Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 1, Januari 2022
AMPLIFIKASI GEN BLA
DAN ORI UNTUK KONSTRUKSI VEKTOR EKSPRESI VAKSIN REKOMBINAN DENGAN METODE PCR
I Wayan Martadi Santika, Putu Eka
Arimbawa
Udayana University1,
Bali International2
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Vaksin rekombinan subunit protein memiliki
tingkat keamanan yang lebih baik dibandingkan vaksin yang dilemahkan atau
dimatikan sehingga terdapat peningkatan kebutuhan vaksin tersebut. Peningkatan kebutuhan ini harus
diantisipasi dengan peningkatan kapasitas produksi.
Vektor ekspresi yang memiliki efisiensi transkripsi yang
tinggi dan membawa ori dengan jumlah salinan rendah-sedang dapat
meningkatkan kapasitas produksi vaksin rekombinan subunit protein. Penelitian
ini bertujuan untuk mengamplifikasi gen bla dan ori dari plasmid
pBR322 dengan jumlah salinan rendah-sedang dengan metode PCR. Gen bla
dan fragmen ori pBR322 diamplifikasi dengan metode PCR mengunakan
pasangan primer Fbla, Rbla, Fori dan Rori. Ukuran
masing-masing pita atau fragmen DNA dikonfirmasi dengan analisa migrasi mengunakan
metode elektroforesis gel untuk memastikan ukuran gen bla dan ori yang
telah teramplifikasi memiliki ukuran yang tepat.� fragmen bla
dan ori telah telah diamplifikasi dengan metode PCR. Konfirmasi ukuran
produk PCR dengan metode elektroforesis gel telah menunjukan terbentuknya pita
atau fragmen DNA dengan ukuran eksperimental yang mendekati ukuran gen bla
sebesasar 1013 bp dan fragmen ori sebesar 1380 bp. Penelitian menujukan
bahwa gen bla dan fragmen ori dari plasmid pBR322 telah berhasil
diamplifikasi dengan metode PCR. Kedua fragmen DNA ini dapat dikosntruksi
menjadi plasmid baru dengan jumlah salinan sedang-rendah sebagai vektor
ekspresi untuk produksi vaksin rekombinan subunit protein
Kata Kunci: bla; ori; pBR322; vaksin
rekombinan
Abstract
Recombinant protein subunit vaccines have a better
safety level than attenuated or killed vaccines, so there is an increased need
for these vaccines. This increase in demand must be anticipated by increasing
production capacity. Expression vectors that have high transcriptional
efficiency and carry ori with low-moderate copy number can increase the
production capacity of protein subunit recombinant vaccines. The aim of this
study was to amplify the bla and ori genes from the low-medium copy number
plasmid pBR322 by PCR method. The bla gene and the ori pBR322 fragment were
amplified by PCR method using primer pairs Fbla, Rbla, Fori and Rori. The size
of each DNA band or fragment was confirmed by migration analysis using the gel
electrophoresis method to ensure that the amplified bla and ori gene sizes were
of the right size. Bla and ori fragments have been amplified by PCR method.
Confirmation of the size of the PCR product by the gel electrophoresis method
has shown the formation of DNA bands or fragments with experimental sizes close
to the size of the bla gene of 1013 bp and the original fragment of 1380 bp. The
study showed that the bla gene and the ori fragment of the pBR322 plasmid had
been successfully amplified by the PCR method. These two DNA fragments can be
constructed into new plasmids with medium-low copy number as expression vectors
for protein subunit recombinant vaccine production.
Keywords: bla; ori; pBR322; recombinant vaccine
Received:
2021-12-20; Accepted: 2022-01-05; Published: 2022-01-15
Pendahuluan
Kebutuhan protein rekombinan dimasa depan
diperkirakan akan terus meningkat. Sekitar 200 protein terapeutik tersedia secara komersial
untuk terapi kanker, autoimunitas, peradangan,
penyakit menular, dan penyakit genetic (Lagass�Lagass�, H. A. Daniel, Alexaki, Aikaterini, Simhadri, 2017).
Vaksin konvensional baik vaksin generasi pertama
dan vaksin generasi kedua dalam penggunaannya masih memiliki beberapa
kelemahan. Untuk mengatasi berbagai kelemahan tersebut telah
dikembangkan vaksin generasi yang ketiga yaitu vaksin rekombinan yang juga
dikenal dengan vaksin subunit (Radji, 2009).
Peningkatan kebutuhan ini harus diikuti dengan peningkatan
kapasitas produksi protein rekombinan. Salah
satu tantangan yang muncul adalah mengoptimalkan sistem ekspresi yang digunakan
untuk produksi protein skala industri.
Optimasi
sistem ekspresi melibatkan pemilihan kombinasi yang tepat dari sel inang dan
vektor ekspresi (Huang, Lin, & Yang, 2012).
Untuk sel inang, bakteri Escherichia coli merupakan pilihan utama karena
beberapa kelebihan seperti sistem genetikanya yang telah dipelajari secara
mendalam dan ketersedian berbagai metode molekular untuk kloning dan ekspresi (Rosano & Ceccarelli, 2014).
Plasmid merupakan vektor ekspresi yang sering digunakan untuk
produksi protein terapeutik rekombinan dalam skala industri di sel inang E.
coli.
Pemilihan plasmid yang
tepat sangat tergantung pada efisiensi transkripsi dan efisiensi translasi yang
dimiliki oleh plasmid tersebut.
Efisiensi transkripsi bergantung pada jumlah salinan gen dan karakteristik
promotor (Huang et al., 2012).
Jumlah salinan gen ditentukan oleh jumlah salinan plasmid dimana semakin banyak
jumlah salinan plasmid maka semakin banyak juga gen yang tersedia untuk proses
transkripsi. Pengunaan plasmid dengan jumlah salinan tinggi menyebabkan
peningkatan beban energi yang dibutuhkan oleh sel untuk pemeliharaan jumlah
salinan plasmid (Ningsih et al., 2021).
Hal ini akhirnya meningkatkan beban metabolism sel dan pada akhirnya dapat menurunkan produksi protein (Jana & Deb, 2005). Ukuran plasmid juga dapat meningkatkan beban metabolisme sel.
Semakin besar ukuran plasmid maka semakin besar juga energi yang dikeluarkan
sel untuk mereplikasi plasmid tersebut. Plasmid dengan ukuran kecil
(<3 kb) biasanya lebih sering digunakan untuk ekspresi protein rekombinan (Huang et al., 2012).
Diperlukan rancangan plasmid ekspresi baru yang
memiliki jumlah salinan rendah-sedang yangsangat ditentukan oleh Origin of Replication
(ori) yang dimiliki oleh plasmid tersebut (Dao et al., 2019).
Salah satu plasmid yang memiliki jumlah salinan rendah-sedang adalah plasmid
pBR322 dengan jumlah salinan 15-20 salinan/sel. Plasmid pBR322 membawa membawa ori
pMB1 dan memiliki 2 gen resistensi antibiotik yaitu gen bla dan tetR.
Plasmid ini dapat digunakan sebagai tulang punggung� untuk merekonstruksi plasmid baru
yang membawa jumlah salinan rendah-sedang dan memiliki ukuran yang lebih kecil.
Strategi yang digunakan adalah dengan merekonstruksi plasmid yang membawa ori
pMB1 dari plasmid pBR322 dan membawa hanya satu gen resistensi antibiotik bla
sehingga ukuran plasmid menjadi lebih kecil.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamplifikasi
gen bla dan ori pMB1 dari plasmid pBR322 dengan metode PCR. Hasil amplifikasi ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk
merekonstruksi plasmid ekspresi baru dengan ukuran dibawah 3 kb dan membawa ori
dengan jumlah salinan rendah-sedang.
Metode Penelitian
Desain Primer Untuk
Amplifikasi gen bla dan ori: Gen (bla) diamplifikasi dengan PCR mengunakan
primer FPsiI bla yang membawa situs restriksi PsiI dan RHpaI bla yang membawa
situs restriksi HpaI dan NotI.� Fragmen
DNA yang membawa ori pBR322 akan diamplifikasi
mengunakan primer FHpaI ori yang membawa situs restriksi HpaI dan NotI serta
RPsiI ori yang membawa situs restriksi PsiI. Semua primer dirancang dengan
softyware Primer Select agar memenuhi syarat syarat primer yang spesifik dengan
mempertimbangkan beberapa parameter seperti panjang primer, %GC, melting
temperature, suhu annealing, GC clamp, secondary structure seperti hairpin,
selfdimer dan pair dimer, serta runs dan repeat basa.
Karakterisasi templat
PCR Plasmid pBR322: Analisa migrasi dilakukan untuk mengetahui profil dari
plasmid pBR322. Sebanyak 5 �L plasmid pBR322 hasil isolasi
dicampur dengan 1 �L DNA loading dye. Elektroforesis dilakukan mengunakan
gel agarosa 1% dalam dapar TAE 1X pada tegangan 80 volt, kekuatan arus 400 mA
selama 60 menit. Sedangkan analisa pemotongan dilakukan untuk
mengkonfirmasi ukuran plasmid pBR322 (4361 bp). Komposisi reaksi pada
analisa pemotongan yaitu plasmid pBR322 500 ng, enzim restriksi BamHI 10 U,
Dapar BamHI 10X dan ddH2O steril sampai volume akhir 20 �L. Reaksi dilakukan
pada suhu 37 �C semalam. Elektroforesis dilakukan mengunakan gel agarosa 1%
dalam dapar TAE 1X pada tegangan 80 volt, kekuatan arus 400 mA selama 60 menit
dan ladder 1 kb.
Amplifikasi gen bla dan
ori dengan metode PCR: Optimasi PCR dilakukan untuk mendapatkan komposisi dan
kondisi PCR untuk amplifikasi gen bla dan ori. Templat yang digunakan adalah
plasmid pBR322dengan komposisi PCR dengan total volume 25 �L dibuat dengan
mereaksikan 3 �L plasmid pBR322 (60 ng), 5 �L dapar PCR 5X yang sudah
mengandung MgCl2 dengan konsentrasi 1X sebesar 2 mM, masing-masing sebanyak� 0,15 �L
pasangan primer (0, 6 �M), 0,5 �L MyFi DNA Polymerase 5U/�L, 1 �L dNTPs 10 mM dan
digenapkan sampai 25 �L dengan ddH2O steril. PCR dilakukan pada kondisi: tahap
denaturasi awal 95 �C, 2 menit; tahap amplifikasi 30 siklus dimana setiap
siklus terdiri dari denaturasi pada suhu 92 �C selama 30 detik, penempelan primer
pada suhu 63 �C selama 30 detik dan pemanjangan fragmen DNA pada suhu 72 �C
selama 3 menit; tahap pemanjangan akhir pada suhu 72 �C selama 10 menit.
Karakterisasi produk
PCR: Karakterisasi dilakukan dengan analisa migrasi untuk mengetahui ukuran
dari masing-masing produk PCR gen bla dan ori. Sebanyak
masing-masing 5 �L produk hasil hasil isolasi dicampur dengan 1 �L DNA loading
dye. Elektroforesis dilakukan mengunakan gel agarosa 1% dalam dapar TAE
1X pada tegangan 80 volt, kekuatan arus 400 mA selama 60 menit dan ladder 1 kb. Setelah selesai fragmen ori
dan bla dimurnikan dengan mengunakan Gel/PCR purification kit dan disimpan pada
freezer.
Hasil
Dan Pembahasan
A. Hasil
Desain
pasangan primer dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa karakteristik primer
seperti panjang primer, %GC, melting temperature (Tm), GC clamp, struktur
seperti hairpin, self dimer dan pair dimer, serta runs basa dan repeat
basa. Hasil ditampilkan dalam tabel 1.
Tabel
1
Karakteristik
pasangan primer untuk amplifikasi gen bla dan ori plasmid pBR322
Karakteristik
Primer |
Primer |
Keterangan |
|||
Fbla |
Rbla |
Fori |
Rori |
||
Panjang
Primer |
32 |
36 |
32 |
37 |
Primer
merupakan overhang primer dimana Panjang primer yang berikatan langsud dengan
templat sudah dibawah 30 bp |
%GC |
46% |
49% |
49% |
40% |
Persen
GC memenuhi rentang 40-60% |
Tm |
580C |
61.70C |
59.30C |
58.30C |
Tm
memenuhi rentang 50-650C |
GC
Clamp |
- |
- |
- |
- |
Tidak
ditemui GC clamp pada ujung 3� |
Hairpin |
1.1 |
1 |
-2.4 |
-1.2 |
Memenuhi
syarat hairpin (dG ≤ -3 kcal/mol) |
Dimer |
|
|
|
|
Memenuhi
syarat (dG 3�≤ -5 kcal/mol dan dG internal ≤ -6 kcal/mol) |
Runs |
3 |
2 |
2 |
3 |
Run
≤� 3 basa pada ujung 3� |
Repeat |
- |
- |
- |
- |
Tidak
ditemukan Repeat ≤ 3 basa pada ujung 3� |
Karakterisasi templat
pBR322 dilakukan dengan analisa migrasi dan analisa pemotongan. Analisa migrasi dilakukan untuk
mengetahui profil dari plasmid pBR322 Sedangkan analisa pemotongan dilakukan
untuk mengkonfirmasi ukuran plasmid pBR322 (4361 bp). Hasil Analisa migrasi dan Analisa pemotongan dapat
dilihat pada gambar 1.
��� a.��������������������������������������������������������������������
b.
Gambar 1
aAnalisa migrasi plasmid pBR322; anak panah menunjukan pita DNA plasmid pBR322
berbentuk supercoil. b. Analisa pemotongan dengan BamHI; anak panah menunjukan
plasmid dalam bentuk linear dengan ukuran diantara marka 4000 bp dan 5000 bp.
Templat
pBR322 digunakan sebagai cetakan untuk amplifikasi gen bla dan fragmen ori.
Produk PCR selanjutkan dianalisa migrasi dengan metode elektroforesis gel. Hasilnya ditunjukan pada gambar 2.
Gambar 2
Analisa migrasi produk PCR menunjukan terbentuknya pita band fragmen ori (1380 bp) dan gen bla (1013 bp)
B. Pembahasan
Hasil analisis primer
maka urutan primer yang akan digunakan untuk
amplifikasi fragmen gen bla adalah
primer Fbla (5�-GGCCGCGGT TATAATCTTCACCTAGATCCTTT-3�) dan
primer Rbla (5�-TAATTTGCG GCCGCGTTAACCCGCTCATGAGACAAT-3�). Sedangkan primer yang digunakan untuk mengamplifikasi ori pMB1 adalah primer Fori (5�-GAAAATCCGCGGCCGCTTCATCGGTATCATTA-3�) dan
primer Rori (5�-CCCCGCTTATAATTGATAATCTCATGACCAAAATCCC-3�).� Seluruh primer yang
digunakan telah memiliki karakteristik primer yang sesuai dan mampu memberikan
efisiensi dan spesifisitas primer yang baik. Efisiensi dan spesifisitas
primer menentukan keberhasilan dari proses amplifikasi dengan metode PCR (Jana and
Deb, 2005).
Kondisi templat PCR
sangan menentukan keberhasilan proses PCR. Hasil analisa
migrasi plasmid pbR322 menunjukan bahwa terdapat pita DNA dengan ukuran sekitar
3000 bp. Pita ini menunjukan keberadaan plasmid pBR322 dalam bentuk supercoild.
Analisa migrasi menunjukan plasmid berada dalam struktur yang
utuh tanpa terpotong atau mengalami nick. Plasmid dalam bentuk
supercoiled berukuran lebih mampat sehingga akan bermigrasi lebih cepat pada
gel agarose (Bo et al., 2013).
Analisa pemotongan dilakukan dengan memotong plasmid
mengunakan enzim retriksi BamHI. Enzim ini akan
memotong plasmid pBR322 pada situs restriksi BamHI yang terletak pada gen
tetR (gambar 1). Pemotongan ini kan menyebabkan
plasmid pBR322 mengalami relaksasi dari bentuk supercoiled ke bentuk linear.
Hasil Analisa pemotongan menunjukan terbentuknya pita DNA dengan ukuran
diantara 4000 bp dan 5000 bp. Hasil mengkonfirmasi bahwa pita DNA tersebut
merupakan plasmid pBR322 dalam bentuk linear yang memiliki ukuran 4361 bp.
Fragmen ori dan gen bla dari plasmid pBR322 selanjtunya diamplifikasi dengan primer
dengan metode PCR. Produk hasil amplifikasi ini dianalisa
dengan analisis migrasi. Hasil analisa migrasi menunjukan bahwa fragmen ori
telah berhasil diamplifikasi dengan metode PCR yang ditandai dengan
terbentuknya pita DNA dibawah marka 1500 bp yang berukuran 1380 bp. Hasil
analisa migrasi juga menunjukan bahwa gen bla telah berhasil
diamplifikasi yang ditandai dengan terbentuknya pita DNA disekitar marka 1000
bp yang berukuran 1013 bp. Kedua pita DNA tampak dengan jelas namun smear yang
menunjukan bahwa proses amplifikasi telah berjalan dengan efisien namun belum
berjalan dengan spesifik. Hal ini menunjukan bahwa masih diperlukan proses
optimasi metode amplifikasi fragmen ori dan gen bla dari plasmid
pBR322. Optimasi cara meliputi amplifikasi jumlah
templat pBR322, optimasi kadar primer dan optimasi suhu annealing untuk
mencegah terbentuknya pita yang smear yang menunjukan terbentuknya
produk nonspesifik.
Fragmen ori nantinya akan menentukan jumlah
salinan dari plasmid. Sistem
replikasi pada plasmid pBR322 tergantung pada situs ori yang berisi elemen yang mengontrol copy number seperti RNAI, RNAII, dan rop (repression of primer). Replikasi pada plasmid
biasanya diinisiasi oleh RNAII, sedangkan RNAI menekan replikasi plasmid.
Plasmid dengan copy number tinggi akan memperlambat replikasi. ori juga mengkodekan protein rop yang mengatur copy number pada plasmid. Bekerja dengan menstabilkan interaksi antara RNAI dan RNAII.
rop memiliki peran penting untuk mencegah terjadinya replikasi yang tidak
terkendali dengan meningkatkan afinitas RNAI untuk menekan RNAII sehingga
menekan laju inisiasi dari RNAII (Klumpp, 2011). Penelitian ini telah menghasilkan gen bla yang membawa marka seleksi antibioti
dan fragmen ori yang menentukan
jumlah salinan rendah-sedang dari plasmid. Pada tahap selanjutnya gen bla dan fragmen oridapat digunakan
sebagai tulang punggung untuk mengkonstruksi plasmid sebagai vector ekspresi
untuk produksi vaksin rekombinan.
Kesimpulan
Gen
bla telah berhasil diamplifikasi
dengan metode PCR yang ditandai dengan terbentuknya pita DNA berukuran 1013 pb
(bp). Fragmen ori telah berhasil
diamplifikasi dengan metode PCR yang ditandai dengan terbentuknya pita DNA
berukuran 1380 pb (bp).
Bo, Huaben,
Wang, Jinquan, Chen, Qizhu, Shen, Han, Wu, Fenglin, Shao, Hongwei, & Huang,
Shulin. (2013). Using a single hydrophobic-interaction chromatography to purify
pharmaceutical-grade supercoiled plasmid DNA from other isoforms. Pharmaceutical
Biology, 51(1), 42�48. Google Scholar
Dao, Fu Ying,
Lv, Hao, Wang, Fang, Feng, Chao Qin, Ding, Hui, Chen, Wei, & Lin, Hao.
(2019). Identify origin of replication in Saccharomyces cerevisiae using
two-step feature selection technique. Bioinformatics, 35(12),
2075�2083. Google Scholar
Huang, Chung Jr,
Lin, Henry, & Yang, Xiaoming. (2012). Industrial production of recombinant
therapeutics in Escherichia coli and its recent advancements. Journal of
Industrial Microbiology and Biotechnology, 39(3), 383�399. Google Scholar
Jana, S., &
Deb, J. K. (2005). Retracted Article: strategies for efficient production of
heterologous proteins in Escherichia coli. Applied Microbiology and
Biotechnology, 67(3), 289�298. Google Scholar
Klumpp, Stefan.
(2011). Growth-rate dependence reveals design principles of plasmid copy number
control. PloS One, 6(5), e20403. Google Scholar
Lagass�Lagass�,
H. A. Daniel, Alexaki, Aikaterini, Simhadri, Vijaya L. (2017). Recent advances
in (therapeutic protein) drug development. F1000Research, 6.
Google Scholar
Ningsih,
Hardian, Ramdan, Evan Purnama, Septariani, Dwiwiyati Nurul, Sari, Miranda
Ferwita, Fajarfika, Resti, Lestari, Widya, Junaedi, Abdus Salam, Putri, Ria,
& Joeniarti, Elika. (2021). Pengantar Bioteknologi. Yayasan Kita
Menulis. Google Scholar
Radji, Maksum.
(2009). Vaksin DNA: Vaksin generasi keempat. Majalah Ilmu Kefarmasian, 6(1),
4. Google Scholar
Rosano, Germ�n
L., & Ceccarelli, Eduardo A. (2014). Recombinant protein expression in
Escherichia coli: advances and challenges. Frontiers in Microbiology, 5,
172. Google Scholar
Copyright
holder: I Wayan Martadi Santika, Putu Eka Arimbawa (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |