Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 11, November 2024

 

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PEROKOK DENGAN TIDAK PEROKOK DI PUSKESMAS MALEBER KABUPATEN KUNINGAN

 

Yenny Sri Wahyuni1, Ahmad Azrul Zuniarto2, Siti Pandanwangi TW3

Universitas YPIB, Majalengka, Indonesia1,2,3

Email: [email protected]1

 

Abstrak

Rokok adalah faktor risiko utama pemicu penyakit kardiovaskular diantaranya hipertensi, hal ini dikarenakan adanya kandungan zat dalam rokok yang berbahaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui demografi, perbedaan dan hubungan tekanan darah antara pasien hipertensi perokok dengan tidak perokok di Puskesmas Maleber Kabupaten Kuningan. Metode penelitian dengan retrospektif dari rekam medis pasien dan observasi prospektif di rumah pasien setelah tiga hari pemberian terapi obat antihipertensi. Total sampel yang diambil yaitu sebanyak 74 responden yang dipilih menggunakan teknik Purposive Sampling. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney, dan Uji korelasi Rank Spearman. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pasien hipertensi di wilayah tersebut didominasi oleh kelompok usia < 60 tahun, jenis kelamin laki-laki, riwayat hipertensi, dan menggunakan obat amlodipine. Uji Mann Whitney menemukan perbedaan penurunan tekanan darah penerima terapi obat antihipertensi antara pasien perokok dengan tidak perokok. Uji spearman menemukan obat antihipertensi pada pasien perokok dan tidak perokok menunjukkan pengaruh usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi, dan jenis obat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi. Pada perokok, usia dan riwayat hipertensi memiliki korelasi yang kuat dengan tekanan darah, sementara jenis kelamin dan nama obat memiliki korelasi cukup. Sedangkan pada yang tidak merokok usia memiliki korelasi yang cukup, sementara jenis kelamin, riwayat hipertensi, dan nama obat memiliki korelasi lemah.

Kata kunci: Obat antihipertensi, Perokok

 

Abstract

Cigarettes are the main risk factor for cardiovascular disease, including hypertension, this is due to the dangerous substances contained in cigarettes. The aim was to determine the demographics, differences and relationship between blood pressure between hypertensive patients who were smokers and non-smokers at the Maleber Community Health Center, Kuningan Regency. The research method is retrospective from the patient's medical records and prospective observation at the patient's home after three days of antihypertensive drug therapy. The total sample taken was 74 respondents who were selected using the Purposive Sampling technique. Data analysis used the Mann Whitney test and the Spearman Rank correlation test. The research results show that the characteristics of hypertensive patients in this area are dominated by the age group < 60 years, male gender, history of hypertension, and using the drug amlodipine. The Mann Whitney test found differences in blood pressure reduction in recipients of antihypertensive drug therapy between smoking and non-smoking patients. The Spearman test found antihypertensive drugs in smoking and non-smoking patients showing the influence of age, gender, history of hypertension, and type of drug on blood pressure in hypertensive patients. In smokers, age and history of hypertension had a strong correlation with blood pressure, while gender and drug name had a moderate correlation. Meanwhile, for non-smokers, age has a sufficient correlation, while gender, history of hypertension, and name of medication have a weak correlation.

Keywords: Antihypertensive drugs, Smokers

 

Pendahuluan

Efektivitas obat antihipertensi adaIah ukuran sejauh mana obat dapat berhasil menurunkan dan mengontrol tekanan darah pada individu yang menderita penyakit hipertensi. Istilah "efektivitas" dalam konteks ini merujuk pada keberhasilan obat dalam mencapai tujuan terapeutik. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang bisa disebabkan oleh life syle yang buruk. Salah satu faktor life syle yang mempengaruhi berkembangnya hipertensi adalah merokok. Jika tekanan darah sistolik seseorang mencapai 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastoliknya mencapai 90 mmHg atau lebih tinggi, maka dianggap hipertensi. Pengukuran utama yang digunakan untuk menegakkan diagnosis hipertensi adalah tekanan sistolik (PERKI, 2015).

   Secara umum, ada dua kategori faktor risiko hipertensi: faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Membakar tembakau kemudian menghirup dan menghembuskannya melalui mulut merupakan tindakan merokok (Sarie, 2021).

   Dibandingkan dengan bukan perokok, perokok memiliki peluang lebih tinggi terkena hipertensi, berdasarkan penelitian yang disebutkan. bahwa salah satu penyebab hipertensi adalah kebiasaan merokok. Rokok meningkatkan tekanan darah karena mengandung tar, nikotin, karbon monoksida, dan zat lainnya. Pembuluh darah menyerap nikotin, yang kemudian menyebabkan kelenjar adrenal melepaskan hormon adrenalin. Arteri darah menyempit akibat efek  dari tar dan adrenalin, membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah, sehingga meningkatkan tekanan darah. Selain itu, karbon monoksida dalam rokok mengikat hemoglobin dalam darah, mengentalkannya dan seringkali menyumbat dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan jantung berdetak lebih cepat (Hasyim, 2021).

   Presentasi konsumsi tembakau (hisap dan kunyah) pada penduduk usia ≥ 15 tahun pada tahun 2007 mencapai 65,6%, di tahun 2013 66%, dan pada tahun 2018 mencapai 62,9% pada lakilaki. Sedangkan presentasi konsumsi tembakau (hisap dan kunyah) pada penduduk usia ≥ 15 tahun pada tahun 2007 mencapai 5.2%, di tahun 2013 6.7%, dan pada tahun 2018 mencapai 4.8% pada perempuan. Presentasi merokok pada penduduk umur 10-18 tahun pada tahun 2013 menurut Riskesdas mencapai 7,2%, pada tahun 2016 menurut Sirkesnas mencapai 8,8%, dan pada tahun 2018 menurut Riskesdas mencapai 9,1%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa prevelensi merokok pada penduduk umur 10-18 tahun mengalami peningkatan (Riskesdas, 2018).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui demografi, perbedaan dan hubungan tekanan darah antara pasien hipertensi perokok dengan tidak perokok di Puskesmas Maleber Kabupaten Kuningan.

 

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara bagaiman meneliti dan memehami objek dengan prosedur yang logis dan masuk akal serta memperoleh data yang valid (Sugiyono, 2017). Penelitian deskriptif digunakan dalam penelitian ini, dan data dikumpulkan secara retrospektif, yaitu menggunakan informasi dari rekam medis pasien untuk memeriksa kejadian masa lalu. Pemeriksaan terakhir dilakukan secara prospektif, berupa observasi langsung di rumah pasien pada hari ketiga setelah terapi. obat-obatan yang menurunkan tekanan darah. Purposive sampling adalah metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini. Untuk mengkarakterisasi karakteristiknya, data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis deskriptif; Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah digunakan analisis bivariat yang meliputi uji Spearman, uji Mann Whiteney, dan uji t jika nilai uji normalitas kurang dari 0,05.

 

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Demografi Pasien

Analisis deskriptif demografi adalah metode statistik yang digunakan untuk menggambarkan dan meringkas data sehingga memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang karakteristik dari suatu sampel atau populasi.

 

Tabel 1. Demografi pasien hipertensi

Variabel

Kategori

Perokok N (%)

Tidak Perokok N (%)

Total N=74 N (%)

Usia

< 60 Tahun

33 (44,6)

33 (44,6)

66 (89,2)

> 60 tahun

4 (5,4)

4 (5,4)

8 (10,8)

Jenis Kelamin

Laki-laki

59 (79,7)

0 (0)

59 (79,7)

Perempuan

0 (0)

15 (20,3)

15 (20,3)

Riwayat Hipertensi

Riwayat Hipertensi

24 (32,43)

15 (20.27)

 

39 (52.7)

Tidak Riwayat Hipertensi

13 (17,57)

22 (29.73)

 

35 (47.3)

Obat Antihipertensi

Amlodipin

28 (37,84)

33 (44.59)

61 (82.47)

Captopril

6 (8,10)

3 (4,05)

9 (12.2)

Furosemide

3 ( 4,05)

1 (1,35)

4 (5.4)

 

Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik

 

Tabel 2. Rata-rata Tekanan darah sistolik dan diastolik

No

Kategori perokok

Tekanan darah rata-rata mmHg

Sistolik

Diastolik

awal

akhir

TD ↓

awal

akhir

TD ↓

1

Perokok

159,72

151,48

8,24

79,72

76,48

3,24

2

Tidak Perokok

157,02

146,62

10,04

80,00

75,13

4,87

 

Menunjukkan rata-rata tekanan darah pasien hipertensi yang menjalani terapi obat antihipertensi. Rata-rata perbedaan penurunan tekanan darah sistolik pasien bukan perokok yang menjalani terapi obat antihipertensi turun menjadi 10,04 mmHg, yang menunjukkan bahwa tekanan darahnya lebih rendah. Rata-rata nilai tekanan darah diastolik pasien bukan perokok yang mendapat terapi obat antihipertensi turun menjadi 4,87 mmHg, artinya lebih rendah dibandingkan tekanan darah diastolik pasien perokok yang mendapat terapi obat antihipertensi. Tekanan darah sistolik pasien perokok yang mendapat terapi obat antihipertensi menurun menjadi 8,24 mmHg. serendah 3,24 mmHg.

Berdasarkan temuan penelitian, diketahui bahwa kebiasaan merokok dapat berdampak pada tingkat tekanan darah karena merokok merupakan kebiasaan sehari-hari yang berkontribusi terhadap penumpukan zat berbahaya di dalam darah. Selain itu, rokok dapat meningkatkan tingkat tekanan darah dengan meningkatkan detak jantung dan menginduksi vasokonstriksi, yang keduanya meningkatkan tekanan darah. Arteri darah dirusak oleh tar dan karbon monoksida, dan penyerapan nikotin dipercepat oleh amonia, yang keduanya meningkatkan tekanan darah. Akibatnya, banyak bahan kimia yang terkandung dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit lainnya (Sandhi, 2019).

Karena asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia, 200 di antaranya beracun, dan 43 lainnya berpotensi beracun, maka merokok dapat memberikan dampak yang lebih besar terhadap peningkatan tekanan darah. Merokok meningkatkan tekanan darah melalui vasokonstriksi nikotin, merusak pembuluh darah akibat paparan zat berbahaya, dan meningkatkan risiko hipertensi, yang merupakan faktor risiko utama serangan jantung, stroke, dan gagal jantung serta penurunan respons terhadap perawatan tekanan darah (Arifin et al., 2016).

 

Tabel 3. Hasil data uji normalitas

No

Kategori

Kelompok

Kmolgorov-smirnov 

Sig.

1

Sistolik Awal

Perokok

0,013

Tidak Perokok

0,003

2

Sistolik Akhir

Perokok

0,007

Tidak Perokok

0.021

3

Diastolik Awal

Perokok

0.000

Tidak Perokok

0,000

4

Diastolik Akhir

Perokok

0.000

Tidak Perokok

0,000

 

Untuk memastikan nilai residu berdistribusi normal atau tidak digunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov. Karena datanya harus didistribusikan secara berkala agar dapat memanfaatkan Uji T Independen. Data tidak berdistribusi normal, hal ini terlihat dari hasil uji normalitas data pada tabel 3. yang menunjukkan bahwa seluruh nilai signifikan kurang dari 0,05. Hasilnya, peneliti menggunakan tes Mann Whitney.

 

Hasil Uji Mann Whitney

Uji nonparametrik yang disebut uji Mann-Whitney digunakan untuk membandingkan dua kelompok independen yang tidak memenuhi asumsi kenormalan atau mempunyai distribusi tidak normal. Data ordinal atau interval yang tidak terdistribusi normal sering kali dikenai pengujian ini. Tujuannya adalah menguji variasi signifikan dalam variabel yang diamati antara kedua kelompok.

 

Tabel 4. Hasil Uji Mann Whitney

Hasil Tekanan Darah

N

Mean Rank

Sum

Asymp Sig

Sistol perokok

37

8,24

304,88

0.000

Sistol tidak perokok

37

10,04

371,48

Diastole perokok

37

3,24

119,88

0.000

Diastole tidak perokok

37

4,87

180,19

 

Tabel 4. menyajikan temuan penelitian mengenai tekanan darah sistolik dan diastolik setelah terapi obat antihipertensi. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 berdasarkan standar pengambilan keputusan pada uji Mann Whitney jika nilai signifikansi < 0,05. Hal ini menunjukkan H1 diterima dan H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan tekanan darah pasien yang mendapat terapi obat antihipertensi antara pasien perokok dan tidak perokok dalam menurunkan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi di Puskesmas Maleber Kuningan.

Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2022 oleh Unsandy & Suhartomi bertajukPengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Hipertensi di RS Melati Perbaungan” yang menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi akibat penyakit. bahan berbahaya dalam rokok, khususnya nikotin. Nikotin menyebabkan hipertensi dengan meningkatkan penyerapan garam dan air, meningkatkan aktivitas saraf simpatis, yang selanjutnya menyebabkan aterosklerosis, vasokonstriksi, dan sistem renin-angiotensin. Karena nikotin mempengaruhi jalur inflamasi di kedua arah, nikotin dapat memperburuk penyakit dengan mengganggu homeostasis imunologi dan meningkatkan tekanan darah.

 

Hubungan demografi dengan Tekanan Darah

Uji Spearman adalah metode statistik non-parametrik yang digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara dua variabel. Berbeda dengan korelasi Pearson yang mengukur hubungan linier antara variabel, uji Spearman menilai hubungan monoton antara kedua variabel tersebut.

 

Tabel 5. Hubungan demografi terhadap tekanan darah pasien hipertensi penerima terapi obat antihipertensi perokok dengan tidak perokok

 

Perokok N=37

Tidak Perokok N=37

 

Korelasi

Sig

Korelasi

Sig

Usia

0.565

0.004

0.283

0.007

Jenis Kelamin

0.338

0.039

0.200

0.047

Riwayat hipertensi

0.672

0.043

0.013

0.026

Nama obat

0.443

0.047

0.031

0.036

 

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa hasil dari uji korelasi rank spearman aspek usia dengan nilai signifikansi 0.004 yang artinya <0.05 terdapat pengaruh terhadap tekanan darah pasien hipertensi dengan nilai korelasi 0.565 yang artinya hubungan kuat. Hasil penelitian ini semakin menguatkan temuan bahwa Seiring bertambahnya usia, risiko hipertensi juga meningkat secara umum. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa perokok mungkin memiliki peningkatan risiko yang lebih besar terkait dengan usia mereka daripada tidak perokok (Siagian et al., 2021).

   Berdasarkan pernyataan di atas, komponen gender pada temuan uji korelasi rank spearman mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,039 yang menunjukkan <0,05, dan nilai korelasi sebesar 0,338 yang menunjukkan adanya hubungan yang cukup sehingga menunjukkan adanya dampak terhadap tekanan darah penderita hipertensi. pasien. Variasi hormonal dan gaya hidup menjadi penyebabnya. Laki-laki yang pernah merokok lebih mungkin menderita hipertensi karena mekanisme vasoprotektif yang dimediasi oleh estrogen berhenti bekerja setelah menopause (Garwahusada & Wirjatmadi, 2020).

   Berdasarkan pernyataan di atas, terdapat korelasi kuat (nilai korelasi 0,672) antara tekanan darah pasien hipertensi dengan hasil uji korelasi rank spearman aspek riwayat hipertensi, dengan nilai signifikansi 0,043 atau <0,05 . Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di wilayah operasi Puskesmas Rumbai Pesisir yang menunjukkan bahwa perokok yang memiliki riwayat hipertensi lebih besar kemungkinannya untuk mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan perokok yang tidak. Hal ini disebabkan oleh risiko umum yang terkait dengan riwayat hipertensi dan akibat merokok yang dapat meningkatkan tekanan darah. Risiko hipertensi meningkat jika kedua orang tuanya memiliki riwayat penyakit tersebut (Sandhi, 2019).

Temuan uji korelasi rank spearman karakteristik nama obat berpengaruh terhadap tekanan darah pasien hipertensi. Nilai signifikannya sebesar 0,047 kurang dari 0,05 dan nilai korelasinya sebesar 0,443 yang menunjukkan adanya keterkaitan yang cukup. Hasil Mardena dan Kusuma (2017) sejalan dengan hal tersebut. Dalam sebuah penelitian, amlodipine digunakan untuk mengobati 36 perokok hipertensi yang dievaluasi tiga kali. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang dihasilkan amlodipine masing-masing sebesar 1,38 mmHg dan 1,03 mmHg.

   Berdasarkan penegasan di atas, hasil uji korelasi rank spearman aspek umur mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,007 yang berarti <0,05. Nilai korelasi sebesar 0,283 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup untuk menunjukkan bahwa tekanan darah seseorang cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Pada orang yang tidak merokok, tekanan darah umumnya cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan pada pembuluh darah, proses penuaan itu sendiri, penumpukan plak di arteri, atau penurunan fleksibilitas pembuluh darah (Umbas et al., 2019).

   Berdasarkan pernyataan di atas, komponen gender pada temuan uji korelasi rank spearman mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,047 yang menunjukkan <0,05 dan terdapat hubungan yang lemah dengan nilai korelasi sebesar 0,200 terhadap tekanan darah pasien hipertensi. Hal ini merupakan hasil dari banyak temuan penelitian yang menunjukkan adanya korelasi antara tekanan darah dan jenis kelamin di kalangan bukan perokok. Pria lebih mungkin terkena faktor risiko tekanan darah tinggi di masa dewasa dibandingkan wanita, termasuk merokok, pesta minuman keras, mengonsumsi makanan tinggi garam, dan kurang berolahraga. Akibatnya, pria biasanya memiliki tekanan darah sedikit lebih tinggi dibandingkan wanita pada usia yang sama (Novari et al., 2019; Sari et al., 2017).

   Berdasarkan penegasan di atas, hasil uji korelasi rank spearman untuk aspek riwayat hipertensi mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,026 yang menunjukkan <0,05, dan nilai korelasi sebesar 0,013 yang menunjukkan adanya hubungan yang lemah, terhadap tekanan darah pasien hipertensi. . Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa orang dengan riwayat tekanan darah tinggi, meskipun tidak merokok, biasanya memiliki tekanan darah tinggi. Bahkan pada orang yang tidak merokok pun, riwayat hipertensi dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, meski tidak semua orang yang mengidap penyakit tersebut akan selalu menderita tekanan darah tinggi (Nyoman, 2018).

   Berdasarkan pernyataan di atas, terdapat hubungan lemah (nilai korelasi 0,031) antara karakteristik nama obat yang muncul pada temuan uji korelasi rank Spearman dengan tekanan darah pasien hipertensi, dengan nilai signifikansi 0,036 atau kurang. dari 0,05. Hal ini sesuai dengan Mardena dan Kusuma (2017). Dalam sebuah penelitian terhadap penderita hipertensi yang tidak merokok yang menerima amlodipine dan tiga pembacaan tekanan darah digital, ditemukan bahwa obat tersebut dapat meningkatkan tekanan darah rata-rata sekaligus menurunkan tekanan darah sistolik rata-rata 4,15 mmHg. Tekanan diastolik darah adalah 1,32 mmHg.

 

Kesimpulan

Penelitian mengenaiPerbandingan Efektivitas Obat Antihipertensi pada Pasien Perokok dengan Tidak Perokok di Puskesmas Maleber Kabupaten Kuningan”. Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Karakteristik pasien hipertensi di Puskesmas Maleber Kabupaten Kuningan berdasarkan usia didominasi oleh usia <60 tahun, berjenis kelamin laki-laki, memiliki riwayat hipertensi dan menggunakan obat antihipertensi amlodipine. Hasil menunjukkan adanya perbedaan penurunan tekanan darah antara pasien hipertensi yang merokok dan yang tidak merokok setelah diberi terapi obat antihipertensi di Puskesmas Maleber Kabupaten Kuningan. Hasil uji pengaruh tekanan darah terhadap perokok dan tidak perokok menunjukkan pengaruh faktor usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi, dan jenis obat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi. Pada perokok, usia dan riwayat hipertensi memiliki korelasi yang kuat dengan tekanan darah, sementara jenis kelamin dan nama obat memiliki korelasi cukup. Sedangkan pada yang tidak merokok, usia memiliki korelasi yang cukup, sementara jenis kelamin, riwayat hipertensi, dan nama obat memiliki korelasi lemah.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Arifin, M., Weta, I. W., & Ratnawati, N. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kelompok lanjut usia di wilayah kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Badung tahun 2016. E-Jurnal Medika, 5(7), 1395–2303.

Garwahusada, E., & Wirjatmadi, B. (2020). Hubungan Jenis Kelamin, Perilaku Merokok, Aktivitas Fisik dengan Hipertensi Pada Pegawai Kantor. Media Gizi Indonesia, 15(1).

Hasyim, F. (2021). Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat di Desa Gumukmas. In Universitas dr. Soebandi.

Mardena, D. R., & Kusuma, A. M. (2017). Pengaruh Merokok terhadap Keefektivitasan Terapi Hipertensi pada Penderita Hipertensi Perokok Di Empat Puskesmas Tahun 2017. Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry, 4(2). https://doi.org/10.25026/jtpc.v4i2.133

Novari, A. S., Khoirun, U., & Km, N. S. (n.d.). Prediction of Factors Affecting Hypertension using Data Mining Method to Improve Healthcare Services at the Ngoro Community Health Center [ Prediksi Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi dengan Metode Data Mining untuk meningkatkan Pelayanan Kesehatan di UP. 1–12.

Nyoman, S. D. (2018). Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di Upt Kesmas Gianyar I Tahun 2018. In - (Vol. 1, Issue 4, P. 53). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Keperawatan Program Studi Div Denpasar.

PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Hipertensi. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskuler, 1.

Riskesdas Kementrian Kesehatan RI. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Nasional.pdf. In Lembaga Penerbit Balitbangkes.

Sandhi, S. I. (2019). Studi Fenomenologi: Kesadaran Diri (Self Awareness) Perokok Aktif yang mempunyai Anak Balita dalam Perilaku Merokok di Tempat Umum di Kelurahan Pegulon Kabupaten Kendal. Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan, 6, 237–243.

Sari, G. P., Chasani, S., Pemayun, T. G. D., Hadisaputro, S., & Nugroho, H. (2017). Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Terjadinya Hipertensi pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Puskesmas Kabupaten Pati. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 2(2), 54. https://doi.org/10.14710/jekk.v2i2.3996

Sarie, E. N. (2021). Hubungan Perilaku Merokok Dengan Obesitas Sentral Pada Orang Dewasa Sehat Di Desa Suradadi Tegal Tugas. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3(2), 6.

Siagian, H. J., Alifariki, L. O., & Tukatman, T. (2021). Karakteristik Merokok Dan Tekanan Darah Pada Pria Usia 30-65 Tahun: Cross SectionalStudy. Jurnal Kesehatan Komunitas, 7(1). https://doi.org/10.25311/keskom.vol7.iss1.871

Sugiyono. (2017). Metode penelitian bisnis: pendekatan kuantitatif, kualitatif, kombinasi, dan R&D. Penerbit CV. Alfabeta: Bandung, 225(87), 48–61.

Umbas, I. M., Tuda, J., & Numansyah, M. (2019). Hubungan Antara Merokok Dengan Hipertensi Di Puskesmas Kawangkoan. Jurnal Keperawatan, 7(1). https://doi.org/10.35790/jkp.v7i1.24334

 

 

 

Copyright holder:

Yenny Sri Wahyuni, Ahmad Azrul Zuniarto, Siti Pandanwangi TW (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: