Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
12, Desember 2024
ADAPTASI TEKNIK PARALLAX SCROLLING EFFECT DALAM
PENGEMBANGAN ANTARMUKA WEBSITE LEGITCHECK
Aditya Khawandi Putra1,
Nungki Selviandro2, Gia Septiana Wulandari3
Universitas Telkom, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1,
[email protected]2,
[email protected]3
Abstrak
Penelitian ini berfokus pada pengembangan antarmuka website LegitCheck dengan penerapan teknik Parallax
Scrolling Effect. Permasalahan utama
yang dihadapi adalah LegitCheck merupakan sebuah startup yang memerlukan
strategi efektif untuk memperkenalkan dan mempromosikan startupnya. Diperlukan sebuah website yang berfungsi sebagai pusat media promosi dan informasi, menjelaskan konsep, tujuan, dan layanan yang ditawarkan oleh LegitCheck kepada konsumen serta merek. Metodologi
yang digunakan meliputi desain dan implementasi teknik Parallax Scrolling Effect pada website LegitCheck, serta evaluasi dan pengujian efektivitasnya menggunakan metode A/B testing. Studi ini bertujuan untuk
menguji efektivitas teknik Parallax Scrolling Effect dibandingkan
dengan non-Parallax Scrolling Effect dalam aspek efektivitas
website LegitCheck sebagai alat promosi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teknik Parallax Scrolling Effect pada website LegitCheck memberikan sejumlah keunggulan signifikan dalam hal akurasi informasi,
kualitas layanan, kepuasan pengguna, dan manfaat bersih. Meskipun ada kekurangan
dalam hal kecepatan memuat halaman, mayoritas responden lebih menyukai website dengan teknik ini karena
menawarkan pengalaman pengguna yang lebih baik dan interaktif.
Kata
Kunci: website,
Parallax Scrolling Effect, efektif, a/b testing, LegitCheck
Abstract
This research focuses on developing the LegitCheck website interface by applying the Parallax
Scrolling Effect technique. The main problem faced is that LegitCheck
is a startup that requires an effective strategy to introduce and promote its
startup. A website is needed that functions as a promotional media and
information center, explaining the concept, objectives and services offered by LegitCheck to consumers and brands. The methodology used
includes the design and implementation of the Parallax Scrolling Effect
technique on the LegitCheck website, as well as
evaluating and testing its effectiveness using the A/B testing method. This
study aims to test the effectiveness of the Parallax Scrolling Effect technique
compared to the non-Parallax Scrolling Effect in terms of the effectiveness of
the LegitCheck website as a promotional tool. The
results of this research show that the application of the Parallax Scrolling
Effect technique on the LegitCheck website provides a
number of significant advantages in terms of information accuracy, service
quality, user satisfaction and net benefits. Even though there are drawbacks in
terms of page loading speed, the majority of respondents prefer websites with
this technique because it offers a better and more interactive user experience.
Keywords: website, Parallax Scrolling Effect, effective, a/b
testing, LegitCheck
Pendahuluan
Peredaran
barang palsu telah menjadi isu
yang semakin meresahkan dalam masyarakat global saat ini. Peristiwa
ini tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi, tetapi juga berimplikasi pada aspek sosial, kesehatan,
dan keamanan bagi para konsumen, di mana perdagangan lintas negara semakin terbuka dan teknologi terus maju, penyebaran
barang palsu telah mengalami peningkatan yang mencolok (Mardiatmi et al., 2022).
Salah satu contoh pelanggaran yang sering terjadi adalah meningkatnya kasus pemalsuan barang, yang mengakibatkan meningkatnya permintaan masyarakat akan barang-barang palsu. Akibatnya, fenomena ini menyebabkan
peningkatan distribusi barang palsu di tengah masyarakat (Kasih, 2017). Menurut Novita Intan, (2022) kerugian akibat peredaran barang palsu mencapai Rp 291 triliun.
Berbagai
upaya telah dilakukan untuk mencegah peredaran barang palsu. Undang-Undang
No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menegaskan “larangan bagi pelaku usaha
untuk memproduksi atau memperdagangkan barang atau jasa
yang tidak sesuai dengan informasi yang diberikan dalam label, etiket, keterangan, iklan, atau promosi
penjualan”. Selain itu, terdapat berbagai
platform atau aplikasi yang
dapat digunakan untuk memeriksa keaslian suatu barang, seperti Depatu, Legit App, dan Barcodelookup.
Namun, masing-masing aplikasi
memiliki kelebihan dan kekurangan.
Berdasarkan
kelebihan dan kekurangan dari aplikasi tersebut,
diciptakanlah LegitCheck
yang dirancang untuk mengatasi tantangan tersebut. LegitCheck dirancang untuk menyediakan solusi yang komprehensif dan dapat diandalkan dalam memeriksa keaslian produk, termasuk fitur-fitur yang lebih komprehensif seperti pembuatan QR code oleh pemilik merek, manajemen QR code, pemeriksaan otomatis keaslian barang melalui QR code, dan elemen antarmuka pengguna yang lebih intuitif.
Untuk
memperkenalkan dan mempromosikan
LegitCheck, dibutuhkan adanya sebuah website yang akan berfungsi sebagai pusat informasi
yang menjelaskan mengenai konsep, tujuan, dan layanan yang ditawarkan oleh LegitCheck kepada konsumen dan merek. Website ini akan menjadi
saluran yang efektif untuk mengkomunikasikan nilai dan manfaat yang diberikan oleh platform LegitCheck
kepada khalayak.
Menurut
Nizam & Jaafar, (2018) situs web telah menjadi unsur
kunci dalam upaya mempromosikan produk, layanan, dan merek. Website dianggap sebagai saluran utama bagi pelanggan
ketika mereka mencari informasi yang lebih mendalam, dan dianggap lebih efisien daripada menggunakan media cetak sebagai alat komunikasi
dan promosi (Horng & Tsai, 2010). Penggunaan website dengan penerapan teknik Parallax
Scrolling Effect bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas
situs web sebagai alat promosi.
Dalam
pengembangan antarmuka, terdapat berbagai teknik seperti "Single Page
Application" (SPA) dan "Component Based Architecture".
SPA cocok untuk situs web
yang berisi satu halaman tanpa perpindahan
halaman, contohnya seperti Gmail dan Facebook (Westland, 2022). Sementara itu, Component Based
Architecture adalah teknik
front-end untuk menciptakan
komponen yang dapat digunakan kembali, seperti pada YouTube. Namun, untuk tujuan pengembangan
antarmuka yang bertujuan mempromosikan dan menyediakan informasi tentang konsep, tujuan, dan layanan yang ditawarkan oleh LegitCheck kepada konsumen dan merek, teknik yang sesuai adalah parallax scrolling. Efek
parallax scrolling sering digunakan
oleh perusahaan besar seperti Apple, Ripple, Tag Heuer, dan Porsche. Parallax
Scrolling Effect dapat meningkatkan
pengalaman pengguna saat mempresentasikan website (Wang & Sundar, 2018).
Dengan
menerapkan parallax scrolling, elemen-elemen
yang muncul di latar depan dapat bergerak
dengan kecepatan lebih tinggi daripada
elemen-elemen di latar belakang, menciptakan ilusi efek tiga
dimensi yang menarik (Kusumo & Hartono, 2019). Teknik ini memberikan aspek dinamis dan kreatif dalam desain
web serta memperkaya pengalaman pengguna dengan memberikan kedalaman visual yang mengesankan
(Wang & Sundar, 2018).
Penggunaan
Parallax Scrolling Effect akan dianggap
meningkatkan imersi dan efektivitas dalam konteks web, dibandingkan dengan web yang tidak menggunakan Parallax Scrolling Effect (Ilbratt, 2021). Parallax
Scrolling Effect meningkatkan pengalaman
pengguna, menghubungkan pengalaman pengguna yang lebih memuaskan dengan pemenuhan variable kegunaan, kepuasan, kenikmatan, kesenangan, dan daya tarik visual (Frederick et al., 2015). Tujaun penelitian ini mengimplementasikan teknik Parallax Scrolling Effect dalam
website LegitCheck. Evaluasi
dan Pengujian Website dengan
Parallax Scrolling Effect menggunakan A/B testing. Dengan mencapai tujuan-tujuan tersebut, diharapkan situs web LegitCheck dapat memberikan pengalaman pengguna yang lebih menarik, memuaskan dan dapat menjadi media promosi untuk dikenal oleh masyarakat luas melalui pemanfaatan teknik Parallax Scrolling Effect.
Metode Penelitian
Fokus utama penelitian ini adalah pada penerapan teknik
parallax scrolling, yang melibatkan penggunaan HTML, CSS, dan JavaScript.
Penelitian ini akan menguraikan proses
dari awal, mulai dari penentuan kebutuhan spesifik, desain efek parallax dan
non-parallax, implementasi teknis, hingga pengujian A/B testing. Tujuan akhir
adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi efektivitas desain dalam
meningkatkan pengalaman pengguna website.
Untuk mengimplementasikan Parallax Scrolling Effect pada
pembuatan website LegitCheck, langkah yang baik adalah untuk merujuk pada
penelitian sebelumnya. Tinjauan literatur dapat membantu mengungkapkan celah
utama dalam pengetahuan serta mengidentifikasi area di mana terdapat
pertentangan dan ketidakpastian. Selain itu, tinjauan literatur juga dapat
mengidentifikasi pola umum dalam temuan dari berbagai contoh penelitian dalam
bidang yang sama (Ilbratt, 2021). Oleh karena
itu langkah pertama dalam penelitian ini adalah tinjauan literatur. Langkah
kedua adalah Menentukan Requirement, kemudian langkah ketiga adalah Desain
Parallax scrollig effect dan non-Parallax Scrolling Effect.
Langkah keempat adalah implementasi Parallax Scrolling
Effect dan non-Parallax Scrolling Effect (Sari et al., 2022). Langkah
kelima adalah pengujian dengan A/B testing, dan langkah terakhir adalah
analisis dan evaluasi untuk mengetahui seberapa efektif sebuah website
menggunakan Parallax Scrolling Effect dan non-Parallax Scrolling Effect dalam
pembuatan website LegitCheck. Struktur proses pembuatan system dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 1. Proses Pembuatan
Hasil dan Pembahasan
Bagian ini menyajikan hasil
pengujian yang dilakukan untuk menilai efektivitas penggunaan teknik Parallax
Scrolling Effect pada website LegitCheck dibandingkan dengan website yang
menggunakan teknik non-parallax. penulis melakukan survei kuesioner dengan
membandingkan dua versi website yang berbeda, yaitu website yang menggunakan
teknik parallax dan website konvensional yang tidak menggunakan teknik
parallax. Selama survei kuesioner, penulis memberikan demo kedua versi website tersebut kepada responden secara langsung dan bergantian untuk mendapatkan feedback yang objektif.
Teknik sampling yang digunakan dalam
survei ini adalah purposive sampling (sampel
bertujuan).
Responden dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan tujuan survei.
Kriteria pemilihan responden mencakup Orang-orang
yang sering membeli barang asli namun
rentan dipalsukan,
orang-orang yang peduli terhadap
produk asli, orang-orang
yang suka berbelanja barang bermerek, dan orang-orang
yang sering mengakses
internet. Jumlah responden dalam survei ini
lebih dari 30, mengingat bahwa tidak ada batasan
jumlah responden yang ditetapkan (Alwi, 2015; Rifaldy, 2024).
Pengujian ini dilakukan melalui
survei yang melibatkan 76 responden, di mana mereka diminta untuk memberikan
penilaian terhadap beberapa variabel yang telah ditentukan. Variabel-variabel
tersebut meliputi Kualitas Sistem, Kualitas Informasi, Kualitas Layanan,
Penggunaan, Kepuasan Pengguna, dan Manfaat Bersih, Current Need Approach, Everyday Need Approach, Exhaustive Need Aproach, Catching-up Need Approach, dan Preferensi Website.
Berikut ini adalah hasil dari survei yang telah dilakukan, disertai dengan diagram
lingkaran untuk memvisualisasikan data yang diperoleh (Mu’andhom, 2024).
Gambar 2. Pengalaman Responden dengan Barang Palsu atau
Masalah Keaslian Produk
Diagram lingkaran ini
menunjukkan hasil survei dari 76 responden mengenai pengalaman mereka dengan
barang palsu atau masalah keaslian produk. Dari survei ini, 100% responden,
atau semua yang menjawab, mengatakan bahwa mereka pernah mengalami atau
mendengar tentang barang palsu dan masalah keaslian produk. Ini menunjukkan
kesadaran yang tinggi di antara responden tentang masalah ini
Gambar 3. hasil survei dari 76 responden tentang
pentingnya memastikan keaslian produk yang dibeli
Diagram lingkaran ini
menunjukkan hasil survei dari 76 responden tentang pentingnya memastikan
keaslian produk yang mereka beli. Dari survei ini, 100% responden menjawab
"Ya," menunjukkan bahwa semua responden menganggap penting untuk
memverifikasi keaslian produk sebelum membeli. Ini menekankan bahwa keaslian
produk adalah faktor penting bagi konsumen.
Gambar 4. hasil survei dari 76 responden mengenai
kebiasaan mereka saat mencari informasi tentang aplikasi baru
Diagram lingkaran ini
menunjukkan hasil survei dari 76 responden mengenai kebiasaan mereka saat
mencari informasi tentang aplikasi baru. Sebanyak 90.8% responden menjawab
"Ya," mereka mencari informasi di Google dan mengunjungi website
resmi aplikasi tersebut. Sementara itu, 9.2% responden menjawab
"Tidak," mereka tidak melakukan hal tersebut. Ini menunjukkan bahwa
mayoritas responden cenderung menggunakan Google dan website resmi untuk
memperoleh informasi tentang aplikasi baru.
Gambar 5. Hasil Survei dari 76 Responden Mengenai
Kebiasaan Mereka Mengunjungi Website Resmi Sebelum Mencoba Aplikasi Baru
Diagram lingkaran ini
menunjukkan hasil survei dari 76 responden mengenai kebiasaan mereka
mengunjungi website resmi sebelum mencoba aplikasi baru. Sebanyak 82.9%
responden menjawab "Ya," mereka mengunjungi website resmi sebelum
mencoba aplikasi baru. Sementara itu, 17.1% responden menjawab
"Tidak," mereka tidak mengunjungi website resmi sebelum mencoba
aplikasi baru. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung
mengecek website resmi terlebih dahulu sebelum menggunakan aplikasi baru.
Gambar 6. hasil survei dari 76 responden mengenai
pengaruh desain dan interaktivitas website terhadap keputusan mereka untuk
mencoba aplikasi baru
Diagram lingkaran ini
menunjukkan hasil survei dari 76 responden mengenai pengaruh desain dan
interaktivitas website terhadap keputusan mereka untuk mencoba aplikasi baru.
Sebanyak 81.6% responden menjawab "Ya," desain dan interaktivitas
website mempengaruhi keputusan mereka. Sedangkan 18.4% responden menjawab
"Tidak," desain dan interaktivitas website tidak mempengaruhi
keputusan mereka. Ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mempertimbangkan
desain dan interaktivitas website saat memutuskan untuk mencoba aplikasi baru.
Gambar 7. hasil pemilihan website parallax ketika
menemukan informasi
Variabel 1 Kualitas Sistem Pada
bagian ini sebanyak 81.6% responden memilih website parallax ketika menemukan
informasi yang mereka butuhkan di website, sedangkan sebanyak 18.4% memilih
website non-parallax.
Gambar 8. Kecepatan Memuat Halaman Antara Website Yang
Menggunakan Efek Paralaks Dan Yang Tidak Menggunakan Efek Paralaks
Pada bagian mengenai kecepatan
memuat halaman antara website yang menggunakan efek paralaks dan yang tidak
menggunakan efek paralaks. Sebanyak 97.4% responden menjawab bahwa website non
paralaks lebih cepat dalam memuat halaman. Hanya 2.6% responden yang menjawab
bahwa website menggunakan paralaks lebih cepat.
Gambar 9. Variabel 2 Kualitas Informasi
Variabel 2 Kualitas Informasi
Kualitas informasi yang disajikan oleh website dengan efek paralaks
dibandingkan dengan website tanpa efek paralaks. Sebanyak 81.6% responden
berpendapat bahwa website yang menggunakan efek paralaks lebih akurat dalam
menyajikan informasi. Sedangkan 18.4% responden berpendapat bahwa website non
paralaks lebih akurat.
Gambar 10. Kelengkapan informasi yang disediakan oleh
website
Kelengkapan informasi yang
disediakan oleh website dengan efek paralaks dibandingkan dengan website tanpa
efek paralaks. Sebanyak 59.2% responden berpendapat bahwa website non paralaks
lebih lengkap dalam menyediakan informasi. Sedangkan 40.8% responden
berpendapat bahwa website yang menggunakan efek paralaks lebih lengkap.
Gambar 11. Variabel 3 Kualitas Layanan Responsivitas
Variabel 3 Kualitas Layanan
Responsivitas layanan bantuan yang disediakan oleh website dengan efek paralaks
dibandingkan dengan website tanpa efek paralaks. Sebanyak 55.3% responden
berpendapat bahwa website yang menggunakan efek paralaks lebih responsif dalam
menyediakan layanan bantuan. Sedangkan 44.7% responden berpendapat bahwa
website non paralaks lebih responsif.
Gambar 12. Keramahan dan bantuan yang diberikan oleh
website
Keramahan dan bantuan yang diberikan oleh website dengan efek paralaks dibandingkan
dengan website tanpa efek paralaks. Sebanyak 57.9% responden berpendapat bahwa website yang menggunakan efek paralaks lebih ramah dan membantu dalam menyediakan layanan bantuan. Sedangkan 42.1% responden berpendapat bahwa website non paralaks lebih ramah dan membantu.
Gambar 13. Variebel 4 Penggunaan
Diagram lingkaran
ini menunjukkan hasil survei dari
76 responden mengenai
website yang lebih sering mereka gunakan, antara website dengan efek paralaks dan website tanpa efek paralaks.
Sebanyak 96.1% responden menjawab bahwa mereka lebih sering
menggunakan website non paralaks.
Hanya 3.9% responden yang menjawab
bahwa mereka lebih sering menggunakan
website dengan efek paralaks. Ini menunjukkan
bahwa mayoritas besar responden lebih memilih menggunakan
website tanpa efek paralaks.
Gambar 14. Variabel 5 Kepuasan Pengguna
Kepuasan pengguna dalam menggunakan website dengan efek paralaks
dibandingkan dengan website
tanpa efek paralaks. Sebanyak 96.1% responden merasa bahwa website yang menggunakan efek paralaks memberikan
pengalaman penggunaan yang lebih memuaskan. Hanya 3.9% responden yang merasa website non
paralaks lebih memuaskan. Ini menunjukkan bahwa mayoritas besar responden merasa lebih puas dengan
pengalaman penggunaan
website yang menggunakan efek
paralaks.
Gambar 15. Variabel 6 Manfaat Bersih
Manfaat bersih (net benefit) yang
diberikan oleh website dengan
efek paralaks dibandingkan dengan website tanpa efek paralaks.
Sebanyak 77.6% responden berpendapat bahwa website yang menggunakan efek paralaks memberikan manfaat yang lebih besar. Sementara itu, 22.4% responden berpendapat bahwa website non paralaks memberikan manfaat yang lebih besar. Ini menunjukkan
bahwa mayoritas responden merasa bahwa website dengan efek paralaks lebih
menguntungkan
Gambar 16. Variabel 7
Current Need Approach
Website yang lebih sering
memenuhi kebutuhan mereka saat ini. Sebanyak 64.5% responden berpendapat bahwa
website yang menggunakan efek paralaks lebih sering memenuhi kebutuhan mereka.
Sementara itu, 35.5% responden berpendapat bahwa website non paralaks lebih
sering memenuhi kebutuhan mereka. Ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
merasa website dengan efek paralaks lebih sering memenuhi kebutuhan mereka saat
ini.
Gambar 17. Variabel 8 Everyday Need Approach
Website yang lebih membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Sebanyak 60.5% responden berpendapat bahwa website non paralaks lebih membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, 39.5% responden berpendapat bahwa website yang menggunakan efek paralaks lebih
membantu. Ini menunjukkan bahwa mayoritas responden merasa website tanpa efek paralaks lebih
membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Gambar 18. Variabel 9
Exhaustive Need Aproach
Dari 75 responden,
64% (warna merah) memilih website non-parallax sebagai
yang lebih lengkap dalam memenuhi semua kebutuhan mereka, sementara 36% (warna biru) memilih
website dengan parallax. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden merasa bahwa website non-parallax
lebih komprehensif dalam menyediakan informasi yang mereka butuhkan.
Gambar 19. Variabel 10
Catching-up Need Approach
Website yang lebih membantu dalam mengejar ketertinggalan informasi atau kebutuhan yang tertunda. Sebanyak 53.9% responden berpendapat bahwa website yang menggunakan efek paralaks lebih
membantu dalam hal ini. Sementara
itu, 46.1% responden berpendapat bahwa website non paralaks lebih membantu (McPeak, 2015). Ini menunjukkan
bahwa mayoritas responden merasa website dengan efek paralaks
lebih bermanfaat dalam mengejar ketertinggalan informasi atau kebutuhan yang tertunda, meskipun selisihnya tidak terlalu besar (Dewi, 2017).
Gambar 20. Gambar 11 Preferensi Website
Mengenai preferensi mereka
antara website dengan efek paralaks dan website tanpa efek paralaks dalam
menyampaikan informasi dan fitur-fitur LegitCheck. Sebanyak 71.1% responden
berpendapat bahwa website dengan efek paralaks lebih efektif dalam menyampaikan
informasi dan fitur-fitur LegitCheck. Sementara itu, 28.9% responden merasa
bahwa website tanpa efek paralaks lebih efektif. Ini menunjukkan bahwa
mayoritas responden lebih memilih website dengan efek paralaks untuk
menyampaikan informasi dan fitur-fitur LegitCheck.
Tabel 1. Analisis Hasil Pengujian
Variabel |
Website Parallax Scrolling Effect |
Website Non-Parallax Scrolling Effect |
Kualitas Sistem (Lebih mudah menyediakan Informasi) |
81.6% |
18.4% |
Kualitas Sistem (Lebih Cepat) |
2.6% |
97.4% |
Kualitas Informasi (Informasi Akurat) |
81.6% |
18.4% |
Kualitas Informasi (Kelengkapan Informasi) |
40.8% |
59.2% |
Kualitas Layanan (Responsif menyediakan
layanan bantuan) |
55.3% |
44.7% |
Kualitas Layanan (Lebih Ramah menyediakan
layanan bantuan) |
57.9% |
42.1% |
Pengunaan |
3.9% |
96.1% |
Kepuasaan Pengguna |
96.1% |
3.9% |
Net Benefit |
77.6% |
22.4% |
64.5% |
35.5% |
|
Everyday Need Approach |
60.5% |
39.5% |
Exhaustive Need Aproach |
36% |
64% |
Catching-up Need Approach |
53.9% |
46.1% |
Preferensi Website |
71.1% |
28.9% |
Pada bagian ini, penulis akan menganalisis hasil pengujian dari survei yang
telah dilakukan untuk menilai efektivitas website LegitCheck dengan dan tanpa penggunaan teknik Parallax Scrolling Effect. Analisis dilakukan berdasarkan variabel-variabel
yang telah ditentukan dalam penelitian, yaitu Kualitas Sistem, Kualitas
Informasi, Kualitas Layanan, Penggunaan, Kepuasan Pengguna, dan Manfaat Bersih, Current Need Approach, Everyday Need Approach,
Exhaustive Need Aproach, Catching-up Need Approach,
dan Preferensi Website. Selain itu, penulis juga akan melihat preferensi
pengguna terkait dengan teknik yang digunakan dalam website
LegitCheck.
Berdasarkan analisis hasil
pengujian, dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik Parallax Scrolling Effect
pada website LegitCheck memberikan sejumlah keunggulan signifikan dalam hal
akurasi informasi, kualitas layanan, kepuasan pengguna, dan manfaat bersih, current
need approach, everyday need approach. Meskipun ada kekurangan dalam hal
kecepatan memuat halaman, mayoritas responden lebih menyukai website dengan
teknik ini karena menawarkan pengalaman pengguna yang lebih baik dan
interaktif. Akan tetapi website dengan menggunakan efek parallax scrolling
perlu banyak perbaikan seperti peningkatan kecepatan muat halaman pada website,
menambah kelengkapan informasi yang disajikan untuk memenuhi kebutuhan pengguna
yang lebih luas, mengoptimalkan teknik Parallax Scrolling Effect untuk tetap
menjaga keseimbangan antara estetika dan fungsionalitas. Dengan demikian,
website LegitCheck dapat menjadi lebih efektif sebagai alat promosi dan media
informasi bagi pengguna..
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah
dilakukan mengenai penerapan teknik Parallax Scrolling Effect dalam
pengembangan antarmuka website LegitCheck, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut Peningkatan Kualitas Informasi dan Layanan, Website dengan
Parallax Scrolling Effect terbukti lebih efektif dalam menyajikan informasi
yang akurat dan memberikan layanan yang lebih responsif dan ramah. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil survei di mana mayoritas responden merasa bahwa website
dengan efek paralaks lebih unggul dalam aspek ini. Kepuasan Pengguna yang Lebih
Tinggi, Sebanyak 96.1% responden merasa lebih puas dengan pengalaman penggunaan
website yang menggunakan Parallax Scrolling Effect. Ini menunjukkan bahwa
teknik ini mampu meningkatkan kepuasan pengguna secara signifikan dibandingkan
dengan website non-parallax. Manfaat Bersih yang Lebih Besar, Sebanyak 77.6%
responden berpendapat bahwa website dengan Parallax Scrolling Effect memberikan
manfaat yang lebih besar. Ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik ini
memberikan nilai tambah yang signifikan bagi pengguna dan pemilik merek.
Preferensi Penggunaan, Meskipun website non-parallax lebih sering digunakan
karena kecepatan muat yang lebih cepat, website dengan Parallax Scrolling
Effect tetap mendapatkan preferensi yang tinggi dari pengguna dalam hal
efektivitas dan pengalaman penggunaan.
BIBLIOGRAFI
Alwi,
I. (2015). Kriteria empirik dalam menentukan ukuran sampel pada pengujian
hipotesis statistika dan analisis butir. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan
MIPA, 2(2).
Dewi, R. R. (2017). The Effectiveness of Using Cambridge
Electronic Dictionary as Media To Teach Pronunciation of Pure Vowel Sounds at
the Eleventh Grade Students of SMK Batik Perbaik Purworejo in the Academic Year
2016/2017. PBI-FKIP.
Frederick, D., Mohler, J., Vorvoreanu, M., & Glotzbach,
R. (2015). The Effects of Parallax Scrolling on User Experience in Web Design. Journal
of Usability Studies, 10(2).
Horng, J.-S., & Tsai, C.-T. S. (2010). Government
websites for promoting East Asian culinary tourism: A cross-national analysis. Tourism
Management, 31(1), 74–85.
Ilbratt, C.-S. (2021). Parallax Scrolling in a hedonic
context: Does it influence the reader’s experience?
Kasih, P. (2017). Perlindungan Hukum bagi Masyarakat
Terhadap Peredaran Barang Palsu. UAJY.
Kusumo, A. H., & Hartono, M. (2019). The evaluation of
academic website using eye tracker and UEQ: a case study in a website of xyz. IOP
Conference Series: Materials Science and Engineering, 703(1), 12049.
Mardiatmi, A. B. D., Dirkareshza, R., & Argo, J. G.
(2022). Literasi Dan Sosialisasi Sebagai Upaya Menghindari Efek Hukum Dan
Ekonomi Bagi Penjual Dan Pembeli Barang Tiruan Atau Barang Palsu Pada Umkm Di
Kecamatan Cinere Depok, Jawa Barat. Selaparang: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Berkemajuan, 6(4), 2162–2168.
McPeak, J. (2015). Beginning JavaScript. John Wiley
& Sons.
Mu’andhom, N. M. (2024). Analisis Pemenuhan Kebutuhan
Informasi Dan Kebutuhan Hiburan Pada Subscriber Terhadap Konten Youtube Windah
Basudara “Subnautica” Episode 1. Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Nizam, N. Z., & Jaafar, J. A. (2018). Interactive online
advertising: The effectiveness of marketing strategy towards customers purchase
decision. International Journal of Human and Technology Interaction (IJHaTI),
2(2), 9–16.
Novita Intan. (2022). Kerugian Negara Akibat Peredaran
Barang Palsu Capai Rp 291 Triliun.
https://ekonomi.republika.co.id/berita/riaxa8349/kerugian-negara-akibat-peredaran-barang-palsu-capai-rp-291-triliun
Rifaldy, A. (2024). Evaluasi dan Redesain UI/UX Situs Web
Dinkes Sleman dengan Menggunakan Metode A/B Testing. Universitas Islam
Indonesia.
Sari, I. P., Azzahrah, A., Qathrunada, I. F., Lubis, N.,
& Anggraini, T. (2022). Perancangan sistem absensi pegawai kantoran secara
online pada website berbasis HTML dan CSS. Blend Sains Jurnal Teknik, 1(1),
8–15.
Wang, R., & Sundar, S. S. (2018). How does parallax
scrolling influence user experience? A test of TIME (Theory of Interactive
Media Effects). International Journal of Human–Computer Interaction, 34(6),
533–543.
Westland, J. C. (2022). A comparative study of frequentist vs
Bayesian A/B testing in the detection of E-commerce fraud. Journal of
Electronic Business & Digital Economics, 1(1/2), 3–23.
Copyright
holder: Aditya Khawandi Putra, Nungki
Selviandro, Gia Septiana Wulandari (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |