Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 12, Desember 2024

 

STRATEGI KETAHANAN KELUARGA DI INDONESIA DALAM MENGHADAPI ANCAMAN KRISIS EKONOMI GLOBAL PASCA PANDEMI COVID-19: STUDI PUSTAKA

 

Deni Septiyanto1, Margaretha Hanita2, Renny Nurhasana3

Universitas Indonesia, Indonesia1,2,3

Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3

 

Abstrak

Pandemi COVID-19 telah membawa dampak besar terhadap tatanan ekonomi dunia, termasuk Indonesia, dengan memperburuk krisis ekonomi yang dihadapi banyak keluarga. Kondisi ini menjadi tantangan bagi keluarga di Indonesia, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi pasca pandemi. Penelitian ini bertujuan mengkaji berbagai strategi ketahanan keluarga dalam menghadapi krisis ekonomi global pasca pandemi COVID-19 di Indonesia dengan menggunakan metode studi pustaka. Strategi ketahanan keluarga yang diidentifikasi mencakup dimensi sistem kepercayaan, pola organisasi keluarga dan pola komunikasi keluarga. Ketiga dimensi tersebut diejawantahkan melalui beberapa strategi lebih lanjut yaitu diversifikasi pendapatan keluarga, pengelolaan keuangan keluarga yang bijak, dukungan sosial serta adaptasi gaya hidup terhadap perubahan ekonomi global dapat memperkuat ketahanan keluarga dan mendukung ketahanan nasional.

Kata Kunci: ketahanan nasional, ketahanan keluarga, krisis ekonomi, pandemi COVID-19.

 

Abstract


The COVID-19 pandemic has significantly impacted the global economic order, including Indonesia, exacerbating the economic crises faced by many families. This situation poses a challenge for Indonesian families, particularly in dealing with economic uncertainty in the post-pandemic era. This study aims to examine various family resilience strategies in addressing the global economic crisis following the COVID-19 pandemic in Indonesia using a literature review method. Identified family resilience strategies encompass dimensions of belief systems, family organizational patterns, and family communication patterns. These dimensions are further implemented through specific strategies such as income diversification, prudent family financial management, social support, and lifestyle adaptations to global economic changes, which can strengthen family resilience and support national resilience.

Keywords: national resilience, family resilience, economic crisis, COVID-19 pandemic.

 


Pendahuluan

Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak akhir 2019 telah memberikan dampak mendalam terhadap hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi. Di Indonesia, pandemi ini menyebabkan perubahan besar yang memengaruhi berbagai sektor, termasuk keluarga sebagai unit sosial terkecil yang menjadi fondasi utama masyarakat. Tidak hanya berhadapan dengan masalah kesehatan, keluarga-keluarga di Indonesia juga menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan. Berbagai kebijakan pembatasan mobilitas manusia yang diterapkan di berbagai wilayah mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan, penutupan usaha, serta penurunan pendapatan. Dampak tersebut secara langsung mempengaruhi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar, mengatur keuangan, dan menjaga kesejahteraan mereka (Ranto, 2021; Shahreza & Lindiawatie, 2021; Ulfiah, 2021).

Krisis yang dihadapi tidak hanya terbatas pada dampak langsung pandemi, tetapi diperparah oleh ketidakstabilan ekonomi global yang terus berlanjut. Ketidakpastian ekonomi internasional, yang disebabkan oleh gangguan rantai pasok, fluktuasi harga energi, serta perubahan kebijakan perdagangan internasional, berdampak langsung pada perekonomian Indonesia. Pemulihan ekonomi global yang lambat memengaruhi Indonesia terutama dalam hal perdagangan, investasi, dan arus modal, yang semuanya memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Dampak krisis global ini dirasakan oleh masyarakat dalam bentuk ketidakpastian pasar kerja, dan tingginya angka pengangguran. Dalam situasi seperti ini, banyak keluarga berada dalam posisi rentan dan harus menghadapi tekanan ekonomi yang semakin besar (Hanita, 2020; Lutfi & Safitri, 2020; Rahma et al., 2023).

Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki peran yang sangat krusial dalam mempertahankan stabilitas sosial dan ekonomi negara. Keluarga tidak hanya berfungsi sebagai pelindung dan penyedia kebutuhan dasar bagi anggotanya, tetapi juga sebagai penggerak perekonomian melalui konsumsi dan partisipasi dalam tenaga kerja. Ketahanan keluarga, yang dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk beradaptasi, bertahan, dan berkembang meskipun dihadapkan pada berbagai tekanan atau krisis (Myers‐Walls, 2017)menjadi semakin relevan di tengah tantangan yang dihadapi saat ini. Ketahanan keluarga tidak hanya menyangkut aspek ekonomi, tetapi juga mencakup dimensi psikologis, sosial, dan kultural yang memainkan peran penting dalam membantu keluarga untuk tetap solid dan fungsional dalam menghadapi berbagai krisis.

Tekanan ekonomi global pasca pandemi juga menyebabkan perubahan dalam dinamika sosial-ekonomi keluarga di Indonesia. Tantangan yang dihadapi tidak hanya berasal dari faktor eksternal, seperti inflasi dan pengangguran, tetapi juga dari perubahan pola konsumsi dan pengelolaan keuangan rumah tangga. Pandemi telah mengubah cara keluarga merencanakan keuangan mereka, dengan semakin banyaknya kebutuhan untuk alokasi anggaran yang lebih ketat, investasi dalam pendidikan anak yang lebih efisien, serta pengelolaan utang yang lebih bijaksana (Panggabean, 2023; Sholiha, 2023; Wahyudi, 2023).

Berdasarkan latar belakang tersebut, artikel ini bertujuan untuk mengkaji strategi ketahanan keluarga di Indonesia dalam menghadapi ancaman krisis ekonomi global pasca pandemi COVID-19. Pembahasan akan difokuskan pada langkah-langkah strategis yang dapat diambil oleh keluarga untuk meningkatkan ketahanan keluarga. Dengan demikian, diharapkan artikel ini dapat memberikan wawasan mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk memperkuat ketahanan keluarga dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang terus berlanjut, serta mengidentifikasi kebijakan yang dapat diterapkan untuk mendukung keluarga dalam menghadapi tantangan ini.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode studi pustaka. Sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jurnal ilmiah, buku akademik, laporan pemerintah, dan data statistik resmi. Penelitian ini menggunakan pendekatan teoritis untuk mengintegrasikan konsep ketahanan keluarga dengan realitas ekonomi global pasca pandemi.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan literatur yang relevan melalui Google Scholar yang diakses melalui https://scholar.google.com. Waktu pencarian literatur dalam Google Scholar dibatasi dari tahun 2020 sampai tahun 2024 dengan pertimbangan relevansi literatur dengan perkembangan terkini pasca pandemi covid-19. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian di Google Scholar adalahketahanan keluarga”, “strategi ketahanan ekonomi keluarga”, “ancaman krisis global”, dan “pandemi Covid-19”. Setelah penelitian-penelitian tersebut terkumpul kemudian dilakukan analisis menggunakan teori ketahanan keluarga.

Penelitian ini menggunakan kerangka kerja dari teori ketahanan keluarga yang dikemukakan oleh Myers‐Walls (2017), yang mengidentifikasi faktor-faktor seperti kohesi keluarga, komunikasi yang efektif, serta kemampuan beradaptasi sebagai elemen penting. Sementara itu, teori ketahanan ekonomi menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya ekonomi dan literasi keuangan untuk bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi (Lusardi & Mitchell, 2014).

 

Hasil dan Pembahasan

Ketahanan Keluarga sebagai Salah Satu Pilar Ketahanan Nasional

Dalam menghadapi ancaman krisis ekonomi global pasca pandemi COVID-19, keluarga sebagai unit sosial terkecil memiliki peran penting dalam mempertahankan ketahanan nasional. Ketahanan keluarga menjadi salah satu komponen esensial dalam ketahanan nasional (Darmayanti et al., 2023; Hidayat et al., 2023; Permatasari et al., 2022). Ketahanan nasional merupakan kemampuan suatu negara untuk mempertahankan kedaulatan, keutuhan wilayah, dan kesejahteraan masyarakatnya dari berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri. Menurut teori ketahanan nasional, negara yang kuat adalah negara yang memiliki ketahanan di berbagai sektor, termasuk ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan (Lemhannas, 2010). Ketahanan nasional tidak dapat dipisahkan dari ketahanan ekonomi yang stabil. Di dalam ketahanan ekonomi terdapat ketahanan keluarga yang memainkan peran sentral sebagai fondasi sosial ekonomi negara. Ketahanan keluarga yang kuat merupakan bagian integral dari ketahanan nasional, karena keluarga adalah unit terkecil yang menopang kehidupan masyarakat dan berkontribusi langsung pada kekuatan sosial-ekonomi suatu negara.

Ketahanan keluarga mempunyai tradisi intelektual yang cukup panjang. Berawal dari Norman Garmezy yang meneliti ketahanan individu anak yang dibesarkan oleh ibu yang mengidap skizofrenia. Tradisi intelektual diteruskan oleh banyak ilmuan seperti McCubbin dan McCubbin pada tahun 1988 yang melihat ketahanan keluarga mengacu pada karakteristik dan kemampuan keluarga sehingga dapat bertahan di masa-masa sulit dan dapat menyesuaikan dengan kondisi yang penuh tantangan. Selanjutnya, American Psychological Association (APA) mempertegas bahwa ketahanan keluarga adalah proses adaptasi keluarga dengan hal-hal baik dalam menghadapi kesulitan, trauma, tragedi, ancaman dan sumber stres yang signifikan.

Ketahanan keluarga dapat didefinisikan sebagai kemampuan keluarga untuk mengatasi tantangan, tekanan, atau krisis, serta untuk tetap mempertahankan fungsionalitas dan kesejahteraan di tengah perubahan dan ketidakpastian (Myers‐Walls, 2017). Konsep ini mencakup kemampuan keluarga untuk beradaptasi, berkembang, dan berfungsi secara efektif dalam situasi krisis. Ketahanan keluarga mencakup berbagai aspek, termasuk hubungan antar anggota keluarga, komunikasi, dukungan emosional, sistem keyakinan keluarga, pola organisasi keluarga, proses komunikasi keluarga  serta strategi pengelolaan sumber daya ekonomi yang tepat.

Di Indonesia, konsep ketahanan keluarga mendapat perhatian serius mengingat besarnya peran keluarga dalam menjaga stabilitas sosial dan ekonomi masyarakat. Keluarga yang memiliki ketahanan kuat mampu melindungi anggotanya dari dampak negatif krisis ekonomi dan tetap menjalankan fungsi sosialnya, seperti mendidik anak, menyediakan dukungan emosional, dan mengelola kebutuhan ekonomi. Oleh karena itu, ketahanan keluarga menjadi salah satu komponen penting dalam upaya meningkatkan ketahanan nasional, terutama dalam menghadapi krisis ekonomi global.

Ketahanan keluarga sangat berkaitan dengan kemampuan keluarga untuk bertahan menghadapi perubahan eksternal yang tidak terduga, seperti krisis ekonomi global yang terjadi pasca pandemi COVID-19. Dalam bagian ini diuraikan berbagai strategi ketahanan keluarga yang dapat membantu keluarga di Indonesia menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Berdasarkan teori ketahanan keluarga yang dikemukakan oleh Myers‐Walls (2017) menekankan pada tiga dimensi utama ketahanan keluarga yaitu sistem keyakinan keluarga, pola organisasi keluarga dan pola komunikasi keluarga.

 

Sistem Keyakinan Keluarga

Dalam situasi krisis, keluarga yang memiliki pandangan optimis dan keyakinan bahwa setiap masalah dapat diatasi cenderung lebih mampu bertahan menghadapi krisis.

Adapun untuk memaksimalkan dimensi sistem keyakinan keluarga dapat didukung dengan peningkatan literasi keuangan keluarga. Melalui literasi keuangan yang baik memungkinkan keluarga untuk mengelola kauangan lebih bijak dari mulai membuat anggaran, mengurangi utang dan menabung untuk masa depan.

 

Pola Organisasi Keluarga

Keluarga yang fleksibel dalam mengatur struktur organisasi, misalnya dengan mengalokasikan peran dan tanggung jawab ekonomi di antara anggota keluarga, dapat memperkuat ketahanan mereka. Diversifikasi pendapatan dan pelatihan keterampilan baru mencerminkan kemampuan adaptasi dalam pola organisasi keluarga.

 

Proses Komunikasi Keluarga

Komunikasi yang baik antara anggota keluarga dalam menyusun strategi keuangan dan rencana kerja membantu dalam membuat keputusan yang tepat. Diskusi mengenai peluang usaha baru, pelatihan dan dukungan pemerintah dapat meningkatkan kesiapan keluarga menghadapi krisis.

 

Strategi Ketahanan Keluarga dalam Menghadapi Krisis Ekonomi Global

Peningkatan Literasi Keuangan

Salah satu faktor kunci dalam membangun ketahanan ekonomi keluarga adalah literasi keuangan. Literasi keuangan mengacu pada kemampuan untuk memahami konsep-konsep dasar ekonomi, seperti tabungan, utang, penganggaran, investasi, dan pengelolaan risiko. Literasi keuangan yang baik tidak hanya membantu keluarga dalam pengambilan keputusan keuangan sehari-hari, tetapi juga dalam merencanakan masa depan, memitigasi risiko keuangan, dan mengantisipasi krisis.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan di Indonesia pada tahun 2019 masih rendah, yaitu sekitar 38,03% (Otoritas Jasa Keuangan, 2019). Artinya, hanya sekitar sepertiga dari populasi Indonesia yang memiliki pemahaman yang memadai tentang pengelolaan keuangan. Ini menjadi tantangan besar ketika keluarga harus menghadapi krisis ekonomi global yang semakin kompleks.

Sebagai contoh, selama pandemi COVID-19, banyak keluarga tidak memiliki dana darurat yang cukup untuk menghadapi penurunan pendapatan. Mereka cenderung mengandalkan utang konsumtif atau menggunakan aset likuid mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar. Ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan mengelola keuangan dan memahami pentingnya diversifikasi aset dapat membuat keluarga rentan terhadap guncangan ekonomi.

Peningkatan literasi keuangan dapat dilakukan melalui berbagai inisiatif, seperti program edukasi keuangan yang diselenggarakan oleh pemerintah, lembaga keuangan, dan organisasi non-pemerintah. Misalnya, pelatihan pengelolaan keuangan keluarga yang mencakup cara membuat anggaran, mengelola utang, dan menabung untuk masa depan dapat membantu keluarga memperkuat ketahanan ekonomi mereka. Selain itu, dengan literasi keuangan yang lebih baik, keluarga akan lebih mampu mengambil keputusan keuangan yang tepat, seperti memanfaatkan investasi yang tepat dan tidak berisiko tinggi, yang penting dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Namun, peningkatan literasi keuangan di Indonesia menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah rendahnya akses terhadap informasi keuangan di daerah-daerah terpencil. Selain itu, masih banyak stigma atau ketidakpercayaan terhadap produk-produk keuangan formal, terutama di kalangan masyarakat pedesaan yang lebih terbiasa dengan ekonomi informal. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih inklusif dan berbasis komunitas dalam meningkatkan literasi keuangan.

 

Diversifikasi Sumber Pendapatan

Diversifikasi pendapatan adalah strategi penting untuk meningkatkan ketahanan keluarga dalam menghadapi krisis ekonomi. Keluarga yang hanya mengandalkan satu sumber pendapatan lebih rentan terhadap risiko kehilangan pekerjaan atau penurunan pendapatan ketika terjadi krisis ekonomi. Sebaliknya, keluarga yang memiliki beberapa sumber pendapatan, baik dari pekerjaan utama maupun dari usaha sampingan, lebih mampu bertahan menghadapi guncangan ekonomi.

Diversifikasi pendapatan di Indonesia semakin penting seiring dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global. Sebuah studi oleh Asian Development Bank (2020) menunjukkan bahwa keluarga di kawasan Asia-Pasifik yang memiliki lebih dari satu sumber pendapatan lebih mampu bertahan selama krisis ekonomi global, termasuk selama pandemi COVID-19. Hal ini juga berlaku di Indonesia, di mana keluarga yang memiliki usaha sampingan, seperti perdagangan online atau pekerjaan freelance, lebih mempunyai kelenturan dan mampu menjaga stabilitas ekonomi rumah tangga mereka.

Selama pandemi, banyak keluarga yang memanfaatkan teknologi digital untuk berjualan secara online, menyediakan layanan freelance, atau terlibat dalam pekerjaan gig economy. Teknologi digital telah menjadi salah satu sarana penting untuk mendiversifikasi sumber pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada pekerjaan formal yang lebih rentan terhadap krisis ekonomi.

Meskipun demikian, diversifikasi pendapatan juga menghadapi beberapa tantangan. Pertama, tidak semua keluarga memiliki akses atau keterampilan yang dibutuhkan untuk memulai usaha sampingan atau memanfaatkan peluang di sektor digital. Kedua, sektor informal yang banyak dimanfaatkan oleh keluarga sebagai sumber pendapatan tambahan sering kali tidak dilindungi oleh jaminan sosial atau perlindungan kerja yang memadai, sehingga masih rentan terhadap guncangan ekonomi.

Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah perlu meningkatkan akses terhadap pelatihan keterampilan, terutama keterampilan digital dan wirausaha, serta memperluas jangkauan program perlindungan sosial bagi pekerja di sektor informal.

 

Peran Dukungan Sosial dan Kebijakan Pemerintah

Dukungan sosial dan kebijakan pemerintah memainkan peran yang sangat penting dalam memperkuat ketahanan keluarga. Selama krisis, dukungan dari keluarga besar, komunitas, dan lembaga sosial dapat membantu mengurangi beban yang dihadapi oleh keluarga. Selain itu, intervensi kebijakan pemerintah, seperti bantuan langsung tunai, subsidi, dan program jaminan sosial, sangat penting untuk mendukung keluarga yang paling rentan agar dapat bertahan menghadapi krisis.

Di Indonesia, selama pandemi COVID-19, pemerintah meluncurkan berbagai program bantuan sosial, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan Kartu Prakerja. Program-program ini bertujuan untuk membantu keluarga yang terdampak secara ekonomi akibat pandemi. Misalnya, PKH telah memberikan bantuan kepada lebih dari 10 juta keluarga miskin untuk meningkatkan akses mereka terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan dasar lainnya (Azhari et al., 2022; Pertiwi et al., 2019).

Namun, meskipun program-program ini sangat membantu, masih ada tantangan dalam pelaksanaannya. Salah satunya adalah ketidakmerataan distribusi bantuan sosial, di mana masih ada keluarga yang tidak menerima bantuan meskipun mereka memenuhi syarat. Selain itu, beberapa program bantuan sosial bersifat sementara, sementara dampak ekonomi pandemi mungkin berlangsung lebih lama.

Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang lebih berkelanjutan dan inklusif untuk memperkuat ketahanan keluarga di masa mendatang. Pemerintah perlu memperluas cakupan program perlindungan sosial, memperbaiki mekanisme distribusi bantuan, dan mengintegrasikan kebijakan-kebijakan yang mendukung pengembangan keterampilan serta pemberdayaan ekonomi keluarga.

 

Pengembangan Keterampilan dan Pelatihan Kerja

Pengembangan keterampilan baru, khususnya yang berkaitan dengan teknologi dan kewirausahaan, menjadi strategi penting untuk membantu keluarga menghadapi krisis ekonomi global. Keterampilan yang relevan dengan pasar kerja di masa depan, seperti keterampilan digital dan wirausaha, dapat membantu anggota keluarga meningkatkan daya saing mereka di pasar kerja yang semakin kompetitif.

Selama pandemi, banyak keluarga yang harus beradaptasi dengan kondisi ekonomi yang berubah drastis. Pelatihan keterampilan digital, seperti kursus online, menjadi penting karena banyak pekerjaan yang beralih ke platform digital. Program pemerintah seperti Kartu Prakerja memberikan pelatihan dan bantuan bagi mereka yang kehilangan pekerjaan atau ingin meningkatkan keterampilan mereka. Namun, masih ada kesenjangan akses terhadap program-program ini, terutama bagi keluarga di daerah terpencil.

Selain keterampilan digital, pelatihan kewirausahaan juga penting untuk mendorong keluarga membuka usaha sendiri. Hal ini akan memperkuat ketahanan ekonomi mereka dengan memberikan sumber pendapatan alternatif. Namun, pelatihan ini harus disertai dengan dukungan akses modal dan infrastruktur agar keluarga dapat benar-benar memanfaatkan peluang ekonomi.

 

 

Kesimpulan

Ketahanan keluarga di Indonesia dihadapkan pada tantangan serius di tengah ancaman krisis ekonomi global setelah pandemi COVID-19. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk memperkuat ketahanan keluarga, diperlukan strategi yang meliputi peningkatan literasi keuangan, diversifikasi sumber pendapatan, serta dukungan sosial yang memadai dan kebijakan pemerintah yang tepat sasaran. Selain itu, pengembangan keterampilan dan pelatihan kerja juga krusial agar keluarga memiliki kapasitas yang memadai untuk bertahan dalam situasi ekonomi global yang tidak menentu. Dengan penerapan strategi yang efektif, diharapkan keluarga-keluarga di Indonesia dapat menjadi lebih tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan.

 


BIBLIOGRAFI

 

Asian Development Bank. (2020). 2020 Asian Development Bank Annual Report. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 5(2).

Azhari, S. C., Mulyanie, E., & Saputri, S. I. (2022). Kegiatan Verifikasi Dan Validasi Data Program Keluarga Harapan (Pkh) Dan Bpnt Melalui Program Pejuang Muda Di Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis. Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Keguruan Dan Pendidikan (JPM-IKP), 5(1).

Darmayanti, N., Anggraini, A., Utami, D. T., Batubara, D. F., Ritonga, J. U. W., & ... (2023). Peningkatan Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi Melalui Kegiatan Home Visit. In Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan. 7(1).

Hanita, M. (2020). Paradoks Ketahanan Nasional Di Masa Pandemi: Merekonstruksi Strategi Ketahanan Nasional Melawan Covid 19. Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, 8(3).

Hidayat, N., Suryanto, S., & Hidayat, R. (2023). Ketahanan Keluarga dalam Menghadapi Keguncangan Ekonomi selama Pandemi. Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen, 16(2). https://doi.org/10.24156/jikk.2023.16.2.120

Lemhannas. (2010). Ketahanan nasional: Pandangan holistik. Lembaga Ketahanan Nasional.

Lusardi, A., & Mitchell, O. S. (2014). The economic importance of financial literacy: Theory and evidence. Journal of Economic Literature, 52(1). https://doi.org/10.1257/jel.52.1.5

Lutfi, M., & Safitri. (2020). Strategi Ekonomi Islam Dalam Membangun Ketahanan Ekonomi Keluarga Muslim. Syar’ie: Jurnal Pemikiran Ekonomi Islam, 3(2).

Myers‐Walls, J. A. (2017). Strengthening Family Resilience (3rd ed.) . Journal of Family Theory & Review, 9(4). https://doi.org/10.1111/jftr.12233

Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2019.

Panggabean, N. H. (2023). Perubahan Kebijakan Perdagangan Internasional di Era Pasca-Pandemi: Dampak Terhadap Ekonomi Global. Circle Archive.

Permatasari, A., Septi Winarsih, A., & Gusti Walinegoro, B. (2022). Pendampingan Peningkatan Ketahanan Keluarga pada Masa Pandemi di Kapanewon Berbah. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(3). https://doi.org/10.31004/jptam.v6i3.3568

Pertiwi, I. P., Fedinandus, F., & Limantara, A. D. (2019). Sistem Pendukung Keputusan Penerima Program Keluarga Harapan (PKH) Menggunakan Metode Simple Additive Weighting. CAHAYAtech, 8(2). https://doi.org/10.47047/ct.v8i2.46

Rahma, P. A., Argenti, G., & Atthahara, H. (2023). Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Motivator Ketahanan Keluarga (Motekar) Dalam Masa Pandemi Covid-19 Di Kabupaten Karawang. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(4).

Ranto, D. W. P. (2021). Peluang Bisnis Rumahan untuk Ketahanan Ekonomi Keluarga di Masa Pandemi Covid-19. Journal of Community Service and Empowerment Vol., 2(1).

Shahreza, D., & Lindiawatie, L. (2021). Ketahanan Ekonomi Keluarga Di Depok Pada Masa Pandemi COVID-19. JABE (Journal of Applied Business and Economic), 7(2). https://doi.org/10.30998/jabe.v7i2.7487

Sholiha, I. (2023). Perkembangan Pasar Modal Syariah Dalam Menghadapi Ancaman Resesi Ekonomi Global Pasca Pandemi Covid 19. Al-Tsaman : Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Islam, 4(02). https://doi.org/10.62097/al-tsaman.v4i02.1141

Ulfiah, U. (2021). Konseling Keluarga untuk Meningkatkan Ketahanan Keluarga. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 8(1). https://doi.org/10.15575/psy.v8i1.12839

Wahyudi, A. A. (2023). Pemulihan Pasca-Pandemi: Bagaimana Ekonomi Global Menyusun Strategi Kembali ke Jalur Pertumbuhan. Circle Archive, 1(2).

 

 

Copyright holder:

Deni Septiyanto, Margaretha Hanita, Renny Nurhasana (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: