Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 2, Februari 2022
PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA VIDEO ANIMASI
TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG PADA REMAJA
Berliana Nur Frisda, Widati
Fatmaningrum, Woro Setia Ningtyas
Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
Email: [email protected], widati[email protected], [email protected]
Abstrak
Beban Ganda Malnutrisi merupakan permasalahan global yang mempengaruhi
negara kaya maupun miskin. Kelebihan
berat badan dan kekurangan berat badan merupakan penyakit multifaktoral yang dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor
internal bisa berupa kelainan genetik dan kelainan endokrin, sedangkan faktor eksternal bisa berupa pengetahuan, gaya hidup, dan lingkungan. Kualitas gizi yang tidak seimbang akan berdampak
pada pertumbuhan fisik yang
tidak optimal, mempengaruhi
reproduksi, dan mempengaruhi
kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pendidikan gizi seimbang melalui media video animasi terhadap peningkatan pengetahuan gizi seimbang pada remaja. Metode: Metode penelitian ini adalah Quasi eksperimental dengan rancangan penelitian Non Equivalent Control Group Design. Jumlah
sampel sebanyak 42 siswa dengan teknik
pengambilan sampel
Purposive Sampling. Variabel bebas
adalah pendidikan gizi seimbang yang diberikan sebanyak 3 kali pertemuan (satu minggu satu pertemuan)
dengan metode penyuluhan menggunakan media
audiovisual yaitu video animasi.
Variabel terikatnya adalah pengetahuan gizi seimbang. Instrumen yang digunakan yaitu kuisioner dan video animasi. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan pengetahuan remaja meningkat 100% denga p
value = 0.000 (<0,05). Kesimpulan: Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh edukasi gizi seimbang
melalui video animasi terhadap peningkatan pengetahuan gizi seimbang pada remaja.
Kata kunci: gizi seimbang; edukasi; video animasi
Abstract
Double
Burden Malnutrition is a global problem that affects both rich and poor countries. Overweight and underweight
are multifactorial diseases that are influenced by internal and external
factors. Internal factors can be in the form of genetic disorders and endocrine
disorders, while external factors can be knowledge, lifestyle, and environment.
Unbalanced nutritional quality will have an impact on physical growth that is
not optimal, affects reproduction, and affects cognitive. This study aims to
determine the effect of balanced nutrition education through animated videos on
increasing knowledge of balanced nutrition in adolescents. Methods: This research method is a
quasi-experimental research design with Non Equivalent
Control Group Design. The number of samples is 42 students with purposive
sampling technique. The independent variable was balanced nutrition education
which was given 3 times (one meeting per week) with the extension method using
audiovisual media, namely animated video. The dependent variable is knowledge
of balanced nutrition. The instruments used are questionnaires and animated
videos. Data analysis using Wilcoxon test. Results: The results showed that the knowledge of adolescents increased by 100% with p value = 0.000 (<0.05). Conclusion: These data indicate that
there is an effect of balanced nutrition education through animated videos on
increasing knowledge of balanced nutrition in adolescents. Double Burden Malnutrition is a
global problem that affects both rich and poor countries. Overweight and
underweight are multifactorial diseases that are influenced by internal and
external factors. Internal factors can be in the form of genetic disorders and
endocrine disorders, while external factors can be knowledge, lifestyle, and
environment. Unbalanced nutritional quality will have an impact on physical
growth that is not optimal, affects reproduction, and affects cognitive. This
study aims to determine the effect of balanced nutrition education through
animated videos on increasing knowledge of balanced nutrition in adolescents.
Methods: This research method is a quasi-experimental research design with Non Equivalent Control Group Design. The number of samples
is 42 students with purposive sampling technique. The independent variable was
balanced nutrition education which was given 3 times (one meeting per week)
with the extension method using audiovisual media, namely animated video. The
dependent variable is knowledge of balanced nutrition. The instruments used are
questionnaires and animated videos. Data analysis using Wilcoxon test. Results:
The results showed that the knowledge of adolescents increased by 100% with p
value = 0.000 (<0.05). Conclusion: These data indicate that there is an
effect of balanced nutrition education through animated videos on increasing
knowledge of balanced nutrition in adolescents.
Keywords: balanced
nutrition; education; animated video
Pendahuluan
Masa remaja merupakan
masa transisi yang ditandai
adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Pertumbuhan yang cepat (growth spurt) baik tinggi maupun berat
badan merupakan salah satu tanda perubahan fisik pada remaja. Kebutuhan gizi sangat dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan yang
optimal, terlebih nafsu makan pada remaja khususnya remaja laki-laki sangat meningkat pada fase ini, sedangkan
pada remaja perempuan biasanya mereka lebih mementingkan penampilan sehingga membatasi diri dengan memilih makanan yang tidak mengandung banyak energi dan tidak mau sarapan, sehingga
remaja sangat rentan mengalami masalah gizi. Masalah gizi
akan timbul ketika susunan makanan tidak seimbang
antara konsumsi makanan dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (Yuli Purbaningsih, Jamadi Jamadi, Pilifus Junianto, Nurul Laili Fittriya,
n.d.).
Masalah gizi
yang dapat terjadi pada
masa remaja yaitu Beban
Ganda Malnutrisi atau
Double Burden Malnutrition (DBM). Beban Ganda Malnutrisi
merupakan permasalahan
global yang mempengaruhi negara kaya maupun miskin. Sebanyak 25% populasi remaja di dunia mengalami kelebihan berat badan, 17% anak-anak pra sekolah dan remaja mengalami kekurangan berat badan, 28,5% mengalami stunting (pendek), sebanyak 40% wanita usia subur mengalami
anemia dan sepertiga populasi
global masih menderita kekurangan yodium. Adanya kasus kelebihan
dan kekurangan berat badan
di kalangan anak-anak dan remaja menunjukkan bahwa Beban Ganda Malnutrisi sudah sangat memprihatinkan (Jatmika, septian emma dwi, Maulana, M., Kuntoro, & Martini, 2019).
Kelebihan berat
badan dan kekurangan berat
badan merupakan penyakit multifaktoral yang dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang dapat mempengaruhi terjadinya kelebihan berat badan adalah faktor genetik
dan kelainan endokrin, sedangkan faktor eksternal yaitu pengetahuan, pengaruh gaya hidup, tingkah
laku dan lingkungan. Dampak dari kelebihan
berat badan pada
remaja ialah dapat memicu penyakit
degenerative seperti hipertensi,
diabetes melitus dan penyakit
jantung koroner. Sedangkan kekurangan berat badan merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan gizi, dan gizinya dibawah rata-rata. Kualitas gizi yang rendah akan berdampak
pada pertumbuhan fisik yang
tidak optimal, mempengaruhi
reproduksi, dan mempengaruhi
kognitif yang tidak dapat tercapai secara optimal (RAHMAWATI, n.d.). Perilaku gizi dan kesehatan merupakan faktor penting. Pada prinsipnya, seseorang berperilaku makan sehat jika aneka
menu yang dikonsumsi bergizi
seimbang. Gizi seimbang ini hanya
dapat diperoleh dari beraneka ragam
bahan makanan. Makin banyak ragam bahan
makanan yang dimakan setiap hari, makin
besar asupan gizi ke dalam
tubuh. Kesadaran untuk pola makan
sehat itulah yang sampai kini belum
dimiliki kebanyakan wanita usia subur
berusia muda (Depkes RI., 2013).
Perbaikan gizi
pada remaja melalui intervensi gizi spesifik seperti pendidikan gizi perlu dilakukan untuk meningkatkan status gizi remaja, memutus
mata rantai inter-generasi masalah gizi, serta masalah
penyakit tidak menular. Pemberian pendidikan gizi seimbang diperlukan sebagai pedoman dalam memerhatikan variasi makanan dengan nutrisi yang seimbang (Telisa, I., & Eliza, 2020).
Pemberian pendidikan gizi pada usia remaja diupayakan melalui media yang menarik agar penyampaian materi dapat diterima dengan mudah dan menghindari adanya kejenuhan pada remaja (Tuzzahroh, 2015).
Berdasarkan hasil
studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMP
Negeri 184 Jakarta masih terdapat
banyak siswa 41% belum mengetahui pedoman gizi seimbang,
sebagian besar 49,81% siswa tidak pernah
sarapan pagi, sebagian besar 15,73% mengalami kondisi kurus, 8,19% siswa mengalami obesitas. SMP Negeri 184 Jakarta telah
menerapkan program sarapan bersama, namun program tersebut terhenti dikarenakan adanya kegiatan belajar mengajar dari rumah.
Oleh karena itu, program ini harus tetap
berjalan dengan didukung informasi gizi seimbang melalui
pendidikan dan penyuluhan gizi seimbang.
Berdasarkan latar
belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui �Pendidikan Gizi Seimbang Dengan
Media Video Animasi Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Gizi Seimbang Pada Remaja di SMP Negeri 184 Jakarta Timur�.
Metode Penelitian
Jenis penelitian
ini merupakan Quasi Eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Non Equivalent Control Group Design. Populasi
pada penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 184
Jakarta dengan jumlah 684 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling dengan menetapkan kriteria inklusi berupa bersedia menjadi responden, siswa dan siswi usia 13-15 tahun, kelas 7 dan 8, memiliki gawai maupun laptop. Sedangkan kriteria ekslusi yaitu siswa dan siswi kelas 9, sedang sakit dan tidak dapat hadir,
tidak mempunyai gawai maupun laptop. Kemudian didapatkan besar sampel sebanyak
42 siswa.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah edukasi
gizi seimbang dengan media video animasi. Variabel terikat adalah pengetahuan gizi seimbang. Pengetahuan gizi seimbang berskala data ordinal
dan diukur menggunakan kuisioner sebelum dan sesudah diberikan edukasi gizi seimbang
melalui video animasi. Berikut definisi operasional dari variabel penelitian.
Tabel
1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel |
Definisi |
Alat Ukur |
Cara |
Hasil Ukur |
|
Skala |
|
Operasional |
|
Pengukuran |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengetahuan |
Kemampuan |
Kuisioner |
Responden |
<60% |
: |
Ordinal |
Gizi Seimbang |
kognitif |
pengetahuan |
mengisi |
pengetahuan |
|
|
|
responden |
gizi |
sendiri soal/tes |
rendah, |
|
|
|
mengenai gizi |
seimbang |
pilihan ganda |
60%-80% : |
|
|
|
seimbang |
|
yang diberikan |
pengetahuan |
|
|
|
|
|
saat pretest |
sedang, |
|
|
|
|
|
dan posttest |
>80% |
: |
|
|
|
|
sebanyak 20 |
pengetahuan |
|
|
|
|
|
pertanyaan |
tinggi |
|
|
|
|
|
melalui google |
posttest > |
|
|
|
|
|
form |
pretest, posttest |
|
|
|
|
|
|
< pretest, |
|
|
|
|
|
|
posttest = |
|
|
|
|
|
|
pretest |
|
|
Video Animasi |
Video animasi |
Video |
Responden |
|
|
|
|
merupakan |
animasi |
melihat video |
|
|
|
|
media |
|
animasi yang |
|
|
|
|
audiovisual |
|
berisikan materi |
|
|
|
|
yang dapat |
|
mengenai |
|
|
|
|
menggerakkan |
|
pedoman gizi |
|
|
|
|
objek dan |
|
seimbang |
|
|
|
|
terdapat pesan |
|
sebanyak 3 kali |
|
|
|
|
dalam bentuk |
|
selama 3 minggu. |
|
|
|
|
cerita dan |
|
Dengan setiap |
|
|
|
|
gambar |
|
minggu 1 kali |
|
|
|
|
bergerak |
|
pemutaran video |
|
|
|
|
|
|
animasi. |
|
|
|
Pengumpulan data dilakukan
pada bulan Juni sampai bulan September 2021 dimulai dengan penentuan sampel penelitian dan pembagian antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Pembagian tersebut tidak dilakukan secara random atau acak. Sebelum diberikan
pendidikan gizi seimbang melalui media video animasi, kedua kelompok responden diberikan surat persetujuan mengikuti penelitian atau informed consent satu hari sebelum
dilakukannya penilaian awal atau pretest. Kemudian pada minggu pertama kedua kelompok
responden diberikan kuisioner pretest mengenai pengetahuan gizi seimbang. Kuisioner tersebut berisikan pedoman gizi seimbang
serta kandungan gizi yang dibutuhkan oleh remaja. Pada hari yang sama responden yang termasuk dalam kelompok intervensi diberikan video animasi yang berisikan materi pedoman gizi seimbang,
sedangkan responden yang termasuk dalam kelompok kontrol diberikan sebuah placebo, dalam hal ini
yaitu komik gizi seimbang. Pemutaran video animasi pada kelompok intervensi dan pemberian placebo atau komik gizi seimbang
pada kelompok kontrol dilakukan sebanyak tiga kali dalam tiga pertemuan atau setiap satu
minggu sekali. Setelah diberikan video animasi pada kelompok intervensi dan komik gizi seimbang
pada kelompok kontrol. Kedua kelompok responden diberikan kuisioner yang sama untuk mengukur peningkatan pengetahuan gizi seimbang. Pengolahan data dilakukan melalui proses editing, coding, entry, cleaning, dan
tabulating data. Data yang sudah terkumpul
akan diolah kemudian dianalisis, analisis data dibagi menjadi dua yaitu
analisis univariat dan analisis bivariat, dimana analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi subjek penelitian dan analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hubungan antara variabel independent terhadap variabel dependent sekaligus menguji hipotesis penelitian menggunakan uji Wilcoxon dengan bantuan program komputer SPSS.
Hasil dan Pembahasan
Analisis Univariat
a. Karakteristik responden
berdasarkan usia
Tabel 2
Distribusi frekuensi
kelompok intervensi.
|
Usia |
N |
% |
|
|
|
|
|
Usia 13 Tahun |
���
14 |
66,67% |
|
Usia 14 Tahun |
4 |
19,04% |
|
Usia 15 Tahun |
3 |
14,29% |
|
|
|
|
|
Total |
21 |
100% |
|
|
|
|
Tabel
3
Distribusi frekuensi kelompok kontrol.
Usia |
N |
% |
|
|
|
Usia 13 Tahun |
16 |
76,20% |
Usia 14 Tahun |
5 |
23,80% |
Usia 15 Tahun |
0 |
0 |
|
|
|
Total |
21 |
100% |
Pada penelitian
ini karakteristik responden pada kelompok intervensi mayoritas berusia 13 tahun dan sebagian lainnya berusia 14 tahun dan 15 tahun. Sedangkan responden pada kelompok kontrol sebagian besar berusia 13 tahun dan sebagian lainnya berusia 14 tahun.
b.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4
Distribusi frekuensi kelompok intervensi
|
Jenis Kelamin |
N |
% |
|
|
|
|
|
Laki-laki |
8 |
38% |
|
Perempuan |
13 |
62% |
|
|
|
|
|
Total |
21 |
100% |
|
|
|
|
Tabel 5 Distribusi frekuensi kelompok
kontrol |
|
||
|
|
|
|
|
Jenis Kelamin |
N |
% |
|
|
|
|
|
Laki-laki |
9 |
42,86% |
|
Perempuan |
12 |
57,14% |
|
|
|
|
|
Total |
21 |
100% |
Karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol mayoritas merupakan
remaja perempuan dan sebagian kecil merupakan remaja berjenis kelamin
laki-laki.
Analisis Bivariat
a. Pengetahuan
Gizi Seimbang
Tabel 6
Pengetahuan gizi seimbang sebelum
dan setelah diberikan pendidikan gizi seimbang pad kelompok intervensi
|
Kategori |
|
|
Pretest |
|
Posttest |
||
|
|
|
N |
% |
N |
% |
||
|
|
|
|
|
|
|||
|
Rendah |
12 |
57,1% |
4 |
19% |
|||
|
Sedang |
9 |
|
42,9% |
0 |
|
0% |
|
|
Tinggi |
0 |
|
0% |
17 |
81% |
||
|
|
|
|
|
|
|||
|
Rata-rata |
55 |
|
90 |
|
|||
|
|
|
|
|
|
|||
|
Standar deviasi |
0 |
|
7,071 |
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
||
|
Total |
21 |
|
100% |
21 |
100% |
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel
7
Hasil Uji
Wilcoxon Pengetahuan Gizi Seimbang Kelompok Intervensi.
|
Uji Wilcoxon |
N |
% |
P |
|
Kelompok |
|
|
|
|
Intervensi |
|
|
|
|
Posttest > Pretest |
21 |
100% |
|
|
Posttest < Pretest |
0 |
0% |
0.000 |
|
Posttest = Pretest |
0 |
0% |
|
|
|
|
|
|
|
Total |
21 |
100% |
|
Berdasarkan hasil penilaian
awal pada kelompok intervensi didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki nilai yang rendah dengan rata-rata nilai pretest 55. Setelah diberikan pendidikan gizi seimbang dengan media video animasi sebagian besar nilai posttest
pada kelompok intervensi termasuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata nilai 90 dan mayoritas nilai posttest lebih besar dibandingkan nilai pretest. Hasil uji Wilcoxon
didapatkan p = 0.000 (p < 0,05) yang menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan setelah diberikan pendidikan gizi seimbang.
Tabel
8
Pengetahuan
gizi seimbang sebelum dan setelah diberikan pendidikan gizi seimbang pada kelompok kontrol.
Kategori |
Pretest |
|
Posttest |
|
|
|
|
|
|
|
N |
% |
N |
% |
|
|
|
|
|
Rendah |
15 |
71,4% |
14 |
66,7% |
Sedang |
6 |
28,6% |
7 |
33,3% |
Tinggi |
0 |
0% |
0 |
0% |
|
|
|
|
|
Rata-rata |
53 |
|
53,8 |
|
|
|
|
|
|
Standar Deviasi |
10,60 |
|
7,071 |
|
|
|
|
|
|
Total |
21 |
100% |
21 |
100% |
�������������������������������������
Tabel 9
Hasil Uji
Wilcoxon Pengetahuan Gizi Seimbang Kelompok Kontrol.
|
|
Uji Wilcoxon |
|
N |
% |
P |
|
|
|
Kelompok |
|
|
|
|
|
|
|
Kontrol |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Posttest > Pretest |
0 |
0% |
|
||
|
|
Posttest < Pretest |
3 |
14,29% |
0.083 |
||
|
|
Posttest = Pretest |
|
18 |
85,71% |
|
|
|
|
Total |
|
21 |
|
100% |
|
Berdasarkan hasil penelitian awal pada kelompok kontrol didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki nilai pretest yang rendah dengan rata-rata nilai pretest 53. Kemudian dilakukan penilaian kembali setelah diberikan pendidikan gizi dengan menggunakan media yang berbeda yaitu komik
gizi seimbang, didapatkan nilai pengetahuan responden masih dalam kategori
rendang dengan nilai posttest 53,8 dan mayoritas nilai posttest sama dengan nilai
pretest. Hasil uji Wilcoxon didapatkan
p = 0.083 (p > 0,05) yang menunjukkan tidak ada peningkatan
pengetahuan setelah diberikan pendidikan gizi seimbang.
Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Karakteristik responden pada penelitian ini ditentukan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Usia remaja merupakan
periode masa transisi masa anak-anak menuju dewasa. Pada usia tersebut remaja mengalami masa pubertas yang mengakibatkan terjadinya percepatan pertumbuhan (Growth
spurt). Pada fase growth spurt, kebutuhan
akan gizi pada remaja meningkat dengan pesat, sehingga
apabila terjadi defisiensi pada fase ini berpengaruh terhadap pertumbuhan anak tersebut. Puncak fase ini
terjadi pada usia 13-15 tahun (Soliman, A., De Sanctis, V., & Elalaily, 2014).
Jenis kelamin juga menentukan
masing-masing kebutuhan gizi
pada remaja. Angka kecukupan
gizi remaja laki-laki maupun perempuan berbeda, seperti contoh remaja laki-laki usia 13-15 tahun membutuhkan energi sebanyak 2475 kkal, sedangkan remaja perempuan usia 13-15 tahun membutuhkan energi sebanyak 2125 kkal. Kebutuhan protein pada remaja laki-laki usia 13-15 tahun ialah 72 gram sedangkan
pada remaja perempuan dengan usia yang sama sebanyak 69 gram. Kebutuhan lemak pada remaja laki-laki usia 13-15 tahun sebanyak 83
gram dan pada remaja perempuan
sebanyak 69 gram. Kebutuhan
vitamin D yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kerangka tubuh yang cepat juga berbeda antara remaja laki-laki dan perempuan. Kebutuhan zat besi pada remaja
laki-laki dan perempuan
juga berbeda, hal ini dikarenakan remaja perempuan akan mengalami kehilangan darah pada saat haid setiap
bulan (Depkes RI., 2013).
Pengetahuan Gizi Seimbang
Status gizi pada seseorang dipengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal berupa citra tubuh, pemilihan
makanan, kesehatan, minat dan bakat, motivasi dan sikap, sedangkan faktor eksternal yaitu pengetahuan, sumber informasi, pola makan keluarga, teman sebaya, pendapatan
dan lingkungan.
Pendidikan kesehatan khsusunya pendidikan gizi seimbang merupakan salah satu hal yang dapat
menambah pengetahuan dan informasi pada seseorang.
Pendidikan kesehatan bisa didapatkan melalui berbagai macam sumber seperti promosi kesehatan. Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui berbagai macam media seperti media cetak, media elektronik dan media
audiovisual (Jatmika, septian emma dwi, Maulana, M., Kuntoro, & Martini, 2019).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan media audiovisual. Media audiovisual merupakan media yang dihasilkan melalui proses mekanik dan elektronik dengan menyajikan informasi atau pesan secara
audio dan visual, salah satu contoh
media tersebut yaitu video animasi (Fatimah, F., Widyastutik, O., & Suwarni, 2019).
Video animasi ialah media audiovisual yang dapat menggerakkan suatu objek dan memiliki pesan didalamnya dalam bentuk cerita
bergambar. Video animasi digunakan sebagai media prantara untuk memberikan materi mengenai pedoman gizi seimbang dan kebutuhan gizi pada remaja.
Kelebihan video animasi sebagai media dalam memberikan pendidikan kesehatan yaitu dapat menarik
perhatian, dinilai lebih menyenangkan serta membuat remaja
tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan semangat belajar. Video animasi memiliki kemampuan untuk memaparkan sesuatu yang rumit untuk dijelaskan hanya dengan kata-kata maupun gambar, selain itu penyajiannya
dapat dikendalikan dan dapat diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar, video animasi juga merupakan media yang
interaktif dan dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Efektifitas penggunaan media ini ditentukan oleh banyak nya panca
indra yang mendapatkan
stimulus. Salah satu indikator
keberhasilan suatu media penyuluhan ialah terjadinya peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah diberikannya informasi melalui media tersebut (Azhari, M. A., & Fayasari, 2020).
Hasil penelitian didapatkan kelompok intervensi yang diberikan pendidikan gizi seimbang melalui
media video animasi memiliki
nilai yang lebih tinggi dengan nilai
rata-rata posttest 90. Kemudian
dilakukan analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon, dengan hasil menunjukkan
p = 0.000 (p < 0,005) yang dapat diartikan bahwa kelompok intervensi mengalami peningkatan pengetahuan setelah diberikan pendidikan gizi seimbang melalui
media video animasi.
Penelitian ini sebanding dengan
penelitian yang dilakukan
oleh Hanifa pada tahun 2015
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna dalam meningkatkan pengetahuan gizi seimbang dengan
menggunakan media video animasi
(Hanifa, 2015).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Tuzzahroh pada tahun 2015 juga menunjukkan bahwa video animasi gizi seimbang dapat
meningkatkan pengetahuan
pada remaja (Tuzzahroh, 2015).
Hal ini menunjukkan bahwa media video animasi efektif dalam meningkatkan
pengetahuan gizi seimbang pada remaja.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh pendidikan gizi seimbang melalui
video animasi terhadap peningkatan pengetahuan gizi seimbang pada remaja di SMP Negeri 184 Jakarta Timur. Nilai pengetahuan gizi seimbang mengalami peningkatan yang signifikan setelah diberikan pendidikan gizi seimbang melalui media video animasi yang diberikan selama tiga kali pertemuan.
Remaja yang telah
mendapatkan pendidikan gizi seimbang disarankan
untuk menerapkan apa yang sudah didapat dalam kehidupan
sehari-hari dan bagi tempat penelitian untuk mengadakan pendidikan kesehatan sejenis terutama bagi siswa yang tidak menjadi responden.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode lain yang lebih inovatif seperti menggunakan alat peraga saat
melakukan penyuluhan.
Azhari, M. A., & Fayasari, A. (2020). Pengaruh
Edukasi Gizi Dengan Media Ceramah Dan Video Animasi Terhadap Pengetahuan Sikap
Dan Perilaku Sarapan Serta Konsumsi Sayur Buah. Google Scholar
Depkes Ri. (2013). Angka Kecukupan Gizi
(Akg) 2013. Google Scholar
Fatimah, F., Widyastutik, O., &
Suwarni, L. (2019). Efektivitas Media Audiovisual (Video) Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Kelompok Masyarakat Tentang Program G1r1j.
Google
Scholar
Hanifa, D. L. (2015). Perbedaan
Pengetahuan Remaja Sebelum Dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Tentang Gizi
Seimbang Dengan Menggunakan Media Video Di Smp Negeri 2 Kartasura. Google
Scholar
Jatmika, Septian Emma Dwi, Maulana, M.,
Kuntoro, & Martini, S. (2019). Pengembangan Media Promosi Kesehatan.
Google
Scholar
Rahmawati, Dania. (N.D.). Kecukupan
Energi Protein Dan Status Gizi Siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu
Az-Zahra Demak. Google Scholar
Soliman, A., De Sanctis, V., &
Elalaily, R. (2014). Nutrition And Pubertal Development. Google Scholar
Telisa, I., & Eliza, E. (2020). Asupan
Zat Gizi Makro, Asupan Zat Besi, Kadar Haemoglobin Dan Risiko Kurang Energi
Kronis Pada Remaja Putri. Google Scholar
Tuzzahroh, F. (2015). (2015). Pengaruh
Penyuluhan Gizi Seimbang Dengan Media Video, Poster Dan Permainan Kwartet Gizi
Terhadap Pengetahuan Gizi Dan Status Gizi Siswa Di Sekolah Dasar Negeri
Karangasem Iii Kota Surakarta. Google Scholar
Yuli Purbaningsih, Jamadi Jamadi, Pilifus
Junianto, Nurul Laili Fittriya, Silvia Ekasari. (N.D.). Human Resource
Management Strategy Prediction In Small Business Marketing After Pandemic. Google
Scholar
Copyright holder: Berliana Nur Frisda, Widati
Fatmaningrum, Woro Setia Ningtyas (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |