Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
MASALAH PSIKOSOSIAL PADA IBU HAMIL DENGAN HIV DI YOGYAKARTA
Ayu Fitriani, Fx. Joko Krisdiyanto
Universitas Respati Yogyakarta,
Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui masalah psikososial ibu hamil dengan HIV di Yogyakarta.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam
pada 10 ibu yang pernah mengalami kehamilan dengan status HIV positif serta 5
infoman terdiri dari keluarga ibu hamil HIV, teman dekat ibu hamil HIV dan
penggurus IPPI DIY.� Keabsahan data
meggunakan triangulasi sumber dan analisis data kualitatif menggunakan content analysis. Hasil: ditemukan lima
tema yaitu pembedaan di pelayanan kesehatan, dikeluarkan dari pekerjaan karena
status HIV, memisahkan kamar mandi, khawatir diskriminasi dari keluarga dan
teman, dukungan lingkungan memotivasi ibu hamil HIV. Kesimpulan: Praktik
diskriminasi dari lingkungan ibu hamil dengan HIV mempengaruhi pandangan
negatif tentang harga diri pasien dan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
perlu peningkatan kapasitas dan dukungan lingkungan untuk meningkatkan
kepercayaan diri ibu hamil dengan HIV.
Kata Kunci : Ibu hamil, HIV,
Psikososial
Abstract
This study
aimed to explore the psychosocial problems of pregnant women with HIV in
Yogyakarta. Methods: This study used a qualitative research method with a case
study approach. Data collection was carried out by in-depth interviews of 10
mothers who had experienced a pregnancy with HIV and 5 informants consisting of
families, close friends of pregnant women with HIV and administrators of IPPI
DIY. Data validity used source triangulation and data analysis used content
analysis. Results: The results of the study found four themes, namely the
discrimination from health services, being excluded from work due to HIV
status, differentiation of bathrooms, worrying about discrimination from family
and friends. Conclusion: Discriminatory practices from the environment of pregnant
women with HIV influenced negative views about patient self-esteem and health
services. Therefore, it is necessary to increase the capacity and support of
the environment to increase the self confidence of pregnant women with HIV.
Keywords: Pregnant women, HIV, Psychosocial
Pendahuluan
Yogyakarta menempati urutan ke sembilan pada tahun 2017
sebagai provinsi dengan penderita HIV terbanyak di indonesia, terdapat 1261
kasus HIV pada perempuan dan penularan HIV perinatal sebanyak 3 persen (DIY 2017).
Kasus kehamilan dengan HIV terus meningkat seiring dengan penemuan kasus melalui
screening HIV saat ANC (Komisi Penanggulangan AIDS 2015).
�Ibu hamil dengan HIV� tidak hanya dihadapkan dengan masalah
perubahan fisiologis yang dapat berpengaruh pada emosional ibu, namun juga
masalah psikosial (Setyoadi 2012).
Adanya stigma dan diskriminasi dari masyarakat membuat
ODHA seringkali tidak mau membuka status mereka ke orang lain karena mereka
takut dan khawatir orang-orang akan menjauhi bahkan mengucilkan mereka dari
lingkungan sekitarnya (Amalia et al. 2018).
Salah satu penyebab terjadinya diskriminasi pada ODHA adalah karena kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang stigma dan diskriminasi serta kurangnya
kesadaran masyarakat mengenai dampak dari adanya stigma dan diskriminasi pada
ODHA (Novi Sulistia Wati, Kusyogo Cahyo 2017).
Stigma dan diskriminasi dapat menghambat ibu hamil HIV
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan (UNAIDS 2018).
Bentuk stigma tenaga kesehatan pada ibu hamil HIV antara lain menganggap ibu
hamil HIV berlatar belakang wanita pekerja seks atau seseorang yang memiliki
perilaku menyimpang, menganggap ibu hamil HIV memiliki virus mematikan dan
membahayakan. Dengan adanya stigma tersebut,�
tenaga kesehatan membedakan pelayanan pada ibu hamil HIV dengan pasien
lainnya (Fitriani et al. 2013).
Pembedaan pelayanan pada ibu hamil HIV dapat berpengaruh
pada psikologi ibu hamil. Keadaan psikologis dapat berpengaruh pada kondisi
fisik ibu maupun janin. Keadaan fisik ibu hamil dengan HIV� akan diperparah dengan keberadaan virus HIV
di dalam tubuh ibu. Dengan demikian ibu hamil HIV beresiko menerima beban ganda
selama kehamilannya (Sunirah et al. 2017).
Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan masalah psikososial
pada ibu hamil HIV di Yogyakarta.
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
secara mendalam (indepth interview)
pada 10 ibu yang pernah mengalami kehamilan dengan status HIV positif serta 5
infoman terdiri dari keluarga ibu hamil HIV, teman dekat ibu hamil HIV dan
penggurus IPPI DIY.� Keabsahan data
meggunakan triangulasi sumber dan analisis data kualitatif menggunakan content
analysis.�� Penelitian ini telah melalui
kelayakan etik dari komisi etik Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini melibatkan 15 informan, baik itu dari ibu
hamil, suami, pendamping ibu hamil dan pengurus IPPI DIY. Berikut keterangan
masing-masing informan:
No |
Informan |
Jenis kelamin |
Keterangan |
1 |
Informan 1 |
Perempuan |
Ibu Hamil |
2 |
Informan 2 |
Perempuan |
Ibu Hamil |
3 |
Informan 3 |
Perempuan |
Ibu Hamil |
4 |
Informan 4 |
Perempuan |
Ibu Hamil |
5 |
Informan 5 |
Perempuan |
Ibu Hamil |
6 |
Informan 6 |
Perempuan |
Ibu Hamil |
7 |
Informan 7 |
Perempuan |
Ibu Hamil |
8 |
Informan 8 |
Perempuan |
Ibu Hamil |
9 |
Informan 9 |
Perempuan |
Ibu Hamil |
10 |
Informan 10 |
Perempuan |
Ibu Hamil |
11 |
Informan 11 |
Laki-Laki |
Suami |
12 |
Informan 12 |
Perempuan |
Pengurus IPPI |
13 |
Informan 13 |
Perempuan |
Pengurus IPPI |
14 |
Informan 14 |
Perempuan |
Pendamping |
15 |
Informan 15 |
Laki-Laki |
Suami |
Hasil penelitian
mendapatkan bahwa sebagiam besar status HIV diketahui saat Ante Natal Care (ANC) Terpadu, dan sebagian lain saat suami sakit
atau dalam kondisi kritis, dan saat anak sebelumnya mengalami berbagai
penyakit. Beberapa informan sudah pernah mengalami infeksi oportunistik,
keterlambatan mengetahui status HIV dikarenakan merasa dirinya bukan kelompok
yang beresiko dan tidak mengetahui informasi HIV sebelumnya.
A.
Pembedaan Pelayanan Di Pelayanan Kesehatan
Pembedaan pelayanan
kesehatan dirasakan oleh beberapa informan, bentuk pembedaan layanan kesehatan
adalah diakhirkan saat kunjungan ANC, ruang dan peralatan bersalin
disendirikan, pembedaan pelayanan selama rawat inap di rumah sakit, sterilisasi
tanpa persetujuan, sikap tenaga kesehatan yang kurang ramah, disarankan untuk
tidak merencanakan anak kembali. Berikut kutipan informan terkait hal tersebut:
�pas pelayanan di Obsgyn diterakhirkan...dulu saya sempet emosi juga
dulu kan sama suami� juga setiap saya
datang kontrol itu kan pasti saya suruh nemenin...terus datanga pagi contohnya
jam 8 ..dah kita ngantri pagi diadministrasi biar cepet dapetnya tapi ternyata
tetap diakhirkan jam 2 jam 3 sampai hampir tutup gitu kan...kenapa kayak gitu
kan ...padahal kita cuma kontak fisik ga ada kontak darah, kontak cairan yang
bisa menularkan gitu...� (Informan 12)
�.ternyata waktu aku sakit itu disteril
..memang waktu itu ngomong sih..dokternya bilang udah ini steril aja dari pada
hamil lagi ..kalo hamil lagi ya masih gitu juga susternya..itu yang aku masih
inget ..aku dipaksa suruh steril padahal kan sebenarnya kalo steril itu kan hak
kita ya..� (Informan 8)
Beberapa informan
merasa sedih dan kecewa dengan pembedaan pelayanan kesehatan hingga membuat
informan trauma mendapat pelayanan di pelayanan kesehatan. Selain itu, informan
lainnya merasa tidak mampu menolak atas pembedaan pelayanan� karena mereka menganggap hal tersebut adalah
kosekuensi yang harus mereka terima karena memiliki virus HIV seperti pada
kasus sterilisasi tanpa persetujuan dan pembedaan ruang bersalin. Berikut
kutipan informan terkait hal tersebut:
�Bu maaf ya ruangannya seperti ini, ibu ga papa kan?..oh, ga papa
Dok...karena kita juga menjaga privasi pasien yang lain, supaya tidak menular
ke yang lain...ibu ga merasa risihkan?...enggak dok ga papa...saya udah maklum
dengan kondisi seperti ini... kita ga papa ya..pake dobel-dobel...pake
kacamata...ini prosedurnya seperti ini Bu.....� (Informan 5)
Pembedaan pelayanan
juga dirasakan dan diketahui pengurus IPPI DIY. Tindak lanjut yang dilakukan
oleh pengurus IPPI DIY apabila ada tindakan diskriminasi dari pelayanan
kesehatan adalah mengedukasi tenaga kesehatan dalam pelayanan tersebut, karena
tidak semua tenaga kesehatan mengetahui mengenai hak pasien HIV. Berikut
kutipan pengurus IPPI:
�ya itu...dokternya malah bilang ngapain punya anak...orang dua-duanya
HIV kok, mau punya anak, nanti anaknya gimana gitu ...itu diskriminasinya
menurut saya terlalu...karena dia tenaga medis, yang harusnya bisa memberikan
informasi kepada kita terkait gimana agar anaknya bisa sehat gitu tapi malah
membuat kita semakin down ....waktu itu akhirnya ketemu dokter yang senior,
terus ngobrol-ngobrol kemudian diskusi banyak, ya sudah akhirnya diperbolehkan�
(Informan 12)
Hasil penelitian
sejalan dengan penelitian Yulia Irvani Devi dkk yang menunjukkan adanya
perlakuan berbeda antara ibu hamil HIV dengan ibu hamil lainnya (Yulia Irvani Dewi, Setyowati 2007).
Pembedaan tersebut dikarenakan stigma HIV dan kurangnya pengetahuan tenaga
kesehatan mengenai prosedur perawatan bagi ODHA (G Pirozzi, L., Taylor 2007).
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya stigma dan diskriminasi oleh
tenaga kesehatan antara lain : Pengetahuan tentang HIV/AIDS, Persepsi tentang
ODHA, Tingkat Pendidikan, Lama bekerja, 5). Umur, 6) Pelatihan, 7). Jenis
Kelamin, 8). Dukungan institusi dan 9). Kepatuhan Terhadap Agama (Paryati et al. 2012).
B.
Dikeluarkan dari Pekerjaan Karena Status HIV
Beberapa informan
dikeluarkan dari pekerjaan karena status HIV. Informan menghadapi masalah stres
ketika awal diberhentikan dari pekerjaa�
karena harus mencari pekerjaan kembali sedangkan kebutuhan hidup tetap
menuntut informan setiap hari . keadaan stres tersebut hingga menurunkan
kondisi fisik informan. Temuan ini sesuai dengan penelitian Yulia Irvani Dewi
et al (2007) yang menyatakan bahwa ibu hamil HIV akan mengalami stres (Yulia Irvani Dewi, Setyowati 2007).
Stres ini dapat menimbulkan ancaman yang besar pada perempuan hamil tersebut,
diantaranya ancaman terhadap infeksi dalam hidupnya, bayi dan keluarganya.
Reaksi ini muncul karena perempuan hamil memikirkan apa yang akan terjadi
selanjutnya berkaitan dengan kesehatan dirinya dan kehamilan serta janin yang
dikandungnya. Berikut kutipan informan:
�aku tuh sempet dikeluarin dari airlance itu , kan ada rekam medis jadi
rekam medisnya itu ada tulisan disitu B20 ngga boleh dihilangin karna kan BPJS
yaudah akhirnya ketauan kalo misalnya aku itu B20 kaya gitu , udah terus abis
aku keluar . Keluar makin stres lagi ngdrop lagi ngdrop itu ....� (Informan
4)
C.
Pembedaan Kamar Mandi di rumah Orang Tua
Diskriminasi dari
kelurga masih dirasakan oleh informan, salah satu informan menyatakan kamar
mandi rumah dipisahkan untuk informan dan anggota keluarga lainnya. Pada
awalnya informan merasa kecewa dengan pembedaan tersebut, namun beriringnya
waktu informan menerima keadaan tersebut dan merasa nyaman dengan kamar mandi
khusus untuk dirinya karena informan tidak harus mengantri dengan keluarga lain
untuk menggunakan kamar mandi. Munculnya perilaku pembedaan pada ODHA biasanya
disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat tentang HIV, khususnya mengenai
mekanisme penularan HIV yang tepat. Akibatnya, kurangnya pengetahuan tentang
HIV dapat berdampak pada ketakutan pada ODHA yang berujung pada munculnya
perilaku diskriminatif (Novi Sulistia Wati, Kusyogo Cahyo 2017)
Berikut kutipan informan:
�iyaa aku merasa iya dikeluargapun iya kek misal kan kamar mandi disana
kan ada 3..itupun nggamau ke kamar mandi ku sama sekali , kamar mandi
dua-duannya misalkan isi tuh kamar mandi ku doang kosong itu nggamau loh
dikamar mandi ku sama sekali dari adekku semua papah mamah ... ya positif
thingking aja..aku jadi ngga harus antri mandinya hahaha.. cuman kamar mandi
buat gue doang kayanya...� (Informan 4)
D.
Khawatir Diskriminasi Dari Keluarga Dan Teman
Beberapa informan
belum membuka status HIV pada keluarga dan teman karena khawatir akan
mendapatkan respon yang tidak diharapkan seperti diusir, marah hingga kecewa,
putus pertemanan, dicap seseorang yang tidak baik. Mereka menyatakan belum siap
mental apabila mengungangkap status pada keluarga dan masyarakat di lingkungan
informan. Kekhawatiran diskriminasi dari lingkungan diakibatkan karena masih
adanya stigma dan diskriminasi pada ODHA lain (G Pirozzi, L., Taylor 2007).
Stigma dan diskriminasi yang diterima ODHA mempengaruhi cara pandang ODHA
terhadap dirinya atau konsep-diri. Diskriminasi dan label negatif dapat
mengganggu kehidupan ODHA dengan mempengaruhi tekanan fisik, psikologi dan
kehidupan sosial bahkan depresi (Hasna Sarikusuma, Nur Hasanah 2012).
Berikut kutipan informan terkait hal tersebut:
�aku takut mereka membedabedakan kayak ah aku gak mau deket sama lo..yaa
diskriminasi..stigma mereka tuh ini tu gini gitu loh..tetep gak bisa di ungkiri
ya kalo kayak gitu walaupun sekarang orang udah mulai open tapi aku tetep gak
bisa ..aku takutnya nanti psikis ku sendiri gitu..biar semuanya tetep normal
aku tetep memilih seperti ini ..� (Informan 8)
E.
Dukungan Lingkungan Memotivasi Ibu Hamil HIV
Dukungan dalam proses
program PPIA hingga masalah-masalah terkait HIV didapatkan informan baik dari
keluarga, teman sebaya hingga tokoh agama. Besarnya pengaruh dukungan terhadap
mereka membuat mereka bangkit dan mau mengikuti program PPIA dan program HIV
lainnya. Dalam hal ini informan mendapat dukungan sosial, dukungan sosial
merupakan keadaan dimana individu mendapat dukungan secara emosional maupun
berupa dukungan berupa informasi dari orang-orang yang berada di sekitarnya
sehingga individu tersebut memiliki kenyamanan berada dan menjadi bagian dari
lingkungan sosial tersebut. Selain itu, dukungan sosial menjadikan ODHA lebih
merasa memiliki teman untuk berkeluh kesah mengenai permasalahan yang sedang
dialaminya (Irman Nuryadin Siddik, Karina Oclaudya, Kiki Ramiza 2017).
Berikut kutipan informan terkait hal tersebut:
�kebetulan aku tu dah punya ustad ya..dan saya tu setelah tau tu saya
langsung..kebetulan waktu itu dah gabung komunitas one day juz, tahajud
berantai, lewat wa itu loh mba.. jadi saya kenal kenal deket sama adminnya
trus..saya bilang gini..temen saya tu namanya sht dari Bekasi, mba bisa bantuin
gak..ada gak ustad atau ustazah yang amanah yang bisa untuk berbagi cerita yang
bisa dimintain solusi..ada.saya bismillah aja..saya harus cerita ke orang
nih..saya harus gimana nih..apa yang harus kulakuakan� dengan divonis ini gitu kan..dibilangin gini
gini gini pokoknya orang tua tu wajib dikasih tau bu..apalagi ibunya ibu..karna
bagaimana pun juga kalo ibu nya ibu ridho dengan ibu .. dengan sakitnya ibu..
insyaallah semua nya berjalan dengan baik...� (Informan 3)
Kesimpulan
Praktik diskriminasi dari lingkungan ibu hamil dengan HIV
mempengaruhi pandangan negatif tentang harga diri pasien dan pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, perlu peningkatan kapasitas dan dukungan lingkungan
untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu hamil dengan HIV.
Amalia, R., Sumartini, S. & Sulastri, A., 2018. Gambaran
Perubahan Psikososial dan Sistem Pendukung pada Orang dengan HIV / AIDS ( ODHA
) di Rumah Cemara Gegerkalong Bandung. Jurnal Pendidikan Keperawatan
Indonesia, 4(1), pp.77�85. Google Scholar
DIY, D.K.P., 2017. Profil Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta
Tahun 2017, Yogyakarta.
Fitriani, A., Shaluhiyah, Z. & Suryoputro, A., 2013.
Stigmatisasi Bidan pada Ibu Hamil dengan HIV dan AIDS di Kota Semarang. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia, 8(1), pp.79�89. Google Scholar
G Pirozzi, L., Taylor, S.N., 2007. Reducing HIV Stigma and
Discrimination : a critical part of national AIDS programmes A resource
for national stakeholders in the HIV response, Geneva: UNAIDS. Google Scholar
Hasna Sarikusuma, Nur Hasanah, I.H., 2012. Konsep diri orang
dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang menerima label negatif dan diskriminasi dari lingkungan
sosial Self-concept of people with HIV and AIDS (ODHA) who experience negative
labelling and discrimination from their social environment. Psikologia,
7(1), pp.29�40. Google Scholar
Irman Nuryadin Siddik, Karina Oclaudya, Kiki Ramiza, F.N.,
2017. Kebermaknaan Hidup ODHA Ditinjau dari Keikhlasan dan Dukungan Sosial. ,
2(2), pp.199�211. Google Scholar
Komisi Penanggulangan AIDS, 2015. Strategi dan Rancangan
dan penanggulangan HIV AIDS 2015-2019, Available at: http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/SRAN_2015_2019_FINAL.pdf.
Novi Sulistia Wati, Kusyogo Cahyo, R.I., 2017. Pengaruh Peran
Warga Peduli AIDS Terhadap Perilaku Diskriminatif Pada ODHA. , 5(April),
pp.198�205. Google Scholar
Paryati, T., Raksanagara, A.S. & Afriandi, I., 2012.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stigma dan Diskriminasi kepada ODHA ( Orang
dengan HIV / AIDS ) oleh petugas kesehatan : kajian literatur Factors
Influencing Stigmatization and Discrimination of PLHA ( People living with HIV
/ AIDS ) among health workers. Majalah Kedokteran Bandung, 1(38),
pp.1�11. Google Scholar
Setyoadi, E.T., 2012. Strategi Pelayanan Keperawatan Bagi
Penderita AIDS, Yogyakarta: Graha Ilmu. Google Scholar
Sunirah, S., Setyowati, S. & Imami, R., 2017. Gambaran
Cara Ibu Hamil Dengan HIV/AIDS dalam Menjalani Kehamilan: Studi Fenomenologi. Journal
of Nursing and Health, 1(2), pp.45�54. Available at:
http://jnh.stikesbanisaleh.ac.id/index.php/jnh/article/view/29/17. Google Scholar
UNAIDS, 2018. Zero Discrimination., (March).
Yulia Irvani Dewi, Setyowati, Y.A., 2007. Stres dan Koping
Perempuan Hamil yang Didiagnosis HIV / AIDS di DKI Jakarta. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 12(2), pp.121�128. Google Scholar
Copyright
holder: Ayu Fitriani, Fx. Joko Krisdiyanto (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |