Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 12, Desember 2024

 

HUBUNGAN EFEKTIVITAS DAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN TB PARU TERHADAP PENGGUNAAN OBAT OAT DI RUMAH SAKIT PERMATA CIREBON

 

Luky Septiansyah Anjastika1, Siti Pandanwangi2, Retno Tresno Sundari3, Aris4

Universitas YPIB, Indonesia1,2,3,4

Email: [email protected]1

 

Abstrak

Permasalahan dalam pengobatan TB paru sering kali berdampak pada rendahnya tingkat kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat, yang berpengaruh terhadap keberhasilan terapi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara efektivitas pengobatan pasien TB paru dengan tingkat kepatuhan minum obat. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survei melalui penyebaran kuesioner kepada populasi pasien TB paru yang menjalani pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) di Rumah Sakit Permata Cirebon. Responden merupakan pasien yang telah menjalani pengobatan selama enam bulan saat pengambilan data dilakukan. Hasil analisis menunjukkan korelasi antara kepatuhan pasien dan efektivitas pengobatan dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,670 dan tingkat signifikansi < 0,005. Hasil ini mengindikasikan adanya hubungan yang kuat antara tingkat kepatuhan pasien dan efektivitas terapi pengobatan TB paru. Dengan demikian, penelitian ini menegaskan pentingnya meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan OAT untuk mencapai hasil terapi yang optimal.

Kata kunci: TB Paru, Kepatuhan, Efektifitas pengobatan

 

Abstract

Problems in the treatment of pulmonary TB often have an impact on the low level of patient compliance in taking drugs, which affects the success of therapy. This study aims to analyze the relationship between the effectiveness of treatment of pulmonary TB patients and the level of adherence to taking medication. This study used a quantitative method with a survey approach through distributing questionnaires to a population of pulmonary TB patients undergoing OAT (Anti-Tuberculosis Drugs) treatment at Permata Hospital Cirebon. Respondents were patients who had undergone treatment for six months when data collection was conducted. The results of the analysis showed a correlation between patient compliance and treatment effectiveness with a correlation coefficient (r) of 0.670 and a significance level of <0.005. These results indicate a strong relationship between patient adherence and the effectiveness of pulmonary TB treatment therapy. Thus, this study confirms the importance of improving patient compliance in undergoing OAT treatment to achieve optimal therapeutic outcomes.

Keywords: Pulmonary TB, Compliance, Treatment Effectiveness

Pendahuluan

Jumlah kasus tuberkulosis paru di Indonesia mencapai 842.000 kasus (Yosua et al., 2022).  Sebanyak 442.000 orang melaporkan TB paru, dan sekitar 400.000 lainnya tidak melaporkan atau tidak terdiagnosis. Tuberkulosis paru menyerang 492.000 laki-laki dan 349.000 perempuan, sekitar 49.000 di antaranya adalah anak-anak (Maicel et al., 2023). Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018,  jumlah kasus tuberkulosis paru sebanyak 443.704 kasus, naik dibandingkan tahun 2016  sebanyak 360.565 kasus (Adhanty & Syarif, 2023; Fitri, 2018; Nurjanah et al., 2022; Tangkilisan et al., 2020).

Angka keberhasilan pengobatan semua kasus tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2018 adalah sebesar 84,6%.1 Pada tahun 2019, diperkirakan 4,3 juta orang terserang tuberkulosis dan diperkirakan 632.000 meninggal karena penyakit yang merupakan lebih dari separuh kematian tuberkulosis global (Pralambang & Setiawan, 2021; Ramadhan et al., 2019; Setyanur & Sunarto, 2023). Keberhasilan pengobatan untuk kasus tuberkulosis baru dan kambuh adalah 84% (untuk mereka yang mulai pengobatan pada 2018) (Hamidi et al., 2021).

Sejauh ini terapi tuberkulosis masih mengalami banyak permasalahan dalam pengobatan, karena terapi pengobatannya yang membutuhkan waktu lama minimal 6 bulan, sehingga menyebabkan kurangnya tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat yang mempengaruhi keberhasilan terapi (Saktiawati, 2021; Sari, 2021). Mengingat tuberkulosis paru merupakan penyakit yang menular sehingga kepatuhan dalam pengobatan tuberkulosis paru merupakan hal penting untuk dianalisis, serta masih butuh penelitian lebih lanjut tentang penyakit tuberkulosis paru (Inayah & Wahyono, 2019).

Belum banyaknya penelitian yang dapat menggambarkan upaya-upaya dalam meningkatan efektifitas pengobatan OAT TB paru sehingga maka diperlukan penelitian mengenai yang lebih terfokus pada hubungan efektifitas pengobatan dengan tingkat kepatuhan minum obat OAT pasien TB.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survei melalui penyebaran kuesioner kepada populasi pasien TB paru yang menjalani pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) di Rumah Sakit Permata Cirebon.

 

Metode Penelitian

Metode penelitian deskriptif ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan satu kali pengukuran dengan media kuisioner yang disebar kepada populasi yang tediri dari pasien TB paru yang mendapatkan pengobatan OAT di Rumah Sakit Permata Cirebon yang berusia ditas 17 tahun, mampu berkomunikasi dengan baik, dan pada saat pengambilan data sudah dalam tahan pengobatan bulan ke 6 (Abduh et al., 2023). pengambilan data dilakukan dalam kurun waktu 9 bulan yaitu pada bulan Juli 2023 sampai Febuari 2024 (Kesmodel, 2018).

 

 

 

 

Hasil dan Pembahasan

 

Tabel 1. Klasifikasi Responden Pasien TB Paru

Responden

Demografi

Frekuensi

Presentase

 

Jenis Kelamin

Laki-laki

27

54%

 

Perempuan

23

46%

 

18-30 tahun

11

22%

 

Usia

31-43 tahun

13

26%

 

44-56 tahun

14

28%

 

57-69 tahun

12

24%

 

Lama Pengobatan

< 6 bulan

5

10%

 

6 bulan

45

90 %

 

SD

25

50%

Pendidikan Terakhir

SMP

9

18%

 

SMA

16

32%

 

IRT

17

34%

 

Pelajar

2

4%

Pekerjaan

Wiraswasta

13

26%

 

Swasta

16

32%

 

PNS

2

4%

 

2.150.000

35

70%

Pendapatan

 

 

 

 

2.150.000-5.000.000

15

30%

 

 

Dari 50 sampel responden maka dapat diklasifikasikan berdasarkan data: jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan terakhir.

Hasil pengambilan data kepatuhan dikategorikan berdasarkan tingkat kepatuhan yaitu kepatuhan tinggi (nilai=8), kepatuhan sedang (nilai=6 - <8) dan kepatuhan rendah (nilai = 0-< 6). Maka dari 50 responden dapat diklasifikasikan pasien dngan kepatuhan tinggi sebanyak 82%, kategori sedang 8% dan kepatuhan rendah sebanyak 10%

Untuk menegakan efektifits pengobatan TB pada sampel maka dilakukan pengecekan ulang dahak pada bulan 1,2,5 dan 6 ditambah dengan pemeriksaan rontgen. Hasilnya pengobatan yang telah diberikan persentase efektif sebanyak 88%, sedangkan 12% nya dinyatakan tidak efektif

Berdasarkan uji chi-square menggunakan fisher exact test menunjukkan bahwa hipotesis didapatkan hasil p-value 0,000 dalam penelitian ini diterima dengan kekuatan hubungan kuat. Karena nilai p-value yang didapatkan 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kepatuhan dan efektivitas penggunaan obat OAT pada pasien TB Paru di Rumah Sakit Permata Cirebon dengan kekuatan hubungan yang kuat.

Pengobatan penyakit TB paru akan berjalan efektif apabila penggunaannya tepat dan sesuai dengan pedoman yang digunakan. Kepatuhan dalam pengobatan dapat mencerminkan perilaku pasien dapat menaati semua nasihat dan petunjuk yang diberikan oleh kalangan tenaga medis seperti dokter dan apoteker mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai pengobatan yang optimal (Hasina et al., 2023).

 

Kesimpulan

Kepatuhan Pasien TB Paru Terhadap Penggunaan Obat OAT di Rumah Sakit Permata Cirebon dengan kategori tinggi persentasenya 82%, kepatuhan sedang 8% dan kepatuhan rendah 10%. Dimana Efektivitas Pasien TB Paru Terhadap Penggunaan Obat OAT di Rumah Sakit Permata Cirebon dengan kategori efektif sebesar 88% dan kategori tidak efektif sebesar 12%. sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kepatuhan dan efektivitas Pasien TB Paru Terhadap Penggunaan Obat OAT di Rumah Sakit Permata Cirebon dengan kekuatan hubungan kuat dengan hasil  r= 0,670, signifikan < 0,005.

 

BIBLIOGRAFI

 

Abduh, M., Alawiyah, T., Apriansyah, G., Sirodj, R. A., & Afgani, M. W. (2023). Survey Design: Cross Sectional dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Pendidikan Sains Dan Komputer, 3(01), 31–39.

Adhanty, S., & Syarif, S. (2023). Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya: Tinjauan Sistematis. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 7(1), 2.

Fitri, L. D. (2018). Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis Paru. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 7(01), 33–42.

Hamidi, M. N. S., Siagian, S. H., Safitri, D. E., Sudiarti, P. E., & Desma, V. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tb Paru Pada Penderita Tb Paru Di Wilayah Kerja Upt Blud Puskesmas Rumbio Kabupaten Kampar Tahun 2021. Jurnal Kesehatan Tambusai, 2(4), 382–390.

Hasina, S. N., Rahmawati, A., Faizah, I., Sari, R. Y., & Rohmawati, R. (2023). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada Pasien Tuberkulosis Paru. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 13(2), 453–462.

Inayah, S., & Wahyono, B. (2019). Penanggulangan Tuberkulosis Paru dengan Strategi DOTS. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 3(2), 223–233.

Kesmodel, U. S. (2018). Cross‐sectional studies–what are they good for? Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica, 97(4), 388–393.

Maicel, H., Yuliza, E., & Herliana, I. (2023). Efektivitas Penggunaan Buku Kontrol TB Paru dengan PMO terhadap Kepatuhan Minum OAT pada Pasien Tb Paru: The Effectiveness of Using a Pulmonary TB Control Book with PMO on Compliance with Taking OAT in Pulmonary TB Patients. Open Access Jakarta Journal of Health Sciences, 2(6), 733–739.

Nurjanah, A., Rahmalia, F. Y., Paramesti, H. R., Laily, L. A., PH, F. K. P., Nisa, A. A., & Nugroho, E. (2022). Determinan sosial tuberculosis di Indonesia. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 3(1), 71–82.

Pralambang, S. D., & Setiawan, S. (2021). Faktor risiko kejadian tuberkulosis di Indonesia. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, Dan Informatika Kesehatan, 2(1), 5.

Ramadhan, S., Subroto, Y. W., & Probandari, A. (2019). Identifikasi faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan penderita Tuberkulosis di Kabupaten Bima 2014-2016. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 29(2), 171–176.

Saktiawati, A. M. I. (2021). Diagnosis dan terapi tuberkulosis secara inhalasi. UGM PRESS.

Sari, M. (2021). Terapi Tuberkulosis. Jurnal Medika Hutama, 3(01 Oktober), 1571–1575.

Setyanur, F. R., & Sunarto, S. (2023). Pelayanan dan Keberhasilan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Bandongan Magelang. Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati, 8(3), 292–304.

Tangkilisan, J. R. A., Langi, F. L. F. G., & Kalesaran, A. F. C. (2020). Angka penemuan kasus tuberkulosis paru di indonesia tahun 2015-2018. KESMAS, 9(5).

Yosua, M. I., Ningsih, F., & Ovany, R. (2022). Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) Paru: Relationship with House Environmental Conditions Event of Tuberculosis (TB) Lungs. Jurnal Surya Medika (JSM), 8(1), 136–141.

 

Copyright holder:

Luky Septiansyah Anjastika, Siti Pandanwangi, Retno Tresno Sundari, Aris (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: