Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
12, Desember 2024
EVALUASI EFEKTIVITAS DAN KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT TB PADA PENYEMBUHAN PASIEN TB DI PUSKESMAS MARGAJAYA-MAJALENGKA
Meita Ayuditiawati1, Bambang Karsidin2, Siti Pandanwangi3, Taufik
Marta Wiguna4
Universitas YPIB, Indonesia1,2,3,4
Email: [email protected]1
Abstrak
Tingkat keberhasilan pengobatan TB tahun 2022 adalah 85% dmana pada tahun 2021 tingkat keberhasilan pengobatan TB adalah 86%, sedangkan target keberhasilan pengobatan TB pada adalah 90%. Tingkat kepatuhan minum obat merupakan
salah satu faktor dalam keberhasilan
pengobatan TB. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat efektivitas pengobatan TB di Puskesmas Margajaya-Majalengka,
mengetahui tingkat kepatuhan minum obat dan mengetahui
hubungan antara kepatuhan minum obat, jenis
kelamin, usia, dan riwayat penyakit
DM terhadap efektivitas pengobatan TB. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian deskriptif melalui pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa di Puskesmas
Margajaya efektifitas pengobatan atau keberhasilan pengobatan sebesar 96% dimana dari 50 pasien, 48 pasien berhasil dalam pengobatan TB. Untuk tingkat kepatuhan minum obat, 43 pasien (86%) memiliki tingkat kepatuhan tinggi, 5 pasien (10%) memiliki tingkat kepatuhan sedang, dan 2 pasien (4%) memiliki tingkat kepatuhan rendah. Analisa statistik dengan mengunakan uji exact fisher pada α = 0.05, untuk hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan efektivitas
pengobatan p valuenya sebesar 0.017, untuk hubungan antara jenis kelamin dengan efektivitas pengobatan p value sebesar 0.503, untuk hubungan antara usia dengan efektivitas
pengobatan p valuenya sebesar 0.045, dan untuk hubungan antara riwayat penyakit DM dengan efektivitas pengobatan p valuenya sebesar 0.005. Kesimpulannya adalah bahwa efektivitas
pengobatan TB di Puskesmas Margajaya sudah sesuai target, tingkat kepatuhan minum obat juga dominan patuh, faktor kepatuhan minum obat, usia
dan riwayat DM berhubungan secara signifikan dengan efektivitas pengobatan, tetapi faktor jenis kelamin
tidak berhubungan secara signifikan dengan efektivitas pengobatan.
Kata kunci: Efektivitas, Pengobatan, Penyakit TB, Tingkat Kepatuhan.
Abstract
The TB treatment
success rate in 2022 is 85% while in 2021 the TB treatment success rate is 86%,
while the TB treatment success target is 90%. The level of adherence to taking
medication is one of the factors in the success of TB treatment. This study aims
to determine the level od effectiveness of TB
treatment at the Puskesmas Margajaya-Majalengka,
determine the level of drug compliance and determine the relationship between
drug compliance, gender, age, and history of DM with the effectiveness of TB
treatment. The research method used in this study is descriptive research
method through quantitative approach. The results showed that at the Puskesmas Margajaya the
effectiveness of treatment or treatment success was 96% where out of 50
patients, 48 patients were successful in TB treatment. For the level of
compliance with taking medication, 43 patients (86%) had a high level of
compliance, 5 patients (10%) had a moderate level of compliance, and 2 patients
(4%) had a low level of compliance. Statistical analysis using fisher’s exact
test at α = 0.05, for the relationship between the level of drug compliance and
treatment effectiveness, the p value was 0.017, for the relationship between
gender and treatment effectiveness, the p value was 0.503, for the relationship
between age and treatment effectiveness, the p value was 0.045, and for the
relationship between DM history and treatment effectiveness, the p value was
0.005. The conclusion is that the effectiveness of TB treatment at the Puskesmas Margajaya is on target,
the level of medication compliance is also predominantly compliant, compliance
with taking medication factora, age factors, and
history of DM are significantly associated with the effectiveness of treatmen, but gender factors are not significantly
associated with the effectiveness of treatment.
Keywords: Treatment effectiveness, TB disease, adherence level.
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) termasuk kedalam penyakit kronik menular yang penyebabnya adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis
Pengobatan pasien TB dikatakan
berhasil diukur dengan indikator jumlah pasien sembuh
dan pengobatan lengkap. Pasien dinyatakan sembuh apabila pasien TB yang sebelumnya (awal pengobatan) dinyatakan positif secara uji bakteriologis pada pemeriksaan uji bakteriologis saat akhir pengobatan
dan pada salah satu pemeriksaan
sebelumnya hasilnya negative
Efektivitas pengobatan TB salah satunya dipengaruhi oleh kepatuhan minum obat dari pasien.
Tingkat kepatuhan minum OAT
di Indonesia masih belum
optimal, seperti tingkat kepatuhan minum OAT di Puskesmas Dinoyo masih 89%
Efektivitas pengobatan TB merupakan hasil akhir berhasil atau tidaknya pengobatan
TB yang dilakukan. Dimana kepatuhan
minum obat adalah salah satu faktor yang mendukung tingkat keberhasilan pengobatan TB. Dengan semakin naiknya jumlah penderita TB di Puskesmas Margajaya dimana pada tahun 2022 ada kenaikan 10,5% dibandingkan tahun 2021 belum adanya penelitian
yang dilakukan di Puskesmas
Margajaya, maka peneliti akan melakukan
penelitian tentang “Evaluasi Efektivitas dan Kepatuhan Penggunaan Obat TB pada Penyembuhan Pasien TB di Puskesmas Margajaya-Majalengka”, dimana penelitian ini digunakan sebagai pemenuhan Tugas Akhir (Skripsi) di Fakultas Farmasi, Universitas YPIB.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
deskriptif untuk mengevaluasi efektivitas dan kepatuhan penggunaan obat TB pada penyembuhan pasien TB di puskesmas margajaya-majalengka melalui pendekatan kuantitatif
Data dikumpulkan dengan wawancara kuesioner MMAS-8 (Morisky
Medication Adherence Scale). Teknik analisa data yang
digunakan adalah teknik analisa data kuantitatif dengan statistik deskriptif dan metode pengolahan data yang digunakan adalah menggunakan software SPSS versi
29
Hasil dan Pembahasan
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berupa data demografi (jenis kelamin, usia dan riwayat penyakit DM), data tingkat kepatuhan minum obat, data efektivitas pengobatan berupa persentase kesembuhan pasien dan data hubungan antara data demografi dan tingkat kepatuhan minum obat dengan
efektivitas pengobatan.
Data demografi
pasien merupakan data informasi dari sekelompok yang menggambarkan profil responden yang menjadi sampel dalam penelitian. Data demografi diambil dari data rekam medis pasien. Distribusi pasien penderita TB
di Puskesmas Margajaya-Majalengka berdasarkan jenis kelamin yang menjadi responden dalam penelitian ini terlihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Responden
Jenis kelamin |
Jumlah |
Persentase
(%) |
Laki-laki |
29 |
58% |
Perempuan |
21 |
42% |
Total |
50 |
100% |
Berdasarkan jenis
kelamin, sesuai data diatas dari sampel
sebanyak 50 orang, jumlah pasien penderita TB dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 29 orang
(58%) dan jumlah pasien penderita TB perempuan sebanyak 21 orang (42%), jadi pasien penderita TB dengan jenis kelamin
laki-laki lebih banyak dari pada pasien penderita TB berjenis kelamin perempuan. Data ini sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan tentang
distribusi penderita TB di
Indonesia pada tahun 1995-2022 dimana
jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, dimana laki-laki sekitar 51,3%-59,6% dan
perempuan sekitar 40,4%
-48,7% (Kemenkes, 2022). Faktor
perilaku merokok dan minum alkohol merupakan
salah satu yang menyebabkan
rentan terkena TB
Tabel 2. Distribusi pasien penderita penyakit TB berdasarkan usia
Usia |
Katagori
usia |
Jumlah |
Persentase
(%) |
<10 Tahun |
Anak-anak |
1 |
2% |
10 s.d 18 Tahun |
Remaja |
2 |
4% |
19 s.d 59 Tahun |
Dewasa |
36 |
72% |
> 60
Tahun |
Lansia |
11 |
22% |
Total |
50 |
100% |
Berdasarkan usia, sesuai
data diatas bahwa dari sampel sebanyak
50 orang, 1 orang (2%) katagori anak-anak
(Usia < 10 tahun), 2
orang (4%) katagori remaja
(usia 10 s.d 18 tahun), 36 orang (72%) katagori dewasa (usia 19 s.d 59 tahun) dan 11 orang (22%) katagori lansia (usia > 60 tahun). Berdasarkan usia, pasien penderita TB yang masuk kedalam sampel
terbanyak adalah kategori dewasa dengan usia 19 s.d 59 tahun yaitu
sebanyak 36 orang (72%) dimana
usia ini termasuk kedalam usia produktif. Data ini juga sejalan dengan data yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan dimana pada tahun
2022 penderita TB sebagian besar diderita oleh usia 15-54 tahun (usia produktif) (Kemenkes, 2020). Banyaknya penderita TB pada usia produktif salah satunya diakibatkan karena faktor kelelahan karena bekerja sehingga daya tahan
tubuh menjadi menurun
Riwayat Penyakit DM
Distribusi
pasien penderita TB di Puskesmas Margajaya-Majalengka berdasarkan riwayat penyakit DM yang menjadi responden dalam penelitian ini terlihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Distribusi Pasien Berdasarkan Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit DM |
Jumlah |
Persentase (%) |
Ya |
3 |
6% |
Tidak |
47 |
94% |
Total |
50 |
100% |
Berdasarkan riwayat
penyakit penyerta yaitu DM, sesuai data diatas dari sampel
sebanyak 50 orang, jumlah pasien penderita TB yang memiliki riwayat penyakit DM sebanyak 3 orang (6%)
dan jumlah pasien penderita TB yang tidak memiliki riwayat penyakit DM sebanyak 47 orang
(94%). Jadi berdasarkan riwayat
penyakit penyerta (DM), sebagian besar pasien (94%) yang masuk dalam sampel adalah
pasien penderita TB yang tidak memiliki riwayat penyakit DM. Pasien TB dengan komplikasi penyakit DM mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB
Setelah melakukan survey
berupa pengisian data kuesioner dengan memanfaatkan struktur survei MMAS-8
diperoleh konsekuensi tingkat kepatuhan minum obat seperti yang ditampilkan
pada tabel IV.4 berikut ini.
Tabel 4. Kepatuhan Minum Obat
Tingkat
Kepatuhan |
Jumlah |
Persentase
(%) |
Kepatuhan
Tinggi |
43 |
86% |
Kepatuhan
Sedang |
5 |
10% |
Kepatuhan
Rendah |
2 |
4% |
Jumlah |
50 |
100% |
Berdasarkan informasi pada tabel di atas, derajat konsistensi minum obat berdasarkan
hasil survei MMAS-8 menunjukkan bahwa korban TBC di ruang kerja Margajaya
Wellbeing Center mempunyai derajat
konsistensi yang tinggi sebesar 86%, termasuk kategori sedang. derajat konsistensi 10% dan derajat konsistensi rendah 2%. Hasil ini praktis setara dengan tingkat konsistensi di Pusat Kesejahteraan
Kelompok Masyarakat Dinoyo
pada tahun 2020 dimana tingkat konsistensi tinggi sebesar 89%, tingkat konsistensi sedang sebesar 10%, dan tingkat konsistensi rendah sebesar 1%.
Efektivitas pengobatan TB yang
dilakukan di Puskesmas Margajaya dapat dilihat pada
tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Efektivitas pengobatan
Indikator |
Jumlah |
Persentase (%) |
Berhasil |
Sembuh |
25 |
Pengobatan Lengkap |
23 |
|
Total Berhasil |
48 |
|
Tidak Berhasil |
Gagal |
- |
Putus Obat |
2 |
|
Total tidak berhasil |
2 |
|
Total |
50 |
100% |
Berdasarkan data dari tabel di atas, dimana efektivitas pengobatan TB di Puskesmas Margajaya yang berhasil ada sebanyak 48 orang (96%) dimana 25 orang (50%) dinyatakan sembuh dan 23 orang (46%)
dinyatakan pengobatan lengkap. Sedangkan
yang tidak berhasil sebanyak 2 orang (4%) dimana 2
orang tersebut dinyatakan putus obat. Data ini hampir sama
dengan penelitian yang dilakukan di BKPM Wilayah Pati dimana
tingkat kesembuhannya adalah 91%. Dengan hasil ini untuk
tingkat efektivitas pengobatan TB di Puskesmas Margajaya sudah sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Kemenkes yaitu >90%.
Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kesembuhan
/ efektivitas pengobahan TB
diantaranya jenis kelamin, usia, riwayat DM
Analisa bivariat
merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan
antara 2 faktor
Mengingat akibat yang telah dilakukan
uji chi square, maka dalam
informasi eksplorasi ini terdapat syarat penggunaan uji chi
square yang tidak terpenuhi yaitu nilai rekurensi normal <5 dan di atas 20% sehingga digunakan
uji elektif. khususnya pencampuran sel dan menggunakan uji exact
fisher. Variabel yang analisa apakah memiliki
hubungan atau tidak adalah variabel jenis kelamin dengan efektivitas pengobatan,
variabel usia dengan efektivitas pengobatan, variabel riwayat penyakit DM
dengan efektivitas pengobatan dan variabel kepatuhan minum obat dengan
efektivitas pengobatan.
Untuk data hasil analisis bivariat dengan uji exact
fisher terhadap hubungan antara jenis kelamin
dengan efektivitas pengobatan dapat terlihat pada tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Hubungan jenis kelamin dengan efektivitas pengobatan
Jenis kelamin |
Efektivitas
Pengobatan |
Total |
p value |
||||
Berhasil |
Tidak
Berhasil |
||||||
N |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Laki-laki |
27 |
93% |
2 |
7% |
29 |
100% |
0,503 |
Perempuan |
21 |
72% |
- |
0% |
21 |
72% |
Berdasarkan hasil
pada tabel tersebut, dimana dari 29 pasien TB berjenis kelamin laki-laki, 27 pasien (93%) pengobatannya berhasil dan 2 pasien (7%) pengobatannya tidak berhasil. Sedangkan untuk jenis kelamin
perempuan, dari 21 pasien TB, semua pasien (100%) pengobatannya berhasil. Dengan menggunakan uji statistik yaitu uji exact fisher diperoleh
nilai p value sebesar 0,503
pada α = 0,05. Karena p > α, maka hubungan antara jenis kelamin dengan
efektivitas pengobatan tidak memiliki hubungan yang signifikan.
Data hasil analisis bivariat dengan uji exact
fisher terhadap hubungan antara usia dengan
efektivitas pengobatan dapat terlihat pada tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Hubungan usia dengan
efektivitas pengobatan
Katagori Usia |
Efektivitas Pengobatan |
Total |
p value |
||||
Berhasil |
Tidak Berhasil |
||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Anak-Anak s.d Dewasa |
39 |
100% |
- |
0% |
39 |
100% |
0.045 |
Lansia |
9 |
82% |
2 |
18% |
11 |
100% |
Pada analisa hubungan
usia dengan efektivitas pengobatan, dilakukan penggabungan katagori usia yaitu
untuk usia anak-anak s.d dewasa
digabungkan sehingga tabel menjadi 2x2 dan bisa dilakukan uji exact
fisher. Berdasarkan hasil
analisa, untuk katagori anak-anak s.d dewasa (usia
< 60 tahun) dari 39 pasien TB 100% efektivitas pengobatannya berhasil, sedangkan untuk katagori usia lansia
(usia ≥ 60 tahun) ada 2 pasien TB (18%) yang efektivitas pengobatannya tidak berhasil dan 9 pasien TB (82%) efektivitas pengobatannya berhasil. Dari hasil analisa bivariat
dengan uji exact fisher menggunakan
SPSS di peroleh p value sebesar
0,045 pada α = 0,05 (p < α), sehingga dapat disimpulkan bahwa usia memiliki
hubungan yang signifikan terhadap efektivitas pengobatan dan kelompok umur lansia memiliki
peluang efektivitas kesembuhan lebih kecil dibandingkan dengan kelompok usia anak-anak s.d dewasa.
Data hasil
analisis bivariat dengan uji exact fisher terhadap
hubungan antara riwayat penyakit DM dengan efektivitas pengobatan dapat terlihat pada tabel 8 berikut ini:
Tabel 8. Hubungan riwayat penyakit
DM dengan efektivitas pengobatan |
|||||||
Riwayat DM |
Efektivitas Pengobatan |
Total |
p value |
||||
Berhasil |
Tidak Berhasil |
||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Ya |
1 |
33% |
2 |
67% |
3 |
100% |
0.005 |
Tidak |
47 |
100% |
- |
0% |
47 |
100% |
Berdasarkan hasil pada tabel
tersebut, dimana dari 3 pasien TB yang memiliki riwayat penyakit DM, 2 pasien (67%) pengobatannya tidak berhasil dan 1 pasien (33%) pengobatannya berhasil. Sedangkan untuk pasien yang tidak memiliki riwayat DM, dari 47 pasien TB, semua pasien (100%) pengobatannya berhasil. Dengan menggunakan uji statistik yaitu uji exact fisher diperoleh nilai p value sebesar 0,005 pada α = 0,05 (p < α). Sehingga
berdasarkan penelitian ini terdapat hubungan
yang signifikan antara pasien dengan riwayat
DM terhadap efektivitas pengobatan.
Data hasil analisis
bivariat dengan uji exact
fisher terhadap hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan efektivitas
pengobatan dapat terlihat pada tabel 9.
Tabel 9. Hubungan tingkat kepatuhan minum obat dengan
efektivitas pengobatan
Tingkat Kepatuhan |
Efektivitas Pengobatan |
Total |
p value |
||||
Berhasil |
Tidak Berhasil |
||||||
N |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Kepatuhan Tinggi |
43 |
100% |
- |
0% |
43 |
100% |
0.017 |
Kepatuhan Sedang & Rendah |
5 |
71% |
2 |
29% |
7 |
100% |
Pada analisa hubungan
antara tingkat kepatuhan minum obat dengan
efektivitas pengobatan, dilakukan penggabungan antara tingkat kepatuhan sedang dengan tingkat
kepatuhan rendah sehingga tabel menjadi 2x2 dan bisa dilakukan uji exact fisher. Berdasarkan
hasil analisa, untuk responden/pasien yang memiliki kepatuhan tinggi dari 43 pasien TB 100% efektivitas pengobatannya berhasil, sedangkan untuk responden/pasien dengan tingkat
kepatuhan sedang dan rendah dari 7 responden/pasien terdapat 2 pasien TB (29%) yang efektivitas pengobatannya tidak berhasil dan 5 pasien TB (71%) efektivitas pengobatannya berhasil. Dari hasil analisa bivariat dengan uji exact fisher menggunakan
SPSS di peroleh p value sebesar
0,017 pada α = 0,05 (p < α), sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan
minum obat memiliki hubungan yang signifikan terhadap efektivitas pengobatan.
Kesimpulan
Penelitian tentang Evaluasi
Efektivitas dan Kepatuhan Penggunaan Obat TB pada Penyembuhan Pasien TB di Puskesmas Margajaya-Majalengka, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: Tingkat kepatuhan minum obat pasien TB di wilayah kerja Puskesmas Margajaya adalah kepatuhan tinggi sebanyak 43 pasien/responden (86%), kepatuhan sedang sebanyak 5 pasien/responden (10%) dan tingkat kepatuhan rendah ada 2 pasien/responden (4%). Efektivitas pengobatan TB di Puskesmas Margajaya adalah 96%, dimana terdapat 48 pasien yang berhasil dan 2 pasien tidak berhasil.
Berdasarkan analisa statistik terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan
efektivitas pengobatan TB. Berdasarkan analisa statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
efektivitas pengobatan TB tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara usia dan riwayat penyakit DM dengan efektivitas pengobatan TB.
BIBLIOGRAFI
Christy, B. A., Susanti, R., & Nurmainah,
N. (2022). Hubungan Tingkat Kepatuhan
Minum Obat Pasien Tuberkulosis Terhadap Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Journal Syifa
Sciences and Clinical Research (JSSCR), 4(2).
Edar, N. I. (2017). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. SIGNATURE, 2(01/04), 19.
Ekawati, C. J. K., Singga, S., & Mauguru, E. (2022). Faktor Risiko Perokok dan Alkoholik terhadap Penderita Penyakit TBC. Nursing Udate, 13(4), 294–300.
Ghozali. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS. IBM SPSS, 9.
Hasina, S. N., Rahmawati, A., Faizah, I., Sari, R. Y., & Rohmawati, R. (2023). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada Pasien Tuberkulosis Paru. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 13(2), 453–462.
Khamidah, M. (2021). Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini Pada Remaja Putri. Stikes Bina Sehat PPNI.
Maura, A. P. S. (2022). Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien TB Usus dengan Diabetes Mellitus On Insulin dan Hipotensi di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Mursy, A. L., & Triyunono, I. (2014). Eksplorasi Makna Laba dengan Pendekatan Etnografi. Jurnal Aplikasi Manajemen, 12(3), 503–511.
Nugroho, F. S., Shaluhiyah, Z., & Adi, S. (2018). Gambaran perilaku pengobatan pasien TB MDR fase intensif di RS DR Moewardi Surakarta. Jurnal Kesehatan, 11(1), 32–42.
Sejati, A., & Sofiana, L. (2015). Faktor-faktor terjadinya tuberkulosis. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2), 122–128.
Sinlae, A. A. J., Tedy, F., Ngaga, E., & Aliandu, P. (2021). Rekayasa Aplikasi Komputerisasi Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar. Patria Artha Technol. J, 5(1), 1–10.
Somantri, U. W. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Jenis Kelamin Dan Persepsi Gambar Kemasan Rokok Dengan Perilaku Merokok. Jurnal Kesehatan, 11(1), 69–76.
Sugiyono, S., & Lestari, P. (2021). Metode penelitian komunikasi (Kuantitatif, kualitatif, dan cara mudah menulis artikel pada jurnal internasional). Alvabeta Bandung, CV.
Suryantari, P. S. R., & Irnawati, I. (2021). Gambaran Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB Paru: Literature Review. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, 1, 1863–1874.
Vivi, S. (2020). Statistika Deskriptif. Penerbit Andi.
Copyright holder: Meita Ayuditiawati, Bambang Karsidin, Siti Pandanwangi, Taufik Marta Wiguna (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |