Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 2, Februari 2022
GAMBARAN RESILIENSI SISWA
YANG SEDANG MENJALANKAN PEMBELAJARAN DARING
Munika Yuni
Ariska
Universitas 17 Agustus
1945, Surabaya, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi siswa SMK X yang sedang menjalankan proses pembelajaran dengan menggunakan metode daring. Desain
penelitian ini merupakan penelitian kualitaf. Subjek penelitian ini adalah 3 orang siswa SMK X di surabaya. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara online. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketiga subjek mengalami
dinamika yang berbeda di
masing-masing aspek resiliensi
(pengendalian emosi, pengendalian dorongan, optimis, analisis penyebab masalah, empati, efikasi diri, dan peningkatan aspek positif). Ketiga subyek, merasa lelah, terpuruk,
dan putus asa dalam menjalan kan proses pembelajaran daring ini. Namun mereka
mampu menerima kondisi dan mampu bangkit kembali serta selalu berpikir
positif dan mereka akan menjadi lebih
baik jika berusaha untuk tetap bertahan. Mereka merasa yakin
dapat memberikan yang terbaik untuk dirinya
dan orangtua dengan tetap berusaha mencari tahu dan meningkatkan keterampilan mereka dalam partisipasi
proses pembelajaran. Dari ketiga
subjek, salah satunya mampu untuk menganalisis
penyebab dari gangguan yang dimiliki sehingga ia tidak
menyalakan dirinya dan
orang lain atas gangguan
yang dialaminya. Selain itu, salah satu faktor yang mendukung individu untuk menjadi resilien adalah faktor dukungan
sosial. Hal ini ditunjukkan oleh ketiga subyek yang selalu membutuhkan pendampingan guru baik guru BK maupun wali kelas serta
teman-temannya untuk tetap bisa bertahan
dan menjalani dinamika
proses pembelajaran secara
online serta rasa syukur
yang dapat membuat mereka bangkit dari keterpurukan.
Kata kunci: Resiliensi;
Pembelajaran Daring
Abstract
This study aims to describe the resilience of SMK X students who are
carrying out the learning process using online methods. This research design is
a qualitative research. The subjects of this study
were 3 students of SMK X in Surabaya. Data collection techniques using
observation, online interviews. The results showed that the three subjects
experienced different dynamics in each aspect of resilience (emotional control,
impulse control, optimism, analysis of the causes of problems, empathy,
self-efficacy, and increasing positive aspects). The three subjects felt tired,
down, and hopeless in carrying out this online learning process. But they are
able to accept conditions and are able to bounce back and always think positive
and they will get better if they try to stay afloat. They feel confident that
they can provide the best for themselves and their parents while still trying
to find out and improve their skills in participating in the learning process.
Of the three subjects, one of them is able to analyze the causes of the
disorder he has so that he does not turn himself and others on for the disorder
he is experiencing. In addition, one of the factors that support individuals to
become resilient is the social support factor. This is shown by the three
subjects who always need the assistance of teachers, both BK teachers and homeroom
teachers and their friends to survive and undergo the dynamics of the online
learning process as well as gratitude that can make them rise from adversity.
Keywords: Resilience;
Online Learning
Pendahuluan
Pandemi Covid-19 melanda seluruh� dunia hal ini� berdampak terhadap perubahan aktifitas belajar-mengajar, termasuk juga dengan aktifitas pembelajaran daring
(online learning) menjadi sebuah
pilihan yang menjadi kebujakan kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 semakin
meluas.� Praktik pendidikan daring (online
learning) ini dilakukan
oleh berbagai tingkatan jenjang pendidikan sejak tingkat SD, SMP, SMA/SMK, hingga perguruan tinggi. Langkah tersebut dinilai efektif untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 selain dengan membatasi perjumpaan manusia dalam jumlah yang banyak.�
Pembelajaran daring/jarak jauh difokuskan
pada peningkatan pemahaman siswa mengenai virus korona dan wabah Covid-19. Adapun aktivitas
dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar siswa, sesuai
minat dan kondisi
masing-masing, termasuk dalam
hal kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah. Guru memberikan umpan balik yang bersifat kualitatif sebagai bukti aktivitas proses belajar tanpa diharuskan
memberi skor/nilai kuantitatif. Guru tetap memiliki tanggung jawab untuk berinteraksi dan berkomunikasi membantu muridnya dalam mengerjakan tugasnya. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
menerbitkan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bidang Regulasi, Chatarina Muliana Girsang menyampaikan Surat Edaran Nomor 15 ini untuk memperkuat
Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus
Disease (Covid-19).
�Saat ini
layanan pembelajaran masih mengikuti SE Mendikbud nomor 4 tahun 2020 yang diperkuat dengan SE Sesjen nomor 15 tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan BDR selama darurat Covid-19,� disampaikan Chatarina pada Bincang Sore secara daring, di Jakarta, pada Kamis
(28/05/2020).
Dalam surat edaran ini disebutkan
bahwa tujuan dari pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) adalah memastikan pemenuhan hak peserta
didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid-19, melindungi warga satuan pendidikan
dari dampak buruk Covid-19, mencegah penyebaran dan penularan Covid-19
di satuan pendidikan dan memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua.
�Pilihannya saat
ini yang utama adalah memutus mata rantai Covid-19 dengan kondisi yang ada semaksimal mungkin, dengan tetap berupaya memenuhi layanan pendidikan. Prinsipnya keselamatan dan kesehatan lahir batin peserta
didik, pendidik, kepala sekolah, dan seluruh warga satuan
pendidikan adalah menjadi pertimbangan yang utama dalam pelaksanaan
belajar dari rumah,�
Perubahan proses pembelajaran yang tergolong
sangat cepat ini tanpa diiringi persiapan yang memadai sebelumnya, akibatnya banyak dinamika proses pembelajaran daring yang terjadi,
diantaranya kondisi orang tua atau wali
murid yang sibuk bekerja dengan terpaksa harus mendampingi anak-anak mereka pada saat jam pembelajaran daring.
Anak-anak yang biasanya di sekolah, berubah seketika untuk melakukan aktifitas pembelajaran di rumah. Untuk level SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. orang tua siswa yang mengeluh menghadapinya. metode pembelajaran yang dilakukan oleh para tenaga pendidik. Kepada para peserta didik pun sangat beragam, dan� seringkali
para siswa atau peserta didik tidak
memahami materi maupun penyampaian dari guru. Terlebih akibat pembelajaran daring ini. Siswa menjadi
kebingungan ketika menghadapi kesulitan dalam mengerjakan selin itu penjelasan
yang singkat secara online menjadi keluhan tersendiri oleh siswa selain itu hambatan
jaringan computer menjadi masalah besar yang merambat ke masalah
besar yang lainnya . dengan jaringan
yang susah maka siswa akan ketinggalan
materi selain itu siswa juga sulit untuk berkomunikasi
dengan teman sebayanya untuk berdiskusi dan jika bertanya pada guru juga tidak semua guru mampu memberikan penjelasan pada semua siswa yang mengalami kesulitan. Guru sekadar memberikan tugas kepada para muridnya, melalui aplikasi pesan grup daring yakni aplikasi whatsapp atau google classroom. Guru membuat
grup dengan para orang tua/wali murid untuk update apa saja yang perlu dilakukan tiap harinya selama proses pembelajaran. Lalu pada sore hari
guru akan mengoreksi dan mengabsen siapa murid yang tidak atau belum
mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru. Pola ini akan mempengarungi prestasi belajar siswa di akhir semester karena perilaku akan terdapat nilai
yang belum tuntas atau bahkan di bawah standart yang ada dan hal ini
tentu akan berdampak juga untuk pihak sekolah. Dengan demikian peneliti tertarik membahas mengenai �Gambaran Resiliensi siswa yang sedang menjalankan pembelajaran daring�. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran resiliensi siswa� yang sedang menjalankan pembelajaran daring
����������� Menurut (Reivich & Shatte, 2003)
mendefinisikan resiliensi merupakan kemampuan individu untuk melakukan respon dengan cara yang sehat dan produktif ketika berhadapan dengan adversity atau trauma, di
mana hal tersebut sangat penting untuk mengendalikan
tekanan hidup sehari-hari.
�� Kimberly Gordon (dalam Hutapea, 2006)
mengatakan bahwa resiliensi merupakan suatu proses tidak hanya memfokuskan pada kesulitan atau trauma masa lalu, melainkan juga kesulitan atau trauma masa kini dan antisipasi terhadap kesulitan atau trauma masa depan, sehingga pada akhirnya seseorang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Aspek-aspek Resiliensi,
(Reivich & Shatte, 2003)
memaparkan mengenai tujuh aspek resiliensi.
� Regulasi
Emosi (Emotion Regulation). Regulasi
emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang meskipun
mengalami tekanan.
Orang-orang yang memiliki resiliensi
baik menggunakan seperangkat keterampilan yang sudah matang yang membantu mereka untuk mengontrol emosi, perhatian dan perilakunya. Terdapat dua hal penting
terkait dengan pengaturan emosi, yaitu ketenangan (calming) dan fokus (focusing). Individu yang mampu mengelola kedua keterampilan ini, dapat membantu
mereka dalam meredakan emosi dan memfokuskan pikiran-pikiran yang positif. Emosi yang dirasakan oleh seseorang cenderung berpengaruh pada orang
lain.
� Kontrol
Terhadap Impuls (Impuls Control). Kontrol terhadap impuls merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan impuls atau dorongan-dorongan, keinginan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dalam dirinya,
kemudian akan membawanya kepada kemampuan berpikir jernih dan akurat. Kontrol terhadap impuls ini bukan
hanya berhubungan erat dengan pengaturan
emosi, tetapi juga dengan keinginan tertentu dari individu
yang dapat mengganggu serta menghambat perkembangannya (Reivich & Shatte, 2003)
� Kemampuan
Menganalisis Masalah
(Causal Analysis) Kemampuan menganalisis
masalah menunjukan bahwa individu memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab masalahnya secara akurat. Jika seseorang mampu mengidentifikasi penyebab masalah secara akurat, maka ia
tidak akan melakukan kesalahan yang sama terus menerus.
Kemampuan menganalisis masalah dilakukan individu untuk mencari penjelasan dari suatu kejadian.
Seligman (dalam Reivich & Shatte,
2002) mengidentifikasikan gaya berpikir explanatory yang erat kaitannya dengan kemampuan causal analysis
yang dimiliki individu.
� Empati
(Empathy), Empati merupakan
kemampuan individu untuk mampu membaca
dan merasakan begaimana perasaan dan emosi oranglain, sehingga individu mampu membaca sinyal-sinyal mengenai kondisi emosional dan psikologis mereka melalui isyarat non-verbal, dan kemudian menentukan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh
orang lain. Empati adalah pemahaman pikiran dan perasaan orang lain dengan cara menempatkan diri ke dalam
kerangka psikologis orang tersebut (Kartono dalam Nashori, 2008).
� Optimisme
(Optimism), Orang yang memiliki resiliensi
merupakan orang yang optimis.
Optimis berarti memiliki kepercayaan bahwa segala sesuatu
akan menjadi lebih baik. Individu
memiliki kontrol dan harapan atas kehidupannya.
� Efikasi
Diri (Self Efficacy), Efikasi
diri menggambarkan perasaan seseorang mengenai keyakinan bahwa individu dapat memecahkan masalah, keyakinan mengalami dan memiliki keberuntungan dan kemampuan untuk sukses. Mereka
yang tidak yakin tentang kemampuannya akan mudah tersesat.
� Pencapaian
(Reaching Out), Pencapaian menggambarkan
kemampuan individu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang mencakup keberanian individu dalam mengatasi ketakutan-ketakutan
yang mengancam dalam kehidupannya.
Perasaan kecewa,
bingung dan sedih dialami oleh siswa dan orang tua akibat proses pembelajaan daring ini. Namun Setelah berproses beberapa bulan melakukan proses pembelajaran secara daring beberapa siswa sudah melakukan
adaptasi dan pemaknaaan, kondisi kognitif maupun afektif sehingga siswa mulai merubah banyak
jadwal hidup dan pembelajarannya dan Mereka lebih memandang positif permasalahan yang terjadi, serta sudah lebih bisa
menerima dan berlapang dada
terhadap persoalan yang dihadapi sehingga hal ini menumbuhkan
motivasi. Peneliti dapat simpulkan bahwa aspek-aspek dari resiliensi, yaitu: pengendalian emosi, pengendalian dorongan, optimis, analisis penyebab masalah, empati, efikasi diri, dan peningkatan aspek positif. Selanjutnya peneliti akan menganalisis
hasil penelitian berdasarkan aspek resiliensi tersebut.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan tujuan untuk menggali
dan mendapatkan gambaran
yang mendalam berkaitan dengan bagaimana pengalaman subjektif mengenai resiliensi pada siswa yang menjalankan pembelajaran daring di SMK X. Hal ini
sesuai yang dikatakan oleh (Creswell, 2010) bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian yang memungkinkan peneliti memahami permasalahan sosial atau individu secara
mendalam dan kompleks, memberikan gambaran secara holistik, yang disusun dengan kata-kata, mendapatkan kerincian informasi yang diperoleh dari responden yang berada dalam setting alamiah.
Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam in depth interview dengan
menggunakan pedoman wawancara pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas sekaligus menjadi daftar pengecek atau ceklis Apakah
aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan
serta penuh pertimbangan peneliti dari penggunaan pedoman wawancara umum adalah karena
peneliti masih seorang pemula dan belum memiliki pengalaman untuk dan dapat menggali secara langsung dan mendalam semua informasi yang dibutuhkan dalam penelitian (Moleong, 2021).
Prosedur Penelitian
A.
Tahap persiapan:
� pengumpulan
data
� menyusun
pedoman wawancara persiapan untuk mengumpulkan data
� membangun
rapport serta menentukan jadwal wawancara
B.
Tahap pelaksanaan
penelitian:
� mengkonfirmasi
ulang waktu dan tempat wawancara
� melakukan
wawancara berdasarkan pedoman wawancara
� memindahkan
rekaman hasil ke dalam bentuk
transkrip verbatim
� melakukan analisa
data menarik kesimpulan dan
membuat diskusi dan saran juga
terkait dengan hambatan-hambatan yang muncul dari diri subyek.
Hasil dan Pembahasan
Subjek penelitian I : DN adalah siswa kelas
X di SMK X, DN berusia 16 tahun
dan berproses awal masuk di SMK X tersebut dengan kondisi menggunakan metode daring. Proses
Pekan pengenalan sekolah
pun di lakukan secara
daring, namun diawal proses
masih belum dirasakan memberatkan DN namun ketika sudah
menginjak proses pembelajaran
panjang DN mulai mengalami kualahan dari jadwal kehidupannya
yang berantakan karena merasa sekolah secara online sehingga cenderung meremehkan jadwal dan akhirnya mulai terbengkalai. Setiap proses pembelajaran online
guru selalu memberikan tugas kepada siswa
sehingga apabila 1 hari tidak mengikuti
proses makan akan terjadi penumpukan tugas yang harus diselesaikan. 6 bulan menjalani proses pembelajaran
daring membuat DN sempat mengalami kelelahan, kejenuhan yang berujung pada perilaku prokrastinasi, kemudian karena banyaknya tugas yang belum di selesaikan membuat DN tidak bisa mengikuti proses Ujian Tengah Semester dan membuat
DN dan orangtua nya harus datang ke
sekolah untuk memenuhi panggilan dari wali kelas
dan BK. DN mengaku kualahan
mengatur ritme atau jadwal kehidupannya
sehari-hari karena lebih mudah untuk
mengikuti keinginannya bermain gadget yang akhirnya berujung pada perilaku prokrastinasi namun karena komitmen DN dan dukungan serta control yang dilakukan oleh wali kelas dan BK membuat DN akhirnya membuat komitmen didepan organgtua, wali kelas dan BK. 2 bulan menjalani proses DN perlahan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang terbengkalai dan
bahkan sudah mampu mengikuti proses ujian susulan dan DN sudah mampu mengendalikan
diri dari keinginan untuk bermain gadget menunda kesenangannya , lebih mampu untuk mendukung
diriya serta dukungan dari keluarga
dan sekolah membuatnya mampu bangkit dari
keterpurukan selain itu DN juga mencoba berinteraksi dengan teman-teman yang lain yang mengalami
permasalahan yang sama dan kemudian DN membantu proses mereka.
Subjek penelitian II : MN merupakan siswi kelas XI SMK X, MN merupakan anak yang tergolong pandai dan rajin di kelasnya hal ini
dibuktikan dengan prestasi yang di raihnya kelas X tahun lalu
dan juga hasil tes psikologi yang menyatakan bahwa IQ diatas rata-rata. Namun MN sempat merasakan kebingungan dalam menjalani proses pembelajaran daring. Diawal pembelajaran daring MN merasa masih sangat santai karena masih penyesuaian
bahkan jam sekolah tidak lagi jam 06.45 tetapi jam 08.00 pagi sehingga bisa terbangun
lebih siang dari biasanya dan juga proses pembelajaran total hanya Melalui google classroom tanpa adanya tatap muka
secara online, hal ini membuat MN menjadi pemalas karena selain jarang
mandi di pagi hari MN juga cenderung tidur malam untuk menghabiskan
waktu dengan menikmati drama korea. Proses pembiasaan ini terjadi lebih dari
2 bulan dan akhirnya MN sering bolos untuk absen Melalui google form bahkan MN tidak begitu menghiraukan penugasan yang diinformasikan Melalui group WA ataupun Google
Classroom dan sampai akhirnya
MN di peringatkan oleh BK dan wali
kelas karena cenderung jarang absen. MN hanya tinggal berdua dengan ibunya di apartemen dan ketika pagi hari sang Ibu sudah berangkat bekerja sehingga tidak sempat untuk
membangunkan MN. Ibu MN pulang
kerja dimalam hari dan cenderung jarang berkomunikasi dengan MN karena menganggap MN adalah anak yang bertanggungjawab dan pandai sehingga segala tugas pasti
akan terselesaikan dengan baik. Namun
Ibu MN� begitu terkejut ketika mendapati MN belum menyelesaikan beberapa tugas. Hal ini membuat Ibunda
MN marah dan mengontrol penuh penggunaan gadget milik MN. MN sempat mengalami stress dan gelisah merasa bingung untuk melakukan aktivitas karena yang biasa nya memiliki
aktivitas terstruktur sekarang harus mengelola secara pribadi. Namun dengan adanya permasalahan
yang terjadi MN menjadi lebih kreatif dan mampu membuat jadwal
harian untuk bisa beraktivitas secara produktif, selain itu MN aktif
dengan membuat youtube chanel dengan adanya dukungan
dari orangtua guru BK dan teman sekelasnya MN menjadi pribadi yang lebih baik. Bahkan
MN menajdi motivator bagi teman-temannya untuk bisa bangkit dari
keterpurukan.
Subjek penelitian III: AN merupakan
siswa kelas XII SMK X, MN hanya tinggal dengan
Ibu karena ayahnya telah meninggal dunia akibat Covid-19. MN berasal dari keluarga kurang
mampu bahkan ketika masa pembelajaran online seperti sekarang ini AN lebih memilih
membantu ibunya berjualan di pasar. AN memiliki berada di posisi yang tidak mudah karena
di satu sisi AN harus membantu Ibunya berjualan di pasar dan disisi lain AN harus mengerjakan segala tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dari sekolah.� AN sempat berada di posisi yang sulit karena selain pembagian
waktu yang cukup sulit juga terkait biaya dan hampir saja membuat AN putus asa dan memilih
untuk tidak melanjutkan. Namun AN tidak berhenti ia lantas menganalisis
permasalahan yang terjadi dalam hidupnya dan berusaha untuk mencari jalan keluar
salah satunya adalah dengan berkomunikasi dengan pihak sekolah,
dalam hal ini AN mampu mengendalikan
emosi karena kegigihan AN untuk bisa dan juga kemauan dan semangat AN untuk bangkit dari keterpurukan
membuat AN mampu melewati masa sulitnya
Kesimpulan
Beberapa temuan
yang didapatkan dari ketiga subjek dengan
aspek yang membentuk resiliensi dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Aspek pengendalian
Emosi (Emotional Regulation): Berdasarkan
hasil wawancara yang telah dilakukan dengan ketiga subjek
yang merupakan siswa SMK X dapat disimpulkan bahwa ketiga� ketika subjek sempat merasakan
ketidakmampuannya dalam mengelola emosi hal ini dengan
di tunjukkan dengan merasakan kebingungan untuk mengatur pola hidup dan pola proses pembelajaran ketika menggunakan proses daring ketiga subjek juga sempat merasakan keterpurukan yang membuat banyak tugas mereka
tidak terselesaikan dan akhirnya berpengaruh pada ada prestasi belajar
mereka, namun ketiga� subjek secara perlahan
mampu mengendalikan emosional mereka dan akhirnya mereka pun mulai mampu menerima
keadaan
2. Aspek yang kedua
Pengendalian dorongan
(Causal Analisys) adalah ketika subject memiliki impuls kontrol dan optimisme yang tinggi dan mereka memiliki kemampuan resiliensi yang baik hal ini
dikarenakan ketiga subjek mampu menunjukkan
kendali untuk melewati kesulitan-kesulitan yang
mereka rasakan ketika harus memulai
satu persatu mengerjakan tugas tugas yang belum terselesaikan dengan berbagai macam kesulitan-kesulitan yang mereka rasakan hal ini
sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh� Reivich dan Shatte (dalam Satria & Sari, 2017)
yang menyatakan bahwa seseorang yang dapat melewati kesulitan-kesulitannya kemudian kembali bangkit dan menemukan cara untuk maju
ke depan Setelah mengalami kemunduran atau peristiwa yang dapat merubah hidupnya
atau disebut dengan resiliensi. Hal ini menunjukkan bahwa ada proses penerimaan yang baik dan ada pemikiran yang positif dengan demikian ketiga subjek mampu mengoptimalkan
kemampuan mereka.
3. Optimism:� dari pemaparan peristiwa yang dialami oleh ketiga subjek dapat
disimpulkan bahwa mereka memiliki tingkat optimisme atau keyakinan yang tinggi Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan mereka untuk mampu bangkit
dari keterpurukan yang dihadapinya hal ini ini dibuktikan
juga� dengan kemampuan dna kemauan
mereka untuk mengerjakan satu per satu tugas yang menjadi tanggung jawab yang harus diselesaikan oleh mereka dengan menerima berbagai macam konsekuensi hal ini ini juga didukung
oleh keluarga ga wali kelas Dan juga guru BK
4. Efikasi diri
(self-efficacy):� �self efikasi berhubungan dengan� optimism yang dimiliki oleh ketiga subjek untuk mencari
solusi-solusi dan tetap bekerja keras untuk
meningkatkan diri, menyelesaikan tugas-tugas yang ada. Tindakan ini ini didasari oleh keyakinan akan kemampuan diri terhadap harapan positif mereka efikasi diri mereka
memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan hal ini ditunjukkan dengan pantang menyerah.
5. Analisis Penyebab
Masalah (Causal Analisis)ketika subjek
mampu menganalisis penyebab permasalahan proses pembelajaran daring yang mereka rasakan dengan kemampuan mereka menganalisis permasalahan membuat mereka mampu untuk bisa
mencari solusi yang terbaik untuk mereka
sehingga mereka dapat melewati permasalahan yang terjadi
6. Peningkatan Aspek
Positif (Reaching Out): hal
ini di tunjukkan ketika subjek mampu
memaknai proses yang terjadi
dalam kehidupan mereka mereka mampu
memaknai dan menganalisa permasalahan yang sedang mereka hadapi dalam
menjalankan proses pembelajaran
daring dan mereka mampu untuk melihat aspek
positif dalam dirinya hal ini
sejalan dengan teori Reivich dan Shatte (dalam Mumun,
2010) yang menyatakan bahwa
individu yang mampu meningkatkan aspek positifnya akan lebih mudah mengatasi
permasalahan hidupnya
7. Empati (Emphaty)
: adalah ketiga subjek dapat dilihat
bahwa mereka tetap memiliki kepedulian kepada lingkungan sekitar hal ini ditunjukkan
dengan kepekaan mereka untuk membantu
teman-temannya yang mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran daring mereka mereka juga memberikan contoh dan memotivasi untuk teman-temannya dapat berjuang Bersama dengan mereka dari
penelitian ini peneliti dapat menemukan bahwa salah satu faktor yang mendukung individu atau subjek dapat
menjadi resiliensi adalah dukungan sosial Hal ini ini nampak dari
dukungan keluarga sekolah dalam hal
ini adalah guru dan wali kelas dalam
proses subjek mengatasi permasalahannya Dalam ini adalah permasalahan
proses pembelajaran daring. Dan untuk
penelitian berikutnya peneliti bisa menggunakan
variable dukungan social yang mempengaruhi
resiliensi individu.
Creswell, John W. (2010). Research design pendekatan
kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Google Scholar
Hutapea, E. A. (2006). Gambaran resiliensi pada
mahasiswa pada mahasiswa perantau tahun pertama pergurusn tinggi di asrama
Universitas Indonesia (Skripsi). Diambil Dari. Resipotory Www. Digilib. Ui.
Ac. Id. Google Scholar
Moleong, Lexy J. (2021). Metodologi penelitian
kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Google Scholar
Nashori, Fuad. (2008). Psikologi sosial islami. Bandung:
PT. Refika Aditama. Google Scholar
Reivich, Karen, & Shatte, Andrew. (2003). The
resilience factor: 7 keys to finding your inner strength and overcoming life�s
hurdles. Harmony. Google Scholar
Satria, Budi, & Sari, Mutia. (2017). Tingkat
resiliensi masyarakat di area rawan bencana. Idea Nursing Journal, 8(2),
30�34. Google Scholar
Copyright holder: Munika Yuni Ariska (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |