Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 2, Februari 2022
IMPLEMENTASI ENVIRONMENTAL MANAGEMENT ACCOUNTING PADA PERUSAHAAN KELUARGA DENGAN LATAR BELAKANG ETNIS TIONGHOA
Siti
Ulfah Apsari Rahmah, Dwi Cahyo
Utomo
Universitas Diponegoro, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Environmental
Management Accounting (EMA) pada dasarnya bertujuan untuk membantu mewujudkan
keberlangsungan bisnis suatu perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji penerapan EMA pada perusahaan yang berlatar belakang etnis Tionghoa.
Nama perusahaan sengaja disamarkan, yakni PT. XX yang bergerak di bidang
percetakan dan packaging, berlokasi di kawasan industri Candi Kota Semarang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan
menganalisis secara mendalam konsep dan karakteristik PT. XX dalam menjalankan
proses bisnisnya selama ini. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara &
observasi partisipatif, dengan jumlah responden 7 orang. Alat analisis data
menggunakan open, axial, selective coding. Hasil dari penelitian ini adalah PT.
XX telah menerapkan EMA namun karena kurangnya pengetahuan karyawan tentang
konsep EMA sehingga penerapannya terbatas.
Kata Kunci: environmental management accounting; environmental accounting;
perusahaan keluarga; budaya
Abstract
Environmental Management Accounting (EMA)
essentially aims to help realize a company's business sustainability. This study aims to examine the implementation of EMA
in companies with ethnic Chinese backgrounds. The company name was deliberately
disguised, namely PT. XX, which is engaged in printing and packaging, and is
located in the Candi industrial area of Semarang City. The method used in this research is a qualitative
method, by analyzing in depth the concepts and characteristics of PT. XX in
carrying out its business processes so far. Data were collected through interviews &
participatory observation, with a total of 7 respondents.The data analysis tool
uses open, axial, selective coding. The result of this research is PT. XX have implemented EMA but due to the
lack of employee knowledge of the EMA concept so that its application is
limited.
Keywords: �environmental management
accounting; environmental accounting; family companies; culture
Pendahuluan
Perkembangan dalam
dunia bisnis dan perekonomian
modern telah menimbulkan banyak isu terutama
terkait lingkungan, sebagai contoh global warming, eko-efisiensi, serta limbah hasil aktivitas
industri, yang baik secara langsung maupun tidak langsung
memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya (Agustia, 2010) (Doorasamy & Garbharran, 2015).
Praktik ramah lingkungan dalam lingkup industri telah melahirkan praktik akuntansi yang disebut sebagai Environmental
Management Accounting (EMA) (Lee, 2015).
EMA adalah bagian dari akuntansi lingkungan yang merupakan sistem dan teknik akuntansi yang memberikan informasi kepada para pembuat keputusan terkait manajemen keuangan dan non-keuangan (lingkungan) pada perusahaan atau organisasinya (Bouma & Correlje, 2003).
Penelitian terkait
EMA memang sudah banyak dilakukan pada perusahaan dan menunjukan bahwa pada umumnya penerapan� EMA akan berfokus pada peningkatan aspek ekonomi (Dixon, 2012; Larojan & Thevaruban, 2014;
Stoian & Gilman, 2016).� Namun, fokus implementasi
EMA pada perusahaan tersebut
dianggap terlalu sempit sehingga sering mengabaikan isu sosial (Lee, 2015).
Selain itu tidak banyak penelitian
yang dilakukan pada perusahaan
keluarga karena sebagian besar penelitian terkait lingkungan telah mengabaikan atribut keterlibatan atau karakteristik keluarga (Sharma
& Sharma, 2011). Dekker pada tahun 2014 melakukan penelitian serupa di 1452 perusahaan keluarga swasta kecil dan menengah Australia dengan metode kuantitatif
dan menemukan perusahaan milik keluarga fokus kinerja lingkungannya
lebih rendah daripada perusahaan yang bukan milik keluarga.
Saat ini
belum banyak peneltian EMA dalam perusahaan keluarga terutama yang memiliki latar belakang etnis Tionghoa. Hal ini karena pada umumnya penelitian EMA dilakukan pada perusahaan berskala besar (Ross & Kovachev, 2009; Dixon, 2012; Tsui,
2014; (Graafland, 2020). (Le Breton-Miller & Miller, 2016)
mengemukakan bahwa jika pengelolaan perusahaan sepenuhnya berada ditangan anggota keluarga, mereka cenderung berpikiran sempit, dan ini mungkin membutakan
anggota keluarga terhadap tren lingkungan
yang muncul dan membuat mereka cenderung tidak berinvestasi di kinerja lingkungan (Le Breton-Miller & Miller, 2016).
Pada setiap perusahaan keluarga pasti memiliki budaya dan manajemen yang berbeda-beda, seperti pada perusahaan keluarga dengan latar belakang etnis Tionghoa.
Perusahaan keluarga
dengan latar belakang etnis Tionghoa mempunyai perspektif konfusianisme yaitu filosofi yang berkaitan dengan masalah sosial, moral dan pemerintahan. Ada dua konsep yang saling terkait disini, yaitu: urutan vertikal
dan horisontal. Konsep
Hsiao mewakili tatanan vertikal diantara anggota keluarga seperti orang tua dan anak-anak, dan kakak laki-laki dan lebih muda (Efferin & Hopper, 2007).
Urutan horizontal dari perspektif Konfusianisme adalah bahwa diri
tertanam dalam hubungan dalam masyarakat, tidak dapat dipisahkan darinya, dan tidak dianggap terlepas dari keterikatan semacam itu (Redding 1993; (Efferin & Hopper, 2007). Pendapat (Efferin & Hopper, 2007)
tersebut didukung oleh teori socioemotional wealth (SEW) yang menegaskan
bahwa perusahaan keluarga akan berusaha
untuk melakukan kegiatan operasional mereka terlihat baik dilingkungan sebagai upaya menjaga
citra mereka.
Socioemotional wealth didefinisikan sebagai aspek non finansial dari perusahaan yang digunakan� untuk memenuhi� kebutuhan� afektif keluarga� seperti� identitas, kemampuan untukmenjalankan pengaruh keluarga, serta pelestarian keluarga dengan menggunakan sumber daya yang kuat dan status sosial (G�mez-Mej�a, Haynes, N��ez-Nickel,
Jacobson, & Moyano-Fuentes, 2007). Teori socioemotional wealth menekankan
bahwa citra publik yang positif dari perusahaan meningkatkan kekayaan sosioemosional yang diperoleh dari perusahaan (Gomez-Mejia, Cruz, Berrone, & De Castro, 2011).
Perusahaan keluarga
dengan latar belakang etnis Tionghoa umumnya menggunakan struktur organisasi Hsiao dan memiliki hubungan kepercayaan (Guanxi)
yang kuat sebagai mekanisme sumber daya mereka, di mana dalam budaya Cina
sangat penting untuk berbagi informasi (Tan, Supratikno, Pramono, Purba, & Bernarto, 2017).
Berdasarkan penjelasan
di atas adapun masalah pokok yang akan diteliti dengan
dasar latar belakang tersebut adalah:
1) Bagaimana
perusahaan keluarga dengan latar belakang etnis Tionghoa memahami EMA?
2) Bagaimana
praktik EMA dalam perusahaan keluarga dengan latar belakang etnis Tionghoa?
Tujuan dari
penelitian ini memberikan gambaran lebih rinci terkait pemahaman dan praktik
EMA pada perusahaan keluarga yang berlatar belakang etnis Tionghoa dengan
melihat karakteristik perusahaan yang mementingkan citra diri mereka.
Metode Penelitian
Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan studi kasus yang dilakukan pada perusahaan keluarga yang
berlatar belakang etnis Tionghoa di Kawasan Industri Candi Kota Semarang. Metode
penelitian kualitatif dipilih agar dapat memahami bagaimana implementasi EMA
pada perusahaan keluarga dengan melihat konsep dan nilai-nilai yang dipegang
teguh oleh perusahaan keluarga terutama yang memiliki latar belakang etnis
Tionghoa. Konsep yang dimiliki oleh perusahaan keluarga berlatar belakang etnis
Tionghoa memiliki pengaruh yang kuat dalam manajemen perusahaan karena konsep
tersebut meluas pada sosial perusahaan.
Sumber data dalam
penelitian ini diambil dari data primer. Teknik pengumpulan data dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan
wawancara mendalam dan observasi partisipatif. Analisis pada data yang dikumpulkandalam
penelitian ini menggunakan metode dari Strauss & Corbin (2007) yang terdiri
dari� open coding, axial coding, dan
selective coding.
Strauss & Corbin (2007) menjelaskan open coding merupakan
sebuah proses merinci data,
serta mempelajarinya satu per satu, kemudian dibandingkan, lalu melakukan konseptualisasi data. Axial Coding merupakan
tahap selanjutnya di mana
data selanjutnya ditata dan
dibuat koneksi dari setiap kategori
(Strauss & Corbin, 2007). Di sini subkategori kemudian dihubungkan dengan kategori induk sesuai dengan model paradigma.Strauss (2007) menjelaskan
selective codingdilakukan melalui
beberapa tahap: (1) menjelaskan jalan cerita atau secara
singkat mendeskripsikan dan
membuat konsep kategori yang paling luas ke dalam kategori
inti; (2) mengaitkan kategori
lain dengan kategori inti melalui model paradigma; (3) mengembangkan pernyataan hipotetis untuk memvalidasi hubungan antar kategori; (4) menyempurnakan alur cerita abstrak dengan menulis ulang cerita dalam
bentuk yang kurang teknis, menghadirkan hubunganpernyataan dalam narasi; dan (5) akhirnya mengembangkan hipotesis yang berhubungan dengan kategori pada tingkat dimensi untuk setiap
studi kasus individu.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1.
Komitmen
Pengelolaan Biaya Produksi dan Lingkungan
Pada pembahasan
pertama akan secara eskplisit menunjuk pertanyaan penelitian� terkait bagaimana perusahaan keluarga dengan
latar belakang etnis Tionghoa memahami EMA.Perusahaan keluarga berlatar
belakang etnis Tionghoa menganggap EMA dapat membantu pengelolaan biaya terkait
produksi termasuk biaya yang dikeluarkan untuk lingkungan. Hal ini karena
mereka mempercayai EMA sebagai satu alat untuk mengelola biaya produksi. Pada
awalnya baik karyawan maupun top management PT. XX kurang memperhatikan dampak
yang hasilkan selama produksi pada lingkungan
disekitarnyaa.
Alhasil pernah terjadi kebakaran akibat
pembuangan sampah bahan berbahaya dan beracun atau biasa disingkat B3 yang
sembarangan.� Hal ini di dukung oleh
pernyataan Ibu C yang merupakan staf EHS (Environment,
Health & Safety) yaitu: �waktu awal-awal dulu pernah ada kebakaran jadi
sampahnya dibuang di deket ruang maintenance yang buat las-las gitu mba terus
percikannya kena gitu akhirnya meledak dan kebakaran. Untungya gak gede banget
apinya�.
Bapak S
menambahkan �..sampai saat ini sebenarnya karyawan china tidak aware tentang
dampak produksi kita ke lingkungan sekitar. Tapi karna customer minta kita buat
perhatikan lingkungan jadi kita mulai berbenah satu-satu dan ditambah adanya
informasi ini (EMA) jadi kita tahu nih cara apa yang sebaiknya kita pakai�.
Dari
pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa meskipun pada awalnya mereka tidak
mengetahui konsep EMA namun setelah mengetahui informasi dari internal dan
eksternal perusahaan. Perusahaan mulai mengerti akan konsep
EMA dan menerapkannya walaupun
masih secara minimalis.
2.
Pengaruh
Perjanjian Kerjasama Customer Pada Perusahaan
Penerapan EMA pada perusahaan keluarga dengan latar belakang
etnis Tionghoa ini dilakukan dengan
adanya pengaruh eksternal. Sebagaimana sebelumnya dijelaskan oleh
Bapak Sbahwa Chinese worker PT. XX masih belum
awareakan dampak produksi pada lingkungan sekitarnya. Namun
kini PT. XX mulai berbenah akibat dari adanya perjanjian dengan customer.
Menurut salah satu informan kunci menyatakan bahwa:
�.. kita
sebenernya kaya gini ngikutin customer aja yo
mbak, karna kan sudah ada perjanjiannya sama�
mereka terus juga ada dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kn� ngasih tau kita harus ikuti Undang-Undang No
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.� (Ibu C,
selaku staf EHS).
Menurut
salah satu informan kunci dari top manajemen menjelaskan:
�Setiap
customer harus diperlakukan seperti itu sesuai dengan permintaan mereka agar
mereka mau menurunkan purchase order
(PO) pada PT.XX. Kalau tidak seperti itu kita tidak bisa makan� (Mr. H, Selaku General Manager).
Pernyataan
tersebut menyimpulkan bahwa sebenarnya secara tidak sadar saat ini perusahaan
telah menerapkan EMA. Namun minimnya pengetahuan baik dari Indonesian maupun Chinese worker akan konsep EMA membuat
perusahaan hanya terpaku pada pemenuhan kewajiban pada customer dan Dinas
Lingkungan Hidup saja.
3.
Karakteristik
Etnis Tionghoa Dalam Mengelola Perusahaan
PT. XX
saat ini menjalankan operasional perusahaan dengan didasari paham konfusianisme
hanya saja terbatas padanilaiHsiao
(kepatuhan), Qin jian (berhemat), dan
Guanxi (sumber daya). Salah satu
contoh dari Hsiao dimana pemimpin
menerapkan aturan bahwa top management
dimana semuanya adalah setiap Chinese worker harus membawahi
beberapa departemen.Hal ini juga sebagai bentuk dari penerapan karakter Qin jian (berhemat) atau untuk menekan
biaya operasional perusahaan. Karakter Qin jian juga diterapkan pada karyawannya yang
non keluarga.Selama wawancara
mendalam Mr. H menyatakan bahwa:
�.. itu
semua kerja satu orang saja sudah cukup, tidak
usah tambah (orang) nanti kalau terlalu banyak (orang) mereka kerja apa..�
Oleh
karena itu informasi biaya EMA dianggap dapat mendukung karakter Hsiao
dan Qin jian
top management dalam pengambilan
keputusan terkait pengelolaan operasional perusahaan dan mengurangi dampak produksi pada lingkungan
disekitarnya sesuai Undang-undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4.
Tingkat Kepercayaan Customer dan Keuntungan
Penerapan EMA pada PT. XX saat ini memang
condong karna adanya perjanjian dari customer. Bu Nselaku supervisor HRGA menyatakan:
�..Dia Mr.H
paling nuntutnya kalo ada perlu
apa gitu lebih condong ke karna
ada permintaan customer�.
Oleh karena
itu, PT. XX mengikuti dan menerapkan segala requirement yang ada
dalam perjanjian dengan customer sebagai bentuk hsiao(kepatuhan) kepada pimpinan. Hal ini
disebabkan pimpinan perusahaan meminta kepada karyawan PT.XX untuk melayani
customer sebaik mungkin.
Pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa perusahaan menerapkan EMA demi meningkatkan citra perusahaan agar produknya dikenal ramah lingkungan namun memiliki harga yang kompetitif dengan menerapkan 7S (sort, set in order, shine, standarize, sustain, safety, dan saving), dengan begitu kepercayaan
perusahaan customer yang saat
ini berfokus pada green product pun meningkatkan.
5.
Afiliasi
Perusahaan Sebagai Bentuk Praktik Guanxi
Seiring dengan adanya informasi terkait EMA dari internal maupun eksternal perusahaan, mereka menganggap EMA mampu untuk mengelola biaya dan lingkungan perusahaan. Informasi biayayang dihasilkan dalam EMA dapat meminimalisir pembengkakan biaya produksi yang terjadi karena
harga bahan baku yang mahal di Indonesia terutama
jika terjadi NG (Not good). Oleh
karena itu, PT. XX yang memiliki karakter guanxi
(jaringan sumber daya) melakukan afiliasi perusahaan baru yang merupakan
perusahaan milik anggota keluarga lainnya. Afiliasi ini bertujuan untuk
mendapatkan sumber daya bahan baku produksi yang jauh lebih murah dan sebagai
bentuk pelestarian kekayaan sosioemosional PT.XX. Menurut (Gomez-Mejia et al., 2011) perusahaan dapat membuat keputusan bahkan keputusan yang tampaknya tidak
dapat dijelaskan secara finansial dan tidak profesional menjadi logis mengingat
keinginan keluarga untuk melestarikan kekayaan sosioemosional. Bapak S
menjelaskan:
�..memang antara kita dengan PT. B manajemennya terpisah tapi semuanya
barang dari kita bahkan human resource
nya juga dari kita terus sekarang Mr. Zh buat perusahaan baru yang notabene
semua itu masih satu keluarga besar untuk menyuplai kebutuhan bahan baku
kita..�
6.
Pengelolaan
Sampah Non B3 Oleh Perusahaan Secara Minimalis
Pada
bagian ini akan membahas terkait pertanyaan penelitian terkait bagaimana
praktik EMA dalam perusahaan keluarga dengan latar belakang Etnis Tionghoa.Peneliti
membatasi konteks terkait EMA pada pengelolaan sampah dan limbah B3 sisa
produksi perusahaan serta biaya yang terkait didalamnya berdasarkan hasil
observasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan informan kunci terkait konsep EMA.
PT. XX mempraktikan
EMA dengan melakukan pengendalian hasil produksi yang NG (not
good). Hal ini dilakukan sebagai cara meminimalisir pembengkakan biaya produksi yang terjadi karena harga bahan
baku yang mahal di Indonesia. Biaya produksi
akan semakin membengkak jika terjadi NG (not
good). Sebab jika terjadi produk NG maka proses produksi harus diulang
kembali. Produk NG dihindari karena merupakan produk gagal dan seringnya hanya
akan jadi sampah dibuang namun sudah tekerna bahan kimia berbahaya (B3), yang
dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu perusahaan menerapkan kebijakan
dalam pengelolaan sampah baik yang sudah terkena maupun yang tidak
terkena bahan kimia
berbahaya atau non B3 dilakukan dengan menerapkan 7S (sort,
set in order, shine, standarize, sustain, safety, dan
saving).
Ibu C menejelaskan
�..kebijakan kita ada,� kebijakan perusahaan itu kan ada 7S, ada
sort, set in order, shine, standarize, sustain, safety, sama
yang terakhir saving�.
7.
Perhitungan Biaya Produk
Not good (NG)
Selama
produksi PT. XX selalu melakukan perhitungan kerugian
atas produk NG dengan persentase. Pak P
menjelaskan bahwa �..setiap produk NG harus di pisahkan dan dihitung dengan
persentase agar dapat dihitung potongan uang tambahannya..�
Hal ini dilakukan
sebagai bentuk punishment bagi
pekerjanya, serta sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingkat kegagalan
produk atau produk NG serta kerugian yang ditimbulkan. Pernyataan tersebut
dibenarkan oleh informan kunci lain yang menyatakan:
�..
kalau ada NG itu memang pasti ada potongan, di kita potongannya dari berapa
persen NG dikalikan uang tambahan, kenapa? Karna kita
gak boleh potong gaji sama pemerintah�. (Bapak
S, selaku accounting supervisor).
Selain
adanya punishment perusahaan juga memberikan reward bagi pekerjanya yang melakukan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik. Bentuk reward tersebut
adalah berupa best employee
of the month dan uang bonus.
Sistem ini
tetap dilakukan sebagai upaya management mengurangi kerugian atas banyaknya produk NG yang dihasilkan serta memotivasi karyawannya untuk bekerja lebih baik
lagi, tanpa melalaikan peraturan pemerintah terkait sistem penggajian.
8.
Pengelolaan
Sampah B3 Oleh Pihak Eksternal Perusahaan
Sebagaimana kita
ketahui bahwa PT. XX saat ini menerapkan
EMA secara minimalis dimana masih dilakukan
secara swadaya dan hanya dipisahkan sesuai golongan sampahnya saja. Oleh karena itu pihak
manajemen melakukan kerja sama dengan
pihak eksternal untuk membantu mengelola sampah-sampah sisa produksi terutama
yang sudah terkontaminasi dengan bahan kimia
berbahaya.
Hal tersebut
dilakukan karena minimnya pengetahuan karyawan akan EMA, serta terbatasnya lahan untuk pengelolaan
sampah dan limbah sisa produksi di perusahaan. Pihak eksternal akan memisahkan atau memilah kembali sampah produk NG (Not good) dan sisa
produksi. Lalu dibagi sesuai kategorinya B3 atau non B3, hal ini dilakukan untuk
mengurangi pencemaran lingkungan akibat adanya sampah B3 dan sisa produksi yang sudah terkontaminasi bahan kimia yang berbahaya.
Keputusan untuk melibatkan pihak eksternal ini juga dipengaruhi terbatasnya waktu penyimpanan sampah di tempat pembuangan sampah sementara perusahaan. Hal ini dapat dilihat dalam
tabel 4.1 data Jenis / Kode Limbah B3 Dan Kapasitas Penyimpanan
Per Bulan milik PT.XX
Tabel 2
Data Jenis / Kode
Limbah B3 Dan Kapasitas Penyimpanan Per Bulan
Kegiatan |
Sumber Limbah |
Kode Limbah |
Uraian Limbah |
Kapasitas Penyimpanan Perbulan |
Pembuatan kotak dari kertas
dan karton |
1. Seluruh kegiatan
produksi dan kantor |
A 337-3 |
Bahan kimia kadaluarsa |
100 liter |
A 337-2 |
Produk kadaluarsa |
50 kg |
||
B 107d |
Limbah elektronik termasuk
cathode ray tube (CRT), Lampu TL Printed
Circuit Board (PCB), karet awat
(wire rubber) |
1 pcs |
||
A 102d |
Baterai Bekas |
0,1 kg |
||
B 104d |
Kemasan bekas B3 |
3 kg |
9.
Pengaruh
Eksternal Perusahaan Dalam Pengelolaan Sampah
Pengaruh eksternal
perusahaan dalam kaitannya tentang pengelolaan sampah ini yaitu adanya
perjanjian dengan customer dan Dinas Lingkungan
Hidup. Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya bahwa perusahaan saat ini menerapkan EMA secara minimalis dan terbatas pada pemenuhan kewajiban baik ke customer maupun kepada DLH sebagai upaya meningkatkan
citra perusahaan.
Teori
kekayaan sosioemosional menjelaskan bahwa citra perusahaan dapat menambah
kekayaan sosioemosional perusahaan keluarga, oleh karena itu PT.XX menjalankan
tanggung jawab mereka terkait lingkungan dengan sebaik mungkin. (Graafland, 2020) menyatakan bahwa
kekayaan sosioemosional mendorong tanggung jawab lingkungan perusahaan.
Bentuk pemenuhan
tanggung jawab
dari perusahaan terhadap tuntutan-tuntutan tersebut yaitu dengan Menyediakan gudang material dan sampah sisa produksi sesuai
kategori (B3 atau non B3). Ibu C menyebutkan
�..itu TPS dan sprinkle itu semua sebenarnya kita pasang ya karna memang ada
perjanjian dengan customer mba..�.
Hal ini
dibenarkan oleh bapak S �..kita mempunyai
TPS juga terkait lingkungan
tapi sejauh pengetahuan saya itu hanya untuk
kebutuhan customer..�.
10.
Institusionalisasi
Kebijakan Dalam Mengelola Perusahaan
Penerapan
EMA sebgai upaya pengendalian biaya serta dasar pengambilan keputusan
perusahaan berusaha untuk terus menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung
efisiensi dan efektivitas perusahaan sambil meningkatkan kinerja lingkungannya.
Sebagai contoh penerapan EMA secara minimalis pada perusahaan yaitu dengan
menerapkan kebijakan dalam mengelola sampah sisa produksi untuk mencegah
pencemaran lingkungan akibat sampah B3 dari sisa produksi. Tidak hanya
dengan informasi semata tapi kebijakan
ini juga disosialisasikan.
Ibu C menjelaskan
�..kita sosialisasikan
ini kenapa kita harus pisahin
semua limbah atau sampah kita,
biar mereka tau kalo ini itu
bukan masalah sepele gitu jadi
emang dampaknya itu gak main-main ke lingkngan ..�
Menurut Yukl (2010) strategi operasional perusahaan keluarga itu penting
sehingga adanya informasi fisik dan biaya yang dihasilkan dalam EMA tentu akan mengubah strategi tersebut. Hal ini bertentangan dengan true nature PT XX yang selama ini telah
menjalankan operasional perusahaan keluarga mereka sesuai dengan
nilai etnis Tionghoa.
a) Kategori
Utama
Dalam
tahap ini axial codingatau
kategori utama merupakan prosedur penempatan data kembali dengan cara-cara baru, dengan membuat
hubungan antar katagori terbuka dan sub-katagori yang akan menghasilkan fenomena inti.
Proses ini dapat dilihat dalam lampiran
2 dan menghasilkan 4 kategori
utama dalam penelitian ini yaitu:
1. Hubungan Informasi
biaya EMA dan Qin jiandalam Pengambilan Keputusan
Perusahaan
Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya bahwa dalam environmental management accounting atau
EMA memiliki 2 informasi yaitu informasi biaya dan informasi fisik. Informasi-informasi ini sering digunakan
oleh perusahaan sebagai alat untuk membantu
manajemen perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Informasi biaya dalam EMA umumnya mencakup efisiensi biaya mulai dari biaya
operasional hingga biaya yang digunakan dalam pengelolaan lingkungan.
Sebagai perusahaan
keluarga yang memiliki latar belakang etnis Tionghoa, perusahaan tentu menjalankan operasionalnya sesuai dengan nilainya
seperti Qin jian
(berhemat).
Oleh karena itu, informasi biaya dari EMA dapat dapat mendukung karakter tersebut dalam penggambilan keputusan pada PT. XX. Hal ini dikaernakan informasi biaya yang ada dalam EMA dapat menilai dan menghitung efesiensi biaya operasional perusahaan.Penilaian
ini dilakukan sebagai salah satu cara perusahaan dalam menerapkan Qin jian mereka atau upaya
berhemat.
2. Afiliasi
Perusahaan Sebagai Upaya Mempertahankan Guanxi
Informasi
fisik EMA berawal dari bahan baku hingga sampah produksi. Bagi PT. XX yang
merupakan perusahaan keluarga dengan latar belakang etnis Tionghoa menganggap bahwa
informasi fisik EMA dapat membantu perusahaan dalam menghitung jumlah bahan
baku yang diperlukan mengingat perusahaan memiliki nilaiguanxi sebagai mekasnisme sumberdaya yang terbatas dengan afiliasi.
Salah satu informan kunci menyebutkan:
�..sebenernya
PT A kan memang muncul dengan tujuan untuk memenuhi PT kita sama seperti kita
ini muncul untuk memenuhi kebutuhan PT B kan. Jadi kaya gurita bisnis gitu
mungkin ya istilahnya.� (S selaku Accounting
Supervisor).
S menambahkan
bahwa �..pemilik
PT A masih saudara sama mr K, dia
itu keponakannya. Nah mr K itu direktur
kita�
Dari pernyataan
tersebut dapat kita ketahui bahwa
nilaiguanxi masih sangat melekat bahkan dalam kegiatan operasional perusahaan dan dijadikan sebagai dasar dalam mempertahankan
sumber daya keluarga mereka yang semuanya berlatar belakang etnis Tionghoa.
Selain
itu dengan adanya informasi fisik dari EMA ini diharapkan perusahaan dapat
mencapai efisiensi bahan baku. Sehingga tidak
bertentangan dengan nilai etnis Tionghoa lainnya yaitu Qin jian.
3. Penggunaan informasi
EMA sebagai upaya peningkatan citra perusahaan
Informasi-informasi yang didalam
EMA tidak hanya digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan
keputusan saja pada PT. XX.
Namun juga untuk mendukung karakter Hsiaokaryawan
perusahaan sehingga pimpinan dapat membangun danmeningkatan citra
perusahaan. Sebab, semakin baik PT. XX dalam menjalankan tanggung jawab mereka terutama dalam pengelolaan lingkungannya maka semakin meningkat pula citra perusahaan dimata umum.
Menurut Ibu C�
Kita sih udah ngelakuin semuanya yang diminta customer dan DLH tapi ya karna kita
memang semuanya masih terbatas jadi yakita kerjasama
sama pihak ketiga�
Dari pernyataan
tersebut dapat kita ketahui bahwa
saat ini PT.XX
masih mempraktikan EMA secara terbatas dan informasi baik biaya maupun fisik
yang dihasilkan juga masih belum menyeluruh, akan tetapi dengan
adanya informasi tersebut perusahaan dapat menjalankan hsiao mereka dengan baik.
Sejalan dengan itu PT. XX dapat meningkatkan kepercayaan customer
mereka.
4. Penggunaan informasi
EMA sebagai dasar proyeksi keuntungan
Apabila informasi
biaya digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan, informasi fisik EMA dalam PT. XX dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk membantu
perusahaan dalam memproyeksikan keuntungan mereka. Hal ini dikarenakan dalam informasi fisik
terdapat juga� informasi yang dapat
digunakan untuk memproyeksikan jumlah
bahan baku maupun sampah yang terbuang selama operasional berlangsung. Salah satu informan kunci
menyatakan bahwa:
�kami selalu
melakukan kalkulasi untuk biaya dan bahan baku yang dibutuhkan agar produksi
berjalan seefisien mungkin�. (Bapak P selaku supervisor produksi).
Selain itu
Ibu N menambahkan bahwa �.. Sejauh ini
karna kita sudah dikasih tahu
sama pihak produksi kita ada
PO banyak jadi kita kita-kira aja kalau mau
panggil pihak ketiga buat ambil
sampahnya. Jadi missal kalo
emang banyak banget gitu bisa
sehari sampe 2 kali gitu.�
Penyataan-pernyataan diatas
mencerminkan bahwa informasi fisik EMA ini dapat membantu
pihak perusahaan sehingga dapat mengelola sampahnya dengan baik. Meskipun
saat ini pengelolaan sampah dalam PT. XX masih terbilang minimalis namun dengan adanya
kerjasama dengan pihak ketiga dapat
membantu perusahaan dalam pengelolaan sampah yang lebih baik, terlepas dari minimnya sumber
daya manusia maupun lahan yang tersedia.
b) Fenomena
Utama
Fenomena
utama didapat dari selective coding yang
merupakan tahapan terakhir dalam pengkodean data. Dalam penelitian ini kategori
sentralnya adalah keuntungan. Hal ini terbukti dari pernyataaan-pernyataan
informan kunci yang pada dasarnya perusahaan mau menerapkan environmental management accounting selama dalam penerapannya dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan.
Hal ini
dikarenakan dalam melaksanakan tanggung jawabnya pemimpin perusahaan akan
menerapkan karakter Hsiao sehingga
karyawan mematuhi kebijakan yang telah dibuat oleh pimpinan. Perusahaan
dituntut untuk melakukannya sesuai dengan karakter Qin jian atau dipaksa untuk berhemat demi mencapai keuntungan.
Selain itu perusahaan harus menerapkan guanxi
yaitu dengan melakukan afiliasi perusahaan baru milik anggota keluarga lain
agar mendapatkan sumber daya bahan baku yang lebih murah sehingga keuntungan
perusahaan akan semakin besar.
B. Pembahasan
Berdasarkan data hasil
wawancara mendalam dan observasi yang sudah dijabarkan diatas menunjukan adanya hubungan antara nilai-nilai
dalam perusahaan keluarga dengan latar belakang
Etnis Tionghoa dengan implementasi EMA pada perusahaan. Hasil ini dapat dilihat dari
jawaban yang dikemukakan
oleh para informan kunci
yang secara langsung terlibat dalam pengelolaan limbah produksi dan biaya-biaya terkait pengelolaan lingkungan.
Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya bahwa dalam perusahaan
keluarga yang memiliki latar belakang etnis Tionghoa terdapat
perspektif konfusianisme yaitu filosofi yang berkaitan dengan masalah sosial,
moral dan pemerintahan. Dalam perspektif
ini terdapat nilai utama yaitu
Hsiao dan Guanxi namun didalamnya
terdapat Qin jian.
Bagi masyarakat Cina konsep ini sangat penting (Efferin & Hopper, 2007). Pendapat Efferin & Hopper tersebut didukung oleh teori socioemotional wealth (SEW) yang
menegaskan bahwa perusahaan keluarga akan berusaha untuk melakukan kegiatan
operasional mereka terlihat baik dilingkungan sebagai upaya menjaga citra
mereka. Menurut (Gomez-Mejia et al., 2011)
citra publik yang positif dari perusahaan meningkatkan
kekayaan sosioemosional yang diperoleh dari perusahaan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa nilai-nilai dari Etnis Tionghoa masih melekat
kuat bahkan dalam pengambilan keputusan terkait operasional perusahaan. Hal ini terbukti dari
bagaimana Mr. H mau memenuhi permintaan customer untuk memasang atau membuat sesuatu
seperti TPS dan sprinkle demi memenuhi requirement dari
customer. Selain
itu Mr. H mengaku bahwa kita (PT.XX) harus mengikuti permintaan customer agar citra perusahaan tidak
menurun yang mana menunjukan Hsiaojuga masih berlaku bahkan dalam
manajemen perusahaan.
PT. XX sendiri sudah menerapkan
EMA dalam pengelolaan biaya dan lingkungannya meskipun pada awalnya mereka tidak sadar
bahwa yang mereka terapkan merupakan bagian dari EMA. Menurutpara Staff
dan Supervisor yang menjadi informan kunci pada penelitian ini menyatakan bahwa segala aktivitas terkait
pengelolaan sampah ini dilakukan atas dasar pemenuhan permintaan customer serta pemenuhan kewajiban pada
Dinas lingkungan hidup agar perusahaan mengelola sampahnya sesuai dengan Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penerapan kebijakan terkait pemisahan limbah produksi dan pembuatan TPS perusahaan pun didasarkan pada permintaan customer,
meskipun memakan biaya yang cukup besar Mr. H akan berupaya untuk memenuhi permintaan tersebut. Mr. H sendiri mengaku bahwa demi meningkatkan kepercayaan customer
agar mereka mau menurunkan purchase
order (PO) pada perusahaan. Hal ini sejalan dengan
tujuan perusahaan dalam meningkatkan keuntungan. Salah satu informan kunci menyatakan bahwa:
�kalau saya
lihatnya apa yang kita lakukan ini
worth lah sama keuntungan yang didapat, karna kita memang tidak
repot juga. Lagian pihak
customer juga mempersilahkan kita
untuk kelola sendiri maupun pakai vendor untuk mengelola sampah kita� (Bapak S selaku Accounting
Supervisor).
Meskipun perusahaan kurang mengetahui konsep EMA namun PT. XX telah menerapkan EMA sebaik mungkin walaupun masih secara minimalis.
Hal ini karena selama memberikan keuntunganyang tinggi perusahaan
akan berusaha menerapkan EMA lebih baik lagi. Sebab
informasi perhitungan fisik yang ada dalam EMA dapat memproyeksikan keuntungan yang bisa didapat. Salah satu informan kunci menyatakan:
� kami selalu melakukan kalkulasi untuk biaya dan bahan baku yang
dibutuhkan agar produksi berjalan seefisien mungkin�. (Bapak P selaku
supervisor produksi).
Kalkulasi tersebut selalu dilakukan disetiap periode produksi sebagai cara
untuk menerapkan Qin jian perusahaan. Sehingga PT. XX tetap menjalankan tanggung jawab mereka tanpa adanya
pemborosan dalam satu atau dua bagian diproduksi.
Pelaksanaan tanggung jawab dengan didasari karakter Qin jian sebagai upaya perusahaan untuk mencapai keuntunganyang
tinggi dengan tetap memperhatikan nilaiguanxi
sehingga permasalahan terkait sumber daya dapat terselesaikan dengan adanya
afiliasi perusahaan baru milik anggota keluarga lainnya. Sebab dengan afiliasi
perusahaan dapat memperoleh bahan baku yang lebih murah dan tentu selaras
dengan karakter Qin jian atau bisa
lebih berhemat dan mencapai keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
Kesimpulan
Bedasarkan hasil
penelitian ini dapat kita ketahui
bahwa perusahaan keluarga yang berlatar belakang etnis Tionghoa masih mengoperasikan perusahaannya dengan memperhatikan nilai-nilai yang ditanamkan dalam diri mereka.
PT. XX akan berusaha untuk selalu mengikuti
permintaan customer meskipun
akan memakan biaya yang cukup besar seperti dalam
pembuatan TPS yang memakan biaya hingga puluhan
juta demi meningkatkan citra perusahaan. Hal ini sejalan dengan
itu teori kekayaan sosioemosional yang menyatakan bahwa citra publik yang positif dari perusahaan
meningkatkan kekayaan sosioemosional yang diperoleh dari perusahaan (Gomez-Mejia et al., 2011).
Selain citra perusahaan, PT.XX akan berusaha memenuhi
permintaancustomeragar kepercayaan
customer juga meningkat. Semakin
tinggi tingkat kepercayaan customer maka akan semakin tinggi pula
tingkat keuntungan yang di peroleh perusahaan.
Para informan
kunci lain mengamini hal tersebut karna
sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tujuan utama
perusahaan yaitu meningkatkan keuntungan perusahaan.
�Oleh karena itu informasi fisik dan
biaya EMA sangat penting bagi perusahaan dalam membantu menilai dan
mproyeksikan bahan baku yang diperlukan dalam satu periode produksi, mengingat
perusahaan dituntut untuk menjalankan tanggung jawabnya dalam meningkatan
keuntungan dengan hemat (Qin jian).
Bahkan demi mencapai tujuan tersebut perusahaan yang notabene perusahaan
keluarga melakukan afiliasi sebagai upaya mempertahankan mekanisme sumberdaya
mereka (guanxi).
Agustia, D. (2010). Pelaporan Biaya Lingkungan
Sebagai Alat Bantu Bagi Pengambilan Keputusan Yang Berkaitan Dengan Pengelolaan
Lingkungan (pp. 190�214). pp. 190�214.
Berrone, Pascual, Cruz, Cristina,
Gomez-Mejia, Luis R., & Larraza-Kintana, Martin. (2010). Socioemotional
wealth and corporate responses to institutional pressures: Do family-controlled
firms pollute less? Administrative Science Quarterly, 55(1),
82�113.
Doorasamy, Mishelle, & Garbharran,
HariLall. (2015). The Role of Environmental Management Accounting as a Tool to
Calculate Environmental Costs and Identify their Impact on a Company�TM
s Environmental Performance. Asian Journal of Business and Management, 3(1).
Efferin, Sujoko, & Hopper, Trevor.
(2007). Management control, culture and ethnicity in a Chinese Indonesian
company. Accounting, Organizations and Society, 32(3), 223�262.
https://doi.org/10.1016/j.aos.2006.03.009
Ferreira, Aldonio, Moulang, Carly, &
Hendro, Bayu. (2010). Environmental management accounting and innovation: an
exploratory analysis. Accounting, Auditing & Accountability Journal.
Gibb Dyer Jr, W. (2006). Examining the
�family effect� on firm performance. Family Business Review, 19(4),
253�273.
Gomez-Mejia, Luis R., Cruz, Cristina,
Berrone, Pascual, & De Castro, Julio. (2011). The bind that ties:
Socioemotional wealth preservation in family firms. Academy of Management
Annals, 5(1), 653�707.
Graafland, Johan. (2020). Family business
ownership and cleaner production: Moderation by company size and family
management. Journal of Cleaner Production, 255, 120120.
Le Breton-Miller, Isabelle, & Miller,
Danny. (2016). Family firms and practices of sustainability: A contingency
view. Journal of Family Business Strategy, 7(1), 26�33.
Lee, N. G. K. H. (2015). Environmental
Management Accounting (EMA) for Environmental Management and Organizational
Change: An Eco-Control Approach. Journal of Accounting & Organizational
Change.
Qian, Wei, H�risch, Jacob, &
Schaltegger, Stefan. (2018). Environmental management accounting and its
effects on carbon management and disclosure quality. Journal of Cleaner
Production, 174, 1608�1619.
Rounaghi, Mohammad Mahdi. (2019). Economic
analysis of using green accounting and environmental accounting to identify
environmental costs and sustainability indicators. International Journal of
Ethics and Systems.
S�nchez-Medina, Patricia S., & D�az-Pichardo,
Ren�. (2017). Environmental pressure and quality practices in artisanal family
businesses: The mediator role of environmental values. Journal of Cleaner
Production, 143, 145�158.
Sharma, Pramodita, & Sharma, Sanjay.
(2011). Drivers of proactive environmental strategy in family firms. Business
Ethics Quarterly, 21(2), 309�334.
Tan, Jacob Donald, Supratikno, Hendrawan,
Pramono, Rudy, Purba, John Tampil, & Bernarto, Innocentius. (2006). Journal
of Asia Business Studies. Journal of Asia Business Studies FALL, 54.
Copyright holder: Siti Ulfah Apsari
Rahmah, Dwi Cahyo Utomo (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |