Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 2, Februari 2022
PENGELOLAAN MODAL KERJA
DALAM PENGEMBANGAN PERUSAHAAN: KASUS INDUSTRI BARANG KONSUMSI
Dita Roosemella Paramadina
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Malang, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Secara umum, efisiensi pada pengelolaan modal
kerja perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas dan nilai perusahaan. Namun,
di saat tertentu pengelolaan modal kerja tanpa adanya efisiensi dapat
meningkatkan profitabilitas dan nilai perusahaan. Terdapat tren kenaikan� penggunaan modal kerja pada perusahaan sektor
industri barang konsumsi dari tahun 2009 - 2013 yang menarik untuk diteliti.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh langsung siklus perubahan kas
terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan. Selain itu, pengaruh tidak
langsung siklus perubahan kas terhadap nilai perusahaan melalui profitabilitas
juga diteliti. Sejumlah 23 perusahaan sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia digunakan dalam penelitian sebagai populasi
dan sampel. Analisis jalur digunakan sebagai metode analisis data. Hasil
penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa efisiensi pengelolaan modal kerja
terutama pada pengelolaan kas bukan menjadi salah satu prioritas utama
perusahaan yang sedang berkembang untuk meningkatkan profitabilitas.
Profitabilitas tidak memediasi pengaruh siklus perubahan kas terhadap nilai
perusahaan. Disimpulkan bahwa pasar lebih menilai bagaimana perusahaan dapat
melakukan perbaikan pengelolaan likuiditas dengan baik terutama pada modal
kerjanya daripada hanya melihat profitabilitasnya karena jika kondisi
likuiditas perusahaan baik, maka pasti akan berdampak positif pada
profitabilitas.
Kata Kunci:
modal kerja; siklus perubahan kas; profitabilitas; nilai perusahaan
Abstract
In general, efficiency in firm�s
working capital management can increase profitability and firm value. However,
at a certain time working capital management without efficiency can increase
profitability and firm value. There is an trend of increasing use of working
capital in consumer goods industry sector firms in 2009 to 2013 that are
interesting to study. This study aims to analyze the direct effects of the cash
conversion cycle on profitability and firm value. In addition, indirect effects
of the cash conversion cycle� on firm
value through profitability are also examined. A total of 23 firms in the
consumer goods industry sector listed on the Indonesia Stock Exchange were used
in this study as populations and samples. Path analysis was used as a method of
data analysis. The research results obtained indicate that the efficiency of
working capital management, especially in cash management is not one of the
main priorities of developing firms to increase its profitability.
Profitability does not mediate the effect of the cash conversion cycle on firm
value. It was concluded that the market is more assessing how firms can make
improvements in its liquidity management, especially in working capital rather
than just looking at its profitability because if the firm's liquidity
conditions is good, it will definitely have a positive impact on profitability.
Keywords: working
capital; cash
conversion cycle;
profitability; firm value
Received: 2022-01-20;
Accepted: 2022-02-05; Published: 2022-02-20
Pendahuluan
Efisiensi pengelolaan modal kerja pada umumnya dianggap sebagai suatu hal yang penting dalam kegiatan operasional perusahaan karena dapat meningkatkan kemampuan menghasilkan laba dan nilai perusahaan (Brigham, E. F. dan Ehrhardt, 2011). Terutama dalam menghadapi masa-masa krisis, perusahaan akan cenderung lebih menekankan pentingnya efisiensi pengelolaan modal kerjanya agar dapat menjaga perolehan laba perusahaan (Enqvist, Graham, & Nikkinen, 2014); (Tsuruta, 2019). Namun, pada kondisi tertentu, perusahaan dapat tidak menerapkan efisiensi pengelolaan modal kerja jika dalam kondisi mengembangkan bisnisnya agar dapat mendongkrak tingkat penjualan (Vernimmen, Quiry, & Le Fur, 2022) selama manfaat kelonggaran pengelolaan tersebut lebih tinggi daripada peningkatan biaya investasi modal kerjanya (Deloof, 2003).
Gambar 1
Grafik Pergerakan Indeks Industri Dasar, Indeks Aneka Industri dan Indeks Barang Konsumsi
Keterangan: Diambil
dari penutupan nilai indeks masing-masing sektor setiap akhir
tahun.
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2019
Perusahaan yang terdaftar di sektor industri makanan dan minuman Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu sektor favorit para investor. Pasca krisis keuangan global yang sempat terjadi pada tahun 2008-2009 dan selama pemulihan krisis lima tahun berikutnya, nilai indeks sektor ini meningkat pesat jika dibandingkan dengan dua sektor industri lainnya.seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Peningkatan nilai ini menunjukkan adanya perkembangan yang signifikan pada perusahan-perusahaan dalam sektor tersebut. Selain adanya peningkatan nilai, perusahaan sektor industri barang konsumsi juga menunjukkan adanya peningkatan modal kerja bersih perusahaan seperti yang tertera pada Tabel 1. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaa-perusahaan di sektor tersebut terindikasi tidak menerapkan efisiensi modal kerja. Namun, peningkatan modal kerja bersih tersebut juga diikuti peningkatan pada penjualan dan laba bersih perusahaan.
Tabel 1
Tingkat Rata-rata Modal Kerja Bersih, Penjualan dan Laba Bersih Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi (dalam Ratusan Jutaan
Rupiah)
2009 |
2010 |
2011 |
2012 |
2013 |
|
Modal
kerja Bersih |
1.336 |
1.543 |
1.830 |
2.114 |
2.537 |
Penjualan |
5.181 |
6.180 |
7.201 |
8.423 |
9.692 |
Laba Bersih |
526 |
704 |
866 |
853 |
972 |
Sumber: Data diolah (2019) dari Laporan
Keuangan Perusahaan-perusahaan� Sektor
Industri Barang Konsumsi 2009-2013
Pengukuran efisiensi pengelolaan modal kerja perusahaan secara menyeluruh dapat dilakukan dengaan menggunakan konsep siklus perubahan kas (Deloof, 2003). Semakin pendek siklus perubahan kas suatu perusahaan menunjukaan semakin efisien pula pengelolaan modal kerjanya. Pemendekan siklus perubahan kas dapat dilakukan dengan cara menagihan piutang para pelanggan lebih cepat, mengurangi jumlah persediaan yang dimiliki dan mengupayakan untuk menunda pembayaran utang kepada pemasok.
Dari hasil beberapa penelitian terdahulu diperoleh hasil yang berbeda mengenai hubungan pengelolaan modal kerja secara langsung pada profitabilitas dan nilai perusahaan. Beberapa hasil penelitian mendukung teori bahwa semakin pendek siklus perubahan kas, tingkat kemampuan menghasilkan laba perusahaan juga semakin meningkat (Enqvist et al., 2014). Begitu pula dengan nilai perusahaan yang semakin meningkat dengan adanya pemendekan siklus perubahan kas (Mohamad & Saad, 2010). Namun ada pula yang menemukan bahwa semakin panjang siklus perubahan kas suatu perusahaan, semakin meningkat pula kemampuan menghasilkan laba (Abuzayed, 2012) dan nilai perusahaan (Vural, S�kmen, & �etenak, 2012).��
Penelitian yang mengaitkan hubungan siklus perubahan kas dengan kinerja perusahaan melalui nilai perusahaan juga masih terbatas. Sesuai dengan pernyataan (Fama & French, 2000), (Brigham, E. F. dan Ehrhardt, 2011) serta (Juliano Ribeiro De Almeida & Eid Jr, 2014) yakni jika kemampuan menghasilkan laba perusahaan meningkat dengan adanya efisiensi pengelolaan modal kerjanya, maka peningkatan kemampuan menghasilkan laba tersebut tentu dapat meningkatkan pula nilai perusahaan. Dalam penelitian terdahulu, ditemukan hasil yang tidak signifikan antara siklus perubahan kas terhadap nilai perusahaan (Abuzayed, 2012); (Vural et al., 2012) yang memberikan celah penelitian bahwa adanya kemungkinan investor menilai likuiditas perusahaan melalui penilaian profitabilitasnya.
�Berdasarkan pemaparan yang ada, terdapat beberapa poin rumusan masalah yang menarik untuk diteliti. Pertama, meneliti hubungan siklus perubahan kas dengan profitabilitas. Kedua, meneliti hubungan siklus perubahan kas dengan nilai perusahaan. Ketiga meneliti hubungan profitabilitas dengan nilai perusahaan. Keempat, meneliti hubungan tidak langsung antara siklus perubahan kas dengan nilai perusahaan melalui profitabilitas yang sebelumnya belum pernah diteliti oleh peneliti-penelitian terdahulu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh langsung siklus perubahan kas terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan serta pengaruh tidak langsungnya terhadap nilai perusahaan melalui profitabilitas pada perusahaan-perusahaan berkembang.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanatori. Analisis jalur digunakan sebagai metode analisis data untuk menguji pengaruh variabel mediasi. Ilustrasi kerangka konsep dan diagram analisis jalur disajikan pada Gambar 2. Terdapat dua persamaan regresi yang menunjukkan hubungan-hubungan variabel yang diuji dalam penelitian. Persamaan regresi pertama menguji variabel eksogen terhadap variabel mediasi, sedangkan regresi kedua menguji variabel eksogen dan variabel mediasi terhadap variabel endogen yang dijelaskan sebagai berikut.
(1)� Z = α + ρZX� + ε1
(2)� Y = α + ρYX� +�
ρYZ+ ε2
ρYZ ��� ρZx Siklus Peruahan
Kas (X) Profitabillitas (Z) Nilai Perusahaan (Y) ε1 ε2 ρZx� ρYZ ρYx
Gambar 2
Diagram Model Analisis Jalur
Keterangan, ρ:������� koefisien jalur (path coefficient) yang menyatakan hubungan pengaruh langsung; ΡZX : menyatakan besarnya hubungan pengaruh langsung X terhadap Z; ΡYx� : menyatakan besarnya hubungan pengaruh langsung X terhadap Y; ΡYZ : menyatakan
besarnya hubungan pengaruh langsung Y teradap Z; ΡZX� ρYZ
: menyatakan besarnya pengaruh tidak langsung X terhadap Y melalui Z; Εn
: jumlah varian variabel endogen yang tidak dapat dijelaskan variabel eksogen.
Analisis jalur perlu dilakukan beberapa pengujian asumsi yaitu
hubungan linier tidaknya antar variabel yang diteliti, model berbentuk rekursif
atau menunjukkan aliran kausal satu arah, variabel diukur tanpa kesalahan,
variabel endogen minimal berskala interval dan model sesuai dengan teori yang
relevan (Solimun, 2002). Tahap selanjutnya melakukan uji regresi dan pemeriksaan
validitas model melalui penghitungan koefisien determinasi total (
Setelah dilakukan pengujian asumsi, uji regresi dan pemeriksaan validitas model, maka akan didapat hasil dari uji pengaruh langsung antar variabel penelitian baik dari nilai koefisien standardized yang merupakan koefisien jalur (ρ) maupun tingkat signifikansinya. Pengujian pengaruh tidak langsung melalui uji mediasi� dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Sobel (Preacher, 2010). Dari Uji Sobel tersebut dapat diperoleh nilai t-hitung dan nilai signifikansi dari pengaruh tidak langsung suatu variabel, sedangkan nilai koefisien tidak langsung diperoleh melalui perkalian koefisien standardized pengaruh langsungnya.
Penelitian ini menggunakan perusahaan sektor industri barang konsmsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode penelitian tahun 2009-2013 sebagai obyek penelitian. Terdapat 38 perusahaan sektor industri barang konsumsi yang diseleksi sehingga diperoleh populasi penelitian sebanyak 23 perusahaan berdasarkan kelengkapan data selama periode penelitian, persamaan karakteristik perusahaan dan tidak terdapat data outlier. Perusahaan rokok dan perusahaan peralatan rumah tangga dikeluarkan dari populasi karena tidak tergolong barang konsumsi dengan pergerakan cepat (Fast Moving Consumer Goods/FMCG). Metode sensus digunakan dalam pengambilan sampel sehingga seluruh jumlah populasi penelitian dijadikan sebagai sampel dengan unit analisis sejumlah 115 observasi. Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi karena sumber data yang digunakan merupakan data sekunder dengan jenis data kuantitatif. Data diperoleh melalui laporan keuangan yang sudah diaudit dan laporan tahunan perusahaan yang diperoleh dari database BEI.
Definisi operasional variabel penelitian dan pengukurannya disajikan pada Tabel 2. GOP digunakan sebagai pengukuran profitabilitas karena dalam penelitian ini ingin berfokus pada pengukuran kinerja operasional (Enqvist et al., 2014). Nilai perusahaan diukur dengan Tobin�s Q karena� menggambarkan bagaimana pasar melakukan ekspektasi nilai masa depan melalui penilaian manajemen modal kerja yang dilakukan oleh perusahaan (Abuzayed, 2012); (Kroes & Manikas, 2014).
Tabel 2
Definsi Operasional Variabel
Penelitian dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel |
Proksi |
Pengukuran |
Acuan |
Mediasi |
|
|
|
Profitabilitas (Z) merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari kegiatan operasional. |
Gross
operating profit (GOP) |
(Sales
� Cost of Good Sold) / �(Total Asset � Financial Asset) (data dalam persentase) |
|
Endogen |
|
|
|
Nilai Perusahaan (Y) merupakan penilaian kinerja masa lalu dan prospek perusahaan di masa yang
akan datang. |
Tobin�s Q |
(Market
Value of Equity + Book Value of Liability) / Book Value of Assets (data dalam persentase) |
|
Eksogen |
|
|
|
Siklus perubahan kas� (X) merupakan
rentang waktu antara pengeluaran kas untuk membayar bahan baku dan tenaga kerja serta penerimaan kas dari penjualan produk |
Cash
conversion cycle |
periode persediaan + periode piutang -� periode pembayaran utang �(data
dalam satuan hari) |
Sumber: Data diolah, 2019
Tabel 3
Statistik Deskriptif Variabel
Penelitian
Variabel |
N |
Rata-rata |
Deviasi Standar |
Minimum |
Maksimum |
Siklus Perubahan Kas |
115 |
60 |
54 |
-32 |
261 |
Profitabilitas |
115 |
0,86 |
0,67 |
-0,78 |
2,62 |
Nilai
perusahaan |
115 |
2,78 |
3,32 |
0,31 |
15,54 |
Siklus Perubahan Kas (ln) |
115 |
4,38 |
0,68 |
1,39 |
5,69 |
Profitabilitas (ln) |
115 |
1,34 |
0,17 |
0,80 |
1,73 |
Nilai
perusahaan (ln) |
115 |
1,65 |
0,41 |
1,20 |
2,92 |
Sumber: Data diolah, 2015
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Hasil statistik deskriptif pada Tabel 3 memberikan penjelasan bahwa nilai standar deviasi pada siklus perubahan kas dan nilai perusahaan sangatlah tinggi karena di atas 1,0. Hasil tersebut menunjukkan data yang sangat heterogen. Nilai profitabilitas perusahaan menunjukkan data yang cukup homogen karena nilai standar deviasinya kurang dari 1,0. Untuk menghindari terjadinya pelanggaran asumsi klasik dan membuat data lebih homogen, data setiap variabel dikonversi menjadi� bentuk logaritma natural (ln) (Ghozali, 2009).
Tabel 4 memberikan informasi bahwa perusahaan-perusahaan sub sektor industri barang konsumsi rata-rata memiliki siklus perubahan kas yang panjang setiap tahun. Perusahaan sub sektor makanan dan minuman memiliki rata-rata siklus paling pendek diikuti farmasi serta kosmetik dan kebutuhan rumah tangga. Setiap sub sektor terjadi kenaikan dan penurunan siklus yang tidak terlalu signifikan setiap tahun. Dari sisi profitabilitas, dampak dari kenaikan dan penurunan siklus perubahan kas juga memberikan dampak kenaikan maupun penurunan nilai yang tidak signifikan pula pada masing-masing sub sektor.�� Kecuali, nilai perusahaan tiap-tiap sub sektor yang� cukup terlihat� ada kenaikan per tahunnya.
Tabel 4
Rata-rata Penghitungan Data Per Sub Sektor
Sub
Sektor |
Rata-rata
per tahun |
||||
2009 |
2010 |
2011 |
2012 |
2013 |
|
Siklus
Perubahan Kas (dalam
Hari) |
|||||
Makanan
dan Minuman |
47 |
73 |
71 |
45 |
38 |
Farmasi |
60 |
54 |
62 |
67 |
60 |
Kosmetik�� dan Kebutuhan Rumah Tangga |
75 |
79 |
84 |
83 |
75 |
Profitabilitas
(dalam Persen) |
|||||
Makanan
dan Minuman |
0,63 |
0,41 |
0,69 |
0,54 |
0,74 |
Farmasi |
1,32 |
1,23 |
1,18 |
1,22 |
1,07 |
Kosmetik
dan Kebutuhan Rumah Tangga |
1,31 |
1,07 |
1,18 |
1,27 |
1,09 |
Nilai
Perusahaan (dalam Persen) |
|||||
Makanan
dan Minuman |
1,84 |
2,33 |
2,26 |
3,33 |
3,58 |
Farmasi |
1,28 |
1,69 |
1,78 |
2,35 |
2,06 |
Kosmetik� dan Kebutuhan Rumah
Tangga |
4,71 |
5,78 |
5,49 |
5,48 |
5,99 |
Sumber:Data diolah, 2015
Gambar 3
Grafik Siklus Perubahan Kas dan Komponennya (dalam Hari)
Sumber: Data diolah, 2019
Jika dilihat pada Gambar 3, dapat terlihat lebih jelas rata-rata kenaikan dan penurunan siklus perubahan kas perusahaan sektor industri barang konsumsi secara menyeluruh setiap tahunnya. Pada tahun 2009 � 2011, siklus perubahan kas perusahaan terlihat mengalami perpanjangan waktu. Kemudian terjadi, pemendekan siklus di dua tahun berikutnya (2012-2013). Selama lima tahun setelah terjadinya krisis, terjadi peralihan dalam pengelolaan modal kerja perusahaan dimana pada tahun 2009-2011 perusahaan tidak melakukan efisensi pengelolaan modal kerja dan tahun 2012-2013 perusahaan mulai berupaya untuk melakukan efisiensi.
Gambar 4
Grafik Gross
Operating Profit (GOP) dan Tobin�s Q (dalam Persen)
Sumber: Data diolah, 2019
Efek peralihan atau perbaikan pengelolaan modal kerja perusahaan sektor industri barang konsumsi sepertinya belum terlalu berdampak pada tingkat profitabilitas perusahaan. Hal tersebut terlihat pada pola grafik nilai GOP pada Gambar 4 yang cenderung tetap atau stabil selama lima tahun. Namun, upaya perbaikan pengelolaan yang dilakukan oleh perusahan melalui efisien pengelolaan modal kerja pada tahun 2012-2013 tampak diapresiasi pasar. Apresiasi tersebut tampak terlihat pada semakin meningkatnya nilai perusahaan yang diwakili oleh kenaikan nilai Tobin�s Q pada Gambar 4.
Tabel 5
Hasil Uji Linieritas Hubungan
Antar Variabel
Hubungan Antar
Variabel |
Hasil Uji |
Kesimpulan |
Siklus Perubahan
Kas (LnX) dengan profitabilitas (LnZ) |
Liniearity: 0,556 Deviation
from Liniearity: 0,601 |
Linier |
Profitabilitas (LnZ)
dengan nilai perusahaan (LnY) |
Liniearity: 0,000 Deviation
from Liniearity: 0,034 |
Linier |
Siklus Perubahan
Kas (LnX) dengan nilai perusahaan (LnY) |
Liniearity: 0,001 Deviation
from Liniearity: 0,448 |
Linier |
Keterangan: Signifikansi pada 5%
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 6
Koefisien Determinasi Total�
Persamaan
Regresi Pertama Uji F= 0,370; Sig. 0,544;
α (0,05) |
Persamaan
Regresi Kedua Uji F= 17,247; Sig. 0,000;
α (0,05) |
|
|
|
LnX ke LnZ |
� 0,003 |
LnX ke LnZ |
|
|
LnZ ke LnY |
|
|
||
R2 |
|
0,235 |
|
|
|
|
|
0,237 |
Sumber: Data diolah, 2019
Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukkan hasil uji linieritas dan uji regresi untuk menemukan nilai koefisien determinasi total. Kriteria terpenuhinya uji asumsi linieritas dapat terjadi jika nilai linierity < α (0,05) dan nilai deviation from linierity > α (0,05). Jika hanya salah satunya yang memenuhi, hubungan antar variabel tetap dianggap linier. Dari hasil uji linieritas, tampak hubungan antar variabel penelitian masih memenuhi asumsi linieritas sehingga dapat dilakukan uji regresi.
Dari hasil uji regresi pada dua persamaan diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,3% untuk persamaan regresi pertama dan 23,5% untuk persamaan regresi kedua. Kedua nilai koefisien determinasi tersebut digunakan untuk mencari nilai galat yang digunakan untuk menghitung nilai koefisien determinasi total (R2m). Tabel 6 menunujukkan koefisien determinasi total yang diperoleh sebesar 23,7%. Artinya, variabel terikat dalam model penelitian dapat dijelaskan oleh variabel bebas sebesar 23,7%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dan adanya error.
0,832*** (0,000) ( ��� 0,015 (0,544) ε1 ε2 Siklus Peruahan
Kas (X) Profitabillitas (Z) Nilai Perusahaan (Y) 1,441 1,272 -0,206*** (0,000)
Keterangan: *Signifikan pada 10%,
**Signifikan pada 5%, ***Signifikan
pada 1%
Gambar 5
Model Hubungan Antar
Variabel Penelitian
Sumber: Data diolah, 2019
Gambar 5 menjelaskan model hubungan antar variabel yang diteliti beserta nilai koefisien dan nilai signifikansinya. Selain itu, Gambar 5 juga menjelaskan pengaruh langsung variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada Tabel 8 menjelaskan pengaruh tidak langsung antara variabel bebas terhadap variabel terikat melalui variabel mediasi. Berikut ini merupakan hubungan penjelasan Gambar 5 dan Tabel 8 dengan pemenuhan uji hipotesis.
H1: Semakin pendek siklus perubahan kas, semakin meningkatkan profitabilitas secara signifikan.
Hasil pengujian yang dijelaskan dalam Gambar 5 menunjukkan nilai koefisien jalur siklus perubahan kas terhadap profitabilitas sebesar 0,015 dengan nilai signifikansi probabilitas sebesar 0,554. Arah hubungan antar variabel menunjukkan hasil yang positif. Dari hasil pengujian tersebut, hubungan antara siklus perubahan kas terhadap profitabilitas tidak memenuhi kriteria signifikansi yang ditetapkan dan arah hubungannya seharusnya memiliki nilai yang negative, sehingga Hipotesis 1 ditolak.
H2: Semakin pendek siklus perubahan kas, semakin meningkatkan nilai perusahaan secara signifikan.
Hasil pengujian yang dijelaskan dalam Gambar 5 menunjukkan nilai koefisien jalur siklus perubahan kas terhadap nilai perusahaan sebesar 0,206 dengan nilai signifikansi probabilitas sebesar 0,000. Arah hubungan antar variabel menunjukkan hasil yang negatif. Dari hasil pengujian tersebut, hubungan antara siklus perubahan kas terhadap nilai perusahaan memenuhi kriteria signifikansi yang ditetapkan dan arah hubungannya sesuai yakni negatif, sehingga Hipotesis 2 diterima.
H3:� Semakin meningkat profitabilitas perusahaan, semakin meningkatkan nilai��� perusahaan secara signifikan.
Hasil pengujian yang dijelaskan dalam Gambar 5 menunjukkan nilai koefisien jalur profitabilitas terhadap nilai perusahaan sebesar 0,832 dengan nilai signifikansi probabilitas sebesar 0,000. Arah hubungan antar variabel menunjukkan hasil yang positif. Dari hasil pengujian tersebut, hubungan antara profitabilitas terhadap nilai perusahaan memenuhi kriteria signifikansi yang ditetapkan dan arah hubungannya sesuai yakni positif, sehingga Hipotesis 3 diterima.
H4: Semakin pendek siklus perubahan kas, secara tidak langsung akan semakin meningkatkan nilai perusahaan secara signifikan melalui peningkatan profitabilitas.
Hasil pengujian yang dijelaskan dalam Tabel 8 menunjukkan nilai koefisien tidak langsung sebesar 0,012 antara siklus perubahan kas terhadap nilai perusahaan melalui profitabilitas dengan nilai signifikansi probabilitas sebesar 0,536. Nilai koefisien pengaruh langsung juga lebih besar daripada nilai koefisien pengaruh tidak langsung. Arah hubungan antar variabel menunjukkan hasil yang positif yang seharusnya negatif. Dari hasil pengujian tersebut, profitabilitas tidak dapat memediasi pengaruh siklus perubahan kas terhadap nilai perusahaan, sehingga Hipotesis 4 ditolak.
Tabel 7
Perbandingan Pengaruh Langsung
dan Tidak Langsung
Pengaruh Antar Variabel |
Pengaruh Kausal |
|||
Langsung |
Tidak Langsung |
|||
Melalui Profitabilitas |
Uji Sobel |
|||
T-Hitung |
Sig. |
|||
LnX ke
LnY |
-0,206 |
0,015 x 0,832 = 0,012 |
0.619 |
0.536 |
T-tabel
(0,05;114) 1,981 |
Sumber: Data diolah, 2019
B.
Pembahasan
Pada hasil pengujian Hipotesis 1, diperoleh bukti bahwa perusahaan sektor industri barang konsumsi tidak melakukan efisiensi pengelolaan modal kerjanya, tetapi dampak tidak diterapkannya efisiensi tidak memberikan dampak yang signifikan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hasil ini tidak dapat mendukung teori secara umum maupun hasil penelitian terdahulu. Namun, hasil ini dapat menjelaskan bahwa pengelolaan kas bagi perusahaan bukan menjadi hal yang penting bagi perusahaan sesuai dengan penjelasan (Tauringana & Afrifa, 2013). Perusahaan kemungkinan memiliki kas yang cukup sehingga lebih mementingkan aspek pengelolaan modal kerja lainnya seperti pengelolaan piutang, persediaan barang jadi dan utang usahanya. Disamping itu, jika didasarkan pada pemaparan data pada Gambar 3, terdapat peralihan kebijakan perusahaan yang semula tidak menerapkan efisiensi pengelolaan modal kerja pada tahun 2009 � 2011, mengupayakan adanya efisiensi pengelolaan modal kerja pada tahun 2012-2013.� Peralihan ini kemungkinan juga bisa menjadi penyebab tidak adanya kenaikan laba secara signifikan dan cenderung tetap seperti yang dipaparkan Gambar 4 pada nilai GOP sebagai pengukuran profitabilitas.
Dari hasil pengujian Hipotesis 2, diperoleh bukti bahwa upaya perusahaan untuk melaksanakan efisiensi pada pengelolaan modal kerjanya mendapat apresiasi pasar sehingga nilai perusahaan pun meningkat secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan (Brigham, E. F. dan Ehrhardt, 2011) serta� (Damodaran, 2011) juga hasil penelitian (Mohamad & Saad, 2010). Seperti pada pembahasan Hipotesis 1, perusahaan sektor industri barang konsumsi selama periode penelitian berupaya untuk menerapkan efisiensi pengelolaan modal kerja. Meskipun tidak berdampak pada profitabilitasnya, pasar memberikan sikap apresiasi positif yang ditunjukkan pada kenaikan nilai Tobin�s Q dari tahun ke tahun sebagai ukuran nilai perusahaan pada Gambar 4 sebagai dampak adanya perbaikan likuiditas. Selain itu, pengaruh negatif signifikan pada hasil pengujian juga menunjukkan bahwa pasar mementingkan kondisi likuiditas perusahaan dan bagaimana penerapan efisiensi pengelolaan modal kerja untuk menilai kinerja perusahaan.
Hasil pengujian Hipotesis 3, menunjukkan bahwa semakin meningkat tingkat profitabilitas perusahaan, semakin meningkatkan nilai perusahaan secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh (Fama & French, 2000) dan mendukung pula hasil penelitian yang diperoleh (Carl R. Chen & Steiner, 2000) serta (L. J. Chen & Chen, 2011). Berdasarkan hasil tersebut, perusahaan sektor barang konsumsi sangat diapresiasi pasar karena secara konsisten dapat menghasilkan laba seperti yang terlihat pada nilai GOP di Gambar 4 yang cenderung stabil. Kestabilan dalam perolehan laba ini tentunya akan memberikan kemudahan kepada pasar untuk memprediksi keuntungan investasi di masa yang akan datang. Dampaknya sama seperti yang dijelaskan oleh (Brigham, E. F. dan Ehrhardt, 2011) bahwa perusahaan dapat meningkatkan harga sahamnya jika� perusahaan melakukan kebijakan dividen yang stabil dan dapat diprediksi.
Hasil pengujian Hipotesis 4 menunjukkan bahwa profitabilitas tidak dapat memediasi pengaruh pemendekan siklus perubahan kas terhadap nilai perusahaan. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh (Fama & French, 2000), (Brigham, E. F. dan Ehrhardt, 2011) serta (Fernando Carvalho de Almeida, Lesca, & Canton, 2016); (Juliano Ribeiro De Almeida & Eid Jr, 2014). Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya pengaruh yang signifikan pada hubungan siklus perubahan kas terhadap profitabilitas. Jika dihubungkan dengan penjelasan Hipotesis 2, pasar lebih mengapresiasi secara langsung adanya perbaikan pengelolaan manajemen modal kerja yang dilakukan perusahaan sektor industri barang konsumsi daripada menilai kinerja dari sisi profitabilitas. Dengan adanya perbaikan kinerja dari sisi likuiditas dan pengelolaan modal kerja yang lebih baik, tingkat profitabilitas perusahaan tentu diharapkan bisa lebih meningkat lagi di masa yang akan datang. Jika profitabilitas meningkat, tentu nilai perusahaan juga akan semakin meningkat.
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan
hasil dan pembahasan penelitian sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan,
yaitu: 1). Perusahaan yang sedang
melakukan perbaikan pengelolaan modal kerja dengan cara efisiensi kemungkinan
akan menemui kendala terkait dengan profitabilitasnya karena efeknya perbaikan
tersebut masih belum terlihat pada peningkatan kemampuan menghasilkan laba. 2). Perusahaan yang melakukan
perbaikan pengelolaan modal kerja agar lebih efisien akan mendapat respom yang
positif dari pasar karena adanya upaya perusahaan untuk memperbaiki kinerja
dari segi likuiditasnya. 3). Perusahaan
yang dapat menghasilkan laba dan mengelola labanya dengan baik tentu mendapat
respon yang positif dari pasar. 4). Selama
awal perbaikan pengelolaan modal kerja agar menjadi efisien, pasar akan lebih
memilih langsung menilai kinerja perusahaan dari segi likuiditasnya daripada
profitabilitas. Tujuannya agar pasar dapat memastikan bahwa proses perbaikan pengelolaan
modal kerja berjalan dengan baik. Jika perusahaan sudah menerapkan pengelolaan
modal kerja yang baik, profitabilitas perusahaan diharapkan dapat meningkat
yang tentunya juga akan meningkatkan nilai perusahaan.
Pengelolaan modal kerja
secara efisien memang diperlukan untuk menjaga likuiditas perusahaann. Namun, ada kalanya
perusahaan memilih untuk tidak menerapkan efisiensi pada pengelolaan modal
kerja dalam kondisi tertentu. Terlalu efisien dalam pengelolaan modal kerja
mungkin dapat membuat perusahaan kehilangan pelanggan, tetapi jika terlalu
longgar perusahaan juga sulit untuk mendapatkan laba. Oleh karena itu, suatu
tantangan bagi perusahaan untuk mengetahui waktu yang tepat untuk mengambil
kebijakan terkait pengelolaan modal kerja.
Abuzayed, Bana. (2012). Working capital management and
firms� performance in emerging markets: the case of Jordan. International
Journal of Managerial Finance. Google Scholar
Brigham, E. F. dan Ehrhardt, M. C. (2011). Financial
Management: Theory and Practice (13th editi). South-Western Cengage
Learning. USA. Google Scholar
Chen, Carl R., & Steiner, Thomas L. (2000).
Tobin�sq, managerial ownership, and analyst coverage: A nonlinear simultaneous
equations model. Journal of Economics and Business, 52(4),
365�382. Google Scholar
Chen, L. J., & Chen, S. Y. (2011). The influence
of profitability on firm value with capital structure as the mediator and firm
size and industry as moderators. Investment Management and Financial
Innovations, (8, Iss. 3), 121�129. Google Scholar
Damodaran, Aswath. (2011). Applied Corporate
Finance (Third Edit). John Wiley & Sons, Inc. USA. Google Scholar
De Almeida, Fernando Carvalho, Lesca, Humbert, &
Canton, Adolpho W. P. (2016). Intrinsic motivation for knowledge
sharing�competitive intelligence process in a telecom company. Journal of
Knowledge Management. Google Scholar
De Almeida, Juliano Ribeiro, & Eid Jr, William.
(2014). Access to finance, working capital management and company value:
Evidences from Brazilian companies listed on BM&FBOVESPA. Journal of
Business Research, 67(5), 924�934. Google Scholar
Deloof, Marc. (2003). Does working capital management
affect profitability of Belgian firms? Journal of Business Finance &
Accounting, 30(3‐4), 573�588. Google Scholar
Enqvist, Julius, Graham, Michael, & Nikkinen,
Jussi. (2014). The impact of working capital management on firm profitability
in different business cycles: Evidence from Finland. Research in
International Business and Finance, 32, 36�49. Google Scholar
Fama, Eugene F., & French, Kenneth R. (2000). Testing
Trade-off and Pecking Order Theory Predictions about Dividend and Debt. Working
paper. Google Scholar
Ghozali, Imam. (2009). Ekonometrika: teori, konsep dan
aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
50. Google Scholar
Kroes, James R., & Manikas, Andrew S. (2014). Cash
flow management and manufacturing firm financial performance: A longitudinal
perspective. International Journal of Production Economics, 148,
37�50. Google Scholar
Mohamad, Nor Edi Azhar Binti, & Saad, Noriza Binti
Mohd. (2010). Working capital management: The effect of market valuation and
profitability in Malaysia. International Journal of Business and Management,
5(11), 140. Google Scholar
Preacher, K. J. (2010). Calculation for The Sobel
Test: An Interactive Calculation Tool for Mediation Test. Google Scholar
Solimun, M. S. (2002). Structural Equation Modelling
(SEM) Lisrel dan Amos. Malang: Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Google Scholar
Tauringana, Venancio, & Afrifa, Godfred Adjapong.
(2013). The relative importance of working capital management and its
components to SMEs� profitability. Journal of Small Business and Enterprise
Development. Google Scholar
Tsuruta, Daisuke. (2019). Working capital management
during the global financial crisis: Evidence from Japan. Japan and the World
Economy, 49, 206�219. Google Scholar
Vernimmen, Pierre, Quiry, Pascal, & Le Fur, Yann.
(2022). Corporate finance: theory and practice. John Wiley & Sons. Google Scholar
Vural, Gamze, S�kmen, Ahmet G�khan, & �etenak,
Emin H�seyin. (2012). Affects of working capital management on firm�s
performance: Evidence from Turkey. International Journal of Economics and
Financial Issues, 2(4), 488�495. Google Scholar
Copyright holder: Dita Roosemella
Paramadina (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |