Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 2, Februari 2022
HUBUNGAN RESILIENSI DENGAN WORK � LIFE BALANCE PADA
ANGGOTA POLISI WANITA DI POLDA JATIM
Prawira Satya Adhi Nugraha
Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Kebijakan pemerintah
dalam menanggulangi
Covid-19 berdampak besar bagi wanita yang memiliki peran ganda khususnya yang berprofesi sebagai polwan. Polwan dituntut untuk selalu siap ketika
dibutuhkan oleh negara serta
harus bertanggung jawab pula mengurus rumah tangga. Untuk
itu penting bagi Polwan untuk
mencapai work life balance dalam
kehidupannya. Resiliensi
sangat penting dimiliki
oleh anggota Polwan sehingga mereka dapat bertahan dan menghadapi segala persoalan yang ada.� Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adakah hubungan resiliensi dengan work life balance pada anggota
Polwan Polda Jatim. Kriteria yang digunakan dalam subyek penelitian ini adalah dengan
wanita yang berprofesi sebagai Polwan, berdinas di Polda Jawa Timur, serta berusia 25-45 tahun sebanyak 100 responden. Alat ukur pada penelitian ini menggunakan 2 skala yaitu skala
resiliensi dan skala work
life balance. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis menggunakan� uji statistic non parametrik Spearman�s Rho. Dari data tersebut
kemudian diperoleh hasil koefisien korelasi r = 0.883 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kedua variable resiliensi dan
work life balance.
Kata kunci: work life balance, resiliensi, Polwan Polda Jatim.
Abstract
Government
policies in tackling Covid-19 have a big impact on women who have multiple
roles, especially those who work as policewomen. Policewomen are required to
always be ready when needed by the state and must also be responsible for
taking care of the household. For this reason, it is important for policewomen
to achieve work life balance in their lives. Resilience is very important for
Polwan members so that they can survive and face all the problems that exist.
This study aims to determine whether there is a relationship between resilience
and work life balance among members of the East Java Police. The criteria used
in the subjects of this study are 100 respondents who work as policewomen,
serve in the East Java Regional Police, and are aged 25-45 years. The measuring
instrument in this study used 2 scales, namely the resilience scale and the
work life balance scale. The data obtained were then analyzed using Spearman's
Rho non-parametric statistical test. From these data, the results of the
correlation coefficient r = 0.883 can be concluded that there is a significant
positive relationship between the two variables of resilience and work life
balance.
Keywords: work life balance, resilience.
Polwan Polda Jatim.
Pendahuluan
Seluruh negara di dunia sedang dilanda kecemasan akibat
adanya wabah virus covid-19 yang sedang melanda.
Virus covid-19 merupakan coronavirus jenis baru yang belum ditemukan sebelumnya. Adanya virus baru terseut membuat semua orang
dilanda kecemasan akibat kurangnya literasi penelitian tentang virus Covid-19.
Virus ini memiliki gejala yang nampak seperti flu yaitu demam,
batu, pilek serta radang tenggorokan namun lama kelamaan dapat menyerang sistem
pernapasan yang kemudian dapat menyebabkan kematian.
Media yang selalu memberitakan perkembangan virus Covid-19 serta simpang
siurnya informasi yang diberitakan membuat kekhawatiran masyarakat bertambah.
Jumlah kasus virus Covid-19 yang terkonfirmasi positif di
Provinsi Jawa Timur per tanggal 12 April 2021 berjumlah 142.802 dengan
keterangan 130.592 orang telah dinyatakan sembuh,
10.234 orang meninggal serta 1.979 sedang dirawat.
Dengan banyaknya kasus yang terjadi dan kekhawatiran masyarakat maka pemerintah
mengadakan pembatasan sosial berskala besar guna mencegah penyebaran virus
Covid-19. Pemerintah juga menyarakan kepada instansi dan juga perusahaan untuk
mengganti konsep bekerja di kantor menjadi bekerja di rumah (WFH).
Penerapan WFH (work from home) terbukti efektif untuk menekan
jumlah penyebaran virus Covid-19. Hal tersebut dikarenakan dengan aktivitas
yang terbatas di dalam rumah dapat mencegah setiap individu untuk berinteraksi
dengan erat antara satu sama lain (Purwanto, 2020). Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Purwanto
(2020) penerapan WFH berdampak pada fleksibelitas waktu bagi pegawai
dalam mengerjakan tugas dimana hal tersebut sangat menguntungkan bagi wanita
peran ganda.Wanita yang memiliki peran ganda dapat
mengerjakan tugas sebagai ibu rumah tangga dan kemudian menyelesaikan pekerjaan
kantor. Namun tidak semua instansi dan perusahaan
menerapka WFH pada anggota nya, misalnya saja
instansi Polda Jatim.
Kebijakan pemerintah tersebut tidak hanya berlaku untuk
perusahaan dan instansi namun juga berdampak pada sektor pendidikan dimana
pendidikan di Indonesia sekarang memberlakukan SFH (study from home).hal tersebut yang membuat beban
bagi ibu pekerja bertambah dimana seseorang bertanggung jawab atas pekerjaan kantor, rumah tangga serta harus membimbing dan membantu
anak dalam menyelesaikan tugas sekolah.
Polda Jawa Timur salah satu instansi yang tidak menerapkam
WFH pada anggota nya. Hal tersebut dikarenakan polri
merupakan garda terdepan penegakan peraturan pemerintah,
sehingga ketika terdapat kebijakan pemerintah berupa PSBB polri betugas mengamankan, mengawasi dan menjalakan kebijakan tersebut. Hal tersebut juga berlaku kepada anggota Polwan
yang tetap diwajibkan untuk masuk kerja untuk menegakkan peraturan pemerintah
bersama stake holder lainnya. Dengan adanya berbagai
tuntutan dalam pekerjaan, rumah tangga,
pendidikan anak� dan
juga wabah virus yang sedang menyerang mengakibatkan� individu khususnya Polwan rentan mengalami
stress.
Peneliti telah melakukan wawancara kepada beberapa rekan
polwan mengenai kesulitan yang dirasakan dimasa pandemi.
Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa terdapat beberapa kesulitan yang
dialami anggota Polwan peran ganda� yakni fokus yang harus terbagi untuk pengawasan
di rumah, fakus untuk pekerjaan serta fokus untuk
tetap menjaga kesehatan keluarga ditengah masa pandemi.
Segala aktifitas yang bisa berjalan denga normal harus mengalami perubahan yang
sangat drastis akibat adanya pandemi ini sehingga permasalahan yang dirumah
sangat menguras pikiran dikantor dan begitu pula sebaliknya.
Dampak juga dirasakan anggota polwan peran ganda dari segi ekonomi dimana merak
harus mengatur keungan kembali untuk melakukan penyesuaian dari kondisi yang
terjadi saat ini.
Berbagai tekanan yang dialami oleh anggota Polwan peran ganda
membuat meraka kesulitan dalam menyeimbangkan semua peran yang dia alami dimasa
pandemi ini. Upaya yang dilakukan individu untuk
memperoleh keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi/rumah tangganya disebut dengan work life balance. Katherine
Lockett (2008) mendefinisikan work life balance sebagai kebutuhan seorang
individu dalam rangka mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga di kehidupannya. Work life balance sangat dibutuhkan bagi
Polwan yang memiliki peran ganda karena mereka tidak hanya bertanggung jawab
pada pekerjaan di kantor namun juga bertanggung jawab sebagai ibu rumah tangga (Novelia,
2013).
Fisher (2009) mengemukakan 4 aspek dalam
work life balance yaitu :
1.����������� WIPL (work
interference with personal life), mengacu pada seberapa besar pekerjaan dapat
mempengaruhi kehidupan keluarga,
2.����������� PLIW
(personal life interference with work), mengacu pada seberapa besar kehidupan
pribadi dapat mengganggu pekerjaan,
3.����������� PLEW
(personal life enhancement of work), mengacu pada seberapa besar kehidupan
pribadi dapat meningkatkan kualitas individu dalam bekerja,
4.����������� WEPL (work
enhancement of personal life), mengacu pada seberapa besar pekerjaan dapat
meningkatkan kualitas hidup.
Polwan yang menghadapi peran ganda dituntut memiliki
kemampuan resiliensi untuk menghadapi segala persoalan.
Reivich dan Shatte (2002) menjelaskan
bahwa resiliensi merupakan kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi dari
kejadian yang berat atau masalah yang dialami dalam kehidupan.
Individu dapat dikatakan memiliki reseliensi baik apabila dapat bertahan dalam
kondisi yang tertekan atau menghadapi masalah.
Kondisi sulit yang dialami individu dapat menjadi tantangan bagi individu agar
dapat mengatasi, untuk belajar darinya dan bahkan
untuk merubah kondisi kehidupan sebelumnya.
Resiliensi dianggap sebagai kekuatan dasar yang menjadi fondasi dari semua
karakter positif dalam membangun kekuatan emosional dan psikologikal individu.
Reivich dan Shatte (2002) mengemukakan tujuh
aspek yang membentuk resiliensi dan dari ke tujuh kemampuan tersebut tidak ada
individu secara keseluruhan memiliki semua kemampuan tersebut dengan baik, diantaranya adalah regulasi emosi yaitu kemampuan
individu untuk tetap tenang meskipun dalam tekanan,
kemampuan mengontrol impuls, optimism individu, menganalisa penyebab masalah,
kemampuan empati, self efficacy dan pencapaian (raching out) yaitu kemampuan untuk meraih apa yang
diinginkan.
Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
kuantitatif korelasional dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan
yang dimiliki antara satu variabel dengan variabel lain
(Azwar, 2012).
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan
antara resiliensi dengan work life balance. Rancangan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagaimana berikut:
Variabel Terikat (Dependent Variable) work � family balance (Y) Variabel Terikat (Independent Variable) Resiliensi (X)
Subyek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah� anggota Polwan
Polda Jatim dengan kriteria sebagai berikut :
1.����������� Berusia
diantara 30 � 45 tahun
2.����������� Sudah
menikah
3.����������� Sudah
memiliki anak
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini
menggunakan skala work life balance dan skala resiliensi.
Skala work life balance disusun berlandaskan teori yang telah
dikemukakan oleh Fisher (2009) berdasarkan 4 aspek yaitu WIPL,� PLIW, PLEW dan
WEPL. Sedangkan skala resiliensi disusun berlandaskan teori Reivich dan Shatte
(2002) berdasarkan 7 aspek
yaitu regulasi emosi, kontrol terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, selfefficacy, pencapaian (raching out).
Sebelum dilakukan
uji hipotesis, peneliti akan melakukan analisis menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas dari data yang telah terkumpul. Uji normalitas dan homogenitas dilakukan menggunakan SPSS Statistic 22 for windows dengan teknik Kolmogorov-Smirnov taraf signifikan 0,05. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas dari skala work life balance diperoleh koefisien validitas aitem berkisar antara 0,336� hingga
0,655 dan koefisien reliabilitas
sebesar 0,92 yang jika mengacu pada kriteria koefisien reliabilitas Guildford termasuk dalam kategori tinggi (Sugiyono, 2012). Sedangkan skala resiliensi diperoleh koefisien validitas aitem berkisar antara 0,388 hingga 0,621 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,92 yang jika mengacu pada kriteria koefisien reliabilitas Guildford termasuk dalam kategori tinggi (Sugiyono, 2012).
�� Data yang terkumpul kemudian dianalisis sebagai prasyarat dilakukannya uji hipotesis menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas menggunakan teknik
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf
signifikansi 0,05 dan menggunakan
SPSS Statistic 22 for Windows. Kemudian dari hasil uji normalitas diperoleh hasil bahwa data work life
balance polwan di Polda Jatim memiliki taraf signifikansi sebesar 0,064 (p > 0,05) yang berarti
data tersebut berdistribusi
normal. Berdasarkan tabel hasil uji normalitas dapat diketahui bahwa data resiliensi pada polwan di Polda Jatim memiliki taraf signifikansi sebesar 0,142 (p > 0,05) yang berarti
data tersebut berdistribusi
normal. Selanjutnya dilakukan
uji linieritas didapatkan hasil yakni membentuk
garis linier antar variabel
yakni nilai linieritas signifikansi 0,00<
0,05. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan linier secara signifikan antara variabel resiliensi dengan variabel work life balance.
Setelah uji prasyarat,
tahap selanjutnya adalah uji hipotesis. Berdasarkan hasil uji prasyarat diketahui bahwa data memiliki distribusi normal dan linier.Teknik
yang dapat digunakan untuk uji hipotesis adalah teknik korelasional.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1: Hasil uji hipotesis korelasi
|
Resiliensi |
Work
Family Balance |
Resiliensi |
Correlation Coefficient |
0,883 |
Sig. (2-tailed) |
0,000 |
|
Work
Family Balance |
0,883 |
Correlation Coefficient |
0,000 |
Sig. (2-tailed) |
Dari data
yang telah diolah diperoleh skor berdasarkan hasil uji korelasi antara 2 variabel yaitu resiliensi dan Work Life Balance dengan
nilai koefisien korelasi r = 0,883. Dari hasil
uji korelasi tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara� kedua variabel yaitu resiliensi dan Work Life Balance. Sedangkan
untuk skor signifikansi menghasilkan skor 0,00 yang berarti hubungan resiliensi dan Work Life
Balance sangat signifikan. Dalam
pedoman intepretasi koefisien korelasi r=0,883 termasuk dalam interval koefisien 0,80 � 1,000, dapat diartikan bahwa hubungan dukungan sosial dan work � family balance memiliki
hubungan yang positif
sangat signifikan dan sangat kuat.
Hasil penelitian terhadap variabel resiliensi dan work life
balance menunjukkan� bahwa
terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan. Sehingga hipotesis peneliti �adanya hubungan antara Resiliensi dengan Work Life
Balance�.
Ketidakseimbangan dalam membagi waktu
untuk kehidupan pribadi dan pekerjaan membuat beberapa kesulitan dialami anggota Polwan peran ganda yakni
fokus yang harus terbagi untuk pengawasan
di rumah, fokus untuk pekerjaan, fokus untuk tetap
menjaga kesehatan keluarga ditengah masa pandemic serta faktor ekonomi
yang membuat kita harus mengatur kembali keuangan demi menyesuaikan kondisi di tengah masa pandemic Covid-19. Segala
aktifitas yang bisa berjalan dengan normal harus mengalami perubahan yang sangat drastis akibat adanya pandemi
ini sehingga permasalahan yang dirumah sangat menguras pikiran dikantor dan begitu pula sebaliknya.
Berbagai tekanan yang dialami oleh anggota Polwan peran ganda membuat
meraka kesulitan dalam menyeimbangkan semua peran yang dia alami dimasa
pandemi ini. Upaya yang dilakukan individu untuk memperoleh keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi/rumah tangganya disebut dengan work life balance.
Demi tercapainya work life balance perlu adanya kemampuan
resiliensi dari dalam diri individu
khususnya Polwan. Reivich dan Shatte (2002) menjelaskan bahwa resiliensi merupakan kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi dari kejadian yang berat atau masalah
yang dialami dalam kehidupan. Individu dapat dikatakan memiliki reseliensi baik apabila dapat
bertahan dalam kondisi yang tertekan atau menghadapi masalah. Resiliensi dianggap sebagai kekuatan dasar yang menjadi fondasi dari semua karakter
positif dalam membangun kekuatan emosional dan psikologikal individu.
Kesimpulan
Resiliensi sagat
penting bagi anggota Polwan yang menghadapi peran ganda dalam mencapai
work life balance khususnya dimasa
pandemic ini. Dengan adanya kemampuan resiliensi individu akan mampu bertahan
dalam menghadapi berbagai permasalahan. Semakin tinggi kemampuan resiliensi pada diri individu maka
akan semakin tinggi pula tingkat pencapaian work life balance dan begitu
pula sebaliknya. �
Azwar, Saifuddin. (2012). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Google Scholar
Fisher, G.,
Bulger, C., & Smith, C. 2009. Beyond Work and Family: A Measure of
Work/Nonwork Interference and Enhancement. Journal of Occupational Health
Psychology. 14(4), 441-456 Google Scholar
Novelia, P.(2013).
Hubungan antara work/life
balance Dan Komitmen Berorganisasi
Pada Pegawai Perempuan. Universitas Indonesia : Skripsi Google Scholar
Purwanto, A., (2020). Studi
eksplorasi dampak work from
home (WFH) terhadap kinerja
guru selama pandemi
covid-19. Jurnal Psikologi.
Vol. 2 No. 1 Google Scholar
Reivich, K & Shatte,
A. (2002). The resilience factor: 7 skills for overcoming life�s inevitable
obstacles. New York: Random Hause, Inc Google Scholar
Sugiyono. 2012. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Google Scholar
Copyright holder: Prawira Satya Adhi Nugraha (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |