Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 2, Februari 2022
HUBUNGAN PERSEPSI HEALTH
BELIEF MODEL DENGAN PERILAKU HAND HYGIENE DALAM MENCEGAH TRANSMISI COVID-19
PADA KELUARGA PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT DUSTIRA TK.II 03.05.01
CIMAHI
Akademi
Keperawatan Rumah Sakit Dustira Cimahi Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Covid-19 telah menyebar ke seluruh
dunia dengan hampir tidak ada wilayah yang belum tersentuh. Kecepatan penyebaran dan tingkat kematian yang mengkhawatirkan telah membuat banyak negara memperkenalkan langkah-langkah untuk mencegah penyebaran Covid-19, salah satunya
yaitu praktik cuci tangan. Cuci
tangan merupakan tindakan pencegahan utama yang sederhana yang dapat dilakukan kebanyakan orang secara mandiri. Namun, ada banyak bukti
bahwa praktik mencuci tangan di antara petugas layanan kesehatan ataupun keluarga pasien masih belum
dilaksanakan secara
optimal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan persepsi berdasarkan Health
Belief Model (HBM) dengan perilaku
hand hygiene dalam mencegah
transmisi Covid-19 pada Keluarga
pasiendi Instalasi rawat inap Rumah
Sakit TK.II 03.05.01 DustiraCimahi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan besar sampel sebanyak
97 Keluarga pasienyang diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen yang mengacu pada teori HBM. Data yang
terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji korelasi chi-square. Hasil penelitian
diharapakan dapat menunjukkan hubungan yang signifikan atau tidak signifikan antara persepsi keluarga pasien berdasarkan HBM terhadap perilaku hand hygiene dalam mencegah transmisi Covid-19 pada Keluarga pasiendi Instalasi rawat inap Rumah Sakit
TK.II 03.05.01 Dustira Cimahi. Uji chi square diharapkan
juga dapat menunjukkan hubungan antara subvariabel persepsi pada HBM dengan perilaku hand hygiene. Implikasi dari hasil penelitian ini bagi Rumah Sakit
TK.II 03.05.01 Dustira Cimahi agar mengembangkan strategi yang lebih efektif
dalam melakukan edukasi Kesehatan mengenai perilaku hand hygine dengan
menitikberatkan pada salah satu atau beberapa komponen pada HBM yang nantinya
paling berhubungan dengan� perilaku hand
hygine dalam mencegah transmisi Covid-19, sehingga dapat diberikan arahan dan
motivasi untuk meningkatkan perilaku hand hygiene di rumah sakit.
Kata kunci: model kepercayaan
kesehatan; kebersihan tangan; Covid-19; keluarga pasien
Abstract
Covid-19 has spread across the globe with
almost no territory untouched. The speed of the spread and the alarming death
rate have made many countries introduce measures to prevent the spread of
Covid-19, one of which is the practice of hand washing. Hand washing is a
simple primary precaution that most people can do independently. However, there
is ample evidence that the practice of hand washing among health care workers
or patients' families is still not implemented optimally. This study was
conducted to determine the relationship between perceptions based on the Health
Belief Model (HBM) with hand hygiene behavior in preventing the transmission of
Covid-19 in the patient's family at the inpatient installation of TK. II
Hospital 03.05.01 Dustira Cimahi. This type of research is descriptive correlational with a sample size of
97 families of patients taken using purposive sampling technique. This study
uses an instrument that refers to the HBM theory. The collected data were
analyzed using the chi-square correlation test. The
results of the study are expected to show a significant or insignificant
relationship between the perception of the patient's family based on the HBM on
hand hygiene behavior in preventing the transmission of COVID-19 in the
patient's family at the inpatient installation of Tk. II Hospital 03.05.01 Dustira Cimahi. The chi square
test is also expected to be able to show the relationship between perception
sub-variables on HBM and hand hygiene behavior. The
implications of the results of this study are for Tk. II Hospital 03.05.01 Dustira Cimahi in order to
develop a more effective strategy in conducting health education regarding hand
hygiene behavior by focusing on one or several components in the HBM which will
be most related to hand hygiene behavior in preventing transmission of
COVID-19, so that direction and motivation can be given to improve hand hygiene
behavior in hospitals.
Keywords: health belief model; hand hygiene; covid-19; patient's family
Pendahuluan
Covid-19 pertama kali
muncul� di� Cina�
pada� akhir� tahun�
2019, kemudian� ditetapkan� oleh� (WH, 2020)� sebagai�
pandemi� pada Maret� 2020,�
seiring� semakin� banyak�
negara� yang� mengalami�
kasus� tersebut (WH, 2020).� COVID-19 di Indonesia hingga� 15 Agustus 2020� sudah�
mencapai� 137.468 terkonfirmasi,
40.076 dalam perawatan, 91.321 orang�
sembuh� dan� 6.071 meninggal dunia (Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19, 2020). (WH, 2020) menyatakan
wabah penyakit virus korona baru, COVID-19, sebagai Darurat Kesehatan
Masyarakat Internasional. WHO menyatakan bahwa ada risiko tinggi penyebaran
COVID-19 ke negara lain di dunia. Pada Maret 2020, WHO menilai COVID-19 dapat
dikategorikan sebagai pandemi. Menanggapi pandemi ini, WHO dan otoritas
kesehatan masyarakat di seluruh dunia bertindak untuk menahan wabah COVID-19. (WH, 2020).
Praktik cuci tangan menjadi
salah satu komponen yang paling penting selama pandemi COVID-19. Praktik cuci tangan
merupakan tindakan pencegahan utama sederhana yang dapat dilakukan kebanyakan
orang secara mandiri. Mencuci tangan dengan sabun dan air setidaknya selama 20
detik atau penggunaan pembersih tangan berbasis alkohol saat sabun dan air
tidak tersedia adalah garis pertahanan pertama dalam menghentikan penyebaran
infeksi (He, Deng, & Li, 2020).
Walaupun demikian, banyak penelitian menunjukkan bahwa bertahun-tahun sebelum
pandemi mencuci tangan di antara petugas kesehatan ataupun pengunjung rumah
sakit menjadi suatu hal yang perlu ditingkatkan (Irek, Aliyu, Dahiru, Obadare, & Aboderin, 2019).
�Tangan merupakan vektor penting dalam
transmisi mikroorganisme (Edmonds-Wilson, Nurinova, Zapka, Fierer, &
Wilson, 2015).
Transmisi silang organisme ke orang lain terjadi ketika seseorang gagal mencuci
tangan secara efektif. Dalam sistem dan layanan perawatan kesehatan, hampir
selalu ada kampanye kesadaran untuk mendorong cuci tangan di antara petugas
layanan kesehatan, pasien, dan pengunjung rumah sakit. Pandemi COVID-19 saat
ini telah memicu pesatnya pendidikan dan informasi tentang cuci tangan yang
ditujukan baik kepada orang-orang yang bekerja di sektor kesehatan maupun
masyarakat umum. Pesan kesehatan masyarakat berkembang pesat melalui berbagai
sumber tentang pentingnya mencuci tangan, dan teknik mencuci tangan yang benar (WH, 2020).
Walaupun demikian, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa mencuci tangan tidak selalu dianggap serius
sebagaimana mestinya, dengan kepatuhan dan kepatuhan dalam pengaturan klinis
yang jauh dari optimal dari waktu ke waktu (Bezerra, Silva, Soares, & Silva, 2020).
Berbagai laporan dari berbagai negara menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan
kebersihan tangan diperkirakan hanya 40% (Erasmus et al., 2010)
sedangkan tingkat kepatuhan di unit perawatan kritis hanya 46,25% (Bezerra et al., 2020).
Meskipun ini adalah tugas yang sederhana dan menyelamatkan nyawa, sayangnya,
ini tidak selalu dilakukan (RN, Jones, Martello, Biron, &
Lavoie‐Tremblay, 2017).
Pandemi saat ini telah menjadikan cuci tangan sebagai fokus perhatian yang
harus dlakukan oleh semua orang.
Kecenderungan individu dalam
menentukan suatu perilaku telah dijelaskan melalui berbagai teori perilaku
kesehatan, diantaranya yaitu teori Antecedents, Behaviour, and Consequences
(ABC), teori Reason of Action (TRA), Theory of Planned Behaviour (TPB), teori
preced-proceed, teori Health Belief Model (HBM), model trans theoretical, serta
teori sosial kognitif. Diantara teori perilaku kesehatan ini, HBM merupakan
teori yang paling umum digunakan dalam pendidikan dan promosi kesehatan (Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008).
Kekuatan utama dalam HBM terletak pada penggunaan construct terkait perilaku
kesehatan yang sederhana, sehingga mudah untuk digunakan, diterapkan, dan diuji
(Tarkang & Zotor, 2015).
Berdasarkan teori HBM,
kecenderungan individu dalam menentukan perilaku didasarkan pada empat persepsi
utama ; persepsi keseriusan (anggapan individu tentang keseriusan dan atau
keparahan yang dirasakan dari suatu penyakit), persepsi kerentanan (anggapan
individu tentang kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit), persepsi
manfaat (anggapan individu terhadap nilai kebergunaan perilaku baru yang
dirasakan untuk mengurangi risiko suatu penyakit), dan persepsi hambatan
(anggapan individu tentang berbagai macam hambatan yang dirasakan dalam
mengadopsi suatu perilaku baru) (Glanz et al., 2008).
Selain itu, isyarat bertindak atau dorongan luar (anggapan individu mengenai
adanya tanda atau sinyal yang menyebabkan seseorang untuk mengadopsi suatu
perilaku baru) dan efikasi diri (kemampuan diri yang dirasakan individu untuk
mengadopsi perilaku baru) juga ditambahkan sebagai construct pada HBM.
Berdasarkan pemaparan
data-data, teori, dan fenomena mengenai COVID-19, petugas kesehatan, keluaarga
pasien dan perilakunya dalam perilaku hand hygiene, peneliti tertarik untuk
menelusuri lebih jauh apakah persepsi pada HBM mempunyai keterkaitan dengan
perilaku Keluarga pasien dalam melakukan Tindakan hygiene sebagai pencegahan
transmisi COVID-19. Sehingga, dapat dijadikan dasar pengembangan program atau
intervensi dalam rangka peningkatan perilaku pada Keluarga pasien untuk
mencegah transmisi COVID-19 di Rumah Sakit Tk.II 03.05.01 Dustira Cimahi.
Metode Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan
jenis penelitian deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara persepsi berdasarkan HBM dengan perilaku hand hygiene dalam
mencegah transmisi COVID-19 pada Keluarga pasien di Instalasi rawat inap Rumah
Sakit Tk.II 03.05.01 Dustira Cimahi.
Variabel pada penelitian
ini terdiri dari dua variabel,
yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah persepsi Keluarga pasien HBM terhadap hand hygiene dalam mencegah transmisi COVID-19 yang terdiri dari enam
subvariabel; persepsi keseriusan, persepsi kerentanan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, dorongan luar, dan kemampuan diri. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini yaitu perilaku hand hygiene dalam mencegah transmisi COVID-19 pada Keluarga pasiendi Instalasi rawat inap Rumah
Sakit Tk.II
03.05.01 Dustira Cimahi.
Populasi dalam penelitian ini adalah Keluarga pasienyang menunggu di Instalasi rawat inap Rumah Sakit Tk.II 03.05.01 Dustira Cimahi. Penentuan jumlah sampel diambil dengan menggunakan formula Snedecor dan Cochran (Gultom, 2020). Penggunaan rumus ini didasarkan pada jenis analisis data yang digunakan adalah bersifat kategorik. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
n =
Keterangan :
n��������� :
Besar sampel
p��������� :
Proporsi variabel yang dikehendaki
q��������� :
1 - p
Z ����� : Simpangan
rata-rata pada derajat kemaknaan α, yaitu 0.05 = 1.96
d��������� :
Kesalahan sampling yang masih
ditoleransi, yaitu 10%
r���������� :
Korelasi minimal yang dianggap bermakna
Sehingga diperoleh besar sampel sebagai
berikut :
n
=
= 96.04, dibulatkan menjadi 97 responden
Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan
jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 97 responden.�
Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan Non-Probability
sampling, melalui teknik purposive
sampling, yaitu cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu (Nursalam, Bani, & Munirah, 2013).� Dalam penelitian ini, sampel yang menjadi
responden penelitian harus memiliki kriteria inklusi, diantaranya : Keluarga
pasienyang menunggu di ruang rawat inap, memiliki waktu untuk mengisi
kuesioner, dan bersedia untuk menjadi responden.
Instrumen dalam
penelitian ini diadopsi dan dimodifikasi dari instrumen penelitian HBM yang
terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi data demografi responden yang
terdiri dari usia, pendidikan terkahir, pekerjaan. Bagian kedua berisi
pernyataan mengenai persepsi berdasarkan health belief model terhadap perilaku
hand hygiene dalam mencegah transmisi COVID-19. Jawaban dari pernyataan
menggunakan skala likert, terdiri dari pilihan jawaban berupa sangat setuju,
setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju
Pengolahan dan analisis
data dilakukan secara manual dan��
menggunakan komputer. Prosedur pengolahan dan analisis data pada
penelitian ini dilakukan melalui editing, coding, entri tabulasi data, dan
cleaning. Analisa data menggunakan Analisa univariat dan bivariat.
Hasil dan Pembahasan
1.
Hasil Penelitian
a.
Karakteristik Responden
Karakteristik responden
berdasarkan usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, dan status kerja
didisajikan pada tabel 1.
Tabel 1
Distribusi
Frekuensi Karakteristik Responden
di Instalasi Ranap RS Dustira (n=97)
Karakteristik |
��������� n |
��������������� F |
|||||
Usia |
|||||||
18-25 tahun |
85 |
87.6% |
|||||
26-35 tahun |
10 |
10.3% |
|||||
36-45 tahun |
2 |
2.1% |
|||||
Tingkat Pendidikan |
|||||||
SD/sederajat |
1 |
1.0% |
|||||
SMP/sederajat |
9 |
9.3% |
|||||
SMA/sederajat |
41 |
42.3% |
|||||
Diploma |
10 |
10.3% |
|||||
Sarjana |
36 |
37.1% |
|||||
Status Pernikahan |
|||||||
Menikah |
2 |
2.1% |
|||||
Belum menikah |
92 |
94.8% |
|||||
|
|
||||||
Status Kerja |
|||||||
Bekerja |
45 |
46.4% |
|||||
|
Tidak bekerja |
52 |
|
|
53.6% |
|
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat
diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan usia didapat bahwa sebagian
besar responden berusia antara 18-25 tahun (87.6%). Selanjutnya, distribusi
responden berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa mayoritas responden
mempunyai tingkat pendidikan SMA/sederajat (42.3%). Karakteristik responden
berdasarkan status pernikahan menggambarkan bahwa sebagian besar responden
belum menikah (94.8%), sedangkan jika melihat karakteristik responden menurut
status kerja, sebagian besar responden belum bekerja (53.6%).
Keyakinan Keluarga pasienBerdasarkan Health Belief Model Terhadap Perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19. Hasil pengambilan data
selanjutnya adalah mengenai variabel keyakinan Keluarga pasiententang Perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 yang meliputi subvariabel;
persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan,
dorongan luar, serta kemampuan diri yang dirasakan. Gambaran keyakinan Keluarga
pasien mengenai Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19
tersebut dituangkan dalam tabel 2.
Tabel 2�
Distribusi frekuensi keyakinan keluarga
pasien terhadap Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19
Subvariabel |
Negatif |
Positif |
Median(min-max) |
Rentang Nilai |
||||||||||
N |
������ F |
n |
F |
|||||||||||
Keyakinan |
2 |
2.1% |
95 |
97.9% |
98(87-118) |
|||||||||
Kerentanan yang dirasakan |
25 |
25.8% |
72 |
74.2% |
20(12-26) |
|||||||||
Keseriusan yang dirasakan |
21 |
21.6% |
76 |
78.4% |
14(10-20) |
|||||||||
Manfaat yang dirasakan |
1 |
1% |
96 |
99% |
18(14-24) |
35�140 |
||||||||
Hambatan yang dirasakan |
31 |
32% |
66 |
68% |
18(11-27) |
|||||||||
Dorongan luar |
25 |
25.8% |
72 |
74.2% |
14(10-20) |
|||||||||
|
Kemampuan diri yang dirasakan |
14 |
|
14.4% |
|
83 |
|
85.6% |
|
15(8-20) |
|
|||
Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa
sebagian besar responden memiliki keyakinan yang positif terhadap Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 (97.9%). Jika dilihat
dari subvariabel keyakinan berdasarkan HBM, sebanyak 72 keluarga pasien mempunyai persepsi kerentanan yang positif terhadap Covid-19 dalam Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19�
(74.2%), sebanyak 76 keluarga
pasien mempunyai persepsi keseriusan yang positif terhadap Covid-19 dalam Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 (78.4%), sebanyak
96 keluarga pasien mempunyai persepsi manfaat yang positif terhadap Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 (99%), sebanyak
66 keluarga pasien mempunyai persepsi hambatan yang positif untuk Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 (68%), sebanyak
72 keluarga pasien memiliki dorongan luar yang positif untuk Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 (74.2%), dan sebanyak
83 keluarga pasien memiliki kemampuan diri yang dirasakan yang positif untuk Perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah
Transmisi Covid-19�
(85.6%).
Tabel 3
Distribusi frekuensi keyakinan keluarga pasien terhadap Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 menurut karakteristik di RS Dustira
Karakteristik |
Keyakinan negatif |
Keyakinan positif |
||||||
|
||||||||
|
||||||||
���������� n |
������ F |
n |
���������� F |
|
||||
Usia |
||||||||
18-25 tahun |
1 |
1.18% |
84 |
98.82% |
||||
26-35 tahun |
1 |
10% |
9 |
90% |
||||
36-45 tahun |
0 |
0% |
2 |
100% |
||||
Pendidikan Terakhir |
||||||||
SD/sederajat |
0 |
0% |
1 |
100% |
||||
SMP/sederajat |
0 |
0% |
9 |
100% |
||||
SMA/sederajat |
1 |
2.44% |
40 |
97.56% |
||||
Diploma |
0 |
0% |
10 |
100% |
||||
Sarjana |
1 |
2.78% |
35 |
97.22% |
||||
Status Pernikahan |
||||||||
Menikah |
0 |
0% |
2 |
100% |
||||
Belum menikah |
2 |
2.17% |
90 |
97.83% |
||||
Pekerjaan |
||||||||
Bekerja |
1 |
2.22% |
44 |
97.78% |
||||
|
Tidak bekerja |
1 |
1.92% |
51 |
98.08% |
|||
|
Berdasarkan tabel
3 tabulasi silang antara karakteristik responden dengan keyakinan terhadap Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 di atas, dapat diketahui
bahwa sebagian besar keluarga pasien dengan rentang
usia 18-45 memiliki keyakinan yang positif terhadap Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19. Hal ini juga terlihat pada keluarga pasien berdasarkan pendidikan terkahir, dimana dapat dikatakan
sebagian besar keluarga pasien dengan pendidikan terakhir SD/sederajat hingga sarjana memiliki keyakinan yang positif terhadap Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19
Selanjutnya, tabulasi
silang antara status pernikahan dengan keyakinan terkadap Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 menunjukkan bahwa baik keluarga pasien
yang sudah menikah maupun belum menikah,
dapat dikatakan sebagian besar memiliki keyakinan yang positif terhadap Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19. Pada
karakteristik responden menurut status kerja juga menunjukkan bahwa baik keluarga pasien
yang sudah bekerja maupun keluarga pasien yang belum bekerja memiliki keyakinan yang positif terhadap Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19.
Perilaku keluarga pasien dalam Perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah
Transmisi Covid-19 di RS Dustira. Berikut ini merupakan
perilaku keluarga pasien dalam Perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah
Transmisi Covid-19 secara keseluruhan dan menurut karakteristik responden berdasarkan usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status kerja.
Tabel 4
Distribusi frekuensi perilaku keluarga pasien dalam Perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah
Transmisi Covid-19 di RS Dustira
(n=97)
Perilaku Hand
Hygiene |
���� N |
��� F |
|||
Tidak Memanfaatkan |
61 |
62.9% |
|||
Sudah memanfaatkan |
|
36 |
|
37.1% |
|
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Perilaku Keluarga Pasien dalam Perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah
Transmisi Covid-19 menurut karakteristik di RS Dustira
(n=97)
Karakteristik |
Belum memanfaatkan |
Sudah memanfaatkan |
|||||
��������� N |
������ F |
n |
����������������
F |
||||
Usia |
|||||||
18-25 tahun |
56 |
65.88% |
29 |
34.12% |
|||
26-35 tahun |
3 |
30% |
7 |
70% |
|||
36-45 tahun |
2 |
100% |
0 |
0% |
|||
Pendidikan Terakhir |
|||||||
SD/sederajat |
1 |
100% |
0 |
0% |
|||
SMP/sederajat |
7 |
77.78% |
2 |
22.22% |
|||
SMA/sederajat |
33 |
80.49% |
8 |
19.51% |
|||
Diploma |
2 |
20% |
8 |
80% |
|||
Sarjana |
18 |
50% |
18 |
50% |
|||
Status Pernikahan |
|||||||
Menikah |
2 |
100% |
0 |
0% |
|||
Belum menikah |
58 |
63.04% |
34 |
36.96% |
|||
Pekerjaan |
|||||||
Bekerja |
20 |
44.44% |
25 |
55.56% |
|||
|
Belum bekerja |
41 |
78.85% |
11 |
21.15% |
Dari tabel
5 di atas terlihat bahwa sebagian besar kalangan keluarga pasien tidak melakukan Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 di RS
Dustira (62.9%). Rata-rata usia
kalangan keluarga pasien yang berkisar 18 � 25 tahun sebanyak 56 orang tidak melakukan Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 di RS
Dustira (65.88%). Sebanyak
33 keluarga pasien yang berpendidikan terkahir pada tingkat SMA/sederajat tidak melakukan Perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 di RS
Dustira (80.49%). Selanjutnya,
58 keluarga pasien yang berstatus belum menikah tidak melakukan
Perilaku Hand Hygiene dalam
Mencegah Transmisi Covid-19
di RS Dustira (63.04%), serta
sebanyak 41 keluarga pasien yang belum bekerja tidak melakukan
Perilaku Hand Hygiene dalam
Mencegah Transmisi Covid-19
di RS Dustira (78.85%).
Hubungan Keyakinan Berdasarkan Health Belief Model dengan
Perilaku Hand Hygiene dalam
Mencegah Transmisi
Covid-19. Pada bagian ini, peneliti menguraikan hasil penelitian dari variabel keyakinan
dan setiap subvariabel keyakinan berdasarkan HBM terhadap perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di RS Dustira. Kemudian, peneliti mengidentifikasi hubungan variabel dan setiap subvariabel dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di RS Dustira.
Tabel 6
Hubungan Keyakinan Berdasarkan Health Belief Model dengan
Perilaku Hand Hygiene dalam
Mencegah Transmisi Covid-19
Keyakinan |
Perilaku Hand Hygiene |
p-value |
|||||||
Tidak memanfaatkan |
Memanfaatkan |
||||||||
n |
F |
n |
������� F |
||||||
Negatif |
2 |
|
100% |
0 |
0% |
0.528 |
|||
Positif |
59 |
|
50.8% |
36 |
|
47.2% |
|
Hasil pengujian
statistik dengan menggunakan uji fisher diperoleh nilai ρ sebesar 0.528.
Jika dibandingkan dengan α = 0.05, maka nilai ρ > nilai α
(0.528> 0.005), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak
terdapat hubungan antara keyakinan berdasarkan HBM dengan perilaku Hand Hygiene
dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di RS Dustira.
Hubungan Subvariabel Keyakinan dengan perilaku Hand
Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di RS Dustira. Hasil tabulasi silang hubungan
antara subvariabel keyakinan, meliputi; persepsi kerentanan, persepsi
keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, dorongan luar, dan kemampuan
diri dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada
keluarga pasien di RS Dustira dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabulasi silang hubungan antara subvariabel
keyakinan dengan perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19
Subvariabel |
Kategori |
Perilaku Hand
Hygiene |
Hasil
Uji chi-square |
||||||||
Tidak memanfaatkan |
Memanfaatkan |
||||||||||
n |
F |
N |
F |
||||||||
Persepsi Kerentanan |
Negatif |
24 |
96% |
1 |
4% |
p = 0.000 |
|||||
Positif |
37 |
51.39% |
35 |
48.61% |
|||||||
Persepsi Keseriusan |
Negatif |
16 |
76.19% |
5 |
23.81% |
p = 0.154 |
|||||
Positif |
45 |
59.21% |
31 |
40.79% |
|||||||
Persepsi Manfaat |
Negatif |
1 |
100% |
0 |
0% |
p = 1.000 |
|||||
Positif |
60 |
62.5% |
36 |
37.5% |
|||||||
Persepsi Hambatan |
Negatif |
7 |
19.44% |
29 |
80.56% |
p = 0.000 |
|||||
Positif |
54 |
69.23% |
24 |
30.77% |
|||||||
Dorongan luar |
Negatif |
13 |
52% |
12 |
48% |
p = 0.191 |
|||||
Positif |
48 |
66.67% |
24 |
33.33% |
|||||||
Kemampuan diri |
Negatif |
8 |
57.14% |
6 |
42.86% |
p = 0.631 |
|||||
Positif |
53 |
63.86% |
30 |
36.14% |
|||||||
Berdasarkan
tabel tabulasi silang antara persepsi kerentanan dengan perilaku Hand Hygiene
dalam Mencegah Transmisi Covid-19, diketahui bahwa dari 72 keluarga pasien yang
memiliki persepsi kerentanan positif terhadap Covid-19 dalam perilaku Hand
Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19, sebanyak 37 keluarga pasien tidak
melakukan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 (51.39%) dan
sebanyak 35 keluarga pasien sudah melakukan perilaku Hand Hygiene dalam
Mencegah Transmisi Covid-19 (48.61%). Hasil pengujian statistik dengan
menggunakan uji korelasi chi-square antara persepsi kerentanan dengan perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19, diperoleh nilai ρ sebesar
0.000. Jika dibandingkan dengan α = 0.05, maka nilai ρ > nilai
α (0.000 < 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik
terdapat hubungan antara persepsi kerentanan terhadap Covid-19 dengan perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di RS Dustira.
Berdasarkan
tabel tabulasi silang antara persepsi keseriusan dengan perilaku Hand Hygiene
dalam Mencegah Transmisi Covid-19, diketahui bahwa dari 76 keluarga pasien yang
memiliki persepsi keseriusan positif terhadap Covid-19 dalam melakukan perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19, sebanyak 45 keluarga pasien
tidak melakukan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19
(59.21%) dan sebanyak 31 keluarga pasien sudah melakukan perilaku Hand Hygiene
dalam Mencegah Transmisi Covid-19 (40.79%). Hasil pengujian statistik dengan
menggunakan uji korelasi chi-square antara persepsi keseriusan dengan perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19, diperoleh nilai ρ sebesar
0.154. Jika dibandingkan dengan α = 0.05, maka nilai ρ > nilai
α (0.154 > 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik
tidak terdapat hubungan antara persepsi keseriusan terhadap Covid-19 dengan
perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di
RS Dustira.
Berdasarkan
tabel tabulasi silang antara persepsi manfaat dengan perilaku Hand Hygiene
dalam Mencegah Transmisi Covid-19, diketahui bahwa dari 96 keluarga pasien yang
memiliki persepsi manfaat positif terhadap perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah
Transmisi Covid-19, sebanyak 60 keluarga pasien tidak melakukan perilaku Hand
Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 (62.5%) dan sebanyak 36 keluarga
pasien sudah melakukan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19
(37.5%). Hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji fisher antara
persepsi manfaat dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi
Covid-19, diperoleh nilai ρ sebesar 1.00. Jika dibandingkan dengan α
= 0.05, maka nilai ρ > nilai α (1.00> 0.05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan antara persepsi
manfaat terhadap perilaku hand hygine dengan perilaku Hand Hygiene dalam
Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di RS Dustira.
Berdasarkan
tabel tabulasi silang antara persepsi hambatan dengan perilaku hand hygine dengan
perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19, diketahui bahwa dari
78 keluarga pasien yang memiliki persepsi hambatan positif terhadap perilaku
hand hygiene, sebanyak 54 keluarga pasien tidak melakukan perilaku hand hygine
dalam Mencegah Transmisi Covid-19 (69.23%) dan sebanyak 24 keluarga pasien
sudah melakukan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19
(30.77%). Hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji korelasi chi-square
antara persepsi hambatan dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi
Covid-19, diperoleh nilai ρ sebesar 0.000. Jika dibandingkan dengan α
= 0.05, maka nilai ρ < nilai α (0.000 < 0.05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara persepsi hambatan
untuk melakukan hand hygiene dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah
Transmisi Covid-19 pada kalangan keluarga pasien di RS Dustira.
Berdasarkan
tabel tabulasi silang antara dorongan luar dengan perilaku hand hygine dengan
perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19, diketahui bahwa dari
72 keluarga pasien yang memiliki dorongan luar positif untuk melakukan hand
hygiene, sebanyak 48 keluarga pasien tidak melakukan perilaku Hand Hygiene
dalam Mencegah Transmisi Covid-19 (66.67%) dan sebanyak 24 keluarga pasien
sudah melakukan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19
(33.33%). Hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji korelasi chi-square
antara dorongan luar dengan perilaku hand hygine dengan perilaku Hand Hygiene
dalam Mencegah Transmisi Covid-19, diperoleh nilai ρ sebesar 0.191. Jika
dibandingkan dengan α = 0.05, maka nilai ρ > nilai α (0.191
> 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak terdapat
hubungan antara dorongan luar dalam melakukan hand hygiene dengan perilaku Hand
Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada kalangan keluarga pasien di RS
Dustira.
Berdasarkan
tabel tabulasi silang antara kemampuan diri dengan perilaku Hand Hygiene dalam
Mencegah Transmisi Covid-19, diketahui bahwa dari 86 keluarga pasien yang
memiliki kemampuan diri positif untuk melakukan hand hygiene, sebanyak 53
keluarga pasien tidak melakukan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi
Covid-19 (63.86%) dan sebanyak 30 keluarga pasien sudah melakukan perilaku Hand
Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 (36.14%). Hasil pengujian statistik
dengan menggunakan korelasi chi-square antara kemampuan diri dengan perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19, diperoleh nilai ρ sebesar
0.631. Jika dibandingkan dengan α = 0.05, maka nilai ρ > nilai
α (0.631 > 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik
tidak terdapat hubungan antara kemampuan diri untuk melakukan hand hygiene
dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien
di RS Dustira.
Pembahasan
Hubungan Keyakinan Berdasarkan Health
Belief Model dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19
pada Keluarga Pasien di RS Dustira. Keyakinan sering
disebut sebagai faktor yang berkaitan dengan motivasi seseorang untuk melakukan
suatu tindakan. Dari tabel 2 terlihat bahwa sebanyak 95 responden memiliki
keyakinan yang positif terhadap perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi
Covid-19 (97.9%).� Keyakinan sebagian
besar pada responden mengenai perilaku hand hygiene termasuk dalam kategori
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menganggap positif
terhadap perilaku hand hygiene. Keluarga pasien telah meyakini bahwa kesehatan
dirinya terancam dalam beberapa tahun mendatang jika tidak melakukan perilaku hand
hygiene. Mereka juga telah merasakan keseriusan kondisi yang terjadi bila
terinfeksi Covid-19, sehingga meyakini bahwa dirinya harus melakukan perilaku
hand hygiene. Kesadaran akan perlunya melakukan perilaku hand hygiene sudah ada
pada kelompok ini.
Mengacu pada HBM, seseorang dengan
keyakinan (health beliefs) tinggi tehadap suatu penyakit cenderung akan
melakukan pencegahan penyakit yang dalam hal ini adalah melakukan perilaku hand
hygiene. Namun, berdasarkan hasil penelitian, dari 95 keluarga pasien yang
memiliki keyakinan positif terhadap perilaku hand hygiene, hanya 36 keluarga
pasien yang melakukan perilaku hand hygiene (47.2%), sedangkan sebanyak 59
keluarga pasien lainnya tidak melakukan perilaku hand hygiene, walaupun mereka
memiliki keyakinan yang positif terhadap perilaku hand hygiene tersebut
(50.8%).
Kondisi tersebut kemungkinan dapat
terjadi dikarenakan terdapat banyak faktor-faktor lainnya yang ikut berperan
terhadap perilaku keluarga pasien dalam perilaku hand hygiene. Walaupun
keluarga pasien sudah memiliki keyakinan positif terhadap perilaku hand
hygiene, ia tidak akan begitu saja menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan
kepadanya, dalam hal ini perilaku hand hygiene, kecuali bila ia yakin bahwa
tindakan tersebut dapat mengurangi ancaman penyakit dan ia sanggup melakukannya
(Legiati, Shaluhiyah, & Suryoputro, 2012).
Namun sebaliknya, aspek negatif dari perilaku hand hygiene dapat menghalanginya
untuk melakukan perilaku hand hygiene, misalnya ketakutan akan stigma dan
diskriminasi, menyita banyak waktu. Kurangnya keyakinan menjadi penyebab tidak
dilakukannya perilaku hand hygiene. Penelitian yang dilakukan oleh Kawicahi
pada tahun 2007 menunjukkan bahwa alasan tidak melakukan perilaku hand hygiene
diantaranya adalah tidak mempunyai risiko terinfeksi Covid-19.
Peneliti juga memandang bahwa hal ini
dapat terjadi dikarenakan masih ada beberapa variabel penting yang menjadi
faktor determinan seseorang untuk benar-benar melakukan perilaku pencegahan.
Orji (2012) menyebutkan bahwa selain keenam prediktor perilaku dalam HBM yang
sudah dikembangkan, terdapat empat variabel yang memiliki kemungkinan untuk
membuat seseorang benar-benar melakukan suatu perilaku pencegahan, yaitu;
Consideration of Future Consequences /CFC (sejauh mana individu merasakan hasil
yang didapat atas perilaku yang dilakukannya dan sejauh mana perilaku tersebut
berpengaruh terhadap individu), self-identity (sejauh mana individu
mempersepsikan identitas dirinya terhadap suatu perilaku pencegahan), concern
for appearance (sejauh mana perilaku memengaruhi terhadap penampilan individu),
dan perceived importance (seberapa berharganya suatu perilaku yang dirasakan
oleh individu).
Hubungan Persepsi Kerentanan dengan
perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di
RS Dustira. Persepsi kerentanan adalah anggapan atau
pendapat responden tentang dirinya rentan atau tidak rentan terhadap
penyakit/virus, dalam hal ini adalah Covid-19, termasuk persepsi tentang
konsekuensi spesifik mengenai risiko dan kondisi yang akan terjadi (mudah/tidak
mudah tertular). Becker dalam teori HBM juga menyatakan bahwa kerentanan yang dirasakan
(perceived susceptibility) adalah persepsi subjektif seseorang tentang risiko
terkena suatu penyakit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebanyak 72 responden memiliki persepsi kerentanan yang positif (74.2%) dan 25
responden memiliki persepsi kerentanan yang negatif (25.8%). Responden dengan
persepsi kerentanan yang negatif berarti responden tidak merasa bahwa dirinya
rentan atau mudah terkena suatu penyakit atau virus dalam hal ini adalah
Covid-19. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keluarga pasien yang belum melakukan
perilaku hand hygiene di RS Dustira, menurut peneliti kemungkinan salah satu
penyebabnya adalah karena responden tidak merasa berisiko terkena Covid-19.
Hal ini sesuai dengan teori HBM yang
dikembangkan oleh (Glanz et al., 2008),
ketika seseorang menganggap dirinya rentan atau mudah terkena penyakit,
kemungkinan mereka akan melakukan suatu tindakan untuk mencegah terjadinya
penyakit, tetapi hal sebaliknya juga bisa terjadi, ketika seseorang menganggap
dirinya tidak berisiko kemungkinan mereka tidak akan melakukan tindakan
pencegahan dan memunculkan perilaku tidak sehat. Didukung oleh penelitian (Bereda, Kalinowska, Paduch-Cichal, & Szyndel, 2015)
menyebutkan bahwa keluarga pasien yang memiliki persepsi tentang kerentanan
(merasakan dirinya berisiko) untuk terkena Covid-19, dua kali lebih
memungkinkan bagi keluarga pasien tersebut untuk menjalani tes antigen daripada
keluarga pasien yang memiliki persepsi resiko rendah.
Berdasarkan tabel tabulasi silang antara
persepsi kerentanan dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi
Covid-19, diketahui bahwa dari 72 keluarga pasien yang memiliki persepsi
kerentanan positif terhadap Covid-19 dalam melakukan perilaku hand hygiene,
sebanyak 37 keluarga pasien tidak melakukan perilaku hand hygiene (51.39%) dan
sebanyak 35 keluarga pasien sudah melakukan perilaku hand hygiene (48.61%).
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan
antara persepsi kerentanan terhadap Covid-19 dalam melakukan perilaku hand
hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di RS Dustira.
Walaupun jumlah responden yang melakukan
perilaku hand hygiene tidak terlalu berbeda antara responden yang memiliki
persepsi kerentanan rendah dengan responden yang memiliki persepsi kerentanan
tinggi, penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi
kerentanan yang dirasakan dengan perilaku hand hygiene. Hal ini bisa disebabkan
karena tingkat pengetahuan responden yang sudah cukup mengenai Covid-19. Hal
ini terlihat dari sebagian besar responden yang sudah mengenyam pendidikan
minimal hingga tingkat SMA serta seluruh responden menyatakan sudah mengetahui
informasi mengenai Covid-19. Seseorang akan bertindak untuk mengobati atau
mencegah penyakitnya, bila ia merasa bahwa ia rentan terhadap serangan penyakit
tersebut. Oleh karena itu persepsi responden yang baik tentang kerentanan
dirinya terkena Covid-19 akan mendasari dirinya untuk melakukan perilaku hand
hygiene. Apabila persepsi tentang kerentanan Covid-19 kurang baik, maka akan
menimbulkan perubahan perilaku yang kurang baik pula.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
health belief model (Rosenstock, Dannacher, & Liebman, 1982),
yang menyatakan bahwa seseorang memiliki perce�ived susceptibility (kerentanan
yang dirasakan). Artinya, persepsi individu tentang kemungki�nannya terkena
suatu penyakit akan memengaruhi perilaku mereka khususnya untuk melakukan
pencegahan atau mencari pengobatan. Mereka yang merasa dapat terkena penyakit
tersebut akan lebih cepat merasa terancam. Seseorang akan bertindak untuk
mencegah penyakit bila ia merasa bahwa sangat mungkin terkena penyakit
tersebut.
Hubungan Persepsi Keseriusan dengan
perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di
RS Dustira. Perceived seriousness adalah persepsi
menyangkut perasaan akan keseriusan penyakit tersebut apabila mereka membiarkan
penyakitnya tidak ditangani, termasuk konsekuensi dari masalah kesehatan
seperti konsekuensi medis (kematian, cacat, dan rasa sakit), dan konsekuensi
sosial (dampak terhadap pekerjaan dan hubungan sosial). Semakin banyak konsekuensi
yang diyakini akan terjadi, semakin besar persepsi bahwa masalah tersebut
merupakan ancaman, sehingga mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman tersebut
(Rosenstock et al., 1982).
Persepsi keparahan juga merupakan keseriusan suatu penyakit terhadap individu
yang mendorong dirinya untuk melakukan pencarian pengobatan atau pencegahan
penyakit. Dalam hal ini, seseorang baru akan melakukan tindakan pencegahan jika
ia telah merasa bahwa penyakit yang dirasakannya merupakan penyakit yang
benar-benar parah.
Berdasarkan tabel tabulasi silang antara
persepsi keseriusan dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi
Covid-19, diketahui bahwa dari 76 keluarga pasien yang memiliki persepsi
keseriusan positif terhadap COVID-19 dalam melakukan perilaku hand hygiene,
sebanyak 45 keluarga pasien tidak melakukan perilaku hand hygiene (59.21%) dan
sebanyak 31 keluarga pasien sudah melakukan perilaku hand hygiene (40.79%).
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
persepsi keseriusan terhadap COVID-19 dengan perilaku Hand Hygiene dalam
Mencegah Transmisi Covid-19 pada kalangan keluarga pasien di RS Dustira.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan
terdapat banyak faktor-faktor lainnya yang ikut berperan terhadap hubungan
persepsi keseriusan dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi
Covid-19. Walaupun keluarga pasien yakin sudah mengetahui bahaya COVID-19 tersebut,
ia tidak akan begitu saja menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan
kepadanya, dalam hal ini perilaku hand hygiene, kecuali bila ia yakin bahwa
tindakan tersebut dapat mengurangi ancaman penyakit dan ia sanggup melakukannya
(Legiati et al., 2012).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
teori health belief model (Rosenstock et al., 1982).
Dalam teori ini dijelaskan bahwa dalam melakukan tindakan pencegahan terjadinya
suatu penyakit maupun mencari pengobatan dipengaruhi oleh perceived severity
yaitu persepsi keparahan yang mungkin dirasakan bila men�derita suatu penyakit.
Persepsi ini merupakan pandangan individu tentang beratnya penyakit yang
diderita. Pandangan ini mendorong sese�orang untuk mencari pengobatan atas
penya�kit yang dideritanya. Keseriusan ini ditambah dengan akibat dari suatu penyakit
misalnya ke-matian, pengurangan fungsi fisik dan mental, kecacatan dan
dampaknya terhadap kehidupan sosial.
Berdasarkan fenomena yang terjadi,
keluarga pasien mengatakan lama kelamaan kekhawatiran menjadi sedikit demi
sedikit tidak dirasa besar hingga akhirnya gejala-gejala dari suatu penyakit
benar-benar mengganggu aktivitas keluarga pasien, sehingga melakukan hand
hygiene seringkali dirasa tidak begitu penting.
Hubungan Persepsi Manfaat dengan
perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di
RS Dustira. Persepsi manfaat merupakan persepsi yang melihat tindakan atau
perilaku yang dilakukan sebagai potensi yang bermanfaat untuk mengurangi
ancaman kesehatan. Pada umumnya manfaat yang dirasakan akan lebih menjadi dasar
seseorang dalam melakukan suatu tindakan kesehatan. Pada persepsi ini, tindakan
pencegahan penyakit dilakukan berdasarkan kepercayaan individu mengenai
keefektifan strategi yang dirancang untuk mengurangi ancaman penyakit (Potter, Perry, Hall, & Stockert, 2009).
Perilaku hand hygiene memiliki peran
penting, khususnya pada keluarga pasien sebagai pencegahan COVID-19. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi manfaat
yang positif (99%). Menurut peneliti, responden yang meyakini akan manfaat dari
melakukan hand hygiene, seharusnya cenderung akan melakukan hand hygiene karena
responden meyakini bahwa hand hygiene dapat mengurangi kemungkinan terkena
COVID-19. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa orang cenderung
akan mengadopsi perilaku sehat ketika mereka percaya perilaku baru akan
menurunkan peluang mereka terkena penyakit (Glanz et al., 2008).
Namun, berdasarkan tabel tabulasi silang
antara persepsi manfaat dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi
Covid-19, ternyata diketahui bahwa dari 96 keluarga pasien yang memiliki
persepsi manfaat positif terhadap hand hygiene, sebanyak 60 keluarga pasien
tidak melakukan hand hygiene (62.5%) dan sebanyak 36 keluarga pasien sudah
melakukan hand hygiene (37.5%).
Menurut peneliti, responden yang
meyakini akan manfaat dari melakukan hand hygiene, cenderung akan melakukan
pencegahan tersebut karena responden meyakini melakukan hand hygiene dapat
mencegah dari COVID-19. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
orang cenderung akan mengadopsi perilaku sehat ketika mereka percaya perilaku
baru akan menurunkan peluang mereka terkena penyakit (Glanz et al., 2008).
Adapun responden yang tidak melakukan
hand hygiene walaupun memiliki persepsi manfaat yang positif dapat terjadi
dikarenakan hambatan yang dirasakan responden untuk melakukan hand hygiene
lebih tinggi dibandingkan manfaat yang dirasakan.Hasil pengujian statistik
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi manfaat yang
dirasakan dalam melakukan hand hgiene dengan perilaku Hand Hygiene dalam
Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di RS Dustira.
Hal ini bisa disebabkan oleh faktor lain
yang memengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan hand hyginee, yaitu belum
adanya pengenalan informasi dari media cetak dan elektronik serta adanya
penyuluhan/ pendidikan kesehatan mengenai COVID-19 yang optimal sehingga belum
timbul seutuhnya kesadaran dari responden untuk berperilaku mencegah COVID-19 (Schlaich et al., 2013).
Informasi tentang Covid-19 yang kurang jelas juga dapat menyebabkan persepsi
yang salah tentang manfaat hand hygiene yang akhirnya dapat menyebabkan
halangan untuk melakukan hand hygiene (Legiati et al., 2012).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Rahmawati et al., 2019)
yaitu tidak ada hubungan antara manfaat pencegahan yang dirasakan responden
terhadap suatu penyakit dengan perilaku pencegahan penyakit.
Hubungan Persepsi Hambatan dengan
perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di
RS Dustira. Persepsi hambatan yaitu hal negatif yang diyakini seseorang sebagai
hasil dari tindakan pencegahan. Berdasarkan tabel tabulasi silang antara
persepsi hambatan dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi
Covid-19, diketahui bahwa dari 78 keluarga pasien yang memiliki persepsi
hambatan positif terhadap perilaku hand hygiene, sebanyak 54 keluarga pasien
tidak melakukan hand hygiene (69.23%) dan sebanyak 24 keluarga pasien sudah
melakukan hand hygiene (30.77%).
Hasil pengujian statistik menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara persepsi akan hambatan yang dirasakan dalam
melakukan hand hygiene dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi
Covid-19 pada kalangan keluarga pasien di RS Dustira. Persepsi hambatan
merupakan anggapan individu terhadap rintangan yang akan menghambat atau
menyulitkan individu dalam melakukan suatu perilaku. Disini terjadi analisis
untung rugi, dimana individu akan menimbang � nimbang manfaat dari tindakan
yang diambil serta efek samping negatif yang mungkin timbul dari tindakan tersebut.
Dalam persepsi ini memungkinkan orang tidak berperilaku mencegah suatu penyakit
apabila dirinya merasa bahwa perilaku atau tindakan tersebut berbahaya,
menyakitkan, menyusahkan, menghabiskan waktu, menghabiskan banyak materi dan
adanya rasa malu untuk melakukan tindakan tersebut Rosenstoch, 1974 dalam (Glanz et al., 2008).
Hubungan Dorongan Luar dengan perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di RS
Dustira Cues to action adalah sumber darimana individu mendapatkan informasi
tentang masalah kesehatan yang mungkin terjadi kepadanya. Informasi tersebut
memberi isyarat kepada individu untuk melakukan tingkah laku kesehatan (Wang, Hodas, Jung, & Marcus, 2011).
Dorongan bertindak untuk melakukan pilihan terhadap pelayanan kesehatan
merupakan salah satu pembentuk perilaku seseorang. Berdasarkan tabel tabulasi
silang antara dorongan luar dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah
Transmisi Covid-19, diketahui bahwa dari 72 keluarga pasien yang memiliki
dorongan luar positif untuk melakukan hand hygiene, sebanyak 48 keluarga pasien
tidak melakukan hand hygiene (66.67%) dan sebanyak 24 keluarga pasien sudah
melakuakn hand hygiene (33.33%).
Hasil pengujian statistik dengan
menggunakan korelasi chi-sqaure diperoleh nilai ρ sebesar 0.605. Jika
dibandingkan dengan α = 0.05, maka nilai ρ > nilai α (0.605
> 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
dorongan luar dalam melakukan hand hygiene pada keluarga pasien di RS Dustira.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan
terdapat banyak faktor-faktor lainnya yang ikut berperan terhadap hubungan
dorongan luar dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19.
Artinya, meskipun keluarga pasien meyakini bahwa terdapat banyak dorongan dari
luar yang membuat dirinya untuk melakukan hand hygiene, hal ini tidak memiliki
kecenderungan untuk mendorong keluarga pasien melakukan tindakan pencegahan
yang dalam hal ini adalah melakukan hand hygiene.
Dorongan luar untuk melakukan hand
hygiene adalah petunjuk untuk berperilaku atau keyakinan untuk melakukan hand
hygiene berdasarkan informasi yang diperoleh dari media masa, nasihat atau
anjuran pasangan, ataupun konsultasi dengan petugas kesehatan. Dengan demikian
bisa digambarkan bahwa keluarga pasien yang mempunyai dorongan luar tinggi
maupun kurang tidak selalu menentukan terjadinya perilaku hand hygiene (Khosidah & Purwanti, 2014).
Hal tersebut tidak sesuai dengan teori HBM yang menyatakan bahwa ada dorongan
luar atau petunjuk bagi seseorang yang bisa memengaruhi seseorang untuk
memutuskan atau menolak alternatif tindakan tersebut. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena pertimbangan keuntungan dan kerugian/rintangan yang dihadapi
dalam melakukan hand hygiene lebih besar dibandingkan faktor pencetus untuk
bertindak (Khosidah & Purwanti, 2014).
Masalah penilaian keuntungan dan kerugian yang timbul dari lingkungan sangat
memengaruhi respon untuk bertindak. Dorongan luar untuk memutuskan menerima
atau menolak alternatif tindakan tersebut dapat bersifat internal (misalnya
gejala), atau merupakan faktor eksternal (promosi kesehatan melalui media masa,
nasihat, atau anjuran pasangan atau konsultasi dengan petugas kesehatan) yang
memengaruhi seseorang dalam mendapatkan pengertian yang benar tentang
kerentanan, kegawatan dan keuntungan hand hygiene yang dilakukan (Khosidah & Purwanti, 2014).
Hubungan Kemampuan diri dengan perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di RS
Dustira
Berdasarkan tabel tabulasi silang antara
kemampuan diri dengan perilaku hand hygine dengan perilaku Hand Hygiene dalam
Mencegah Transmisi Covid-19, diketahui bahwa dari 86 keluarga pasien yang
memiliki kemampuan diri positif untuk melakukan hand hygiene, sebanyak 53
keluarga pasien tidak melakukan hand hygine (63.86%) dan sebanyak 30 keluarga
pasien sudah melakukan hand hygiene (36.14%).
Hasil pengujian statistik dengan
menggunakan korelasi chi-square diperoleh nilai ρ sebesar 0.308. Jika
dibandingkan dengan α = 0.05, maka nilai ρ > nilai α (0.308
> 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
kemampuan diri yang dirasakan dalam melakukan hand hygiene dengan perilaku Hand
Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada kalangan keluarga pasien di RS
Dustira.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan
terdapat banyak faktor-faktor lainnya yang ikut berperan terhadap hubungan kemampuan
diri dengan perilaku perilaku hand hygine dengan perilaku Hand Hygiene dalam
Mencegah Transmisi Covid-19. Artinya, meskipun keluarga pasien meyakini bahwa
dirinya mampu melakukan hand hygiene, hal ini tidak memiliki kecenderungan
untuk mendorong keluarga pasien melakukan tindakan pencegahan yang dalam hal
ini adalah melakukan hand hygiene.
Walaupun hasil penelitian menunjukkan
tidak adanya hubungan, aspek self-efficacy harus menjadi perhatian bagi petugas
kesehatan, khususnya perawat komunitas untuk meyakinkan keluarga pasien bahwa
dirinya mampu untuk melakukan hand hygiene, karena jika keluarga pasien telah
merasakan keseriusan penyakit, merasa berisiko, merasakan manfaat perilaku hand
hygiene, dan tidak merasakan hambatan dalam melakukan hand hygiene, tetapi
tidak yakin dengan kemampuan dirinya untuk melakukan hand hygiene tersebut,
maka mereka cenderung tidak akan melakukan hand hygiene. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyebutkan tanpa adanya self-efficacy, suatu perilaku yang
terbentuk dari keempat komponen HBM tidak akan berhasil membuat individu
mencoba perilaku tersebut karena ia merasa tidak sanggup melakukan perubahan
perilaku (Glanz et al., 2008).
Kesimpulan
�� Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan di RS Dustira mengenai hubungan keyakinan
berdasarkan health belief model dengan perilaku perilaku hand hygine dengan
perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada kalangan keluarga
pasien, dapat disimpulkan bahwa keyakinan dan perilaku yang dimiliki kalangan
keluarga pasien terhadap perilaku hand hygiene di RS Dustira bervariasi dengan
hasil sebagai berikut :
Keyakinan
keluarga pasien berdasarkan HBM terhadap perilaku hand hygine dengan perilaku
Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 diketahui bahwa sebagian besar
keluarga pasien memiliki keyakinan yang positif terhadap perilaku hand hygine
dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 (97.9%). Jika
dilihat dari subvariabel keyakinan berdasarkan HBM, sebanyak 72 keluarga pasien
memiliki persepsi kerentanan yang positif terhadap COVID-19 dalam melakukan
hand hygiene (74.2%), sebanyak 76 keluarga pasien memiliki persepsi keseriusan
yang positif terhadap COVID-19 dalam melakukan hand hygiene (78.4%), sebanyak
96 keluarga pasien memiliki persepsi manfaat yang positif terhadap perilaku
hand hygine dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19
(99%), sebanyak 66 keluarga pasien memiliki persepsi hambatan yang positif
untuk melakukan hand hygiene (68%), sebanyak 72 keluarga pasien memiliki
persepsi dorongan luar yang positif untuk melakukan hand hygiene (74.2%), dan
sebanyak 83 keluarga pasien memiliki kemampuan diri yang positif untuk
melakukan hand hygiene (85.6%).Berdasarkan perilaku perilaku hand hygine dengan
perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di
RS Dustira diketahui bahwa sebagian besar keluarga pasien tidak melakukan hand
hygiene di RS Dustira (62.9%). Berdasarkan tabulasi silang antara keyakinan dengan
perilaku perilaku hand hygine dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah
Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di RS Dustira diketahui bahwa tidak
terdapat hubungan antara keyakinan keluarga pasien berdasarkan HBM dengan
perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 di RS Dustira. Berdasarkan
tabulasi silang antara persepsi keseriusan dengan perilaku Hand Hygiene dalam
Mencegah Transmisi Covid-19, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara
persepsi keseriusan dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi
Covid-19 pada keluarga pasien di RS Dustira. Berdasarkan tabulasi silang
antara persepsi kerentanan dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah
Transmisi Covid-19, diketahui bahwa terdapat hubungan antara persepsi
kerentanan dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada
keluarga pasien di RS Dustira.
Berdasarkan
tabulasi silang antara persepsi manfaat dengan perilaku perilaku hand hygine
dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19, diketahui bahwa
tidak terdapat hubungan antara persepsi manfaat dengan perilaku Hand Hygiene
dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di RS Dustira. Berdasarkan
tabulasi silang antara persepsi hambatan dengan perilaku Hand Hygiene dalam
Mencegah Transmisi Covid-19, diketahui bahwa terdapat hubungan antara persepsi
hambatan dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada
keluarga pasien di RS Dustira. Berdasarkan tabulasi silang antara persepsi dorongan
luar dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19, diketahui
bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi dorongan luar dengan perilaku
perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19 pada keluarga pasien di
RS Dustira. Berdasarkan tabulasi silang antara kemampuan diri dengan perilaku Hand
Hygiene dalam Mencegah Transmisi Covid-19, diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan antara kemampuan diri dengan perilaku Hand Hygiene dalam Mencegah
Transmisi Covid-19 pada kalangan keluarga pasien di RS Dustira.
Bereda, Maria, Kalinowska, Elżbieta,
Paduch-Cichal, Elżbieta, & Szyndel, Marek Stefan. (2015). Low genetic
diversity of a natural population of Garlic virus D from Poland. European
Journal of Plant Pathology, 142(2), 411�417. Google Scholar
Bezerra, Anselmo C�sar Vasconcelos, Silva,
Carlos Eduardo Menezes da, Soares, Fernando Ramalho Gameleira, & Silva,
Jos� Alexandre Menezes da. (2020). Fatores associados ao comportamento da popula��o
durante o isolamento social na pandemia de COVID-19. Ci�ncia & Sa�de
Coletiva, 25(suppl 1), 2411�2421. Google Scholar
Edmonds-Wilson, Sarah L., Nurinova, Nilufar
I., Zapka, Carrie A., Fierer, Noah, & Wilson, Michael. (2015). Review of
human hand microbiome research. Journal of Dermatological Science, 80(1),
3�12. Google Scholar
Erasmus, Vicki, Daha, Thea J., Brug, Hans,
Richardus, Jan Hendrik, Behrendt, Myra D., Vos, Margreet C., & van Beeck,
Ed F. (2010). Systematic review of studies on compliance with hand hygiene
guidelines in hospital care. Infection Control & Hospital Epidemiology,
31(3), 283�294. Google Scholar
Glanz, Karen, Rimer, Barbara K., &
Viswanath, Kasisomayajula. (2008). Health behavior and health education:
theory, research, and practice. John Wiley & Sons. Google Scholar
Gultom, Agustina Boru. (2020). STRESS
DAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI. Google Scholar
He, Feng, Deng, Yu, & Li, Weina.
(2020). Coronavirus disease 2019: What we know? Journal of Medical Virology,
92(7), 719�725. Google Scholar
Irek, Emmanuel O., Aliyu, Alhaji A.,
Dahiru, Tukur, Obadare, Temitope O., & Aboderin, Aaron O. (2019).
Healthcare-associated infections and compliance of hand hygiene among
healthcare workers in a tertiary health facility, southwest Nigeria. Journal
of Infection Prevention, 20(6), 289�296. Google Scholar
Khosidah, Amik, & Purwanti, Sugi.
(2014). Persepsi Ibu Rumah Tangga Tentang Voluntarry Councelling and Testing
(VCT) terhadap Perilaku Pencegahan HIV-AIDS. Bidan Prada: Jurnal Publikasi
Kebidanan STIKes YLPP Purwokerto, 5(2). Google Scholar
Legiati, T., Shaluhiyah, Zahroh, &
Suryoputro, Antono. (2012). Perilaku ibu hamil untuk tes HIV di kelurahan
Bandarharjo dan Tanjung Mas kota Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia, 7(2), 153�164. Google Scholar
Nursalam, Nursalam, Bani, Suddin, &
Munirah, Munirah. (2013). Bentuk kecurangan akademik (academic cheating)
mahasiswa PGMI fakultas tarbiyah dan keguruan Uin Alauddin Makassar. Lentera
Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 16(2), 127�138. Google Scholar
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin
Ed, Hall, Amy Ed, & Stockert, Patricia A. (2009). Fundamentals of
nursing. Elsevier mosby. Google Scholar
Rahmawati, Ai, Imansari, Bhekti, Madiuw,
Devita, Nurhidayah, Ida, Napisah, Pipih, & Hermayanti, Yanti. (2019).
MANAGEMENT DISASTER IN MATERNITY AREAS. Journal of Maternity Care and
Reproductive Health, 2(2). Google Scholar
RN, Olena Doronina, Jones, Denise,
Martello, Marianna, Biron, Alain, & Lavoie‐Tremblay, M�lanie. (2017).
A systematic review on the effectiveness of interventions to improve hand
hygiene compliance of nurses in the hospital setting. Journal of Nursing
Scholarship, 49(2), 143�152. Google Scholar
Rosenstock, H. M., Dannacher, J., &
Liebman, J. F. (1982). The role of excited electronic states in ion
fragmentation: C6H6+. Radiation Physics and Chemistry (1977), 20(1),
7�28. Google Scholar
Schlaich, Markus P., Bart, Bradley, Hering,
Dagmara, Walton, Anthony, Marusic, Petra, Mahfoud, Felix, B�hm, Michael,
Lambert, Elisabeth A., Krum, Henry, & Sobotka, Paul A. (2013). Feasibility
of catheter-based renal nerve ablation and effects on sympathetic nerve
activity and blood pressure in patients with end-stage renal disease. International
Journal of Cardiology, 168(3), 2214�2220. Google Scholar
Tarkang, Elvis E., & Zotor, Francis B.
(2015). Application of the health belief model (HBM) in HIV prevention: a
literature review. Central African Journal of Public Health, 1(1),
1�8. Google Scholar
Wang, Yanting, Hodas, Nathan O., Jung,
Yousung, & Marcus, R. A. (2011). Microscopic structure and dynamics of
air/water interface by computer simulations�comparison with sum-frequency
generation experiments. Physical Chemistry Chemical Physics, 13(12),
5388�5393. Google Scholar
�
WH, Organization. (2020). Coronavirus
disease (COVID-2019) situation reports. Geneva: WHO. Google Scholar
Copyright holder: Sri Gunarni, Abdul Aziz (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |