telekonsultasi pasien  terhadap pembelian ulang (Z) di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa Jakarta Selatan dengan Path Coefficient (0.319) dan p-value (0.000 < 0.05). Setiap perubahan pada keputusan pembelian maka akan meningkatkan pembelian ulang. Dalam selang kepercayaan 95% besar pengaruh keputusan pembelian dalam meningkatkan pembelian ulang terletak antara 0.188 – 0.456. Dengan demikian keberadaan keputusan pembelian  dalam meningkatkan pembelian ulang mempunyai pengaruh sedang dalam level structural (f square = 0.113). Perlunya kegiatan peningkatan keputusan pembelian lewat halodoc dinilai sangat penting dimana ketika adanya kebijakan perusahaan dalam peningkatan keputusan pembelian maka peningkatan pembelian ulang akan meningkat hingga 0.456.

 

Pembahasan

Penelitian ini membahas lima hipotesis yang diuji menggunakan SmartPLS versi 4.0, dengan hasil yang berbeda pada setiap variabel. Pertama, Brand Awareness terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian melalui telekonsultasi di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa. Hal ini didukung oleh nilai original sampel sebesar 0.889, p-value 0.000, dan T-Statistik 18.173, menunjukkan semakin baik Brand Awareness, semakin tinggi keputusan konsumen untuk membeli produk (Aaker dalam Rangkuti, 2002). Penelitian terdahulu oleh Ade Taruna et al. (2018) dan Ramadayanti (2019) juga menunjukkan bahwa Brand Awareness berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

Kedua, Brand Image tidak memiliki pengaruh positif langsung terhadap keputusan pembelian dengan nilai original sampel -0.108, p-value 0.066, dan T-Statistik 0.932. Hal ini bertentangan dengan teori Rangkuti, (2002) yang menyatakan bahwa konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap Brand Image. Penelitian sebelumnya oleh Ariq Satria & Pudjoprastyono (2022), serta Mahiri (2020) menemukan bahwa Brand Image berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

Ketiga, Brand Awareness dan Brand Image tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian ulang. Nilai original sampel untuk Brand Awareness sebesar -0.93, p-value 0.351, dan T-Statistik 0.932 menunjukkan bahwa Brand Awareness tidak berpengaruh secara langsung terhadap pembelian ulang. Hal ini bertentangan dengan teori Sugiyono (2018) dan penelitian Sari & Santika (2017), yang menemukan bahwa Brand Awareness berpengaruh positif terhadap pembelian ulang.

Keempat, Brand Image memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian ulang dengan nilai original sampel 12.171, p-value 0.000, dan T-Statistik 12.171. Ini menunjukkan bahwa semakin kuat Brand Image, semakin besar kemungkinan konsumen melakukan pembelian ulang, sesuai dengan pendapat Assael et al. (2004) dan penelitian oleh Almirah & Indayani (2022), serta Lestari & Wardana (2023).

Terakhir, keputusan pembelian melalui layanan Halodoc sebagai telekonsultasi pasien berpengaruh positif terhadap pembelian ulang, dengan nilai original sampel 0.319, p-value 0.000, dan T-Statistik 4.674. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ali (2019) dan Tjiptono (2002), yang menyatakan bahwa keputusan pembelian berpengaruh signifikan terhadap pembelian ulang. Penelitian sebelumnya oleh Fauzi & Ali (2021) dan Ali et al. (2022) juga mendukung temuan ini.

 

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Brand Awareness (X1) memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) melalui layanan telekonsultasi pasien di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa, Jakarta Selatan. Namun, Brand Image (X2) tidak memberikan pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian (Y) melalui telekonsultasi di apotek tersebut. Selain itu, Brand Awareness (X1) tidak berpengaruh langsung terhadap keputusan pembelian ulang (Z) di Apotek Halodoc Medika Prima Jagakarsa, sementara Brand Image (X2) menunjukkan pengaruh langsung yang signifikan terhadap keputusan pembelian ulang (Z). Keputusan pembelian (Y) melalui telekonsultasi pasien juga memberikan pengaruh signifikan terhadap pembelian ulang (Z) di apotek yang sama.

Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah Pertama, Halodoc sebagai marketplace sebaiknya lebih fokus pada peningkatan kesadaran merek (brand awareness) dan citra merek (brand image), dengan memperhatikan pengaruh dari kedua faktor tersebut dalam menarik minat konsumen. Hal ini penting agar perusahaan tetap kompetitif di pasar. Kedua, untuk karyawan dan petugas kesehatan, khususnya dokter dan perawat, disarankan agar selalu cepat dan tanggap dalam melayani pasien serta bersikap ramah. Ketiga, pelayanan yang diberikan harus memastikan bahwa petugas kesehatan selalu siap di tempat pelayanan saat proses pelayanan sedang berlangsung. Terakhir, bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengeksplorasi variabel atau indikator yang berbeda yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan pasien dalam penelitian mendatang.

 

BIBLIOGRAFI

 

Ade Taruna, W., Herlambang, T., & Zaini, H. (2018). Pengaruh Brand Trust, Brand Image Dan Brand Awareness Terhadap Keputusan Pembelian Yamaha RX King.

Ali, H., Octavia, A., & Sriayudha, Y. (2022). Green purchasing behavior: preferences, attitudes and social values. Dinasti International Journal of Digital Business Management, 3(5), 848–858.

Almirah, O. V., & Indayani, L. (2022). The Influence of Brand Awareness, Brand Image, and Product Quality on Repurchase Intention of Fast Fashion Products. Indonesian Journal of Law and Economics Review, 17, 10–21070.

Ariq Satria, S., & Pudjoprastyono, H. (2022). Pengaruh Brand Image dan Brand Awareness Terhadap Keputusan Pembelian Produk Sariayu Martha Tilaar di Kota Surabaya.

Assael, M. J., Chen, C.-F., Metaxa, I., & Wakeham, W. A. (2004). Thermal conductivity of suspensions of carbon nanotubes in water. International Journal of Thermophysics, 25, 971–985.

Bougie, R., & Sekaran, U. (2019). Research Methods for Business : A skill Building Approach (M. Balasubramanian (ed.); 8 Th). JOHN WILEY & SONS, INC.

Durianto, R. (2015). Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Klinik IPTEK Mina Bisnis (Studi Di Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Lamongan Dan Di Desa Weru Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan). Brawijaya University.

Fauzi, D. H. F., & Ali, H. (2021). Determination of purchase and repurchase decisions: Product quality and price analysis (Case study on Samsung smartphone consumers in the city of Jakarta). Dinasti International Journal of Digital Business Management, 2(5), 794–810.

Ho, T., Lee, T. C., Choe, J.-Y., & Nallasamy, S. (2022). Evaluation of real-time video from the digital indirect ophthalmoscope for telemedicine consultations in retinopathy of prematurity. Journal of Telemedicine and Telecare, 28(7), 502–507.

Lestari, Y. D., & Wardana, L. W. (2023). Building Repurchase Intention of Customers for Grab Transportation Services in Brosem Smes, Batu City With Customer Satisfaction as a Mediator Variable. Asian Journal of Management Analytics, 2(4), 489–500.

Mahiri, E. A. (2020). Pengaruh brand image dan store atmosphere terhadap keputusan pembelian pada konsumen Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Mart Banjaran.

Ramadayanti, F. (2019). Peran brand awereness terhadap keputusan pembelian produk. Jurnal Studi Manajemen Dan Bisnis, 6(2), 111–116.

Rangkuti, F. (2002). Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan Analisis Kasus PLN-JP. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rao, S., Goldsby, T. J., Griffis, S. E., & Iyengar, D. (2011). Electronic logistics service quality (e‐LSQ): its impact on the customer’s purchase satisfaction and retention. Journal of Business Logistics, 32(2), 167–179.

Salsabilah, H. M., & Mangruwa, R. D. (2024). Pengaruh E-Service Quality Dan Sales Promotion Terhadap Repurchase Intention Melalui Customer Satisfaction Pelanggan Halodoc. Journal of Economic, Bussines and Accounting (COSTING), 7(4), 9134–9151.

Sari, N., & Santika, I. (2017). Pengaruh Brand Image, Brand Association, Dan Brand Awareness Terhadap Repurchase Intention Produk Smartphone Merek Asus. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 6(8), 254093.

Simarmata, R. M. (2020). Pengaruh work from home terhadap produktivitas dosen Politeknik Negeri Ambon. Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora, 2(01), 73–82.

 
 

Copyright holder:

Nur Afni Syariah Nasar, Sahat Saragi, Lies Putriyana (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: