Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, Special Issue No. 2, Februari 2022

 

GAMBARAN SELF-EFFICACY MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN TAHAP AKADEMIK PADA METODE PEMBELAJARAN JARAK JAUH

 

Dhea Asih Wulandari, Yoanita Widjaja

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta, Indonesia
Medical Education Unit Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara Jakarta, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Self-efficacy adalah keyakinan individu untuk menilai kemampuan diri dalam mengerjakan suatu hal demi mencapai hasil yang diinginkan. Self-efficacy yang dimiliki seorang mahasiswa berdampak pada proses pembelajaran dan performa akademiknya. Self-efficacy dapat dipengaruhi oleh metode pembelajaran, seperti metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang relatif baru diterapkan oleh mayoritas fakultas kedokteran, khususnya pada tahap akademik, di Indonesia. Self-efficacy pada PJJ disebut online learning self-efficacy (OLSE). Pada PJJ, tingkat OLSE dapat berbeda. Oleh karena itu perlu diketahui gambaran self-efficacy mahasiswa fakultas kedokteran tahap akademik pada metode pembelajaran jarak jau. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan desain potong lintang. Responden 130 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara dari lima Angkatan, dipilih menggunakan cluster random sampling. Data diperoleh menggunakan kuesioner Online Learning Self-Efficacy Scale (OLSES) yang menilai tiga aspek yaitu aspek pembelajaran, manajemen waktu dan pengunaan teknologi. Peneliti menerjemahkan kuesioner dalam Bahasa Indonesia dengan nilai Cronbach�s Alpha 0.910 dan 20 pernyataan valid dengan r hitung > r tabel (0,361). Hasil penelitian menunjukkan rerata OLSE responden sebesar 94,78(12,40). Rerata OLSE pada aspek pembelajaran sebesar 43,21(5,71), median OLSE pada aspek manajemen waktu yaitu 24(13;30) dan median OLSE pada aspek penggunaan teknologi yaitu 27,79(13;30). Beberapa faktor diidentifikasi berpotensi memengaruhi OLSE seperti performa akademik, persuasi verbal, jenis kelamin dan usia. Dari ketiga aspek, OLSE pada aspek pembelajaran menunjukkan nilai tertinggi dan OLSE pada aspek manajemen waktu yang terendah. Hal ini menunjukkan mahasiswa merasa dirinya mampu mencapai performa akademik yang baik dalam PJJ, namun kurang mampu mengatur waktu.

 

Kata kunci: self efficacy; online learning self efficacy; pembelajaran jarak jauh; tahap akademik; mahasiswa kedokteran

 

Abstract

Self-efficacy is an individual's belief in assessing one's ability to do something to achieve the desired outcome. Self-efficacy owned by a student has an impact on the learning process and academic performance. Self-efficacy can be influenced by learning methods, such as the relatively new distance learning method (PJJ) applied by the majority of medical faculties, particularly at the academic stage, in Indonesia. Self-efficacy in PJJ is called online learning self-efficacy (OLSE). In PJJ,olselevelscanbedifferent.Therefore,itisnecessarytoknowthe self-efficacy picture of medical faculty students at the academic stage on distance learning methods. This research is a descriptive study with a latitude cut design. Respondents of 130 students of the Faculty of Medicine of Tarumanagara University from five forces, were selected using a random sampling cluster.The data was obtained using the Online Learning Self-Efficacy Scale (OLSES) questionnaire which assesses three aspects, namely aspects of learning, time management and the use of technology. Researchers translated the questionnaire in Indonesian with Cronbach's Alpha value of 0.910 and 20 valid statements with a calculated r > r table (0.361). The results showed an average OLSE of respondents of 94.78 (12.40). The average OLSE in the learning aspect is 43.21(5.71), the median OLSE in the time management aspect is 24(13;30) and the median OLSE in the technology use aspect is 27.79(13;30). Several factors were identified as potentially influencing OLSE such as academic performance, verbal persuasion, gender and age. Of the three aspects, OLSE in the learning aspect shows the highest value and OLSE in the lowest aspect of time management. This shows that students feel they are able to achieve good academic performance in PJJ, but are less able to manage time.

 

Keywords: self-efficacy; online learning self-efficacy; distance learning; academic stage; medical students

 

Pendahuluan

Self-efficacy adalah hasil dari sebuah proses kognitif berupa keyakinan atau keputusan individu yang dapat menilai kemampuan diri sendiri dalam mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan (Bandura, 1997). Self-efficacy dalam bidang pendidikan atau disebut academic self-efficacy dapat diartikan sebagai keyakinan yang dimiliki individu terhadap kemampuannya untuk mengambil tindakan yang diperlukan dalam mengatasi hambatan akademik (Bahn, 2001). Self-efficacy dalam konteks metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah tekad individu atas kemampuan dan keyakinan diri sendiri untuk belajar dan berhasil dalam lingkungan pembelajaran jarak jauh (Taipjutorus, Hansen, & Brown, 2012).

Self-efficacy merupakan salah satu aspek yang akan memengaruhi perolehan performa akademik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Stegers-Jager didapatkan bahwa partisipasi mahasiswa kedokteran dan tingkat self- efficacy yang tinggi dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap kinerja mahasiswa kedokteran (Stegers‐Jager, Cohen‐Schotanus, & Themmen, 2012). Sejalan dengan penelitian Stegers, hasil penelitian yang dilakukan oleh Hwang juga menunjukkan bahwa self-efficacy memiliki hubungan timbal balik dengan prestasi akademik, mahasiswa yang mempunyai pengalaman kinerja akademik memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi sehingga dapat memengaruhi prestasi akademiknya (Hwang, Choi, Lee, Culver, & Hutchison, 2016). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana bahwa mayoritas mahasiswa yang memiliki tingkat self-efficacy tinggi dapat menghadapi keadaan dan situasi yang dihadapi dengan baik, tekun dalam mengerjakan tugas, memiliki tekad besar dalam memotivasi diri untuk menyelesaikan tugas yang sulit, percaya pada kemampuan diri sendiri dan memandang kesulitan sebagai tantangan (Narotama & Rustika, 2019).

Self-efficacy merupakan salah satu faktor yang berkontribusi dalam performa akademik mahasiswa. Namun, penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang bervariasi mengenai tingkat self-efficacy pada mahasiswa. Tingkat self-efficacy pada penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK Untar) menunjukkan bahwa 83,9% mahasiswa memiliki tingkat� self-efficacy yang sedang (Edwin, 2019), sedangkan penelitian pada mahasiswa preklinik Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran di Universitas Udayana mayoritas memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi (Narotama & Rustika, 2019).

Tingkat self-efficacy mahasiswa dapat berbeda dengan diterapkannya metode pembelajaran yang berbeda, seperti pada metode pembelajaran jarak jauh. Beberapa kendala dalam PJJ akan memengaruhi tingkat self-efficacy mahasiswa seperti mahasiswa sulit memahami materi dan masalah pada jaringan internet. Pada penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Jurusan Pendidikan (Tadris) Matematika oleh Endah Wulantina di IAIN Metro Lampung pada metode PJJ, lebih dari 50% mahasiswa memiliki tingkat self-efficacy yang sedang hingga sangat tinggi (Wulantina et al., 2020).

Self efficacy merupakan salah satu aspek penting yang bisa berdampak pada proses pembelajaran mahasiswa dan performa akademiknya. Namun diketahui bahwa self-efficacy dapat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan, seperti metode pembelajaran jarak jauh. Metode pembelajaran jarak jauh mulai diterapkan secara luas sejak semester genap 2019/2020 di fakultas kedokteran di Indonesia, termasuk di FK Untar. Sepanjang pengetahuan peneliti, belum ditemukan penelitian yang menunjukkan tingkat self-efficacy pada PJJ pada mahasiswa kedokteran di Indonesia terutama di FK Untar. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran self-efficacy mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara tahap akademik pada metode pembelajaran jarak jauh.

 

Metode Penelitian

�������� Penelitian ini merupakan sebuah studi deskriptif dengan desain cross sectional. Responden penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara tahap akademik yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Jumlah sampel 130 orang.

�������� � Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner The Online Learning Self-Efficacy Scale (OLSES) yang dikembangkan oleh W. A. Zimmerman dan J. M. Kulikowich. The Online Learning Self-Efficacy Scale (OLSES) digunakan untuk mengetahui self efficacy yang dimiliki mahasiswa pada metode pembelajaran jarak jauh. Kuesioner diterjemahkan oleh peneliti dan divalidasi dalam Bahasa Indonesia dengan nilai Cronbach�s Alpha 0.910. Setelah dilakukan validasi, 20 pernyataan valid dan dapat digunakan. Data kemudian dianalisis menggunakan program software analisis statistik.

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Hasil

1.   Karakteristik Responden

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020. Responden penelitian ini sebanyak 130 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara tahap akademik yang sedang mengikuti blok Biomedik II, blok Sistem Imunologi dan Infeksi, blok Sistem Endokrin dan Metabolisme, serta blok Etika, Hukum Kedokteran, dan Kedokteran Forensik.

 

Tabel 1

Karakteristik Responden

Karakteristik

Jumlah

Median

 

N=130 (%)

(min;max)

Usia

 

20 (17;23)

17 tahun

1� �(0,8%)

18 tahun

18 (13,8%)

19 tahun

28 (21,5%)

20 tahun

40 (30,8%)

21 tahun

29 (22,3%)

22 tahun

13 (10,0%)

23 tahun

1� �(0,8%)

Jenis Kelamin

Laki-Laki

36 (27,7%)

Perempuan

94 (72,3%)

 

 

Rentang usia responden adalah 17 sampai 23 tahun dengan kelompok usia terbanyak yaitu 20 tahun, sebanyak 40 responden (30,8%). Median usia responden yaitu 20 tahun. Sebagian besar responden pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 94 orang (72,3%).

2.   Gambaran Rerata Skor Online Learning Self Efficacy

 

Tabel 2

Rerata Skor Online Learning Self Efficacy pada responden

Variabel

Mean (SD)

Self Efficacy

94,78 (12,40)

 

Nilai rerata online learning self efficacy responden yaitu 94,78 (12,40).

 

Tabel 3

Rerata Skor Online Learning Self Efficacy Setiap Angkatan

Angkatan

 

Online Learning

Self Efficacy

Jumlah

Mean

N=130 (%)

(SD)

2016

2�� (1,5%)

97,50 (2,12)

2017

35 (26,9%)

93,66 (11,84)

2018

37 (28,5%)

93,03 (13,43)

2019

31 (23,8%)

96,84 (13,88)

2020

25 (19,2%)

96,16 (10,09)

 

Responden merupakan angkatan 2016-2020 dengan kelompok angkatan terbanyak yaitu tahun 2018, sebanyak 37 responden (28,5%), sedangkan kelompok angkatan 2016 paling sedikit, yaitu sebanyak 2 orang (1,5%). Rerata online learning self efficacy paling tinggi pada angkatan 2016 yaitu sebesar 97,50 dan rerata online learning self efficacy paling rendah pada angkatan 2018 yaitu sebesar 93,03.

3.   Gambaran Online Learning Self Efficacy Dalam Aspek Pembelajaran, Aspek Manajemen Waktu dan Aspek Penggunaan Teknologi.

 

Tabel 4

Online Learning Self Efficacy Dalam Aspek Pembelajaran, Aspek Manajemen Waktu dan Aspek

Penggunaan Teknologi

Online Learning Self Efficacy

Mean (SD)

Median (min;max)

Aspek Pembelajaran

43,21 (5,71)

43,00 (30;54)

Aspek Manajemen Waktu

23,78 (3,85)

 

Aspek Penggunaan

 

 

Teknologi

28,00 (3,92)

28,00 (19;36)

 

Rerata skor online learning self efficacy paling tinggi yaitu pada aspek pembelajaran sebesar �43,21 (5,71). Sedangkan rerata online learning self efficacy paling rendah yaitu pada aspek manajemen waktu sebesar 23,78 (3,85). Median online�� learning self efficacy paling tinggi yaitu pada aspek pembelajaran sebesar �� 43,00 (30;54) dan median online learning self efficacy paling rendah yaitu pada aspek manajemen waktu sebesar 24,00 (13;30).

Tabel 5

Rerata Online Learning Self Efficacy Dalam Aspek Pembelajaran

 

Mean

SD

 

Aspek Pembelajaran

43,21

5,71

 

Angkatan

 

2016

44,00

2,82

 

2017

42,94

5,02

 

2018

42,54

6,23

 

2019

44,00

6,37

 

2020

43,52

5,33

 

Rerata skor online learning self efficacy pada aspek pembelajaran yaitu 43,21 (5,71). Berdasarkan angkatan, rerata paling tinggi pada angkatan 2016 dan 2019. Rerata angkatan 2016 yaitu sebesar 44,00 (2,82) dan angkatan 2019 yaitu sebesar 44,00 (6,37). Sedangkan rerata online learning self efficacy pada aspek pembelajaran paling rendah yaitu pada angkatan 2018 sebesar 42,54 (6,23).

 

Tabel 6

Median Skor Online Learning Self Efficacy Dalam Aspek Manajemen Waktu

 

Median

(min;max)

Aspek Manajemen Waktu

24,00

13;30

Angkatan

2016

26,00

25;27

2017

24,00

14;30

2018

22,00

13;30

2019

24,00

13;30

2020

25,00

19;30

 

Median skor online learning self efficacy pada aspek manajemen waktu yaitu 24 (13;30).� Median skor online learning self efficacy pada aspek manajemen waktu paling tinggi pada angkatan 2016 sebesar 26,00 (25;27) dan median skor online learning self efficacy paling rendah pada angkatan 2018 yaitu sebesar 22,00 (13;30).

 

Tabel 7

Median Skor Online Learning Self Efficacy Dalam Aspek Penggunaan Teknologi

 

Median

(min;max)

Aspek Penggunaan Teknologi

27,79

13;30

Angkatan

2016

27,50

26;29

2017

27,00

20;36

2018

26,00

19;36

2019

29,00

20;36

2020

29,00

20;34

 

Median skor online learning self efficacy pada aspek penggunaan teknologi yaitu 27,79 (13;30). Median skor online learning self efficacy pada aspek penggunaan teknologi paling tinggi pada angkatan 2019 sebesar 29,00 (20;36) dan angkatan 2020 sebesar 29,00 (20;34). Median skor online learning self efficacy paling rendah pada angkatan 2018 yaitu sebesar 26,00 (19,36).

4.   Faktor-Faktor yang Dapat Memengaruhi Online Learning Self Efficacy

1)   Performa Akademik

 

Tabel 8

Performa Akademik Responden

Kategori Performa Akademik

Jumlah

%

 

 

Baik

85

65,4

Kurang

45

34,6

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 85 orang (65,4%) memiliki kategori performa akademik yang baik. Kategori performa akademik dikatakan baik apabila lulus komponen teori dalam tiga dari tiga blok dalam satu semester terakhir yang menggunakan metode pembelajaran jarak jauh.

 

Tabel 9

Rerata Online Learning Self Efficacy Berdasarkan Performa Akademik

Performa Akademik

Online Learning Self Efficacy

Mean (SD)

Baik

93,61 (11,95)

Kurang

96,98 (13,07)

 

Rerata online learning self efficacy pada responden dengan performa akademik kurang baik sedikit lebih tinggi (96,98 (13,07)) dibandingkan responden dengan performa akademik baik(93,61 (11,95)).

 

Tabel 10

Rerata Online Learning Self Efficacy pada Tiap Aspek Online Learning Self Efficacy Berdasarkan Performa Akademik

Performa Akademik

Pembelajaran

Manajemen Waktu

Penggunaan Teknologi

 

Mean (SD)

Baik

42,66 (5,49)

23,39 (3,79)

27,56 (3,97)

Kurang

44,24 (6,02)

24,51 (3,91)

28,22 (3,84)

 

Rerata online learning self efficacy pada aspek pembelajaran dengan performa akademik kurang baik sedikit lebih tinggi (44,24 (6,02)) dibandingkan dengan kategori performa akademik baik (42,66 (5,49)). Pada aspek manajemen waktu dengan performa akademik kurang baik sedikit lebih tinggi (24,51 (3,91)) dibandingkan dengan kategori performa akademik baik (23,39 (3,79)). Pada aspek penggunaan teknologi dengan performa akademik kurang baik sedikit lebih tinggi (28,22 (3,84)) dibandingkan dengan performa akademik baik (27,56 (3,97)).

2)   Persuasi Verbal

 

Tabel 11

Persuasi Verbal Responden

Kategori Persuasi Verbal

Jumlah

%

 

 

 

Kurang

121

93,1

Cukup

9

6,9

 

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden yaitu sebanyak 121 orang (93,1 %) memiliki kategori persuasi verbal yang kurang. Kategori persuasi verbal dikatakan kurang jika bertemu Pembimbing Akademik 1-3 kali pertemuan dalam satu semester terakhir.

 

Tabel 12

Rerata Online Leaning Self Efficacy Berdasarkan Persuasi Verbal

Persuasi Verbal

Online Learning Self Efficacy

Mean (SD)

Cukup

94,77 (12,28)

Kurang

94,89 (14,80)

 

Rerata online learning self efficacy pada responden dengan persuasi verbal kurang sedikit lebih tinggi (94,89 (14,80)) dibandingkan responden dengan persuasi verbal cukup (94,77 (12,28)).

 

Tabel 13

Rerata Online Learning Self Efficacy pada Tiap Aspek Online Learning Self Efficacy Berdasarkan Persuasi Verbal

Persuasi Verbal

�Pembelajaran

Manajemen Waktu

Penggunaan Teknologi

 

Mean (SD)

Kurang

43,28 (5,60)

23,74 (3,93)

27,74 (3,85)

Cukup

42,22 (7,37)

24,22 (2,72)

28,44 (5,05)

 

3)   Gambaran Online Learning Self Efficacy Berdasarkan Usia

 

Tabel 14

Rerata Online Learning Self Efficacy Berdasarkan Usia

Karakteristik

Online Learning Self Efficacy

 

Mean

SD

Usia

17 tahun

91,00

0

18 tahun

97,50

9,94

19 tahun

97,82

10,76

20 tahun

92,95

14,21

21 tahun

92,97

12,71

22 tahun

93,38

12,26

23 tahun

108,00

0

 

Rerata online learning self efficacy paling tinggi tampak pada usia 23 tahun sebesar 108,00 (0) dan rerata self efficacy paling rendah pada usia 17 tahun yaitu sebesar 91,00 (0).

 

Tabel 15

Online Learning Self Efficacy dalam Aspek Pembelajaran, Aspek Manajemen Waktu, dan Aspek Penggunaan Teknologi Berdasarkan Usia

 

Online Learning Self Efficacy

 

Mean (SD)

Median (min;max)

Aspek Pembelajaran

Usia

17 tahun

40 ,00 (0)

18 tahun

44,25 (5,06)

19 tahun

44,25 (5,32)

20 tahun

42,50 (6,54)

21 tahun

42,97 (6,26)

22 tahun

42,00 (5,97)

23 tahun

49,00 (0)

Aspek Manajemen Waktu

Usia

17 tahun

23 (23;23)

18 tahun

25,50 (19;30)

19 tahun

24 (18;30)

20 tahun

22 (13;30)

21 tahun

23 (24;30)

22 tahun

25 (19;30)

23 tahun

28 (28;28)

Aspek Penggunaan Teknologi

Usia

17 tahun

28 (28;28)

18 tahun

29 (22;34)

19 tahun

28,50 (20;36)

20 tahun

27 (20;36)

21 tahun

27 (19;36)

22 tahun

27 (20;36)

23 tahun

 

31 (31;31)

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata Online Learning self efficacy pada aspek pembelajaran paling tinggi pada usia 23 tahun sebesar 49,00 (0) dan rerata self efficacy paling rendah pada usia 17 tahun yaitu sebesar 40,00 (0). Median self efficacy pada aspek manajemen waktu paling tinggi pada usia 23 tahun sebesar 28 (28;28) dan median self efficacy paling rendah pada usia 20 tahun yaitu sebesar 22 (13;30). Median self efficacy pada aspek penggunaan teknologi paling tinggi pada usia 23 tahun sebesar 31 (31;31). Median self efficacy paling rendah pada usia 20 yaitu sebesar 27 (20;36), usia 21 tahun sebesar 27 (19;36), dan usia 22 tahun sebesar 27 (20;36).

4)   Gambaran Online Learning Self Efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin

 

Tabel 16

Rerata Online Learning Self Efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik

Online Learning Self Efficacy

 

Mean

SD

Jenis Kelamin

Laki-Laki

92,39

11,50

Perempuan

95,69

12,67

 

Hasil penelitian menunjukan rerata online learning self efficacy responden perempuan yaitu 95,69 (12,67) dan rerata online learning self efficacy responden laki-laki yaitu 92,39 (11,50).

 

Tabel 17

Rerata Online Learning Self Efficacy pada Tiap Aspek Online Learning Self Efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

�Pembelajaran

Manajemen Waktu

Penggunaan Teknologi

 

Mean (SD)

Laki-Laki

42,19 (5,59)

23,17 (3,82)

27,03 (3,41)

Perempuan

43,60 (5,74)

24,01 (3,86)

29,09 (4,08)

 

Rerata online learning self efficacy pada responden dengan jenis kelamin perempuan pada aspek pembelajaran (43,60 (5,74)) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki (42,19 (5,59)). Pada aspek manajemen waktu responden dengan jenis kelamin perempuan (24,01 (3,86)) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki (23,17 (3,82)). Pada aspek penggunaan teknologi pada responden dengan jenis kelamin perempuan (29,09 (4,08)) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki (27,03(3,41)).

 

B.  Pembahasan

1.   Temuan Penelitian

a)   Online Learning Self Efficacy Mahasiswa FK Untar

Academic self efficacy adalah keyakinan mahasiswa terhadap kemampuan yang dimiliki dalam mengerjakan tugas-tugas akademik, memanajemen waktu belajar, dan mencapai hasil belajar yang baik (Aktas & Can, 2019). Menurut Bandura, Academic self-efficacy adalah keyakinan dalam mengorganisasikan pekerjaan yang dimiliki secara efisien untuk meningkatkan pencapaian akademik (Bandura, 1995). Berdasarkan pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa academic self efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk memenuhi tuntutan akademik dan meraih prestasi akademik. Sedangkan online learning self efficacy (OLSE) adalah adalah tekad mahasiswa atas kemampuan dan keyakinan diri sendiri untuk belajar dan berhasil dalam lingkungan pembelajaran jarak jauh (Taipjutorus et al., 2012).

Penelitian ini melibatkan 130 orang responden dari lima angkatan, yaitu angkatan 2016, 2017, 2018, 2019, dan 2020. Berdasarkan Hasil penelitian didapatkan rerata OLSE pada responden yaitu sebesar 94,78 (12,40). �Rerata OLSE paling tinggi pada angkatan 2016 yaitu sebesar 97,50 (2,12) dan rerata OLSE rendah pada angkatan 2018 yaitu sebesar 93,03 (13,88). Hal ini selaras dengan penelitian Moore yang menunjukkan bahwa mahasiswa berusia lebih tua lebih mampu untuk bertahan dan berhasil dalam menjalani PJJ dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki umur lebih muda (Moore, Bartkovich, Fetzner, & Ison, 2002). Lamanya waktu pendidikan dan umur yang lebih tua pada mahasiswa, menyebabkan mahasiswa dapat menjalani PJJ dengan baik dan dapat mencari jalan keluar dari setiap permasalahan yang timbul dalam pembelajaran jarak jauh (Moore et al., 2002).

Hasil penelitian ini menunjukan adanya perbedaan rerata OLSE pada berbagai usia responden. Rerata OLSE paling tinggi tampak pada usia 23 tahun sebesar 108,00 (0) dan rerata OLSE paling rendah pada usia 17 tahun yaitu sebesar 91,00 (0). Online learning self efficacy pada mahasiswa lebih tua yang lebih tinggi dapat disebabkan karena mereka memiliki tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi (Nasrul, 2020) dan bisa mengatur waktunya dengan baik, termasuk waktu yang digunakan untuk mengirimkan tugas dan waktu yang digunakan untuk mengakses internet dalam pembelajaran jarak jauh (Nasrul, 2020).

Hasil penelitian ini menunjukkan rerata OLSE yang berbeda antara responden laki-laki dan perempuan. Responden perempuan memiliki rerata lebih tinggi (95,69 (12,67)) daripada responden laki-laki (92,39 (11,50)). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Caprara et al yang menunjukkan bahwa self-efficacy yang dimiliki mahasiswa perempuan lebih baik dibandingkan dengan self-efficacy yang dimiliki mahasiswa laki-laki. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Price dikatakan bahwa dalam PJJ mahasiswa perempuan memiliki self efficacy yang lebih tinggi dalam menjalani kuliahnya untuk mencapai performa akademik yang baik mengungguli mahasiswa laki-laki. Mahasiswa perempuan juga bisa menyesuaikan diri dengan baik dalam mengikuti bimbingan akademik dan dapat berinteraksi lebih baik dibandingkan mahasiswa laki-laki (Xu & Jaggars, 2013). Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Young & McSporran tampak bahwa dalam metode PJJ, mahasiswa perempuan dengan umur yang lebih tua cenderung lebih termotivasi dan lebih baik dalam berkomunikasi di dalam lingkungan PJJ dan bisa mengatur jadwal belajarnya secara efisien (Rayuwati, 2020). Online learning self efficacy yang tinggi pada mahasiswa perempuan disebabkan karena mereka lebih gigih dan lebih bertanggung jawab (Richardson & Woodley, 2003), selain itu mereka juga lebih rajin dalam mengerjakan tugas kuliah dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dalam PJJ sehingga dapat meningkatkan pencapaian performa akademik (Naturil-Alfonso, Pe�aranda, Vicente, & Marco-Jim�nez, 2018), (Ifdil, Apriani, Yendi, & Rangka, 2016).

Penelitian yang dilakukan Tsai & Tsai juga menunjukkan bahwa perempuan memiliki komunikasi yang lebih baik dalam lingkungan pembelajaran jarak jauh dan memiliki kemampuan berinteraksi yang baik dengan orang lain (Maddox, 2015). Dalam hal ini komunikasi dan kemampuan berinteraksi yang baik merupakan bentuk persuasi verbal yang bisa memengaruhi kepercayaan diri pada perempuan dalam pembelajaran jarak jauh. Hal ini kemudian dapat meningkatkan OLSE pada perempuan.

2.   Online Learning Self Efficacy Dalam Aspek Pembelajaran

Online learning self-efficacy dalam aspek pembelajaran merupakan persepsi seseorang terhadap kemampuan diri untuk mencapai performa akademik yang baik dalam metode pembelajaran jarak jauh. Beberapa contoh OLSE dalam aspek pembelajaran seperti dapat berkomunikasi dengan baik dengan mahasiswa lain atau dosen, dapat mengatasi kesulitan yang terjadi selama PJJ dan cepat beradaptasi di lingkungan PJJ ketika pembelajaran tidak berada di ruangan yang sama dengan dosen (Dr, 2008). Jika mahasiswa memiliki OLSE dalam aspek pembelajaran yang tinggi pada metode PJJ, maka mahasiswa tersebut memiliki kemampuan yang baik untuk menjalani proses pembelajaran jarak jauh. Mahasiswa tersebut cenderung mendapatkan performa akademik yang baik, dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki OLSE dalam aspek pembelajaran yang rendah (Dr, 2008).

Pada penelitian ini, dari ketiga aspek dalam OLSE, aspek pembelajaran merupakan aspek yang memiliki rerata dan median tertinggi dibandingkan dengan aspek manajemen waktu dan aspek penggunaan teknologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata OLSE pada aspek pembelajaran paling tinggi pada angkatan 2016 sebesar 44,00 (2,82) dan angkatan 2019 yaitu sebesar 44,00 (6,37). Rerata OLSE paling rendah pada angkatan 2018 yaitu sebesar 42,54 (6,23). Rerata OLSE pada responden dengan jenis kelamin perempuan pada aspek pembelajaran (43,60 (5,74)) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki (42,19 (5,59)). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata OLSE pada aspek pembelajaran paling tinggi pada usia 23 tahun sebesar 49,00 (0) dan rerata OLSE paling rendah pada usia 17 tahun yaitu sebesar 40,00 (0).

Menurut Saad� & Kira beberapa mahasiswa berusaha untuk beradaptasi dalam lingkungan PJJ, namun mereka sering meragukan kemampuan belajarnya, termasuk mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa yang memiliki umur lebih tua. Mereka tidak terbiasa dengan teknologi yang digunakan dalam metode pembelajaran jarak jauh (Saad� & Kira, 2009). Penelitian yang dilakukan Zhang et al didapatkan hasil bahwa mahasiswa tahun pertama memiliki OLSE yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa tahun kedua dan ketiga. Perbedaan ini mungkin terjadi karena kegiatan perkuliahan pada mahasiswa tahun kedua dan ketiga lebih sulit atau kompleks sehingga membutuhkan kemampuan akademik yang lebih tinggi dan kemampuan berpikir secara kritis yang baik (Zhang, Li, Duan, & Wu, 2001). Hasil penelitian yang dilakukan oleh McSporran & Young menunjukkan bahwa mahasiswa perempuan lebih baik dalam berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya dan memanajemen waktu dengan efisien dalam PJJ dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki (Zhang et al., 2001). Dalam hal ini komunikasi yang dilakukan mahasiswa dengan teman bisa meningkatkan kepercayaan dirinya untuk belajar dalam pembelajaran jarak jauh. Hal ini mungkin dapat meningkatkan OLSE dalam aspek pembelajaran pada perempuan.

3.   Online Learning Self Efficacy Dalam Aspek Manajemen Waktu

Online learning self efficacy dalam aspek manajemen waktu merupakan kepercayaan diri yang dimiliki seseorang dalam mengatur waktunya pada metode pembelajaran jarak jauh. Manajemen waktu membutuhkan kedisiplinan diri mahasiswa untuk mengalokasikan waktunya dalam PJJ seperti dapat mengatur jadwal pembelajaran untuk tujuan jangka pendek maupun jangka panjang (Michinov, Brunot, Le Bohec, Juhel, & Delaval, 2011). Online learning self efficacy pada aspek manajemen waktu yang tinggi menunjukkan keyakinan diri yang dimiliki mahasiswa untuk mengendalikan waktunya dengan cara memanfaatkan waktu dengan baik seperti mengerjakan dan mengumpulkan tugas dengan tepat waktu secara daring (Sandra, 2013).

Pada penelitian ini, dari ketiga aspek dalam OLSE, aspek manajemen waktu merupakan aspek yang memiliki rerata dan median terendah dibandingkan dengan aspek pembelajaran dan aspek penggunaan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa dari ketiga aspek yang dinilai, mahasiswa memiliki kepercayaan diri yang sangat kurang dalam hal manajemen waktu saat pembelajaran jarak jauh.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa median OLSE pada aspek manajemen waktu paling tinggi pada angkatan 2016 sebesar 26,00 (25;27) dan median OLSE paling rendah pada angkatan 2018 yaitu sebesar 22,00 (13,30). Median OLSE pada aspek manajemen waktu paling tinggi pada usia 23 tahun sebesar 28 (28;28) dan median OLSE paling rendah pada usia 20 tahun yaitu sebesar 22 (13;30), serta pada aspek manajemen waktu responden dengan jenis kelamin perempuan (24,01 (3,86)) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki (23,17 (3,82).

Rendahnya OLSE dalam aspek manajemen waktu pada mahasiswa bisa disebabkan karena mahasiswa cenderung suka menunda waktu yang menunjukkan bahwa mereka kurang bisa mengontrol diri dalam pembelajaran jarak jauh. Alasan mereka menunda waktu dapat disebabkan karena kurangnya motivasi serta adanya keraguan dalam mengerjakan tugas yang mengakibatkan mereka tidak dapat menyelesaikan dan mengumpulkan tugas tepat waktu (Wirajaya, 2020). Mereka tidak mengalokasikan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas sehingga memungkinkan tugas tidak terselesaikan dengan baik (Ferdus, Kabir, & Akter, 2015) dan cenderung mengumpulkan tugas dekat dengan tenggat waktu yang ditentukan, bahkan terlambat (Ferdus et al., 2015).

Perkuliahan dan diskusi Problem Based Learning (PBL) �dilakukan lewat aplikasi tatap muka daring, sehingga mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar komputer untuk mengerjakan tugas serta mengikuti kegiatan perkuliahan dalam pembelajaran jarak jauh (Al-Kumaim et al., 2021). Keadaan tersebut serupa dengan tempat penelitian ini, ditambah selama PJJ jadwal kuliah padat dan dapat berubah sewaktu-waktu. Hal-hal tersebut dapat menjadi faktor yang memungkinkan kurangnya kepercayaan diri mahasiswa untuk mengatur waktunya.

4.   Online Learning Self Efficacy Dalam Aspek Penggunaan Teknologi

Online learning self efficacy pada aspek penggunaan teknologi merupakan salah satu aspek penting dalam metode pembelajaran jarak jauh. Dalam pelaksanaan PJJ diperlukan adanya keterampilan penunjang seperti penggunaan laptop, tablet, maupun smartphone untuk mengerjakan tugas dan menjalani proses perkuliahan melalui aplikasi yang diakses menggunakan internet (Handarini & Wulandari, 2020). Online learning self efficacy pada aspek penggunaan teknologi yang tinggi menunjukkan keyakinan diri yang dimiliki oleh mahasiswa untuk� memanfaatkan teknologi yang mendukung kelancaran pembelajaran daring (Pan, 2020).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa median OLSE pada aspek penggunaan teknologi paling tinggi pada angkatan 2019 sebesar 29,00 (20;36) dan angkatan 2020 sebesar 29,00 (20;34). Median OLSE paling rendah pada angkatan 2018 yaitu sebesar 26,00 (19;36). Online learning self efficacy dalam aspek penggunaan teknologi pada responden dengan jenis kelamin perempuan (29,09 (4,08) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki (27,03(3,41). Selain itu median OLSE pada aspek penggunaan teknologi paling tinggi pada usia 23 tahun sebesar 31 (31;31). Median OLSE paling rendah pada usia 20, 21, dan 22 tahun yaitu sebesar 27 (20;36).

Dalam penelitian yang dilakukan Bulter didapatkan bahwa mahasiswa perempuan memiliki keterampilan yang lebih tinggi dalam penggunaan teknologi daripada mahasiswa laki-laki dalam mengaplikasikan keterampilan dasar komputer, program database, dan pembuatan situs web (Butler, Ryan, & Chao, 2005). dengan penelitian Sanders dan Morrison-Shetlar didapatkan bahwa mahasiswa perempuan memiliki sikap yang lebih baik dalam metode PJJ yang menggunakan aplikasi berbasis web dengan bantuan browser dan server untuk menjalakannya, dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki (Sanders & Morrison-Shetlar, 2001). Kepercayaan diri yang tinggi dalam hal penggunaan teknologi dapat disebabkan karena seseorang sudah terbiasa dengan teknologi dan menggunakan teknologi tersebut dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi secara digital sehingga ia lebih nyaman menjalani kuliah dengan metode pembelajaran jarak jauh (Lee & Mendlinger, 2011), (Kamarianos, Adamopoulou, Lambropoulos, & Stamelos, 2020). Mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 kemungkinan mayoritas memiliki karakteristik tersebut, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri pada mahasiswa. Kemajuan teknologi dan kemudahan akses internet saat ini, khususnya di kota besar juga dapat menjadi salah satu faktor yang meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa dalam hal penggunaan teknologi.

Sementara, mahasiswa angkatan 2018 selama ini menggunakan metode pembelajaran tatap muka. Mereka sudah terbiasa melakukan diskusi PBL, praktikum, dan latihan keterampilan klinik dasar (KKD) secara langsung bertatap muka dengan teman-temannya dan dosen. Peralihan metode pembelajaran tatap muka ke metode pembelajaran jarak jauh membutuhkan masa adaptasi, termasuk adaptasi dalam penggunaan teknologi (Xu & Jaggars, 2013) dan aplikasi online (Maddox, 2015), sehingga menyebabkan mahasiswa yang sudah lama menggunakan metode tatap muka langsung, mungkin membutuhkan lebih banyak waktu untuk beradaptasi. Rendahnya OLSE pada mahasiswa juga bisa disebabkan karena perubahan yang terjadi secara mendadak dari metode pembelajaran tatap muka ke metode PJJ sehingga tidak dapat diantisipasi dengan baik oleh mahasiswa, terutama mahasiswa yang berada di daerah terpencil dengan keterbatasan internet (Rayuwati, 2020).� Hal tersebut dapat menjadi faktor yang memungkinkan mahasiswa angkatan 2018 memiliki kepercayaan diri yang rendah dalam aspek penggunaan teknologi.

5.   Faktor-Faktor yang Dapat Memengaruhi Online Learning Self Efficacy

Performa akademik dan persuasi verbal dapat memengaruhi online learning self efficacy. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 85 orang (65,4%) memiliki kategori performa akademik yang baik. Rerata OLSE pada responden dengan performa akademik kurang baik sedikit lebih tinggi (96,98 (13,07) dibandingkan responden dengan performa akademik baik (93,62 (11,95).

Online learning self efficacy pada mahasiswa dengan performa akademik yang baik dapat diperoleh karena mereka bisa mengontrol diri untuk belajar, disiplin dan berusaha lebih giat sehingga mereka dapat mempertahankan motivasi belajar walaupun mendapatkan tugas yang sulit untuk dikerjakan dalam pembelajaran jarak jauh (Schwarzer, B��ler, Kwiatek, Schr�der, & Zhang, 1997), (Komarraju & Nadler, 2013). Namun, beberapa mahasiswa cenderung terlalu percaya diri dan melebih-lebihkan kemampuan mereka sehingga mereka tidak melakukan upaya untuk mendapatkan performa akademik yang baik, akibatnya mereka mendapatkan performa akademik yang kurang (Artino, 2012). Bandura mengatakan bahwa mahasiswa yang memiliki self efficacy yang tinggi akan memilih tugas yang lebih sulit. Sehingga berdampak negatif pada performa akademiknya, karena performa akademik mereka mungkin tidak sesuai dengan kemampuan mereka (Bandura, 1995). Mahasiswa yang terlalu pandai cenderung lebih ambisius sehingga memilih tantangan yang lebih sulit dalam PJJ yang justru berpotensi menyebabkan kegagalan (Schunk & Pajares, 2004). Selain itu, terkadang mereka juga terlalu meremehkan tugas yang diberikan sehingga tidak mengerjakannya dengan baik (Naturil-Alfonso et al., 2018). Beberapa mahasiswa yang memiliki performa akademik yang baik dan menguasai materi perkuliahan, cenderung tidak percaya diri menunjukkan kemampuannya (Linnenbrink & Pintrich, 2003). Hal ini kemudian yang dapat mengakibatkan mahasiswa memiliki OLSE yang rendah walaupun memiliki performa akademik yang baik.

Selain performa akademik, penelitian Britner dan Pajares menunjukkan bahwa faktor lain yang dapat memengaruhi self efficacy adalah persuasi verbal yang tinggi (Ferdus et al., 2015). Pada penelitian ini, faktor persuasi verbal dinilai dengan cara menanyakan jumlah pertemuan responden dengan dosen pembimbing akademik, dengan asumsi pada saat pertemuan, dosen sebagai pihak yang berpengaruh dalam memberikan saran atau nasihat pada mahasiswa bimbingannya. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden yaitu sebanyak 121 orang (93,1 %) memiliki kategori persuasi verbal yang kurang. Rerata OLSE pada responden dengan persuasi verbal kurang (94,89 (14,80), hampir mirip dengan OLSE pada responden dengan persuasi verbal cukup (94,77 (12,28).

Persuasi verbal lebih dari sekedar komentar terhadap mahasiswa. Persuasi verbal yang tidak realistik dapat disalahartikan oleh mahasiswa yang akan menyebabkan rendahnya OLSE, walaupun mahasiswa tersebut sering bertemu dengan pembimbing akademik (Bandura, 1995). Menurut penelitian Puspita, Y., Kusumaningputri, R., & Supriono, H dikatakan bahwa persuasi verbal yang positif dapat meningkatkan self efficacy tetapi persuasi verbal yang negatif tidak selalu memberikan efek negatif atau menurnkan self efficacy mahasiswa (Puspita, Kusumaningputri, & Supriono, 2015) Menurut Artino, persuasi verbal yang terlalu optimis cenderung tidak efektif yang akan membuat mahasiswa merasa gagal dalam menjalani metode PJJ sehingga akan menurunkan self efficacy mahasiswa tersebut (Artino, 2012). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kualitas atau isi dari diskusi dalam proses persuasi verbal sangat penting untuk meningkatkan OLSE dalam pembelajaran jarak jauh.

 

 

 

Kesimpulan

Pada penelitian ini disimpulkan bahwa:

1.   Rerata self efficacy mahasiswa FK Untar tahap akademik pada metode pembelajaran jarak jauh (OLSE) sebesar 94,78 (12,40).

2.   Faktor-faktor yang berpotensi memengaruhi online learning self efficacy yaitu:

a.   Performa Akademik

�   ���Rerata online learning self efficacy pada responden dengan performa akademik kurang baik: (96,98 (13,07)).

�   ���Rerata online learning self efficacy pada responden dengan performa akademik baik: (93,62 (11,95)).

b.   Persuasi Verbal

�   ���Rerata online learning self efficacy pada responden dengan persuasi verbal kurang: (94,89 (14,80)).

�   ���Rerata online learning self efficacy pada responden dengan persuasi verbal cukup: (94,77 (12,28)).

c.   Jenis Kelamin

�   Rerata online learning self efficacy pada responden perempuan: (95,69 (12,67).

�   Rerata online learning self efficacy pada responden laki-laki: (92,39 (11,50).

d.   Usia

Rerata online learning self efficacy responden pada usia:

�   17 tahun: 91,00 (0)

�   18 tahun: 97,50 (9,94)

�   19 tahun: 97,82 (10,76)

�   20 tahun: 92,95 (14,21)

�   21 tahun: 92,97 (12,71)

�   22 tahun: 93,38 (12,26)

�   23 tahun: 108,00 (0)

3.   Rerata online learning self-efficacy mahasiswa FK Untar tahap akademik pada aspek pembelajaran sebesar 43,21 (5,71). Rerata online learning self-efficacy aspek pembelajaran pada:

�     Angkatan 2016: 44,00 (2,82)

�     Angkatan 2017: 42,94 (5,02)

�     Angkatan 2018: 42,54 (6,23)

�     Angkatan 2019: 44,00 (6,37)

�     Angkatan 2020: 43,52 (5,33)

 

4.   Median online learning self-efficacy mahasiswa FK Untar tahap akademik pada aspek manajemen waktu yaitu 24 (13;30). Median online learning self-efficacy aspek manajemen waktu pada:

�     Angkatan 2016: 26,00 (25;27)

�     Angkatan 2017: 24,00 (14;30)

�     Angkatan 2018: 22,00 (13;30)

�     Angkatan 2019: 24,00 (13;30)

�     Angkatan 2020: 25,00 (19;30)

5.   Median online learning self-efficacy mahasiswa FK Untar tahap akademik pada aspek penggunaan teknologi yaitu 27,79 (13;30). Median online learning self-efficacy aspek penggunaan teknologi pada:

�     Angkatan 2016: 27,50 (26;29)

�     Angkatan 2017: 27,00 (20;36)

�     Angkatan 2018: 26,00 (19;36)

�     Angkatan 2019: 29,00 (20;36)

�     Angkatan 2020: 29,00 (20;34)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Aktas, Bilge �am, & Can, Yafes. (2019). The Effect of" WhatsApp" Usage on the Attitudes of Students toward English Self-Efficacy and English Courses in Foreign Language Education outside the School. International Electronic Journal of Elementary Education, 11(3), 247�256. Google Scholar

 

Al-Kumaim, Nabil Hasan, Alhazmi, Abdulsalam K., Mohammed, Fathey, Gazem, Nadhmi A., Shabbir, Muhammad Salman, & Fazea, Yousef. (2021). Exploring the impact of the COVID-19 pandemic on university students� learning life: An integrated conceptual motivational model for sustainable and healthy online learning. Sustainability, 13(5), 2546. Google Scholar

 

Artino, Anthony R. (2012). Academic self-efficacy: from educational theory to instructional practice. Perspectives on Medical Education, 1(2), 76�85. Google Scholar

 

Bahn, Dolores. (2001). Social learning theory: its application in the context of nurse education. Nurse Education Today, 21(2), 110�117. Google Scholar

 

Bandura, Albert. (1995). Self-efficacy in changing societies. Cambridge university press. Google Scholar

 

Bandura, Albert. (1997). Self-efiicacy: The exercise ofcontrol. New York: Freeman. Google Scholar

 

Butler, Terry, Ryan, Peter, & Chao, Ining Tracy. (2005). Gender and technology in the liberal arts: aptitudes, attitudes, and skills acquisition. Journal of Information Technology Education: Research, 4(1), 347�362. Google Scholar

 

Dr, P. (2008). Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV. Alfabeta, Bandung. Google Scholar

 

Edwin, Edward. (2019). Hubungan self efficacy dengan pencapaian akademik mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Universitas Tarumanagara. Google Scholar

 

Ferdus, Zannatul, Kabir, Thawhidul, & Akter, Shirin. (2015). Time Management Behavior among Academic Procrastinators in Bangladesh: A Study on Undergraduate Students of Different Private Universities. Journal of Business and Technology (Dhaka), 10(2), 37�56. Google Scholar

 

Handarini, Oktafia Ika, & Wulandari, Siti Sri. (2020). Pembelajaran daring sebagai upaya study from home (SFH) selama pandemi covid 19. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP), 8(3), 496�503. Google Scholar

 

 

 

Hwang, Mae Hyang, Choi, Hee Cheol, Lee, Anna, Culver, Jennifer D., & Hutchison, Brian. (2016). The relationship between self-efficacy and academic achievement: A 5-year panel analysis. The Asia-Pacific Education Researcher, 25(1), 89�98. Google Scholar

 

Ifdil, Ifdil, Apriani, Rizka, Yendi, Frischa Meivilona, & Rangka, Itsar Bolo. (2016). Level of studentsself-efficacy based on gender. COUNS-EDU: The International Journal of Counseling and Education, 1(1), 29�33. Google Scholar

 

Kamarianos, Ioannis, Adamopoulou, Anthi, Lambropoulos, Haris, & Stamelos, Georgios. (2020). TOWARDS AN UNDERSTANDING OF UNIVERSITY STUDENTS�RESPONSE IN TIMES OF PANDEMIC CRISIS (COVID-19). European Journal of Education Studies, 7(7). Google Scholar

 

Komarraju, Meera, & Nadler, Dustin. (2013). Self-efficacy and academic achievement: Why do implicit beliefs, goals, and effort regulation matter? Learning and Individual Differences, 25, 67�72. Google Scholar

 

Lee, Jung Wan, & Mendlinger, Samuel. (2011). Perceived self-efficacy and its effect on online learning acceptance and student satisfaction. Journal of Service Science and Management, 4(03), 243. Google Scholar

 

Linnenbrink, Elizabeth A., & Pintrich, Paul R. (2003). The role of self-efficacy beliefs instudent engagement and learning intheclassroom. Reading &Writing Quarterly, 19(2), 119�137. Google Scholar

 

Maddox, Winston H. (2015). Adapting to a virtual learning environment. Antioch University. Google Scholar

 

Michinov, Nicolas, Brunot, Sophie, Le Bohec, Olivier, Juhel, Jacques, & Delaval, Marine. (2011). Procrastination, participation, and performance in online learning environments. Computers & Education, 56(1), 243�252. Google Scholar

 

Moore, Kathleen, Bartkovich, Jeffrey, Fetzner, Marie, & Ison, Sherrill. (2002). Success in Cyberspace: Student Retention in Online Courses. AIR 2002 Forum Paper. Google Scholar

 

Narotama, Ida Bagus Indra, & Rustika, I. Made. (2019). Peran harga diri dan efikasi diri terhadap social loafing pada mahasiswa preklinik program studi sarjana kedokteran dan profesi dokter fakultas kedokteran universitas udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 6(3), 1281�1292. Google Scholar

 

Nasrul, Dyla Fajhriani. (2020). Manajemen Waktu Belajar Di Perguruan Tinggi Pada Masa Pandemi Covid-19. Jieman, 2(2), 169�180. Google Scholar

 

 

 

 

Naturil-Alfonso, Carmen, Pe�aranda, David, Vicente, Jose, & Marco-Jim�nez, Francisco. (2018). Procrastination: the poor time management among university students. 4th International Conference on Higher Education Advances (HEAD�18), 1�8. Editorial Universitat Polit�cnica de Val�ncia. Google Scholar

 

Pan, Xiaoquan. (2020). Technology Acceptance, Technological Self-Efficacy, and Attitude Toward Technology-Based Self-Directed Learning: Learning Motivation as a Mediator. Frontiers in Psychology, 11. Google Scholar

 

Puspita, Yesi, Kusumaningputri, Reni, & Supriono, Hari. (2015). Level And Sources Of Self-efficacy In Speaking Skills Of Academic Year 2012/2013 English Department Students Faculty Of Letters, Jember University (Tingkatan dan Sumber Efikasi Diri dalam Kemampuan Berbahasa Inggris Mahasiswa Sastra Inggris Angkatan 2012. Publika Budaya, 3(1), 50�59. Google Scholar

 

Rayuwati, Rayuwati. (2020). How Educational Technology Innovates Distance Learning During Pandemic Crisis in Remote Areas in Indonesia? International Research Journal of Management, IT and Social Sciences, 7(6), 161�166. Google Scholar

 

Richardson, John T. E., & Woodley, Alan. (2003). Another look at the role of age, gender and subject as predictors of academic attainment in higher education. Studies in Higher Education, 28(4), 475�493. Google Scholar

 

Saad�, Raafat George, & Kira, Dennis. (2009). Computer anxiety in e-learning: The effect of computer self-efficacy. Journal of Information Technology Education: Research, 8(1), 177�191. Google Scholar

 

Sanders, Diana W., & Morrison-Shetlar, Alison I. (2001). Student attitudes toward web-enhanced instruction in an introductory biology course. Journal of Research on Computing in Education, 33(3), 251�262. Google Scholar

 

Sandra, Kusnul Ika. (2013). Manajemen waktu, efikasi-diri dan prokrastinasi. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 2(3). Google Scholar

 

Schunk, Dale H., & Pajares, Frank. (2004). Self-efficacy in education revisited: Empirical and applied evidence. Big Theories Revisited, 4, 115�138. Google Scholar

 

Schwarzer, Ralf, B��ler, Judith, Kwiatek, Patricia, Schr�der, Kerstin, & Zhang, Jian Xin. (1997). The assessment of optimistic self‐beliefs: comparison of the German, Spanish, and Chinese versions of the general self‐efficacy scale. Applied Psychology, 46(1), 69�88. Google Scholar

 

Stegers‐Jager, Karen M., Cohen‐Schotanus, Janke, & Themmen, Axel P. N. (2012). Motivation, learning strategies, participation and medical school performance. Medical Education, 46(7), 678�688. Google Scholar

 

Taipjutorus, Widchaporn, Hansen, Sally, & Brown, Mark. (2012). Investigating a relationship between learner control and self-efficacy in an online learning environment. Journal of Open, Flexible and Distance Learning, 16(1), 56�69. Google Scholar

 

Wirajaya, Muhammad Mersandy. (2020). Investigating the academic procrastination of EFL students. Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris Indonesia, 8(2), 67�77. Google Scholar

 

Wulantina, Endah, Ikashaum, Fertilia, Mustika, Juitaning, Merliza, Pika, Loviana, Selvi, Rahmawati, Nur Indah, & Andianto, Andianto. (2020). Self-efficacy of mathematics students‟ on e-learning during covid 19 pandemic. PROCEEDING UMSURABAYA. Google Scholar

 

Xu, Di, & Jaggars, Shanna. (2013). Adaptability to online learning: Differences across types of students and academic subject areas. Google Scholar

 

Zhang, Jianwei, Li, Fei, Duan, Chongjiang, & Wu, Gengsheng. (2001). Research on self-efficacy of distance learning and its influence to learners� attainments. Proceedings of the International Conference on Computers in Education (ICCE)/SchoolNet, 1510�1517. Google Scholar

 

Copyright holder:

Dhea Asih Wulandari, Yoanita Widjaja (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: