Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
12, Desember 2024
PENGGUNAAN
OBAT ANTIVIRUS BAGI PENDERITA COVID – 19 DI RS UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2022 –
2023
Kadek
Agastya Widya Sedana Grudug1, I Made Jawi2, I Gusti Ayu
Artini3
Universitas
Udayana, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1
Abstrak
COVID-19, yang disebabkan oleh
virus SARS-CoV-2, pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina, dan menjadi ancaman
kesehatan global sejak awal 2020. Penelitian mengenai penggunaan obat antivirus
di RS Universitas Udayana pada 2022-2023 penting untuk memberikan gambaran
lengkap tentang terapi COVID-19. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
penggunaan obat antivirus pada penderita
COVID – 19 di RS Universitas Udayana pada tahun 2022 – 2023 Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross –
sectional) untuk mengetahui gambaran penggunaan obat
antivirus bagi penderita COVID – 19 di RS Universitas Udayana pada tahun
2022 - 2023. Data dikumpulkan secara retrospektif
dengan melihat rekam medis pasien COVID – 19 pada tahun 2022 - 2023 di RS
Universitas Udayana setelah mendapatkan izin dari pihak – pihak yang
bersangkutan. Kemudian data diolah dengan software IBM SPSS 26. Hasil
penelitian menunjukan dari total 101 pasien COVID-19, mayoritas adalah
laki-laki dengan persentase 50,5%, dan kelompok usia 19-35 tahun merupakan yang
paling banyak terpapar; sekitar 63,4% pasien memiliki komorbid, dan mayoritas
pasien mengalami derajat keparahan rendah (73,3%); dalam penanganan,
Favipiravir adalah obat antivirus yang paling sering digunakan. Dari total 101
pasien COVID-19, laki-laki lebih dominan dan kelompok usia dewasa muda hingga
paruh baya, terutama 19-35 tahun, adalah yang paling banyak terinfeksi.
Sebagian besar pasien memiliki komorbid, yang memperburuk kondisi mereka.
Meskipun mayoritas pasien mengalami derajat keparahan rendah, Favipiravir
merupakan obat antivirus utama yang digunakan dalam terapi,
Kata Kunci: COVID – 19, penggunaan, obat antivirus
Abstract
COVID-19, caused by the SARS-CoV-2 virus, was first
identified in Wuhan, China, and has posed a global health threat since early
2020. Research on the use of antiviral medications at Universitas Udayana
Hospital in 2022-2023 is crucial for providing a comprehensive overview of
COVID-19 therapy. This study aims to investigate the use of antiviral
medications for COVID-19 patients at Universitas Udayana Hospital during
2022-2023. This is a descriptive study with a cross-sectional approach to
describe the use of antiviral medications for COVID-19 patients at Universitas
Udayana Hospital in 2022-2023. Data were collected retrospectively by reviewing
COVID-19 patient medical records from 2022-2023 at Universitas Udayana
Hospital, following approval from relevant authorities. The data were analyzed
using IBM SPSS 26 software. Out of 101 COVID-19 patients, the majority were
male (50.5%), and the age group of 19-35 years was the most affected.
Approximately 63.4% of patients had comorbidities, and most patients experienced
mild severity (73.3%). In treatment, Favipiravir was the most commonly used
antiviral medication. Among the 101 COVID-19 patients, males were predominant,
and the age group of young adults to middle-aged individuals, especially 19-35
years, was the most affected. Most patients had comorbidities that worsened
their condition. Although most patients experienced mild severity, Favipiravir
was the primary antiviral medication used in therapy.
Keywords: COVID-19,
usage, antiviral medication
Pendahuluan
Coronavirus Disease of 19 atau yang dikenal dengan
COVID – 19 merupakan penyakit yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina.
Penyakit COVID – 19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan hingga saat ini
COVID - 19 masih menjadi ancaman kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat di
semua belahan dunia (Amalia et al., 2020; Aleissa et
al., 2020; Cannalire et al., 2022).
SARS-CoV-2 menyerang sistem pernapasan dengan berbagai tingkat keparahan
gejala, mulai dari ringan hingga berat. Virus ini menyebar melalui kontak
langsung dengan penderita, baik melalui droplet yang dihasilkan saat batuk atau
bersin, maupun melalui tangan yang menyentuh mulut, hidung, atau mata setelah
menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus.
COVID – 19 dinyatakan telah masuk Indonesia pada Senin, 2
Maret 2020. Berdasarkan data yang dihimpun tanggal 21 Februari 2022, kasus
COVID – 19 di Indonesia sudah mencapai 5.231.923 kasus sejak 2 Maret 2020.
COVID – 19 menyebar dengan cepat melalui partikel kecil yang dikeluarkan baik
secara sengaja maupun tidak sengaja oleh penderita ketika penderita sedang
batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, dan lain sebagainya. Penderita COVID – 19
memiliki reaksi yang berbeda, sebagian mengalami gejala ringan hingga sedang
yang akan pulih dengan sendirinya tanpa penanganan khusus dan terdapat juga
yang mengalami sakit parah hingga memerlukan penanganan lebih lanjut oleh
bantuan tenaga medis. Bentuk infeksi tidak terbatas hanya pada saluran
pernapasan, tetapi virus juga bereplikasi di enterosit yang menyebabkan diare
(Munir et al., 2020; Morse et al., 2020).
Pada tahun
2022, dampak COVID – 19 tidak seberat dan tidak mematikan seperti pada tahun
2020 dan 2021. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan sejak 28 Februari 2022
kasus COVID – 19 mengalami penurunan yang konsisten. Beberapa faktor yang
berkontribusi pada perkembangan positif ini termasuk kemajuan pesat dalam
teknologi vaksin yang memungkinkan pembaruan cepat untuk melawan varian baru,
penggunaan alat pengobatan dan pencegahan yang lebih efektif seperti vaksin,
booster, antivirus oral, serta alat uji rumahan, dan meningkatnya kekebalan
populasi terhadap virus.
Awal tahun
2023 kasus harian COVID – 19 kembali meningkat. Berdasarkan data Kementerian
Kesehatan per 29 April 2023, jumlah kasus harian COVID-19 bertambah sebanyak
2.074, angka tertinggi dalam lima bulan terakhir. Peningkatan ini dipengaruhi
oleh kenaikan positivity rate yang mencapai 14,76%. Selain itu, tingkat
keterisian rumah sakit (Bed Occupancy Ratio/BOR) juga meningkat menjadi
7,47%. Kasus kematian juga mengalami lonjakan sejak awal April, dengan
puncaknya pada 28 April 2023 sebanyak 37 kematian.
Berdasarkan
update data COVID – 19 di Provinsi Bali oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Provinsi Bali, kasus COVID – 19 yang terkonfirmasi khususnya di
Provinsi Bali hingga 6 Oktober 2022 adalah 167.397 orang. Sementara itu, jumlah
pasien yang pulih menjadi 162.382 orang serta angka kematian yaitu 4.738 orang.
Selanjutnya, pada akhir tahun 2023 Bali mengalami peningkatan kasus COVID – 19
seiring mendekatnya libur Natal dan Tahun Baru 2023 – 2024.
Rumah Sakit
Universitas Udayana merupakan salah satu rumah sakit rujukan dalam penanganan
COVID – 19 di Provinsi Bali. Jumlah kasus terkonfirmasi di rumah sakit ini juga
terus meningkat seiring berjalannya waktu. Berdasarkan laporan registrasi
pasien pada periode 1 Januari 2022 sampai dengan 31 Desember 2022 tercatat 171
kasus COVID – 19. Sementara itu, pada periode 1 Januari 2023 sampai dengan 31
Desember 2023 tercatat 3 kasus COVID - 19.
Menurut data
demografi, oseltamivir merupakan antivirus yang paling sering diberikan kepada
pasien COVID-19, dengan persentase 63,55%, selama periode Agustus hingga
Desember 2020. Sampai saat ini, pengelolaan pasien COVID-19 terutama difokuskan
pada pengobatan suportif dan pencegahan penyebaran virus. Namun, di sisi lain,
obat antivirus telah dikembangkan atau dipelajari untuk mengurangi replikasi
virus SARS-CoV-2 di dalam tubuh.
Penggunaan
obat antivirus seperti remdesivir, favipiravir, molnupiravir dan lainnya juga
telah diperkenalkan dalam protokol pengobatan COVID-19. Penggunaan obat-obat
ini bervariasi di berbagai rumah sakit dan juga tergantung pada kondisi
spesifik pasien. Hingga saat ini penelitian terkait gambaran penggunaan terapi
obat antivirus dan karakteristik pasien COVID – 19 di Provinsi Bali khususnya
di RS Univeristas Udayana juga masih belum tersedia.
Berdasarkan
pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
penggunaan obat antivirus COVID – 19 di RS Universitas Udayana pada tahun
2022-2023. Selain itu, penelitian ini penting untuk dilakukan agar dapat
memberikan gambaran yang komprehensif mengenai penggunaan obat antivirus dalam
pengobatan penderita COVID – 19. Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui karakteristik penderita COVID
– 19 di RS Universitas Udayana pada tahun 2022 – 2023. (2) Untuk mengetahui
penggunaan obat antivirus pada penderita
COVID – 19 di RS Universitas Udayana pada tahun 2022 – 2023
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan potong lintang (cross – sectional) untuk mengetahui
gambaran penggunaan obat antivirus bagi penderita
COVID – 19 di RS Universitas Udayana pada tahun 2022 - 2023. Data dikumpulkan secara retrospektif dengan melihat rekam
medis pasien COVID – 19 pada tahun 2022 - 2023 di RS Universitas Udayana
setelah mendapatkan izin dari pihak – pihak yang bersangkutan.
Dalam penelitian ini, populasi target adalah seluruh pasien yang menderita
COVID-19 di Bali. Dalam penelitian ini, populasi terjangkau pada pasien COVID –
19 di Rumah Sakit Universitas Udayana dari bulan Januari 2022 sampai bulan
Desember 2023. Sampel penelitian ini adalah penderita COVID -19 yang
mendapatkan terapi antivirus di Rumah Sakit Universitas Udayana pada rentang
waktu Januari 2022 hingga Desember 2023.
Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data
1) Tahap Persiapan
a.
Peneliti akan mengajukan ethical clearance kepada Komisi Etik RS
Universitas Udayana untuk mendapatkan persetujuan etik melakukan penelitian dan
dapat dipertanggungjawabkan secara etika.
b.
Peneliti akan mengambil data dari rekam medis pasien COVID – 19 di RS
Universitas Udayana pada tahun 2022 - 2023.
c.
Untuk melindungi hak pasien, terutama atas kerahasiaan medis pasien,
peneliti sudah mempersiapkan beberapa tindakan pencegahan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Hanya nomor rekam medis yang akan dicatat dan dimasukkan
ke dalam matriks pengumpulan data untuk menjaga identitas pasien serta penanda
identitas akan dirahasiakan oleh peneliti.
d.
Data nomor rekam medis yang telah dikumpulkan tidak akan dipublikasikan dan
akan disimpan oleh peneliti sebagai arsip data penelitian.
e.
Peneliti akan mengolah data.
2) Tahap Pelaksanaan
a.
Peneliti akan mengajukan ethical clearance kepada Komisi Etik RS
Universitas Udayana untuk mendapatkan persetujuan etik melakukan penelitian dan
dapat dipertanggungjawabkan secara etika.
b.
Peneliti akan mengambil data dari rekam medis pasien COVID – 19 di RS
Universitas Udayana pada tahun 2022 - 2023.
c.
Untuk melindungi hak pasien, terutama atas kerahasiaan medis pasien,
peneliti sudah mempersiapkan beberapa tindakan pencegahan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Hanya nomor rekam medis yang akan dicatat dan dimasukkan
ke dalam matriks pengumpulan data untuk menjaga identitas pasien serta penanda
identitas akan dirahasiakan oleh peneliti.
d.
Data nomor rekam medis yang telah dikumpulkan tidak akan dipublikasikan dan
akan disimpan oleh peneliti sebagai arsip data penelitian.
e.
Peneliti akan mengolah data.
Metode Analisis Data
Populasi yang
ada akan diseleksi untuk memperoleh sampel yang representatif. Setelah
pemilihan sampel, variabel-variabel yang terkait akan dicatat secara sistematis
dalam matriks pengumpulan data. Pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak statistik, yaitu IBM SPSS 26. Proses pengolahan
data mencakup beberapa tahapan penting:
a. Pengeditan Data: Memeriksa data untuk
memastikan tidak ada kesalahan atau inkonsistensi yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
b. Pengkodean Data: Mengkonversi data mentah
menjadi format numerik atau kategorik yang sesuai untuk analisis statistik.
c. Input Data: Memasukkan data yang telah
dikodekan ke dalam program SPSS untuk proses analisis lebih lanjut.
d. Pengecekan Data: Memastikan keakuratan
data yang telah diinput dan memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi selama
proses input.
Rancangan
analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat, yang
bertujuan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang
dikumpulkan. Analisis univariat ini memungkinkan peneliti untuk melihat
bagaimana masing-masing variabel terdistribusi dalam sampel, memberikan
gambaran yang jelas tentang karakteristik dan pola data yang ada.
Hasil
dan Pembahasan
Hasil
Penelitian
Hasil data
penelitian yang didapatkan oleh peneliti akan disajikan dalam bentuk analisis
data univariat terhadap setiap variabel yang tertera pada tabel-tabel dibawah
ini.
Jenis Kelamin |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Laki-Laki |
51 |
50, 5 % |
Perempuan |
50 |
49, 5 % |
Total |
101 |
100 % |
Tabel diatas menunjukkan distribusi karakteristik
penderita COVID-19 di Rumah Sakit Universitas Udayana selama tahun 2022-2023
berdasarkan jenis kelamin. Dari total 101 pasien, 51 orang (50,5%) adalah
laki-laki, sementara 50 orang (49,5%) adalah perempuan. Distribusi ini
menunjukkan bahwa jumlah pasien laki-laki dan perempuan hampir seimbang, dengan
perbedaan yang sangat kecil di antara keduanya.
Tabel 2. Distribusi
Karakteristik Penderita COVID – 19 di RS Universitas Udayana tahun 2022 – 2023
Berdasarkan Usia
Usia |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
0-12 tahun |
6 |
5,9 % |
13-18 tahun |
1 |
1 % |
19-35 tahun |
30 |
29,7 % |
36-55 tahun |
24 |
23,8 % |
56-65 tahun |
18 |
17,8 % |
> 66 tahun |
22 |
21,8 % |
Total |
101 |
100% |
Tabel diatas memperlihatkan distribusi karakteristik
penderita COVID-19 di Rumah Sakit Universitas Udayana tahun 2022-2023
berdasarkan kelompok usia. Dari 101 pasien, kelompok usia 19-35 tahun
mendominasi dengan 30 pasien (29,7%), diikuti oleh kelompok usia 36-55 tahun
sebanyak 24 pasien (23,8%).
Kelompok usia >66 tahun tercatat memiliki 22 pasien
(21,8%), sedangkan kelompok usia 56-65 tahun berjumlah 18 pasien (17,8%).
Pasien anak-anak usia 0-12 tahun berjumlah 6 orang (5,9%) dan remaja usia 13-18
tahun merupakan kelompok terkecil dengan hanya 1 pasien (1%). Ini menunjukkan
bahwa mayoritas pasien berada pada usia dewasa muda hingga paruh baya.
Tabel 3. Distribusi
Karakteristik Penderita COVID – 19 di RS Universitas Udayana tahun 2022 – 2023
Berdasarkan Komorbid
Komorbid |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Ada |
37 |
36,6 % |
Tidak Ada |
64 |
64,4 % |
Total |
101 |
100 % |
Tabel diatas menggambarkan distribusi karakteristik
penderita COVID-19 di RS Universitas Udayana tahun 2022-2023 berdasarkan
kondisi komorbid yang dimiliki yaitu, diabetes mellitus, hipertensi, penyakit
jantung, penyakit paru, dan penyakit bawaan lainnya. Dari total 101 pasien, 64
orang (63,4%) memiliki komorbid, sementara 37 orang (36,6%) tidak memiliki
komorbid.
Tabel 4. Distribusi
Karakteristik Penderita COVID – 19 di RS Universitas Udayana tahun 2022 – 2023
Berdasarkan Derajat Keparahan
Derajat Keparahan |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
74 |
73.3 |
|
Sedang |
6 |
5.9 |
Tinggi |
15 |
14.9 |
Gawat |
5 |
5.0 |
Mengancam |
1 |
1.0 |
Total |
101 |
100.0 |
Tabel diatas menunjukkan distribusi penderita
COVID-19 di RS Universitas Udayana tahun 2022-2023 berdasarkan derajat
keparahan penyakit. Dari 101 pasien, mayoritas berada pada kategori keparahan
rendah, yaitu sebanyak 74 orang (73,3%). Sebanyak 15 pasien (14,9%) mengalami
keparahan tinggi, sedangkan 6 orang (5,9%) berada pada kategori sedang.
Sebanyak 5 pasien (5,0%) mengalami kondisi gawat, dan hanya 1 pasien (1,0%)
berada pada kondisi yang mengancam jiwa. Data ini mengindikasikan bahwa
sebagian besar pasien memiliki tingkat keparahan yang relatif ringan.
Tabel 5. Distribusi
Penggunaan Obat Antivirus pada Penderita COVID – 19 di RS Universitas Udayana
tahun 2022 – 2023.
Jenis Obat Antivirus |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Favipiravir |
77 |
76,2 % |
Remdesivir |
18 |
17,8 % |
Molnupiravir |
5 |
5 % |
Lainnya |
1 |
1 % |
Total |
101 |
100.0 |
Tabel diatas menunjukkan distribusi penggunaan obat
antivirus pada penderita COVID-19 di RS Universitas Udayana tahun 2022-2023.
Dari 101 pasien, Favipiravir adalah obat yang paling banyak digunakan dengan 77
pasien (76,2%), diikuti oleh Remdesivir yang digunakan oleh 18 pasien (17,8%).
Molnupiravir diberikan kepada 5 pasien (5%), dan obat antivirus lainnya hanya
digunakan pada 1 pasien (1%). Data ini menunjukkan bahwa Favipiravir adalah
pilihan utama dalam penanganan pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut.
Tabel 6. Distribusi
Penggunaan Obat Antivirus pada Penderita COVID – 19 di RS Universitas Udayana
tahun 2022 – 2023 Berdasarkan Karakteristik Penderita
Dari 101
pasien yang diteliti, sebagian besar menggunakan Favipiravir (77 pasien),
disusul oleh Remdesivir (18 pasien), Molnupiravir (5 pasien), dan antivirus
lainnya (1 pasien). Secara proporsional, pengguna obat hampir seimbang antara
laki-laki (50,5%) dan perempuan (49,5%). Berdasarkan kelompok usia, penggunaan
Favipiravir paling banyak pada usia 19-35 tahun (25 pasien), sementara pada
usia di atas 66 tahun, terdapat kecenderungan lebih tinggi penggunaan
Remdesivir dan Molnupiravir. Terkait komorbiditas, 36 pasien memiliki
komorbiditas, dan 26 dari mereka menggunakan Favipiravir.
Dilihat dari tingkat keparahan, mayoritas pasien
berada pada tingkat keparahan rendah (74% di antaranya menggunakan
Favipiravir). Pada tingkat keparahan tinggi dan gawat, lebih banyak pasien yang
menggunakan Remdesivir dan Molnupiravir. Satu pasien dalam kondisi kritis
menggunakan Remdesivir.
Pembahasan
Karakteristik Penderita COVID – 19 di RS
Universitas Udayana Tahun 2022 – 2023
Penelitian yang dilakukan
mengenai karakteristik pasien COVID-19 di RS Universitas Udayana pada tahun
2022-2023 mengungkapkan beberapa temuan penting. Dari total 101 pasien, rasio
antara jenis kelamin hampir seimbang, dengan 51 pasien laki-laki (50,5%) dan 50
pasien perempuan (49,5%). Dari segi usia, kelompok yang paling dominan adalah
pasien berusia 19-35 tahun, yang mencakup 30 individu (29,7%), diikuti oleh
kelompok usia 36-55 tahun dengan 24 pasien (23,8%). Sementara itu, jumlah
pasien anak-anak berusia 0-12 tahun tercatat hanya 6 orang (5,9%), dan remaja
berusia 13-18 tahun merupakan kelompok terkecil dengan hanya 1 pasien (1%).
Sebanyak 64 pasien (63,4%) diketahui memiliki komorbid, yang dapat memperburuk
tingkat keparahan COVID-19 yang dialami. Dalam kategori derajat keparahan
penyakit, mayoritas pasien berada pada tingkat rendah, yaitu 74 orang (73,3%),
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien tidak mengalami gejala yang parah.
Hanya satu pasien (1,0%) yang dalam kondisi mengancam jiwa, mencerminkan bahwa
risiko serius pada pasien di rumah sakit ini tergolong rendah.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan teori epidemiologi yang menunjukkan bahwa karakteristik demografis,
seperti usia dan jenis kelamin, dapat memengaruhi keparahan COVID-19.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pria cenderung mengalami gejala
yang lebih berat dibandingkan wanita, serta keberadaan komorbiditas, seperti
hipertensi dan diabetes mellitus, dapat meningkatkan risiko komplikasi serius
pada pasien COVID-19 (Cascella et al., 2023; Dabbous et al., 2021). Teori ini menegaskan pentingnya pemahaman
tentang faktor-faktor risiko dalam pengelolaan dan perawatan pasien COVID-19.
Jika dibandingkan dengan
penelitian lain baik di Indonesia maupun di luar negeri, hasil yang diperoleh
dari RS Universitas Udayana menunjukkan kesamaan dalam distribusi usia dan
jenis kelamin. Sebuah studi yang dilakukan di Bali melaporkan bahwa sebagian
besar pasien COVID-19 juga berasal dari kelompok usia dewasa muda hingga
menengah (Wiersinga et al., 2020; Wu et al., 2020). Namun, penelitian tersebut mencatat bahwa proporsi pasien dengan
gejala berat lebih tinggi dibandingkan dengan temuan di RS Universitas Udayana.
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh metodologi penelitian yang berbeda atau
karakteristik populasi yang diteliti.
Implikasi dari hasil
penelitian ini sangat penting bagi kebijakan kesehatan masyarakat dan strategi
penanganan COVID-19. Dengan mengetahui bahwa mayoritas pasien tidak mengalami
gejala berat dan banyak di antaranya memiliki komorbiditas, rumah sakit dapat
lebih efektif dalam memprioritaskan sumber daya untuk merawat pasien berisiko
tinggi. Selain itu, temuan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan pengelolaan komorbiditas, guna
mengurangi dampak COVID-19 secara keseluruhan.
Penggunaan Obat Antivirus Bagi Penderita COVID – 19
di RS Universitas Udayana Tahun 2022 – 2023
Data penelitian distribusi
penggunaan obat antivirus pada penderita COVID-19 di RS Universitas Udayana
selama tahun 2022-2023. Dari total 101 pasien yang diteliti, Favipiravir
merupakan obat antivirus yang paling banyak digunakan, dengan 77 pasien (76,2%)
menerima pengobatan ini. Remdesivir menjadi pilihan kedua, digunakan oleh 18
pasien (17,8%), sementara Molnupiravir hanya diberikan kepada 5 pasien (5%).
Selain itu, ada 1 pasien (1%) yang menggunakan obat antivirus lainnya. Data ini
jelas menunjukkan bahwa Favipiravir adalah pilihan utama dalam pengobatan
pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut, mencerminkan kepercayaan akan
efektivitas obat ini dalam menangani penyakit.
Penelitian yang dilakukan di
RS Universitas Udayana mengenai distribusi penggunaan obat antivirus pada
pasien COVID-19 menunjukkan bahwa Favipiravir menjadi obat yang paling banyak
diresepkan, dengan persentase mencapai 76,2% di antara pasien yang menerima
pengobatan. Temuan ini konsisten dengan teori farmakologi yang menyatakan bahwa
efektivitas dan aksesibilitas obat berperan besar dalam menentukan pilihan
terapi. Favipiravir, yang berfungsi sebagai inhibitor RNA-dependent RNA
polymerase, telah terbukti efektif dalam menurunkan viral load pada pasien
COVID-19. Hal ini mendukung argumen bahwa pengobatan antivirus yang diberikan
lebih awal dapat mencegah kondisi penyakit menjadi lebih parah (Beigel et al.,
2020; Kordalewska et al., 2021; Cai et al., 2020).
Hasil penelitian ini sejalan
dengan sejumlah studi sebelumnya yang juga menunjukkan bahwa Favipiravir
seringkali menjadi pilihan utama dalam terapi COVID-19. Sebuah meta-analisis
mencatat bahwa Favipiravir berkontribusi dalam mempercepat waktu pemulihan dan
proses viral clearance pada pasien COVID-19 (Khan et al., 2021; Joshi et al., 2021). Di sisi lain, angka penggunaan Remdesivir dan Molnupiravir yang lebih
rendah di RS Universitas Udayana mencerminkan tren yang terlihat di beberapa
penelitian lainnya, di mana Remdesivir umumnya direkomendasikan untuk pasien
dengan gejala berat, sementara efektivitas Molnupiravir masih menunjukkan hasil
yang beragam (Gudima et al., 2023; Gheblawi et al., 2020). Hasil penelitian ini juga serupa dengan penelitian penggunaan obat
antivirus bagi penderita COVID 19 yang dilakukan di RSUD dr. Murjani Sampit dan
RSUD Ulin Banjarmasin, dimana penggunaan obat antivirus jenis favipiravir
menjadi obat antivirus yang paling banyak digunakan. Penelitian yang dilakukan
di RSUD dr. Murjani Sampit menyatakan bahwa favipiravir digunakan pada 249
pasien dari total 275 pasien, sedangkan penelitian yang dilakukan di RSUD Ulin
Banjarmasin menemukan bahwa favipiravir merupakan obat golongan antivirus yang
paling banyak digunakan pada pasien. Favipiravir merupakan pro-drug yang akan
dimetabolisme didalam tubuh menjadi zat aktif, yakni favipiravir-ribofuranosyl-5’-triphosphate. Review artikel yang berjudul Penggunaan
Favipiravir Pada Pasien COVID-19 juga menunjukkan adanya efikasi terapi berupa
perbaikan klinis yang signifikan pada pasien yang diberikan Favipiravir
dibandingkan antivirus lainnya (Amalia & Syah, 2021). Perbaikan klinis ini
termasuk penurunan demam dan batuk, serta klirens virus dalam 7 sampai 14 hari
selama rawat inap. Penelitian observasional di Jurnal Ilmiah Ibnu Sina juga
menemukan bahwa favipiravir efektif dalam pengobatan COVID-19 dengan atau tanpa
pneumonia. Data rekam medis pasien COVID-19 pneumonia yang menggunakan
favipiravir menunjukkan perbaikan klinis yang signifikan dan efek samping yang
relatif ringan (Yulia et al., 2023; Chen et al., 2020).
Temuan ini memiliki implikasi
yang signifikan terhadap kebijakan pengobatan COVID-19 di rumah sakit. Dengan
menjadikan Favipiravir sebagai pilihan utama, rumah sakit dapat mengembangkan
protokol pengobatan yang lebih efisien dan terstandarisasi untuk pasien
COVID-19. Selain itu, hasil ini menekankan pentingnya edukasi yang lebih
mendalam bagi tenaga medis mengenai terapi antivirus lainnya, seperti
Remdesivir dan Molnupiravir, agar penggunaannya dapat dioptimalkan sesuai
dengan kondisi masing-masing pasien. Kebijakan kesehatan publik juga perlu
mempertimbangkan peningkatan akses terhadap Favipiravir untuk mempercepat
penanganan COVID-19 di masyarakat.
Kesimpulan
Penelitian ini menganalisis 101 pasien COVID-19 di RS Universitas
Udayana tahun 2022-2023. Rasio pasien pria (50,5%) dan wanita (49,5%) hampir
sama. Mayoritas pasien berusia 19-35 tahun (29,7%), diikuti kelompok 36-55
tahun (23,8%). Pasien anak-anak (0-12 tahun) hanya 5,9%, dan remaja (13-18
tahun) adalah kelompok terkecil (1%). Sebanyak 63,4% pasien memiliki komorbid,
yang meningkatkan risiko komplikasi. Sebagian besar pasien (73,3%) mengalami
gejala ringan, sementara hanya 1% yang berada dalam kondisi kritis.
Favipiravir adalah obat antivirus yang paling sering digunakan (76,2%)
pada pasien COVID-19, diikuti Remdesivir (17,8%) dan Molnupiravir (5%). Hanya
1% pasien menggunakan antivirus lain. Hasil ini sejalan dengan teori yang
menekankan pentingnya efektivitas dan ketersediaan obat dalam pemilihan terapi.
Favipiravir terbukti efektif menurunkan viral load dan mempercepat pemulihan.
Implikasi penelitian ini menyoroti perlunya rumah sakit mengembangkan protokol
pengobatan berbasis Favipiravir serta meningkatkan edukasi tentang penggunaan
antivirus lainnya. Kebijakan publik juga harus memperhatikan akses yang lebih
luas terhadap Favipiravir untuk penanganan COVID-19 di masyarakat.
BIBLIOGRAFI
Aleissa, M. M., Silverman, E.
A., Paredes Acosta, L. M., Nutt, C. T., Richterman, A., & Marty, F. M.
(2020). New perspectives on antimicrobial agents: remdesivir
treatment for COVID-19. Antimicrobial agents and chemotherapy, 65(1),
e01814-20.
Amalia, L., & Hiola, I. (2020).
Kekebalan Tubuh untuk Mencegah Penyakit COVID-19 Analysis of Clinical
Symptoms and Immune Enhancement to Prevent COVID-19 Disease. Jambura
Journal, 2(2), 1-6.
Amalia,
N. A., & Syah, I. S. K. (2021). Review artikel: penggunaan favipiravir
pada pasien COVID-19. Farmaka, 19(3), 48-55.
Beigel,
J. H., Tomashek, K. M., Dodd, L. E., & Mehta, A. K. (2020). Remdesivir
for the treatment of COVID-19 — Final report. New England Journal of
Medicine, 383(19), 1813-1826. https://doi.org/10.1056/NEJMoa2007764
Cai,
Q., Yang, M., Liu, D., Chen, J., Shu, D., Xia, J., ... & Liu, L. (2020). Experimental treatment
with favipiravir for COVID-19: an open-label control study. Engineering, 6(10),
1192-1198.
Cannalire, R., Cerchia, C., Beccari,
A. R., Di Leva, F. S., & Summa, V. (2022). Targeting SARS-CoV-2 Proteases
and Polymerase for COVID-19 Treatment: State of the Art and Future
Opportunities. Journal of medicinal chemistry, 65(4),
2716–2746.
Cascella,
M., Rajnik, M., Aleem, A., Dulebohn, S.C., & Napoli, R.D. (2023).
Features, Evaluation, and Treatment of Coronavirus Disease 2019
(COVID-19). National Library of Medicine.
Chen, C., Huang, J., Yin, P., Zhang,
Y., Cheng, Z., Wu, J., ... & Wang, X. (2020). Favipiravir versus arbidol
for COVID-19: a randomized clinical trial. MedRxiv, 2020-03.
Dabbous, H. M., Abd-Elsalam, S.,
El-Sayed, M. H., Sherief, A. F., Ebeid, F. F. S., El Ghafar, M. S. A.,
Soliman, S., Elbahnasawy, M., Badawi, R., & Tageldin, M. A. (2021).
Efficacy of favipiravir in COVID-19 treatment: a multi-center randomized
study. Archives of virology, 166(3), 949–954.
Gheblawi, M., Wang, K., Viveiros, A.,
Nguyen, Q., Zhong, J. C., Turner, A. J., Raizada, M. K., Grant, M. B., &
Oudit, G. Y. (2020). Angiotensin-Converting Enzyme 2: SARS-CoV-2 Receptor and
Regulator of the Renin-Angiotensin System: Celebrating the 20th Anniversary
of the Discovery of ACE2. Circulation research, 126(10),
1456–1474.
Gudima,
G., Kofiadi, I., & Shilovskiy, I. (2023). Antiviral therapy of COVID-19:
A review of current options and future perspectives. Journal of
Medical Virology, 95(1), e28412. https://doi.org/10.1002/jmv.28412
Joshi,
S., Parkar, J., Ansari, A., Vora, A., Talwar, D., Tiwaskar, M., Patil, S.,
& Barkate, H. (2021). Role of favipiravir in the treatment of COVID-19. International
journal of infectious diseases : IJID : official publication of the
International Society for Infectious Diseases, 102, 501–508.
Khan, M. A., Zafar, A., Ali, M., & Khan, I.
(2021). Efficacy
of antiviral drugs in the treatment of COVID-19: A systematic review and
meta-analysis. Journal of Medical Virology, 93(1),
30-40. https://doi.org/10.1002/jmv.26308
Kordalewska,
M., & Błędowski, P. (2021). Molnupiravir: A novel antiviral agent for the
treatment of COVID-19. Expert Review of Anti-infective Therapy, 19(8),
1023-1030. https://doi.org/10.1080/14787210.2021.1951957
Morse, J. S., Lalonde, T., Xu, S.,
& Liu, W. R. (2020). Learning from the Past: Possible Urgent Prevention
and Treatment Options for Severe Acute Respiratory Infections Caused by
2019-nCoV. Chembiochem : a European journal of chemical biology, 21(5),
730–738.
Munir, M. A., Kuganda, . H. &
Basry, . A. (2020) The Efficacy and Safety of Antivirus Drugs for COVID-19: A
Systematic Review. Systematic Reviews in Pharmacy, 11 (7),
162-166.
Wiersinga,
W.J., Rhodes, A., Cheng, A.C., Peacock, S.J., & Prescott, H.C. (2020).
Pathophysiology, Transmission, Diagnosis, and Treatment of Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19): A Review. JAMA - J Am Med Assoc, 324(8),
782–793.
Wu, C., Liu, Y., Yang, Y., Zhang, P.,
Zhong, W., Wang, Y., Wang, Q., Xu, Y., Li, M., Li, X., Zheng, M., Chen, L.,
& Li, H. (2020). Analysis of therapeutic targets for SARS-CoV-2 and
discovery of potential drugs by computational methods. Acta
pharmaceutica Sinica. B, 10(5), 766–788.
Yulia,
R., Herawati, F., Hima, K. R., Hartono, R., & Hanum, P. S. (2023). Studi Efektivitas Dan
Efek Samping Favipiravir Pada Pasien Covid-19 Pneumonia Di Rumah Sakit
Bhayangkara Surabaya. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 8(2),
307-317.
Copyright
holder: Kadek Agastya Widya Sedana
Grudug, I Made Jawi, I Gusti Ayu Artini (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |