Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 2, Februari 2022
GAMBARAN SELF-EFFICACY
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN TAHAP AKADEMIK PADA METODE PEMBELAJARAN JARAK
JAUH
Dhea Asih Wulandari, Yoanita Widjaja
Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara Jakarta, Indonesia
Medical Education Unit Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Self-efficacy adalah keyakinan individu untuk menilai kemampuan diri dalam mengerjakan
suatu hal demi mencapai hasil yang diinginkan. Self-efficacy yang dimiliki
seorang mahasiswa berdampak pada proses pembelajaran
dan performa akademiknya. Self-efficacy
dapat dipengaruhi oleh metode pembelajaran, seperti metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang relatif baru diterapkan oleh mayoritas fakultas kedokteran, khususnya pada tahap akademik, di Indonesia. Self-efficacy
pada PJJ disebut online learning self-efficacy
(OLSE). Pada PJJ, tingkat OLSE dapat berbeda. Oleh karena itu perlu
diketahui gambaran self-efficacy
mahasiswa fakultas kedokteran tahap akademik pada metode pembelajaran jarak jau. Penelitian ini merupakan studi
deskriptif dengan desain potong lintang.
Responden 130 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara dari lima Angkatan, dipilih menggunakan cluster
random sampling. Data diperoleh menggunakan kuesioner Online Learning
Self-Efficacy Scale (OLSES) yang menilai tiga aspek yaitu
aspek pembelajaran, manajemen waktu dan pengunaan teknologi. Peneliti menerjemahkan kuesioner dalam Bahasa Indonesia dengan nilai Cronbach�s Alpha
0.910 dan 20 pernyataan valid dengan
r hitung > r tabel
(0,361). Hasil penelitian menunjukkan
rerata OLSE responden sebesar 94,78(12,40). Rerata OLSE
pada aspek pembelajaran sebesar 43,21(5,71), median OLSE pada aspek
manajemen waktu yaitu 24(13;30) dan median OLSE pada aspek
penggunaan teknologi yaitu 27,79(13;30). Beberapa faktor diidentifikasi berpotensi memengaruhi OLSE seperti performa akademik, persuasi verbal, jenis kelamin dan usia. Dari ketiga aspek, OLSE pada aspek pembelajaran menunjukkan nilai tertinggi dan OLSE pada aspek manajemen waktu yang terendah. Hal ini menunjukkan mahasiswa merasa dirinya mampu mencapai
performa akademik yang baik dalam PJJ, namun kurang mampu
mengatur waktu.
Kata kunci: self
efficacy; online learning self efficacy; pembelajaran jarak jauh; tahap akademik; mahasiswa kedokteran
Abstract
Self-efficacy is an individual's belief in assessing
one's ability to do something to achieve the desired outcome. Self-efficacy
owned by a student has an impact on the learning process and academic
performance. Self-efficacy can be influenced by learning methods, such as the
relatively new distance learning method (PJJ) applied by the majority of
medical faculties, particularly at the academic stage, in Indonesia.
Self-efficacy in PJJ is called online learning self-efficacy (OLSE). In PJJ,olselevelscanbedifferent.Therefore,itisnecessarytoknowthe
self-efficacy picture of medical faculty students at the academic stage on
distance learning methods. This research is a descriptive study with a latitude
cut design. Respondents of 130 students of the Faculty of Medicine of Tarumanagara University from five forces, were selected
using a random sampling cluster.The
data was obtained using the Online Learning Self-Efficacy Scale (OLSES)
questionnaire which assesses three aspects, namely aspects of learning, time
management and the use of technology. Researchers translated the questionnaire
in Indonesian with Cronbach's Alpha value of 0.910 and 20 valid statements with
a calculated r > r table (0.361). The results showed an average OLSE of respondents
of 94.78 (12.40). The average OLSE in the learning aspect is 43.21(5.71), the
median OLSE in the time management aspect is 24(13;30) and the median OLSE in
the technology use aspect is 27.79(13;30). Several factors were identified as
potentially influencing OLSE such as academic performance, verbal persuasion,
gender and age. Of the three aspects, OLSE in the learning aspect shows the
highest value and OLSE in the lowest aspect of time management. This shows that
students feel they are able to achieve good academic performance in PJJ, but
are less able to manage time.
Keywords: self-efficacy; online
learning self-efficacy; distance learning; academic
stage;
medical students
Pendahuluan
Self-efficacy adalah hasil dari sebuah proses kognitif berupa
keyakinan atau keputusan individu yang dapat menilai kemampuan diri
sendiri dalam mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu untuk mencapai hasil
yang diinginkan
(Bandura, 1997). Self-efficacy dalam bidang
pendidikan atau disebut academic self-efficacy dapat diartikan
sebagai keyakinan yang dimiliki individu
terhadap kemampuannya untuk mengambil tindakan yang diperlukan dalam mengatasi
hambatan akademik (Bahn, 2001).
Self-efficacy dalam konteks metode
pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah tekad individu atas kemampuan dan
keyakinan diri sendiri untuk belajar dan berhasil dalam lingkungan pembelajaran
jarak jauh (Taipjutorus, Hansen, & Brown, 2012).
Self-efficacy merupakan salah satu aspek yang akan memengaruhi
perolehan performa akademik. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Stegers-Jager didapatkan bahwa partisipasi
mahasiswa kedokteran dan tingkat self-
efficacy yang tinggi dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap kinerja
mahasiswa kedokteran (Stegers‐Jager, Cohen‐Schotanus, & Themmen, 2012). Sejalan
dengan penelitian Stegers, hasil penelitian yang dilakukan oleh Hwang juga menunjukkan
bahwa self-efficacy memiliki
hubungan timbal balik dengan prestasi akademik, mahasiswa yang mempunyai
pengalaman kinerja akademik memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi sehingga dapat memengaruhi prestasi
akademiknya (Hwang, Choi, Lee, Culver, & Hutchison, 2016). Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran
dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana bahwa mayoritas mahasiswa
yang memiliki tingkat self-efficacy tinggi dapat menghadapi keadaan
dan situasi yang dihadapi dengan
baik, tekun dalam mengerjakan
tugas, memiliki tekad besar
dalam memotivasi diri untuk menyelesaikan
tugas yang sulit, percaya pada kemampuan diri sendiri dan memandang kesulitan sebagai tantangan (Narotama & Rustika, 2019).
Self-efficacy merupakan
salah satu faktor yang berkontribusi dalam performa akademik mahasiswa. Namun, penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang bervariasi mengenai tingkat self-efficacy
pada mahasiswa. Tingkat self-efficacy pada penelitian di
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK Untar) menunjukkan bahwa 83,9%
mahasiswa memiliki tingkat� self-efficacy yang sedang (Edwin, 2019),
sedangkan penelitian pada mahasiswa preklinik
Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran di Universitas Udayana mayoritas
memiliki tingkat self-efficacy yang
tinggi (Narotama & Rustika, 2019).
Tingkat self-efficacy mahasiswa dapat
berbeda dengan diterapkannya metode pembelajaran yang berbeda, seperti pada metode pembelajaran jarak jauh. Beberapa kendala dalam PJJ akan
memengaruhi tingkat self-efficacy
mahasiswa seperti mahasiswa sulit memahami materi dan masalah pada jaringan
internet. Pada
penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Jurusan Pendidikan (Tadris) Matematika
oleh Endah Wulantina di IAIN Metro Lampung pada metode PJJ, lebih dari 50% mahasiswa memiliki tingkat self-efficacy yang sedang
hingga sangat tinggi (Wulantina et al., 2020).
Self efficacy merupakan salah satu aspek penting yang bisa berdampak pada
proses pembelajaran mahasiswa dan performa akademiknya.
Namun diketahui bahwa self-efficacy dapat
dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan, seperti metode
pembelajaran jarak jauh. Metode pembelajaran jarak jauh mulai diterapkan secara luas sejak semester genap 2019/2020 di
fakultas kedokteran di Indonesia, termasuk di FK Untar. Sepanjang pengetahuan
peneliti, belum ditemukan penelitian yang menunjukkan tingkat self-efficacy pada PJJ pada mahasiswa kedokteran
di Indonesia terutama di FK Untar. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang gambaran self-efficacy mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara tahap akademik pada metode
pembelajaran jarak jauh.
Metode Penelitian
�������� Penelitian ini merupakan sebuah studi deskriptif dengan desain cross sectional.
Responden penelitian ini adalah mahasiswa
Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara tahap
akademik yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Jumlah
sampel 130 orang.
�������� � Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner The Online
Learning Self-Efficacy Scale (OLSES) yang dikembangkan
oleh W. A. Zimmerman dan J. M. Kulikowich. The
Online Learning Self-Efficacy Scale (OLSES) digunakan
untuk mengetahui self efficacy yang dimiliki
mahasiswa pada metode pembelajaran jarak jauh. Kuesioner diterjemahkan
oleh peneliti dan divalidasi
dalam Bahasa Indonesia dengan
nilai Cronbach�s Alpha 0.910. Setelah dilakukan validasi, 20 pernyataan valid dan dapat digunakan. Data kemudian dianalisis menggunakan program software
analisis statistik.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1. Karakteristik Responden
Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan November 2020. Responden
penelitian ini sebanyak 130 orang mahasiswa
Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara tahap
akademik yang sedang mengikuti blok Biomedik
II, blok Sistem Imunologi dan Infeksi, blok Sistem Endokrin
dan Metabolisme, serta blok Etika, Hukum Kedokteran, dan
Kedokteran Forensik.
Tabel 1
Karakteristik Responden
Karakteristik |
Jumlah |
Median |
|
N=130 (%) |
(min;max) |
Usia |
|
20 (17;23) |
17 tahun |
1� �(0,8%) |
|
18 tahun |
18 (13,8%) |
|
19 tahun |
28 (21,5%) |
|
20 tahun |
40 (30,8%) |
|
21 tahun |
29 (22,3%) |
|
22 tahun |
13 (10,0%) |
|
23 tahun |
1� �(0,8%) |
|
Jenis Kelamin |
||
Laki-Laki |
36 (27,7%) |
|
Perempuan |
94 (72,3%) |
|
Rentang usia
responden adalah 17
sampai 23 tahun dengan kelompok
usia terbanyak yaitu 20 tahun, sebanyak 40 responden (30,8%). Median
usia responden yaitu 20 tahun. Sebagian besar responden
pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 94 orang (72,3%).
2. Gambaran Rerata Skor Online Learning Self Efficacy
Tabel 2
Rerata Skor Online Learning Self Efficacy pada responden
Variabel |
Mean (SD) |
Self Efficacy |
94,78
(12,40) |
Nilai rerata
online learning self efficacy responden
yaitu 94,78 (12,40).
Tabel 3
Rerata Skor Online Learning Self Efficacy Setiap Angkatan
Angkatan |
|
Online
Learning Self
Efficacy |
Jumlah |
Mean |
|
N=130 (%) |
(SD) |
|
2016 |
2�� (1,5%) |
97,50
(2,12) |
2017 |
35 (26,9%) |
93,66 (11,84) |
2018 |
37 (28,5%) |
93,03 (13,43) |
2019 |
31 (23,8%) |
96,84 (13,88) |
2020 |
25 (19,2%) |
96,16 (10,09) |
Responden merupakan
angkatan 2016-2020 dengan kelompok angkatan terbanyak yaitu tahun 2018, sebanyak 37 responden (28,5%), sedangkan kelompok angkatan 2016 paling sedikit, yaitu sebanyak 2 orang (1,5%). Rerata
online learning self efficacy paling tinggi pada angkatan 2016 yaitu sebesar 97,50 dan rerata online learning self efficacy
paling rendah pada angkatan
2018 yaitu sebesar 93,03.
3. Gambaran Online Learning Self
Efficacy Dalam Aspek Pembelajaran, Aspek Manajemen Waktu dan Aspek Penggunaan Teknologi.
Tabel 4
Online
Learning Self Efficacy Dalam Aspek
Pembelajaran, Aspek Manajemen Waktu dan Aspek
Penggunaan Teknologi |
||
Online Learning Self
Efficacy |
Mean (SD) |
Median (min;max) |
Aspek Pembelajaran |
43,21 (5,71) |
43,00 (30;54) |
Aspek Manajemen Waktu |
23,78 (3,85) |
|
Aspek Penggunaan |
|
|
Teknologi |
28,00 (3,92) |
28,00 (19;36) |
Rerata skor
online learning self efficacy
paling tinggi yaitu pada aspek pembelajaran sebesar �43,21 (5,71). Sedangkan rerata online learning self efficacy
paling rendah yaitu pada aspek manajemen waktu sebesar 23,78 (3,85). Median
online�� learning self efficacy
paling tinggi yaitu pada aspek pembelajaran sebesar �� 43,00 (30;54)
dan median online learning self efficacy paling rendah yaitu pada aspek manajemen waktu sebesar 24,00 (13;30).
Tabel 5
Rerata Online Learning Self
Efficacy Dalam Aspek Pembelajaran
|
Mean |
SD |
|
Aspek Pembelajaran |
43,21 |
5,71 |
|
Angkatan |
|
||
2016 |
44,00 |
2,82 |
|
2017 |
42,94 |
5,02 |
|
2018 |
42,54 |
6,23 |
|
2019 |
44,00 |
6,37 |
|
2020 |
43,52 |
5,33 |
|
Rerata skor
online learning self efficacy pada aspek pembelajaran yaitu 43,21 (5,71). Berdasarkan angkatan, rerata paling tinggi pada angkatan 2016 dan
2019. Rerata angkatan 2016 yaitu sebesar 44,00 (2,82) dan angkatan 2019 yaitu sebesar 44,00 (6,37). Sedangkan rerata online learning self efficacy
pada aspek pembelajaran
paling rendah yaitu pada angkatan 2018 sebesar 42,54
(6,23).
Tabel 6
Median Skor
Online Learning Self Efficacy Dalam Aspek Manajemen Waktu
|
Median |
(min;max) |
Aspek Manajemen
Waktu |
24,00 |
13;30 |
Angkatan |
||
2016 |
26,00 |
25;27 |
2017 |
24,00 |
14;30 |
2018 |
22,00 |
13;30 |
2019 |
24,00 |
13;30 |
2020 |
25,00 |
19;30 |
Median skor
online learning self efficacy pada aspek manajemen waktu yaitu 24 (13;30).� Median skor online
learning self efficacy pada aspek
manajemen waktu paling tinggi pada angkatan 2016 sebesar 26,00 (25;27) dan median skor
online learning self efficacy paling rendah pada angkatan 2018 yaitu sebesar 22,00 (13;30).
Tabel 7
Median Skor Online Learning Self Efficacy Dalam
Aspek Penggunaan Teknologi
|
Median |
(min;max) |
Aspek Penggunaan
Teknologi |
27,79 |
13;30 |
Angkatan |
||
2016 |
27,50 |
26;29 |
2017 |
27,00 |
20;36 |
2018 |
26,00 |
19;36 |
2019 |
29,00 |
20;36 |
2020 |
29,00 |
20;34 |
Median skor
online learning self efficacy pada aspek penggunaan teknologi yaitu 27,79 (13;30).
Median skor online learning self
efficacy pada aspek penggunaan
teknologi paling tinggi
pada angkatan 2019 sebesar
29,00 (20;36) dan angkatan 2020 sebesar
29,00 (20;34). Median skor online learning self efficacy paling rendah pada angkatan 2018 yaitu sebesar 26,00 (19,36).
4. Faktor-Faktor yang Dapat
Memengaruhi Online Learning Self Efficacy
1) Performa Akademik
Tabel 8
Performa Akademik Responden
Kategori
Performa Akademik |
Jumlah |
% |
|
|
|
Baik |
85 |
65,4 |
Kurang |
45 |
34,6 |
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 85 orang (65,4%) memiliki kategori performa akademik yang baik. Kategori performa akademik dikatakan baik apabila lulus komponen teori dalam tiga
dari tiga blok dalam satu
semester terakhir yang menggunakan
metode pembelajaran jarak jauh.
Tabel 9
Rerata Online Learning Self
Efficacy Berdasarkan Performa Akademik
Performa
Akademik |
Online Learning Self Efficacy |
Mean
(SD) |
|
Baik |
93,61
(11,95) |
Kurang |
96,98
(13,07) |
Rerata online learning self efficacy pada responden dengan performa akademik kurang baik sedikit lebih
tinggi (96,98 (13,07)) dibandingkan
responden dengan performa akademik baik(93,61
(11,95)).
Tabel 10
Rerata Online Learning Self
Efficacy pada Tiap Aspek
Online Learning Self Efficacy Berdasarkan Performa Akademik
Performa
Akademik |
Pembelajaran |
Manajemen Waktu |
Penggunaan Teknologi |
|
Mean
(SD) |
||
Baik |
42,66
(5,49) |
23,39 (3,79) |
27,56
(3,97) |
Kurang |
44,24
(6,02) |
24,51
(3,91) |
28,22
(3,84) |
Rerata online learning self efficacy pada aspek pembelajaran dengan performa akademik kurang baik sedikit
lebih tinggi (44,24 (6,02))
dibandingkan dengan kategori performa akademik baik (42,66 (5,49)).
Pada aspek manajemen waktu dengan performa
akademik kurang baik sedikit lebih
tinggi (24,51 (3,91)) dibandingkan
dengan kategori performa akademik baik (23,39 (3,79)). Pada aspek penggunaan teknologi dengan performa akademik kurang baik sedikit lebih
tinggi (28,22 (3,84)) dibandingkan
dengan performa akademik baik (27,56 (3,97)).
2) Persuasi Verbal
Tabel 11
Persuasi Verbal Responden
Kategori Persuasi Verbal |
Jumlah |
% |
|
|
|
Kurang |
121 |
93,1 |
Cukup |
9 |
6,9 |
Hasil penelitian
menunjukkan mayoritas responden yaitu sebanyak 121 orang (93,1 %) memiliki
kategori persuasi verbal
yang kurang. Kategori persuasi verbal dikatakan kurang jika bertemu
Pembimbing Akademik 1-3
kali pertemuan dalam satu semester terakhir.
Tabel 12
Rerata Online Leaning Self Efficacy
Berdasarkan Persuasi Verbal
Persuasi
Verbal |
Online Learning Self Efficacy |
Mean
(SD) |
|
Cukup |
94,77
(12,28) |
Kurang |
94,89
(14,80) |
Rerata online learning self efficacy pada responden dengan persuasi verbal kurang sedikit lebih tinggi (94,89 (14,80)) dibandingkan responden dengan persuasi verbal cukup (94,77 (12,28)).
Tabel 13
Rerata Online Learning Self
Efficacy pada Tiap Aspek
Online Learning Self Efficacy Berdasarkan Persuasi Verbal
Persuasi
Verbal |
�Pembelajaran |
Manajemen Waktu |
Penggunaan Teknologi |
|
Mean
(SD) |
||
Kurang |
43,28
(5,60) |
23,74
(3,93) |
27,74
(3,85) |
Cukup |
42,22
(7,37) |
24,22
(2,72) |
28,44
(5,05) |
3) Gambaran Online Learning
Self Efficacy Berdasarkan Usia
Tabel 14
Rerata Online Learning Self
Efficacy Berdasarkan Usia
Karakteristik |
Online Learning Self Efficacy |
|
|
Mean |
SD |
Usia |
||
17
tahun |
91,00 |
0 |
18
tahun |
97,50 |
9,94 |
19
tahun |
97,82 |
10,76 |
20
tahun |
92,95 |
14,21 |
21
tahun |
92,97 |
12,71 |
22
tahun |
93,38 |
12,26 |
23
tahun |
108,00 |
0 |
Rerata online learning self efficacy paling tinggi tampak pada usia 23 tahun sebesar 108,00 (0) dan rerata self efficacy paling rendah pada usia 17 tahun yaitu sebesar
91,00 (0).
Tabel 15
Online Learning Self Efficacy dalam
Aspek Pembelajaran, Aspek Manajemen Waktu, dan Aspek Penggunaan Teknologi Berdasarkan Usia
|
Online Learning Self Efficacy |
|
|
Mean
(SD) |
Median
(min;max) |
Aspek Pembelajaran |
||
Usia |
||
17
tahun |
40 ,00
(0) |
|
18
tahun |
44,25
(5,06) |
|
19
tahun |
44,25
(5,32) |
|
20
tahun |
42,50
(6,54) |
|
21
tahun |
42,97
(6,26) |
|
22
tahun |
42,00
(5,97) |
|
23
tahun |
49,00
(0) |
|
Aspek Manajemen Waktu |
||
Usia |
||
17
tahun |
23
(23;23) |
|
18
tahun |
25,50
(19;30) |
|
19
tahun |
24
(18;30) |
|
20
tahun |
22
(13;30) |
|
21
tahun |
23
(24;30) |
|
22
tahun |
25
(19;30) |
|
23
tahun |
28
(28;28) |
|
Aspek Penggunaan Teknologi |
||
Usia |
||
17
tahun |
28
(28;28) |
|
18
tahun |
29
(22;34) |
|
19
tahun |
28,50
(20;36) |
|
20
tahun |
27
(20;36) |
|
21
tahun |
27
(19;36) |
|
22
tahun |
27
(20;36) |
|
23
tahun |
|
31
(31;31) |
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rerata Online Learning self efficacy
pada aspek pembelajaran
paling tinggi pada usia 23 tahun sebesar 49,00 (0) dan rerata self efficacy paling rendah pada usia 17 tahun yaitu sebesar
40,00 (0). Median self efficacy pada aspek manajemen waktu paling tinggi pada usia 23 tahun sebesar
28 (28;28) dan median self efficacy paling rendah pada usia 20 tahun yaitu sebesar
22 (13;30). Median self efficacy pada aspek penggunaan teknologi paling tinggi pada usia 23 tahun sebesar
31 (31;31). Median self efficacy paling rendah pada usia 20 yaitu sebesar 27 (20;36), usia 21 tahun sebesar
27 (19;36), dan usia 22 tahun
sebesar 27 (20;36).
4) Gambaran Online Learning
Self Efficacy Berdasarkan Jenis
Kelamin
Tabel 16
Rerata Online Learning Self
Efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik |
Online Learning Self Efficacy |
|
|
Mean |
SD |
Jenis Kelamin |
||
Laki-Laki |
92,39 |
11,50 |
Perempuan |
95,69 |
12,67 |
Hasil penelitian
menunjukan rerata online
learning self efficacy responden
perempuan yaitu 95,69
(12,67) dan rerata online learning self efficacy responden laki-laki yaitu 92,39 (11,50).
Tabel 17
Rerata Online Learning Self
Efficacy pada Tiap Aspek
Online Learning Self Efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin |
�Pembelajaran |
Manajemen Waktu |
Penggunaan Teknologi |
|
Mean
(SD) |
||
Laki-Laki |
42,19
(5,59) |
23,17
(3,82) |
27,03
(3,41) |
Perempuan |
43,60
(5,74) |
24,01
(3,86) |
29,09
(4,08) |
Rerata online learning self efficacy pada responden dengan jenis kelamin
perempuan pada aspek pembelajaran (43,60 (5,74)) sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki
(42,19 (5,59)). Pada aspek manajemen
waktu responden dengan jenis kelamin
perempuan (24,01 (3,86)) sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki
(23,17 (3,82)). Pada aspek penggunaan
teknologi pada responden dengan jenis kelamin
perempuan (29,09 (4,08)) sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki
(27,03(3,41)).
B. Pembahasan
1.
Temuan Penelitian
a) Online Learning Self Efficacy Mahasiswa
FK Untar
Academic self efficacy adalah keyakinan
mahasiswa terhadap kemampuan yang dimiliki dalam mengerjakan tugas-tugas akademik, memanajemen waktu belajar, dan mencapai hasil belajar yang baik (Aktas & Can, 2019).
Menurut Bandura, Academic self-efficacy adalah keyakinan dalam mengorganisasikan pekerjaan yang dimiliki secara efisien untuk meningkatkan pencapaian akademik
(Bandura, 1995). Berdasarkan pandangan
tersebut, dapat disimpulkan
bahwa academic self efficacy adalah
keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk memenuhi tuntutan akademik dan meraih prestasi akademik. Sedangkan online
learning self efficacy (OLSE) adalah adalah tekad mahasiswa
atas kemampuan dan keyakinan diri sendiri untuk belajar dan berhasil dalam
lingkungan pembelajaran jarak jauh (Taipjutorus et al., 2012).
Penelitian ini
melibatkan 130 orang responden
dari lima angkatan, yaitu
angkatan 2016, 2017, 2018, 2019, dan 2020. Berdasarkan Hasil penelitian
didapatkan rerata OLSE pada responden yaitu sebesar 94,78
(12,40). �Rerata OLSE paling tinggi pada angkatan
2016 yaitu sebesar 97,50 (2,12) dan rerata OLSE rendah pada angkatan 2018 yaitu
sebesar 93,03 (13,88). Hal ini selaras
dengan penelitian Moore yang menunjukkan
bahwa mahasiswa berusia lebih
tua lebih mampu untuk bertahan dan berhasil dalam menjalani PJJ dibandingkan
dengan mahasiswa yang memiliki umur lebih muda (Moore, Bartkovich, Fetzner, & Ison, 2002). Lamanya
waktu pendidikan dan umur yang lebih tua pada mahasiswa, menyebabkan mahasiswa
dapat menjalani PJJ dengan baik dan dapat mencari jalan keluar dari setiap
permasalahan yang timbul dalam pembelajaran jarak jauh (Moore et al., 2002).
Hasil penelitian
ini menunjukan adanya perbedaan rerata OLSE pada berbagai usia
responden. Rerata OLSE paling tinggi tampak pada usia 23
tahun sebesar 108,00 (0) dan rerata OLSE paling rendah pada usia 17 tahun yaitu
sebesar 91,00 (0). Online learning self efficacy pada mahasiswa
lebih tua yang lebih
tinggi dapat disebabkan karena mereka memiliki tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi (Nasrul, 2020)
dan bisa mengatur waktunya dengan baik, termasuk waktu
yang digunakan untuk mengirimkan tugas dan waktu yang digunakan untuk mengakses
internet dalam pembelajaran jarak jauh (Nasrul, 2020).
Hasil penelitian
ini menunjukkan rerata OLSE yang berbeda antara responden
laki-laki dan perempuan.
Responden perempuan memiliki rerata lebih tinggi (95,69 (12,67))
daripada responden laki-laki (92,39 (11,50)). Hasil penelitian tersebut sejalan
dengan penelitian Caprara et al yang menunjukkan
bahwa self-efficacy
yang dimiliki mahasiswa perempuan lebih
baik dibandingkan dengan self-efficacy yang
dimiliki mahasiswa laki-laki. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Price dikatakan bahwa dalam PJJ mahasiswa
perempuan memiliki self efficacy yang
lebih tinggi dalam menjalani kuliahnya untuk mencapai performa akademik yang
baik mengungguli mahasiswa laki-laki. Mahasiswa perempuan juga bisa
menyesuaikan diri dengan baik dalam mengikuti bimbingan akademik dan dapat
berinteraksi lebih baik dibandingkan mahasiswa
laki-laki (Xu & Jaggars, 2013). Selain itu,
pada penelitian yang dilakukan oleh Young & McSporran tampak bahwa
dalam metode PJJ, mahasiswa perempuan dengan umur yang lebih tua cenderung
lebih termotivasi dan lebih baik dalam berkomunikasi di dalam lingkungan PJJ
dan bisa mengatur jadwal belajarnya secara efisien (Rayuwati, 2020). Online learning self efficacy yang
tinggi pada mahasiswa perempuan disebabkan karena mereka lebih gigih dan lebih
bertanggung jawab
(Richardson & Woodley, 2003), selain
itu mereka juga lebih rajin dalam mengerjakan tugas kuliah dan lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk belajar dalam PJJ sehingga dapat meningkatkan
pencapaian performa akademik (Naturil-Alfonso, Pe�aranda, Vicente, & Marco-Jim�nez, 2018),
(Ifdil, Apriani, Yendi, & Rangka, 2016).
Penelitian yang
dilakukan Tsai & Tsai juga menunjukkan bahwa perempuan memiliki komunikasi yang
lebih baik dalam lingkungan pembelajaran jarak jauh dan memiliki kemampuan
berinteraksi yang baik dengan orang lain (Maddox, 2015).
Dalam hal ini komunikasi dan kemampuan berinteraksi yang baik merupakan
bentuk persuasi verbal yang bisa memengaruhi kepercayaan diri pada perempuan
dalam pembelajaran jarak jauh. Hal ini kemudian
dapat meningkatkan OLSE pada perempuan.
2.
Online Learning Self Efficacy Dalam
Aspek Pembelajaran
Online learning self-efficacy dalam
aspek pembelajaran merupakan persepsi seseorang
terhadap kemampuan diri untuk mencapai performa akademik yang
baik dalam metode pembelajaran jarak jauh. Beberapa contoh OLSE dalam aspek
pembelajaran seperti dapat berkomunikasi dengan baik dengan mahasiswa lain atau
dosen, dapat mengatasi kesulitan yang terjadi selama PJJ dan cepat beradaptasi
di lingkungan PJJ ketika pembelajaran tidak berada di
ruangan yang sama dengan dosen (Dr, 2008). Jika
mahasiswa memiliki OLSE dalam aspek
pembelajaran yang tinggi pada metode PJJ, maka mahasiswa tersebut memiliki
kemampuan yang baik untuk menjalani
proses pembelajaran jarak jauh. Mahasiswa tersebut cenderung mendapatkan
performa akademik yang baik, dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki OLSE
dalam aspek pembelajaran yang rendah (Dr, 2008).
Pada penelitian
ini, dari ketiga aspek dalam OLSE, aspek pembelajaran merupakan aspek
yang memiliki rerata dan median tertinggi dibandingkan dengan aspek manajemen
waktu dan aspek penggunaan teknologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata OLSE pada aspek pembelajaran
paling tinggi pada angkatan 2016 sebesar 44,00 (2,82) dan angkatan 2019 yaitu
sebesar 44,00 (6,37). Rerata OLSE paling rendah pada angkatan 2018 yaitu sebesar
42,54 (6,23). Rerata OLSE pada responden dengan jenis kelamin
perempuan pada aspek pembelajaran (43,60 (5,74)) sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki (42,19 (5,59)).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata OLSE pada aspek pembelajaran paling
tinggi pada usia 23 tahun sebesar 49,00 (0) dan rerata OLSE paling rendah pada
usia 17 tahun yaitu sebesar 40,00 (0).
Menurut
Saad� & Kira beberapa mahasiswa berusaha untuk beradaptasi dalam lingkungan
PJJ, namun mereka sering meragukan kemampuan
belajarnya, termasuk mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa yang memiliki umur
lebih tua. Mereka tidak terbiasa dengan teknologi yang
digunakan dalam metode pembelajaran jarak jauh (Saad� & Kira, 2009).
Penelitian yang dilakukan Zhang et al didapatkan hasil bahwa mahasiswa
tahun pertama memiliki OLSE yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa
tahun kedua dan ketiga. Perbedaan ini mungkin terjadi karena kegiatan
perkuliahan pada mahasiswa tahun kedua dan ketiga lebih sulit atau kompleks
sehingga membutuhkan kemampuan akademik yang lebih tinggi dan kemampuan berpikir
secara kritis yang baik (Zhang, Li, Duan, & Wu, 2001). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh McSporran & Young menunjukkan bahwa
mahasiswa perempuan lebih baik dalam berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya dan
memanajemen waktu dengan efisien dalam PJJ dibandingkan dengan mahasiswa
laki-laki (Zhang et al., 2001). Dalam
hal ini komunikasi yang dilakukan mahasiswa dengan teman bisa meningkatkan
kepercayaan dirinya untuk belajar dalam pembelajaran jarak jauh. Hal ini
mungkin dapat meningkatkan OLSE dalam aspek pembelajaran pada perempuan.
3. Online Learning Self Efficacy Dalam
Aspek Manajemen Waktu
Online learning self efficacy dalam
aspek manajemen waktu merupakan kepercayaan diri yang dimiliki seseorang dalam
mengatur waktunya pada metode pembelajaran jarak jauh. Manajemen waktu
membutuhkan kedisiplinan diri mahasiswa untuk mengalokasikan waktunya dalam PJJ
seperti dapat mengatur jadwal pembelajaran untuk tujuan jangka pendek maupun
jangka panjang (Michinov, Brunot, Le Bohec, Juhel, & Delaval, 2011). Online learning self efficacy pada
aspek manajemen waktu yang tinggi menunjukkan keyakinan diri yang dimiliki
mahasiswa untuk mengendalikan waktunya dengan cara memanfaatkan waktu dengan
baik seperti mengerjakan dan mengumpulkan tugas dengan tepat waktu secara
daring (Sandra, 2013).
Pada penelitian
ini, dari ketiga aspek dalam OLSE, aspek manajemen waktu merupakan aspek
yang memiliki rerata dan median terendah dibandingkan dengan aspek pembelajaran
dan aspek penggunaan teknologi. Hal ini menunjukkan
bahwa dari ketiga aspek yang dinilai, mahasiswa memiliki kepercayaan diri yang sangat kurang dalam hal
manajemen waktu saat
pembelajaran jarak jauh.
Hasil penelitian
ini juga menunjukkan bahwa median OLSE pada aspek manajemen waktu
paling tinggi pada angkatan 2016 sebesar 26,00 (25;27) dan median OLSE paling
rendah pada angkatan 2018 yaitu sebesar 22,00 (13,30). Median OLSE pada
aspek manajemen waktu paling tinggi pada usia 23 tahun sebesar 28 (28;28) dan
median OLSE paling rendah pada usia 20 tahun yaitu sebesar 22 (13;30), serta
pada aspek manajemen waktu responden dengan jenis kelamin perempuan (24,01 (3,86))
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin
laki-laki (23,17 (3,82).
Rendahnya
OLSE dalam aspek manajemen waktu pada mahasiswa bisa disebabkan karena mahasiswa
cenderung suka menunda waktu yang menunjukkan bahwa mereka kurang bisa
mengontrol diri dalam pembelajaran jarak jauh. Alasan mereka
menunda waktu dapat disebabkan karena kurangnya motivasi serta adanya
keraguan dalam mengerjakan tugas yang
mengakibatkan mereka tidak dapat menyelesaikan dan mengumpulkan tugas tepat
waktu (Wirajaya, 2020). Mereka tidak mengalokasikan
waktu yang cukup untuk
menyelesaikan tugas sehingga memungkinkan tugas
tidak terselesaikan dengan baik (Ferdus, Kabir, & Akter, 2015)
dan cenderung mengumpulkan tugas dekat dengan tenggat waktu
yang ditentukan, bahkan terlambat (Ferdus et al., 2015).
Perkuliahan dan diskusi
Problem Based Learning (PBL) �dilakukan lewat aplikasi tatap muka daring, sehingga mahasiswa
lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar komputer untuk mengerjakan tugas
serta mengikuti kegiatan perkuliahan dalam pembelajaran jarak jauh (Al-Kumaim et al., 2021).
Keadaan tersebut serupa dengan tempat
penelitian ini, ditambah selama PJJ jadwal kuliah padat dan dapat
berubah sewaktu-waktu. Hal-hal tersebut dapat
menjadi faktor yang memungkinkan kurangnya kepercayaan diri mahasiswa
untuk mengatur waktunya.
4. Online
Learning Self
Efficacy Dalam Aspek Penggunaan Teknologi
Online learning self efficacy pada
aspek penggunaan teknologi merupakan salah satu aspek penting dalam metode
pembelajaran jarak jauh. Dalam pelaksanaan PJJ diperlukan adanya keterampilan
penunjang seperti penggunaan laptop, tablet, maupun smartphone untuk mengerjakan tugas dan menjalani proses perkuliahan
melalui aplikasi yang diakses menggunakan internet (Handarini & Wulandari, 2020). Online learning self efficacy pada
aspek penggunaan teknologi yang tinggi menunjukkan keyakinan diri yang dimiliki
oleh mahasiswa untuk� memanfaatkan
teknologi yang mendukung kelancaran pembelajaran
daring (Pan, 2020).
Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa median OLSE pada aspek penggunaan teknologi paling tinggi pada angkatan 2019
sebesar 29,00 (20;36) dan angkatan 2020 sebesar 29,00 (20;34). Median OLSE
paling rendah pada angkatan 2018 yaitu sebesar 26,00 (19;36). Online learning self efficacy dalam aspek
penggunaan teknologi pada responden dengan jenis kelamin perempuan (29,09 (4,08) sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki
(27,03(3,41). Selain itu median OLSE pada aspek penggunaan teknologi paling
tinggi pada usia 23 tahun sebesar 31 (31;31). Median OLSE paling rendah pada
usia 20, 21,
dan 22 tahun yaitu sebesar 27 (20;36).
Dalam penelitian
yang dilakukan Bulter didapatkan bahwa mahasiswa perempuan memiliki
keterampilan yang lebih tinggi dalam penggunaan teknologi daripada mahasiswa
laki-laki dalam mengaplikasikan keterampilan dasar komputer, program database,
dan pembuatan situs web (Butler, Ryan, & Chao, 2005).
dengan penelitian Sanders dan Morrison-Shetlar didapatkan bahwa mahasiswa
perempuan memiliki sikap yang lebih baik dalam metode PJJ yang menggunakan
aplikasi berbasis web dengan bantuan browser dan server untuk menjalakannya, dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki (Sanders & Morrison-Shetlar, 2001).
Kepercayaan diri yang tinggi dalam hal penggunaan teknologi dapat disebabkan karena seseorang sudah
terbiasa dengan teknologi dan menggunakan teknologi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari untuk berkomunikasi secara digital sehingga ia lebih
nyaman menjalani kuliah dengan metode pembelajaran jarak jauh (Lee & Mendlinger, 2011), (Kamarianos, Adamopoulou, Lambropoulos, & Stamelos, 2020).
Mahasiswa angkatan
2019 dan 2020 kemungkinan mayoritas
memiliki karakteristik tersebut, sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan
diri pada mahasiswa. Kemajuan teknologi
dan kemudahan akses
internet saat ini, khususnya di kota besar juga dapat menjadi salah satu faktor yang meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa dalam hal penggunaan teknologi.
Sementara, mahasiswa
angkatan 2018 selama ini menggunakan metode pembelajaran tatap muka. Mereka
sudah terbiasa melakukan diskusi PBL, praktikum, dan latihan keterampilan klinik dasar (KKD) secara
langsung bertatap muka dengan teman-temannya
dan dosen. Peralihan metode
pembelajaran tatap muka ke
metode pembelajaran jarak jauh membutuhkan masa
adaptasi, termasuk adaptasi dalam penggunaan
teknologi (Xu & Jaggars, 2013) dan
aplikasi online (Maddox, 2015), sehingga
menyebabkan mahasiswa yang sudah lama menggunakan metode tatap muka
langsung, mungkin membutuhkan lebih
banyak waktu untuk beradaptasi. Rendahnya OLSE
pada mahasiswa juga bisa disebabkan karena perubahan yang terjadi secara
mendadak dari metode pembelajaran tatap muka ke metode PJJ sehingga tidak dapat
diantisipasi dengan baik oleh mahasiswa, terutama mahasiswa yang
berada di daerah terpencil dengan keterbatasan internet (Rayuwati, 2020).� Hal tersebut
dapat menjadi faktor yang memungkinkan mahasiswa
angkatan 2018 memiliki kepercayaan diri yang rendah dalam aspek penggunaan
teknologi.
5. Faktor-Faktor yang Dapat
Memengaruhi Online Learning Self Efficacy
Performa akademik dan persuasi verbal dapat memengaruhi online learning self efficacy. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa
mayoritas responden yaitu sebanyak 85 orang (65,4%) memiliki kategori performa
akademik yang baik. Rerata OLSE pada responden dengan
performa akademik kurang baik sedikit lebih
tinggi (96,98 (13,07) dibandingkan
responden dengan performa akademik baik (93,62 (11,95).
Online learning self efficacy pada mahasiswa
dengan performa akademik yang baik dapat
diperoleh karena mereka bisa mengontrol diri untuk belajar,
disiplin dan berusaha lebih giat
sehingga mereka dapat mempertahankan motivasi belajar walaupun mendapatkan
tugas yang sulit untuk dikerjakan dalam pembelajaran jarak jauh (Schwarzer, B��ler, Kwiatek, Schr�der, & Zhang, 1997), (Komarraju & Nadler, 2013). Namun, beberapa
mahasiswa cenderung terlalu percaya diri dan melebih-lebihkan kemampuan mereka
sehingga mereka tidak melakukan upaya untuk mendapatkan performa akademik yang
baik, akibatnya mereka mendapatkan performa akademik yang kurang (Artino, 2012). Bandura
mengatakan bahwa mahasiswa yang memiliki self
efficacy yang tinggi akan memilih tugas yang lebih sulit. Sehingga
berdampak negatif pada performa akademiknya, karena performa akademik mereka
mungkin tidak sesuai dengan kemampuan mereka (Bandura, 1995).
Mahasiswa yang terlalu pandai cenderung lebih ambisius sehingga memilih
tantangan yang lebih sulit dalam PJJ yang justru berpotensi menyebabkan
kegagalan (Schunk & Pajares, 2004).
Selain itu, terkadang mereka juga
terlalu meremehkan tugas yang diberikan sehingga tidak mengerjakannya dengan
baik (Naturil-Alfonso et al., 2018). Beberapa
mahasiswa yang memiliki performa akademik yang baik dan menguasai materi
perkuliahan, cenderung tidak percaya diri menunjukkan kemampuannya (Linnenbrink & Pintrich, 2003).
Hal ini kemudian yang dapat mengakibatkan mahasiswa memiliki OLSE yang
rendah walaupun memiliki performa akademik yang baik.
Selain performa
akademik, penelitian Britner dan Pajares menunjukkan bahwa
faktor lain yang dapat
memengaruhi self efficacy adalah
persuasi verbal yang tinggi (Ferdus et al., 2015). Pada penelitian
ini, faktor persuasi verbal dinilai dengan cara menanyakan
jumlah pertemuan responden dengan dosen pembimbing akademik, dengan
asumsi pada saat pertemuan, dosen sebagai pihak yang berpengaruh
dalam memberikan saran atau nasihat pada mahasiswa
bimbingannya. Hasil penelitian
ini menunjukkan
mayoritas responden yaitu sebanyak 121 orang (93,1 %) memiliki kategori
persuasi verbal yang kurang. Rerata OLSE pada responden
dengan persuasi verbal kurang (94,89 (14,80), hampir
mirip dengan OLSE pada responden
dengan persuasi verbal cukup (94,77 (12,28).
Persuasi
verbal lebih dari sekedar komentar terhadap mahasiswa. Persuasi verbal yang
tidak realistik dapat disalahartikan oleh mahasiswa yang akan menyebabkan rendahnya OLSE, walaupun
mahasiswa tersebut sering bertemu dengan pembimbing akademik (Bandura, 1995).
Menurut penelitian Puspita, Y., Kusumaningputri,
R., & Supriono, H dikatakan bahwa
persuasi verbal yang positif dapat meningkatkan self efficacy tetapi persuasi verbal yang negatif tidak selalu
memberikan efek negatif atau menurnkan self
efficacy mahasiswa (Puspita, Kusumaningputri, & Supriono, 2015)
Menurut Artino, persuasi verbal yang terlalu optimis cenderung tidak
efektif yang akan membuat mahasiswa merasa gagal dalam menjalani metode PJJ
sehingga akan menurunkan self efficacy
mahasiswa tersebut (Artino, 2012).
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kualitas atau isi
dari diskusi dalam proses persuasi verbal sangat penting
untuk meningkatkan OLSE dalam pembelajaran
jarak jauh.
Kesimpulan
Pada penelitian
ini disimpulkan bahwa:
1. Rerata self efficacy mahasiswa FK Untar tahap
akademik pada metode pembelajaran jarak jauh (OLSE) sebesar 94,78
(12,40).
2. Faktor-faktor
yang berpotensi memengaruhi online learning self efficacy yaitu:
a. Performa
Akademik
�
���Rerata online learning self
efficacy pada responden dengan
performa akademik kurang baik: (96,98 (13,07)).
�
���Rerata online learning self
efficacy pada responden dengan
performa akademik baik: (93,62 (11,95)).
b. Persuasi
Verbal
�
���Rerata online learning self
efficacy pada responden dengan
persuasi verbal kurang: (94,89 (14,80)).
�
���Rerata online learning self
efficacy pada responden dengan
persuasi verbal cukup: (94,77 (12,28)).
c. Jenis
Kelamin
�
Rerata online
learning self efficacy pada responden
perempuan: (95,69 (12,67).
�
Rerata online
learning self efficacy pada responden
laki-laki: (92,39 (11,50).
d. Usia
Rerata online learning self
efficacy responden pada usia:
�
17 tahun: 91,00 (0)
�
18 tahun: 97,50 (9,94)
�
19 tahun: 97,82 (10,76)
�
20 tahun: 92,95 (14,21)
�
21 tahun: 92,97 (12,71)
�
22 tahun: 93,38 (12,26)
�
23 tahun: 108,00 (0)
3. Rerata online learning self-efficacy mahasiswa
FK Untar tahap akademik pada aspek pembelajaran sebesar 43,21 (5,71). Rerata online learning self-efficacy aspek
pembelajaran
pada:
�
Angkatan 2016: 44,00 (2,82)
�
Angkatan 2017: 42,94 (5,02)
�
Angkatan 2018: 42,54 (6,23)
�
Angkatan 2019: 44,00 (6,37)
�
Angkatan 2020: 43,52 (5,33)
4. Median online learning self-efficacy mahasiswa
FK Untar tahap akademik pada aspek manajemen waktu yaitu 24 (13;30). Median online learning self-efficacy aspek
manajemen waktu pada:
�
Angkatan 2016: 26,00 (25;27)
�
Angkatan 2017: 24,00 (14;30)
�
Angkatan 2018: 22,00 (13;30)
�
Angkatan 2019: 24,00 (13;30)
�
Angkatan 2020: 25,00 (19;30)
5. Median online learning self-efficacy mahasiswa
FK Untar tahap akademik pada aspek penggunaan teknologi yaitu 27,79 (13;30). Median online learning self-efficacy aspek
penggunaan teknologi pada:
�
Angkatan 2016: 27,50 (26;29)
�
Angkatan 2017: 27,00 (20;36)
�
Angkatan 2018: 26,00 (19;36)
�
Angkatan 2019: 29,00 (20;36)
�
Angkatan 2020: 29,00 (20;34)
Aktas, Bilge �am, & Can, Yafes. (2019).
The Effect of" WhatsApp" Usage on the Attitudes of Students toward
English Self-Efficacy and English Courses in Foreign Language Education outside
the School. International Electronic Journal of Elementary Education, 11(3),
247�256. Google Scholar
Al-Kumaim, Nabil Hasan, Alhazmi, Abdulsalam
K., Mohammed, Fathey, Gazem, Nadhmi A., Shabbir, Muhammad Salman, & Fazea,
Yousef. (2021). Exploring the impact of the COVID-19 pandemic on university
students� learning life: An integrated conceptual motivational model for
sustainable and healthy online learning. Sustainability, 13(5),
2546. Google Scholar
Artino, Anthony R. (2012). Academic
self-efficacy: from educational theory to instructional practice. Perspectives
on Medical Education, 1(2), 76�85. Google Scholar
Bahn, Dolores. (2001). Social learning theory:
its application in the context of nurse education. Nurse Education Today,
21(2), 110�117. Google Scholar
Bandura, Albert. (1995). Self-efficacy
in changing societies. Cambridge university press. Google Scholar
Bandura, Albert. (1997). Self-efiicacy:
The exercise ofcontrol. New York: Freeman. Google Scholar
Butler, Terry, Ryan, Peter, & Chao,
Ining Tracy. (2005). Gender and technology in the liberal arts: aptitudes,
attitudes, and skills acquisition. Journal of Information Technology
Education: Research, 4(1), 347�362. Google Scholar
Dr, P. (2008). Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV. Alfabeta, Bandung. Google Scholar
Edwin, Edward. (2019). Hubungan self
efficacy dengan pencapaian akademik mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara. Universitas Tarumanagara. Google Scholar
Ferdus, Zannatul, Kabir, Thawhidul, &
Akter, Shirin. (2015). Time Management Behavior among Academic Procrastinators
in Bangladesh: A Study on Undergraduate Students of Different Private
Universities. Journal of Business and Technology (Dhaka), 10(2),
37�56. Google Scholar
Handarini, Oktafia Ika, & Wulandari,
Siti Sri. (2020). Pembelajaran daring sebagai upaya study from home (SFH)
selama pandemi covid 19. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP),
8(3), 496�503. Google Scholar
Hwang, Mae Hyang, Choi, Hee Cheol, Lee,
Anna, Culver, Jennifer D., & Hutchison, Brian. (2016). The relationship
between self-efficacy and academic achievement: A 5-year panel analysis. The
Asia-Pacific Education Researcher, 25(1), 89�98. Google Scholar
Ifdil, Ifdil, Apriani, Rizka, Yendi,
Frischa Meivilona, & Rangka, Itsar Bolo. (2016). Level of
studentsself-efficacy based on gender. COUNS-EDU: The International Journal
of Counseling and Education, 1(1), 29�33. Google Scholar
Kamarianos, Ioannis, Adamopoulou, Anthi,
Lambropoulos, Haris, & Stamelos, Georgios. (2020). TOWARDS AN UNDERSTANDING
OF UNIVERSITY STUDENTS�RESPONSE IN TIMES OF PANDEMIC CRISIS (COVID-19). European
Journal of Education Studies, 7(7). Google Scholar
Komarraju, Meera, & Nadler, Dustin.
(2013). Self-efficacy and academic achievement: Why do implicit beliefs, goals,
and effort regulation matter? Learning and Individual Differences, 25,
67�72. Google Scholar
Lee, Jung Wan, & Mendlinger, Samuel.
(2011). Perceived self-efficacy and its effect on online learning acceptance
and student satisfaction. Journal of Service Science and Management, 4(03),
243. Google Scholar
Linnenbrink, Elizabeth A., & Pintrich,
Paul R. (2003). The role of self-efficacy beliefs instudent engagement and
learning intheclassroom. Reading &Writing Quarterly, 19(2),
119�137. Google Scholar
Maddox, Winston H. (2015). Adapting to a
virtual learning environment. Antioch University. Google Scholar
Michinov, Nicolas, Brunot, Sophie, Le
Bohec, Olivier, Juhel, Jacques, & Delaval, Marine. (2011). Procrastination,
participation, and performance in online learning environments. Computers
& Education, 56(1), 243�252. Google Scholar
Moore, Kathleen, Bartkovich, Jeffrey,
Fetzner, Marie, & Ison, Sherrill. (2002). Success in Cyberspace: Student
Retention in Online Courses. AIR 2002 Forum Paper. Google Scholar
Narotama, Ida Bagus Indra, & Rustika,
I. Made. (2019). Peran harga diri dan efikasi diri terhadap social loafing pada
mahasiswa preklinik program studi sarjana kedokteran dan profesi dokter
fakultas kedokteran universitas udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 6(3),
1281�1292. Google Scholar
Nasrul, Dyla Fajhriani. (2020). Manajemen
Waktu Belajar Di Perguruan Tinggi Pada Masa Pandemi Covid-19. Jieman, 2(2),
169�180. Google Scholar
Naturil-Alfonso, Carmen, Pe�aranda, David,
Vicente, Jose, & Marco-Jim�nez, Francisco. (2018). Procrastination: the
poor time management among university students. 4th International Conference
on Higher Education Advances (HEAD�18), 1�8. Editorial Universitat
Polit�cnica de Val�ncia. Google Scholar
Pan, Xiaoquan. (2020). Technology
Acceptance, Technological Self-Efficacy, and Attitude Toward Technology-Based
Self-Directed Learning: Learning Motivation as a Mediator. Frontiers in
Psychology, 11. Google Scholar
Puspita, Yesi, Kusumaningputri, Reni, &
Supriono, Hari. (2015). Level And Sources Of Self-efficacy In Speaking Skills
Of Academic Year 2012/2013 English Department Students Faculty Of Letters,
Jember University (Tingkatan dan Sumber Efikasi Diri dalam Kemampuan Berbahasa
Inggris Mahasiswa Sastra Inggris Angkatan 2012. Publika Budaya, 3(1),
50�59. Google Scholar
Rayuwati, Rayuwati. (2020). How Educational
Technology Innovates Distance Learning During Pandemic Crisis in Remote Areas
in Indonesia? International Research Journal of Management, IT and Social
Sciences, 7(6), 161�166. Google Scholar
Richardson, John T. E., & Woodley,
Alan. (2003). Another look at the role of age, gender and subject as predictors
of academic attainment in higher education. Studies in Higher Education,
28(4), 475�493. Google Scholar
Saad�, Raafat George, & Kira, Dennis.
(2009). Computer anxiety in e-learning: The effect of computer self-efficacy. Journal
of Information Technology Education: Research, 8(1), 177�191. Google Scholar
Sanders, Diana W., & Morrison-Shetlar,
Alison I. (2001). Student attitudes toward web-enhanced instruction in an
introductory biology course. Journal of Research on Computing in Education,
33(3), 251�262. Google Scholar
Sandra, Kusnul Ika. (2013). Manajemen
waktu, efikasi-diri dan prokrastinasi. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia,
2(3). Google Scholar
Schunk, Dale H., & Pajares, Frank.
(2004). Self-efficacy in education revisited: Empirical and applied evidence. Big
Theories Revisited, 4, 115�138. Google Scholar
Schwarzer, Ralf, B��ler, Judith, Kwiatek,
Patricia, Schr�der, Kerstin, & Zhang, Jian Xin. (1997). The assessment of
optimistic self‐beliefs: comparison of the German, Spanish, and Chinese
versions of the general self‐efficacy scale. Applied Psychology, 46(1),
69�88. Google Scholar
Stegers‐Jager, Karen M.,
Cohen‐Schotanus, Janke, & Themmen, Axel P. N. (2012). Motivation,
learning strategies, participation and medical school performance. Medical
Education, 46(7), 678�688. Google Scholar
Taipjutorus, Widchaporn, Hansen, Sally,
& Brown, Mark. (2012). Investigating a relationship between learner control
and self-efficacy in an online learning environment. Journal of Open,
Flexible and Distance Learning, 16(1), 56�69. Google Scholar
Wirajaya, Muhammad Mersandy. (2020).
Investigating the academic procrastination of EFL students. Jurnal
Pendidikan Bahasa Inggris Indonesia, 8(2), 67�77. Google Scholar
Wulantina, Endah, Ikashaum, Fertilia,
Mustika, Juitaning, Merliza, Pika, Loviana, Selvi, Rahmawati, Nur Indah, &
Andianto, Andianto. (2020). Self-efficacy of mathematics students‟ on
e-learning during covid 19 pandemic. PROCEEDING UMSURABAYA. Google Scholar
Xu, Di, & Jaggars, Shanna. (2013). Adaptability
to online learning: Differences across types of students and academic subject
areas. Google Scholar
Zhang, Jianwei, Li, Fei, Duan, Chongjiang,
& Wu, Gengsheng. (2001). Research on self-efficacy of distance learning and
its influence to learners� attainments. Proceedings of the International
Conference on Computers in Education (ICCE)/SchoolNet, 1510�1517. Google Scholar
Copyright holder: Dhea Asih Wulandari, Yoanita Widjaja (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |