Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 12, Desember 2024

 

POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM MENGELOLA PROGRAM COMMA STUDI PADA MAJELIS PEMBINAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PP MUHAMMADIYAH

 

Novia Widiarti1, Abdul Khohar2, Farida Hariyati3

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta, Indonesia1,2,3

Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3

 

Abstrak

Pola komunikasi organisasi merupakan hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses mengirim dan menerima pesan secara tepat, agar maksud dari pesan tersebut dapat dipahami dengan baik. Kenyataannya, di MPKS, terdapat perbedaan kualitas sumber daya manusia, seperti kurangnya responsivitas dan alur komunikasi yang kurang efektif. Oleh karena itu, pola komunikasi organisasi sangat dibutuhkan untuk mengoordinasikan manajemen agar tercipta proses komunikasi yang baik sehingga tujuan MPKS dapat tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pola komunikasi yang digunakan serta faktor- faktor pendukung dan penghambat dalam proses komunikasi di MPKS. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif. Subjek penelitian mencakup Ketua MPKS, Staff MPKS, dan Tim kitabisa.com, yang dipilih melalui teknik purposive. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi organisasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan di MPKS meliputi pola roda, dan pola bintang.

Kata Kunci : Pola Komunikasi, Organisasi, Program COMMA, MPKS

 

Abstract

Organizational communication patterns refer to the relationship between two or more individuals in the process of sending and receiving messages accurately, ensuring that the intended message is well understood. In reality, at MPKS there are differences in the quality of human resources, such as a lack of responsiveness and inffective communication flows. Therefore, organizational communication patterns are essential to coordinate management, enabling effective communication processes to achieve the goals of the MPKS. This study aims to understand the communication patterns used and the supporting and inhibiting factors in the communication process at MPKS. This research employs a qualitative method. The subjects of the study include the Chairperson of MPKS, MPKS staff, and the kitabisa.com team, selected using a purposive sampling technique. Data collection techniques consist of the study show that the organizational communication patterns used to mprove service quality at MPKS include the wheel pattern, star pattern.

Keywords: Communication Patterns, Organization, COMMA Program, MPKS.

 

 

 

 

Pendahuluan

Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) merupakan bagian dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berfokus pada pemberdayaan terhadap kaum marjinal seperti merawat lansia, anak-anak yatim, dan anak-anak disabilitas. Melalui rencana aksi yang komprehensif, MPKS diharapkan mampu menghasilkan kegiatan konkret bagi Muhammadiyah. Khususnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Program yang terdapat pada MPKS tidak lagi fokus hanya di kesejahteraan sosial saja tetapi telah berkembang di ancaman krisis ekonomi global serta isu kemanusiaan lainnya. Program-program tersebut adalah Program AUMSos, Program Gerkin, Program COMMA, dan Program Circle-M (Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial, 2023). Aktivitas kemanusiaan yang dilakukan MPKS tentunya berorientasi amal (charity) dengan memperdayakan sumber daya manusia. MPKS mentransformasi dirinya sebagai sebuah organisasi atau lembaga kemanusiaan global di bawah naungan pemerintah, menggunakan jangkauan kegiatan yang lebih luas.

Gerakan COMMA diinisiasi oleh Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Muhammadiyah, sebagai upaya untuk memperkuat ketahanan sosial masyarakat menuju kehidupan yang lebih bermartabat. Pengembangan COMMA (Collaborative Muhammadiyah) sebagai fundraising berbasis PUB (Pengumpulan Uang dan Barang). COMMA merupakan salah satu bentuk inovasi yang diinisiasi untuk membangun kepedulian dan keterlibatan masyarakat secara umum dalam mendukung peningkatan pelayanan kesejahteraan sosial di lingkungan Muhammadiyah/Aisyiyah (Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial, 2023).

Komunikasi adalah alat penting yang memungkinkan seseorang berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitarnya. Komunikasi yang berhasil tercipta ketika individu mampu mencapai kesepahaman, medorong pihak lain untuk bertindak, serta menginspirasi orang lain untuk melihat sesuatu dengan perspektif yang berbeda. Kemampuan komunikasi secara efektif dapat meningkatkan produktivitas, baik bagi individu maupun organisasi yang terlibat. Hal ini memungkinkan antisipasi terhadap masalah, pengambilan keputusan yang lebih baik, pengaturan alur kerja yang efisien, serta pembentukan hubungan yang lebih baik (Darmawan et al., 2021). Komunikasi, baik antara individu maupun antara pimpinan organisasi dengan anggotanya, memiliki dampaak besar terhadap tercapainya tujuan komunikasi tersebut. Jika komunikasi yang disampaikan kurang jelas atau tidak efektif, hal ini dapat memicu kesalahpahaman antara pengirim pesan dan penerima, yang pada akhirnya berpotensi menghambat pencapaian tujuan organisasi serta menyebabkan kesalahan dalam penyampaian informasi. Tidak dapat disangkal bahwa komunikasi, baik secara individu maupun kelompok (organisasi), memiliki peran penting dalam menjalin keterhubungan. Dalam organisasi, komunikasi menjadi elemen vital sebagai media untuk berbagai ide, gagasan, dan pemikiran. Hal ini tidak hanya mempererat hubungan antar bagian dalam organisasi, tetapi juga mampu meningkatkan kinerja serta menciptakan sinergi yang lebih baik dalam menjalankan aktivitas organisasi.

Komunikasi merupakan sarana utama dalam organisasi untuk menjaga keterhubungan, sehingga ide, informasi, gagasan, dan pemikiran antar anggota dapat dikelola dengan baik. Oleh sebab itu, komunikasi dalam organisasi menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap individu yang terlibat. Komunikasi yang efektif berperan dalam memastikan tercapainya tujuan organisasi, sementara ketiadaan komunikasi dapat menghambat kelancaran operasionalnya. Selain itu, komunikasi juga menjadi faktor kunci dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi (Ujang Hadi Kusmanto et al., 2022). Pencapaian tujuan organisasi sangat bergantung pada peran penting seorang pemimpin. Pemimpin bertugas memotivasi dan mengarahkan anggotanya menuju perkembangan yang lebih positif. Dalam konteks organisasi, motivasi berfungsi sebagai pendorong semangat anggota untuk aktif, terlibat, dan berkontribusi dalam berbagai kegiatan yang ada. Hal ini dilakukan dengan mengoptimalkan kemampuan dan keterampilan masing-masing anggota untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi.

Dalam komunikasi organisasi, pola yang diterapkan oleh ketua atau pimpinan saat menyampaikan informasi kepada anggotanya memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan penyampaian tujuan informasi tersebut. Pola komunikasi organisasi menjadi elemen penting dalam upaya pemimpin mengendalikan anggotanya, termasuk dalam mengarahkan, memotivasi, memonitor, serta mengevaluasi pelaksanaan tugas organisasi. Pola komunikasi yang dipilih akan menentukan efektivitas manajemen organisasi. Oleh karena itu, seorang pemimpin perlu mempertimbangkan pola komunikasi yang paling sesuai untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi (Tamimi et al., 2022). Pola komunikasi dalam organisasi memiliki peran penting karena sebuah organisasi membutuhkan struktur komunikasi yang memungkinkan pemimpinan untuk mengarahkan dan mengoordinasikan anggotanya secara efektif. Dengan pola komunikasi yang jelas, pemimpin dapat memastikan bahwa seluruh kegiatan berjalan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Menurut Gori dan Simamora (2020), hal ini dijelaskan sebagai berikut:

1)    Pola komunikasi berbentuk roda memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan pola rantai, karena pola ini mengurangi tingkatan hierarki dalam organisasi. Dalam pola ini, organisasi besar biasnya membentuk sebuah bagian tertentu yang berperan sebagai pusat komunikasi untuk mengontrol dan mengelola jaringan komunikasi.

2)    Pola Bintang adalah struktur komunikasi dimana setiap anggota dalam kelompok dapat saling berinteraksi secara langsung dengan semua anggota lainnya tanpa melalui perantara.

Hal tersebut juga terjadi di MPKS, yakni pola komunikasi yang diterapkan oleh pimpinan kepada anggotanya memiliki peran penting dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pola ini juga terlihat dalam tim dari MPKS. Pernyataan tersebut menjadi landasan bagi peneliti untuk memahami: pola komunikasi seperti apa yang diterapkan oleh ketua atau pimpinan MPKS dalam mengoordinasikan anggotanya dengan efektif. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui apa saja hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pola komunikasi organisasi yang dilakukan oleh ketua terhadap anggota MPKS. Hal ini dijadikan acuan untuk menilai keberhasilan suatu organisasi, termasuk di MPKS.

Pola komunikasi organisasi terjadi pada pelaksanaan program COMMA di lapangan. Pola komunikasi organisasi yang terjadi yaitu antara pihak MPKS dengan masyarakat (penerima manfaat program santunan anak yatim) dengan pihak tim kitabisa.com. Littlejohn., (2014), menyebutkan teori Karl Weick dan James Taylor bahwa pola-pola komunikasi akan berkembang seiring waktu pada sebuah organisasi. Salah satu cara untuk melihat susunan organisasi ialah dengan menguji pola-pola interaksi untuk melihat siapa yang berkomunikasi dengan siapa. Sebab tidak terdapat seorang pun yang berkomunikasi dengan sama dengan seluruh anggota organisasi. Ali dan Asrori (2015), menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang bersifat informal dan suasana kekeluargaan yang diciptakan pada proses evaluasi berpengaruh besar di perubahan sikap serta kinerja partisipan forum leader. Widiarto., (2018), mengungkapkan bahwa komunikasi vertikal yang dilakukan ialah komunikasi ke atas serta komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas dilakukan oleh karyawan dengan membentuk laporan kerja kepada pimpinan yang disampaikan melalui ketua bagian masing-masing departemen sesuai dengan job description mereka. Berdasarkan studi literatur ada banyak penelitian terdahulu tentang pola komunikasi organisasi, Mahmud dan Swarnawati (2020), bahwa arah komunikasi organisasi yang terjadi dari atas ke bawah, dari bawah ke atas serta ke segala arah, tergantung dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh para aktor komunikasinnya.

Berdasarkan hasil kajian terhadap penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian perihal pola komunikasi organisasi di program COMMA pada MPKS dipandang perlu dilakukan untuk melihat pola komunikasi organisasi mulai dari arah komunikasi, isi/pesan komunikasi serta frekuensi komunikasi. Penelitian pola komunikasi organisasi di program COMMA menarik untuk dilakukan sebab hingga saat ini penelitian atau kajian yang secara spesifik membahas perihal pola komunikasi organisasi di program COMMA belum pernah dilakukan khususnya pada MPKS. Penelitian bertujuan menggambarkan pola komunikasi. Penelitian dilakukan dengan maksud untuk prospek pengembangan program COMMA yang lebih baik dimasa yang akan datang terutama di MPKS.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang muncul dari berbagai persoalan sosial maupun kemanusiaan (Nugrahani, 2014). Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan berpikir induktif, menekankan pada makna yang bersifat individual, serta menggambarkan kompleksitas suatu permasalahan (Creswell, 2010). Proses penelitian kualitatif ini melibatkan langkah-langkah penting, seperti melakukan wawancara untuk mengajukan pertanyaan. Dalam penelitian kualitatif, sumber data utama (primer) biasanya berasal dari manusia yang bertindak sebagai informan. Oleh karena itu, wawancara mendalam menjadi teknik utama dalam pengumpulan data, yang memungkinkan peneliti memperoleh informasi yang luas, rinci, dan mendalam (Nugrahani, 2014). Selain itu, penelitian ini mencakup penyusunan prosedur dan pengumpulan data spesifik dari informan atau narasumber, seperti pimpinan MPKS.

Analisis data secara induktif adalah metode yang dilakukan dengan memulai dari fakta-fakta yang ada untuk kemudian merumuskan teori. Tujuan penerapan analisis induktif ini adalah untuk menghindari adanya manipulasi data penelitian, sehingga prosesnya diawali dengan data yang kemudian disesuaikan dengan teori yang relevan (Agustian & Salsabila, 2021). Reduksi data adalah langkah yang melibatkan pemilihan, penyederhanaan, fokus perhatian, pengabstrakan, dan transformasi dari data mentah yang diperoleh melalui catatan lapangan. Proses ini berlangsung secara berkesinambungan selama penelitian, bahkan dimulai sebelum seluruh data terkumpul, seperti yang tercermin dalam kerangka konseptual, permasalahan penelitian, serta pendekatan pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti (Rijali, 2018). Tahap berikutnya adalah memverifikasi data, menafsirkan, dan memahami makna dalam konteks permasalahan yang diteliti. Salah satu langkah penting dalam analisis adalah menyimpulkan dan memverfikasi temuan. Sejak awal pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai mengidentifikasi makna, pola, penjelasan, kemungkinan konfigurasi, hubungan sebab-akibat, serta proposisi yang relevan.

Peneliti yang kompoten akan merumuskan kesimpulan dengan fleksibiltas, tetap bersikap terbuka dan kritis. Pada awalnya, kesimpulan mungkin masih bersifat umum, namun seiring waktu menjadi lebih jelas, terperinci, dan kokoh. Kesimpulan “akhir” seringkali baru muncul setelah seluruh data selesai dikumpulkan. Hal ini bergantung pada jumlah catatan lapangan, proses pengkodean, sistem penyimpanan, metode penelusuran data, keahlian peneliti, serta tuntutan dari pihak pendukung dana. Namun, dalam banyak kasus, kesimpulan sudah mulai dirancang sejak awal penelitian, meskipun peneliti menyatakan bahwa proses tersebut dilakukan secara induktif.

Menarik kesimpulan sebenarnya hanya merupakan bagian dari keseluruhan proses analisis yang lebih besar. Kesimpulan juga diuji dan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Proses verifikasi ini bisa dilakukan secara sederhana, seperti merenungkan kembali temuan saat menulis, meninjau ulang catatan lapangan, hingga proses yang lebih mendalam, seperti diskusi bersama rekan sejawat untuk mencapai “kesepakatan intersubjektif”. Bahkan, verifikasi bisa melibatkan langkah-langkah lebih rumit, seperti membandingkan temuan dengan kumpulan data lain. Intinya, makna yang dihasilkan dari data perlu diuji keakuratan, ketahanan, dan relevansinya yang menentukan validitasnya. Jika tidak, hanya akan ada gambaran menarik tentang suatu fenomena yang belum tentu benar dan berguna (Haruddin, 2018).

 

Hasil dan Pembahasan

Tim MPKS memiliki berbagai jadwal kegiatan rutin, seperti rapat berkala dan penyelenggaraan acara atau penggalangan dana. Sebagai contoh, mereka pernah mengadakan acara dan penggalangan dana di seluruh Indonesia, dengan tujuan untuk menarik donatur yang kemudian dapat diarahkan untuk menggunakan aplikasi dalam melakukan donasi. Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan tersebut, penting untuk memastikan adanya komunikasi yang baik, baik di dalam tim (komunikasi internal) maupun dengan pihak luar (komunikasi eksternal).

Komunikasi berasal dari kata Communicare dalam bahasa latin, yang berarti berbagi, memberi informasi, atau menyampaikan pesan, gagasan, dan pendapat dari satu orang ke orang lain dengan harapan mendapatkan umpan balik (Gori & Simamora, 2020). Menurut Gori dan Simamora (2020), terdapat beberapa bentuk komunikasi organisasi, antara lain:

a)     Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri seseorang. Ini mencakup proses pemberian makna oleh individu terhadap hal-hal seperti sensasi, asosiasi, persepsi, ingatan, dan pemikiran.

b)    Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara langsung, dimana pesan disampaikan secara langsung dan penerima dapat segera merespons pesan tersebut.

c)     Komunikasi Kelompok (Group Communication) adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah kelompok kecil, seperti dalam rapat, pertemuan, atau konferensi. Komunikasi ini seringkali bersifat tatap muka, dimana komunikator dan komunikan saling melihat satu sama lain.

d)    Komunikasi Massa (Mass Communication), menurut Gori dan Simamora (2020), adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada khalayak luas dengan menggunakan media massa sebagai sarana penyampaian pesan.

MPKS dan Pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya. Kementerian sosial (Kemensos) bertanggung jawab atas berbagai program kesejahteraan sosial, termasuk perlindungan serta bantuan bagi anak yatim, piatu, dan anak terlantar. Salah satu programnya adalah Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA), yang bertujuan memberikan perlindungan dan pemenuhan kebutuhan pokok bagi anak-anak yatim. Pola komunikasi berkaitan erat dengan proses komunikasi, karena pola komunikasi merupakan serangkaian kegiatan dalam pembuatan dan penyampaian pesan yang menghasilkan interaksi timbal balik dari penerima pesan. Proses komunikasi yang dilakukan oleh MPKS merupakan bentuk kolaborasi antara Tim kitabisa.com dengan yayasan-yayasan yatim piatu di seluruh Indonesia untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Dalam sebuah orgnaisasi, tentu diperlukan proses komunikasi yang efektif dan efisien meskipun terdapat hambatan. Namun, penyampaian informasi dalam organisasi tetap perlu dilaksanakan sebaik mungkin. Pola komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai proses komunikasi yang sebenarnya dilakukan oleh MPKS dalam mengelola program COMMA melalui aplikasi kitabisa.com.

Untuk mencapai tujuan organisasi, komunikasi yang efektif sangat diperlukan. Komunikasi yang baik dalam suatu organsasi sangat krusial karena dapat mencegah terjadinya konflik internal maupun eksternal di antara anggotanya. Pemimpin dalam organisasi juga memerlukan pola komunikasi yang tepat. Dengan menggunakan pola komunikasi yang jelas, pemimpin dapat mengarahkan anggotanya dengan baik, memastikan bahwa instruksi atau koordinasi diterima dengan jelas, serta menghindari potensi miskomunikasi antara pemimpin dan anggota. Pola komunikasi organisasi merujuk pada cara interaksi antara pemimpin dan anggota, maupun antar anggota itu sendiri dalam menyampaikan informasi. Informasi yang disampaikan ini mengalir dari pemimpin kepada anggota organisasi. Dalam praktiknya, penerapan pola komunikasi yang efektif sangat penting, terutama yang dilakukan oleh pemimpin MPKS kepada anggotanya. Hal ini bertujuan agar hubungan antara pemimpin dan anggota terjalin dengan baik, sehingga pesan yang disampaikan oleh pemimpin dapat diterima dengan jelas oleh anggota dan menghindari terjadinya miskomunikasi atau kesalahpahaman terkait informasi yang diberikan.

Menurut Asmaningsih, (2020), pola komunikasi merupakan suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan saling melengkapi, dengan tujuan untuk menggambarkan proses komunikasi yang sedang berlangsung. Sedangkan, menurut Mendrofa dan Syafii (2019), pola jaringan komunikasi dibagi menjadi lima kategori. Namun, dalam praktiknya, MPKS hanya menggunakan dua pola komunikasi yang paling sering diterapkan, diantaranya:

 

 

 

 

 

 

Pola Komunikasi Roda

Gambar 1. Pola Komunikasi Roda

Sumber 1. Jurnal Penelitian Universitas Paramadina Indonesia

 

Pola komunikasi roda menggambarkan alur informasi yang berpusat pada satu sumber utama, yaitu pemimpin yang berada di posisi pusat. Dalam sebuah organisasi, pola komunikasi ini sangat penting diterapkan. Pesan atau informasi yang berasal dari pemimpin akan mengalir langsung kepada anggota, menjadikannya sebagai pusat kendali komunikasi. Pola ini cocok digunakan dalam kelompok, komunitas, atau organisasi, dimana pemimpin memiliki peran utama dalam menyampaikan pesan yang diperlukan untuk menjalankan berbagai aktivitas atau tugas bersama.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa MPKS menerapkan pola komunikasi roda. Pola ini dianggap paling sesuai untuk organsasi tersebut karena berpusat pada satu titik utama, dimana pesan yang disampaikan oleh ketua MPKS dapat langsung diterima oleh para anggotanya. Pola ini bertujuan untuk mencegah terjadinya miskomunikasi atau kesalahpahaman dalam penyampaian informasi dari ketua kepada anggota.

Dalam praktiknya, pola komunikasi roda pada MPKS diterapkan dengan pemimpin menyampaikan informasi melalui aktivitas organisasi sehari-hari, baik melalui grup WhatsApp maupun secara langsung setelah pelaksanaan rapat rutin. Cara ini dianggap sangat efisien bagi ketua MPKS dalam menyampaikan informasi kepada anggotanya.

 

Pola Komunikasi Bintang

 

Gambar 2. Pola Komunikasi Bintang

Sumber 2. Jurnal Penelitian Universitas Pancasila

 

Pola komunikasi Bintang adalah jenis komunikasi dimana semua anggota organisasi saling berinteraksi secara aktif. Pola ini dikenal sebagai pola menyeluruh (All Channel), dimana setiap anggota, termasuk pemimpin, memiliki kesempatan yang setara untuk menyampaikan pesan atau informasi. Pola semacam ini biasanya diterapkan dalam situasi seperti rapat, diskusi, atau kelompok yang mengutamakan partisipasi.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa MPKS sering menggunakan pola komunikasi bintang, terutama dalam kegiatan rapat atau diskusi bersama. Dalam situasi ini, pemimpin menyampaikan informasi terkait kegiatan rutin, dan anggota yang hadir dapat langsung memberikan tanggapan atau menyampaikan informasi yang relevan dengan kegiatan tersebut. Anggota juga diberi kesempatan untuk memberikan masukan kepada pemimpin. Namun, pola ini jarang diterapkan karena MPKS lebih jarang mengadakan rapat, dengan penyebaran informasi lebih sering dilakukan melalui media sosial seperti WhatsApp. Namun, terdapat beberapa faktor yang menghambat proses komunikasi di MPKS terkait dengan tim kitabisa.com, di antaranya adalah keterlambatan anggota tim dalam merespons informasi yang diberikan, serta rasa canggung yang dirasakan saat memberikan masukan atau kritik kepada pimpinan. Hal ini menyebabkan informasi yang disampaikan kepada atasan tidak diterima secara optimal. Berdasarkan penjelasan ini, serta konsisten dengan hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya.

 

Kesimpulan

Berdasarkan berbagai jenis pola komunikasi yang telah dijelaskan sebelumnya serta hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi yang diterapkan oleh pemimpin MPKS hanya berfokus pada dua jenis pola, yaitu pola komunikasi roda dan pola komunikasi bintang.

Pola komunikasi tersebut kerfap digunakan oleh pemimpin MPKS dan dianggap paling efektif untuk mendukung perkembangan organisasi. MPKS tidak terfokus pada satu jenis pola komunikasi tertentu, tetapi pola-pola yang disebutkan sebelumnya menjadi yang paling sering diterapkan. Seiring berjalannya waktu, pola-pola ini tetap dinilai relevan dan efektif dalam pelaksanaannya di MPKS.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Agustian, N., & Salsabila, U. H. (2021). Peran Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran. Islamika, 03(1), 123–133.

Ali, M., & Asrori, M. (2015). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. . Bumi Kasara.

Asmaningsih, Y. (2020). Pola Komunikasi Organisasi Di Kantor Camat Tamalate Kota Makassar. Journal Sciencedirect, 8(75).

Creswell, J. W. (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. PT Pustaka Pelajar.

Darmawan, I. P. A., Sandi Untara, I. M. G., & Artiningsih, N. W. J. (2021). Pola Komunikasi Organisasi Dalam Pengembangan Program Studi Filsafat Hindu STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Ganaya : Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 4(2), 504–519.

Gori, F., & Simamora, P. R. (2020). Pola Komunikasi Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja Public Sphere Review - VOL. 2 NO. 1 (2023) 22-31 31 Kepala Desa Marao Kecamatan Ulunoyo Kabupaten Nias Selatan. Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 5(2), 115–122.

Haruddin. (2018). Metode Analisis Dan Penafsiran Data.

Littlejohn. (2014). Teori Komunikasi: Theories of Human Communciation. Salemba Humanika.

Mahmud, D., & Swarnawati, A. (2020). Pola Jaringan Komunikasi Organisasi Pada Havara Organizer  Pt. Havara Ruhama Ramadhani Di Tangerang Selatan. J IKPKB, 4(1), 1–11.

Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial. (2023). Tanfidz Keputusan Hasil Rapat Kerja Nasional Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial.

Mendrofa, A. J., & Syafii, M. (2019). Pola Komunikasi Organisasi Dalam Meningkatkan Eksistensi Komunitas Marga Parna Di Kota Batam (Studi Kasus Komunitas Marga Parna Di Batu Aji Kota Batam). SCIENTIA JOURNAL: Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 1(1).

Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa. Journal Index, 1(1).

Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif. Alhadharah, 17(33), 81–95.

Tamimi, M., Budi, E. S.,, Sopiah, S., & Kurniawan, D. T. (2022). Budaya Organisasi Dan Kinerja Karyawan: : A Systematic Literature Review. Husnayain Business Review, 2(2), 11–21.

Ujang, H. K, Nur, K., & Atik, R. (2022). Pola Komunikasi Interpersonal Antara Kepala Sekolah Dan Guru Di Smp Negeri 6 Bandar Lampung Kota Bandarlampung. Unisan Jurnal, 1(3), 158–165.

Widiarto. (2018). The Impact Of Consumer Trust, Perceived Risk, Perceived Benefit On Purchase intention and Purchase Decision. Universitas Pancasila International Journal Of Advanced Research (IJAR), 6.

 

 

Copyright holder:

Novia Widiarti, Abdul Khohar, Farida Hariyati (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: