Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 2, Februari 2022
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK CALON TENAGA KERJA INDONESIA (CTKI) KE TIMUR TENGAH
Abu Nasir
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia
Email: [email protected]���������
Abstrak
Pembelajaran bahasa asing telah berkembang di Indonesia seiring dengan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kemampuan berbahasa dalam era globalisasi. Sebagai salah satu solusi dari adanya kebutuhan masyarakat tersebut, pemerintah bekerja sama dengan swasta dalam hal ini Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) telah memberikan ruang di dunia pendidikan maupun pelatihan bagi CTKI bertujuan untuk mempelajari bahasa asing sebagai bekal komunikasi dalam bekerja di negara tujuan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang mencoba dan berusaha untuk melihat lebih detail sistem pembelajaran bahasa Arab bagi CTKI ke Timur Tengah dan urgensinya di PPTKIS, dalam hal ini adalah PT Mutiara Bahari Alamaria Jatirangon Jatisampurna Bekasi Jawa Barat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan melalui tiga tahapan; reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan berupa mencatat segala keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur klausal, dan preposisi-preposisi. Selanjutnya memberi makna data tersebut setelah pemeriksaan keabsahan data dengan melakukan triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI ke Timur Tengah di PT MBA tidak sekedar untuk memenuhi persyaratan administrasi formal berupa dokumen sertifikat kompetensi sebelum pemberangkatan, namun juga benar-benar menyiapkan para CTKI agar mampu berkomunikasi bahasa Arab sesuai bidang kerja sektor PLRT, 2) Proses pembelajaran di PT MBA sudah melalui tahapan-tahapan sebagaimana diatur instansi pemerintah, yaitu Kemnakertrans RI dan BNP2TKI, 3) Pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab di PT MBA berjalan dengan baik, namun perlu perbaikan-perbaikan dari sisi penggunaan media dan pendekatan pembelajaran, serta pengayaan materi-materi dan tampilan dalam buku panduannya.
Kata Kunci:�� pembelajaran bahasa Arab; kompetensi komunikasi; CTKI; dan Timur Tengah
Abstract
Foreign language learning has developed in Indonesia along with the community's need for the importance of language skills in the era of globalization. As a solution to the community's needs, the government in collaboration with the private sector in this case the Private Indonesian Migrant Worker Placement (PPTKIS) has provided space in the world of education and training for CTKI to learn foreign languages as a provision for communication in working in the destination country. This research is a field research that tries and seeks to see in more detail the Arabic language learning system for CTKI to the Middle East and its urgency at PPTKIS, in this case PT Mutiara Bahari Alamaria Jatirangon Jatisampurna Bekasi West Java. The data collection methods used in this study were observation, interviews, and documentation. Data analysis was carried out through three stages; data reduction, data presentation, and drawing conclusions in the form of noting all regularities, patterns, explanations, explanations, possible configurations, clause flows, and prepositions. Furthermore, giving meaning to the data after checking the validity of the data by doing triangulation. The results of this study indicate that: 1) Learning Arabic for CTKI to the Middle East at PT MBA is not only to fulfill formal administrative requirements in the form of a competency certificate document before departure, but also really prepares CTKI to be able to communicate Arabic according to the sector of work. PLRT, 2) The learning process at PT MBA has gone through the stages as regulated by government agencies, namely the Indonesian Ministry of Manpower and Transmigration and BNP2TKI, 3) The implementation of Arabic learning at PTMBA is going well, but needs improvements in terms of the use of media and learning approaches, and enrichment of the materials and appearances in the manual.
Keywords: Arabic learning; communication competence; CTKI; and the Middle East
Received: 2022-01-20; Accepted: 2022-02-05; Published: 2022-02-20
Pendahuluan
Di Indonesia, kebanyakan masyarakat cenderung hanya mempelajari bahasa Arab fusha, dengan alasan bahwa bahasa Arab fusha itu merupakan bahasa al-Qur�an dan as-Sunnah, karena tujuan utama mempelajari bahasa Arab adalah untuk kepentingan memahami sumber-sumber ajaran Islam. Ada beberapa kalangan cenderung anti bahasa Arab �ammiyah, karena mempelajari bahasa Arab pasaran itu dapat merusak bahasa Arab fusha.
Anggapan seperti itu perlu dikaji dan diteliti kembali, karena dalam kenyataannya, masyarakat Arab yang terpelajar pun tetap menggunakan dua ragam bahasa Arab tersebut secara proporsional, sesuai dengan situasi dan kondisi. Banyak para guru atau dosen di perguruan tinggi di Mesir, Arab Saudi, Syiria, dan lainnya tetap fasih berbahasa fusha, meskipun dalam pergaulan keseharian dengan sesamanya lebih cenderung menggunakan �ammiyah. Ada baiknya menjadi bahan pemikiran bahwa studi bahasa Arab di sekolah atau madrasah, bahkan di perguruan tinggi dan lembaga-lembaga yang menawarkan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia perlu dikembangkan tidak hanya berorientasi penguasaan bahasa Arab fusha semata, melainkan juga bahasa Arab �ammiyah perlu mendapat perhatian (porsi), meski hanya sekedar pengenalan dialek, agar para pembelajar bahasa Arab juga mampu berkomunikasi secara alami dan efektif dengan penutur bahasa Arab dalam situasi formal maupun informal (Hermawan and Alwasilah 2011). Di samping itu, jika dipertimbangkan faktor ibadah haji sebagai ritual tahunan, bahasa Arab �ammiyah juga sangat berguna bagi calon jemaah, petugas, dan pembimbing haji dalam melakukan komunikasi keseharian secara efektif dengan orang-orang dari negara-negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi.
Bahasa Arab fusha akan tetap lestari meskipun orang-orang Arab sendiri lebih suka berbahasa Arab �ammiyah. Kecenderungan berbahasa Arab �ammiyah tampaknya lebih didasari oleh kepentingan dan tujuan pragmatis, yaitu: komunikasi lisan yang lebih mengutamakan aspek kepraktisan, simpel, dan cepat. Namun demikian, maraknya penggunaan bahasa Arab �ammiyah tetap merupakan sebuah tantangan yang dapat mengancam atau setidaknya mengurangi mutu kefasihan bagi orang atau bangsa Arab pada umumnya .
Terlepas dari berbagai perdebatan di atas, realitas di Indonesia banyak masyarakat yang mengadu nasib dan mengais rizki di negara-negara Timur Tengah untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya, seperti pengakuan dalam testimoni salah seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bernama Ibu Musriati umur 39 tahun, asal Kendal Jawa Tengah. Ibu Musriati pernah berada di PT Mutiara Bahari Alamria Jatirangon Jatisampurna Bekasi Jawa Barat dalam rangka pembekalan termasuk pelatihan bahasa Arab sebelum diberangkatakan ke negara Timur Tengah yang dituju (Abdun 2013).
Pertama kali ke luar negeri, Ibu Musriati ke Abu Dhabi (UAE) di tahun 1999-2001. Pada awalnya, Ibu Musriati mengalami kesulitan dengan bahasa Arab dan cara bekerja yang benar, karena selama di kantor sebuah Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) atau Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) Jakarta hanya diajarkan sedikit pengetahuan. Tetapi Ibu Musriati mempunyai kemauan belajar walaupun pada awalnya memakai bahasa isyarat sekenanya, yang penting majikan (user) faham. Beruntung, majikan (user) sangat sabar dan mau mengajari. Setelah beberapa bulan berada di rumah majikan, sedikit demi sedikit Ibu Musriati bisa berbicara bahasa Arab dan juga soal pekerjaannya bisa lancar tanpa diajari majikan lagi. Menurut penuturannya, ia bekerja di Timur Tengah sudah beberapa kali, yaitu ke Abu Dhabi, Syiria, Oman, Kuwait. Terakhir ia mendaftar kembali dan masuk di PPTKIS (Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta) PT Mutiara Bahari Alamria dengan tujuan Abu Dhabi (UAE) (Abdun 2013).
Melihat kenyataan di atas, maka bagi Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) atau Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dalam hal ini PT Mutiara Bahari Alamria atau lembaga-lembaga yang konsen dengan bahasa Arab untuk tujuan pragmatis/praktis membutuhkan suatu mekanisme pendidikan dan pelatihan yang dapat mendorong peningkatan kompetensi komunikatif Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI).
Kompetensi komunikatif merupakan kemampuan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa dalam berbagai konteks baik dalam ragam lisan maupun tulisan. Model pendidikan bahasa Arab yang komunikatif ini diharapkan dapat mempercepat penguasaan CTKI yang mempelajarinya. Namun perlu ditelusuri bagaimana pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI? Hal ini terkait erat dengan tujuan pembelajaran yang optimal, sehingga CTKI menguasai bahasa Arab dengan baik, yang tentunya akan menentukan dalam keberhasilan komunikasi selanjutnya ketika sudah berangkat dan bekerja di negara Timur Tengah tujuan.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan desain penelitian studi kasus (case study), dalam arti penelitian difokuskan pada kasus yang kemudian difahami dan dianalisis secara mendalam. Konsep lokal dalam penelitian ini adalah PPTKIS bernama PT Mutiara Bahari Alamria yang di dalamnya terdapat Komisaris, Direktur Utama, Manajer Operasional, Kepala Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN) MBA, instruktur pelatihan, peserta pelatihan (CTKI), karyawan serta bahan-bahan pengajaran dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Dalam penelitian ini untuk menentukan sumber penelitian digunakan teknik purposive sampling. Untuk menganalisis data yang terhimpun dalam penelitian ini digunakan teknik analisis kualitatif, dalam artian ketika data-data telah diperoleh dan terkumpul melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi, maka selanjutnya dilakukan interpretasi yang dikembangkan menjadi preposisi-preposisi.
Hasil dan Pembahasan
A. Dasar Hukum Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Arab di PT MBA
Dasar hukum pelaksanaan pelatihan kompetensi bidang pekerjaan, termasuk pembelajaran bahasa Arab bagi CTKI oleh PPTKIS, tidak terkecuali BLKLN MBA PT MBA, adalah Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
Pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing untuk para Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) di BLKLN MBA, seperti pembelajaran bahasa asing lainnya untuk tujuan khusus, tidak dilaksanakan begitu saja. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan sebagaimana pada umumnya sebuah pembelajaran.
Para CTKI di sini umumnya adalah orang dewasa yang telah memiliki kemampuan berbahasa ibu serta bahasa kedua (bahasa daerah dan Indonesia), di samping budaya berkomunikasi dan budaya bersikap, berpikir, dan bertindak. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI akan bersifat dinamis dan penuh warna (interaksi). Akan tetapi, sejauh pengamatan penulis di Balai Latihan Kerja Luar Negeri Mutiara Bahari Alamria (BLKLN MBA), pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI menghadapi beberapa problem sekaligus tantangan. Di antaranya adalah pembelajar dalam hal ini CTKI cenderung lamban dalam menyerap pelajaran karena faktor usia, minat belajar kurang kuat karena fokus mereka adalah bekerja dan ingin segera �terbang� ke negara tujuan, dan mayoritas latar belakang pendidikan yang rendah (umumnya penata laksana rumah tangga adalah lulusan SD dan SMP) serta anggapan CTKI sendiri bahwa mereka akan bisa dengan sendirinya ketika sudah berada di negara tujuan bekerja, meskipun sadar akan pentingnya pembelajaran bahasa Arab. Di tambah lagi dengan permasalahan kebijakan yang tidak jarang berbeda antara dua instansi pemerintah yaitu, Kemnakertrans RI dan BNP2TKI. Perbedaan ini secara tidak langsung juga mempengaruhi kebijakan di dalam PPTKIS penyelenggara pelatihan atau pembelajaran, paling tidak mengeluarkan energi dan pemikiran untuk mengantisipasi kebijakan yang berbeda itu (Abdun 2013).
Selain itu, para CTKI juga memiliki pengetahuan bahasa Arab dan budaya Arab yang sangat minim sebelum pembelajaran, bahkan ada yang belum mengetahui sama sekali, sedangkan alokasi waktu untuk belajar bahasa Arab sangat singkat, sekitar 12 hari (96 jam ditambah 16 jam untuk uji keterampilan internal dan uji keterampilan kompetensi/sertifikasi, masing-masing ada teori dan praktek) (BLKLN 2014a), meskipun pada praktiknya, selama tinggal di asrama penampungan lebih dari 1 sampai 3 bulan karena menunggu proses-proses lain sebelum pemberangkatan ke negara tujuan, dilakukan pemantapan lagi penguasaan keterampilan kerja dan bahasa Arab-, sementara hasil yang diharapkan cukup tinggi, yaitu mampu berkomunikasi dengan orang asing, terutama orang asing yang memakai komunikasi dengan bahasa Arab, dalam berbagai situasi dan kondisi. Perlu ditegaskan di sini bahwa pendidikan dan pelatihan di BLKLN itu dilakukan dengan durasi waktu kurang lebih 200 jam sesuai ketentuan, termasuk materi bahasa Arab. Selanjutnya, kebijakan itu akan diperbaharui dan rencana hingga 400 jam, termasuk bahasa Arab.
Di sinilah pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI menjadi tantangan yang serius bagi para pengajar atau tutor/instruktur dengan waktu yang sangat terbatas. Mereka tidak hanya dituntut dengan kemampuan berbahasa tetapi mereka juga harus mampu menggunakan metode pembelajaran yang efektif serta media interaktif yang sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajar.
Selanjutnya, penulis akan memaparkan hal-hal atau fenomena-fenomena lain terkait dengan pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI yang dilaksanakan di PT MBA, kemudian dikaitkan dengan analisis kebutuhan pembelajaran yang diinginkan, pemenuhan tujuan yang dikehendaki, serta kaitannya dengan pembelajaran bahasa Arab untuk tujuan khusus bagi CTKI bidang PLRT.
B. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab untuk CTKI PT MBA
Tujuan pembelajaran ini perlu diketahui oleh para pengajar (tutor/instruktur) dan para pembelajar (CTKI) agar terdapat kontrol bentuk kegiatan yang sedang berlangsung sesuai dengan arah tujuannya. Di samping itu perlu keselarasan tujuan antara pengajar (tutor/instruktur) dan para pembelajar (CTKI) agar dapat terlaksana proses pembelajaran yang efektif dan efisein. Aspek tujuan ini sangat penting karena menentukan bagaimana metode, apa sarana yang diperlukan secara langsung dan seberapa lama waktu yang diperlukan serta bagaimana proses evaluasinya.
Tujuan pembelajaran bahasa secara teoretis berarti tujuan menumbuhkan kemampuan berbahasa. Dengan pembelajaran bahasa secara terus menerus dapat diperoleh keterampilan berbahasa, yang umumnya masih dikenal dengan empat macam keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dengan ungkapan lain dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa (asing), termasuk dalam hal ini bahasa Arab adalah diperolehnya kemampuan menggunakan bahasa (asing) tersebut baik secara pasif atau pun aktif (Sokah 1982).
Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI ke Timur Tengah, penulis mengamati beberapa PPTKIS (Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta), termasuk juga PT MBA menekankan tujuan pembelajaran bahasa Arab disesuaikan dengan kelompok pekerjaan atau profesi CTKI yang akan diberangkatkan ke luar negeri (BLKLN 2014a). Misalnya, apabila CTKI yang akan diberangkatkan nantinya bekerja sebagai sopir dan penata laksana rumah tangga (pekerja informal), maka semua materi harus disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Begitu pula apabila calon tenaga kerja yang akan berangkat berprofesi sebagai penjaga toko, perawat, pelayan hotel, atau pekerja formal lainnya, maka semua materi yang diajarkan harus berkaitan dengan aktivitas dan kecakapan pekerjaan mereka (BLKLN 2014c). Untuk mencapai tujuan ini, beberapa PPTKIS telah membuat acuan dasar program pendalaman bahasa Arab yang dikhususkan untuk para CTKI selama mereka berada di asrama penampungan di PPTKIS masing-masing (BLKLN 2014).
Di BLKLN MBA PT MBA sendiri, karena mayoritas CTKI yang akan bekerja di Timur Tengah adalah di bidang PLRT, maka materi-materi yang disiapkan dan diajarkan berdasarkan kurikulum yang mengacu bidang pekerjaan PLRT, termasuk bahasa Arab lebih difokuskan ke bahasa khusus untuk CTKI bidang PLRT (BLKLN 2014). Acuan dasar ini disesuaikan dengan tenggat waktu CTKI akan bertolak ke negara tujuan, sehingga program-programnya bersifat tentatif dan disesuaikan dengan waktu yang tersedia sejak kedatangan CTKI di asrama penampungan hingga mereka diberangkatkan. Namun demikian meskipun tentatif, di PT MBA sendiri, jadwal pembelajaran sudah diatur sedemikian rupa oleh pihak perusahaan, sehingga proses pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa Arab merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dan itu berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Hal ini bisa dilihat dari pembuatan dan pemasangan tata tertib dan jam pembelajaran di pintu masuk yang akan melalui ruang kelas.
Disamping itu, di PT MBA, meskipun dalam aturan pelatihan hanya 30 hari, dengan berbagai materi, namun prakteknya, bisa lebih. Pasalnya, sambil menunggu proses turunnya visa dan lainnya, CTKI biasanya tetap tinggal di asrama penampungan. Di sinilah, pihak BLKLN MBA yang diinstruksikan oleh PT MBA melakukan penguatan pelatihan dan pembelajaran, termasuk mematangkan dan melancarkan bahasa Arab para CTKI. Biasanya dari 1 sampai 3 bulan, bahkan ketika penulis di lapangan ada yang sampai lebih dari 4 bulan masih berada di asrama penampungan dan tetap diadakan pembelajaran (BLKLN 2014).
Akan tetapi, tidak sedikit PPTKIS �nakal� yang mengacuhkan program pembekalan dan pembelajaran bahasa Arab untuk calon CTKI yang akan diberangkatkan ke negara tujuan. Akibatnya, para calon pahlawan devisa negara itu terlantar dan terlunta-lunta di negeri orang, bahkan ada sebagian yang menjadi gelandangan dan pengemis. Namun juga, tidak sedikit CTKI yang beranggapan dan berorientasi bahwa bagi mereka yang penting adalah berangkat dulu ke negara tujuan kerja dan kemampuan berbahasa nanti juga akan diperoleh dan bisa dengan sendirinya. Hal ini juga diperkuat oleh teman-teman CTKI yang sudah dan pernah bekerja di Timur Tengah (BLKLN 2014).
Menurut penulis, seharusnya sosialisasi dan penyampaian informasi tentang pentingnya penguasaan bahasa negara tujuan sebelum diadakan pelatihan apapun bagi CTKI di PPTKIS perlu diperkuat dan diintensifkankan lagi, bila perlu disampaikan resiko-resiko akibat tidak mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan bahasa asing tersebut atau tidak sesuai prosedur yang berlaku.
Tujuan pembelajaran bahasa Arab di PT MBA tentu saja agar para CTKI mampu berkomunikasi dengan bahasa Arab sesuai dengan bidang pekerjaan PLRT. Itulah yang dibutuhkan oleh para CTKI di PT MBA. Dengan keterbatasan waktu dan tujuan yang sangat tinggi tersebut, instruktur dituntut agar para CTKI mampu mempunyai kompetensi komunikasi berbahasa Arab. Pada kenyataannya, kemahiran yang dituntut dalam pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI ini adalah kemahiran berbicara dan tentu saja kemahiran medengarkan. Untuk kemahiran membaca dan menulis tidak ditekankan dan memang bukan tujuan dari pembelajaran ini. Setelah mengetahui tujuan itu, maka perlu dirancang sedemikian rupa mengenai hal-hal yang terkait dengan pembelajaran agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.
PT MBA sendiri melakukan usaha-usaha konkrit agar mencapai tujuan tersebut dengan berbagai cara. Mulai dari penerapan silabus, pembuatan materi, instruktur/pengajar, pendekatan, metode, strategi, lingkungan, media, dan hal-hal lain terkait dengan pembelajaran bahasa Arab. Namun di lapangan juga banyak menemui berbagai macam kendala yang bisa datang dari dalam CTKI sendiri sebagaimana dipaparkan di atas, juga dari luar CTKI, termasuk media, instruktur, dan hal yang terkait kebijakan dari pemerintah, dalam hal ini Kemnakertrans RI dan BNP2TKI.
Penulis sendiri mengamati, penggunaan media belajar di PT MBA tidak optimal, belum pernah menggunakan perangkat atau teknologi pembelajaran berbasis komputer atau elektronik, meskipun sebenarnya mampu bagi PT MBA menyediakan itu. Media pembelajaran banyak menggunakan media konkrit, seperti alat-alat dapur, alat-alat rumah tangga, dan sebagainya, tetapi masalahnya tidak semua tema pembelajaran bisa diajarkan dengan media konkrit, seperti bagaimana menjelaskan suatu keadaan dan hal yang terkait dengan bandar udara (al mathaar), pasar (as suuq), dan sebagainya. Kemudian kendala dari sisi instruktur di PT MBA, instruktur sebenarnya ahli bidang kompetensi kerja, karena intstruktur di PT MBA adalah lulusan Akademi Pariwisata. Jadi mengenai kompetensi kerja sangat menguasai dan bisa diandalkan, namun instruktur sendiri tidak mempunyai latar belakang di dunia pendidikan atau pengajaran, apalagi bahasa Arab. Bahasa Arab pun diperoleh dengan cara otodidak, karena sering berkomunikasi dengan para CTKI yang sudah pernah ke Timur Tengah dan para instruktur dari luar BLKLN MBA. Maka kendala ini juga sedikit banyak mempengaruhi dalam pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI. Meskipun memang ada semacam pelatihan metodologi dan sertifikasi instruktur BLKLN yang dilakukan oleh Asosiasi Perusahan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI), namun belum terorganisasi dan dilakukan secara regular.
Terkait dengan kendala kebijakan pemerintah dalam hal ini BNP2TKI dan Kemnakertrans RI, BNP2TKI dan Kemnakertrans RI sering tidak sejalan dalam menerapkan kebijakan, padahal BNP2TKI -sebelum dibentuk tahun 2006 dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2006 tentang Pembentukan BNP2TKI- dalam sejarahnya merupakan bagian dari unit kerja yang ada di Kemnakertrans RI. Salah satu contoh saja, ketika ada penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah RI yang diwakili oleh Menakertrans, Muhaimin Iskandar dan Pemerintah Arab Saudi tanggal 19 Februari 2014 mengenai perbaikan dan perlindungan untuk TKI di Arab Saudi. Beberapa hari kemudian, kepala BNP2TKI melayangkan surat ke Menakertrans RI dan diedarkan ke seluruh PPTKIS yang intinya menyatakan pemberhentian total pengiriman TKI ke seluruh wilayah Timur Tengah dan Asia Pasifik (Aspac) berlaku mulai 1 Maret 2014. Jika informasi ini didengar oleh para CTKI, maka semangat belajar dan harapan untuk menguasai bahasa Arab akan hilang dan melemah, karena mereka berfikir percuma saja belajar kalau pada akhirnya tidak diberangkatkan ke negara Timur Tengah untuk bekerja. Hal ini akan membuat ketidakpastian dan membingungkan, bahkan bisa saja merugikan tidak hanya CTKI, namun juga PPTKIS. Sementara masyarakat dalam hal ini CTKI sudah membayangkan, mengharap penuh, dan membutuhkan pekerjaaan yang pemerintah sendiri belum bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk kalangan masyarakat tersebut. Ditambah lagi, keluarga dari para CTKI tersebut yang berharap banyak agar para CTKI bisa meningkatkan taraf kehidupan ekonomi di rumah kampung halaman mereka. Karena rata-rata para CTKI itu adalah orang-orang dari kalangan ekonomi lemah yang ingin membantu keluarga; membantu orang tua, menyekolahkan saudara-saudara dan anak-anak mereka (BLKLN 2014c).
C. Pendekatan Pembelajaran untuk CTKI di PT MBA
Belajar bahasa Arab sebagai bahasa asing, khususnya bagi CTKI yang akan ke Timur Tengah, adalah tidak hanya sebuah kewajiban, namun juga sebuah kebutuhan dan tuntutan pekerjaan. Pada umumnya peserta yang mengikuti pelatihan atau pembelajaran bahasa Arab adalah mereka yang memiliki tujuan bekerja di negara-negara Arab. Karena tujuannya memang sudah jelas, yaitu mempersiapkan calon tenaga kerja migran yang profesional, maka pembelajaran bahasa Arab harus disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan praktis di lapangan.
Dalam pembelajaran bahasa asing, dikenal pendekatan CBLT (Competency-Based Language Teaching). Berbeda dengan kebanyakan metode dan pendekatan pembelajaran bahasa yang berfokus pada masukan-masukan (inputs) untuk pembelajaran bahasa, CBLT yang dilahirkan dari CBE (Competency-Based Education) merupakan sebuah gerakan pendidikan yang berfokus pada hasil atau keluaran (outcomes/outputs) dalam pengembangan program bahasa. CBE berfokus pada apa yang diharapkan dan dilakukan oleh peserta didik dengan bahasa yang dikuasainya. Fokus pada hasil/keluaran daripada masukan adalah pusat perspektif kompetensi dalam CBLT.
Competency Based Language Teaching (CBLT) atau Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi berfokus pada apa yang diharapkan untuk dilakukan oleh peserta didik dengan bahasa yang dipelajarinya atau dikuasainya (Richards and Rodgers 2014). Dari gambaran tersebut, pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI dapat dilakukan dengan pendekatan CBLT. Sebab, tujuan pembelajaran bahasa Arab bagi CTKI adalah untuk mempersiapkan kompetensi bahasa yang peserta harapkan, yaitu mampu berkomunikasi dengan orang Arab dalam situasi dan kondisi yang akan dihadapi dan dapat bertahan hidup di negara asing tanpa mengalami kesulitan berbahasa.
PT MBA dengan segala kelebihan dan keterbatasannya menyelenggarakan pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI ke Timur Tengah. Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan pembelajaran resmi yang harus dilaksanakan, dalam arti instruktur dan CTKI hadir di dalam kelas. Ditambah dengan pembelajaran di luar kelas yang sifatnya tidak resmi, namun tetap berkontribusi besar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penerapan CBLT dalam pembelajaran bahasa Arab untuk tujuan pekerjaan bidang PLRT belum semuanya konsisten dilaksanakan. Dominasi instruktur terhadap CTKI dalam pembelajaran sangat terlihat, seperti ketika mengajarkan kosa kata tentang peralatan rumah tangga.
Dalam pembelajaran bahasa Arab untuk tujuan khusus, seharusnya tujuan pembelajaran, kebutuhan khusus pembelajar, dan keterpusatan pada pembelajar diperhatikan. Maka mengajarkan kompetensi berbicara tentang peralatan rumah tangga sebaiknya tentukan berapa kosa kata yang harus dikuasai dengan melibatkan para CTKI yang sudah menguasai, kemudian ajak mereka saling mengajarkan dengan cara bergantian dan tentunya dibuat suasana menyenangkan. Tidak melulu CTKI ditanya oleh instruktur. Instruktur tetap memantau dan memfasilitasi dengan pendekatan sebagai teman yang akrab, bersahabat, dan membantu kesulitan CTKI. Dalam hal ini instruktur seharusnya tidak keluar dari pedoman tiga ciri utama pembelajaran untuk tujuan khusus sebagaimana di sebut di atas.
Dalam proses pembelajaran bahasa Arab di PT MBA,� pembelajaran terlihat sangat fokus untuk penguasaan kompetensi komunikasi para CTKI, sehingga instruktur larut dalam suatu keinginan bagaimana membuat mereka menguasai itu. Tidak jarang dalam beberapa hal, melupakan pendekatan pembelajaran yang dalam hal ini para CTKI adalah para pembelajar yang sudah dewasa, bukan anak-anak sekolah lagi, bahkan rata-rata sudah menikah, dan ada yang sudah mempunyai anak. Mereka sudah menyimpan banyak memori dengan segala persoalan atau problem kehidupan mereka masing-masing. Instruktur sendiri lebih banyak meggunakan drilling dan hafalan dalam setiap pembelajaran, termasuk bahasa Arab (Suhartin 2014). CTKI diminta menghafal dari unit perunit untuk kemudian disetorkan atau diperdengarkan kepada instruktur, atau kadang juga langsung ditanya tentang materi yang sudah diajarkan untuk memastikan CTKI menyerap dengan baik pelajaran bahasa Arab yang sudah disampaikan. Dengan segala kemampuan, para CTKI berusaha menghafal dan menguasai setiap unitnya, meskipun sering lupa, karena faktor usia yang sudah dewasa dan beban problematika hidup serta memori yang beraneka ragam masuk dalam benak para CTKI.
Kemudian penulis mendapatkan gambaran satu suasana pembelajaran di BLKLN MBA pada kesempatan lain, pada waktu itu instruktur yang bertugas adalah Ibu Iis Kairunnisa Nur, yang juga sebagai Kepala BLKLN MBA. Dalam proses pembelajaran tersebut para siswa (CTKI) diminta mempraktikkan satu persatu untuk berbicara apa saja bisa mengenai perkenalan, aktifitas sehari-hari, dan sebagainya. Bagi CTKI yang eks biasanya lebih lancar dan terlihat mengalir ketika berbicara bahasa Arab. Kemudian dilanjutkan ke materi percakapan. Masing-masing berpasang-pasangan. Di antara mereka ada yang cerita tentang pengalaman selama di BLKLN MBA, termasuk tentang masalah yang pernah dihadapi dan memecahkannya secara bersama-sama. Kemudian instruktur, Ibu Iis Khairunnisa Nur, menjelaskan sekilas tentang kebiasaan atau tradisi orang Arab Saudi yang merasa tidak nyaman ketika ada dua pekerja berbicara dengan bahasa Indonesia di dekat mereka, karena bisa disangka membicarakan mereka. Maka instruktur menyarankan dengan sangat agar CTKI ketika bertemu dengan sesama orang Indonesia lebih baik berbicara dengan bahasa Arab (Nur 2014).
Di sini, penulis merasa perlu menyampaikan bahwa pelatihan dan pembinaan bagi para instruktur yang akan terlibat sebagai pembentuk kompetensi berbahasa Arab CTKI sangat penting dan diperlukan, baik diselenggarakan oleh instansi pemerintah, swasta dengan asosiasi yang mewadahi PPTKIS, ataupun PPTKIS itu sendiri. Tentu saja pelatihan dan pembinaan itu harus mempunyai tujuan, prosedur, dan materi yang jelas dan terukur, sehingga harapannya dapat membekali para instruktur dengan pengetahuan dan pengalaman tersebut kemudian dapat langsung diterapkan oleh para instruktur dalam proses pembelajaran bahasa Arab di BLKLN-BLKLN yang ada. Kemudian juga dapat ditambah dengan pembekalan bagi instruktur pengetahuan tentang psikologi, karena bukannya tidak mungkin para CTKI punya masalah psikologis yang tidak bisa membuat konsentrasi dalam pelatihan/pembelajaran.
D. Pembelajaran Bahasa Arab di BLKLN MBA dalam Perspektif Teori Bahasa dan Pembelajaran Bahasa
Dasar utama dari CBLT adalah perspektif fungsional dan interaksional pada sifat bahasa (Richards and Rodgers 2014). Artinya, pembelajaran bahasa harus selalu dihubungkan dengan konteks sosial yang digunakan. Oleh karena itu, bahasa dipandang sebagai media interaksi dan komunikasi antara orang-orang yang ingin mencapai maksud dan tujuan yang spesifik.
Hal ini terutama berlaku untuk situasi ketika para pelajar harus memenuhi peran tertentu dengan kemampuan bahasa yang dapat diprediksi atau ditentukan untuk konteks yang relevan. Dalam kaitan ini, Competency-Based Language Teaching (CBLT) berakar dari pandangan behavioris tentang pembelajaran, yaitu bahwa �hidup sebenarnya membutuhkan beberapa jenis bahasa.� Aspek penting lainnya dari bahasa dan teori pembelajaran adalah apa yang disebut dengan �mosaic approach� (pendekatan mosaik) untuk pembelajaran bahasa. Mosaik ini berasumsi bahwa bahasa dapat dibagi ke dalam bagian-bagian yang tepat dan subbagian-bagiannya. Kompetensi komunikasi kemudian dibangun dari subbagian lalu disatukan dalam urutan yang benar. Semua aspek secara bersamaan menunjukkan bahwa CBLT, dalam beberapa hal, mirip dengan pembelajaran bahasa komunikatif (Richards and Rodgers 2014).
Disadari bahwa untuk menyiapkan sumber daya manusia yang dapat bertahan dan berkomunikasi praktis dalam era global maka pendidikan dan pelatihan, termasuk pendidikan dan pelatihan bahasa Arab untuk CTKI ke Timur Tengah di BLKLN, harus mampu memberi bekal yang memadai agar pembelajar/CTKI dapat berpartisipasi dan berinteraksi dengan baik dalam situasi dan kondisi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dan ini pada dasarnya merupakan perwujudan dari kehidupan dunia yang mengglobal. Kemampuan untuk mengambil bagian aktif dalam kehidupan ini dirumuskan dengan istilah kompetensi.
Dalam konteks di PT MBA, tujuan dalam pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Arab di BLKLN MBA tentu saja adalah agar para CTKI menguasai kompetensi komunikasi dalam sektor bidang kerja PLRT. Tujuan tersebut tertuang dalam kompetensi pembelajaran bahasa Arab yang ditetapkan sebagaimana dalam Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor: KEP.43/MEN/II/2005 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Tatalaksana Rumah.
E. Silabus Pembelajaran Bahasa Arab untuk CTKI
Sebelum memaparkan tentang silabus pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI, khususnya untuk CTKI di PT MBA, terlebih dahulu perlu dijelaskan beberapa pengertian tentang silabus. Di antaranya: pertama, silabus menurut pendapat Peter Salim adalah adalah garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pembelajaran (Salim 1987). Kedua, menurut pendapat Yulaelawati silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar (Yulaelawati 2004). Dan ketiga, menurut Mulyasa terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan (Mulyasa 2012).
Bentuk silabus CBLT yang sesuai untuk pembelajaran bahasa Arab bagi CTKI adalah silabus topik atau topical syllabus. Dalam silabus ini, materi dikembangkan berdasarkan topik-topik yang sesuai dengan pekerjaan dan kebutuhan masing-masing CTKI. Sebagai contoh, untuk CTKI yang akan bekerja sebagai penata laksana rumah tangga, topik-topik yang dipelajari meliputi percakapan di rumah, berbelanja di pasar/toko, keadaan di bandara, keadaan di rumah, keadaan di pasar, percakapan singkat di rumah dan di pasar, transaksi jual-beli barang kebutuhan rumah tangga, bepergian ke kolega dan rumah saudara, dan sebagainya yang berkaitan dengan pekerjaan penata laksana rumah tangga. Karena interaksi penata laksana rumah tangga dengan majikan sangat intens, maka topik lain yang harus ditambahkan adalah pengetahuan tentang adat istiadat orang Arab, budaya komunikasi, dan sikap yang baik pada saat bekerja dan istirahat.
Dalam PT MBA sendiri, pengetahuan tentang adat istiadat orang Arab, budaya komunikasi, hukum, dan sikap atau etika yang baik pada saat bekerja dan istirahat diajarkan sesuai dengan modul pelatihan penata laksana kawasan Timur Tengah yang diterbitkan oleh Direktorat Pemberdayaan Tenaga Kerja Luar Negeri, Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja, Kemnakertrans RI.
Untuk CTKI yang akan bekerja sebagai sopir, topik-topik materi yang dipelajari meliputi percakapan dalam perjalanan, percakapan di bandara, di rumah, di hotel, memahami rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan, tata cara parkir di berbagai tempat, liburan keluarga, berbelanja di toko, menginap di hotel, dan sebagainya. Untuk CTKI yang akan bekerja sebagai pramuniaga atau pelayan toko, topik-topik materi yang dipelajari seputar pekerjaan di toko/swalayan, kesantunan komunikasi, etika dalam transaksi, ihwal berbelanja, berlibur, dan sebagainya. Untuk CTKI yang akan bekerja sebagai perawat di rumah sakit, topik-topik yang dipelajari seputar pelayanan di rumah sakit, kesantunan komunikasi, ihwal berbelanja, berlibur, dan sebagainya. Demikian seterusnya semua topik materi yang harus dipersiapkan untuk calon CTKI yang akan bekerja di Timur Tengah. Setelah topik-topik dirumuskan, para pengajar dan tutor bahasa Arab harus memilih metode yang tepat untuk mengajarkan semua materi tersebut disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia.
Dalam konteks kurikulum dan silabus pembelajaran di PT MBA, sebagaimana pada Modul Pelatihan Penatalaksana Rumah Tangga Kawasan Timur Tengah (Direktorat Pemberdayaan TKI Luar Negeri, Direktorat Jenderal Binapenta Kemnakertrans RI), penyusunan kurikulum dan silabus sangat sederhana dan belum diurai secara rinci untuk pelaksanaan pembelajaran di lapangan dalam hal ini BLKLN. Dari sisi topik dan materi memang sudah mencakup kebutuhan-kebutuhan kompetensi berbahasa yang diperlukan oleh para CTKI dalam sektor penata laksana rumah tangga. Namun jika masih belum dijelaskan bagaimana komponen-komponen dalam silabus itu seharusnya diperlakukan, bukannya tidak mungkin akan mendapat masalah atau kendala dalam pembelajaran di lapangan. Hal ini akan sangat terasa terutama bagi para instruktur yang menjadi ujung tombak agar CTKI itu memiliki kompetensi yang diharapkan. Di samping itu, para instruktur juga tidak semua berlatar belakang bidang pendidikan atau pengajaran bahasa (bahkan mayoritas bidang pariwisata), maka kurikulum dan silabus meskipun berbeda dengan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan formal pada umumnya mesti diperhatikan dan ditelaah sebaik mungkin. Pelibatan para ahli dan praktisi sesuai bidangnya juga sangat ditekankan dan dimungkinkan. Ini barangkali membutuhkan kerja sama dan pengertian beberapa pihak yang berkepentingan. Tentunya silabus pembelajaran Bahasa Arab disesuaikan dengan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa untuk tujuan khusus (Al Arobiyyah Lighordhin Khosin)
F. PAIKEM sebagai Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi bagi CTKI
PAIKEM adalah model yang digunakan bersama metode tertentu disertai pengkondisian lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sehingga para siswa (pembelajar) mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan (Effendy 2005).
Berdasarkan pengamatan mendalam terhadap proses pembelajaran di PT MBA serta analisis kebutuhan peserta didik dan analisis lingkungan belajar, maka dapat disampaikan bahwa salah satu alternatif model pembelajaran bahasa Arab yang tepat diterapkan untuk para calon CTKI adalah model pembelajaran PAIKEM.
Karakter PAIKEM sendiri sebenarnya sudah tersurat di dalam namanya, yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (Effendy 2005). Dalam PAIKEM, digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, krativitas, dan kemadirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
G. Penerapan PAIKEM pada Pembelajaran Bahasa Arab untuk CTKI
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Kegiatan pembelajaran PAIKEM terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Dalam hal ini, guru atau instruktur bahasa Arab yang mengajar CTKI perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri, meskipun tentunya dalam waktu yang sangat terbatas.
1. Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka, dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi. Dalam kegiatan ini, guru bahasa Arab menyajikan contoh-contoh komunikasi yang baik dan benar dengan mempraktikkannya secara langsung di kelas secara berpasangan.
2. Kegiatan Tugas terstruktur
Bagi PPTKIS yang menerapkan sistem paket (1 sampai 3 bulan), kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran tetapi dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu, pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, ekplorasi dan simulasi.
3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek. PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferring, diharapkan peserta didik (CTKI) mampu mencapai kompetensi secara maksimal (Kemendiknas 2010b). CTKI di PT MBA mendapatkan pelatihan dan pembelajaran bahasa Arab karena tuntutan pekerjaan dan administrasi formal sebelum diberangkatkan ke Timur Tengah. Dalam proses pelatihan dan pembelajaran tersebut, sering kali CTKI merasa jenuh dan tidak bergairah karena alasan-alasan yang sudah disebutkan di atas. Pada prakteknya di lapangan, konsep pembelajaran PAIKEM belum sepenuhnya tampak.
H. Media Pembelajaran Bahasa Arab untuk CTKI
Media pembelajaran yang kurang memadai sering kali menjadi persoalan kritis dalam pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI. Karena kurangnya media pembelajaran yang memadai, tidak sedikit CTKI yang sudah bekerja di Timur Tengah tidak mampu berkomunikasi dalam bahasa Arab. Padahal, ada banyak media, antara lain CD interaktif yang dapat digunakan sebagai media yang menyertai pelajar di manapun dan kapanpun.
Media ini dapat menyertai calon CTKI setiap saat, baik ketika masih berada di Indonesia maupun setelah bertolak untuk bekerja di luar negeri. Pengajar bahasa Arab untuk CTKI dapat memanfaatkan berbagai macam media yang ada, di antaranya adalah CD (compact disk) interaktif. VCD juga merupakan media pembelajaran bahasa yang cukup efektif digunakan. Alat ini mirip dengan tip rekorder tetapi lebih lengkap. Tip rekorder hanya didengar, sementara VCD didengar dan dilihat. Saat ini, telah banyak program-program pembelajaran bahasa Arab yang dikemas dalam bentuk CD, namun untuk mengoperasikannya tidak cukup dengan VCD tetapi dengan komputer yang dilengkapi dengan multimedia. Beberapa program bahasa Arab yang dikemas dalam bentuk CD. Karena banyaknya kasus yang melibatkan TKW asal Indonesia, selain CD interaktif yang berisi materi bahasa Arab, saat ini telah tersedia CD interaktif yang digagas oleh Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSDBM) yang berisi panduan untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI), calon, mantan, keluarga, atau pegiat TKI. Konten informasi yang dimuat dikemas dalam media yang interaktif. CD interaktif untuk TKI tersebut berisi pendidikan interaktif dalam berkas flash. Melalui dukungan Yayasan Tifa, CD interaktif tersebut digandakan sebayak 1000 keping dan didistribusikan ke berbagai pihak terkait isu CTKI. Proses produksi CD interaktif melibatkan tim yang terdiri dari Randy sebagai programmer flash, Prima Sulistya dan Fathulloh sebagai penyusun bahan, Jarot JW sebagai perancang naskah, Irvan Muhammad sebagai perancang gambar ilustrasi, Muhammad Irsyadul Ibad sebagai pengawas produksi, serta beberapa pihak pendukung lain. Proses produksi juga melibatkan CTKI di beberapa negara, beberapa mantan, dan organisasi CTKI seperti Seruni Banyumas dan Paguyuban Mekarwangi untuk menambahkan bahan. Media pembelajaran interaktif ini diharapkan bisa memperkaya pengetahuan pelbagai pihak terkait isu CTKI. Informasi yang diakses lebih luas dan dari beragam media oleh masyarakat, akan membuka lebih banyak pihak lain untuk ikut mendesak perbaikan kebijakan terkait CTKI.
I. Keterampilan Berbahasa Arab dan Materi Pembelajaran Bahasa Arab untuk CTKI di PT MBA
Keterampilan yang ingin dicapai dalam pembelajaran atau pelatihan bahasa Arab di PT MBA mengacu pada standar kompetensi kerja nasional yang sudah digariskan. Standar Kompetensi Kerja Nasioal Indoesia (SKKNI) Bahasa Arab sektor bidang Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) tersebut berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor: KEP.43/MEN/II/2005 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Tatalaksana Rumah Tangga.� Standar kompetensi CTKI di PT MBA menggunakan acuan SKKNI ini dalam menyusun target dan materi pembelajaran bahasa Arab. Sementara instansi pemerintah lain, yaitu Dirjen PAUDNI Kemdikbud juga merancang draft keterampilan yang harus dimiliki bagi CTKI PLRT. Keterampilan bahasa Arab yang harus dimiliki oleh CTKI, khususnya untuk penata laksana rumah tangga (PLRT), adalah sebagai berikut (Kemendiknas 2010a).
1. Keterampilan dasar
a) Berkomunikasi untuk transaksi sederhana dalam bahasa Arab
b) Berbicara bahasa Arab dengan anggota keluarga pemilik rumah
c) Menulis angka, kata-kata, dan kalimat sederhana dalam bahasa Arab
2. Kompetensi yang diperlukan
a) Berkomunikasi dalam bahasa Arab dengan anggota keluarga pemilik rumah
b) Mampu berdialog tentang penggunaan alat-alat rumah tangga
c) Mampu berdialog tentang situasi membuat makanan/minuman
d) Mampu berdialog tentang situasi menyiapkan makanan/minuman
e) Mampu berdialog saat menerima tamu
f) Berbicara bahasa Arab di telepon
g) Berbicara bahasa Arab di Child Care
h) Berbicara bahasa Arab untuk perawatan bayi
i) Berbicara bahasa Arab untuk perawatan lansia
j) Berbahasa Inggris di luar rumah
3. Kompetensi tambahan
a) Memahami kontrak pekerjaan yang ditulis di dalam bahasa Arab
b) Berbahasa Inggris ketika berhadapan dengan petugas bank atau dalam keadaan tertentu
c) Untuk percakapan sehari-hari dengan anggota keluarga pemilik rumah, elemen bahasa yang digunakan adalah sebagai berikut.
d) Gunakan kalimat sederhana dari data pribadi
e) Gunakan kata-kata yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari
f) Gunakan kalimat sederhana untuk pekerjaan sehari-hari
g) Merespon permintaan anggota keluarga pekerjaan sehari-hari
h) Gunakan kalimat sederhana untuk mengekspresikan kondisi diri
Sebagaimana penulis paparkan di atas bahwa ada beberapa PPTKIS yang juga mempunyai BLKLN, termasuk PT MBA mempunyai BLKLN sendiri. BLKLN ini juga membuat buku panduan yang berisi materi-materi pelatihan untuk mempersiapkan skill yang digunakan untuk bekerja di Negara Timur Tengah tujuan, termasuk juga materi bahasa Arab.
Penyusunan materi ini adalah berdasarkan pedoman modul pelatihan penatalaksana rumah tangga kawasan Timur Tengah yang telah disusun oleh Direktur Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Kementerian Tenaga Kerja dengan mengacu pada Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor: KEP.43/MEN/II/2005 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Tatalaksana Rumah Tangga dan Transmigrasi RI. Dalam penyusunan modul tersebut, Direktorat Jenderal Binapenta Kemnakertras RI bekerja sama dengan Asosiasi Pengelola Pelatihan Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri (AP2TKILN). Di samping itu juga, sebenarnya ada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Bahasa Arab yang menjadi acuan dari Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, Kemdikbud RI sebagaimana dipaparkan di atas.
Materi-materi yang disusun dan diajarkan bagi CTKI di BLKLN MBA diberi judul �Buku Panduan Tenaga Kerja Indonesia�. Buku panduan ini masih menggunakan edisi 2011, belum ada pembaharuan ataupun revisi terhadap isi buku tersebut. Menurut rencana, ke depan akan diadakan perbaikan atau revisi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang ada (BLKLN 2014c).
Buku panduan ini di samping berisi materi pembelajaran bahasa Arab, juga materi-materi lainnya, seperti motivasi dan mental baby sister dan governess, tatalaksana rumah tangga, pembekalan akhir pemberangkatan (PAP). Untuk materi bahasa Arab, disusun menjadi per unit, dengan jumlah keseluruhan ada 24 unit. Kemudian ditampilkan juga soal-soal latihan ujian tulis bagi internal PT MBA, dan ujian tulis eksternal oleh Lembaga Serifikasi Profesi (LSP) sebagai bahan evaluasi pembelajaran bahasa Arab yang pembahasannya nanti tersendiri setelah pembahasan materi-materi pembelajarn bahasa Arab di PT MBA.
J. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di PT MBA
Perlu ditegaskan kembali di sini bahwa materi pembelajaran bahasa Arab di PT MBA adalah bahasa Arab �amiyyah (pasaran) atau bahasa keseharian orang-orang Arab, terutama Arab Saudi, meskipun kadang disinggung sedikit bahasa fusha oleh instruktur. Maka strategi pembelajarannya tidak sebagaimana pembelajaran bahasa Arab fusha, yang juga membahas nahwu saraf (qowa�id) secara tersendiri.
Dalam observasi yang dilakukan penulis, pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI di PT MBA bertujuan terfokus pada penguasaan kemahiran berbicara, dan secara otmatis juga kemahiran mendengarkan. Untuk kemahiran membaca dan menulis tidak menjadi tujuan utama, karena beberapa CTKI juga tidak bisa membaca dan menulis dengan huruf Arab. Cara penyampaian penulisan dan pembacaan juga bukan dengan tulisan/huruf Arab, tetapi dengan tulisan/huruf latin. Sehingga buku panduan pembelajaran pun menggunakan tulisan/huruf latin. Penulis tidak melihat ada penulisan dengan tulisan/huruf Arab. Pembelajaran di sana lebih banyak ke arah penguasaan mufrodat (kosa kata), ungkapan atau dialog harian, dan juga mendengarkan mufrodat dan ungkapan harian tersebut sesuai dengan kebutuhan CTKI bidang kerja PLRT.
Oleh karena itu, dapat disampaikan bahwa strategi pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI di PT MBA ini lebih kepada: 1) strategi pembelajaran kosa kata, 2) strategi pembelajaran berbicara, dan 3) srategi pembelajaran mendengarkan.
Pertama, pembelajaran kosa kata. Para ahli pembelajaran berbeda-beda pendapat mengenai makna bahasa serta tujuan pengajarannya, namun mereka sepakat bahwa pembelajaran mufrodat adalah penting yang merupakan tuntutan dan syarat dasar dalam pembelajaran bahasa asing. Dan sesungguhnya siswa yang sedang belajar bahasa apapun dituntut untuk mengetahui mufrodat bahasa yang sedang dipelajari, tanpa mengetahui mufrodat kiranya sulit bahkan tidak mungkin siswa akan mampu menguasai keterampilan berbahasa dimaksud. Atau boleh dikatakan diawal pembelajaran siswa harus diarahkan untuk memperoleh penguasaan mufrodat dengana baik.
Namun dari pengertian diatas, bisa dikatakan bahwa muara dari pembelajaran kosa kata adalah menguasai kosa kata dan menggunakannya dalam komunikasi sesungguhnya. Dalam prakteknya di PT MBA, pembelajaran bahasa Arab untuk para CTKI juga pada awal-awal lebih menekankan penguasaan kosa kata yang sudah disiapkan dalam buku panduan secara unit per unit.
Strategi pembelajaran mufradat untuk CTKI di PT MBA didesain sedemikian rupa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Maka buku panduan TKI di PT MBA sangat didominasi dengan mufradat-mufradat yang dibutuhkan oleh CTKI untuk pekerjaan bidang PLRT. Mufradat-mufradat itu harus hafal dan dikuasai sebelum nantinya dipraktekkan secara perlahan-lahan. Maka instruktur sering menugaskan para CTKI, sebelum masuk kelas, di asrama harus sudah menghafalkan mufrodat sesuai dengan unit yang akan dipelajari dalam pertemuan di kelas nanti. Tidak jarang CTKI merasa mengeluh dengan hafalan tersebut. Pasalnya, mereka sudah banyaak persoalan dan problem kehidupan yang dihadapi. Memang mereka bukan usia anak-anak lagi, tetapi sudah menjadi orang dewasa, bahkan orang tua.
Persoalan atau kendala di atas dapat diminamalisir dengan motivasi dan arahan kepada mereka bahwa agar bisa berangkat kerja ke Timur Tengah mesti lulus ujian kompetensi, yang akan dilakukan secara lisan dan tertulis oleh LSP independen. Maka usaha penguasaan mufradat sangat mutlak dan sebuah keharusan. Di samping itu, beberapa evaluasi juga dengan menulis, menyebutkan, dan mengartikan kosa kata sebanyak-banykanya sesuai yang dipelajari di BLKLN. Tentunya tidak persis sama mufradat yang diujikan. Penguasaan mufradat pada awal-awal pertemuan di PT MBA sangat ditekankan sesuai dengan tema perunit.
Di dalam kelas sendiri, instruktur akan memonitor dan menanyakan kembali hafalan atau penguasaan mufradat yang sudah ditugaskan satu persatu, bahkan kadang-kadang disetorkan dihadapan instruktur. Hal ini untuk memastikan bahwa mereka benar-benar serius dan belajar di luar kelas (Nur 2014).
Terkait dengan prinsip-prinsip pemilihan mufradat, PT MBA berusaha memilih mufrdat-mufradat sesuai dengan pembelajaran bahasa Arab tujuan khusus dalam hal ini PLRT dan prinsip-prinsip pemilihan mufradat sebagaimana disebut di atas. Tetapi untuk prinsip urubah (memilih kata-kata Arab) tidak selalu harus dilakukan untuk CTKI bidang PLRT, namun lebih ke prinsip yang lainnya sesuai dengan kebiasaan orang Arab dalam hal ini majikan (user). Seperti madam, bebi, dan sebagainya tetap mengunakan kata yang aslinya (dalam hal ini bahasa Inggris) dan lumrah dalam lingkugan keluarga Arab.
Kemudian menurut pengamatan penulis, mufradat yang ditulis dan diajarkan di PT MBA tersebut masih perlu ditambahkan, karena masih banyak juga yang belum dituliskan dalam buku panduan itu, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan bahasa para CTKI.
Dalam strategi pembelajaran mufradat di PT MBA, instruktur menggunakan beberapa cara: 1) menampilkan langsung atau menggunakan media benda aslinya, seperti miknasah kahrubaiyyah, lambah, taqwim, surah, jaridah, dan sebagainya; 2) peragaan tubuh, seperti jibi li moyah; 3) bermain peran, seperti menjadi madam dan khadimah; 4) mengulang-ulang bacaan; dan 5) menerjemahkan ke dalam bahasa CTKI, Indonesia. Instruktur juga perlu mencoba cara-cara lain seperti mencari lawan kata, mencari sinonim, dan sebagainya.
Kedua, strategi pembelajaran berbicara. Kemampuan untuk menyusun kata-kata yanag baik dan jelas mempunyai dampak yang besar dalam hidup manusia. Baik untuk mengungkapkan pikiran-pikirannya ataupun memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Berbicara dengan bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang menjadi tujuan dari beberapa tujuan pengajaran bahasa. Sebagaimana bicara adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam beberapa literatur, langkah-langkah pembelajaran kalam biasanya dibagi sesuai dengan level atau kemampuan para pembelajarnya. Berbeda dengan pembelajaran kalam untuk CTKI di PT MBA, semua CTKI tetap akan berada pada level yang sama. Karena di samping tujuan yang sudah jelas, yaitu kemampuan berbicara keseharian dalam bidang kerja PLRT sesuai dengan program yang sudah ditentukan, juga untuk pengelolaan pembelajaran para CTKI agar lebih sederhana dan memudahkan secara teknis. Instruktur mensiasati bagi CTKI yang kira-kira lemah dalam percakapan akan diberi treatment dan pendampingan khusus, juga akan dibantu oleh para CTKI eks.
Dalam konteks evaluasi di BLKLN MBA, pertama dari internal BLKLN sendiri, evaluasi internal ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan materi atau keberhasilan belajar para CTKI, kemudian tes terakhir yang dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) independent (Kemendiknas 2010a). LSP ini diberi kewenangan dan ditunjuk Badan Nasional Sertifikasi Propesi (BNSP). Ujian yang dilakukan LSP ini yang menentukan dan menuntut keseriusan CTKI agar lulus ujian kompetensi dan dibuktikan dengan sertifikat kompetensi sebagai syarat untuk bekerja di Timur Tengah.
Kemudian penulis berkesempatan mengamati proses evaluasi pembelajaran CTKI yang berupa ujian lisan dan tulis oleh sebuah LSP bernama LUK. Lokasi ujian tersebut di BLKLN Abul Pratama jaya, sebuah BLKLN resmi yang dekat dengan BLKLN MBA. Karena memang jadwal ujian itu secara sistem bertepatan berlokasi di BLKLN Abul Pratama Jaya. Evaluasi ini berbentuk ujian kompetensi sertifikasi yang merupakan persyaratan administrasi formal bagi seorang CTKI sebagaimana disebut di atas. Materi ujian adalah semua materi yang diajarkan ketika pelatihan dan pembelajaran di BLKLN masing-masing, termasuk bahasa Arab. Untuk bahasa Arab, ada ujian lisan dan tulis. Ujian tulis lebih banyak menanyakan tentang kosa kata dan menterjemahkan perintah-perintah terkait bidang PLRT. Sementara ujian lisan dilakukan lebih banyak berpasang-pasangan, dengan skenario satu jadi khaadimah dan satu jadi Madam (majikan), tentu saja temanya adalah percakapan tentang pekerjaan keseharian sebagai PLRT (BLKLN 2014b).
Penulis berpendapat sebenarnya bentuk ujian sudah ideal, karena benar-benar akan dinilai sesuai dengan hasil ujian tersebut secara objektif. Jika tidak lulus, berarti belum mampu berkomunikasi dengan baik dan diharuskan mengikuti pembelajaran lagi di BLKLN PPTKIS di mana CTKI itu mendaftar. Karena menurut Kepala BLKLN MBA, Ibu Iis Khairunnisa Nur, jika belum lulus/belum melalui proses pembelajaran atau pelatihan, kemudian ada LSP yang meluluskan, maka LSP tersebut akan kena sangsi dari BNP2TKI (Nur 2014).
J. Tambahan Materi Penunjang di PT MBA
Setelah Proses pembelajaran dan evaluasi selesai, dalam buku panduan TKI di BLKLN MBA memberikan materi, informasi penunjang dan beberapa hal penting untuk kesiapan proses-proses selanjutnya, yaitu:
1. Pembekalan akhir pemberangkatan (PAP), yang meliputi:
a) kewajiban bagi majikan (user),
b) larangan bagi majikan (user),
c) kewajiban sebagai TKI di Timur Tengah,
d) hak dan larangan bagi TKI,
e) hal-hal yang perlu diketahui TKI,
f) perpanjangan kontrak kerja,
g) kebiasaan dan kondisi kontrak kerja, dan
h) cara melindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Kamus kecil sebagai pengingat sederhana dan cepat jika sewaktu-waktu CTKI lupa kosa kata yang sudah diajarkan selama proses pembelajaran bahasa Arab.
Materi tambahan pendukung tersebut merupakan materi yang diadopsi dari ketentuan yang disosialisasikan melalui buku saku tentang panduan bagi TKI di Timur Tengah. Materi tersebut berbentuk buku yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Kemenakertrans RI tahun 2005 (Kemnaker 2005). Penulis berpendapat buku saku itu praktis dan berguna bagi CTKI, mengingat isinya yang informatif dan rinci mengenai hal-hal tentang TKI sebagaimana disebutkan di atas. Namun buku saku tersebut, tidak disertakan dengan ungkapan-ungkapan berbahasa Arab sehari-hari yang biasa digunakan di Timur Tengah.
Oleh karena itu, kamus kecil yang disertakan dalam buku panduan TKI, edisi 2011 BLKLN MBA merupakan sebuah usaha yang patut diapresiasi. Meskipun kosa kata yang ada belum terlalu kaya dengan istilah-istilah di bidang pekerjaan PLRT. Ke depan, alangkah baiknya jika dibuat kamus saku tersendiri (kamus yang bisa dibawa kemana-mana) -sebagai pegangan khusus untuk CTKI-yang di dalamya juga memuat ungkapan-ungkapan bahasa Arab harian yang biasa digunakan dalam bidang PLRT atau ditambah bidang-bidang yang lain. Hal ini barangkali akan sangat membantu CTKI nanti ketika berada di Timur Tengah di mana CTKI bekerja.
Kesimpulan
Setelah penulis mendeskripsikan dan menganalisis dengan uraian-uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, secara garis besar ada dua poin penting sebagai berikut: 1. Penyiapan penguasaan kompetensi CTKI ke Timur Tengah adalah suatu keharusan, termasuk kompetensi tentang budaya dan bahasa negara tujuan. Hal ini disebagaiamana termaktub dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri pasal 42. PT MBA menyadari akan undang-undang itu, maka dasar hukum kegiatan pembelajaran itu adalah UU sebagaimana dimaksud. 2. Beberapa komponen yang saling terkait dalam membentuk sistem pembelajaran bahasa Arab untuk CTKI di PT MBA adalah sebagai berikut: Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah agar para CTKI mampu berkomunikasi dengan bahasa Negara Timur Tengah tujuan tempat mereka bekerja. Secara khusus tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah mampu berkomunikasi lisan (berbicara) disesuaikan dengan kelompok pekerjaan atau profesi CTKI yang akan diberangkatkan ke Timur Tengah. Secara spesifik, pembelajaran bahasa Arab di PT MBA lebih ke bahasa Arab yang berkaitan dengan bidang kerja PLRT.
Abdun, Fadli Ahmad. 2013. Wawancara Pembelajaran Bahasa Arab. Jawa Timur.
BLKLN, MBA. 2014. Modul Pelatihan Penatalaksana Rumah Tangga Kawasan Timur Tengah.
BLKLN, MBA. 2014. Observasi Lapangan Dan Wawancara Dengan Penguji Bernama Bapak Nur Hasyim Jamil Dan Kosasih. Jakarta.
BLKLN, MBA. 2014. Wawancara Dengan Manajer Operasional PT MBA Dan Ketua BLKLN MBA.
Effendy, Ahmad Fuad. 2005. �Metodologi Pengajaran Bahasa Arab.� Malang: Misykat 35. Google Scholar
Hermawan, Acep, and Chaedar Alwasilah. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. PT Remaja Rosdakarya. Google Scholar
Kemendiknas. 2010. Konsorsium Bahasa Arab, Draft SKKNI Bahasa Arab Untuk Penata Laksana Rumah Tangga Keluarga. Jakarta.
Kemendiknas. 2010. Pembelajaran Berbasis PAIKEM (CTL, Pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Tematik). Jakarta.
Kemnaker. 2005. Panduan Bagi TKI Di Timur Tengah, Direktorat Jenderal Pembinaan Dan Penempatan Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI. Jakarta.
Mulyasa, Enco. 2012. �Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.� Google Scholar
Nur, Iis Khairunnisa. 2014. Observasi Terhadap Suasana Pembelajaran Bahasa Arab Yang Diampu Oleh Instruktur.
Richards, Jack C., and Theodore S. Rodgers. 2014. Approaches and Methods in Language Teaching. Cambridge university press. Google Scholar
Salim, Peter. 1987. Advanced English--Indonesian Dictionary. Modern English Press. Google Scholar
Sokah, Umar Asasuddin. 1982. Problematika Pengajaran Bahasa Arab Dan Inggris. Nur Cahaya. Google Scholar
Suhartin, Hilmiyati; 2014. Wawancara Dengan CTKI.
Yulaelawati, Ella. 2004. �Kurikulum Dan Pembelajaran Filosofi Teori Dan Aplikasi.� Bandung: Pakar Raya. Google Scholar
Copyright holder: Abu Nasir (2022)
|
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
|
This article is licensed under: |