Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 12, Desember 2024

 

EVALUASI EFEKTIVITAS DAN KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT TB PADA PENYEMBUHAN PASIEN TB DI PUSKESMAS MARGAJAYA-MAJALENGKA

 

Meita Ayuditiawati1, Bambang Karsidin2, Siti Pandanwangi3, Taufik Marta Wiguna4

Universitas YPIB, Indonesia1,2,3,4

Email: [email protected]1

 

Abstrak

Tingkat keberhasilan pengobatan TB tahun 2022 adalah 85% dmana pada tahun 2021 tingkat keberhasilan pengobatan TB adalah 86%, sedangkan target keberhasilan pengobatan TB pada adalah 90%. Tingkat kepatuhan minum obat merupakan salah satu faktor dalam keberhasilan pengobatan TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pengobatan TB di Puskesmas Margajaya-Majalengka, mengetahui tingkat kepatuhan minum obat dan mengetahui hubungan antara kepatuhan minum obat, jenis kelamin, usia, dan riwayat penyakit DM terhadap efektivitas pengobatan TB. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif melalui pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa di Puskesmas Margajaya efektifitas pengobatan atau keberhasilan pengobatan sebesar 96% dimana dari 50 pasien, 48 pasien berhasil dalam pengobatan TB. Untuk tingkat kepatuhan minum obat, 43 pasien (86%) memiliki tingkat kepatuhan tinggi, 5 pasien (10%) memiliki tingkat kepatuhan sedang, dan 2 pasien (4%) memiliki tingkat kepatuhan rendah. Analisa statistik dengan mengunakan uji exact fisher pada α = 0.05, untuk hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan efektivitas pengobatan p valuenya sebesar 0.017, untuk hubungan antara jenis kelamin dengan efektivitas pengobatan p value sebesar 0.503, untuk hubungan antara usia dengan efektivitas pengobatan p valuenya sebesar 0.045, dan untuk hubungan antara riwayat penyakit DM dengan efektivitas pengobatan p valuenya sebesar 0.005. Kesimpulannya adalah bahwa efektivitas pengobatan TB di Puskesmas Margajaya sudah sesuai target, tingkat kepatuhan minum obat juga dominan patuh, faktor kepatuhan minum obat, usia dan riwayat DM berhubungan secara signifikan dengan efektivitas pengobatan, tetapi faktor jenis kelamin tidak berhubungan secara signifikan dengan efektivitas pengobatan.

Kata kunci: Efektivitas, Pengobatan, Penyakit TB, Tingkat Kepatuhan.

 

Abstract

The TB treatment success rate in 2022 is 85% while in 2021 the TB treatment success rate is 86%, while the TB treatment success target is 90%. The level of adherence to taking medication is one of the factors in the success of TB treatment. This study aims to determine the level od effectiveness of TB treatment at the Puskesmas Margajaya-Majalengka, determine the level of drug compliance and determine the relationship between drug compliance, gender, age, and history of DM with the effectiveness of TB treatment. The research method used in this study is descriptive research method through quantitative approach. The results showed that at the Puskesmas Margajaya the effectiveness of treatment or treatment success was 96% where out of 50 patients, 48 patients were successful in TB treatment. For the level of compliance with taking medication, 43 patients (86%) had a high level of compliance, 5 patients (10%) had a moderate level of compliance, and 2 patients (4%) had a low level of compliance. Statistical analysis using fisher’s exact test at α = 0.05, for the relationship between the level of drug compliance and treatment effectiveness, the p value was 0.017, for the relationship between gender and treatment effectiveness, the p value was 0.503, for the relationship between age and treatment effectiveness, the p value was 0.045, and for the relationship between DM history and treatment effectiveness, the p value was 0.005. The conclusion is that the effectiveness of TB treatment at the Puskesmas Margajaya is on target, the level of medication compliance is also predominantly compliant, compliance with taking medication factora, age factors, and history of DM are significantly associated with the effectiveness of treatmen, but gender factors are not significantly associated with the effectiveness of treatment.

Keywords: Treatment effectiveness, TB disease, adherence level.

 

Pendahuluan

Tuberkulosis (TB) termasuk kedalam penyakit kronik menular yang penyebabnya adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis (Edar, 2017).  TB ada di peringkat ke-4 dari 10 penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi di indonesia, setelah stroke, penyakit jantung dan diabetes melitus (WHO, 2019). Kasus TB di Indonesia pada tahun 2021 ada 443.235 kasus, sedangkan pada tahun 2022 mengalami kenaikan sebesar 62% menjadi 717.941 kasus (Kemenkes, 2023). Terjadinya kenaikan jumlah kasus TB menandakan bahwa program penanggulangan TB pada tahun 2022 belum berhasil (Ekawati et al., 2022)

Pengobatan pasien TB dikatakan berhasil diukur dengan indikator jumlah pasien sembuh dan pengobatan lengkap. Pasien dinyatakan sembuh apabila pasien TB yang sebelumnya (awal pengobatan) dinyatakan positif secara uji bakteriologis pada pemeriksaan uji bakteriologis saat akhir pengobatan dan pada salah satu pemeriksaan sebelumnya hasilnya negative (Nugroho et al., 2018). Pengobatan lengkap juga menjadi indikator bahwa pengobatan TB telah berhasil, dimana dikatakan sudah mendapatkan pengobatan lengkap dengan asumsi pasien TBC telah menyelesaikan pengobatan total dan tidak ada bukti kegagalan pengobatan dan tidak ada BTA sputum atau hasil kultur negatif baik menjelang akhir pengobatan atau pada penilaian sebelumnya (Kemenkes, 2020) (Sejati & Sofiana, 2015).

Efektivitas pengobatan TB salah satunya dipengaruhi oleh kepatuhan minum obat dari pasien. Tingkat kepatuhan minum OAT di Indonesia masih belum optimal, seperti tingkat kepatuhan minum OAT di Puskesmas Dinoyo masih 89% (Hasina et al., 2023). Kepatuhan minum OAT di Puskesmas Kecamatan Sungai Betung Kabupaten Bengkayang lebih kecil lagi, dimana kepatuhan minum OAT hanya 65,71% (Christy et al., 2022), begitu juga hasil study literatur tahun 2017-2021 bahwa kepatuhan minum obat hanya 70% (Suryantari & Irnawati, 2021).

Efektivitas pengobatan TB merupakan hasil akhir berhasil atau tidaknya pengobatan TB yang dilakukan. Dimana kepatuhan minum obat adalah salah satu faktor yang mendukung tingkat keberhasilan pengobatan TB. Dengan semakin naiknya jumlah penderita TB di Puskesmas Margajaya dimana pada tahun 2022 ada kenaikan 10,5% dibandingkan tahun 2021 belum adanya penelitian yang dilakukan di Puskesmas Margajaya, maka peneliti akan melakukan penelitian tentangEvaluasi Efektivitas dan Kepatuhan Penggunaan Obat TB pada Penyembuhan Pasien TB di Puskesmas Margajaya-Majalengka”, dimana penelitian ini digunakan sebagai pemenuhan Tugas Akhir (Skripsi) di Fakultas Farmasi, Universitas YPIB.

 

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif untuk mengevaluasi efektivitas dan kepatuhan penggunaan obat TB pada penyembuhan pasien TB di puskesmas margajaya-majalengka melalui pendekatan kuantitatif (Sugiyono & Lestari, 2021). Jumlah sampel sebanyak 50 orang yang tercatat data penderita TB pada tahun 2023 di Puskesmas Margajaya (Vivi, 2020) 

Data dikumpulkan dengan wawancara kuesioner MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scale). Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data kuantitatif dengan statistik deskriptif dan metode pengolahan data yang digunakan adalah menggunakan software SPSS versi 29 (Ghozali, 2018).

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berupa data demografi (jenis kelamin, usia dan riwayat penyakit DM), data tingkat kepatuhan minum obat, data efektivitas pengobatan berupa persentase kesembuhan pasien dan data hubungan antara data demografi dan tingkat kepatuhan minum obat dengan efektivitas pengobatan.

Data demografi pasien merupakan data informasi dari sekelompok yang menggambarkan profil responden yang menjadi sampel dalam penelitian. Data demografi diambil dari data rekam medis pasien. Distribusi pasien penderita TB di Puskesmas Margajaya-Majalengka berdasarkan jenis kelamin yang menjadi responden dalam penelitian ini terlihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Responden

Jenis kelamin

Jumlah

Persentase   (%)

Laki-laki

29

       58%

Perempuan

21

       42%

Total

50

     100%

 

Berdasarkan jenis kelamin, sesuai data diatas dari sampel sebanyak 50 orang, jumlah pasien penderita TB dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 29 orang (58%) dan jumlah pasien penderita TB perempuan sebanyak 21 orang (42%), jadi pasien penderita TB dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada pasien penderita TB berjenis kelamin perempuan. Data ini sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan tentang distribusi penderita TB di Indonesia pada tahun 1995-2022 dimana jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, dimana laki-laki sekitar 51,3%-59,6% dan perempuan sekitar 40,4% -48,7% (Kemenkes, 2022). Faktor perilaku merokok dan minum alkohol merupakan salah satu yang menyebabkan rentan terkena TB (Ekawati et al., 2022). Dari jumlah perokok, sebanyak 66,7% adalah laki-laki dan 33,3% adalah perempuan (Somantri, 2020). Dengan demikian, laki-laki lebih beresiko terkena penyakit TB dibandingkan dengan perempuan.

Tabel 2. Distribusi pasien penderita penyakit TB berdasarkan usia

Usia

Katagori usia

Jumlah

Persentase (%)

<10 Tahun

Anak-anak

1

2%

10 s.d 18 Tahun

Remaja

2

4%

19 s.d 59 Tahun

Dewasa

36

72%

> 60 Tahun

Lansia

11

22%

Total

    50

    100%

 

Berdasarkan usia, sesuai data diatas bahwa dari sampel sebanyak 50 orang, 1 orang (2%) katagori anak-anak (Usia < 10 tahun), 2 orang (4%) katagori remaja (usia 10 s.d 18 tahun), 36 orang (72%) katagori dewasa (usia 19 s.d 59 tahun) dan 11 orang (22%) katagori lansia (usia > 60 tahun). Berdasarkan usia, pasien penderita TB yang masuk kedalam sampel terbanyak adalah kategori dewasa dengan usia 19 s.d 59 tahun yaitu sebanyak 36 orang (72%) dimana usia ini termasuk kedalam usia produktif. Data ini juga sejalan dengan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dimana pada tahun 2022 penderita TB sebagian besar diderita oleh usia 15-54 tahun (usia produktif) (Kemenkes, 2020). Banyaknya penderita TB pada usia produktif salah satunya diakibatkan karena faktor kelelahan karena bekerja sehingga daya tahan tubuh menjadi menurun (Khamidah, 2021).

Riwayat Penyakit DM

 Distribusi pasien penderita TB di Puskesmas Margajaya-Majalengka berdasarkan riwayat penyakit DM yang menjadi responden dalam penelitian ini terlihat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Distribusi Pasien Berdasarkan Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit DM

Jumlah

Persentase (%)

Ya

3

6%

Tidak

47

94%

Total

50

100%

 

Berdasarkan riwayat penyakit penyerta yaitu DM, sesuai data diatas dari sampel sebanyak 50 orang, jumlah pasien penderita TB yang memiliki riwayat penyakit DM sebanyak 3 orang (6%) dan jumlah pasien penderita TB yang tidak memiliki riwayat penyakit DM sebanyak 47 orang (94%). Jadi berdasarkan riwayat penyakit penyerta (DM), sebagian besar pasien (94%) yang masuk dalam sampel adalah pasien penderita TB yang tidak memiliki riwayat penyakit DM. Pasien TB dengan komplikasi penyakit DM mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB (Maura, 2022).

 

Kepatuhan Minum Obat

Setelah melakukan survey berupa pengisian data kuesioner dengan memanfaatkan struktur survei MMAS-8 diperoleh konsekuensi tingkat kepatuhan minum obat seperti yang ditampilkan pada tabel IV.4 berikut ini.

 

 

 

Tabel 4. Kepatuhan Minum Obat

Tingkat Kepatuhan

Jumlah

Persentase (%)

Kepatuhan Tinggi

    43

86%

Kepatuhan Sedang

5

10%

Kepatuhan Rendah

2

4%

Jumlah

50

100%

 

Berdasarkan informasi pada tabel di atas, derajat konsistensi minum obat berdasarkan hasil survei MMAS-8 menunjukkan bahwa korban TBC di ruang kerja Margajaya Wellbeing Center mempunyai derajat konsistensi yang tinggi sebesar 86%, termasuk kategori sedang. derajat konsistensi 10% dan derajat konsistensi rendah 2%. Hasil ini praktis setara dengan tingkat konsistensi di Pusat Kesejahteraan Kelompok Masyarakat Dinoyo pada tahun 2020 dimana tingkat konsistensi tinggi sebesar 89%, tingkat konsistensi sedang sebesar 10%, dan tingkat konsistensi rendah sebesar 1%.

 

 Efektivitas pengobatan

Efektivitas pengobatan TB yang dilakukan di Puskesmas Margajaya dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Efektivitas pengobatan

Indikator

Jumlah

Persentase (%)

Berhasil

Sembuh

25

Pengobatan Lengkap

23

Total Berhasil

48

Tidak Berhasil

Gagal

-

Putus Obat

2

Total tidak berhasil

2

Total

50

100%

 

Berdasarkan data dari tabel di atas, dimana efektivitas pengobatan TB di Puskesmas Margajaya yang berhasil ada sebanyak 48 orang (96%) dimana 25 orang (50%) dinyatakan sembuh dan 23 orang (46%) dinyatakan pengobatan lengkap. Sedangkan yang tidak berhasil sebanyak 2 orang (4%) dimana 2 orang tersebut dinyatakan putus obat. Data ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan di BKPM Wilayah Pati dimana tingkat kesembuhannya adalah 91%. Dengan hasil ini untuk tingkat efektivitas pengobatan TB di Puskesmas Margajaya sudah sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Kemenkes yaitu >90%.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesembuhan / efektivitas pengobahan TB diantaranya jenis kelamin, usia, riwayat DM (Sejati & Sofiana, 2015), selain itu faktor yang sangat mempengaruhi kesembuhan/ efektivitas pengobatan TB juga adalah kepatuhan minum obat (Sinlae et al., 2021).

Analisa bivariat merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara 2 faktor (Mursy & Triyunono, 2014). Pada ulasan kali ini pemeriksaan bivariat yang digunakan adalah uji chi square dengan menggunakan SPSS, dimana pada uji chi square salah satu pengujiannya adalah uji kebebasan untuk memutuskan apakah 2 faktor mempunyai hubungan yang nyata atau tidak.

Mengingat akibat yang telah dilakukan uji chi square, maka dalam informasi eksplorasi ini terdapat syarat penggunaan uji chi square yang tidak terpenuhi yaitu nilai rekurensi normal <5 dan di atas 20% sehingga digunakan uji elektif. khususnya pencampuran sel dan menggunakan uji exact fisher. Variabel yang analisa apakah memiliki hubungan atau tidak adalah variabel jenis kelamin dengan efektivitas pengobatan, variabel usia dengan efektivitas pengobatan, variabel riwayat penyakit DM dengan efektivitas pengobatan dan variabel kepatuhan minum obat dengan efektivitas pengobatan.

Untuk data hasil analisis bivariat dengan uji exact fisher terhadap hubungan antara jenis kelamin dengan efektivitas pengobatan dapat terlihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Hubungan jenis kelamin dengan efektivitas pengobatan

 

 

   Jenis kelamin

Efektivitas Pengobatan

Total

   p value

Berhasil

Tidak Berhasil

N

%

n

%

n

%

Laki-laki

27

93%

2

7%

29

100%

0,503

Perempuan

21

72%

-

0%

21

72%

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan hasil pada tabel tersebut, dimana dari 29 pasien TB berjenis kelamin laki-laki, 27 pasien (93%) pengobatannya berhasil dan 2 pasien (7%) pengobatannya tidak berhasil. Sedangkan untuk jenis kelamin perempuan, dari 21 pasien TB, semua pasien (100%) pengobatannya berhasil. Dengan menggunakan uji statistik yaitu uji exact fisher diperoleh nilai p value sebesar 0,503 pada α = 0,05. Karena p > α, maka hubungan antara jenis kelamin dengan efektivitas pengobatan tidak memiliki hubungan yang signifikan.

Data hasil analisis bivariat dengan uji exact fisher terhadap hubungan antara usia dengan efektivitas pengobatan dapat terlihat pada tabel 7 berikut ini:

 

Tabel 7. Hubungan usia dengan efektivitas pengobatan

Katagori Usia

Efektivitas Pengobatan

Total

p value

Berhasil

Tidak Berhasil

n

%

n

%

n

%

Anak-Anak s.d Dewasa

39

100%

-

0%

39

100%

0.045

Lansia

9

82%

2

18%

11

100%

 

 

Pada analisa hubungan usia dengan efektivitas pengobatan, dilakukan penggabungan katagori usia yaitu untuk usia anak-anak s.d dewasa digabungkan sehingga tabel menjadi 2x2 dan bisa dilakukan uji exact fisher. Berdasarkan hasil analisa, untuk katagori anak-anak s.d dewasa (usia < 60 tahun) dari 39 pasien TB 100% efektivitas pengobatannya berhasil, sedangkan untuk katagori usia lansia (usia ≥ 60 tahun) ada 2 pasien TB (18%) yang efektivitas pengobatannya tidak berhasil dan 9 pasien TB (82%) efektivitas pengobatannya berhasil. Dari hasil analisa bivariat dengan uji exact fisher menggunakan SPSS di peroleh p value sebesar 0,045 pada α = 0,05 (p < α), sehingga dapat disimpulkan bahwa usia memiliki hubungan yang signifikan terhadap efektivitas pengobatan dan kelompok umur lansia memiliki peluang efektivitas kesembuhan lebih kecil dibandingkan dengan kelompok usia anak-anak s.d dewasa.

Data hasil analisis bivariat dengan uji exact fisher terhadap hubungan antara riwayat penyakit DM dengan efektivitas pengobatan dapat terlihat pada tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Hubungan riwayat penyakit DM dengan efektivitas pengobatan

Riwayat DM

Efektivitas Pengobatan

Total

p value

Berhasil

Tidak Berhasil

n

%

n

%

n

%

Ya

1

33%

2

67%

3

100%

0.005

Tidak

47

100%

-

0%

47

100%

Berdasarkan hasil pada tabel tersebut, dimana dari 3 pasien TB yang memiliki riwayat penyakit DM, 2 pasien (67%) pengobatannya tidak berhasil dan 1 pasien (33%) pengobatannya berhasil. Sedangkan untuk pasien yang tidak memiliki riwayat DM, dari 47 pasien TB, semua pasien (100%) pengobatannya berhasil. Dengan menggunakan uji statistik yaitu uji exact fisher diperoleh nilai p value sebesar 0,005 pada α = 0,05 (p < α). Sehingga berdasarkan penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara pasien dengan riwayat DM terhadap efektivitas pengobatan.

Data hasil analisis bivariat dengan uji exact fisher terhadap hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan efektivitas pengobatan dapat terlihat pada tabel 9.

 

Tabel 9. Hubungan tingkat kepatuhan minum obat dengan efektivitas pengobatan

Tingkat Kepatuhan

Efektivitas Pengobatan

Total

p value

Berhasil

Tidak Berhasil

N

%

n

%

n

%

Kepatuhan Tinggi

43

100%

-

0%

43

100%

0.017

Kepatuhan Sedang & Rendah

5

71%

2

29%

7

100%

Pada analisa hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan efektivitas pengobatan, dilakukan penggabungan antara tingkat kepatuhan sedang dengan tingkat kepatuhan rendah sehingga tabel menjadi 2x2 dan bisa dilakukan uji exact fisher. Berdasarkan hasil analisa, untuk responden/pasien yang memiliki kepatuhan tinggi dari 43 pasien TB 100% efektivitas pengobatannya berhasil, sedangkan untuk responden/pasien dengan tingkat kepatuhan sedang dan rendah dari 7 responden/pasien terdapat 2 pasien TB (29%) yang efektivitas pengobatannya tidak berhasil dan 5 pasien TB (71%) efektivitas pengobatannya berhasil. Dari hasil analisa bivariat dengan uji exact fisher menggunakan SPSS di peroleh p value sebesar 0,017 pada α = 0,05 (p < α), sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan minum obat memiliki hubungan yang signifikan terhadap efektivitas pengobatan.

 

Kesimpulan

Penelitian tentang Evaluasi Efektivitas dan Kepatuhan Penggunaan Obat TB pada Penyembuhan Pasien TB di Puskesmas Margajaya-Majalengka, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Tingkat kepatuhan minum obat pasien TB di wilayah kerja Puskesmas Margajaya adalah kepatuhan tinggi sebanyak 43 pasien/responden (86%), kepatuhan sedang sebanyak 5 pasien/responden (10%) dan tingkat kepatuhan rendah ada 2 pasien/responden (4%). Efektivitas pengobatan TB di Puskesmas Margajaya adalah 96%, dimana terdapat 48 pasien yang berhasil dan 2 pasien tidak berhasil. Berdasarkan analisa statistik terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan efektivitas pengobatan TB. Berdasarkan analisa statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan efektivitas pengobatan TB tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara usia dan riwayat penyakit DM dengan efektivitas pengobatan TB.

 

BIBLIOGRAFI

 

Christy, B. A., Susanti, R., & Nurmainah, N. (2022). Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis Terhadap Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Journal Syifa Sciences and Clinical Research (JSSCR), 4(2).

Edar, N. I. (2017). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. SIGNATURE, 2(01/04), 19.

Ekawati, C. J. K., Singga, S., & Mauguru, E. (2022). Faktor Risiko Perokok dan Alkoholik terhadap Penderita Penyakit TBC. Nursing Udate, 13(4), 294–300.

Ghozali. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS. IBM SPSS, 9.

Hasina, S. N., Rahmawati, A., Faizah, I., Sari, R. Y., & Rohmawati, R. (2023). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada Pasien Tuberkulosis Paru. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 13(2), 453–462.

Khamidah, M. (2021). Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini Pada Remaja Putri. Stikes Bina Sehat PPNI.

Maura, A. P. S. (2022). Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien TB Usus dengan Diabetes Mellitus On Insulin dan Hipotensi di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Mursy, A. L., & Triyunono, I. (2014). Eksplorasi Makna Laba dengan Pendekatan Etnografi. Jurnal Aplikasi Manajemen, 12(3), 503–511.

Nugroho, F. S., Shaluhiyah, Z., & Adi, S. (2018). Gambaran perilaku pengobatan pasien TB MDR fase intensif di RS DR Moewardi Surakarta. Jurnal Kesehatan, 11(1), 32–42.

Sejati, A., & Sofiana, L. (2015). Faktor-faktor terjadinya tuberkulosis. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2), 122–128.

Sinlae, A. A. J., Tedy, F., Ngaga, E., & Aliandu, P. (2021). Rekayasa Aplikasi Komputerisasi Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar. Patria Artha Technol. J, 5(1), 1–10.

Somantri, U. W. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Jenis Kelamin Dan Persepsi Gambar Kemasan Rokok Dengan Perilaku Merokok. Jurnal Kesehatan, 11(1), 69–76.

Sugiyono, S., & Lestari, P. (2021). Metode penelitian komunikasi (Kuantitatif, kualitatif, dan cara mudah menulis artikel pada jurnal internasional). Alvabeta Bandung, CV.

Suryantari, P. S. R., & Irnawati, I. (2021). Gambaran Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB Paru: Literature Review. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, 1, 1863–1874.

Vivi, S. (2020). Statistika Deskriptif. Penerbit Andi.

 

 

Copyright holder:

Meita Ayuditiawati, Bambang Karsidin, Siti Pandanwangi, Taufik Marta Wiguna (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: