Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
11, November 2024
PROFIL
PENGGUNAAN OBAT OFF-LABEL PADA PASIEN PEDIATRI
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI RSUD MAJALENGKA
Ade Joharudin¹, Siti Pandanwangi², Puri Lestari³
Universitas YPIB, Majalengka, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1,
[email protected]2, [email protected]3
Abstrak
Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan penyakit infeksi yang menyerang saluran
pernapasan manusia dan paling banyak menyerang anak kecil (pediatri). Obat di luar label atau obat off-label didefinisikan sebagai obat yang penggunaannya diluar ketentuan mengenai dosis, cara pemberian,
kontraindikasi dan indikasi. Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk mengetahui presentase kejadian dari masing masing kategori penggunaan obat off label yang meliputi, off label dosis,
off label rute
pemberian, off
label indikasi, dan off label kontraindikasi serta mengetahui jenis obat off label yang banyak digunakan
dalam terapi pengobatan infeksi saluran pernapasan akut di RSUD Majalengka. Penelitian ini diambil menggunakan data rekam medis secra
retrospektif pada Januari
2022-Desember 2022. Metode penelitian
deskriptif non-eksperimental.
Pengambilan data dilakukan menggunakan metode cross
sectional secara retrospektif
dengan melakukan telaah rekam medis
pasien anak di RSUD Majalengka tahun 2022 dengan jumlah sampel
yang diambil sebanyak 96 pasien anak ISPA. Hasil penelitian
yang memenuhi kriteria terdapat 1 kategori yang termasuk kedalam off label
dari 5 kategori yang diteliti, diantaranya ada sebanyak 27 kasus atau (15%) penggunaan obat off-label dosis. Tidak ditemukan kejadian pada kategori off-label rute pemberian, off-label usia,
off-label indikasi dan off-label kontraindikasi. Dalam kasus penggunaan obat off label dosis terbanyak diantaranya yaitu Cefixime Dry Sirup sebanyak 12 item; Sedangkan Ambroxol Tablet; Ambroxol Sirup; dan Paracetamol Drop masing masing sebanyak 3 item.
Kata kunci: Anak, ISPA, Obat,
Off Label
Abstract
Acute Respiratory Infection is an infectious
disease that attacks the human respiratory tract and mostly attacks
young children (pediatrics). Off-label drugs or off-label
drugs are defined as drugs whose use
is outside the provisions regarding dosage, age, method of
administration, indications
and indications. The aim of this
study is to determine the percentage
of incidence of each category
of off-label drug use which
includes, off-label dosage, off-label route of administration,
off-label indication, and off-label contraindication
and to find
out the types
of off-label drugs that are widely used in infection treatment therapy. acute respiratory tract at Majalengka Regional Hospital. This
research was taken using medical
record data retrospectively
in January 2022-December 2022. Non-experimental descriptive research method. Data collection was carried out using
a cross-sectional method retrospectively by reviewing the medical
records of pediatric patients at the Majalengka Regional
Hospital in 2022 with a total sample
of 96 pediatric ISPA patients. The research results that met
the criteria included 1 category which was included
in off-label out of the 5 categories
studied, including 27 cases or (15%) of off-label drug
use. There were no incidents found
in the off-label routes of administration,
off-label age, off-label indications and off-label contraindications
categories. In cases of off-label drug
use, the highest doses include
Cefixime Dry Syrup with 12 items;
Meanwhile, Ambroxol Tablets; Ambroxol Syrup; and Paracetamol
Drop, 3 items each.
Keywords: Children, ARI, Medicine, Off Label
Pendahuluan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
merupakan penyakit yang umum terjadi di Indonesia, terutama pada anak-anak.
ISPA merupakan penyakit infeksi yang menyerang saluran pernapasan manusia dan
paling banyak menyerang anak kecil
Pada terapi ISPA, pasien dapat
diberikan terapi antibiotik dan terapi pendukung untuk mengurangi keluhan atau simptom yang timbul. Banyaknya variasi penggunaan obat pada
pasien ISPA anak akan berdampak pada penggunaan obat off-label.
Obat off-label didefinisikan sebagai
obat yang penggunaannya diluar ketentuan mengenai
dosis, usia, cara pemberian, kontraindikasi dan indikasi
Penggunaan obat di luar label dan
tanpa izin masih umum terjadi dalam praktik klinis
Penggunaan obat secara off-label dapat berpotensi menimbulkan
kesalahan dalam pengobatan (Medication Error) atau menimbulkan reaksi obat yang tidak dikehendaki
(Adverse Drug Reaction). Peresepan obat diluar label lebih sering terjadi pada pasien anak-anak
karena sediaan formulasi khusus untuk anak masih sangat terbatas sedangkan uji
klinis untuk obat-obat yang berlisensi lebih banyak dilakukan pada pasien
dewasa
Pada penelitian lain yang dilakukan
oleh Putra dkk., (2021) dilakukan di Puskesmas Wonokusumo
dan Puskesmas Wiyung Surabaya pada bulan November
2019 - Februari 2020 didapatkan 124 resep dengan penggunaan obat off-label pada peresepan
penyakit infeksi saluran pernapasan akut untuk pasien anak sebesar (23%) dengan
jenis obat off-label paling banyak diresepkan untuk
ISPA anak adalah antihistamin klorfeniramin maleat
Berdasarkan latar belakang tersebut,
dilakukan penelitian untuk menganalisis penggunaan obat secara off-label pada pasien ISPA anak, ditinjau dari dari kategori off-label indikasi,
kontraindikasi, usia, dosis, dan rute pemberian.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode penelitian deskriptif
non-eksperimental dengan pengambilan data
menggunakan desain cross sectional secara retrospektif.
Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien anak usia 0 - 18 tahun dengan diagnosis ISPA. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien anak dengan diagnosis ISPA di
RSUD Majalengka pada periode Januari 2022
- Desember 2022.
Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan catatan rekam medis anak dengan
diagnosis ISPA di RSUD Majalengka sebanyak 96 pasien. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah format tabel berupa daftar tilik/checklist untuk pengumpulan data yang digunakan pada analisa obat off label. Bahan yang digunakan adalah data rekam medis pasien pediatric dengan diagnosis ISPA di RSUD Majalengka.
Meliputi identitas pasien (nomor rekam
medis, tanggal pemeriksaan, nama, usia, jenis kelamin),
dan terapi obat yang didapatkan (nama obat, kekuatan obat, dosis penggunaan,
dan cara pemberian).
Hasil dan Pembahasan
Penetapan Distribusi
Profil Pasien
Tabel
1. Distribusi Profil Pasien
Diagnosa Penyakit |
Jumlah Pasien |
Presentase |
ISPA |
96 |
100% |
Total Jumlah |
96 |
100% |
Setelah dilakukan
perhitungan dari penetapan sampel dengan menggunakan rumus estimasi proporsi dilakukan penelitian dengan melihat data rekam medis pasien ISPA di RSUD Majalengka. Sesuai dengan hasil sampel
yang di dapatkan sebanayak
96 pasien anak dengan diagnosis ISPA ditetapkan
pada penelitian.
Penetapan Karakteristik Jenis Kelamin
Pasien
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan RSUD Majalengka di dapatkan bahwa jumlah pasien
dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan
jenis kelamin perempuan, dimana pasien laki-laki dengan jumlah 54 pasien dengan presentase
56% dan pasien perempuan dengan jumlah 42 pasien dengan presentase
44%.
Tabel 2. Karakteristik Jenis Kelamin
Pasien
Karakteristik Jenis
Kelamin Pasien |
Jumlah |
Presentase |
Laki Laki |
54 |
56% |
Perempuan |
42 |
44% |
Total Jumlah |
96 |
100% |
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Syafitri dkk., dikatakan bahwa jumlah pasien dengan
jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan jenis kelamin perempuan.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa anak laki-laki memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan
anak perempuan terkena ISPA, karena anak laki-laki lebih sering bermain
diluar rumah sehingga paparan udara lebih banyak
dari anak perempuan yang lebih dominan permainannya di dalam rumah (Syafitri
AR dkk., 2021).
Penetapan Karakteristik Usia Pasien
Pada tabel 3 pasien
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) anak ditemukan paling banyak pada rentang usia 2-12 tahun yaitu sebanyak 58 pasien. Dalam penelitian
lain juga mengatakan bahwa pasien anak dengan
umur 2-12 tahun menjadi kategori terbanyak anak dengan penyakit ISPA (Noviyanto et al., 2023).
Tabel 3. Karakteristik
Usia Pasien
Karakteristik Usia
Pasien |
Jumlah |
Presentase |
Bayi: 0-23 Bln |
13 |
14% |
Anak: 2-12 Thn |
58 |
60% |
Remaja: 13-18 Thn |
25 |
26% |
Jumlah Total |
96 |
100% |
Sehingga pada penelitian ini didapati
hasil bahwa pasien ISPA
terbanyak lebih cenderung terjadi pada usia anak-anak dipandang dari faktor
lingkungan, bahwa anak-anak pada umumnya lebih banyak beraktivitas diluar tempat tinggal, lebih senang bermain di kawasan
kotor dan berdebu sebagai akibatnya lebih rentan terhadap penyakit
Penetapan Profil Pasien Berdasrkan Kategori ISPA
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh data bahwa kasus pasien anak
yang menderita ISPA memiliki
6 kategori diantaranya bronkitis, faringitis, croup, rinhitis, pneumonia, dan otitis media.
Tabel 4. Profil
Pasien Berdasarkan kategori ISPA
Kategori ISPA |
Jumlah |
Presentase |
bronkitis |
26 |
27% |
Faringitis |
48 |
50% |
Croup |
2 |
2% |
Rinhitis |
7 |
7% |
Pneumonia |
12 |
13% |
Otitis Media |
1 |
1% |
Total Jumlah |
96 |
100% |
Hasil kasus terbanyak
terjadi pada pasien anak dengan kategori
faringitis sebanyak 46 pasien. Faringitis merupakan salah satu penyakit yang memiliki tingkat prevalensi cukup tinggi di Indonesia dan hampir setiap individu pernah mengalaminya. Menurut data Kementerian Kesehatan RI tahun
2018, Jawa Barat termasuk dalam
10 provinsi dengan tingkat prevalensi ISPA tertinggi, mencapai 11,8%. Pada tahun 2020, Dinas Kesehatan Kota Depok mencatat
ISPA sebagai kasus penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan
dari segala usia, mencapai 42.339 kasus atau sekitar
17,30% dari total kasus di
Kota Depok, Jawa Barat
Hasil kasus terbanyak
kedua pada penelitian ini ada pada penyakit
bronkitis sebanyak 26 pasien. Di Indonesia sebanyak 1,6 juta orang terinfeksi bronkitis. Penyakit ini
dapat timbul karena infeksi menurun dari saluran nafas atas atau infeksi primer
pada percabangan trakeobronkial
Hasil kasus terbanyak
ketiga terjadi pada penyakit pneumonia ada sebanyak 12 pasien. World Health
Organization (WHO) pada tahun 2015 menyatakan bahwa pneumonia sebagai pembunuh
balita nomor satu di dunia. Berdasarkan data badan PBB untuk anak-anak
(UNICEF), di tahun yang sama terdapat kurang dari 14 persen dari 147.000 anak
di bawah usia 5 tahun di Indonesia meninggal karena pneumonia
Sedangkan hasil kasus
ISPA terkecil pertama yaitu ada pada kategori rinhitis sebanyak 7 pasien. Rinitis menjadi masalah
kesehatan global yang menyerang 5-50% penduduk. Resiko
mengalami Rhinitis alergi lebih besar pada anak-anak
dibandingkan daripada orang dewasa. Anak-anak dapat terkena 8-12 kali dalam
setahun dibandingkan orang dewasa yang mengalami 2-3 kali dalam setahun
Hasil kasus terkecil
kedua ada pada penyakit croup ada sebanyak 2 pasien. Setiap tahun croup menyerang 2%
sampai 6% pada anak-anak, paling banyak menyerang
anak-anak usia kurang dari
6 tahun dan
anak laki-laki paling banyak
daripada anak perempuan
Kasus peneitian terkecil
pada penelitian ini ada pada penyakit Otitis media
pada penelitian ini terjadi pada 1 pasien. Menurut survei yang dilakukan
pada tujuh propinsi di Indonesia pada tahun 1996
ditemukan angka kejadian Otitis Media Supuratif Kronis sebesar 3% dari penduduk Indonesia
Penetapan Penggolongan Obat Berdasarkan Kelas Terapi
Pada penelitian ini dilakukan penggolongan
obat berdasarkan dosis terapi diperoleh
176 total penggunaan obat dari 96 resep ISPA anak. Pada profil pengobatan yang paling banyak digunakan ialah golongan antibiotik cefixime dry
sirup sebanyak 27, obat batuk ambroxol sirup sebanyak 16 dan antihistamin
cetirizine sirup sebanyak 11 penggunaan.
Tabel 5. Penggolongan
Obat ISPA Berdasarkan Kelas Terapi
Jenis Obat |
Nama Obat |
Jumlah |
Presentase |
Antibiotik |
Amoxicillin Kaplet 500 Mg |
8 |
5% |
Amoxicillin Dry Sirup |
4 |
2% |
|
Claneksi Tablet 500 Mg |
5 |
3% |
|
Claneksi Dry Sirup |
1 |
1% |
|
Cefixime Tablet 100 Mg |
9 |
5% |
|
Cefixime Dry Sirup |
27 |
15% |
|
Cefadroxil |
1 |
1% |
|
Azithromycin |
6 |
3% |
|
Azithromycin Sirup |
1 |
1% |
|
Cefotaxime 1 g |
6 |
3% |
|
Thiampenicol |
1 |
1% |
|
Isoniazid |
2 |
1% |
|
Rifampicin |
2 |
1% |
|
FG Troches |
2 |
1% |
|
Antihistamin |
Cetirizine Tablet 10 Mg |
8 |
5% |
Cetirizine Sirup |
11 |
6% |
|
Dexamethasone Tablet |
1 |
1% |
|
Dexamethasone infus |
1 |
1% |
|
Methylprednisolone |
7 |
4% |
|
Alegi |
2 |
1% |
|
Analgesik dan Antipiretik
|
Paracetamol Infus |
4 |
2% |
Paracetamol Sirup |
9 |
5% |
|
Paracetamol Drop |
4 |
2% |
|
Paracetamol Tablet |
5 |
3% |
|
Sanmol |
1 |
1% |
|
Tempra Sirup |
1 |
1% |
|
Ibuprofen |
4 |
2% |
|
Dexketoprofen |
1 |
1% |
|
Antiasma |
Salbutamol Tablet |
10 |
6% |
Batuk |
Ambroxol Sirup |
16 |
9% |
Ambrroxol Tablet |
8 |
5% |
|
Acetylcystein Tablet |
5 |
3% |
|
Fluimuicil Tablet |
2 |
1% |
|
Antiinfeksi dan Antiseptik |
Akilen Ear Drop |
2 |
1% |
Total Jumlah |
176 |
100% |
Identifikasi Obat
Off Label
Pada penelitian dengan kategori penggunaan obat off-label pada pasien ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Anak di RSUD Majalengka Periode Januari 2022 – Desember Tahun 2022 dengan kategori off-label dosis sebanyak 27 kasus atau 15%, sedangkan pada kategori off label usia, off label rute pemberian, off label indikasi serta off-label kontraindikasi
tidak ditemukan
adanya kejadian off-label.
Tabel 6. Identifikasi Obat
Off Label
Kategori |
Jumlah |
Presentase |
Off Label Dosis |
27 |
15% |
Off Label Rute Pemberian |
0 |
0% |
Off Label Indikasi |
0 |
0% |
Off Label Kontra
Indikasi |
0 |
0% |
Total Jumlah Obat |
176 |
|
Total Presentase |
|
15% |
Kategori Obat Off label
Dosis
Menurut hasil penelitian, yang masuk
dalam kategori off-label dosis, yakni sebanyak 27 item
obat atau sebesar 15% dari total 176 item obat yang diresepkan. Penggunaan
tertinggi pada kategori off-label dosis berdasarkan usia adalah antibiotik cefixime sebanyak 12 item. Hal ini disebabkan jumlah dosis (baik sekali minum maupun
akumulasi dalam sehari tidak sesuai dengan ketentuan yang
tertera pada literatur, baik diukur dari berat badan maupun usia pasien)
Tabel 7. Kategori Obat
Off Label Dosis
Nama Obat |
Jumlah |
Presentase |
Cetirizine
Tablet 10 Mg |
2 |
7% |
Cefixime
100 Mg/5 Ml Dry Sirup |
12 |
44% |
Ambroxol 30 Mg Tablet |
3 |
11% |
Ambroxol Sirup 15 Mg/5 Ml |
3 |
11% |
Dexamethasone |
1 |
4% |
Paracetamol
Drop |
3 |
11% |
Amoxicillin
Dry Sirup |
2 |
7% |
Paracetamol
Infus |
1 |
4% |
Total jumlah |
27 |
100% |
Penggunaan tertinggi pada kategori off-label dosis adalah antibiotik cefixime dry sirup sebanyak 12
item dengan kasus resep yaitu pasien umur 3 tahun diberikan dosis 6
ml; pasien umur 4 tahun dan 5 diberikan dosis 8 ml; pasien umur 4 tahun diberikan dosis 10 ml. Sedangkan dalam
literatur (IONI, 2017) ditetapkan
bahwa dosis anak 1-5 tahun sehari 1x 1 cth (5ml=100mg).
Pada pasien umur 6 tahun ditemukan 4 resep diberikan dosis 2x4 ml (8 ml); 2 resep pada pasien umur 6 tahun diberikan
dosis 2x5 ml (10 ml); pasien umur 7 tahun diberikan
dosis 2x5 ml (10 ml); pasien umur 8 tahun diberikan
dosis 2x4 ml (8 ml). Sedangkan dalam literatur (IONI, 2017) ditetapkan
bahwa dosis anak 6-8 tahun sehari 1x 1 ½ cth (7,5ml=150mg).
Adapun Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti dan Firmantie., ditetapkan bahwa penggunaan obat off label terbanyak
ada pada kategori off-label dosis
ialah cefixime yakni berjumlah 31 item, dengan
catatan aturan dosis sehari minum cefixime untuk anak
usia 1-4 tahun adalah 100 mg/hari, akan tetapi 24
rekam medis dengan usia 1-4 tahun menerima dosis sehari minum 105-225 mg/hari; aturan dosis sehari minum cefixime
untuk anak usia 5-9 tahun adalah 200 mg/hari, akan
tetapi 4 rekam medis dengan usia 5-9 tahun menerima dosis sehari minum
225-400mg/hari; dan aturan dosis sehari minum cefixime
untuk bayi usia 6-11 bulan adalah 75 mg/hari, akan
tetapi 3 rekam medis menerima 80-90 mg/ hari
Pada penggunaan obat off label ambroxol tablet 30 mg terjadi
pada 3 pasien dengan kasus 2 pasien umur 9 tahun diberikan dosis 3x1; dan pasien umur 10 tahun diberikan dosis 3x1. Sedangkan dalam
literatur (IONI, 2017) ditetapkan
bahwa anak dengan usia 6-12 tahun mendapat resep
½ tab 2-3x sehari.
Dalam penelitian Taslim, dkk., dikatakan bahwa terjadi penggunaan
obat off label dosis pada obat ambroxol dengan penggunaan yang tertera pada brosur untuk anak <2 tahun 7,5 mg 2x dalam satu hari. Pada resep ditemukan pemberian obat
dengan dosis yang melebihi dari dosis yang telah ditetapkan pada brosur yaitu
untuk anak 10 bulan 18 mg sehari
Penggunaan obat off label dosis juga terjadi
3 pasien pada obat ambroxol sirup 15 mg/5 ml dengan kasus resep yaitu
pasien umur 1
tahun diberikan dosis 3x4 ml; pasien umur 1 tahun diberikan
dosis 3x2 ml: dan pasien umur 1 tahun diberikan dosis 3x2,5 ml; sedangkan dalam
literatur (IONI, 2017) ditetapkan
bahwa dosis pasien anak <2th: 2,5 ml 2x sehari.
Dalam literatur lain tidak ditemukan kejadian off label dosis obat ambroxol sirup.
Pada kategori off label juga terjadi
pada obat paracetamol drop dengan
kasus resep pasien umur 9 bulan diberikan
dosis 4x1 ml; pasien umur 11 bulan diberikan dosis
2x2 ml; pasien umur 1 tahun diberikan dosis 3x1 ml. Sedangkan dalam literatur (IONI, 2017) ditetapkan bahwa dosis anak <1 th : 0,6 ml 3-4x sehari.
Dalam penelitian Taslim, dkk juga terjadi penggunaan obat off label yaitu
kasus off label
dosis penggunaan paracetamol
tablet pada resep
ditemukan pemberian paracetamol dalam bentuk racikan
sediaan tablet untuk anak umur 5 bulan dengan dosis 300 mg
sehari, sementara pada brosur untuk anak dibawah 1
tahun dosis yang dianjurkan adalah 180-240 mg dalam
satu hari. Penggunaan parasetamol cenderung aman jika sesuai dengan takaran
yang diberikan, tetapi akan dapat menimbulkan masalah pada hati karena efek
samping yang terjadi
Kejadian off label dosis pada obat amoxicillin dry
sirup terjadi pada 2 pasien
dengan kasus resep pasien umur 4 tahun diberikan dosis 3x1 cth; dan pasien umur 2 tahun diberikan dosis 3x1 cth. Sedangkan dalam literatur (IONI, 2017) ditetapkan
bahwa dosis Anak BB 20kg
: 20-40mg/kgbb atau Anak 1-5 th:
3x ½ cth.
Penelitian lain tentang off label obat
amoxicillin dry sirup juga terjadi pada penelitian Taslim, dkk., ditemukan pemberian dosis amoxicillin
sirup yang melebihi dosis yang telah ditetapkan pada
brosur yaitu 375 mg sehari dengan rentang berat badan
7 kg sampai 9 kg, padahal dosis yang dianjurkan adalah 20- 40mg/kgBB/hari
Selanjutnya, kejadian off label pada obat cetirizine tablet 10
mg ditemukan 2 jenis off label dosis
yaitu Pasien umur 14 tahun diberikan dosis 3x1 dan Pasien umur
9 tahun diberikan dosis 3x1 sedangkan dalam literature (IONI,
2017) tercantum bahwa obat cetirizine tablet 10 mg di tetapkan
dosis dewasa dan anak >6 th: 10 mg/hari.
Pada penelitian Wijayanti dan Firmantie., dikatakan bahwa penggunaan obat off label dosis
terdapat 4 pasien hal tersebut dapat
terjadi karena disebabkan jumlah dosis tidak sesuai dengan ketentuan yang tertera pada literatur
Paracetamol Infus juga ditemukan dengan kategori off label pada pasien umur 8 tahun diberikan dosis
3x300mg. Sedangkan, dalam literatur (IONI,
2017) ditentukan bahwa dosis dewasa dan anak BB 10-50kg: 15 mg/kgbb atau hasil dosis
yang telah dihitung baiknya yaitu (3x125 mg). Untuk dosis paracetamol infus tidak ditemukan kejadian off label
pada penelitin lain.
Penggunaan obat off label Dexamethasone terjadi pada 1 pasien dengan kasus
pasien umur 1
tahun diberikan dosis 3x1,5 mg. Sedangkan dalam literatur (IONI, 2017) ditetapkan bahwa dosis anak 10-100mcg/kgbb atau hasil yang telah dihitung yaitu 1.2 mg.
Kejadian off label lain
juga terjadi pada pnelitian
Taslim dkk., dikatakan bahwa dosis penggunaan obat dexamethason yang dianjurkan untuk anak
1-5 tahun adalah 0,25-1 mg 2 kali dalam satu hari. Sedangkan pada resep ditemukan pemberian dexamethason
dengan dosis yang lebih kecil dari dosis yang tertera pada brosur yaitu
pemberian obat dexamethason untuk anak umur 2,5 tahun
dengan dosis 0,3 mg sehari
Obat yang masuk dalam kategori off-label dosis pada penelitian ini
disebabkan adanya peresepan dosis obat secara
berlebih pada anak (dibandingkan dengan dosis yang tertera pada literatur),
penggunaan obat dengan dosis berlebih (over) ini dapat menyebabkan peningkatan resiko toksisitas pada anak
Dalam penelitian ini,
penggunaan obat off-label yang ditemukan
tidak diakibatkan oleh kesalahan dokter dalam meresepkan obat kepada pasien.
Penyebabnya adalah bahwa dalam proses meresepkan obat, dokter juga mempertimbangkan berbagai faktor seperti kondisi penyakit pasien, usia, jenis kelamin,
berat badan, dan situasi saat pemberian obat. Peneliti menentukan status off-label
suatu obat berdasarkan informasi yang tercatat dalam resep, tanpa melibatkan
data medis lengkap pasien terkait riwayat penggunaan obat atau diagnosis penyakitnya. Oleh karena itu, peneliti tidak
memiliki informasi mengenai bagaimana obat tersebut sebenarnya
digunakan oleh pasien atau sebab mengapa
obat tersebut diresepkan secara off-label. Dalam
penelitian ini hanya mencatat sebagian kecil dari resep obat
off-label yang ada,
sementara penelitian lanjutan lainnya mungkin masih diperlukan
untuk memahami aspek-aspek lain dari penggunaan obat off-label yang belum
terungkap
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
profil penggunaan obat off-label yang telah dilakukan pada data rekam medis pasien anak
di RSUD Majalengka pada tahun
2022 didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan obat off-label pada pasien
anak dalam penelitian ini ditemukan 1 kejadian dari 5 kategori yaitu 27 kasus atau (15%) penggunaan obat off-label dengan kategori off label dosis.
Sedangkan, tidak ditemukan kejadian off label pada kategori
off-label usia,
off label rute
pemberian, off-label
indikasi dan off-label
kontraindikasi. Penggunaan obat off label dosis terbanyak ada 4, diantaranya yaitu Cefixime dry sirup sebanyak 12
kali; Ambroxol tablet 30 mg sebanyak 3 kali; Ambroxol sirup 15 mg/5 ml sebanyak
3 kali; dan Paracetamol drop sebanyak 3 kali.
BIBLIOGRAFI
Averina, R. Y., & Widagda,
I. Gst. N. J. A. (2021). Karakteristik
Pasien Otitis Media Supuratif
Kronis Di Poliklinik Tht Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Periode Januari – Juni 2013. Tjyybjb.Ac.Cn, 27(2),
635–637.
Cholisoh, Z., & Rohmah,
S. A. (2020). Penggunaan Obat
Off-Label dan Unlicensed pada Bayi dan Neonatus di Bangsal Anak. Pharmacon:
Jurnal Farmasi Indonesia,
17(1), 61–69. https://doi.org/10.23917/pharmacon.v17i1.10828
Dera, C. F. A., & Nurma, S. (2022). Off-label Medication Use in Pediatric
Outpatients: A Retrospective Observational Study at Dr. H. Abdul Moeloek Hospital in Lampung. Indonesian Journal of
Clinical Pharmacy, 11(2), 116–128.
https://doi.org/10.15416/ijcp.2022.11.2.116
Hapsari, R., Aini, S. R., & Hamdin,
C. D. (2023a). Penggunaan obat
off-label pada pasien anak
di salah satu rumah sakit daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat tahun 2017. Sasambo
Journal of Pharmacy, 4(1), 34–37.
https://doi.org/10.29303/sjp.v4i1.219
Hapsari, R., Aini, S. R., & Hamdin,
C. D. (2023b). Penggunaan obat
off-label pada pasien anak
di salah satu rumah sakit daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat tahun 2017. Sasambo
Journal of Pharmacy, 4(1), 34–37.
https://doi.org/10.29303/sjp.v4i1.219
Ilma, D. L., & Endriastuti, N. E. (2020). Off-Label Pediatric Drug Use In Indonesia: A Systematic Review. Unimma
Journal, 6(1), 39–50.
Jansen, S., Suratmini,
D., & Ardhiyanti, L. P. (2023). Pendidikan
Kesehatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) kepada Masyarakat Pengunjung Puskesmas Kecamatan Cinere, Depok, Jawa Barat. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Kesehatan Terkini,
2(1), 9–17.
Kharis, V. A., Desnita, R.,
& IH, H. (2017). Evaluasi Kesesuaian
Dosis pada Pasien Pediatri Bronkitis Akut di Rumah Sakit Tentara Kartika Husada Kubu Raya. Pharmaceutical Sciences and Research,
4(2), 57–65. https://doi.org/10.7454/psr.v4i2.3672
Noviyanto, F., Maelani, A., Mursyid, A., & Haerunisa, D.
(2023). Skrining Penggunaan
Obat Off-Label pada Pasien
ISPA Anak di Puskesmas Cikeusik
Provinsi Banten Tahun
2021. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Delima, 5(2), 97–103.
https://doi.org/10.60010/jikd.v5i2.94
Putra, O. N., Anggraini,
E. D., & Faizah, A. K. (2021). Peresepan Obat “Off-Label” Pada Anak Dengan
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian,
2(1), 94. https://doi.org/10.31764/lf.v2i1.3729
Saputra, R. C., Pinakesty,
A., & Wirayudha, Y. (2021). Evaluation of
Systemic Corticosteroid Therapy in Patient with
Croup-Laryngotracheobronchitis: A Systematic Review. 14–29.
Sari, N. P., Angelina, R., & Fauziah, L. (2019). Pengaruh Edukasi melalui Media Video terhadap Pengetahuan dan Sikap Keluarga tentang Pneumonia pada Balita. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, 2(2), 69.
https://doi.org/10.32584/jika.v0i0.357
Sutriati Tuloli, T., Rasdianah, N., Makkulawu, A.,
Ramadani Putri Papeo, D., & Datau,
M. (2022). Gambaran Penggunaan Obat
Off-Label Pada Pasien Pediatrik
Rawat Inap di Rumah Sakit. Indonesian Journal of Pharmaceutical Education,
2(2), 130–142. https://doi.org/10.37311/ijpe.v2i2.11449
Syafitri AR, N., Faisal, M., & Indriyanti,
N. (2021). Kajian Penggunaan Obat
Off-Label Pada Penyakit ISPA Pasien
Pediatri di RSUD Majene. Proceeding
of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences, 14,
96–105. https://doi.org/10.25026/mpc.v14i1.577
Taslim, T.;Rhinarda, T., Salim, R. (2020). Gambaran Resep Obat OFF Label Pasien Balita di Salah Satu Apotek Swasta Padang Periode Januari-April 2017. Akademi Farmasi Prayoga, 5(1), 58–65.
Wijayanti, A. N., & Firmantie,
A. I. (2022a). Profil Peresepan
Off-Label Pada Pasien Pediatrik
Diagnosa Ispa ( Infeksi Di Rumah
Sakit B Surabaya Off-Label Prescription Of Pediatric
Patients With Diagnosis Of Ari ( Acute Respiratory Infection ) On Period
June-August 2021. IV(2).
Wijayanti, A. N., & Firmantie,
A. I. (2022b). Profil Peresepan
Off-Label Pada Pasien Pediatrik
Diagnosa Ispa (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Periode Juni-Agustus 2021 Di Rumah Sakit B Surabaya Off-Label
Prescription Of Pediatric Patients With Diagnosis Of
Ari (Acute Respiratory Infection) On Period. Jurnal
Kesehatan Pharmasi (Jkpharm,
Iv(2).
Copyright holder: Ade Joharudin, Siti Pandanwangi, Puri Lestari (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |