Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 2, Februari 2022
EFEKTIVITAS PELATIHAN
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PADA PENGURUS
HIMPUNAN MAHASISWA PSIKOLOGI
Kurniawan Kerebungu1, Great Erick Kaumbur2,
David P.T Mondigir3
Universitas 17 Agustus
1945 Surabaya, Indonesia1
Universitas Negeri
Manado, Indonesia2,3
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pelatihan Kepemimpinan Transformasional terhadap Motivasi Berprestasi pada pengurus himpunan mahasiswa Psikologi, Universitas
Negeri Manado. Metode penelitian
menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian
Eksperimental. Subjek penelitian yang digunakan berjumlah 23 responden. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah skala
Motivasi Berprestasi. Analisis berdasarkan Uji Paired
Sample T-test yang menghasilkan nilai
Mean -17,00, dengan nilai korelasi 0.108 dan nilai signifikan P=0.000, dimana nilai P< dari 0.05 sehingga dapat dibuktikan bahwa ada kenaikan rata-rata pada saat sebelum dan sesudah dilaksanakannya pelatihan kepemimpinan transformasional. Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh dari pelatihan
kepemimpinan transformasional
terhadap motivasi berprestasi dari pengurus himpunan mahasiswa psikologi. Pelatihan seperti ini perlu rutin
dilaksanakan agar supaya regenerasi kepengurusan selalu berkembang.
Kata kunci: Pelatihan Kepemimpinan
Transformasional; Motivasi Berprestasi.
Abstract
This study aims to determine the effect of
Transformational Leadership Training on Achievement Motivation in Psychology
student management, Manado State University. The researchers used a
quantitative research approach with experimental research methods. The research
subjects are 23 respondents. The research instrument used in this study is
Achievement Motivation scale. The analysis was based on the Paired Sample
T-test which resulted in a mean value of -17.00, with a correlation value of
0.108 and a significant value of P=0.000, where the P value was <0.05 so it
could be proven that there was an increase in the average before and after the held of transformational leadership training. From these
results it can be concluded that there is an effect of transformational
leadership training on achievement motivation of the psychology student
association management of Manado State University. Training like this needs to
be routinely carried out so that management regeneration always develops.
Keywords: Transformasional
Leadership Training; Achivement Orientation
Pendahuluan
Pada masa sekarang ini Organisi merupakan
tempat dimana kita bisa mengembangkan
diri kita. Dalam organisasi banyak hal yang dapat kita dapatkan
dan temukan, yang hal tersebut tidak dapat kita temukan
di tempat lain seperti pada
saat kita mengikuti perkuliahan. Pada dasarnya organisasi adalah sebuah kelompok
individu yang diorganisasikan
untuk mencapai tujuan tertetu, tujuan dari organisasi
ini ialah untuk merealisasikan keinginan dan cita cita bersama anggota
organisasi, tujuan organisasi yang kedua ialah hasil akhir
yang diinginkan di waktu
yang akan datang.
Dalam berorganisasi
tentunya diperlukan
Achievement Orientation atau Motivasi
Berprestasi agar supaya organisasi ini dapat berkembang menjadi lebih baik
lagi. Tetapi yang disayangkan kita banyak mendapati organisasi yang sulit untuk berkembang, kesulitan organisasi untuk berkembang ini bukan dikarenakan
organisasinya yang tidak mampu tetapi bagaimana
setiap individu yang ada di organisasi ini yang sulit untuk melakukan pengembangan terhadap organisasinya salah satu faktor sulitnya organisasi dalam berkembang ialah kurangnya Achiement Orientation atau Motivasi Berprestasi
pada setiap anggota organisasi. Hal terburuk yang bisa didapatkan organisasi yang tidak mampu berkembang ialah dimana organisasi
ini tidak dapat mencapai tujuan utama mereka,
sehingga mungkin organisasi ini bisa menjadi organisasi
yang vakum dikarenakan kurangnya motivasi pada setiap anggotanya.
Organisasi tersebut
merupakan wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan
wawasan peingkatan ilmu dan pengetahuan, serta integritas kepribadian mahasiswa. Organisasi kemahasiswaan juga sebagai wadah pengembangan
kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa dipergurua tinggi yang meliputi pengembangan penalaran, keilmuan, minat, bakat dan kegemaran mahasiswa itu sendiri
(Sudarman,
2004).
Menurut Sukirman (2004), organisasi kemahasiswaan
adalah kegiatan tidak wajib atau
pilihan yang penting diikuti oleh setiap mahasiswa selam studinya sehingga melengkapi hasil belajar secara utuh. Pilihan Kegiatan
ekstrakurikuler harus sesuai dengan minat
dan bakat mahasiswa karena kegiatan tersebut merupakan sarana pelengkap pembinaan kemampuan pribadi sebagai calon intelektual di masyarakat nantinya.
Dari uraian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan organisasi kemahasiswaan meliputi pengembangan penalaran, keilmuan, minat, bakat dan kegemaran yang bisa diikuti oleh mahasiswa di tingkat jurusan, fakultas dan
universitas. Tujuannya untuk
memperluas wawasan, ilmu dan pengetahuan serta membentuk kepribadian mahasiswa.
Dalam Organisasi� dan lebih khususnya dalam Organisasi Mahasiswa pasti memiliki beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi dalam berorganisasi untuk meningkatkan mutu organisasi tersebut salah satunya ialah Motivasi berprestasi.
Motivasi berprestasi
(Achievement Orientation) juga populer dengan sebutan Need for
achievement yang dikemukakan oleh Mc Clelland. Istilah Need for
achievement pertama kali dipopulerkan
oleh Mc Clelland dengan sebutan n-ach sebgai singkatan dari need for
achievement. Mc Clelland menganggap
n-ach sebagai virus mental. Virus mental tersebut merupakan suatu fikiran yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sesuatu dengan baik, lebih cepat
lebih efisien dibanding dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya. Kalau virus mental tersebut bertingkah laku secara giat (Weiner,1985).
Menurut Mc Clelland
(1987: 40) pengertian motivasi
berprestasi didefinisikan sebagai usaha mencapai
sukses atau berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan
yang dapat berupa prestasi orang lain maupun prestasi sendiri. Lindgren (1976) mengemukakan hal senada bahwa motivasi
berprestasi sebagai suatu dorongan yang ada pada seseorang sehubungan dengan prestasi, yaitu menguasai, memanipulasi serat mengatur lingungan sosial maupun fisik, mengatasi
segala rintangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing melalui usaha-usaha untuk melebihi hasil kerja yang lampau, serta mengungguli hasil kerja yang lain.
McClelland (1987) mengemukakan
bahwa ada beberapa karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, yaitu : 1). Perasaan yang kuat untuk mencapai
tujuan yaitu keinginan untuk menyelesaikan tugas dengan hasil yang sebaik-baiknya. Sekali orang yang
berprestasi tinggi memilih suatu tujuan
untuk dicapai, maka ia cenderung
untuk menyatu dengan tugas pekerjaannya
sampai ia benar-benar berhasil secara gemilang. Hal ini berarti bahwa
ia bertekad akan mencapai tujuan
yang telah dipilihnya dengan ketekatan hati yang bulat. Dia tidak bisa
meninggalkan tugas yang selesai baru separuh
perjalanan, dan dia tidak akan puah
sebelum pekerjaan itu selesai seluruhnya.
Tipe komitmen pada dedikasi ini memancar
dari kepribadian yang teguh. Orang lain merasakan bahwa orang berprestasi tinggi seringkali tidak bersahabat (loner). Dia cenderung realistik
mengenai kemampuannya dan tidak menyenangi orang lain bersama-sama dalam satu jalan dalam
pencapaian suatu tujuan. 2). Bertangungjawab yaitu mampu bertanggungjawab
terhadap dirinya sendiri dan menentukan masa depannya, sehingga apa yang dicitacitakan berhasil tercapai. Evaluatif, yaitu menggunakan umpan balik untuk menentukan
tindakan yang lebih efektif guna mencapai
prestasi, kegagalan yang dialami tidak membuatnya
putus asa, melainkan sebagai pelajaran untuk berhasil. 3). Evaluatif yaitu Memerlukan umpan balik yang segera. Ciri ini
amat dekat dengan karakteristik di atas. Seseorang yang mempunyai kebutuhan prestasi tinggi, pada umumnya lebih mengenangi
akan semua informasi akan hasil-hasil yang dikerjakannya. Informasi yang merupakan umpan balik yang bisa memperbaiki prestasinya dikemudian hari sangat dibutuhkan oleh orang
tersebut. Informasi itu akan memberikan
kepadanya penjelasan bagaimana ia berusaha
memperoleh hasil. Sehingga ia tahu
kekurangannya, yang nantinya
bisa diperbaiki untuk peningkatan prestasi berikutnya.4). Kreatif
dan inovatif yaitu mampu mencari peluang-peluang
dan menggunakan kesempatan untuk dapat menunjukkan
potensinya. Seseorang yang berprestasi tinggi, pada umumnya memiliki pemikiran yang kreativ dan inovatif, dimana dia bisa memunculkan
ide dan membuat sesuatu
yang baru.5). Menyukai tantangan
yaitu senang akan kegiatan-kegiatan yang bersifat prestatif dan kompetitif. Seseorang yang berprestasi tinggi, pada umnya hanya memperhitungkan
keberhasilan prestasinya saja dan tidaj memperdulikan penghargaan-penghargan
materi. Ia lebih tertarik pada materi intrinsik dari tugas yang dibebankan kepadanya sehingga menimbulkan prestasi dan sama sekali tidak mengharapkan
hadiah-hadiah materi dan penghargaan lainnya atas prestasinya tersebut. Kalau dalam berprestasi kemudian mendapatkan pujian, penghargaan dan hadia-hadiah yang melimpah, hal tersebut bukanlah
karena ia mengharapkan tetapi karena orang lain atau lingkungannya yang akan menghargainya.
Ada beberapa cara
dalam meningkatkan motivasi berprestasi dalam organisasi salah satunya ialah dengan
melaksanakan pelatihan pada
organisasi dimana dalam pelatihan tersebut diharapkan bisa meningkatkan motivasi berprestasi anggota organisasi agar supaya organisasi dapat berkembang dan maju agar bisa mencapai tujuan yang telah di tentukan pada saat pembentukan organisasi tersebut.
Menurut Simamora
(Sinambela,
2016) pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian � keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seseorang. Pelatihan adalah proses pembelajaran yang memungkinkan pegawai melaksanakan pekerjaan yang sekarang sesuai dengan standar. Pentingnya pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dan dipertahankannya
SDM yang kompeten. Ivancvich,
Lorenzo, Skinner dan Crosby (Sinambela 2016)
mendefiniskan pelatihan sebagai suatu proses yang sistematis untuk mengubah
perilaku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut APIO tahapan pelatihan terbagi menjadi: 1)
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan: melakukan training need analysis. 2)
Membuat desain pelatihan: menentukan tujuan pelatihan, metode dan aktivitas
pelatihan, serta metode evaluasi pelatihan. 3) Melaksanakan dan memfasilitasi
pelatihan: pengorganisasian sumberdaya, pemberian materi pelatihan, penerapan
strategi pelatihan. 4) Melakukan evaluasi hasil pelatihan: menentukan metode
penilaian dan evaluasi, mengukur hasil pelatihan, memberikan feedback pelatihan
(kepada trainee dan organisasi).
Pelatihan yang dapat diterapkan pada peningkattan Motivasi
berprestasi organisasi salah satunya ialah pelatihan kepemimpinan
transformasional dimana training ini bisa membawa pemikiran anggota organisasi
menjadi lebih terbuka lagi dan menambah pemahaman yang mendalam tentang
organisasi dan cara memimpin dan mengarahkan organisasi.
Pada penelitian kali ini peneliti menargetkan pengurus
himpunan mahasiswa program studi psikologi (HIMAPRO) Universitas Negeri Manado
(UNIMA) sebagai subjek untuk dilaksanakannya pelatihan kepemimpinan
transformasional. Dimana pada dasarnya HIMARPO psikologi UNIMA ini telah
berdiri sejak tahun 2006 yakni pada saat pertama kali program studi psikologi
di buka di UNIMA namun keaktifan atau kebermanfaatan organisasi ini dinilai
kurang aktif / kurang berkontribusi bagi program studi psikologi. Sedangkan
berdasarkan definisi organisasi mahasiswa diatas organisasi mahasiswa
sebenarnya merupakan salah satu tempat terbaik bagi mahasiswa untuk
mengembangkan minat dan bakat mereka ataupun keinginan-keinginan mereka yang
memberika kontribusi bagi Universitas. Kurangnya motivasi dalam berprestasi
nyatanya hal yang paling dasar yang tidak dimiliki oleh setiap pengurus dari
tahun ke tahun hal ini bisa dilihat dari setiap program kerja yang dibuat
ataupun dilaksanakan sama dari tahun ke tahunnya. Selanjutnya peran pemimpin
dan pengurus yang seharusnya mengkoordinir mahasiswa dirasa sangat kurang.
Berdasarkan uraian
tersebut peneliti melihat bahwa pelatihan
mengenai kepemimpinan transformasional adalah hal yang pas guna untuk meningkatkan motivasi breprestasi untuk pengurus yang sedang menjabad pada periode kali ini, dengan harapan apa yang di latihkan kepada para pengurus ini dapat di terapkan
kepada model kepengurusan mereka dan dapat di teruskan turun temurun ke pengurus-pengurus
berikutnya.
Sehingga peneliti
tertarik untuk mencoba melaksanakan penelitian ekperimen untuk mengetahui apakah ada dan seberapa besarkah pengaruh dari pelatiha
kepemimpinan transformasional
terhadap Motivasi berprestasi pada pengurus Himapro Psikologi Unima.
�� Di tahun 1990, Bass mengembangkan konsep kepemimpinan transformasional untuk melengkapi teori kepemimpinan transaksional yang masih memiliki kelemahan (Rahyuda, 2008). Awalnya, konsep kepemimpinan transformasional diperkenalkan
oleh Burns pada tahun 1978 (Jabnoun and al Ghasyah, 2005)
yang menyatakan bahwa pemimpin yang transformasional meningkatkan kebutuhan dan motivasi bawahan dan mempromosikan perubahan dramatis dalam individual, grup, dan organisasi.
�� Bass, 1985 dalam Jabnoun and al-Ghasyah (2005) mendefinisikan bahwa pemimpin transformasional adalah seseorang yang meningkatkan kepercayaan diri individual maupun grup, membangkitkan
kesadaran dan ketertarikan dalam grup dan organisasi, dan mencoba untuk menggerakkan perhatian bawahan untuk pencapaian dan pengembangan eksistensi.
Pelatihan kepemimpinan
transformasional adalah pelatihan dimana pelatihan ini bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, semangat, dan bahkan tanggung jawab untuk berorganisasi.
Sengaja dipilih kepemimpinan yang transformatif karena pemimpin membuat pengikut lebih mengutamakan pentingnya nilai kerja dan bersedia mengorbankan minat pribadi demi kepentingan organisasi, pemimpin mengembangkan keterampilan dan keyakinan pengikut untuk mempersiapkan mereka mengambil tanggung jawab lebih besar dalam
memberdayakan organisasi, pemimpin mendorong dan membantu pengikut bila diperlukan untuk memelihara keantusiasan dan berupaya sekuat tenaga apabila
menghadapi hambatan atau kesulitan, dan oleh karena itu pengikut
menjadi percaya dan menaruh hormat kepada pemimpin serta lebih termotivasi
melakukan setiap kegiatan untuk mewujudkan tujuan organisasi (Yukl, 2010).������ �
Disamping alasan di atas, pelatihan
ini dinamai Transformasional Leadership Training (TLT) karena peserta yang
mengikuti program ini diharapkan menjadi pemimpin yang kreatif dan menjadi
berkat bagi lingkungan, karena yang bersangkutan bercirikan: idealized
influence, individualized consideration, inspirational motivation, intelectual
stimulation, professional manager, change agent, strategist, strategic-decision
maker, innovator, dan collaborator (Bass, 1996; Pearce & Robinson, 2005).
Dimana Transformasional leadership Training ini disusun berdasarkan dua teori besar yaitu berdasarkan
teory Kecerdasan Emotional
(Emotional Intelligence) dari Daniel Goleman dan teory 8 Kebiasaan Manusia yang Efektif (8 Habits of
Highly Effective) dari Steven R. Covey.
Bertitik tolak
dari hal tersebut peneliti melanjutkan dengan melihat beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dimana, pada penelitian yang dilakukan oleh Roy Johan Agung Tucunan,
Fakultas Ekonomi,
Universitas Udayana, Bali, Indonesia dimana ia meneliti
terkait �Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadapa motivasi dan kinerja karyawan�� dimana pada hasil penelitiannya membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan dan positif antara kepemimpinan
transformasional dengan motivasi karyawan (Praditya Maha Putra & Sudibya,
2019). Selanjutnya berdasarkan penelitian dari
Agung Budhi Soeprapto, Fakultas Psikologi, Universitas Soegojapranata, ia juga
meneliti terkait �pengaruh pelatihan transformasional terhadap kemampuan
kepemimpinan transformasional pada atasan di BPR "X� Surakarta� dimana
pada hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pelatihan transformasional
dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan transformasional pada atasan (Soeprapto,
2018).
Melihat dari penelitian terdahulu yang di jadikan
sebagai acuan tersebut bisa dilihat
bahwa ada pengaruh dari pelatihan
kepemimpinan transformasional
terhadap motivasi berprestasi maupun kepemimpinan itu sendiri dan yang membedakan penelitian kali ini dan penelitian-penelitian sebelumnya ialah dari subjek
yang akan diteliti yaitu penelitian kali ini lebih menargetkan
pada organisasi mahasiswa sedangkan untuk penelitian sebelumnya lebih melihat pada organisasi perusahaan. Sehingga pada penelitian kali ini kita bisa
melihat apakah penerapan dari pelatihan transformasional dapat berpengaruh pada organisasi mahasiswa atau tidak.
Kegian penelitian
ini bertujuan untuk melihat pengaruh
dari pelatihan kepemimpinan transformasional terhadap peningkatan motivasi berprestasi dari pengurus himpunan
mahasiswa Program Studi Psikologi UNIMA.
Dan manfaat yang diharapkan dari penelitian kali ini yaitu dengan adanya
pelatihan mengenai kepemimpinan transformasional ini dapat menjadikan
para pengurus dari HIMAPRO Psikologi UNIMA ini menjadi lebih baik
serta memiliki motivasi berprestasi dalam menjalankan kepengurusannya dan menjadi salah
satu tolok ukur dari organisasi
mahasiswa lainnya yang ada di Universitas Negeri Manado.
Metode Penelitian
Desain Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif eksperimen dengan model one group design yaitu
desain penelitian yang terdapat pre-test sebelum diberi perlakuan dan post-test setelah diberi perlakuan, dengan demikian dapat diketahui lebih akurat karena dapat
membandingkan dengan diadakan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono,
2001).
Subjek Penelitian
Subjek penelitian
ini adalah pengrus himpunan mahasiswa program studi psikologi universitas negeri manado.
Pengambilan partisipan Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive
sampling, yaitu teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh
nantinya bisa lebih respresentatif (Sugiono 2010).
Metode Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner dengan skala pengukuran
likert dengan nilai 1-4 mulai dari kategori sangat setuju sampai dengan
sangat tidak setuju. Penggunaan modifikasi skala Likert dengan empat alternatif respon dengan tidak
menggunakan alternatif respon Netral (N), dilakukan berdasarkan alasan yang diungkapkan oleh (DeVillis, 1991) yaitu; 1) Tersedianya jawaban di tengah (netral) mempunyai arti ganda, yaitu kecenderungan untuk memilih jawaban
tersebut bagi subjek yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya. 2) Kategori netral mempunyai arti ganda, yaitu memilih sesuai
dan tidak sesuai dalam cakupan sama
besar atau tidak memilih sesuai
ataupun tidak sesuai, sehingga dua arti tidak dapat diartikan sebagai sesuai maupun tidak sesuai.
3) Maksud dari kategori sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai,
dan sangat tidak sesuai adalah untuk melihat
kecenderungan subjek kesalah satu kutub.
Prosedur Intervensi
Pelatihan dalam
penelitian kali ini diberikan dalam bentuk pelatihan Transformasional Leadership Training (TLT) yang menekankan pada faktor yang ingin di pengaruhi yakni
motivasi berprestasi. Pelatihan
ini menggunakan metode eksperimental learning (ceramah ,
role play, diskusi), yaitu sebuah metode pelatihan
yang membuat peserta belajar melalui pengalaman yang didapatkannya.
Diawal tahap persiapan peneliti menyiapkan module terkait pelatihan yang akan dilakukan, selanjutnya peneliti mencari pemateri yang kompeten dalam bidang ini
untuk menyampaikan materi yang sudah disediakan selanjutnya peneliti juga menyiapkan pre dan post test guna melihan perbedaan dari sebelum mendapatkan
pelatihan sampai pada setelah mendapatkan pelatihan untuk melihat perbedaannya.
Secara umum pelatihan ini terbagi
atas 2 hari pertemuan dimana di hari pertama pelatihan
ini mengangkat materi terkait �Siapakah aku ?� dimana materi
ini berisi tentang Cermin diri, Jendela Johari, Spiral pertumbuhan diri, dan ciri-ciri potensi diri. Diman tujuan
dari materi ini adalah dimana
peserta diminta mengenal dirinya terlebih dahulu baik itu dari
pandangannya sendiri tentang dirinya maupun orang lain. Materi selanjutnya dan terakhir di hari ini ialah
�integritas� dimana materi ini memuat
tentang� apa itu integritas, Mengapa integritas penting dalam organisasi,
dan Cara mengembangkan integritas.
Dirmana tujuan dari materi ini
adalah untuk menanamkan kepada peserta hal dasar
yang harus mereka miliki dalam organisasi
yaitu integritas.
Selanjutnya di hari
kedua, dilanjutkan dengan materi yaitu
mengenai �Manajemen organisasi� dengan materi yaitu fungsi
dan perencanaan manajemen, pentingnya analisis swot, dan
strategi organisasi dimana dari materi ini
peneliti ingin para pengurus HIMAPRO ini lebih kuat dalam
perencanaan mereka dalam berorganisasi dan menganalisis tiap permasalahan yang dihadapi serta apa saja
strategi yang bisa di terapkan
dalam membangun organisasi. Selanjutnya dilanjutkan dengan materi mengenai �Manajemen konflik� dengan materi yaitu
konflik dalam organisasi, negosiasi dalam konflik, dan pengelolaan negosiasi konflik. Tujuan dari materi ini
ialah ingin mengajarkan kepada pengurus HIMAPRO mengenai konflik yang biasanya terjadi dalam organisasi,
kemudian bagaimana cara penyelesaian konflik tersebut dan cara mengelola penyelesaian dari masalah yang terjadi. Materi selanjutnya dalam pelatihan kali ini ialah �Komitmen�
dengan materi yaitu apa itu
komitmen?,
hubungan intgritas dan komitmen, dan membentuk komitmen dalam organisasi, dimana tujuannya adalah memberikan pengertian mengenai apa itu
komitmen sehingga para pengurus bisa memahami
dan memaknai komitmen yang harus mereka miliki
dalam berorganisasi, dan bagaimana mereka membentuk komitmen mereka dalam berorganisasi.
Materi terakhir dalam pelatihan kali ini ialah �kreatifitas�
dengan materi yaitu Berfikir logis dan analitis, pembagian otak kiri dan kanan, dan berfikir kreatif, tujuan dari materi
ini adalah untuk membangun kreatifitas yang dimiliki pengurus HIMAPRO dalam berorganisasi.
Berikut adalah
modul pelatihan transformasional leadership training (TLT) yang dilaksanakan pada pengurus himpunan mahasiswa psikologi Universitas Negeri Manado:
Tabel
1
Modul
Pelatihan Kepemimpinan Transformasional
TLT |
Session |
Tujuan |
Metode |
Durasi |
Siapakah Aku ? |
� PENGENALAN��������������� -Pengantar Siapakah Aku
?�� � Cermin Diri � Jendela Johari � ICE BREAK� � Spiral Pertumbuhan � Potensi Diri������������������������ |
a. Mampu mengenali sifat-sifat
Positif dan� sifat-sifat negatif pada
diri sendiri melalui orang lain. b. Mampu mengenali dan memahami
(menerima) keperbedaan dalam berbagai cara pandang c. Membangun sikap mental yang sehat
(keterbukaan) dalam berhubungan dengan orang lain |
�
Ceramah �
Role
Play �
Games |
1
Jam�� 30 Menit |
Integritas |
� Apa itu integritas ? � Mengapa Integritas penting dalam
organisasi ? � ICE BREAKING � Mengembangkan Integritas |
a. Dapat memahami pentingnya
Integritas sebagai kekuatan seseorang b. Dapat memahami cara-cara
membangun Integritas |
�
Ceramah �
FGD �
Games |
1 Jam |
Manajemen Organisasi |
� Fungsi dan perencanaan manajemen � Pentingnya analisis SWOT � Strategi Organisasi |
a. Peserta dapat memahami bebeerapa
pandangan tentang fungsi-fungsi manajemen, pentingnya perencanaan dalam
organisasi b. Peserta dapat memahami arti dan
arti pentingnya pengorganisasi dalam organisasi, pengawasan atau pengendalian
dalam organisasi serta memahami pentingnya analisis SWOT bagi organisasi c. Peserta dapat memahami alternatif
strategi yang tersedia bagi organisasi berdasarkan kekuatan dan kelemahan
organisasi serta kesempatan yang tersedia bagi organisasi dan ancaman yang
dihadapi organisasi dari lingkungannya |
�
Ceramah �
FGD �
Games |
1 Jam��� 40 Menit |
Manajemen Konflik |
� Konflik dalam Organisasi � Negosiasi dalam konflik � Pengelolaan dan negosiasi konflik |
a. Peserta dapat memahami definisi
konflik, berbagai pandangan tentang konflik, macam-macam dan tingkat konflik b. Peserta dapat memahami pengertian
negosiasi, maksud negosiasi, strategi dan hampiran bernegosiasi, proses
negosiasi, aspek etis dalam negosisasi c. Peserta dapat mengelola konflik
dan dapat bernegosiasi dengan baik |
�
Ceramah �
FGD |
1 Jam��� 10 menit |
Komitmen |
� Apa itu Komitmen ? � Hubungan Integritas dan Komitmen � Membentuk komitmen dalam
organisasi |
a. Peserta dapat memahami komitmen
sebagai kekuatan b. Peserta dapat membuat komitmen
demi kemajuan organisasi. |
�
Ceramah �
Games |
1
Jam |
Kreativitas |
� Berpikir logis dan analistis
Pengembangan otak kiri kanan � Berfikir Kreatif |
a. Peserta dapat menggali potensi
kreativitas dalam diri peserta. b. Peserta mampu menggali potensi
kreativitasnya c. Berpikir kreatif (cara
mengembangkan kreativitas) |
�
Ceramah �
Role
Play �
Games |
1 Jam���� 30 Menit |
Teknik Analisis Data
Adapun data kuantitatif ini dianalisis oleh penulis dengan menggunakan statistik. Rumus yang digunakan adalah rumus uji paired sample
t-test. Karena yang digunakan rumus
t, rumus t banyak ragamnya dan pemakaiannya di sesuaikan dengan karakteristik data yang akan dibedakan.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 2
Paired Samples Statistic
|
Mean |
Std. Diviation |
Std. Eror Mean |
Pre-Test |
80.91 |
10.574 |
2.205 |
Post-Test |
97.91 |
7.728 |
1.611 |
Dari hasil tabel 2 diatas diperoleh nilai mean dari pre-test yaitu sebesar 80,91. Sedangkan nilai post-test diperoleh niali mean sebesar 97,91. Karena nilai mean pre-test < post-test 97,91 artinya ada perbedaan
rata-rata hasil pelatihan antara pre-test dan post-test.
Tabel
3.
Paired Samples Corellation
|
Corellation |
Sig. |
Pre-Test & Post-Test |
0,108 |
0,623 |
Pada tabel 3 diatas menunjukan hasil uji korelasi antara pre-test dan post-test dimana
diketahui nilai efisien korelasi sebesar 0,108 dengan nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,623 > probabilitas
0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan
antara variabel pre-test
dan post-test.
Tabel
4.
Paired Samples Test
|
|
|
Paired
Differences |
|
Mean |
Std. Deviation |
Std. Eror Mean |
Pre-Test & Post-Test |
-17,00 |
12,402 |
2,586 |
95% Confidence Interval of the Difference |
|
Lower |
UPPER |
-22,363 |
-11,637 |
�����������
t |
df |
Sig. (2tailed) |
-6,574 |
22 |
0,000 |
Dari tabel 4 kita dapat melihat hasil
hipotesis yang sudah di ajukan. Pada tabel 4 ini diketahui nilai Sig. (2tailed)
adalah sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
rata-rata antara motivasi berprestasi pre-test dengan post-test yang artinya
ada pengaruh pelatihan kepemimpinan transformasional dalam meningkatkan
motivasi berprestasi pada pengurus himpunan mahasiswa psikologi UNIMA.�
Pada tabel 4 diatas juga memuat
informasi tentang nilai mean paired difference sebesar -17,00 nilai ini
menunjukan selisih antara rata-rata motivasi breprestasi pre-test dengan
post-test atau 80,91 � 97,91 = -17,00 dan selisih perbedaan tersebut antara
-22,363 sampai dengan -11,637. Selanjutnya untuk memperkuat hasil hipotesis yang di
dapat dari hasil perbandingan signifikansi, bisa juga di lihat dari
perbandingan antara t hitung dengan t tabel. Berdasarkan hasil dari tabel 4
diatas ketahui nilai t hitung -6,574. t hitung bernilai negative dikarenakan
nilai rata-rata pre-test lebih rendah dari nilai rata-rata post-test. Dalam
kasus seperti ini nilai t hitung negatif dapat bermakna positif. Sehingga
dengan diketahui nilai df sebesar 22 dengan demikian t hitung 6,574 > t
tabel 2,074. Maka dari hasil tersebut bisa di simpulkan ada perbedaan rata-rata
antara motivasi berprestasi pre-test dengan post-test. Artinya ada pengaruh
dari pelatihan kepemimpinan transformasional terhadap motivasi berprestasi.
Hasil ini sama dengan hasil dari perbandingan signifikasni diawal.
Pelatihan kepemimpinan transformasional
diberikan kepada pengurus himpunan mahasiswa psikologi Universitas Negeri
Manado. Pelaksanaan pelatihan kepemimpinan transformasional berjalan efektif.
Peserta juga terlihat antusias pada saat pelatihan dilaksanakan. Ini terlihat
dari banyaknya peserta yang aktif dalam memberikan pertanyaan mengenai materi
yang diberikan. Selain bertanya kepada pembicara, diskusi juga terjadi antar
sesama peserta. Mereka saling mendikusikan setiap materi yang diberikan dan
role play materi yang dilaksanakan pada pelatihan kepemimpinan transformasional
tersebut.
Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan
motivasi berprestasi yang dimiliki para pengurus himpunan mahasiswa psikologi.
Karena pada kepengurusan yang dulu dan yang sekarang dilihat dan dirasakan oleh
pengurus bahwa mereka merasakan tidak ada kemajuan sama sekali. Sehingga
pelatihan ini dapat membantu pengurus himpunan mahasiswa dalam mengembangkan
berbagai keterampilan ataupun ide-ide baru dalam menjalankan kepengurusan
mereka baik saat ini maupun dimasa mendatang untuk mencapai tujuan organisasi.
Hasil pre-test dan post-test menunjukkan
adanya peningkatan pengetahuan peserta tentang motivasi berprestasi. Hal ini
terlihat dari peningkatan nilai yang diperoleh peserta sebelum dan sesudah mengikuti
pelatihan. Nilai rata-rata peserta sebelum mengikuti pelatihan adalah sebesar
80,91 dan mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan menjadi 97,91.
Peningkatan perolehan rata-rata ini menujukkan bahwa pelatihan yang diberikan
cukup mampu mencapai tujuan pelaksanaan pelatihan. Hal ini didukung dengan
perolehan hasil nilai signifikansi (Sig.) yakni 0,000 < 0,05 dimana artinya
ada pengaruh dari pelatihan kepemimpinan transformasional yang telah
dilaksanakan.
Lolowang (2016) menjelaskan pelatihan adalah proses
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Pelatihan juga meliputi
pengubahan sikap sehingga karyawan dapat melakukan pekerjaannya lebih efektif. Triasmoko (2014)
menyebutkan keberhasilan pelatihan dalam mencapai tujuannya dipengaruhi
oleh materi pelatihan. Materi yang kurang relevan dengan kebutuhan akan
menyebabkan pelatihan menjadi kurang optimal. Selain itu, trainer juga
memberikan peranan penting dalam keberhasilan sebuah pelatihan.
Adapun
keterbatasan pada penelitian ini adalah tidak adanya kelompok kontrol yang
menjadi pembanding untuk kelompok yang diberikan intervensi pelatihan
kepemimpinan transformasional. Sehingga diharapkan untuk penelitian serupa di
masa mendatang agar untuk menambahkan kelompok kontrol agar penelitian serupa
menjadi lebih objektif.
Kesimpulan
Pelatihan kepemimpinan
transformasional diberikan kepada pengurus himpunan masiswa psikologi Universitas Negeri Manado. Pelaksanaan
pelatihan kepemimpinan transformasional� berjalan efektif.� Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan
motivasi berprestasi dari peserta. Pelatihan
bertujuan untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang dimiliki para pengurus himpunan mahasiswa psikologi. Karena pada kepengurusan yang dulu dan yang sekarang dilihat dan dirasakan oleh pengurus bahwa mereka merasakan
tidak ada kemajuan sama sekali.
Pelatihan ini
dapat membantu pengurus himpunan mahasiswa dalam mengembangkan berbagai keterampilan ataupun ide-ide baru dalam menjalankan
kepengurusan mereka baik saat ini
maupun dimasa mendatang untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan yang
efektif merupakan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan organiasi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka
dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Subjek
Bagi subjek yang telah mengikuti Pelatihan Kepemimpinan
Transformasional sebaiknya tetap mencoba melakukan latihan dan metode yang
telah diajarkan selama pelatihan karena sesuatu yang sudah dipelajari apabila
tidak diterapkan akan sia-sia.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat mengulangi
penelitian ini dengan berbagai variasi dan perbaikan dan untuk peneliti
selanjutnya ada baiknya untuk menggunakan training gape analisis agar materi yang diberikan lebih terarah. Variasi dapat
dilakukan dengan merancang modul
pelatihan lebih cermat dan menarik, seperti dalam bentuk
in house training.
DeVillis, Robert F.
(1991). Scale development: Theory and applications. Newbury Park, CA:
Sage. Google Scholar
Jabnoun, N., and Al
- Rasasi, A.J. 2005. Transformasional
Leadership and Service Quality in UAE Hospitals. Managing Service Quality, Vol.
15, No. 1, pp. 70-81. Google Scholar
Lindgren, H.C. (1976). Educational Psychology in the Classroom. New
York:������ John Wiley. Google Scholar
Lolowang, M. G., Adolfina, A., & Lumintang, G.
(2016). Pengaruh Pelatihan
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia terhadap
Kinerja Karyawan pada Pt. Berlian
Kharisma Pasifik Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 4(2). Google Scholar
McClelland, D.C. (1987). Human Motivation. New York :
Cambridge University Press.
Praditya Maha Putra & Sudibya, 2019. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kerja Dan Kinerja Karyawan. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana.
Rahyuda, A.G.
(2008). Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional dan Sistem��������� Kompensasi terhadap Kinerja Dosen. Tesis Program Studi Teknik
dan��������� Manajemen
Industri Institut Teknologi Bandung.
Sinambela, Lijan Poltak. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:� PT Bumi Aksara.
Soeprapto, 2018. Pengaruh Pelatihan Transformasional Leadership Terhadap
Kemampuan Kepemimpinan Transformasional Pada Atasan Di Bpr �X� Surakarta. Unika Soegijapranata Semarang. Google Scholar
Sudarman, Paryati. (2004). Belajar Efektif di Perguruan Tinggi.
Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Offset. Google Scholar
Sugiyono, (2001). Metode Penelitian, Bandung: CV
Alfa Beta. Google Scholar
Sukirman, Silvia.
(2004). Tuntunan Belajar di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Pelangi Cendikia. Google Scholar
Triasmoko, D. (2014).
Pengaruh Pelatihan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Penelitian pada Karyawan PT Pos Indonesia (Persero) Cabang Kota Kediri). Jurnal Administrasi Bisnis, 12(1). Google Scholar
Weiner, Y. 1985. Commitment in Organization: A Normative View, Academy
of Management Review 7. Google Scholar
Yuki, G. 2010. Leadership in Organizations, 7th edition. New Jersey:
Pearson International Edition. Google Scholar
�
Copyright holder: Kurniawan
Kerebungu, Great Erick Kaumbur, David P.T Mondigir (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |