Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 1, Januari 2022
PREVALENSI
DISFUNGSI EREKSI PADA PESEPEDA USIA 25-55 TAHUN DI KOTA MEDAN
Muhammad
Fahmi Ikram1, Syah Mirsya
Warli2, Fauriski Febrian
Prapiska3, Dhirajaya Dharma Kadar4
1Student of the Faculty of Medicine
Universitas Sumatera Utara, Medan
2Department of Urology, Universitas Sumatera
Utara, Medan
3Department of Urology, Universitas Sumatera
Utara, Meda
4Department of Urology, Universitas Sumatera
Utara, Medan
Email: [email protected], [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Latar belakang.
Disfungsi ereksi merupakan penyakit seksual dan menimbulkan dampak yang signifikan dalam mempengaruhi kualitas hidup seorang pria. Disfungsi
ereksi sendiri didefinisikan sebagai ketidakmampuan yang konsisten atau berulang untuk
mencapai dan / atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk kepuasan
seksual, termasuk kinerja seksual yang memuaskan. Secara global, prevalensi disfungsi ereksi diperkirakan sekitar� 3�76,5%. Eropa
merupakan benua dengan prevalensi disfungsi ereksi tertinggi (10-76,5%), diikuti
Asia (8-71,2%), Oceania (40,3-60,69%), Afrika (24-58,9%), Amerika Utara
(20,7-57,8), dan yang terendah terdapat
di Amerika Selatan (14-55,2). Pada studi yang dilakukan di Kota Jakarta didapati
prevalensi disfungsi ereksi di Kota Jakarta pada 255 sampel
pria berumur 20-80 tahun sebanyak 36,5 % dengan rincian 22,3% pada disfungsi ereksi ringan, 13,7% ringan ke sedang, 3,1% sedang, dan 0,8% berat. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi bersifat multifaktoral, diantaranya
Diabetes Melitus, Hipertensi,
peningkatan usia, penyakit jantung, dan penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi fungsi ereksi. Namun, penurunan aliran darah dan neuropati saraf pudendal karena kompresi di perineum pada saat bersepeda merupakan faktor risiko yang juga dapat menyebabkan gangguan pada fungsi ereksi sehingga berujung pada disfungsi ereksi. Tujuan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi pada pesepeda dengan usia 25-55 di Kota Medan. Metode.
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah pesepeda
di Kota Medan yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
Teknik pengambilan data adalah
Consecutive sampling. Hasil. prevalensi DE pada pesepeda usia 25-55 tahun di kota medan
sebesar 20% yang dinilai dengan skoring IIEF-5 pada total sampel 95 pesepeda (100%). Kesimpulan. terdapat
sebesar 20% kejadian DE
pada pesepeda usia 25-55 tahun di kota Medan.
Kata kunci: bersepeda; disfungsi ereksi; prevalensi
Abstract
Background. Erectile dysfunction is a sexual disease and has a significant
impact on a man's quality of life. Erectile dysfunction is defined as the
consistent or repeated inability to achieve and/or maintain a penile erection
sufficient for sexual satisfaction, including satisfactory sexual performance.
Globally, the prevalence of erectile dysfunction is estimated at 3�76.5%.
Europe is the continent with the highest prevalence of erectile dysfunction
(10-76.5%), followed by Asia (8-71.2%), Oceania (40.3-60.69%), Africa
(24-58.9%), North America (20.7-57.8), and the lowest was in South America
(14-55.2). In a study conducted in the city of Jakarta, it was found that the
prevalence of erectile dysfunction in the city of Jakarta in 255 samples of men
aged 20-80 years was 36.5% with details of 22.3% in mild erectile dysfunction,
13.7% mild to moderate, 3.1 % medium, and 0.8% by weight. Factors that can
cause erectile dysfunction are multifactorial, including diabetes mellitus,
hypertension, increasing age, heart disease, and the use of drugs that affect
erectile function. However, decreased blood flow and pudendal nerve neuropathy
due to compression in the perineum during cycling are risk factors that can
also cause erectile dysfunction and lead to erectile dysfunction. Purpose. This
study aims to determine the prevalence of cyclists aged 25-55 in the city of
Medan. Method. This research is descriptive with a cross sectional design. The
sample in this study were cyclists in the city of Medan who met the inclusion
and exclusion criteria. The data collection technique is Consecutive sampling.
Results. the prevalence of ED in cyclists aged 25-55 years in Medan city was
20% as assessed by a IIEF-5 score in a total sample of
95 cyclists (100%). Conclusion. there is a 20% incidence of ED in cyclists aged
25-55 years in the city of Medan.
Keywords: bicycle; erectile
dysfunction; prevalence
Pendahuluan
Disfungsi Ereksi (DE) dapat dikonseptualisasikan sebagai gangguan dalam fase gairah respons
seksual dan didefinisikan sebagai ketidakmampuan yang konsisten atau berulang untuk mencapai dan / atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk kepuasan
seksual, termasuk kinerja seksual yang memuaskan (Burnett et al., 2018). Perhatian tertuju pada dampak yang ditimbulkan oleh disfungsi ereksi terhadap penurunan� kualitas
hidup pria secara global. Prevalensi Disfungsi ereksi secara global diperkirakan sekitar� 3�76,5% yang telah
diukur oleh semua jenis kuesioner dan dikaitkan dengan bertambahnya usia. Penggunaan kuesioner International Index of Erectile Function (IIEF)
dan the Massachusetts Male Aging Study (MMAS)
mengidentifikasi prevalensi
yang tinggi terdapat pria muda (<40 tahun) (Kessler, Sollie, Challacombe, Briggs, & Van Hemelrijck, 2019).
Hasil yang telah dikumpulkan mengungkapkan bahwa prevalensi tertinggi terdapat di Eropa (10-76,5%),
Asia (8-71,2%), Oceania (40,3-60,69%), Afrika (24-58,9%), Amerika Utara
(20,7-57,8), dan yang terendah adalah
Amerika Selatan (14-55,2). Ditinjau dari tingkat keparahannya
secara global prevalensi tertinggi disfungsi ereksi terdapat pada pasien dengan gejala
yang ringan (25,1-36,7%), diikuti
dengan gejala yang sedang (8,5-25,0%) hingga gejala yang berat (1,3-16,77%) (Kessler et al., 2019). Di
Indonesia sendiri prevalensi
disfungsi ereksi adalah 4% pada disfungsi ereksi sedang-berat yang diukur dengan kuesioner
the Sexual Health Inventory for Men (SHIM) (McMahon, Lee, Park, & Adaikan, 2012).
Pada studi yang juga dilakukan
oleh Ponco et al. didapati prevalensi disfungsi ereksi di Kota Jakarta pada 255 sampel
pria berumur 20-80 tahun sebanyak 36,5 % dengan rincian 22,3% pada disfungsi ereksi ringan, 13,7% ringan ke sedang, 3,1% sedang, dan 0,8% berat (Birowo, Deswanto, & Rasyid, 2019).
Beberapa faktor risiko dari
disfungsi ereksi telah dipaparkan dari beberapa sumber
dan referensi. Merokok, obat-obatan, faktor hormonal, riwayat penyakit komorbid (Diabetes Melitus, Hipertensi, Penyakit jantung, penyakit Peyronie), riwayat pembedahan seperti prostatektomi dan reseksi
abdominoperineal, dan faktor psikososial
seperti depresi merupakan faktor risiko dari terjadinya
disfungsi ereksi (Kirby, 2006; Wein, Kavoussi, Partin, & Peters, 2016).
Kebiasaan bersepeda memang menjadi tren bagi
masyarakat di Indonesia dari
dulu sampai sekarang, baik karena efek pandemi
ataupun dari beberapa mereka yang memang sudah rutin
bersepeda. jam terbang tinggi� yang dimiliki oleh para pesepeda ini menimbulkan suatu masalah baru
terkait faktor risiko di bidang urologi, yaitu disfungsi ereksi. Ditinjau dari frekuensi,
intensitas, dan posisi serta jenis sepeda
yang mereka gunakan dalam bersepeda, penekanan saraf dan arteri pudendal merupakan suatu mekanisme yang paling mungkin terjadi dalam menyebabkan disfungsi ereksi (Gan et al., 2020). Posisi pesepeda yang bersandar ke depan
melawan arcus
pubic menyebabkan kompresi
saraf pudendal yang berjalan
melalui kanal pudendal atau kanal alcock. Kompresi dan neuropati pada saraf pudendal yang terus menerus berimplikasi pada peningkatan kejadian disfungsi ereksi (Gan et al., 2020). Selanjutnya kompresi perineal
juga dihubungkan pada insufisiensi
arteri penis, dan disfungsi
ereksi yang disebabkan oleh
disfungsi veno-oklusif (McManus, Connor, Desai, & Miah, 2020). Insufisiensi suplai darah menyebabkan hipoksemia dan menurunkan perfusi oksigen ke aliran darah
penis menyebabkan suatu mekanisme yang kontraproduktif dalam mencapai ereksi, dan dikaitkan dalam penyebab terjadinya disfungsi ereksi (Sommer, Goldstein, & Korda, 2010).
Dalam studi yang pernah dilakukan, dilaporkan terdapat 16% pada 160 pesepeda
yang mengalami disfungsi ereksi saat melakukan
lomba touring sejauh 540 km
(Awad et al., 2018).
Namun, gejala disfungsi ereksi yang berlanjut hingga lebih dari seminggu
dan lebih dari sebulan hanya 6,9% dan 1,9% secara berurut.
Dalam studi Telaah Sistematis
dan Meta-Analisis didapati pesepeda mempunyai risiko dua kali lebih besar terkena
disfungsi ereksi dari pada yang tidak bersepeda (Gan et al., 2020). Studi tersebut menjadikan umur, skor SHIM dan penyakit komorbid menjadi variabel pengukuran dari penelitian tersebut (Gan et al., 2020).
Penelitian ini bertujuan untuk
meneliti dan melihat lebih jauh prevalensi
disfungsi ereksi pada pesepeda usia 25-55 tahun yang dilakukan di Kota
Medan.
Metode Penelitian
Studi ini
mengambil pendekatan cross-sectional dan menggunakan
desain studi deskriptif. Tujuannya untuk mengetahui prevalensi disfungsi ereksi pada pesepeda berusia 25 hingga 55 tahun di Kota Medan.
Penelitian ini
akan dilakukan selama 3 bulan yang dimulai dari Juli
hingga September 2021. Lokasi dalam
penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat di Kota Medan. Jumlah sampel dalam penelitian
ini ditentukan berdasarkan rumus sampel dengan rumus
deskriptif kategorik untuk prevalensi yang sebelumnya tidak diketahui:
n =
Jumlah sampel
yang diperoleh menggunakan rumus ini adalah
95 orang. Teknik ini dilakukan
dengan mengumpulkan data pesepeda berusia 25 hingga 55 tahun yang berada di beberapa tempat di Kota Medan.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Pengumpulan data dilakukan
pada bulan Juli sampai dengan Agustus
2021 dengan menggunakan instrumen kuesioner IIEF-5
Questionnaire dan Erectile Hardness
Score (EHS) pada target sampel yang memenuhi kriteria inklusi: Laki-laki, sudah menikah, Sexual
active, aktif bersepeda
(Telah beresepeda selama
minimal 6 bulan, dan >2 kali per minggu), usia produktif
(25-55 tahun), dan bersedia
menjadi objek penelitian. Berikut ini
adalah hasil yang dikumpulkan dari responden:
Tabel 1
Distribusi Data Responden Berdasarkan
Prevalensi DE Pada� Pesepeda
Prevalensi |
N |
Valid percent (%) |
|
DE |
19 |
��� 20% |
|
Tidak ada
DE |
76 |
80% |
|
Total |
95 |
100% |
Berdasarkan tabel 4.1 yang Diukur dengan skoring
IIEF-5 Questionnaire, dari total 95 pesepeda (100%), prevalensi DE terjadi pada 19 pesepeda (20%)
dan Sebanyak 76
pesepeda (80%) menunjukkan tidak ada DE. Hasil ini sejalan dengan
penelitian Awad et al., yang mengungkapkan
prevalensi DE pada 160 pesepeda
terjadi sebesar 16%.
Table
2
Skor EHS Pada Total Responden
Skor EHS |
N |
Valid percent (%) |
1 |
1 |
1 |
2 |
0 |
0 |
3 |
5 |
5,3 |
4 |
88 |
93,7 |
Total |
95 |
100 |
Berdasarkan tabel 4.2 untuk skor EHS, dari total 95 pesepeda (100%), didapati hasil 1 pesepeda (1%) mempunyai skor 1, 5 pesepeda (5,3%) mempunyai skor 3 dan 88 pesepeda (93,7%) mempunyai skor 4. tidak ada
pesepeda (0%) yang mempunyai
skor 2. Ditinjau dari skor EHS, skor 4 merupakan skor dengan nilai
N yang paling banyak pada pesepeda.
Tabel 3
Distribusi Data Prevalensi DE
Pada
Pesepeda Berdasarkan Derajat Keparahan
Derajat keparahan |
N |
percent |
Valid
percent |
Tidak ada DE |
76 |
80 |
80 |
Ringan |
18 |
18,9 |
18,9 |
Ringan ke sedang |
0 |
0 |
0 |
sedang |
0 |
0 |
0 |
berat |
1 |
1,1 |
1,1 |
Total |
95 |
100 |
100 |
Berdasarkan tabel 4.3 yang menunjukkan prevalensi DE pada pesepeda berdasarkan derajat keparahan, didapati dari total 95 pesepeda (100%), sebanyak 76 pesepeda (80%) tidak ada DE, diikuti dengan derajat ringan yaitu sebanyak
18 pesepeda (18,9%) dan derajat
berat pada 1 pesepeda
(1,1%). Tidak ada pesepeda yang mengalami DE dengan derajat ringan ke sedang
dan sedang (0%). Ditinjau dari tingkat keparahannya,
kejadian paling sering terjadi pada derajat ringan yaitu sebanyak
18 pesepeda dengan prevalensi 18,9%.
Tabel 4
Distribusi Data Prevalensi DE
Pada
Pesepeda Berdasarkan Rentang Usia
Kelompok Usia (Rentang) |
Kejadian DE (N/%) |
Total (N/%) |
1 (25-30) |
1/3,4% |
29/100% |
2 (31-35) |
2/9,1% |
22/ 100% |
3(36-40) |
3/15,8% |
19/ 100% |
4(41-45) |
3/25% |
12/100% |
5(46-50) |
9/81,8% |
11/100% |
6(51-55) |
1/50% |
2/100% |
Total |
20/21,3% |
95/100% |
Hasil dari tabel 4.4 mengungkapkan bahwa kejadian DE pada kelompok pesepeda usia 25-30 tahun sebanyak 1 pesepeda (3,4%) dari total 29 pesepeda (100%), untuk kelompok pesepeda usia 31-35 tahun kejadian DE terjadi pada 2 pesepeda (9,1%) dari total 22 pesepeda (100%), pada kelompok pesepeda usia 36-40 kejadian DE terjadi pada 3 pesepeda (15,8) dari total 19 pesepeda (100%), diikuti pada kelompok pesepeda usia 41-45 tahun terdapat 3 pesepeda yang mengalami DE (25%) dari total 12 pesepeda (100%), pada kelompok pesepeda usia 46-50 tahun sebanyak 9 pesepeda (81,8) mengalami DE dari total 11 pesepeda (100%) dan
pada kelompok pesepeda usia 51-55 kejadian DE terdapat pada 1 pesepeda (50%) dari total 2 pesepeda (100%). Ditinjau dari kelompok
usia, prevalensi DE paling sering terjadi pada kelompok usia 46-50 tahun.
Tabel 5
Distribusi Data Prevalensi DE
Pada Pesepeda Berdasarkan Rentang Usia
Terhadap Derajat Keparahan
Kelompok usia |
Derajat keparahan |
Total
(N/%) |
|||||
Tidak ada DE (N/%) |
Ringan (N/%) |
Ringan ke sedang
(N/%) |
Sedang
(N/%) |
Berat (N/%) |
|||
1 (25-30) |
28/96,6% |
1/ 3,4% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
29/ 100% |
|
2 (31-35) |
20/90,9% |
2/9,1% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
22/ 100% |
|
3 (36-40) |
16/84,2% |
3/15,8% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
19/ 100% |
|
4 (41-45) |
9/75% |
2/16,7% |
0/0% |
0/0% |
1/8,3% |
12/100% |
|
5 (46-50) |
2/18,2% |
9/81,8% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
11/100% |
|
6 (51-55) |
1/50% |
1/50% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
2/100% |
|
Total |
76/80% |
18/18,% |
0/0% |
0/0% |
1/1,1% |
95/100% |
|
Berdasarkan tabel 4.5 didapati kejadian DE terhadap derajat keparahan pada pesepeda untuk kelompok usia 25-30 dengan total 29 pesepeda (100%) sebanyak 28 pesepeda (96,6%) tidak ada DE, dan 1 pesepeda (3,4%) mengalami DE ringan, untuk kelompok usia 31-35 dengan total 22 pesepeda (100%) sebanyak 20 pesepeda (90,9%) tidak ada DE, dan 2 pesepeda mengalami DE ringan (9,1%), untuk kelompok usia 36-40 dengan total 19 pesepeda (100%) sebanyak 16 pesepeda (84,2%) tidak ada DE dan 3 pesepeda (15,8%) mengalami DE ringan, untuk kelompok usia 41-45 tahun dengan total 12 pesepeda (100%) didapati sebanyak 9 pesepeda (75%) tidak ada DE, 2 pesepeda (16,7%) mengalami DE ringan, dan 1 pesepeda (8,3%) mengalami DE berat, untuk kelompok
usia 46-50 tahun dengan total 11 pesepeda (100%) didapati sebanyak 2 pesepeda (18,2%) tidak ada DE, diikuti dengan 9 pesepeda (81,8%) mengalami DE ringan dan yang terakhir untuk kelompok usia 51-55 tahun dengan total 2 pesepeda (100%) sebanyak 1 pesepeda (50%) tidak ada DE, dan 1 pesepeda lainnya (50%) mengalami DE ringan. Ditinjau berdasarkan rentang usia terhadap derajat
keparahan, kejadian DE cukup banyak pada rentang usia 46-50 tahun yaitu sebanyak
9 pesepeda mengalami DE derajat ringan dengan prevalensi sebesar 81,8%. Adapun hal yang perlu diperhatikan pada DE derajat berat yang terjadi pada 1 pesepeda (8,3%) di
rentang usia 41-45 tahun yang mempunyai hasil sejalan dengan
penelitian Huang,
Munarriz and Goldstein, dimana
prevalensi DE sebesar 4,21%
pada derajat berat pada 783
pesepeda dengan rata-rata umur 44 tahun di klub sepeda lokal
Kota Boston.
Tabel 6
Distribusi Data Prevalensi DE Pada Pesepeda
Berdasarkan Frekuensi Bersepeda Terhadap Derajat Keparahan
Kelompok rentang frekuensi bersepeda (kali/minggu) |
Derajat keparahan |
Total ( N/%) |
||||
Tidak ada DE ( N/%) |
Ringan ( N/%) |
Ringan ke sedang
( N/%) |
Sedang (
N/%) |
Berat ( N/%) |
||
3 |
67/83,8% |
12/15% |
0/0% |
0/0% |
1/1,2% |
80/100% |
4 |
8/61,5% |
5/38,5% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
13/100% |
5 |
1/50% |
1/50% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
2/100% |
Total |
76/80% |
18/18,9% |
0/0% |
0/0% |
1/1,1% |
95/100% |
Berdasarkan tabel 4.7 kejadian DE berdasarkan frekuensi bersepeda terhadap derajat keparahan didapati pada frekuensi 3 kali per minggu dengan total 80 pesepeda (100%) sebanyak 67 pespeda (83,8%) tidak ada DE, 12 pesepeda (15%) dengan DE ringan dan 1 pesepeda (1,2%) dengan DE berat, lalu pada frekuensi 4 kali per minggu dengan total 13 pesepeda (100%) didapati sebanyak 8 pesepeda (61,5%) tidak ada DE dan 5 pesepeda mengalami DE ringan (38,5) dan pada frekuensi
5 kali per minggu dengan
total 2 pesepeda (100%) didapati
1 pesepeda (50%) tidak ada DE dan 1 pesepeda lainnya (50%) mengalami DE ringan. Ditinjau dari frekuensi bersepeda, prevalensi DE paling sering terjadi pada kelompok dengan frekuensi 3 kali /minggu.
Tabel 7
Distribusi Data Prevalensi DE
Pada
Pesepeda Berdasarkan Jarak Bersepeda Terhadap
Derajat Keparahan
Kelompok
rentang jarak bersepeda (Km) |
Derajat
keparahan |
Total (N/%) |
||||
Tidak
ada DE (N/%) |
Ringan
(N/%) |
Ringan
ke sedang (N/%) |
Sedang (N/%) |
Berat
(N/%) |
||
1 (15-20) |
7/70% |
3/30% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
10/100% |
2 (21-25) |
9/90% |
1/10% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
10/100% |
3 (26-30) |
23/76,7% |
6/20% |
0/0% |
0/0% |
1/3,3% |
30/100% |
4 (31-35) |
17/77,3% |
5/22,7% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
22/100% |
5 (36-40) |
12/92,3% |
1/7,7% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
13/100% |
6 (41-45) |
7/100% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
7/100% |
7 (46-50) |
1/33,3% |
2/66,7% |
0/0% |
0/0% |
0/0% |
3/100% |
Total |
76/80% |
18/18,9% |
0/0% |
0/0% |
1/1,1% |
95/100% |
Berdasarkan tabel 4.8 kejadian DE berdasarkan jarak bersepeda terhadap derajat keparahan didapati pada kelompok jarak 15-20 Km dengan total 10 pesepeda (100%) sebanyak 7 pesepeda (70%) tidak ada DE dan 3 pesepeda (30%) mengalami DE ringan, untuk kelompok
jarak 21-25 Km dengan total
10 pesepeda (100%) ditemukan
sebanyak 9 pesepeda (90%) tidak ada DE dan 1 pesepeda (10%) mengalami DE ringan, dilanjutkan dengan kelompok jarak 26-30 Km dengan total 30 pesepeda (100%) didapati sebanyak 23 pesepeda (76,7%) tidak ada DE, 6 pesepeda (20%) mengalami DE ringan, dan 1 pesepeda (3,3%) mengalami DE berat, lalu pada kelompok 31-35 dengan total 22 pesepeda (100%) didapati sebanyak 17 pesepeda (77,3) tidak ada DE, 5 pesepeda (22,7%) menagalami DE ringan, selanjutnya pada kelompok jarak 36-40 Km dengan total 13 pesepeda (100%) didapati sebanyak 12 pesepeda (92,3%) tidak ada DE, dan 1 pesepeda (7,7%) mengalami DE ringan, untuk kelompok
jarak 41-45 Km dengan total
7 pesepeda (100%) ditemukan
7 pesepeda (100%) tidak ada DE, dan yang terakhir pada kelompok jarak 46-50 Km denga
total 3 pesepeda (100%) ditemukan
1 pesepeda (33,3%) tidak ada DE dan 2 pesepeda lainnya (66,7%) mengalami DE ringan. Ditinjau dari jarak bersepeda,
prevalensi DE paling sering
terjadi pada kelompok dengan jarak 26-30 Km.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa
deskriptif menggunakan frequncies dan cross tabulation didapati
prevalensi DE pada pesepeda
yang dijabarkan melalui beberapa kategori. Prevalensi
DE ditinjau secara umum pada pesepeda berumur 25 sampai 55 tahun menunjukkan sebesar 20% yaitu sebanyak 19 pesepeda dari total 95 total responden
(100%) yang memenuhi kriteria
penelitian. Hasil yang
didapat didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Awad et al., yang mengungkapkan
prevalensi DE pada 160 pesepeda
terjadi sebesar 16%. Manfaat
dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penelitian, Penelitian ini dapat menjadi referensi
dan menjadi pemicu bagi penelitian-penelitian berikutnya yang berhubungan dengan prevalensi disfungsi ereksi pada pesepeda.
2. Bagi pendidikan, Menjadi sarana pembelajaran dalam dunia pendidikan baik kepada para pembaca
3. Bagi peneliti: Penelitian menjadi kesempatan bagi peneliti untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai tingkat kejadian atau prevalensi
disfungsi ereksi pada pesepeda serta sebagai sarana melatih diri dan keterampilan dalam melakukan penelitian.
4. Bagi masyarakat: Dapat menjadi informasi
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap kejadian disfungsi ereksi pada pesepeda
Kesimpulan
Prevalensi DE secara umum pada pesepeda ditunjukkan sebanyak 19 pesepeda (20%) dari 95 total responden (100%)
yang memenuhi kriteria penelitian.
Awad, Mohannad A., Gaither, Thomas W., Murphy, Gregory
P., Chumnarnsongkhroh, Thanabhudee, Metzler, Ian, Sanford, Thomas, Sutcliffe,
Siobhan, Eisenberg, Michael L., Carroll, Peter R., & Osterberg, E. Charles.
(2018). Cycling, and male sexual and urinary function: results from a large,
multinational, cross-sectional study. The Journal of Urology, 199(3),
798�804. Google Scholar
Birowo, Ponco, Deswanto, Isaac Ardianson,
& Rasyid, Nur. (2019). Epidemiology of erectile dysfunction: A
cross-sectional web-based survey conducted in an Indonesian national referral
hospital [version 1; peer review: 1 approved with reservations]. F1000Research,
8, 1�11. https://doi.org/10.12688/F1000RESEARCH.18930.1. Google Scholar
Burnett, Arthur L., Nehra, Ajay, Breau,
Rodney H., Culkin, Daniel J., Faraday, Martha M., Hakim, Lawrence S.,
Heidelbaugh, Joel, Khera, Mohit, McVary, Kevin T., Miner, Martin M., Nelson,
Christian J., Sadeghi-Nejad, Hossein, Seftel, Allen D., & Shindel, Alan W.
(2018). Erectile Dysfunction: AUA Guideline. Journal of Urology, 200(3),
633�641. https://doi.org/10.1016/j.juro.2018.05.004. Google Scholar
Gan, Zoe S., Ehlers, Mark E., Lin, Feng
Chang, Wright, Sarah T., Figler, Bradley D., & Coward, R. Matthew. (2020).
Systematic Review and Meta-Analysis of Cycling and Erectile Dysfunction. Sexual
Medicine Reviews. https://doi.org/10.1016/j.sxmr.2020.01.002. Google Scholar
Kessler, Anna, Sollie, Sam, Challacombe,
Ben, Briggs, Karen, & Van Hemelrijck, Mieke. (2019). The global prevalence
of erectile dysfunction: a review. BJU International, 124(4),
587�599. https://doi.org/10.1111/bju.14813. Google Scholar
Kirby, Roger S. (2006). Atlas of Erectile
Dysfunction (Second Edi). San Francisco: The Parthenon Publishing Group. Google Scholar
McMahon, C. G., Lee, G., Park, J. K., &
Adaikan, P. G. (2012). Premature Ejaculation and Erectile Dysfunction
Prevalence and Attitudes in the Asia-Pacific Region. Journal of Sexual
Medicine, 9(2), 454�465. https://doi.org/10.1111/j.1743-6109.2011.02507.x.
Google Scholar
McManus, Alistair, Connor, Martin J.,
Desai, Ankit, & Miah, Saiful. (2020). The Hard Truth Regarding Cycling and
Erectile Dysfunction? Sexual Medicine Reviews, 8(4), 635�636.
https://doi.org/10.1016/j.sxmr.2020.08.001. Google Scholar
Sommer, Frank, Goldstein, Irwin, &
Korda, Joanna Beate. (2010). Bicycle Riding and Erectile Dysfunction: A Review.
Journal of Sexual Medicine, 7(7), 2346�2358.
https://doi.org/10.1111/j.1743-6109.2009.01664.x. Google Scholar
Wein, Alan J., Kavoussi, Louis, Partin,
Alan W., & Peters, Craig A. (2016). Campbell-Walsh Urology Eleventh
Edition (Eleventh e). Philadelphia: Elsevier. Google Scholar
Copyright holder: Muhammad Fahmi Ikram, Syah Mirsya Warli, Fauriski Febrian Prapiska, Dhirajaya Dharma
Kadar (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |