Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 2, Februari 2022
EVALUASI KINERJA ANGGOTA KEPOLISIAN POLDA BENGKULU
DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH
Rosi Paramastri Ghaisani
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Kemampuan Memecahkan
Masalah pada suatu organisasi khususnya Kepolisian sangat penting, karena di dalam organisasi tersebut dibutuhkan seseorang dengan kemampuan yang cekatan, cepat dan tanggap dalam menyelesaikan
suatu tugas. Polisi yang dianggap baik adalah polisi
yang memiliki sifat Kemampuan Memecahkan Masalah yang tinggi karena dianggap dapat bekerja dengan
optimal. Penelitian ini menguji hubungan antara kemampuan memecahkan masalah dengan evaluasi kinerja Polda Bengkulu khususnya di Dit Sabhara. Penelitian ini menggunakan subjek dari anggota
kepolisian Polda Bengkulu dengan menggunakan metode kuantitatif dan desain penelitian survei, penelitian ini mengambil sampel
dari anggota Sabhara yang sedang bertugas di fungsi Dalmas dan Gasum yang berjumlah 68 orang. Alat ukur
yang digunakan pada penelitian
ini adalah Caidance dan Evaluasi Kinerja. Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas, uji
asumsi, dan uji deskriptif.
Alat ukur KMM memiliki skor reliabilitas r= 0.843 dan Evaluasi Kinerja memiliki skor reliabilitas r= 0.958 dan memiliki skor korelasi
dengan uji linieritas regresi berganda r= 0.808.
Kata kunci; Evaluasi
Kinerja; Kemampuan Memecahkan
Masalah
Abstract
The ability to solve problems in an organization, especially the police,
is very important, because the organization requires someone with agile, fast
and responsive abilities in completing a task. Police who are considered good
are police officers who have high problem-solving abilities because they are
considered to be able to work optimally. This study examines the relationship
between problem-solving ability and performance evaluation of the Bengkulu
Police, especially in the Dit Sabhara.
This study used subjects from Bengkulu Police using quantitative methods and
survey research designs, this study took samples from Sabhara
members who were on duty at the Dalmas and Gasum functions totaling 68 people. The measuring
instrument used in this research is Caidance and Performance
Evaluation. This research uses reliability test, assumption test, and
descriptive test. The KMM measuring instrument has a reliability score of r =
0.843 and Performance Evaluation has a reliability score of r = 0.958 and has a
correlation score with multiple regression linearity test r = 0.808.
Keywords: Performance
Evaluation; Problem Solving Ability
Pendahuluan
Polri atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah suatu aparat penegak hukum di Indonesia yang memiliki tugas untuk menjaga
keamanan, memberikan perlindungan, mengayomi, memberi pelayanan pada masyrakat serta menjaga ketertiban masyarakat (dalam PMB, 2017) (Rustiarini,
2013)
Sebuah organisasi,
terlebih Kepolisian sangatlah menitik beratkan pada sumber daya untuk menjalankan
setiap fungsi yang dimiliki. Sumber daya yang baik akan menghasilkan pengaruh yang baik pula bagi organisasinya (Jacha, 2015). Oleh karena itu sebuah organisasi
hendaknya bisa mengetahui bagaimana perilaku kerja seorang anggota polisi untuk membantu
menjalankan fungsi dengan optimal. Berdasarkan survei awal berupa
wawancara pada pihak dari salah satu dewan kebijakan mutasi Polda Bengkulu yaitu Bapak AKBP
Edi Suroso, SH. Ketika peneliti
menanyakan tentang Evaluasi Perilaku Kinerja yang dilakukan oleh Kepolisian, subjek mengatakan bahwa:
�Penilaian evaluasi
dilakukan 6 bulan sekali pada bulan Juni dan Desember, penilaian dilakukan oleh PP (Pejabat Penilai) yaitu atasan langsung
dari anggota yang bertugas di fungsi tersebut� (wawancara pada tanggal 26 Maret 2018).
Disamping itu
anggota polri harus memiliki kemampuan dalam dasar, Tribratanews Bengkulu,
2015 mengungkapkan bahwa seorang polisi harus memiliki beberapa kemampuan dasar, kemampuan dasar tersebut meliputi (Intan, 2015):
1. Komunikasi, seorang
Polri diharapkan memiliki sifat komunikatif yang berarti mampu menjalani komunikasi dua arah (menjadi pembicara
dan pendengar), karena seorang anggota polri diharapkan mampu menyampaikan pengarahan kepada masyarakat tentang hal-hal yang baik.
2. Beradaptasi, seorang
anggota Polri diharapkan memiliki kemampuan beradaptasi yang baik sehingga sebagai
seorang anggota polri hendaknya bisa beradaptasi bukan hanya dengan
lingkunganya tetapi juga dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya. Kemampuan beradaptasi yang baik harus dimiliki
seorang anggota polisi dikarenakan mereka harus berhadapan
dengan masyarakat yang memiliki sifat dinamis, aktif dan selalu berubah.
3. Mendeteksi Situasi,
perubahan yang terjadi pada
setiap harinya bahkan setiap menit
akan mendorong seorang anggota polisi untuk memiliki
kemampuan mendeteksi situasi yang baik. Suatu persoalan yang akan dihadapi tidak
hanya persoalan yang bisa semua orang mampu hadapi, tetapi
persoalan yang terjadi secara kasat mata
maupun secara terselubung. Kemampuan ini harus dilatih
dan harus dimiliki oleh seorang anggota polri untuk memprediksi
dan memperkirakan situasi keamanan, dan yang terpenting anggota polri yang bertugas harus siap menghadapi situasi tersebut.
4. Memetakan Akar
dari Masalah, situasi yang dihadapi didalam lingkup masyarakat sangatlah beragam bahkan seringkali yang terjadi tidak dapat dinalar
oleh pemikiran rasional.
Oleh karena itu anggota kepolisian sebagai penengah dalam permasalahan yang terjadi harus menyelesaikan
suatu permasalahan tersebut mulai dari akar dan mengetahui
kronologis yang terjadi sebenarnya. Dengan mengetahui akar dari permasalahan tersebut akan memudahkan
bagi anggota yang bertugas memberikan solusi yang tepat dan berguna bagi seluruh
elemen itu sendiri.
5. Menganalisa situasi,
bagi seorang anggota polri yang bertugas ditengah-tengah masyarakat harus memiliki kemampuan ini untuk mengetahui
keadaan yang sedang dihadapinya secara menyeluruh (Siaputra, 2018). Kemampuan yang dimiliki akan membantu mereka
untuk megetahui penyebab dari terjadinya
permasalahan, letak duduk perkara, memperkirakan akibat dari perkara
itu sendiri dan yang terpenting adalah mengetahui solusi yang tepat sasarann dan bermanfaat.
6. Penggunaan IT, teknologi pada zaman sekarang selalu lebih penting
untuk mendukung dan memberikan kemudahaan bagi pelaksanaan tugas, terlebih untuk pelaksanaan tugas anggota polri
yang berada ditengah masyarakat. Kemampuan penggunaan IT yang dimiliki anggota polri akan
memudahkan bagi kepolisian untuk membantu masyarakat dalam memberikan pelajaran, mengarahkan kepada masyarakat, dan membantu memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi dengan pihak kepolisian.
7. Laporan Cepat,
Tepat dan Akurat, laporan kegiatan yang dilakukan anggota kepolisian yang langsung terjun kelapangan maupun yang hanya didalam lingkup kantor. Kewajiban melaporkan kegiatan yang dilakukan kepada atasannya yang cepat, tepat, dan akurat akan memberikan kesempatan bagi pimpinan untuk memikirkan serta mempetimbangkan segala aspek dan mungkin risiko yang terjadi dan kemudian memutuskan suatu langkah dan solusi yang paling tepat, efektif dan efisien terhadap permasalahan yang dihadapi oleh anggota ataupun yang ada di masyarakat (Syahruddin, 2016).
Dari adanya pernyataan
tentang kemampuan dasar tersebut, peneliti bertanya kepada dewan kebijakan mutasi Polda Bengkulu, Bapak AKBP
Edi Suroso, S.H perihal mengenai kemampuan yang harus dimiliki seorang anggota polri, Bapak AKBP Edi Suroso mengatakan bahwa :
�Seorang anggota
polisi pastinya tidak sekedar bisa
lari dan berenang saja, seorang anggota
polri juga harus memiliki kemampuan. Kemampuan yang paling mencolok dimasyarakat biasanya sifat melayaninya harus tinggi, tapi
sebenarnya tidak hanya itu. Kemampuan
terbesar yang harus dimiliki Anggota polri adalah kemampuan
memecahkan masalah yang tinggi, kenapa? Karena menjadi anggota polri harus bisa
menangani setiap masalah yang dihadapi, masalah tersebut akan berbeda setiap
waktunya. Masalah-masalah tersebut akan datang
setiap hari dari masyarakat. Jadi anggota yang memiliki problem
solving yang tinggi akan dipandang lebih oleh atasan� (wawancara pada tanggal 26 Maret 2018).
Dengan demikian peneliti tertarik membahas mengenai �Orientasi Evaluasi Kinerja ditinjau dari Kemampuan
Memecahkan Masalah Pada Anggota Kepolisian Polda Bengkulu�.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah survery
dengan menggunakan angket online. Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan informed consent
yang berisi data diri subjek dan sebagai bukti kesediaan subjek untuk menjadi
sampel dari penelitian ini dan dua alat ukur
yaitu caidance dan Evaluasi Kinerja.
Alat ukur caidance
untuk mengukur Kemampuan Memecahkan Masalah yang terdiri dari 8 aspek yaitu
Motivasi Berprestasi (MB), Kemampuan Menghadapi Tekanan (KMT), Extraversion, Berpandangan
Terbuka (BT), dan Kompatibilitas (Siaputra,
2018). KMM terdiri dari 45 butir dalam 3 aspek
yaitu Matrix, deret angka, dan koskata. Jika individu memiliki skor tinggi pada sifat ini, maka
individu tersebut cenderung lebih mudah menganalisis masalah kompleks dan menarik simpulan secara tepat, selain
itu individu tersebut lebih mudah memperoleh pengetahuan yang baru, lebih mudah untuk
memecahkan berbagai permasalahan yang sulit dengan demikian individu tersebut memiliki potensi untuk menguasai pekerjaan apapun yang dipilih.
Evaluasi Kinerja menggunakan alat ukur Evaluasi Kinerja yang terdiri dari 8 butir dalam 2 aspek
yaitu butir kemampuan kognitif dan butir kepribadian. Butir tersebut disajikan dalam skala likert 1 sampai 9. Penilai akan memilih mana yang paling mendekati sifat dari individu tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk melihat sejauh mana hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2012).
Suatu alat ukur dikatakan rliabel apabila nilai alpha Cronbach >0.70. hasil
dari analisis menunjukkan nilai KMM 0.843 >
0.70 dan Evaluasi Kinerja 0.958 > 0.70. Sehingga kedua alat ukur tersebut
dikategorikan reliabel.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan
untuk melihat kenormalan sebaran data dengan melihat skor dari Kolmogorov-Smirnov. Suatu data dikatakan normal jiga nilai p > 0.05 sedangkan tidak normal apabila p < 0.05. Hasil uji normalitas
menunjukkan bahwa nilai KMM dikatakan normal karena nilai p = 0.200 > 0.05,
sedangkan Evaluasi Kinerja dikatakan normal karena nilai p = 0.200 > 0.05.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam
penelitian ini adalah uji hubungan yang dilakukan dengan menggunakan uji korelasi dengan metode Uji Linieritas Regresi Berganda. Hipotesis diterima apabila memenuhi nilai sig p > 0.05
dan r > 0.03. hasil uji hipotesis
dalam penelitian ini adalah nilai
r pada uji linieritas regresi
berganda pada KMM dan EK adalah
r = 0.808 > 0.03 yaitu diterima.
Kemampuan menyelesaikan masalah diukur dengan menggunakan
alat ukur caidance.� adalah suatu potensi
yang dimiliki seseorang dengan kapasitas yang berbeda dengan setiap individu, individu yang memiliki sifat ini lebih
tinggi dari yang lain cenderung lebih mudah memahami segala sesuau sekalipun
itu adalah tugas yang rumit. Sedangkan Evaluasi Kinerja diukur menggunakan alat ukur Evaluasi
Kinerja adalah suatu proses
yang sistematis untuk menentukan suatu nilai yang berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu untuk mengambil suatu keputusan. Penilaian dilakukan oleh atasan langsung anggota / pegawai. Anggota Ditsabhara Kepolisian Polda X yang telah diambil sampel sebanyak 68 orang memiliki hasil uji reliabilitas dengan nilai alpha Cronbach 0.843
dapat dikategorikan reliabel sedangkan evaluasi kinerja memiliki nilai alpha Cronbach
0.958 dapat dikategorikan reliabel. Pada penelitian ini menunjukkan hasil yang serupa dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara KMM dengan Evaluasi Kinerja dengan pengujian butir KMM dan EK menggunakan Linieritas Regresi Berganda dengan nilai KMM dan EK adalah r = 0.808.
Kesimpulan
Pengisian angket
online untuk Evaluasi
Kinerja dengan 6 orang PP disimpulkan
bahwa:
1. Antar PP
bisa memiliki standar penilaian �Baik dan Buruk�, serta informasi acuan yang berbeda.
2. Antar PP
bisa memberikan penilaian yang berbeda, walaupun hanya dengan perbedaan waktu beberapa menit saja.
Azwar, Saifuddin. (2012). Reliabilitas dan
validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Google Scholar
Intan, R. (2015). Pengaruh
kemampuan kognitif dan penghargaan terhadap kinerja guru lembaga bimbingan dan konsultasi belajar Nurul Fikri di Jakarta. Jurnal AKP Vol. 5 (2) Agustus
2015. Google Scholar
Jachja,D.R. (2015). Analisis pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual
dan kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan.
Rustiarini, N.W. (2013). Pengaruh kompleksitas tugas, tekanan waktu, dan sifat kepribadian pada kinerja. Fakultas Ekonomi. Universitas Mahasaraswati. Denpasar, Bali. Makara Seri Sosial Humaniora, 17(2), 126-138.
DOI: 10.7454/mssh.v17i2.2961. Google Scholar
Siaputra. I. B. (2018). Self Awareness: Menginspirasi diri sendiri. Universitas
Surabaya ada.
Syahruddin. (2016). Deskripsi
kemampuan pemecahan masalah matematika dalam hubungannya dengan pemahaman konsep ditinjau dari gaya belajar
siswa kelas VIII SMPN 4 Binamu Kabupaten Jeneponto. Universitas Negeri Makasar.
Makasar Google Scholar
Copyright holder: Rosi Paramastri Ghaisani
(2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |