Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 2, Februari 2022
EFEK EXERCISE THERAPY DAN
ACTIVITY DAILY LIVING PADA KONDISI STROKE INFARK
HEMIPARESE
Sari
Hijayanti
Akademi Fisioterapi Rs. Dustira Cimahi, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Stroke mempunyai
resiko untuk menyebabkan cacat berupa kelumpuhan. Hal ini akan menyebabkan
penurunan kualitas hidup pada penderita. Rehabilitasi latihan gerak sendi atau
Range of Motion (ROM) akan meningkatkan kekuatan otot sendi. Hambatan
mobilisasi akan menimbulkan pasien rendah diri apabila dibiarkan akan
mempengaruhi kepatuhan pengobatan, pemulihan jangka pendek, kualitas hidup
setelah stroke dan kecacatan yang permanen. Relaksasi dengan pendekatan Latihan
Pasrah Diri (LPD) melalui discharge planning akan memberikan ketenanngan dan
meningkatkan semangat untuk mencapai kesembuhan. Tujuan penelitian ini yaitu
mengetahui pengaruh Latihan Pasrah Diri dan latihan ROM melalui discharge
planning terhadap perubahan kemandirian dalam activity daily living (ADL) pada
pasien stroke. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
quasy-experiment pre- post-test with control group design. Populasi adalah
pasien stroke iskemik. Sampel berjumlah 28 orang kemudian dibagi menjadi dua
kelompok intervensi berjumlah 14 orang dan kelompok kontrol berjumlah 14 orang
dengan teknik consecutive sampling. Penelitian dimulai bulan Agustus -
September 2020. Instrument penelitian menggunakan skor Indeks Barthel. Data dianalisa
dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test dan Mann Withney test. Hasil
penelitian ini menunjukkan perbedaan ADL sebelum dan sesudah diberi latihan
pasrah diri dan latihan ROM pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dari
analisa uji WilcoxonSigned Ranks Testmenunjukkan bahwa ada pengaruh latihan
pasrah diri dan latihan ROM terhadap perubahan kemampuan ADL, diperoleh nilai
signifikansi 0.000 pada kelompok intervensi dan 0.008 pada kelompok kontrol
lebih kecil dari taraf signifikansi 95% (p<0.05). Uji statistik dengan
Mann-Whithey diperoleh nilai p=0,003 (p < 0,05). Kesimpulan hasil penelitian
ini bahwa latihan pasrah diri dan latihan ROM dapat di praktekkan dalam
tindakan keperawatan untuk meningkatkan ADL pada pasien stroke.
Kata Kunci: activity
daily living; latihan pasrah diri; range of motion
Abstract
Stroke has a risk of causing disability in the form of paralysis. This
will cause a decrease in the quality of life in the sufferer. Rehabilitation of
range of motion (ROM) exercises will increase joint muscle strength. Barriers
to mobilization will cause patients to feel inferior if left unchecked will
affect treatment adherence, short-term recovery, quality of life after stroke
and permanent disability. Relaxation with the Self-Suffering Exercise (LPD)
approach through discharge planning will provide calm and increase enthusiasm
to achieve recovery. The purpose of this study was to determine the effect of
self-surrender exercise and ROM training through discharge planning on changes
in independence in daily living (ADL) activities in stroke patients. The
research design used in this study was a quasy-
experimental pre-post-test with control group design. The population was
ischemic stroke patients. A sample of 28 people was then divided into two
intervention groups totaling 14 people and a control group totaling 14 people
with consecutive sampling technique. The study was started in August -
September 2020. The research instrument used the Barthel Index score. Data were
analyzed using the Wilcoxon Signed Ranks Test and the Mann Withney
test. The results of this study showed the differences in ADL before and after
being given self-surrender training and ROM training in the intervention group
and control group from the WilcoxonSigned Ranks Test
analysis. 0.008 in the control group is smaller than the 95% significance level
(p <0.05). Statistical test with the Mann-Whithey
obtained p value = 0.003 (p <0.05). The conclusion of this study is that
self-surrender and ROM exercises can be practiced in nursing to increase ADL in
stroke patients.
Keywords: activity daily living;
self-surrender exercise; range of motion
Pendahuluan
Stroke adalah
gangguan fungsi otak yang mengakibatkan aliran darah ke otak berkurang sehingga
otak kekurangan suplai darah yang terjadi secara cepat dun mendadak tanpa
kesadaran. Apabila otak secara terus menerus kekurangan suplai darah maka akan
terjadi kematian pada individu. gejala awal stroke umumnya kelumpuhan,
kelemahan, hilangnya sensasi di wajah, lengan atau tungkai disalah satu sisi
tubuh, kesulitan berbicara alau memahami, kesulitan menelan dan hilangnya
sebagian penglihalan di satu sisi (Feigin, 2006).
Jumlah
penderita stroke di Indonesia meningkat dari Tahun ke tahun. Sebab penyakit ini
sudah menjadi pembunuh nomor 3 di Indonesia setelah penyakit infeksi dan
jantung koroner. Sekitar 28.5% penderita penyakit stroke di Indonesia meninggal
dunia. Di antara 100 pasien rumah sakit, sedikitnya 2 orang merupakan penderita
stroke (Lumbantobing, 2002). Menurut data hasil penelitian pada RSAU dr. M.
Salamun tahun 2016 pasien stroke yang dibawa ke Unit
Fisioterapi untuk mendapatkan penanganan terapi ada sekitar 35% dari seluruh
pasien yang dirujuk ke Unit Fisioterapi RSAU dr. M. Salamun.
Rehabilitasi
stroke adalah program pemulihan pada kondisi stroke yang bertujuan untuk
mengoptimalkan kapasitas kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien
stroke. sehingga pasien mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Program rehabililasi diharuskan karena setelah terjadi stroke terkadang
menyisakan kelumpuhan terutama pada sisi yang terkena, subluksasi pada bahu.
pola jalan yang salah, kelemahan otot, penurunan range of motion / luas gerak
sendi, gangguan sensasi pada angota badan, rehabililasi stroke harus mengacu
pada kondisi yang dialami pasien saat itu sehingga rencana untuk rehabilitasi
ini lebih rendah dan efisien. Pada rehabilitasi stroke pasien akan belajar
menggunakan anggota tubuh yang terkena stroke yang seringkali anggota tubuh ini
jarang digunakan atau tidak digunakan sama sekali oleh pasien, dalam hal ini
pasien stroke sangat membutuhkan peran dari seorang fisioterapi.
Fisioterapi
berperan dalam penyakit stroke yaitu mencegah terjadinya komplikasi,
menormalkan tonus otot yang tinggi secara postural, memperbaiki keseimbangan
dan koordinasi, menanamkan pola gerak yang benar kepada pasien fisioterapi juga
akan mengajarkan bagaimana mengoptimalkan anggota tubuh sisi yang terkena
dengan cara menciptakan suatu aktivitas yang mudah dipahami pasien dan mengacu
pada kekurangan apa yang harus ditambahkan pada pasien. Terkadang perlu juga
menciptakan suatu aktivitas dimana pasien tidak mengetahui bahwa sebenarnya
latihan tersebut ditunjukan untuk anggota tubuh yang lemah. Jika pasien
kesulitan dalam melakukan gerakan aktif sesuai dengan luas gerak sendinya maka
fisioterapis dapat membantu memfasilitasi gerakan aktif tersebut. Karena dengan
ketidakmampuan yang dimiliki oleh anggota tubuh sisi yang terkena dalam
melakukan fungmnya, kebanyakan pasien selalu menggunakan sisi yang sehat untuk
melakukan aktifitas aktif (Riko. 2009).
Dalam
memberikan latihan seorang fisioterapi tidak saja terfokus pada sisi yang sakit
saja tetapi sisi yang sehat juga harus dioptimalkan fungsinya. karena sisi yang
sehat sangat membantu untuk program rehabilitasi. Fisioterapi sangat mambantu
dalam peningkatan kapasitas fisik dan kemampuan fungional dengan menggunakan
modalitas Exercise Therapy dan Activity daily living agar pasien mampu kembali
beraktivitas dengan mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
Metode Penelitian
1.
Rancangan
Penelitian
Rancangan
penelitian ini adalah eksperimental dengan desain penelitian pre test and post
test two group. Apakah Exercise Therapy dapat menurunkan spastisitas dan
Activity daily Living mampu mengembalikan aktivitas fungsional pada penelitian
Stroke infark Hemiparese Dextra. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
berupa purposive sampling. Dari sejumlah populasi yang akan menjadi sample dan
memenuhi kriteria inklusi yang sebelumnya telah ditetapkan.
Pada
penelitian ini penulis menggunakan teknologi intervensi berupa terapi latihan
yang terdiri dari Breathing exercise, Passive Exercise (AGB), Strengthening
(AGA), Change position, Transfer Ambulasi dan memberikan terapi latihan yang
dilakukan secara sistematis dan terencana guna manfaat bagi pasien atau klien
yang bertujuan untuk memperbaiki atau mencegah gangguan, meningkatkan atau
mengembalikan fungsi fisik, mencegah atau mengurangi faktor resiko dan
mengoptimalkan kondisi kesehatan, kebugaran, atau rasa sejahtera secara
keseluruhan. Sehingga rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
Rancangan Penelitian
Keterangan
:
P :
Populasi 01 : Sebelum Perlakuan pada
Kelompok 1
S :
Sample X1 : Pemberian Intervensi pada Kelompok 1
R : Random
Sample 02 : Hasil Pengukuran setelah intervensi
04 :
Kelompok 2 Hasil Pengukuran setelah intervensi
2.
Populasi
dan Sample
1) Populasi
Populasi
adalah keseluruhan dari subyek penelitian. Populasi penelitian ini adalah
pasien dengan kondisi Stroke Infark Hemiparase.
2) Sample
Sample
merupakan sebagian dari populasi yang akan diteliti. Pengambilan sample
menggunakan teknik purposive sampling yaitu sample dipilih oleh peneliti dengan
mengikuti serangkaian assessment. Sehingga subjek yang diteliti benar-benar mewakili
populasi yang sesuai dengan kriteria inklusi. Sample dalam penelitian ini
adalah pasien dengan kondisi Stroke Infark Hemiparase.
Besar
sample yang ditentukan dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus pocock:
n= 2𝜎2∫
(a,β) (�2-�1)2
Keterangan:
n : Jumlah
sample |
∫ (a,β)
: Interval kepercayaan (7,9) |
𝜎 : Simpang baku/standar deviasi |
�2 : Rerata nilai
nyeri sebelum penerapan |
a : Tingkat kesalahan 1 |
�1 : Rerata nilai
nyeri setelah penerapan |
β : Tingkat kesalahan 2 |
|
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari Hijayanti, SSt. Ft., Ftr., M.MRS
didapatkan hasil dengan rerata NDI = 18,13 dan standar deviasi = 3,96. Hasil
peningkatan setelah diberikan intervensi 30% yaitu rerata = 5,439.
Dengan
demikian dapat dihitung menggunakan rumus pocock:
n = 2
(3,96)2 x 7,9
����� (23,596-18,13)2
� = 2 (15,68) x 7,9
(5,439)2
= 31,36
x 7,9
29,58
=
8,37
Ditambah 40% dari
8,37 totalnya 11,725, maka jumlah sample dalam penelitian ini 12 orang pada setiap kelompok.
Subyek
penelitian ini adalah pasien dengan kondisi Stroke Infark Hemiparase yang
memenuhi :
a. �Kriteria inklusi
b. Kriteria
ekslusi
c. �Angka kejadian Drop out
3.
Alat
dan Metode Pengumpulan Data
a) Alat
yang digunakan:
a. �Neck Disability Indeks (NDI) berupa
kuisioner
b. Informed
consent
c. �Alat tulis
d. Laptop
e. �Stopwatch
b) Metode
Pengumpulan Data
a. �Melakukan observasi dan study
pendahuluan dengan membagikan lembar kuisioner untuk mengumpulkan data.
b. Menentukan
jumlah sample yang memenuhi kriteria inklusi dan assessment kemudian dibagi
menjadi 2 kelompok.
c. �Sebelum dilakukan intervensi kepada
ketua kelompok responden maka diberikan lembar persetujuan
d. Responden
diminta untuk mengisi kuisioner apabila dari hasil form dan assessment
ditemukan adanya nyeri dan keterbatasan fungsional pada neck dan masuk dalam
kriteria inklusi maka akan diberikan intervensi
e. �Setelah itu responden diminta kembali
untuk mengisi kuisioner
f. �Apabila data telah lengkap maka
peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS V.16
c) Etika
Penelitian
Hubunga
antara peneliti dan yang diteliti adalah hubungan antara mereka yang memerlukan
informasi. Sebaiknya agar peneliti memperhatikan etikan dan menempatkan diri
lebih rendah dari responden yang akan diteliti. Etika yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut:
a) Lembar
Persetujuan
b) Tanpa
Menggunakan Nama
c) Kerahasiaan
d) Sukarela
4.
Metode
Pengolahan dan Analisis Data
1) Metode
Pengolahan Data
Data
yang terkumpul seperti nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan dan faktor yang
memperberat dari kemampuan fungsional pada neck diolah terlebih dahulu,
kemudian disajikan dalam bentuk dan susunan yang rapi agar terlihat lebih jelas
dan mempermudah untuk dianalisa. Terdapat beberapa proses untuk pengolahan
data, antara lain:
a) Penyunting
Data
b) Pengkodean
c) Data
Entry
d) Tabulasi
2) Analisa
Data
Hasil
dari penelitian diolah dengan menggunakan SPSS V.16. Peneliti menggunakan
beberapa uji statistik dalam menganalisa data, antara lain:
a. �Uji Analisa Deskriptif
b. Uji
Normalitas
c. �Uji Homogenitas
d. Uji
Hipotesis
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Pengambilan
data penelitian Subjek penelitian berjumlah 16 orang, yang dibagi menjadi dua
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 8 orang. Pada kelompok perlakuan
I diberikan Latihan Activity Daily Living dan Exercise Therapy. Setiap kelompok
mendapatkan terapi dengan frekuensi 3 kali perminggu selama 6 minggu dan
pengambilan sampel dilakukan dari bulan Maret 2020
sampai April 2020.
1.
Karakteristik
Subjek
Berdasarkan
Tabel 1 karakterisitik subjek berdasarkan kedua pengelompokan jenis kelamin
menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan I jumlah laki-laki sama banyak dengan
jumlah perempuan, sedangkan pada kelompok II jumlah laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan. Distribusi usia pada kelompok I menunjukkan usia 12-13
tahun dan 14-15 tahun sama banyak, sedangkan pada kelompok II usia 14-15 tahun
lebih mendominasi dibanding dengan usia 12-13 dan 16-17 tahun. Distribusi IMT
pada kelompok I dan II didapatkan lebih dominan pada IMT kategori kurus yaitu
<18,5.
Tabel 1
Data Karakteristik Subjek
Frekuensi |
||||
Karakteristik |
Kategori |
|
|
p-valuea |
|
|
Kelompok I |
Kelompok II |
|
Jenis Kelamin |
Laki-laki |
4 (50%) |
5 (62,5%) |
|
|
Perempuan |
4 (50%) |
3 (37,5%) |
0,614 |
|
Total |
8 (100%) |
8 (100%) |
|
Usia (tahun) |
12-13 tahun |
3 (37,5%) |
1 (12,5%) |
|
14-15 tahun |
3 (37,5%) |
5 (62,5%) |
|
|
|
16-17 tahun |
2 (25,0%) |
2 (25,0%) |
0,475 |
|
Total |
8 (100%) |
8 (100%) |
|
IMT (kg/m2) |
Kurus <18,5 |
4 (50%) |
6 (75,0%) |
|
|
Normal 18,5-22,9 |
3 (37,5%) |
2 (25,0%) |
0,313 |
|
Gemuk >23,0 |
1 (12,5%) |
0 (0%) |
|
|
Total |
8 (100%) |
8 (100%) |
|
�� a = chi-square
2.
Uji
Normalitas
Pada
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas pada data nilai BESS sebelum
perlakuan kelompok I menggunakan Shapiro-Wilk
test diperoleh nilai p = 0,605 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
distribusi data sebelum perlakuan kelompok I normal. Uji normalitas pada data
nilai BESS sebelum perlakuan kelompok II diperoleh p = 0,242 (p>0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa distribusi data sebelum perlakuan kelompok II normal. Uji
normalitas pada data nilai BESS setelah perlakuan kelompok I diperoleh nilai p
= 0,067 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa distribusi data setelah
perlakuan kelompok I normal. Sedangkan uji normalitas pada data nilai BESS
setelah perlakuan kelompok II diperoleh nilai p = 0,128 (p>0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa distribusi data setelah perlakuan kelompok II normal.
Tabel 2
Uji Normalitas Saphiro-wilk test
Kelompok |
Sebelum (p-valuea) |
Setelah (p-valuea) |
I |
0,605 |
0,067 |
II |
0,242 |
0,128 |
���� a = shapiro-wilk test
3.
Uji
Homogenitas
Pada
hasil uji homogenitas data menggunakan Levene�s
test pada data nilai BESS sebelum perlakuan masing-masing kelompok,
disapatkan hasil p = 0,710 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data bersifat
homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas tersebut, uji
hipotesis dilakukan dengan analisis menggunakan uji statistik parametrik.
4.
Uji
Beda Nilai BESS Sebelum dan Setelah Perlakuan Kelompok I dan Kelompok II
Dari
Tabel 3 pada kelompok I diketahui bahwa sebelum diberikan program latihan nilai
rerata sebesar 31,25�5,20 dan sesudah diberikan program latihan nilai rerata
sebesar 3,25�1,66. Pada kelompok II diketahui bahwa sebelum diberikan program
latihan nilai rerata sebesar 29,75�4,26 dan sesudah diberikan program latihan
nilai rerata sebesar 11,87�2,10. Penurunan nilai rerata sebelum dan setelah
perlakuan ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan stabilitas sebelum dan setelah
perlakuan pada masing-masing kelompok. Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai
p = 0,001 yang berarti nilai p < 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak. Sehingga
dapat disimpulkan ada peningkatan stabilitas pada kelompok perlakuan I dan II
setelah diberikan latihan.
Tabel 3
Hasil Uji Beda Nilai BESS Sebelum
dan Setelah
Perlakuan Kelompok I dan II
|
Sebelum |
Setelah |
|
Kelompok |
Rerata�SD |
Rerata�SD |
p-valuea |
I |
31,25�5,20 |
3,25�1,66 |
0,001 |
II |
29,75�4,26 |
11,87�2,10 |
0,001 |
p-valueb |
0,539 |
0,001 |
|
���� a= dependen
sampel t-test
���� b=
independent sampel t-test
5.
Uji
Beda Nilai Rerata Selisih Kelompok I dan Kelompok II
Dari Tabel
4 menunjukkan nilai rerata selisih perlakuan pada kelompok I yaitu 28,00 � 4,34. Sedangkan
pada kelompok II didapatkan
nilai selisih yaitu 17,87 � 2,90. Berdasarkan hasil tersebut, rerata selisih pada kelompok I lebih besar dari rerata
setelah di kelompok II, dapat disimpulkan bahwa perlakuan di kelompok I mengalami peningkatan stabilitas yang lebih baik secara
klinis (nilai signifikansi perubahan > 7 poin) (Mulligan et al., 2013). Perhitungan
didapatkan nilai p = 0,001
yang berarti nilai p <
0,05. Hal ini berarti Ho ditolak.
Tabel 4
Nilai Rerata Selisih
Kelompok Perlakuan 1 dan II
Kelompok |
Mean � SD |
p-valuea |
Perlakuan 1 |
28,00 � 4,34 |
|
Perlakuan II |
17,87 � 2,90 |
0,001 |
���������� a= independent sampel
t-test
B. Pembahasan
Setelah dilakukan terapi pada pasien Ny. CS yang berusia 44 tahun dengan diagnose �stroke ec Infark Tromboemboli�
dengan permasalahan berupa adanya spastisitas
pada wrist dextra serta adanya gangguan aktifitas fungsional sehari-hari dengan menggunakan modalitas exercise
therapy dan latihan activity daily living .exercise
therapy berupa latihan mobilisasi pelvic, mobilisasi
scapula untuk membantu menurunkan spastisitas,reaching untuk mengajarkan kembali pola gerak
normal (normal movement) dan latihan activity daily
living untuk mengembalikan kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari agar pasien mampu mendiri.
Hal yang penting pada pasien
stroke dalam rehabilitasu yaitu untuk memungkinkan
pasien untuk dapat bergerak sendiri dan untuk melakukan re-edukasi gerakan fungsional melalui pembelajaran motoric yang
berulang. (Seok. W Park, 2014). Setelah dilakukan terapi sebanyak 4 kali diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Spastisitas
Pada
pemeriksaan pertama, pasien mempunyai problem yaitu adanya spastisitas pada
sendi wrist dextra dengan nilai spastisitas yang diukur dengan asworth scale
modified 1. Parameter penilaian yang digunakan pada penelitian ini adalah
asworth scale modified. Adapun hasil pemeriksaannya adalah :
Tabel 1
Pemeriksaan spastisitas pada
T1-T4
T1 |
T2 |
T3 |
T4 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Setelah
dilakukan terapi sebanyak 4 kali pada pasien Ny. CS yang berusia 44 tahun
dengan diagnose �Stroke ec Infark Tromboemboli� didapatkan hasil pemeriksaan
spastisitas dengan menggunakan Asworth Scale Modified dari T1 sampai T4 tidak
adanya perubahan, seperti yang terlihat di table 4.1.
2) Aktifitas Fungsional
Tabel 2
Pemeriksaan Aktifitas
Fungsional Pada T1-T4
NO |
Aktivitas |
T1 |
T2 |
T3 |
T4 |
1 |
Makan |
0 |
0 |
5 |
5 |
2 |
Transfer |
15 |
15 |
15 |
15 |
3 |
Kebersihan diri, mencuci muka, mensisir, dll |
0 |
0 |
5 |
5 |
4 |
Aktivitas toilet(menyemprot, mengelap) |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
Mandi |
0 |
0 |
5 |
5 |
6 |
Berjalan di jalan yang datar |
15 |
15 |
15 |
15 |
7 |
Naik turun tangga |
0 |
0 |
0 |
0 |
8 |
Berpakaian, memakai sepatu |
0 |
0 |
5 |
5 |
9 |
Kontrol BAB |
10 |
10 |
10 |
10 |
10 |
Kontrol BAK |
10 |
10 |
10 |
10 |
Jumlah |
55 |
55 |
75 |
75 |
Intrepretasi
jumlah nilai 0-20 = Ketergantungan penuh
�������������������������������������� 21-61 =
Ketergantunga berat
����������������������������� ���������62-90 = Ketergantungan moderat
�������������������������������������� 91-99
=Ketergantungan ringan
�������������������������������������� 100 =
Mandiri
Didapati
jumlah nilai 75, dengan interpretasi jumlah nilai tergolong ketergantungan
moderat. Pemeriksaan Aktivitas Fungsional menggunakan parameter index Barthel. Setelah
dilakukan terapi sebanyak 4 kali pada pasien bernama Ny. CS yang berusia 44
tahun dengan diagnose �stroke ec infark tromboemboli� di dapat hasil
pemeriksaan Aktivitas Fungsional dengan Index Barthel dari T1 sampai T4 adanya
perubahan, seperti yang terlihat pada table 6.2.
Pada
evaluasi terakhir didapatkan hasil bahwa spastisitas pasien tidak mengalami
perubahan. Hal ini dikarenakan untuk mencapai efek penurunan spastisitas
membutuhkan waktu dan kontinuitas latihan yang tetap terjaga sehingga akan
menanamkan pola sikap reflek yang normal di otak yang pada akhirnya dapat
menghambat pola spastisitasnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Bernstein (1967) dikutip oleh Raine (2010) tentang pentingnya pengulangan
secara terus menerus bahwa setiap gerakan atau aktivitas akan terekam dalam
otak jika dilakukan berulang-ulang akan terus menstimulus sistem somatosensory
dari otak.
Pada kemampuan
aktivitas fungsional pasien mengalami peningkatan dimana pasien pada pemeriksaan awal belum mampu
makan, Personal hygiene, memakai
baju dan mandi dengan mandiri,
setelah dilakukan terapi sebanyak 4 kali pasien mampu makan
dengan mandiri namun masih sedikit
kesulitan, dapat melakukan personal hygiene seperti
mencuci muka dengan mandiri, aktivitas mandi dengan minimal bantuan orang lain, serta mampu mengenakan baju dengan mandiri.
Kesimpulan
Pasien yang
bernama Ny. CS dengan diagnose Stroke ec Infark Tromboemboli yang mempunyai
problematic spastisitas dan gangguan dalam melakukan aktivitas fungsional
sehari-hari, setelah di berikan terapi sebanyak 4 kali dengan Exercise Therapy
berupa latihan mobilisasi pelvic dan mobilisasi scapula untuk menurunkan
spastisitas, reaching untuk mengajarkan kembali pola gerak normal (normal
movement). Namun kondisi akhiir pada spastisitas relative sama dengan kondisi
pemeriksaan awal. Meskipun pasien belum menunjukan perubahan yang signifikan,
namun intervensi yang diberikan tetap memberikan kontribusi yang positif yaitu
untuk perbaikan dan pengalaman motoris pada pasien, mengingat pada kondisi
stroke infark hemiparse dextra terjadi kerusakan pada level CNS yaitu pada
tractus corticospinal yang menyebabkan control motoric sulit untuk dikendalikan
sehingga penurunan spastisitas membutuhkan waktu yang lama serta pengulangan
terus menerus sehingga menimbulkan efek pengalaman dan perbaikan motoris.
Pada
kemampuan aktivitas fungsional pasien mengalami peningkatan dimana pasien pada
pemeriksaan awal belum mampu makan, minum, personal hygiene, memakai baju, dan
mandi dengan mandiri, setelah dilakukan terapi sebanyak 4 kali pasien mampu
makan dengan mandiri namun masih sedikit kesulitan, dapat melakukan aktivitas
kebersihan diri seperti mencuci muka dengan mandiri, aktivitas mandi dengan
minimal bantuan orang lain, serta mampu mengenakan baju dengan mandiri.
Duncan, P, W, dkk (2005).
Management of Adult Stroke Rehabilitation Care: A Clinical Practice Guideline. (Vol 36).
Duus, P. (1996).
Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala, Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Fenderson. (2009) Pemeriksaan Neuromuscular. Jakarta : Erlangga.
Gillen, G (2011) Stroke
Rehabilitation, A Function Based Approach. New York :
Elsevier.
Irfan, M. (2012). Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Yogyakarta : Graha Ilmu
Kisner, C (2007).
Therapeutic Exercise. (Ed. 6). United
States of America.
Lennon, Sheila, Stokes, Mariana(2009). Pocketbook Of Neurological Physitherapy. China :Elsevier.
Mahar M.Dan Priguna S. (2010). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.
Raine, et. All. (2010).
Bobath Concept. USA :
Wiley-Blackwell.
Riko. 8 april 2009. Peran
Serta Fisioterapi Pada Stroke http://seripayku.blogspot.co.id/2009/04/peran-fisioterapi-pada
stroke.html.(Diakses 18 Maret 2020 pukul 19.00 wib).
Satynegara. (2014). Ilmu Bedah Saraf Satynegara (Ed. V). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Seok. W. (2014). The Effect Of Underwater Gait Training on Balance Ability Of Stroke Patiens. United States
of America :
The National Center
For Biothecnology Information.
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia Dari Sel ke sistem
(Ed.8). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Snell, Richard S. (2013).
Neuroanatomi
Klinik (Ed. 7). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sofwan, R. (2010). Stroke dan Rehabilitasi
Pasca Stroke. DKI : PT Buana Ilmu Populer.
STIKes B. 1 April 2011. Jurnal Ilmiah Fisioterapi. Jakarta
Voss, E. et, All. (1985). Propioseptive Neuromuscular Facilitaion Third Edition. Philadelphia : Harper
and Row.
Widiarti. (2016). Buku Ajar Pengukuran dan Pemeriksaan Fisioterapi.
����� Yogyakarta :
CV Budi Utama.
Copyright holder: Sari Hijayanti (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |