Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 2, Februari 2022
PERANCANGAN DAN PENGGAMBARAN
PROPELLER DENGAN PENDEKATAN SOFTWARE HYDROCOMP PROPCAD
Slamet Wahyudi, Ruslan Arief, Priyonggo
Syamrahmadi
Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut Jakarta Selatan, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Sistem propulsi
kapal terdiri dari tiga komponen utama yaitu motor penggerak utama, sistem
transmisi dan alat gerak. Ketiga komponen utama ini merupakan suatu kesatuan
yang didalam proses perencanaannya tidak dapat ditinjau secara terpisah. Alat
gerak kapal disini adalah propeller, propeller adalah komponen
utama dalam menggerakkan suatu kapal. Dalam mendesain suatu propeller, ada
beberapa tahapan yang harus dilaksanakan yaitu menghitung tahanan total kapal
(RT) dan kebutuhan power kapal beserta losses yang diterima dalam
sistem propulsi kapal. Dalam tulisan ini dilaksanakan desain propeller pada
kapal tipe AT 117 meter dengan menggunakan software Propcad. Propcad
adalah perangkat lunak yang digunakan untuk mendesain gambar tampilan propeller
dengan tampilan 2D dan 3D serta menghasilkan desain gambar dengan ukuran
sebenarnya yang ditampilkan dalam format CAD. Data yang digunakan berasal dari
data hasil perhitungan MARIN DESP Program. Kesimpulan dari tulisan ini adalah
adalah propeller yang cocok digunakan pada kapal tipe AT 117 meter dan diolah
dengan MARIN DESP Program dan diinputkan ke dalam software propcad
adalah diameter propeller sebesar 2.5 meter dengan 4 blade dan mempunyai (P/D)
sebesar 0.937, AE/A0 sebesar 0.786 dan revolution sebasar 305 rpm.
Kata Kunci: tahanan kapal; propulsi kapal; propeller; propcad
Abstract
Ship propulsion system consists of three main components, namely the main
drive motor, transmission and locomotor system. The third major component of an
entity that is in the planning process can not be
viewed in isolation. Locomotor ship here is the propeller, propeller is a major
component in moving a ship. In designing a propeller, there are several steps
that must be done is to calculate the total resistance of ships (RT) and the
need for ship power�s and received losses in ship propulsion system. In this
paper carried out the design of the propeller on the ship type AT 117 meters by
using software propcad. Propcad
software is used to design a propeller display with 2D and 3D design and
produce images with the actual size shown in CAD format. The data used are
derived from data on the calculation MARIN DESP Program. The conclusion of this
paper is a propeller that is suitable for use on the ship type AT 117 meter and
treated with MARIN DESP Program and entered into the software propcad is the propeller diameter of 2.5 meters with a 4
blade and has a (P/D) of 0937, AE / A0 of 0.937 and revolution 305 rpm.
Keywords: ship resistance;
propulsion; propeller; propcad
Pendahuluan
Sistem
propulsi adalah rangkaian sistem pada kapal yang digunakan untuk menggerakkan
suatu kapal. Dalam operasinya di laut, suatu kapal harus memiliki kemampuan
untuk mempertahankan kecepatan dinas (Vs) seperti yang direncanakan. Hal ini
mempunyai arti bahwa, kapal haruslah mempunyai rancangan sistem propulsi
(penggerak) yang dapat mengatasi keseluruhan gaya-gaya hambat (total resistance) yang terjadi agar
memenuhi standar kecepatan dinasnya.
Secara umum,
sistem propulsi kapal terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yaitu motor penggerak
utama (main engine), sistem transmisi
dan alat gerak (propulsor). Ketiga
komponen utama ini merupakan suatu kesatuan yang didalam proses perencanaannya
tidak dapat ditinjau secara terpisah. Alat gerak kapal disini adalah propeller,
propeller adalah komponen utama dalam menggerakkan suatu kapal.
Dalam
mendesain suatu propeller, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan yaitu
menghitung tahanan total kapal (RT) dan kebutuhan power kapal beserta losses yang diterima dalam sistem
propulsi kapal. Dalam menghitung kebutuhan power dari suatu kapal dapat
digunakan dua metode yaitu perhitungan secara numerik dan dengan uji model
melalui percobaan di laboratorium. Dalam tulisan ini akan dilaksanakan
pendesainan dan penggambaran propeller dari
suatu kapal dengan menggunakan software Propcad.
1.
Tahanan
Kapal
Tahanan
kapal pada suatu kecepatan adalah gaya fluida yang bekerja berlawanan dengan
gerakan kapal tersebut. Tahanan tersebut akan sama dengan komponen gaya fluida
yang bekerja sejajar dengan sumbu gerakan kapal. Melihat bahwa kapal bergerak
di bidang fluida cair yang nilai kerapatan massanya lebih besardari udara
sehingga semakin besar kecepatan dan dimensi suatu kapal maka semakin besar
pula energi yang dibuang untuk menghasilkan energi berupa gelombang (wave), gelombang inilah yang kemudian
bergesekan dengan lambung kapal dan arahnya melawan arah kapal sehingga
menimbulkan gaya berlawanan.
Perhitungan
tahanan kapal ini sangatlah penting sekali dan diharapkan seakurat mungkin
dalam arti tidak kurang dan tidak lebih karena mempengaruhi aspek-aspek dari
segi biaya investasi, efisiensi, biaya perawatan, biaya operasional, persaingan
ekonomis dan lain - lain. Oleh karena itu berbagai macam cara digunakan oleh
para desainer kapal untuk memprediksi besar daya dari suatu kapal dengan hasil
seakurat mungkin dengan menentukan besar tahanan total yang bekerja pada suatu
kapal.
Tahanan
total (RT) yang dialami kapal terdiri dari sejumlah komponen tahanan yang
berbeda, yang diakibatkan pula oleh berbagai macam penyebab dan saling
berinteraksi. Tahanan total (RT) yang dialami kapal terdiri dari sejumlah
komponen tahanan yang berbeda yang diakibatkan oleh berbagai macam penyebab dan
saling berinteraksi.Untuk menjelaskan masalah tahanan secara praktis, maka
dapat diuraikan menjadi beberapa komponen utama sebagai berikut:
Gambar 1
Gaya � gaya yang bergerak pada sistem penggerak
Tahanan
total (RT) yang dialami kapal terdiri dari sejumlah komponen tahanan yang
berbeda yang diakibatkan oleh berbagai macam penyebab dan saling berinteraksi.Untuk
menjelaskan masalah tahanan secara praktis, maka dapat diuraikan menjadi
beberapa komponen utama sebagai berikut:
a) Tahanan
Gesek (RF)
b) Tahanan
Sisa (RR)
c) Tahanan
Viscous (Rv)
d) Tahanan
Tekanan (Rp)
e) Tahanan
Gelombang (RW)
f) Tahanan
Appendage (RAPP)
g) Tahanan
Kekasaran
h) Tahanan
Udara (RA)
i) Tahanan
Daun Kemudi
2.
Propulsi
kapal
Propulsi
kapal membicarakan tentang gaya dorong atau lebih dikenal sebagai gaya
penggerak atau propulsive force dari
kapal. Agar kapal dapat bergerak dengan suatu kecepatan yang dikehendaki, maka
gaya lawan yang dialami kapal tersebut harus diatasi oleh gaya lain yang
mendorong kapal agar dapat bergerak sesuai arah kecepatannya. Gaya lain
tersebut adalah gaya penggerak dari kapal. Untuk dapat mengetahui sistem
propulsi yang baik, perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut:
a) Alat
propulsi dari sistem propulsi kapal yang akan memberikan gaya dorong atau thrust pada kapal. Alat propulsi yang
umum dan banyak digunakan di kapal adalah alat propulsi mekanis baling � baling
atau screw propeller. Gaya dorong
dari kapal diperoleh dari gaya angkat atau lift
yang dialami oleh daun baling � baling pada waktu baling�baling berputar di
dalam air.
b) Sumber
tenaga yang didapat dari bekerjanya mesin penggerak pokok kapal. Dengan tenaga
ini dapat dihasilkan gaya dorong dari alat propulsi tadi. Jadi alat propulsi
mekanis hanya dapat bekerja dengan bantuan mesin penggerak atau main engine yang sesuai dengan kecepatan
yang dikehendaki.
Badan
kapal atau hull berkaitan juga dengan
propulsi kapal. Jadi secara singkat suatu kapal dengan kecepatan yang telah
ditentukan dengan ukuran � ukuran kapal akan dapat diperoleh bentuk badan
kapal, sehingga akan dapat diketahui berapa besarnya tenaga yang dibutuhkan
dari mesin penggerak pokok dan perencanaan alat propulsinya.
3.
Pemilihan
Propeller
Dalam
memilih propeller, ada beberapa karakteristik yang harus diperhatikan dan akan
menjadi pertimbangan utama, yaitu: type
propeller, diameter propeller, pitch ratio dan jumlah daun propeller tersebut.
Dalam
memilih tipe propeller yang mempunyai
tingkat efisiensi paling optimal dapat dicari dengan menggunakan Bp-δ
diagram. Langkah � langkah yang dilakukan dalam menentukan propeller adalah sebagai berikut:
a. Menghitung
Bp
𝐵p = Np
. √Ps Va5⁄2
dimana
:
Np =
Putaran propeller (rpm)
Putaran
tersebut dimana besarnya merupakan putaran pokok motor induk setelah direduksi
oleh Gear Box dengan tujuan untuk menghasilkan putaran yang rendah.
Va = Speed of advance� �(knots)
Ps =
Daya pada propeller (hp)
b. Memotong
Bp dengan optimum line propeller of efficiency
c. Membaca
(P/D)0 dan nilai δ0
d. Menentukan
harga D0
𝐷 = �0 . Va Np
e. Menentukan
harga DB, dimana untuk kapal yang menggunakan :
Single screw������ ; DB = 0.95 . DO
Double screw���� ; DB = 0.97 . DO
f. Menghitung
δB
𝐷 = DB . Np Va
g. Memotongkan
Bp semula dengan nilai δB, kondisi ini sudah berada di belakang kapal (behind the hull).
h. Membaca
(P/D)0 dan efisiensi
Gambar 2
Bp-δ diagram B4 � 70
4.
Kavitasi
Kavitasi
adalah suatu proses dinamik suatu elemen daun bila tekanan menurun sampai ke
tekanan jenuh pada tempat itu. Akibat dari adanya kavitasi ini, akan timbul
gelembung kavitet- kavitet.
Gelembung
� gelembung tersebut akan pecah bila meninggalkan tempat karena tekanan
sekeliling naik. Kemudian terbentuk lagi kavitet kecil dan pecah demikian
seterusnya sehingga terjadi di semua daerah tempat kavitasi. Pecahnya butir- butir gelembung (kavitet) akan
disertai gaya kecil, tetapi karena bekerja di suatu titik yang sangat kecil
maka tegangan yang terjadi ditempat itu akan cukup tinggi. Akibat lain dari
kavitasi adalah menurunnya gaya dorong propeller dan getaran pada badan badan
kapal (hull vibration). Turunnya gaya dorong menjadikan daya yang perlu
tersedia harus lebih besar agar kecepatan yang direncanakan dapat tercapai.
Berikut adalah perhitungan untuk mendapatkan angka kavitasi.
a) Menentukan
angka kavitasi dengan Burril�s Diagram
dimana :
h = Kedalaman poros propeller dari permukaan air laut sarat air � tinggi poros
propeller (m)
D� = Diameter
propeller (m)
n�� = Putaran
propeller�� (rps)
Va = Speed of
advance� (m/s)
Setelah
mendapatkan angka kavitasi (σ0.7R), kemudian diplotkan ke Burril�s diagram dengan cara menarik
garis σ0.7R ke daerah batas kavitasi yang telah ditentukan, sehingga
diperoleh harga TC dari diagram.
b) Menentukan
angka kavitasi dengan perhitungan. Skala perbandingan antara propeller thrust per sq.in dan dynamic pressure atau disebut dengan thrust coefficient (TC) adalah sebagai
berikut:
dimana
:
T = Thrust deduction factor (kN)
PE = Effective horse power (kW)
Vs =
Service speed (m/s)
Ap =
Luas proyeksi daun (m2)
Q0.7R
= Tekanan dinamis pada 0.7 jari � jari ujung
=
kecepatan air pada 0.7R propeller
(𝑉𝑟0.7R)2
= 𝑉𝑎2 + (0.7 . 𝜋 . 𝑛 . 𝐷)2
dimana:
AP��������� = AD (1.067 � (0.229 . P/DB))
AD�������� = luas kembang daun
baling
� baling
c) Dari Burril�s diagram akan didapat kurva
yang
sesuai dengan propeller type Wageningen. Yang
mana urva yang dipilih tersebut merupakan kurva yang disarankan untuk
baling-baling kapal. type Wageningen. Hal
ini berarti bahwa untuk menghindari kavitasi yang berlebihan dan erosi dalam
pelayaran dilaut maka baling-baling kapal tersebut harus berada di bawah kurva
tersebut. Sehingga syarat bebas kavitasi adalah sebagai berikut :
𝜏C Diagram > 𝜏C Perhitungan
Gambar 3
Diagram Kavitasi (Burrill)
5.
Propeller
Ganda (Twin Screw)
Pemilihan
jumlah propeller yang bekerja pada
kapal tergantung pada faktor-faktor dan batasan operasional. Faktor-faktor
tersebut antara lain yaitu jumlah daya yang ditransmisikan, sarat kapal,
batasan diameter, posisi, tinggi dan type
mesin induk dan batasan keamanan yang diinginkan (misalnya dalam kasus
dimana agar kapal dapat tetap berjalan meskipun satu mesin induknya rusak), selain
itu faktor yang juga menjadi acuan adalah investasi awal, biaya operasional,
efisiensi propulsi dan lain-lain.
Pada
dasarnya besar gaya dorong T yang dihasilkan oleh masing-masing propeller akan sama dengan gaya dorong
total TTOTAL yang diperlukan untuk menggerakkan kapal pada kecepatan Vs. Hal
ini akan ditunjukkan dalam besarnya koefisien beban gaya dorong (thrust load coefficient) yaitu
koefisien yang menunjukkan gaya dorong per area unit dari propeller.
Koefisien
beban gaya dorong untuk satu propeller:
Sedangkan
koefisien beban gaya dorong untuk dua propeller:
Karena D1 =
D2, maka D 2 + D 2 = 2D2, atau
Dari
persamaan-persamaan diatas yang menunjukkan bahwa besarnya gaya dorong total
dua propeller sama dengan jumlah dari dua gaya dorong dari masing-masing propeller. Begitu pula untuk daya
efektif PE dalam hubungannya dengan penggunaan dua propeller dapat ditunjukkan dalam perumusan berikut :
Karena D1 =
D2, maka D 2 + D22 = 2D2, sehingga untuk dua propeller berlaku
sehingga, PE
TOTAL = 2PE 1 PROP
Melihat
dari kenyataan-kenyataan di atas maka untuk selanjutnya dalam perhitungan akan
digunakan asumsi bahwa matching, gaya
dorong total propeller yang
dibutuhkan untuk menggerakkan kapal adalah gaya dorong total yang dihasilkan
masing-masing propeller.
Pengaruh
Penggunaan Propeller Ganda Terhadap Harga� Wake� Fraction�
dan� Thrust� Deduction Factor. Untuk mencari harga wake
fraction pada kapal dengan propeller ganda maka berlaku rumusan di bawah ini (Lewis, E.V., Principles of Naval
Architectures, Vol. II, 1998).
a. Menggunakan bossing dan putaran propeller arah keluar (outward)
𝑤 = 2𝐶𝑏5(1 � 𝐶𝑏) +
0.2(cos)2 . 3 𝜓 + 0.20
b. Menggunakan bossing dan putaran propeller arah kedalam (inward)
𝑤 = 2𝐶𝑏5(1 � 𝐶𝑏) + 0.2(cos)2 .
3 (90 � 2 𝜓) + 0.20
c. Propeller dengan struts
𝑤 = 2𝐶𝑏5(1 � 𝐶𝑏) +
0.04
Untuk
mencari harga thrust deduction factor kapal
dengan propeller ganda maka berlaku rumusan dibawah ini :
a. Menggunakan
bossing
t =
0.25w + 0.14
b. Menggunakan
struts
t =
0.70w +0.06
dimana
:
w� = Wake
fraction
Cb�� = Koefisien blok
Ψ = Sudut bossing
terhadap horizontal
6.
Karakteristik
Propeller
Karakteristik
propeller dapat disajikan secara
grafik dengan menggunakan beberapa koefisien dalam bentuk non dimensional.
Diagram ini memberikan bentuk torsi Q dan thrust
T sebagai fungsi dari kecepatan. Untuk mendapatkan koefisien-koefisien ini
harus dilakukan open water test dengan
bantuan sebuah dynamometer yang dapat
mencatat sendiri dan dipasang di kapal yang dibuat khusus untuk keperluan ini.
Gambar 4
Grafik open water test
Dari
Gambar 4. diatas bahwa koefisien-koefisien non dimensi propeller tersebut adalah Thrust
Coefficient KT, Torque Coefficient KQ dan Advance Coefficient J.
dimana :
���� = Densitas air laut
D����� = Diameter propeller
Q����� = Torsi propeller
T������ = Thrust
propeller
Va��� = Speed
of advance
n������ = Kecepatan rotasi propeller
Diagram ini sesuai bagi
propeller dalam kondisi open
water tanpa pengaruh dari hull kapal. Sedangkan efisiensi propeller dalam kondisi tersebut
adalah.
Besarnya
efisiensi ini juga dapat dilihat pada diagram open water yang dapat digunakan untuk mengkonversikan karakteristik
tahanan kapal menjadi karakteristik propeller.
Jika
diagram open water tidak diberikan
maka harga koefisien KT, KQ, J dapat dicari dengan rumus pendekatan dengan
menggunakan kurva Bp-δ dan Bu-δ propeller
(Woodward, J.B., The Diesel Engine to Drive a Ship, 1971) yaitu.
dimana
:
���� = Densitas air laut (lbm/ft3)
g0���� = Percepatan gravitasi
=
(32.17 lbm ft/lbf sec2)
Dari
pembahasan sebelumnya diketahui bahwa tahanan kapal adalah R=aVs2,
maka didapatkan persamaan :
Dari� karakteristik propeller, gaya dorong propeller:
𝑇 = 𝐾T𝜌𝑛2𝐷4
Jika
T disubstitusikan maka :
Dengan
asumsi bahwa D, t, w, ρ konstan maka persamaan akan menjadi :
Karena
advance coefficient, = Va , maka :
𝐾T = 𝛽 . 𝐽2
Dari persamaan-persamaan
diatas terlihat bahwa tahanan kapal
dapat dikonversikan ke dalam bentuk
fungsi dari karakteristik propeller yaitu KT-
J. Tahanan kapal yang telah dikonversikan ke dalam bentuk
fungsi kuadrat antara KT dan J, akan diplotkan ke dalam
open water diagram untuk dapat
menentukan operating point dari
propeller. Titik perpotongan
merupakan titik operasi KT dari propeller, apabila ditarik garis vertical ke atas akan
didapatkan titik operasi KQ dan η0 dari
propeller dan apabila ditarik
garis vertikal ke bawah akan didapat
titik operasi J dari propeller.
7.
Karakteristik
Torsi dan Daya Propeller
Sebuah
motor penggerak akan memberikan torsi ke propeller
pada putaran tertentu. Untuk menyesuaikan kombinasi antara motor dan propeller akan membutuhkan karakteristik
propeller yang ditampilkan dalam hubungan antara torsi kecepatan atau dalam
hubungan daya kecepatan. Karakteristik propeller KT dan KQ diplotkan dengan
menggunakan beberapa asumsi:
a) Tahanan badan kapal
proporsional dengan thrust.
b) Tahanan
badan kapal proporsional dengan kuadrat kecepatan kapal.
c) Kecepatan proporsional
dengan putaran propeller.
Perlu
diperhatikan yaitu J harus konstan meskipun kecepatan kapal berubah dan jika
torsi konstan maka KQ akan konstan pula, pada akhirnya akan menghasilkan bahwa
torsi propeller sebanding dengan
kuadrat kecepatan propeller. Karena
daya merupakan produk dari torsi dikalikan dengan kecepatan rotasi maka daya
akan sama dengan kecepatan propeller pangkat
tiga (Woodward, Engine-Propeller
Matching, 1976).
Daya yang proporsional dengan kecepatan
rotasi pangkat tiga dan torsi proporsional dengan kecepatan rotasi
kuadrat merupakan implementasi dari �propeller law� tetapi
hanya berlaku untuk kapal-kapal type
tertentu dan akan ditunjukkan dengan suatu persamaan. Untuk kapal-kapal
dengan kecepatan relative rendah (mempunyai displacement
konstan) dengan bilangan Froude Fn
≈ 0.1 � 0.2, maka kurva tahanan merupakan fungsi kuadrat. Propeller akan
memiliki satu titik operasi yang tidak tergantung pada kecepatan kapal, dimana:
a) J,
KT, KQ konstan.
b) Torsi
propeller Q akan merupakan fungsi kuadrat dari kecepatan propeller.
Q =
KQ.ρ.n2.D5
Atau
Q =
konstanta . n2
c) Daya propeller P akan merupakan fungsi torsi
dikalikan putaran propeller.
P = Q
. n
d) Substitusi
persamaan akan menghasilkan: Q = konstanta . n3
8.
Pengaruh
Kondisi Operasional Karakteristik Daya Propeller
Tahanan
kapal dan daya efektif yang telah dihitung sesuai dengan kondisi kapal pada
kondisi trial, yaitu kondisi yang diasumsikan ideal terhadap gelombang, angin,
kedalaman air dan kehalusan badan kapal. Pada kondisi operasi terjadi
perubahan-perubahan sebagai berikut:
a) Perubahan
displacement
b) Fouling
c) Perubahan
tahanan
d) Jumlah
propeller yang beroperasi
e) Jumlah
mesin
f) Sea Margin
9.
Karakteristik
Motor Induk (Motor Diesel)
Motor
penggerak kapal harus dipilih sedemikian rupa sehingga dicapai penyelesaian
optimal dari kombinasi berat, tata muat dan dapat menghaslkan daya yang
diperlukan untuk menggerakkan kapal dihasilkan dengan biaya yang semurah
mungkin yaitu biaya operasi yang terkait dengan pemakaian bahan bakar dan
konsumsi minyak pelumas. Jika biaya operasi yang murah merupakan faktor yang
terpenting dalam prosedur perancangan, maka mesin diesel dapat memenuhi
persyaratan tersebut (Harvald Sc. Aa.,
Resistance and Propulsion of Ship, 1983).
10.
Karakteristik
Torsi � Rpm
Motor
diesel dikatakan sebagai motor dengan torsi konstan, yaitu apabila beban
berubah maka torsi motor tetap konstan. Beberapa keadaan dapat merubah sifat
diatas, misalnya jika putaran motor diatur agar konstan maka torsi akan dipaksa
untuk ikut berubah menyesuaikan keadaan ini. Begitu pula jika motor
menggunakkan turbocharge maka akan
merubah sifat torsi konstannya. Meskipun demikian asumsi bahwa motor diesel
merupakan motor dengan torsi konstan cukup realistis dan berguna pada
permasalahan interaksi antara motor- propeller.
11.
Daya
Kapal
Secara
umum kapal yang bergerak di media air dengan kecepatan tertentu, maka akan
mengalami gaya hambat (resistance)
yang berlawanan dengan arah gerak kapal tersebut. Besarnya gaya hambat yang
terjadi harus mampu diatasi oleh gaya dorong kapal (thrust) yang dihasilkan dari kerja alat gerak kapal (propulsor). Daya yang disalurkan (PD) ke
alat gerak kapal adalah berasal dari Daya Poros (PS), sedangkan Daya Poros
sendiri bersumber dari Daya Rem (PB) yang merupakan daya output motor penggerak kapal. Berikut adalah daya yang ada di
kapal.
a) Daya
Efektif (PE)
b) Daya
Dorong (PT)
c) Daya
yang disalurkan (PD)
d) Daya
Poros (PS)
e) Daya
Mesin Penggerak (PB)
12.
Software Propcad
Software Propcad
adalah software yang digunakan untuk
mendesain gambar tampilan propeller dengan
tampilan 2D dan 3D serta menghasilkan desain gambar dengan ukuran sebenarnya
yang ditampilkan dalam format CAD.
Data
yang digunakan dalam tulisan ini berasal dari data hasil perhitungan MARIN DESP
Program. Adapun variable-variabel yang digunakan dalam menggunakan software Propcad adalah sebagai berikut
:
a) �Principal data adalah data
ukuran utama propeller meliputi tipe propeller, jumlah daun, nominal pitch, BAR dan diameter propeller.
b) �Bentuk Geometri, disini akan
menentukan titik koordinat dari suatu propeller.
Didalam menu tersebut data akan dihitung secara otomatis berdasarkan data yang
dimasukkan dalam principal data.
c) �Bentuk dan ukuran shaft. Ukuran
tersebut meliputi shaft diameter, thickness rule, Camber dan Cupping.
Software Propcad
disini outputnya hanya berupa tampilan gambar desain propeller dalam 2D dan 3D. Untuk data inputan harus benar-benar
valid karena software propcad tidak
akan menampilkan gambar desain propeller apabila
data yang dimasukkan tidak valid.
Metode Penelitian
Dalam
pembahasan penulisan ini, penulis menggunakan sumber-sumber data dari kapal,
Laboratorium Hidrodinamika dan pihak-pihak lain yang terkait serta ditunjang
juga dengan literatur / buku referensi yang ada. Adapun untuk metode yang
diterapkan adalah melalui tahap-tahap mulai dari persiapan awal sampai pada
kesimpulan akhir, yaitu sebagai berikut:
a) Persiapan.
Mempelajari dasar-dasar teori maupun data yang diperoleh dari kepustakaan dan
rumus-rumus pendekatan yang berkaitan dengan perancangan dan penggambaran propeller kapal. Untuk studi literatur
pembahasan masalah ini, berdasarkan pada disiplin ilmu teori bangunan kapal
tahanan kapal, power kapal,
hidrodinamika dan desain propeller
B-Series.
b) Pengamatan
dilapangan. Dalam penulisan ini untuk mendukung proses pengumpulan data- data
dan penulisan, maka penulis mengadakan pengamatan di lapangan dalam hal ini
adalah kapal AT 117 meter sebagai obyek penelitian dan laboratorium
hidrodinamika.
c) Perhitungan
dan pengkajian. Melakukan perhitungan-perhitungan secara numerik, dengan
program MARIN DESP untuk mengetahui data kebutuhan power kapal dan dari
data-data desainer kapal AT 117 meter kemudian melakukan perancangan propeller kapal dengan menggunakan software Propcad.
d) Pembahasan
dan kesimpulan. Agar mencapai suatu hasil akhir yang baik dari penulisan ini
adalah dengan melakukan pembahasan bab demi bab yang merupakan suatu proses
dalam penulisan hingga dapat diambil suatu kesimpulan dan saran yang dapat
bermanfaat dalam perancangan propeller kapal
AT 117 meter.
Tabel 1
Gambar 5
Diagram kerangka penelitian
Hasil dan Pembahasan
Dalam
perancangan dan penggambaran propeller kapal dalam hal ini sebagai obyek adalah
kapal AT 117 meter. Berikut adalah data teknis kapal AT 117 meter.
Tabel 2
Data ukuran utama kapal
AT 117 meter
Gambar 6
Hasil data
propeller dari program MARIN DESP
1.
Perancangan
dengan software Propcad
Propcad
adalah suatu software dalam
menggambarkan desain propeller dalam
bentuk 3D maupun 2D. Dalam mendesain sebuah propeller,
dibutuhkan 4 variabel yang digunakan dalam pengerjaan desain propeller. Data yang akan digunakan pada
desain propeller berikut adalah data
yang didapatkan dari hasil perhitungan dengan program MARIN DESP. Propeller yang akan digunakan dalam
desain ini adalah propeller tipe B-
Series. Berikut adalah variabel yang digunakan dalam mendesain suatu
propeller yang didapat dari hasil program DESP.
a) Diameter
propeller (D)� : 2.5 m
b) Expanded
area ratio (AE/AO): 0.786
c) Jumlah
daun propeller (Z)� : 4 buah
d) Pitch
ratio (P/D) : 0.937
Dalam perhitungan
desain propeller berikut, digunakan buku Principles of
Naval Architecture Second Revision, Vol II � Edward V. Lewis dan The Wageningen
Propeller Series � G.Kuiper dalam menentukan nilai dan konstanta untuk mendukung perhitungan. Untuk desain propeller kapal tipe AT 117 meter akan menggunakan software Propcad dalam mendesain
bentuk gambar 3D dan 2D.
Langkah-langkah dalam mendesain propeller dengan menggunakan software Propcad yaitu:
a) Principal
Data
Gambar 7
Tampilan awal software propcad
Data � data
yang harus dimasukkan pada
principal data adalah sebagai
berikut:
1) Type� : FPP
2) Rotation
: Right
3) Blades
: 4
4) Diameter :
2.5 m
5) Nominal
pitch : 2.342 m
6) Rake
of GL aft 150
Untuk
menghitung nominal pitch dengan data
hasil MARIN DESP, didapatkan PDRA sebesar 0.937. Sedangkan PDRA adalah sama
dengan P/D, sehingga nominal pitch (P)
didapatkan dari perkalian PDRA dengan diameter propeller (D) yang didapatkan hasil sebesar 2.342 m. Rake of GL adalah sudut kemiringan pada generating line pada propeller dan ditentukan sebesar 150
pada propeller tipe B-4 series.
Gambar 8
Bentuk blade dan ukuran pada B-4 Series
b) Section
Data
Setelah
data sudah dimasukkan kedalam principal
data, maka dapat di klik edit section
data (pada menu bar) sehingga akan keluar section data seperti pada gambar diatas. Data tersebut secara
otomatis akan keluar berdasarkan input data pada principal data dan untuk section
data tidak perlu diedit karena sudah merupakan output dari principal data.
Gambar 9
Section data pada
propcad
c) Prop Builder
Setelah
section data maka langkah selanjutnya
adalah di klik builder sehingga
tampilannya akan seperti di bawah ini.
Gambar 10
Prop Builder pada
propcad
Pada Section and r/R, Outline, skew distribution
dan thickness rule semuanya diisikan B-series
karena desain propeller akan menggunakan tipe B- series. Pitch distribution diisikan
80% hub dan mempunyai konstan pitch pada semua jari-jari. Hanya series
4 daun yang mempunyai pitch reduction dari
0.5R ke hub, sehingga pitch distribution sebesar 80% hub dari
jari-jari terluar. Expanded BAR (AE/AO)
dari data MARIN DESP mempunyai nilai sebesar 0.786. Sedangkan untuk Hub diam/D diisikan nilai sebesar 0.204.
Nilai tersebut berdasarkan ketentuan yang diambil dari buku Principles of Naval Architecture Second
Revision, Vol II � Edward V. Lewis hal 186 dengan sedikit penambahan nilai
sebesar 0.004 agar sedikit lebih lebar.
Gambar 11
Hub diameter/D
pada 0.2R
Pada
menu Hub/Shafting, untuk nilai dari shaft diameter didapatkan dari perkalian
antara jari-jari propeller dengan hub diameter atau 0.2R. sehingga
didapatkan nilai sebesar 0.25 m. Hub rule
menggunakan standar SAE dengan shaft
taper 1/12 dan hub length sebesar
0.625 m. Pada thickness rule menggunakan
standar dari B-series dengan nilai
dari Tip/edge thickness sebesar
0.00750 m, nilai root thickness sebesar
0.08100 m dan nilai r/R sebesar 0.30 dengan thickness
distribution linear. Untuk menu camber dan cupping pada saat ini tidak
perlu diisi dan dibiarkan kosong. Setelah itu klik �Build� maka akan tampil
menu section data. Kemudian klik OK. Kemudian akan tampil gambar tampilan 3D
dari desain propeller dengan data yang sudah dimasukkan dan didapatkan dari
hasil perhitungan program MARIN DESP.
2.
Hasil
Desain Propeller
Setelah
beberapa tahap diatas dilaksanakan dengan benar dan dilaksanakan dengan
perhitungan yang valid, maka propcad akan menampilkan desain gambar sebagai
berikut:
Gambar 12
Hasil
running software propcad
Gambar 13
Tampilan propeller CAD
View
Kesimpulan
Dari hasil
perhitungan, analisa dan perancangan yang telah dilakukan, maka diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut : a) Dalam mendesain gambar propeller, ada beberapa tahapan yang
harus dilakukan yaitu harus mengetahui data lengkap dari kapal, besarnya
tahanan total (RT) kapal dan kebutuhan distribusi power kapal. b) Software propcad
adalah piranti lunak untuk mendesain dalam bentuk gambar 3D dan CAD view dari
sebuah alat gerak kapal / propeller.
Sehingga data yang diinputkan kedalam software
tersebut harus benar-benar valid karena apabila data tersebut tidak valid,
maka bentuk desain dari propeller tidak
akan terbentuk. c) Desain gambar propeller
yang sesuai dengan obyek penelitian dalam hal ini adalah kapal AT 117 meter
dengan menggunakan software propcad
adalah:
- Prop
diameter������� : 2.50 meter
- Number
of blades�� 4
- (P/D)��������� : 0.937
- AE /
A0����� : 0.786
- Revolution : 305 RPM
A.A.B. Dinariyana,
(2012),�Teori Bangunan Kapal�, Diktat,
Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Kelautan ITS, Surabaya
Adji, Suryo.W, (2005),�Engine Propeller Matching�, Diktat, Jurusan
Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Kelautan ITS, Surabaya
Agoes Santoso, MSc, M.Phil, (2014),�Propulsi Kapal�, Diktat, Jurusan Teknik Mesin STTAL, Surabaya
Edward V. Lewis, (1988),�Principles of Naval Architecture Second Revision�, The Society of Naval Architecs and Marine Engineers, New Jersey
G. Kuiper, (1992),�The Wageningen Propeller Series�,
MARIN, Netherland
Harvald, Sv. Aa, (1992)�Resistance and Propulsion of Ship�,
John Wiley and Sons, New York
Holtrop, J, (1984),�Statistical Re-analysis of Resistance and Propulsion Data�, International Shipbuilding Progress, Vol. 31
John B Woodward, (1973),�Matching Engine and Propeller�, The Department of Naval Architecture and Marine Engineering
Slamet Wahyudi, (2014),�Analisa powering kapal
tipe LST 117 meter dengan perhitungan numerik yang tervalidasi uji model kapal�, Tugas Akhir Jurusan Teknik
Mesin STTAL XXXIII,
Surabaya
Copyright holder: Slamet Wahyudi, Ruslan Arief, Priyonggo Syamrahmadi (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |