Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 2, Februari 2022
TEOLOGI KESELAMATAN DALAM
PERSPEKTIF ALKITAB (UPAYA DALAM MEMPERKUAT
KEIMANAN ORANG PERCAYA)
Gilbert E Lumoindong, Junifrius Gultom
STT Bethel Indonesia, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Jurnal ini mengkaji� pokok iman Kristen tentang keselamatan, yaitu� kepastian jaminan keselamatan bagi orang percaya. Di dalamnya akan dibahas
tentang� pemahaman
yang benar dan Alkitabiah tentang konsep dasar dari jaminan
keselamatan, melalui karya Allah dalam menyelamatkan manusia, memberikan suatu� kepastian akan jaminan keselamatan.
Sehingga dapat memberikan keyakinan akan jaminan keselamatan
bagi orang-orang percaya. Jurnal ini menggunakan
metode penelitian Kualitatif. Metode penelitian Kualitatif� yang digunakan penulis adalah bersifat kajian eksegesis dari teks Alkitab� mengenai kepastian keselamatan orang percaya. Studi ini menggunakan pendekatan terhadap bahasa asli Alkitab,
yaitu bahasa Yunani. Dalam bagian ini
juga akan diuraikan beberapa kebenaran dari teks Alkitab
yang berkaitan dengan jaminan keselamatan sehingga dapat menolong umat agar memiliki kepastian akan jaminan keselamatan
dalam kehidupan mereka. Hasil dari penelitian ini adalah agar memberikan pemahaman mengenai konsep jaminan keselamatan yang benar dan Alkitabiah kepada pembaca. Dan tentunya dapat mengubah paradigma dan cara hidup penulis dan pembaca agar lebih menghargai anugerah keselamatan yang sudah Tuhan beri kepada
Anak-anakNya untuk mempersembahkan hidup bagi kemuliaan Kristus.
�
Kata Kunci: Keselamatan; Jaminan; Orang Percaya
Abstract
This journal examines the foundation of the
Christian faith about salvation, which is the assurance of salvation for
believers. The discussion is about the principal and biblical understanding of
the basic concept assurance of salvation, through God's work in saving mankind,
providing the assurance of salvation. How it can provide the assurance of
salvation for believers. This journal is formulated by the writer using
qualitative research method with an exegesis study of the biblical text
regarding the certainty of the salvation of believers. This study uses an
approach to the original language of the Bible, Greek. This section will also
describe some truths from the biblical text related to the assurance of
salvation so that it can help believers to have the assurance of salvation in
their lives. The result of this research is to provide readers with an
understanding of the principal and biblical concept of assurance of salvation.
And of course it can change the paradigm and way of
life of the writer and readers to appreciate the gift of salvation that God has
given to His children to offer their lives for the glory of Christ.
Keywords: Salvation; Assurance; Believers
Pendahuluan
Ada berbagai macam
cara siasat dan tipu muslihat yang dipakai iblis untuk
menjatuhkan kepercayaan dan
ketaatan iman seseorang kepada Tuhan. Iblis bisa memakai sarana apa saja melalui
penderitaan, sakit penyakit, bencana, kejahatan dan segala bentuk dosa untuk
menjatuhkan dan bahkan menghancurkan kepercayaan iman seseorang kepada Tuhan. Melalui
cara demikian iblis berusaha untuk menanamkan benih-benih keraguan dalam diri orang percaya untuk tidak
lagi mempercayai Tuhan sepenuhnya dalam hidup mereka.
Kejatuhan awal
manusia Adam dan Hawa ke dalam dosa
di taman Eden adalah karena keragu-raguan iman kepercayaan mereka kepada Allah. Seperti yang dijelaskan oleh Dr.
Karel Sosipater sebagai berikut:
�Iblis menyerang manusia pertama dengan menaburkan ketidakpercayaan di hati Hawa yang menimbulkan keragu-raguan pada imannya, yaitu mengenai perkataan norma larangan dari Allah (Kej 3:1-5). Dengan memberi kesan bahwa
Allah itu tidak serius dalam perkataanNya.
Dan akhirnya hawa terlena oleh bujukan iblis, serta percaya
pada perkataan iblis. Sehingga hancurlah iman Adam dan Hawa terhadap Allah karena melanggar norma Allah (Karel Sosipater, 2016).�
Keragu-raguan� adalah sarana
yang digunakan iblis untuk menjatuhkan orang percaya. Apakah orang percaya dapat terus
menyimpan karaguan� dan di satu sisi tetap
juga menjadi orang beriman?
�Martin Luther adalah seorang
pencetus reformasi, ia berkata: tidak ada tempat bagi
keraguan dalam teologinya. Ia menyebut keraguan sebagai monster ketidakpastian, injil keputusasaan (Swindoll, Charles R. Pen. Doreen Widjana, 2011).�
Bahaya dari keragu-raguan adalah puncaknya pada ketidakpercayaan.
Ada berbagai macam contoh yang dinyatakan di dalam Alkitab tentang
ketidakpercayaan, dimana ketidakpercayaan menuntun Hawa untuk mengalah
pada godaaan Iblis di Taman Eden. Ketidakpercayaan
mengunci pintu-pintu tanah Perjanjian bagi bangsa Israel dan membuat mereka berkeliling di padang gurun selama empat
puluh tahun.
�Kehidupan Kristen dimulai dari kepercayaan
terhadap sebuah janji, yaitu janji
kehidupan yang kekal, yang akan diberikan jika setiap orang menerima dan menaruh kepercayaan kepada Yesus Kristus, Sang Juruselamat� (Yeakley, 2013).
Inilah yang membedakan kekristenan dengan agama lainnya dan system kepercayaan lainnya yaitu Anugerah
atau kasih karunia Allah. Apa yang dimaksud dengan Anugerah? Paul Ellis menjelaskan pengertian tentang konsep anugerah dengan pengertian yang sederhana dan mudah dimengerti:
�Anugerah adalah perkenanan Allah dan kebaikan Allah terhadap setiap orang yang percaya, anugerah adalah pemberian diatas segala pemberian dari sang pemberi, anugerah bukan sebuah doktrin, melainkan satu Pribadi yaitu Yesus.
Anugerah bukan salah satu berkat, namun
seluruh berkat yang terbungkus bersama dengan Kristus.� (Ellis, 2014).
Tetapi mengapa kebanyakan orang Kristen atau
orang percaya tidak memiliki keyakinan bahwa Yesus telah
mengampuni dosa-dosa mereka. Mereka masih meragukan akan kepastian keselamatan yang sudah mereka terima didalam
Kristus. Apakah kepastian keselamatan mereka bersifat kekal atau dapat
hilang? Dan apakah keyakinan keselamatan itu bergantung hanya pada kasih karunia Allah atau pada kemampuan dari perbuatan baik setiap orang? Ini merupakan sebuah isu keselamatan� yang banyak sekali diperdebatkan
oleh setiap setiap orang percaya, bahkan menjadi suatu persoalan
dalam pergumulan kehidupan orang percaya.
Untuk menjawab berbagai issue permasalahan tersebut diatas, penulis merasa sangat diperlukan sebuah studi penelitian agar dapat menjawab isu permasalahan diatas. Untuk itu
Penulis berusaha� melakukan
penelitian yang mendalam dengan data-data yang akurat. Adapun� yang menjadi fokus penelitian
penulis yaitu Bagaimana konsep Anugerah keselamatan itu dapat dipahami
dengan pengertian yang benar oleh setiap orang dan Bagaimana setiap orang dapat memperoleh keyakinan atau kepastian akan jaminan keselamatan mereka. Serta apa yang menjadi dasar-dasar keyakinan dari jaminan keselamatan mereka. ����������������������
Metode Penelitian
Metode penelitian
yang digunakan adalah kulitatif.� Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tetang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskriptif
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007).�� Penelitian kualitatif ini merupakan pendekatan analisa mendalam (indepth analisys) dengan penalaran induktif (penalaran khusus ke umum).� Pendekatan ini juga menggunakan teknis analisis teks untuk memahami
suatu masalah atau fenomena dari
obyek penelitian secara obyektif.� Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan
teori baru (yang berlaku umum). Teori-teori baru ini adalah hasil
dari penelitian terhadap hal-hal khusus yang disimpulkan (konklusi) secara umum.� Konklusi dari hasil
penelitian kualitatif dinyatakan dalam proposisi yang berbentuk suatu teori baru.
Hasil dan Pembahasan
1. Kajian Teori
Ada
banyak orang-orang percaya
yang telah menerima keselamatan dalam hidup mereka, namun
pada dasarnya mereka tidak mempunyai keyakinan atau kepastian bahwa mereka telah diselamatkan.
Pada dasarnya mereka ragu akan keselamatan yang mereka terima. Apakah keselamatan orang percaya itu bersifat
kekal atau hanya bersifat temporal dan dapat hilang. Ini
merupakan isu teologi klasik yang menjadi perdebatan oleh sekelompok orang-orang kristen seputar doktrin keselamatan hingga masa kini.
Kepastian merupakan kata yang sangat meyakinkan
dan melegakan. Tetapi ada banyak orang-orang yang tidak memiliki kepastian dalam hidup mereka, khususnya
kepastian mengenai jaminan keselamatan. Mengapa ada banyak
orang yang merasa tidak yakin akan kepastian
keselamatan hidup mereka. Alasan ini pada dasarnya muncul disebabkan atas dasar beberapa
fakta atau kenyataan yang ada seperti: Pertama, keraguan akan� realitas
dari iman penyerahan hidup mereka kepada Kristus.
Kedua, fakta adanya dosa yang masuk dalam kehidupan
orang percaya. Ketiga, keraguan terhadap karya keselamatan Allah dalam kehidupan mereka. Keempat, Pengajaran doktrin keselamatan yang keliru.
2. Pengertian dan Makna
Jaminan Keselamatan
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia� pengertian kata Jaminan mengandung pengertian �Bertanggung jawab, Tanggungan atau menanggung,� berjanji akan memenuhi
kewajiban dan menyediakan kebutuhan hidup.�
�Dalam bahasa yunani kata yang dipakai untuk jaminan
adalah �arrabon� yang memiliki pengertian �cicilan awal, deposit, pembayaran awal,� janji membayarkan sebagian harga di muka dan meneguhkan sebuah pernyataan resmi pada artikel� yang dipertanyakan atau membuat sebuah kontrak yang sah atau berlaku� (Lets & Poltak, 2020).
�Ada beberapa
versi Alkitab yang tidak menterjemahkan kata �arrabon� sebagai jaminan,� tetapi memakai kata �sungguh-sungguh, janji dan deposit.���
Tetapi kata yang paling dekat
dengan pengertian kata itu sendiri adalah
�jaminan� yang memiliki pengertian �sebuah uang muka yang menjamin pembayaran penuh akan dilunasi.� Seperti halnya uang jaminan (uang muka) yang dibayarkan oleh pembeli dalam sebuah transaksi
pembelian barang. Uang muka itu menjadi
jaminan akan diadakan pembayaran penuh oleh sang pembeli pada waktu yang telah ditetapkan.
Pembayaran
yang diberikan Allah kepada
orang percaya melalui� penebusan
darah Yesus yang berharga dan bernilai diatas kalvari sebagai uang muka atau jaminan bagi
orang-orang percaya yang telah
dibeli dan dibayar sampai seluruh janji dan pemenuhan itu tercapai sepenuhnya.
Paulus juga mengatakan tentang
jaminan bagi orang percaya dalam Efesus
1:14, �Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai
kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya.�
Jadi
pengertian tentang makna Jaminan Keselamatan
adalah jaminan yang diberikan dan dibayarkan� oleh Allah tentang pemenuhan janji-janjiNya baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, dimana
orang-orang percaya akan menerima segala berkat keselamatan yang telah dijanjikan.� Jaminan juga berarti menyisihkan segala kesangsian dan memberikan keyakinan akan kepastian. Charles C. Ryrie,
menjelaskan tentang pengertian dari jaminan keselamatan sebagai berikut:
Jaminan kekal merupakan karya Allah yang menjamin, bahwa karunia keselamatan
apabila telah diterima adalah untuk selama-lamanya dan tidak dapat hilang.
Konsep jaminan keselamatan kekal menekankan aktifitas Allah dalam menjamin pemilikan secara kekal akan karunia
hidup kekal (Ryrie, 1999).
������
�Sedangkan Arthur W. Pink, menjelaskan
pengertian tentang jaminan keselamatan adalah sebuah doktrin
yang melengkapi dan menyempurnakan
kebenaran-kebenaran lainnya.
Dan merupakan kebenaran
yang meyakinkan orang percaya
akan adanya keselamatan� (Chia & Juanda, 2021).� Pada dasarnya jaminan didasarkan atas kasih karunia
Allah dan fakta bahwa kehidupan kekal adalah suatu karunia
yang bersifat abadi. Pada saat seseorang percaya kepada Kristus, maka ia
dimasukan ke dalam suatu hubungan
dengan Allah, yang memastikan
bahwa keselamatannya terjamin, dan hanya berlaku bagi orang-orang percaya melalui iman pada Kristus.
3. Sifat dan Karakteristik Jaminan
Keselamatan
Dalam beberapa
surat yang ditulis oleh Paulus, ia seringkali memakai kata jaminan bersamaan
dengan istilah materai. Seperti dalam surat 2 Kor 1:22, dimana ia mengatakan
�Memateraikan tanda milikNya atas kita dan memberikan Roh Kudus di dalam hati
kita sebagai jaminan...� Dan juga dalam Efesus 1:13-14 �Di dalam Dia, kamu juga
dimateraikan dengan Roh Kudus..., dan Roh Kudus�
itu adalah jaminan bagian kita...�
Paulus mengerti
bahwa kata jaminan dengan materai tidak dapat dipisahkan, keduanya saling
berkaitan seperti dua buah mata uang yang saling melengkapi. Dan seperti pada
umumnya penggunaan keduanya selalu dipakai secara bersamaan. Sebagai salah satu
contoh, �Jika seseorang membuat surat
jaminan dengan kedua belah pihak dibutuhkan sebuah alat untuk mengesahkan suatu
surat sehingga surat itu mempunyai kuasa. Karena itu Paulus menggunakan istilah
�Materai� untuk membantu dan menguatkan sifat dan karakteristik dari jaminan
untuk keselamatan.
Kata �Materai�
dalam bahasa yunani yaitu �Sphragizo� Merupakan sebuah lambang atau tanda bukti
dan yang memiliki fungsi� pada masa itu
adalah �untuk pengesahan suatu transaksi� dan juga digunakan� sebagai �tanda kepemilikan yang sah.� TD.
Jakes menjelaskan penggunaan istilah kata ini dalam Alkitab dengan� berbagai macam cara:
Pertama:
digunakan sebagai alat segel seperti sebuah tutup atau penutup, dimana segala
sesuatu diamankan atau diikat dengan sebuah segel. Contoh: segel yang digunakan
untuk menutupi kuburan Yesus. Kedua: Digunakan untuk menyimpan suatu rahasia.
Contoh: Ketika Tuhan memberikan penglihatan kepada Yohanes tentang masa depan
dalam kitab wahyu. Ketiga: Sebagai tanda identifikasi atau tanda kepemilikan
dan perlindungan. Contoh dalam Efesus 1:13, dimana Tuhan menandai orang-orang
percaya yang menjadi milikNya (Hartoyo, 2016).
�Charles Stanley
mengatakan bahwa dalam setiap kasus istilah dimateraikan membawa gagasan
perlindungan dan jaminan dan jika dipakai untuk memateraikan suatu apakah itu
dokumen, berarti� menutupnya dari
pengaruh dan campur tangan pihak luar.��
Orang-orang percaya telah dimateraikan di dalam Kristus dan materai itu
bersifat rohani. Karena itu setiap orang yang telah di materaikan dalam kristus
dengan Roh Kudus akan tetap terjamin keselamatannya sampai pada akhirnya.
Karena keselamatan orang-orang percaya dilindungi dan dipelihara oleh kuasa
Allah. 1 Petrus 1:5 menyatakan bahwa orang-orang percaya �Dipelihara dalam
kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah
tersedia untuk dinyatakan pada akhir zaman.� �Jika keselamatan itu sifatnya
tidak permanen, berarti Allah hanya sekedar main-main ketika Ia memateraikan
orang-orang percaya dengan Roh Kudus Nya.���
Dan Jika keselamatan orang percaya tidak terjamin, maka tentunya
keselamatan itu dapat hilang. Dan materai yang diberikan oleh Tuhan tentunya
tidak akan punya arti apa-apa dan tidak menjamin apa-apa dan juga orang percaya
bukanlah menjadi milik Allah lagi. Karena itu tidak ada alasan orang percaya
dapat kehilangan keselamatannya, jika keselamatan itu dapat hilang dan tidak
terjamin, maka itu berarti melepaskan materai yang Tuhan berikan pada orang
percaya. Dan sangat mustahil karena tidak ada seorang pun yang dapat melepaskan
materai itu. Oleh karena itu keselamatan orang percaya sifatnya adalah kekal
dan pasti karena Allah sendiri yang menjaminnya.
4. Tujuan dari Jaminan Keselamatan
Allah memiliki
suatu rencana dan tujuan untuk menyelamatkan setiap orang. Allah bukan hanya
sebatas memberikan keselamatan bagi orang percaya lalu kemudian membiarkan
orang percaya mengacaukan keselamatan yang telah diterimanya dengan kehendaknya
sendiri atau juga membiarkan iblis memiliki hak untuk menindas, mengendalikan
dan menjatukan orang percaya. Tetapi Allah juga memberikan jaminan keselamatan
bagi orang percaya. Tujuan Allah menjamin orang percaya adalah untuk memberikan
suatu perlindungan rohani bagi orang percaya sehingga orang percaya aman,
terjaga dan terlidungi serta tidak pernah terhilang di hadapan Allah. Karena
Allah telah memberikan materai pada orang percaya sebagai tanda
perlindungan� bagi orang percaya dan juga
sebagai tanda milik Allah.
Orang percaya
yang telah dimateraikan dilindungi dan keselamatannya terjamin hingga hari
penyelamatan. Seperti yang dinyatakan oleh Paulus dalam kitab Efesus 4:30
dimana �Roh Kudus yang telah memateraikan kamu menjelang hari penyelamatan.�
Dan�� tidak ada satu pun dari kuasa
roh-roh jahat yang mampu untuk mengalahkan kuasa dari materai yang diberikan
Allah itu bagi orang percaya, bahkan iblis sekalipun. Karena itu Paulus
menegaskan dalam kitab Roma pasal 8:31-39, dimana paulus memberikan keyakinan
dan kepastian dari jaminan yang diberikan Allah dalam ayat 35-39, bahwa
�Siapakah yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan, atau
kesesakan atau penganiayaan ... tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih
Allah yang ada dalam Kristus Yesus.�
Dan Tujuan utama
dari semuanya ini adalah untuk menyatakan kemuliaan Nya melalui kuasaNya,
KasihNya, perbuatanNya, SifatNya yang dinyatakan melalui karyaNya dalam
menjamin keselamatan orang percaya.
5. Peran dan Karya Allah Tritunggal dalam Memberikan
Jaminan Keselamatan
Dasar dari
keyakinan akan jaminan keselamatan yang dimiliki oleh orang percaya bukanlah
terletak pada manusia tetapi pada Allah sendiri. Dimana Allah memberikan
kepastian akan jaminan kepada orang-orang yang percaya kepadaNya. Jaminan
keselamatan ini di dasarkan pada karya dan pekerjaan Allah Bapa, Allah Anak dan
Allah Roh Kudus (Allah Tritunggal).�
Keyakinan akan
keselamatan yang dimiliki oleh orang percaya, bukanlah keyakinan yang semu atau
palsu. Karena pada dasarnya Allah telah memberikan jaminan keselamatan kepada
orang-orang yang percaya kepadaNya melalui karya dan pekerjaan yang telah Allah
lakukan untuk memberikan keselamatan kepada orang percaya. Karya dan pekerjaan Allah
inilah yang menjadi dasar jaminan keselamatan yang dimiliki orang percaya.
PertanyaanNya sekarang adalah apa saja yang Allah lakukan atau kerjakan untuk
memberikan jaminan keselamatan kepada orang percaya? Dibawah ini akan
dijelaskan dasar yang menjadi jaminan keselamatan bagi orang percaya.
6. Peran Allah Bapa dalam Keselamatan
a. Memilih
dan Menetapkan sesuai Maksud dan RencanaNya
Allah
menghendaki agar manusia memperoleh keselamatan yang kekal dan tidak binasa.
Karena itu Allah melalui karya keselamatanNya, Ia memilih orang-orang untuk
diselamatkan (Ef 1:4) sejak masa kekekalan .Allah juga menentukan orang-orang
percaya untuk datang dan menjadi anak Allah dalam Kristus (Ef 1:5). Arthur W.
Pink menjelaskan urutan kronologis dari karya Allah dalam memilih dan
menentukan orang-orang percaya sebagai berikut:
Sebelum dunia
dijadikan, Allah telah melakukan pemilihan, penyeleksian dan penentuan. Dan
dihadapan Dia yang Mahatahu, berdiri segenap keturunan Adam, dan dari antara
mereka inilah Allah mngkhususkan dan mempredestinasikan sejumlah orang untuk
�diangkat sebagai anakNya.� Mempredestinasikan mereka untuk �dijadikan serupa
dengan gambar AnakNya, �menentukan mereka untuk memperoleh hidup yang kekal
menjadi percaya (Pink, 2008).
Inilah karya
yang dikerjakan Allah Bapa dalam memilih dan menentukan orang-orang percaya
dalam proses keselamatan.
b. Memampukan
dengan KuasaNya untuk Memelihara Keselamatan
Allah juga
berkarya dalam memelihara keselamatan orang percaya. Melalui kuasaNya, Allah
memelihara mulai dari proses awal yaitu: dipilih, ditentukan, dipanggil,
dibenarkan dan sampai pada akhirnya dimuliakan (Roma 8:28-30). Sehingga� orang percaya�
terjamin keselamatan mereka (Roma 8:28-30). Pink juga menjelaskan
tentang kuasa Allah dalam memelihara keselamatan orang percaya sebagai berikut:
�Orang-orang
percaya benar-benar dipelihara dalam kekuatan Tuhan (1 Ptr 1:5), tetapi perlu
dijelaskan bahwa mereka tidak dijaga seperti mesin, seperti seorang anak yang
dijaga di kamar supaya tidak jatuh kedalam api dengan menggunakan teralis tinggi-tinggi
yang terbuat dari logam atau di jaga oleh seseorang, atau seperti kuda yang
masih liar yang dipasangi kekang, tetapi dijaga secara rohani dengan
karya-karya kasih karunia Ilahi di dalam diri mereka dan dengan menggunakan
motivasi-motivasi dan dorongan-dorongan dari luar sehingga kasih karunia itu
diterapkan dan dilakukan� (Pink, 2008).
Dalam nats Alkitab
1 Ptr1:5 dan Yud 24, secara tegas berbicara tentang kuasa Allah dalam
memelihara keselamatan orang percaya. �Orang percaya dimampukan oleh Allah
untuk terus bertahan dalam keteguhan sampai pada akhirnnya� (Kennedy, 2008). Karena
itu setiap orang percaya terjamin keselamatannya dan tidak ada seorangpun yang
dapat merebut orang percaya dari tangan Allah.
7. Peran Allah Anak ( Tuhan Yesus
Kristus) dalam Keselamatan.
a.
Karya Kematian dan KebangkitanNya di
Dunia
Kristus menjadi jalan keselamatan,
dimana lewat karya kematianNya ia menyediakan penebusan (Ef 1:7). �Kristus membeli orang percaya dari pasar dosa dan membebaskan mereka (1 Kor 6:20, 1 Kor 7:23, Gal 3:13,
4:5). Kata membeli dalam bahasa yunani �agorazo,� yang menggambarkan seorang budak yang dibeli dari pasar budak rakyat� (Enns, 2008).
Lewat Kematian Kristus hubungan manusia dengan Allah menjadi pulih. Artinya bahwa manusia
yang telah terpisah dengan Allah, sekarang telah diperdamaikan dengan Dia. Dan melalui karya kematianNya Kristus membawa pendamaian dan pengampunan dosa, sehingga Allah mengampuni dosa mereka (Kol 2:13). Juga pembenaran, sehingga orang percaya dibenarkan dalam Kristus (Roma 5:1). �Kristus mati bagi
umat pilihanNya, dan Ia mati bukan
untuk menyediakan kemungkinan keselamatan, melainkan kepastian keselamatan. Kristus mati bukan sekedar
menyediakan pangampunan dosa, melainkan untuk menghapuskan dosa melalui pengorbananNya�
(Pink, 2008).
�Karena itu apabila ada
orang percaya dapat terhilang, maka itu berimplikasi bahwa karya kematian
Kristus tidak efektif bagi orang percaya� (Enns, 2008).� Dan Kristus sendiri dengan tegas menyatakan dalam Yoh 6:39-40), bahwa Ia tidak akan
kehilangan sesuatu apapun dari apa
yang sudah diberikan Bapa kepadaNya. Sehingga orang-orang yang percaya
kepadaNya tidak akan pernah terhilang.
b.
Pelayanan Kristus di Surga.
1)
Sebagai Pendoa syafaat bagi umatNya
Pelayanan Kristus di surga sekarang adalah berdoa untuk orang-orang yang menjadi milikNya. �Sedemikian hebat kerusakan batin manusia dan kekuatan pencobaan sehingga jika manusia dibiarkan
sendirian tanpa penjagaan Allah, mereka tidak akan pernah
dapat bertahan sampai akhir. Oleh karena itu, Kristus
menaikan permohonan yang penuh kuasa kepada
Bapa bagi mereka. Ia tidak
berdoa agar mereka diambil dari dunia, melainkan agar mereka dijaga dan dilindungi dari kuasa jahat�
(Owen, 2005).
Charles C. Ryrie menjelaskan tentang
pelayanan Yesus sebagai pendoa syafaat bagi umatNya
dan menguraikan isi dari pokok doa
Tuhan Yesus bagi umatNya yaitu:
Pelayanan Yesus bersifat preventif (doa syafaat), dalam Yohanes 17, Ia berdoa agar agar kita dijauhkan dari yang jahat (ayat 15), agar kita dikuduskan (ayat 17), agar kita dipersatukan (ayat 21), agar kita bisa berada di surga bersama dengan
Dia dan agar kita dapat melihat kemuliaanNya
(ayat 24). Oleh karena doa syafaatNya yang tidak henti-hentiNya bagi kita, maka
ia sanggup menyelamatkan kita secara sempurna dan kekal (Ibr 7:25) (Ryrie, 1999).
2)
Sebagai Pembela bagi Orang Percaya
Kristus� disebut sebagai �Pembela� orang percaya. Dalam bahasa yunani istilah
yang dipakai ialah �parakletos� artinya �Pengacara pembela� dalam konteks hukum
(1 Yoh 2:1). �Dalam literature rabinik
kata itu dapat mengindikasikan seseorang yang menawarkan pertolongan hukum atau seseorang
yang menjadi pengantara atas nama orang lain� (Enns, 2008). Kristus hadir dan menjadi perantara sebagai pembela yang membela orang percaya dari dakwaan dimana
iblis berusaha untuk menjatuhkan umatNya di hadapan Bapa. �PembelaanNya mulai bekerja waktu
seseorang berbuat dosa� (1 Yoh 2:1)� (Ryrie, 1999).
Setan mempunyai alasan yang kuat untuk mendakwa dan menjatuhkan setiap orang percaya manakala ia berbuat dosa
(Why 12:10), tetapi berkat peran Kristus dalam
membela orang percaya sehingga mereka tidak dijatuhi hukuman.
8. �Peran Roh
Kudus dalam Keselamatan
1) Menginsafkan dan Meyakinkan Orang Percaya
Salah satu karya Roh
Kudus dalam keselamatan adalah dimana Ia
berperan dalam menginsafkan dan meyakinkan orang
untuk percaya. �Kata meyakinkan dalam bahasa Yunani �elegcho� berarti �meyakinkan seseorang akan sesuatu, menunjukan sesuatu pada seseorang� (Enns, 2008)
dan dalam hal ini peran Roh
Kudus yaitu meyakinkan
dunia tentang dosa, kebenaran dan penghakiman (Yoh
16:8). Roh Kudus juga meyakinkan
orang percaya bahwa mereka adalah anak-anak
Allah, yang berhak mendapatkan
bagian sebagai sebagai pewaris milik Bapa (Roma 8:16). Roh Kudus memberikan jaminan di dalam hati orang percaya.
2) Melahirbarukan atau Meregenerasikan dan Memberikan Kehidupan Rohani yang Baru.
Roh
Kudus berkarya dalam melahirbarukan� dan meregenerasikan
kehidupan seseorang pada waktu ia percaya.
Dimana seseorang dilahirkan
kembali oleh Roh (Yoh
3:3-8), dan Roh Kudus memperbaharui
hidup seseorang (Tit 3:5).
3) Mendiami Orang Percaya
Roh
Kudus bekarya dalam mendiami orang percaya, kata yang
digunakan adalah �oikeo� (mendiami). Dimana� Roh
Kudus diberikan kepada semua orang percaya, dan bukan hanya kepada
orang-orang tertentu secara
selektif (Rm 5:5, 1 Kor
2:12, 2 Kor 5:5). Dan Ia tinggal dalam diri
orang percaya untuk selamanya (Yoh 14:17). Dalam Roma
8:9, Paulus menyatakan bahwa
orang yang tidak memiliki Roh Kudus adalah bukan milik Kristus.
�Oleh karena itu, memiliki Roh Kudus merupakan ciri semua orang yang telah dilahirakan kembali (Ryrie, 1999).�� Dan Roh Kudus yang
tinggal di dalam diri orang percaya merupakan jaminan bahwa orang tersebut akan dibangkitkan (Rm 8:11). �Dan
seandainya keselamatan dapat hilang, maka
kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya tentu akan
hilang. Dan orang percaya itu tidak lagi
didiami oleh Roh Kudus� (Ryrie, 1999). �
4) Memateraikan Orang Percaya
Roh
Kudus berkarya dalam memateraikan orang percaya, dimana pada saat orang percaya, Ia memateraikan
orang itu (Ef 1:13). Pemateraian
menjelaskan bahwa� orang percaya adalah milik Allah. Pemateraian itu juga merupakan tanda otoritas Allah hadir atas hidup
orang percaya. Pemateraian itu juga memberikan jaminan (sekuritas) yang bersifat permanen sampai pada menjelang hari penyelamatan (Ef 4:30). �Seandainya keselamatan bisa hilang, maka
materaiNya tidak akan sampai kepada
hari penebusan, tetapi hanya sampai
pada hari perbuatan dosa atau pemurtadan
atau juga ketidakpercayaan.�
Apabila manusia bertanggung jawab untuk menjamin
keselamatannya, maka ia dapat terhilang,
tetapi� apabila
Allah yang menjamin keselamatan
orang itu, maka orang itu akan terjamin
keselamatannya untuk selamanya.
9.
Peranan
dan Tanggung Jawab Orang Percaya
dalam Menerima Keselamatan
Sebuah gambaran ilustrasi yang baik untuk menjelaskan
tentang peranan Allah dan tanggung jawab orang percaya dalam keselamatan
yaitu dimana seorang� petani membajak sawahnya, menabur benih, dan memupuk serta memeliharanya,
sementara ia melakukan semua pekerjaan itu, ia menyadari bahwa
akhirnya ia sungguh-sungguh bergantung pada kekuatan-kekuatan yang berasal dari luar dirinya.
Ia tahu bahwa
ia tidak dapat mengecambahkan benih yang ditaburnya, ia pun tidak dapat
menurunkan hujan serta mendatangkan sinar matahari untuk menumbuhkan dan memanen hasilnya. Untuk memperoleh hasil panen yang baik. Ia bergantung
pada hal-hal ini, yang asalnya dari Allah. Walaupun demikian, petani itu tahu
bahwa jika ia tidak rajin
melaksanakan tanggung jawabnya, yaitu membajak, menanam, memupuk serta memelihara,
maka ia tidak
dapat mengharapkan hasil akhir musim.
Sebenarnya ia sedang bekerja sama dengan Allah, dan ia akan menuai
keuntungan hanya jika ia telah
melaksanakan tanggung jawabnya pribadi. Bertani adalah usaha bersama
antara Allah dengan petani. Petani tidak dapat melakukan
apa yang harus Allah lakukan, dan Allah tidak akan melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh petani.
Demikian
juga halnya dengan keselamatan merupakan suatu usaha bersama
antara Allah dengan orang percaya. Allah berperan dan berkarya dalam memberikan keselamatan kepada setiap orang yang percaya pada Kristus. Namun bukan berarti
mengabaikan tanggung jawab orang percaya dalam menerima keselamatan dari Allah. Filipi 2:12 menyatakan bahwa �Hai saudara-saudaraku yang
kekasih, kamu senantiasa taat, karena itu tetaplah
kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar�� Apa yang dimaksud dari ayat
tersebut? Apakah seseorang harus mengerjakan segala sesuatu untuk dapat
diselamatkan? Apakah orang percaya diselamatkan karena perbuatan baik mereka? Dr Ch. Abineno memberikan sebuah pandangan bahwa:
�Kata
kerjakan dalam bahasa yunaninya menggunakan kata katergazomai
yang memiliki pengertian mengerjakan, menyelesaikan dan menunaikan. Untuk dapat memahami kata kerjakan keselamatanmu harus melihat ayat
berikutnya sebagai kunci untuk menjelaskan
kata tersebut. Dalam ayat 13: karena Allah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan,
maupun pekerjaan menurut kerelaanNya. Dengan kata-kata ini Paulus sekaligus menjelaskan apa yang sebenarnya ia maksudkan dengan
kerjakan keselamatanmu. Sebab jika ditinjau
secara teliti, bukan mereka yang sebenarnya mengerjakan keselamatan, bukan mereka yang mengambil inisiatif untuk maksud itu, tetapi
Allah sendiri yang mengerjakan
dan mengambil inisiatif tersebut. Dialah yang mula-mula bertindak, RohNya yang mengerjakan di dalam mereka baik
kemauan, maupun pekerjaan. Tuhan Allah melakukannya menurut kerelaanNya berdasarkan kasih karuniaNya, dan Ia sekarang terus
bekerja di dalam mereka. Karena itu Paulus meminta mereka supaya mengerjakan keselamatan mereka dengan kerendahan hati� (Abineno, 1976).
�
Dr.
Danny F. Tuyu juga memberikan
sebuah penjelasan mengenai ayat dari
Filipi 2:12 sebagai berikut:
�Dalam terjemahan New King James
Version (NKJV), kata kerjakan keselamatan
menggunakan kata work out your salvation, bukannya work out for your salvation. Dalam
terjemahan Yunaninya pun di
tuliskan, katergazomai zoteria foboj tromoj
(katergazomai soteria phobos tromos). Arti kata� katergazomai
adalah work out, bukan work
out for your salvation. Work out salvation maksudnya adalah orang percaya sudah diselamatkan, dan keselamatan itu sudah menjadi bagian
atau milik kita. Dengan kata lain, orang percaya akan melakukan
segala sesuatu yang akan menunjukan bahwa orang itu sudah diselamatkan. Sebaliknya kata work out for salvation memiliki
pengertian bahwa orang percaya harus mengerjakan
segala hal supaya dapat diselamatkan.
Jadi prinsip pekerjaan baik berfokus kepada
work out your salvation, artinya karena
orang percaya sudah diselamatkan, maka orang percaya akan mengerjakan
perbuatan-perbuatan baik.
Dari beberapa pandangan para ahli diatas, dapat
disimpulkan pengertian dari kata kerjakan keselamatanmu dalam Filipi 2:12 bahwa keselamatan itu bukan dikerjakan oleh orang percaya yang telah menerima keselamatan, tetapi Allah yang telah mengerjakan keselamatan itu di dalam diri
orang percaya, dimana Allah
sendiri yang memberikan suatu dorongan dan kemauan maupun pekerjaan di dalam diri orang percaya untuk menengerjakan keselamatan yang sudah diberikan oleh Allah sebelumnya menjadi bagian milik mereka.
Oleh karena itu orang percaya memiliki peran dan tanggung jawab dalam menerima
keselamatan yang telah diberikan Allah. Adapun peran dan
tanggung jawab orang percaya dalam menerima
keselamatan yaitu:
10.
Hidup dalam Kekudusan
Banyak orang percaya yang memiliki keinginan untuk menjalani kehidupan yang kudus, namun bersamaan dengan itu mereka
beranggapan bahwa mereka tidak dapat
melakukannya. Mereka bergumul dan menyerah terhadap kebiasaan dosa-dosa yang mereka lakukan setiap harinya selama bertahun-tahun. �D.A. Carson berpendapat
bahwa pada� umumnya banyak orang tidak memiliki pengertian tentang dosa, mereka cukup
mengerti cara untuk berdosa, tetapi mereka tidak
memiliki pengertian tentang apa yang dimaksud dengan dosa" (Bridges, 2008).� Hal ini membuat mereka hidup asal-asalan dan sembarangan sesuai dengan keinginan daging mereka. Mereka beranggapan dosa merupakan hal yang biasa untuk dilakukan dan� tidak
lagi memperdulikan dosa sebagai suatu
ancaman yang serius dan mematikan bagi hidup mereka.� �Jerry Bridges menganalogikan
bahwa �Dosa adalah tumor ganas
spiritual dan moral. Jika dibiarkan, dosa dapat menyebar
ke seluruh keberadaan batin manusia dan mencemari setiap bagian hidup
manusia, bahkan juga ke dalam kehidupan
orang-orang percaya� (Bridges, 2008).�
Oleh karena itu orang percaya yang sudah menerima keselamatan dari Allah seharusnya menyadari bahwa� hidup
dalam dosa berarti sama dengan
menghina Allah, seperti
yang dinyatakan oleh Jery
Bridges, yaitu �Ketika seseorang
melibatkan diri dalam dosa apapun,
ia sama saja
sedang menghina Allah sendiri dan mendukakan Bapa Surgawi dengan
dosa yang diperbuat, serta menganggap sepi anugerahNya. Haruskah Orang percaya menganggap sepi anugerah Allah dengan mentoleransi di dalam diri orang percaya dosa yang telah memakukan Kristus ke kayu salib?�
Banyak orang percaya memiliki pandangan yang keliru tentang anugerah Allah. Di satu sisi mereka
percaya� bahwa Allah dengan segala kasih
dan anugerahNya sanggup mengampuni segala dosa dan pelanggaran mereka, namun di sisi lain mereka terus menerus hidup
dalam kebiasaan melakukan pelanggaran dosa. Mereka beranggapan
bahwa Allah mengasihi mereka tanpa syarat
dan tanpa memperdulikan perilaku mereka, sehingga mereka bebas hidup sesuka
mereka. Dalam Roma� 5:20 meyebutkan, �dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia
menjadi berlimpah-limpah.� Nats Alkitab tersebut
seolah-olah mendukung pandangan yang keliru tentang anugerah Allah dan� menyebabkan
berita injil tentang pengampunan yang cuma-cuma melalui Kristus dipandang rendah, sehingga mereka juga� memandang ringan dosa.
Namun
Paulus memberikan pertanyaan
sekaligus menjawab keberatan tersebut dalam Roma 6:1, �Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah
kita bertekun dalam dosa, supaya
semakin bertambah kasih karunia itu?
Paulus tidak mundur dari pernyataannya, ia memberikan jawaban
atas pernyataannya dalam Roma 6:2,� �Sekali-sekali
tidak! Bukankah kita telah mati
bagi dosa, bagaimanakah kita masih hidup di dalamnya?� Apa maksud pernyataan Paulus kita telah mati
bagi dosa. Jerry Bridges memberikan sebuah penjelasan mengenai pernyataan Paulus bahwa kalimat kita telah
mati bagi dosa dengan penjelasan
sebagai berikut:
�Hal
pertama yang harus� diamati
ialah bahwa kematian orang percaya terhadap dosa merupakan
hasil dari persatuan orang percaya dengan Kristus (ayat 2-11). Oleh karena Ia mati bagi
dosa, orang percaya pun
juga mati bagi dosa. Orang percaya telah dimerdekakan dari dosa (18) dan telah dibebaskan dari alam dosa
dan ditempatkan dalam kerajaan dan alam kebenaran.� Oleh karena itu, nyatalah
bahwa kematian orang percaya terhadap dosa bukan sesuatu
yang diusahakan oleh orang percaya,
tetapi sesuatu yang Kristus kerjakan. Hal ini sangatlah berharga
dan mendatangkan keuntungan
bagi semua orang yang telah dipersatukan denganNya.� Hal kedua yang harus diamati ialah bahwa
kematian orang percaya terhadap dosa merupakan
sebuah fakta, entah orang percaya menyadarinya atau tidak. Bahwa arti mati bagi dosa
ialah bahwa kita dipindahkan ke suatu tempat
sehingga dosa tidak lagi dapat
menyentuh orang percaya, tetapi untuk mengalaminya
dalam kehidupan sehari-hari, orang percaya harus menyadari bahwa mereka telah
mati bagi dosa (11-12). Jika orang percaya tidak mengalami kemenangan atas dosa-dosa mereka, hal itu disebabkan
karena mereka tidak menyadari fakta bahwa mereka
telah mati bagi dosa. Pengalaman
sehari-hari mereka dalam menghadapi dosa sangat menentukan, apakah mereka mengizinkan
dosa berkuasa lagi dalam tubuh
orang percaya. Oleh karena itu kehendak mereka
harus dipengaruhi oleh fakta bahwa mereka
telah mati bagi dosa� (Bridges, 2008).
Apakah
orang percaya yang telah diselamatkan dan menerima anugerah Allah boleh terus hidup melakukan
pelanggaran dosa?� Penjelasan diatas sekaligus menjawab pertanyaan tersebut bahwa orang percaya yang telah menerima anugerah keselamatan dari Allah tidak boleh hidup
berkubang dalam kebiasaan melakukan dosa sebab mereka
telah mati terhadap dosa, dimana mereka telah
dipersatukan dengan Kristus dan telah dipindahkan ke dalam kebenaran. Oleh sebab itu mereka
harus menyadari bahwa natur mereka
yang baru di dalam Kristus bahwa mereka
tidak mengizinkan dosa berkuasa lagi
dalam tubuh mereka.
Orang yang sudah menerima keselamatan tidak lagi hidup dalam
kebiasaan berbuat dosa sebab mereka
telah mati terhadap dosa. Oleh sebab itu orang percaya memiliki tanggung jawab untuk hidup benar
dan kudus. Firman Tuhan dalam 1 Petrus 1:15,16 menjelaskan
bahwa� orang percaya
harus memiliki cara hidup yang kudus.� �tetapi
hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia
yang kudus, yang telah memanggil
kamu, sebab ada tertulis, Kuduslah
kamu, sebab Aku kudus.�
Allah telah memanggil setiap orang percaya untuk hidup kudus. Dalam panggilan ini tidak ada
pengecualian, setiap orang percaya di segala bangsa, baik miskin, kaya, terpelajar dan tidak terpelajar, dipanggil untuk hidup kudus. Panggilan untuk hidup kudus ini didasarkan atas kenyataan bahwa Allah sendiri adalah Kudus. Oleh karena Allah kudus, Allah meminta
agar setiap orang percaya
pun kudus adanya.
Apa
yang dimaksud dengan pengertian dari kata �kekudusan�? Ada banyak Orang yang
mengidentifikasikan diri mereka dengan� kata kudus� atau kekudusan. Bagi orang yang beragama kata
�Kudus� seringkali berarti sebuah cara berpakaian,
larangan untuk berbuat sesuatu dan berbangga diri bahwa beberapa dosa tidak mempengaruhi
mereka. Namun pengertian kata �Kudus� bukanlah seperti demikian. T.D Jakes menjelaskan tentang pengertian dari kata kudus sebagai berikut:
�Kata
kudus diterjemahkan dari
kata Yunani hagioz (Hagios)
dan artinya dipersembahkan kepada Tuhan, diperuntukan
bagi Tuhan dan pelayananNya. Kata kudus memfokuskan
perhatian pada hubungan
orang percaya dengan Tuhan. Orang percaya dipilih dan dipanggil keluar untuk menjadi
kudus, atau dipersiapkan untuk digunakan secara khusus oleh Tuhan. Orang percaya di khususkan untuk tujuanNya. Sebuah gambaran yang indah tentang konsep ini dapat ditemukan
dalam Tabernakel Perjanjian Lama, ketika Musa menerima tugas untuk membangun Tabernakel, dia diberikan perabotan rumah yang khusus dan perkakas seperti garpu, sendok, baskom dan pengait daging. Sebelum perkakas tersebut dipersembahkan ke bait Allah, perkakas itu hanyalah
garpu, sendok, baskom dan pengait daging yang biasa saja. Tetapi begitu
perkakas itu dipersembahkan bagi Tabernakel, maka perkakas itu menjadi
garpu yang kudus, sendok
yang kudus, baskom yang kudus dan pengait
daging yang kudus. Semua perkakas itu tidak
lagi dapat digunakan untuk siapa saja dan� oleh siapa saja, karena mereka
sekarang adalah perkakas yang kudus. Mereka hanya dapat digunakan
untuk pelayanan� bait Tuhan, dan diperuntukan khusus bagi Tuhan.
Begitu juga hal nya dengan orang percaya dalam Yesus
Kristus didedikasikan dan dikhususkan untuk melayani Tuhan.��
Jadi pengertian kata kudus menurut T.D
Jakes adalah orang-orang yang dipersiapkan
dan dikhususkan oleh Allah untuk
melakukan pekerjaan bagi Allah. yang menjadi pertanyaan adalah dapatkah orang percaya hidup kudus dan bebas dari dosa di tengah-tengah
dunia yang rusak dengan segala pelanggaran dosa? Sebab dalam
I Yohanes 3:9, Menyatakan bahwa �Setiap Orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa
lagi, sebab benih ilahi tetap
ada di dalam dia dan ia tidak
dapat berbuat dosa, karena ia
lahir dari Allah.�� Meskipun seseorang menjadi orang percaya yang sungguh-sungguh, bagaimana mungkin ia harus hidup
sama sekali tanpa dosa.?
James Kennedy
memberikan penjelasan dengan sangat bagus sekali mengenai teks I Yoh 3:9 sebagai berikut:
�Arti yang sebenarnya dari
I Yoh 3:9 dapat dipahami hanya jika mengerti
bahasa Yunani, bahasa asli yang digunakan dalam Alkitab Perjanjian
Baru. Kata kerja bahasa Yunani yang dipakai dalam teks 1 Yoh 3:9, adalah dalam bentuk
linear tense, yaitu bentuk waktu yang menunjukan tindakan yang terus menerus atau berulang-ulang.
Jadi terjemahan terhadap ayat tersebut, agar bisa dengan akurat
mencakup pengertian aslinya dalam bahasa
Yunani seharusnya berbunyi,
Setiap orang yang lahir dari Allah tidak terus menerus melakukan
dosa, karena benihNya terus tinggal di dalam dia, dan ia tidak
dapat meneruskan kebiasaan berbuat dosa karena ia
dilaahirkan dari Allah.�
Jadi pengertiannya dalam bahasa Yunani aslinya sangat jelas, Anak-anak Allah yang sejati tidak terus
menerus melakukan dosa, karena pada dasarnya ada sisa-sisa
di dalam diri orang percaya. Tetapi benih Allah tetap tinggal di dalam diri orang percaya, sehingga hati setiap
orang percaya merindukan hal-hal yang kudus, dan sifat-sifat
lama dan hawa nafsunya, meskipun ada, tidak
menguasai diri orang percaya� (Kennedy, 2008).
Dalam Roma 6:14, �Sebab kamu tidak
akan dikuasai lagi oleh dosa.� Paulus mengkonfirmasi bahwa kehidupan orang percaya tidak dapat dikuasai
oleh dosa. Ayat ini bukanlah menjelaskan bahwa orang yang percaya tidak dapat berbuat
dosa lagi, tetapi dosa tidak
lagi berkuasa dalam hidup orang percaya. �Melakukan dosa sekali-sekali dalam kehidupan orang percaya merupakan hal tersendiri. Tetapi membiarkan dosa menguasai kehidupan orang percaya adalah hal yang lain lagi.�� Orang percaya tidak lagi
dapat dikuasai dosa oleh sebab Benih Allah tinggal di dalam hidup orang percaya. Dr. James Kennedy memberikan sebuah� penjelasan
apa sebabnya orang percaya tidak hidup
dikuasai oleh dosa, sebagai berikut:
�Dosa tidak menguasai kehidupan orang percaya. Mereka yang dilahirkan dari Allah tidak boleh terus
menerus dalam kebiasaan dan perbuatan dosa, karena benih
Allah tinggal di dalam dirinya. Apakah benih ilahi itu?
Yohanes menggunakan kata dalam bahasa Yunani sperma, sama dengan
benih-benih sperma yang menciptakan kehidupan. Dengan kata lain, benih Allah menciptakan kehidupan baru, sebuah sifat-sifat
baru yang berbeda di dalam diri orang Kristen, sebuah sifat yang merindukan kebenaran dan kekudusan Allah. Allah menanamkan
sifat-sifat dalam diri orang percaya agar menghindari dosa. Jadi Apakah itu berarti
orang percaya tidak pernah berbuat dosa? Tidak. Orang percaya bisa saja
sekali-sekali jatuh dalam dosa, tetapi
ia tidak tinggal di dalam dosa itu secara
terus menerus.�
Dari penjelasan� Dr.
James kennedy diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa orang percaya bukan tidak dapat
berbuat dosa lagi, melainkan orang percaya yang telah menerima Yesus Kristus masih tetap
dapat berbuat dosa, tetapi tidak
hidup dan tinggal terus menerus dalam
kebiasaan berbuat dosa, karena ada
benih ilahi tinggal di dalam hidup orang percaya, dimana benih ilahi
ini yang memberikan sifat-sifat yang baru dalam hidup orang percaya sehingga orang percaya dapat menghindari
dosa.�
Apa yang harus dilakukan oleh orang percaya untuk memperoleh
kekudusan? Bagaimana cara agar orang percaya dapat hidup dalam
kekudusan? Apakah orang percaya yang sudah menerima keselamatan dari Allah otomatis hidupnya mengalami kekudusan? John Brown, seorang Teolog Skotlandia abad 19 memberikan sebuah statement �Kekudusan tidak diraih dengan
spekulasi gaib, kekudusan diraih dengan berpikir seperti Allah berpikir dan berkehendak seperti Allah berkehendak� (Ryrie, 1999).
11.
Kehidupan yang Berbuah
Kehidupan
orang percaya yang sehat adalah hidup yang berbuah. John Owen menyatakan �buah Roh adalah
karya Roh, tidak berasal dari
manusia. Sifat-sifat saleh bukanlah hasil usaha orang percaya tetapi adalah karya Allah dan bersumber dari Allah sendiri� (Kennedy, 2008).
�Sebagaimana Kristus adalah sumber kuasa
bagi karakter yang serupa dengan Dia. Demikianlah cara mengalami kuasa itu adalah melalui
hubungan kita dengan Dia. Kebenaran ini ajaran hakiki
Yesus dalam ilustrasi di Yohanes 15 tentang pokok amggur
dan ranting-rantingnya. Hanya
dengan tinggal di dalam Dia, orang percaya dapat menghasilkan
buah dari karakter yang saleh.�
�Meskipun kuasa bagi karakter yang serupa dengan Kristus
berasal dari Kristus, tanggung jawab untuk mengembangkan
dan memperlihatkan karakter
itu ada di pihak orang percaya.
Perkataan Tuhan Yesus dalam
Yohanes 7:38, �Barangsiapa percaya kepadaKu, . . dari dalam
hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.�� �Aliran-aliran air hidup ini membawa kehidupan
Kristus. Kata kehidupan dalam bahasa Yunani adalah zoe yang berarti kehidupan seperti yang dimiliki Allah. Kehidupan Kristus ini adalah kekudusanNya,
sebagai sebuah pancuran yang memancarkan air hidup. Kekudusan mengalir dari hati
kita, dimanifestasikan sebagai buah-buah Roh� (Verena, 2021)
�Oleh karena itu buah
Roh dapat didefinisikan sebagai manifestasi dari kekudusan dalam karakter dan tingkah laku sebagai bukti
dari adanya air hidup dari Tuhan
Yesus. Buah Roh adalah bekerjanya
sifat dan tingkah laku Kristus yang terbentuk dalam kehidupan seorang percaya.�
Apakah
yang dimaksud dengan buah? �Kata buah dalam bahasa Yunani adalah karpos yang berarti buah yang dihasilkan dari energy suatu mahkluk hidup.
Hal ini menggambarkan perwujudan atau ekspresi nyata dari kuasa yang bekerja di dalam dan tidak kelihatan, yaitu karakter dari buah sebagai
perwujudan karakter dari kuasa yang menghasilkan buah tersebut.�
Orang-orang percaya yang menghasilkan buah sejati mengizinkan
aliran air kehidupan membersihkan kehidupan lama, sehingga gambaran Kristus dapat dimanifestasikan.
Hanya dengan mengizinkan kehidupanNya mengalir di dalam kehidupan orang percaya dan tetap tinggal di dalam Yesus Kristus sajalah
orang percaya dapat menghasilkan buah.
Dalam Yohanes 15:8, Yesus berkata, �Dalam hal inilah BapaKu
dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah
banyak dan dengan demikian kamu adalah
murid-muridKu.� Bukti bahwa
orang percaya adalah seorang murid adalah bahwa mereka menghasilkan
buah. Yohanes 15:16, ��Dan aku telah menetapkan
kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap.�
Allah menghendaki setiap
orang percaya meghasilkan buah, buah yang lebat.
Kesimpulan
Orang percaya harus
memiliki keyakinan akan kepastian keselamatan mereka, tetapi juga bukan berarti dengan pernyataan demikian mereka dapat menyombongkan
diri bahwa keyakinan kepastian jaminan keselamatan itu diperoleh atas
dasar kepercayaan pada diri sendiri bahwa
mereka yakin diselamatkan oleh karena mereka merasa layak
untuk diselamatkan. Keyakinan kepastian keselamatan mereka harus didasarkan pada kuasa Allah sendiri yang telah berperan dalam memelihara keselamatan dalam hidup orang percaya.
�Dasar dari kepastian jaminan keselamatan yaitu Karya Allah Tritunggal. Allah Tritunggal berperan dalam proses keselamatan mulai dari awal dimana
Allah berkarya dalam Merencanakan keselamatan sampai kepada proses akhir dimana Allah memelihara keselamatan orang percaya melalui karyaNya. Oleh karena itu tidak ada
alasan bagi orang percaya untuk meragukan
keselamatannya, karena
Allah sendiri yang menjadi jaminan yang kuat dan yang tidak dapat terbantahkan
oleh apapun juga. Keselamatan
orang percaya merupkan hasil kerja dari
Allah Tritunggal dalam memelihara orang percaya dari proses awal sampai pada akhir.
Alasan yang membuat
orang percaya tidak dapat kehilangan keselamatannya adalah karena Allah dengan murah hati memelihara
mereka sehingga mereka tidak kelilangan
keselamatannya. Tetapi
orang percaya juga memiliki
tanggung jawab untuk hidup bertekun
dalam kekudusan dan� dalam
iman kepada Kristus. Ketekunan adalah tindakan yang dilakukan orang percaya, sedangkan Pemeliharaan adalah merupakan tindakan yang dilakukan oleh
Allah.
Abineno, J. L. Ch. (1976). Jesus Christ Frees and
Unites. Occasional Bulletin from the Missionary Research Library, 26(8),
1�10. Google Scholar
Bridges, Jerry. (2008). Respectable Sins
Membereskan Dosa-dosa yang Kita Toleransi. Bandung: Pionir Jaya. Google Scholar
Chia, Philip Suciadi, & Juanda, Juanda.
(2021). The Background Of Calvin�s Thoughts. Journal Didaskalia, 4(2),
19�28. Google Scholar
Ellis, Paul. (2014). The Hyper-Grace
Gospel: A Response to Michael Brown and Those Opposed to the Modern Grace
Message (Vol. 3). KingsPress. Google Scholar
Enns, Paul P. (2008). The Moody handbook
of theology. Moody Publishers. Google Scholar
Hartoyo, Stephanus. (2016). Model Keluarga
Dan Interelasinya Di Tengah Derasnya Arus Zaman (Eksposisi Efesus 5: 22-6:
1-4). Sanctum Domine: Jurnal Teologi, 4(2), 1�8. Google Scholar
Karel Sosipater. (2016). Etika Taman
Eden. Google Scholar
Kennedy, D. James. (2008). What If Jesus
Had Never Been Born? Thomas Nelson. Google Scholar
LETS, S. T. T., & Poltak, Raymond.
(2020). TEOLOGI KEMAKMURAN DALAM PERPEKTIF INJIL KERAJAAN ALLAH. Jurnal
Pembaharu, 6(1). Google Scholar
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Google Scholar
Owen, John. (2005). Jaminan Keselamatan
Kristen. Surabaya: Momentum. Google Scholar
Pink, Arthur W. (2008). Sovereignty of
God. Sovereign Grace Publishers,. Google Scholar
Ryrie, Charles C. (1999). Basic
theology: A popular systematic guide to understanding biblical truth. Moody
Publishers. Google Scholar
Swindoll, Charles R. Pen. Doreen Widjana,
Peny. Leonardo A. Sjiamsuri. (2011). Manual Untuk Orang Kristen. Google Scholar
Verena, Kezia. (2021). Peranan Isteri yang
Cakap dalam Keluarga Kristen Menurut Amsal 31: 10�31. REDOMINATE: Jurnal
Teologi Dan Pendidikan Kristiani, 2(2), 66�81. Google Scholar
Yeakley, Tom. (2013). Character Formation
for Leaders. Bandung: Kalam Hidup. Google Scholar
Copyright holder: Gilbert E Lumoindong,
Junifrius Gultom (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |