Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 2, Februari 2022

 

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP IHSG PERIODE TAHUN 2008 SAMPAI 2020

 

Heri Sasono

STIE Dharma Bumiputera, Jakarta, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Variabel Makro terhadap Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) periode 2008 sampai 2020. Adapun variable makro yang digunakan adalah Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Kurs Dolar dan SBI atau 7-Day Reverse Repo Rate tehraga IHSG. Jumlah tahun yang dijadijakn sampel sebanyak 13 tahun, mulai tahun 2008 sampai tahun 2020. Analisis regresi linier berganda, uji T, uji F, uji koefisien determinasi dengan menggunakan software SPSS Versi 26. Kesimpulannya adalah Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG, sedangkan Pertumbuhan Ekonomi, Kurs Dolar dan SBI berpengaruh signifikan tehraga IHSG. Secara semultan Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Kurs Dolar dan SBI berpengaruh signifikan tehraga IHSG.

 

Kata Kunci:� Inflasi; Pertumbuhan Ekonomi; Kurs Dolar dan SBI atau 7-Day Reverse Repo Rate tehraga IHSG

 

Abstract

The purpose of this study was to analyze the effect of Macro Variables on the Composite Stock Price Index (JCI) for the period 2008 to 2020. The macro variables used were Inflation, Economic Growth, Dollar Exchange Rate and SBI or 7 Day Repo Rate against the JCI. The number of years in the sample is 13 years, from 2008 to 2020. Multiple linear regression analysis, T test, F test, coefficient of determination test using SPSS Version 26 software. The conclusion is that Inflation has no significant effect on the JCI, while Economic Growth, Dollar Exchange and SBI have a significant effect on the JCI. Simultaneously, Inflation, Economic Growth, Dollar Exchange and SBI have a significant effect on the JCI.

 

Keywords:��� Inflation, Economic Growth, Dollar Exchange Rate and SBI or 7-Day Reverse Repo Rate on the JCI.

 

Pendahuluan

Analisis faktor ekonomi adanya hubungan yang kuat antara lingkungan ekonomi makro dengan kinerja di pasar modal Indonesia atau IHSG (Sudarsana and Candraningrat 2014). Fluktuasi yang terjadi di pasar modal terkait dengan perubahan yang terjadi pada variabel ekonomi makro (Megawati and Salim 2019). Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian suatu negara, karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menempatkan dananya di pasar modal Indonesia (Bursa Efek Indonesia) (Darwati and Santoso 2014).

Pasar modal sering mengalami peningkatan (bullish) dan penurunan (bearish) yang terlihat dari naik turunnya harga-harga saham yang tercermin di dalam� Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Novianto and Nugroho 2011). IHSG merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham (perusahaan/emiten) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pergerakan IHSG tahun 2008 sampai dengan tahun 2020 dapat dilihat pada table dibawah (Syarina 2020).

 

Tabel 1

Indek Harga Saham Gabungan Periode 2008 � 2020

Tahun

IHSG

(satuan)

Growth

(%)

2009

��������� 2.534

46,13

2010

��������� 3.703

3,19

2011

��������� 3.821

12,95

2012

��������� 4.316

-0,01

2013

��������� 4.274

22,27

2014

��������� 5.226

-12,11

2015

��������� 4.593

15,31

2016

��������� 5.296

20,00

2017

��������� 6.355

-2,53

2018

��������� 6.194

1,70

2019

��������� 6.299

-5,08

2020

��������� 5.979

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: BEI

 

Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) sering berfluktuasi dari tahun ke tahun yang seharusnya diharapkan oleh investor adalah mengalami kenaikan, sehingga investor mendapatkan kepastian terhadap imbal hasil dari dana investasi yang ditempatkan di pasar modal (Nurdianti 2010).

Seperti pada table di atas, menunjukkan bahwa IHSG tahun 2012 ke tahun 2013, mengalami penurunan (bearish), IHSG tahun 2014 ke 20215 juga mengalami penurunan, IHSG tahun 2017 ke tahun 2018 dan IHSG tahun 2019 ke tahun 2020. Kondisi ini yang tentu akan membuat investor kawathir untuk menempatkan dana investasi ke pasar modal Indoenesia.

Penurunan IHSG, tentu banyak factor dan variable yang mempengaruhinya, terutama variable makro, antara lain inflasi, tingkat suku bunga (SBI), pertumbuhan ekonomi dan Kurs Valutas asing (US Dollar, PDB) dan Income Perkapita dan lain-lain (Silalahi and Sihombing 2021). Kondisi makro inilah� yang sulit untuk diprediksi oleh calon investor maupun investor, namun variable intern (mikro) perusahaan relative masih dapat diprediksi oleh calon investor, melalui analisis fundamental.

Inflasi adalah merupakan gejala kenaikan harga yang meliputi hampir semua jenis barang dan jasa yang biasanya dari waktu ke waktu secara terus menerus, sehingga menyebabkan daya beli rupiah pada suatu tahun berbeda rupiah tahun lainnya (Boediono 1986). Di dalam Accounting Principle Board no.4, inflasi adalah sebagai penurunan daya beli yang disebabkan oleh kenaikan tingkat harga secara umum sejumlah barang dan jasa. Dengan turunnya daya beli masyarakat akan menyebabkan laba perusahaan mengalami penurunan, sehingga berakibat pada penurunan harga saham perusahaan tersebut di pasar modal. Inflasi akan mendorong masyarakat mengurangi investasi dan akan lebih banyak menyimpan dana investasinya ke bank untuk mendapatkan imbal hasil (bunga) yang cukup tinggi dibanding keuntungan investasi yang lain. Kondisi ini akan mengurangi investasi ke pasar modal, sehingga berakibat IHSG cenderung mengalami bearish (penurunan) (Palatte and Akbar 2016).

Inflasi tinggi akan menyebabkan naiknya biaya produksi dan dapat membuat daya beli masyarakat menurun. Penurunan daya beli dan biaya produksi yang tinggi secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi pasar modal. Investor tidak akan tertarik untuk menanamkan modalnya di saham, maka terjadi penurunan terhadap minat beli saham, sehingga mengakibatkan harga saham akan menjadi turun.

Tingkat suku bunga adalah merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi harga saham. Menurut (Fahmi 2015), naik turunnya suku bunga perbankan baik deposito, tabungan dan pinjaman akan mempengaruhi keputusan masyarakat calon investor dalam pembelian saham perusahaan di BEI. Apabila suku bunga bank mengalami kenaikan, maka masyarakat calon investor akan menyimpan dananya di bank dalam bentuk deposito (Saputra and Santoso 2017). Apabila suku bunga bank turun,� maka masyarakat akan mempergunakan dan menempatkan dananya� untuk membeli saham di Pasar Modal.

Kurs valuta asing merupakan harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya yang mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri. Menurut (Fahmi 2015), naik turunnya mata uang suatu negara saat dikonversikan dengan mata uang negara lain, seperti dengan Dollar, Yen, Euro dan lainnya.

Kurs valuta asing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kurs Dollar AS sebagai mata global, dimana hampir semua negara menyimpan cadangan devisa dalam� bentuk Dollar AS. Alasan peneliti menggunakan kurs (nilai tukar) Dollar AS, karena Dollar AS dapat menjadi acuan untuk melakukan transaksi perdagangan terbesar di dunia dan perdagangan di Indonesia juga masih menggunakan Dollar AS.

Pertumbuhan ekonomi yang meningkat secara langsung akan mengakibatkan kondisi perekonomian suatu negara akan membaik, seperti; pengangguran menurun, pendapatan masyarakat meningkat, produk domestic bruto negara meningkat, daya beli masyarakat meningkat. Dengan meningkatnya perekonomian ini, masyarakat mulai ada kelebihan dana, sehingga akan menempatkan kelebihan dananya ke beberapa instrument insvestasi, seperti; tabungan, deposito, property dan pasar modal (saham, obligasi, sukuk dll). Pertumbuhan ekonomi yang meningkat diharapkan akan menaikkan harga saham (bullish) di pasar modal Indoenesia (BEI).

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia sangat fuktuatif. Pergerakan Indeks harga Saham gabungan (IHSG), ini dapat digunakan untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Pergerakan Indeks Harga Saham yang cenderung naik, menandakan bahwa kondisi negara tersebut sedang dalam kondisi yang baik. Begitu juga sebaliknya, apabila pergerakan indeks harga saham cenderung mengalami penurunan, dapat disimpulkan bahwa kondisi perekonomian negara tersebut sedang mengalami penurunan.

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk menguji apakah variable makro, seperti; inflasi, pertumbuhan ekonomi, Kurs valuta asing (Kurs dollar) dan SBI (7-Day reverse repo rate) akan mempengaruhi Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia dari tahun 2008 sampai tahun 2020.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menngunakan bentuk hubungan antara kinerja dengan harga saham dan menggunakan model linier berganda, yang menjelaskan hubungan kasualitas antara satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Pegumpulan data dengan cara riset kepustakaan secara daring. Penelitian ini menggunakan buku-buku, jurnal, atau artikel, dan sumber-sumber dari media internet antara lain:

1.      Bursa Efek Indonesia (https://www.idx.co.id),

2.      Yahoo Finance (https://finance.yahoo.com),

3.      Otoritas Jasa keuangan modal (https://www.ojk.go.id),

4.      Bank Indonesia� (https://www.bi.go.id),

5.      Badan Pusat Statistik modal (https://www.bps.go.id),

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).� Sample menurut (Sugiyono, 2017), sampel penelitian adalah dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Hubungan sebab-akibat dalam regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Penjelasan:

Y�������������������� = variabel dependen, berupa Indek Harga Saham Gabungan (IHSG)

A�������������������� = konstanta, jika tidak ada variabel independen.

b1,b2,b3,b4���� = koefisien regresi masing-masing variabel (nilai arah sebagai penentu

���������������������� prediksi yang menunjukan nilai peningkatan atau penurunan Y)

X₁������������������� = variabel independen 1, Inflasi

X₂������� ����������� = variabel independen 2, Pertumbuhan Ekonomi

X₃������� ����������� = variabel independen 3, Kurs Dollar

X₄������� ����������� = variabel independen 4, SBI

ɛ��������������������� = variabel lain yang mempengaruhi Y

Hasil dan Kesimpulan

1.      Persamaan Analisis Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini menyatakan analisis regresi linier berganda untuk mengethui ada atau tidaknya pengaruh antar variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Dari pengujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan dalam pengolahan data. Berdasarkan pengolahan data di uji t maka dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut:

 

Tabel 2

Pengujian Asumsi Klasik

1

(Constant)

.725

Inflasi

.001

Pertbh_Ekonomi

.003

Kurs_Dolar

.006

SBI_7Days_Repo_Rate

-.007

IHSG = 0,725 + 0,001 Inflasi + 0,003 Pertumbuhan Ekonomi + 0,006 Kurs Dolar � 0,007 SBI

 

 

 

 

 

Berdasarkan uji diatas di dapat, Nilai konstanta (α) yang dihasilkan sebesar 0,725, mengindikasikan apabila nilai-nilai variabel Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Kurs Dolar dan SBI dianggap konstan (0), maka nilai harga saham adalah 0,725 satuan skala.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi pada variabel Inflasi yaitu sebesar 0,001. Jadi, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa informasi perubahan Inflasi berpengaruh positif pada keputusan atas Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal Indonesia, yang artinya setiap kenaikan 1 persen Inflasi, maka akan mempengaruhi kenaikan IHSG sebesar 0,001 persen.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi pada variabel Pertumbuhan Ekonomi yaitu sebesar 0,003. Jadi, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa informasi perubahan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif pada keputusan atas Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal Indonesia, yang artinya setiap kenaikan 1 persen Inflasi, maka akan mempengaruhi kenaikan IHSG sebesar 0,003 persen.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi pada variabel Kurs Dolar yaitu sebesar 0,006. Jadi, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa informasi perubahan Kurs Dolar berpengaruh positif pada keputusan atas Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal Indonesia, yang artinya setiap kenaikan 1 persen Inflasi, maka akan mempengaruhi kenaikan IHSG sebesar 0,006 persen.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi pada variabel SBI atau 7 Day Repo Rate yaitu sebesar - 0,007. Jadi, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa informasi perubahan SBI atau 7 Day Repo Rate berpengaruh negative� pada keputusan atas Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal Indonesia, yang artinya setiap kenaikan 1 persen Inflasi, maka akan mempengaruhi penurunan IHSG sebesar 0,007 persen.

2.      Uji t

Menurut Ghozali (2013:61) uji yang pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0.05 (a5).

Tabel 3

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

.725

1.395

 

.520

.617

Inflasi

.001

.001

.157

.989

.352

Pertbh_Ekonomi

.003

.001

.415

3.849

.005

Kurs_Dolar

.006

.001

.746

6.780

.000

SBI_7Days_Repo_Rate

-.007

.002

-.641

-4.120

.003

a. Dependent Variable: IHSG

 

Inflasi memiliki t hitung sebesar 0,989< t tabel sebesar 2,262 dan Uji 2 dengan nilai signifikasi 0,352 > 0,050 yang berarti Ho1 ditolak dan Ha1 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa Inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap Indek Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pertumbuhan Ekonomi memiliki t hitung sebesar 3,849 > t tabel sebesar 2,262 dan Uji 2 dengan nilai signifikasi 0,005 < 0,050 yang berarti Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Indek Harga Saham Gabungan (IHSG).

Kurs Dolar�� memiliki t hitung sebesar 6,780 > t tabel sebesar 2,262 dan Uji 2 dengan nilai signifikasi 0,003 < 0,050 yang berarti Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa Kurs Dolar�� berpengaruh signifikan terhadap Indek Harga Saham Gabungan (IHSG).

SBI (7 Day Repo Rate) memiliki t hitung sebesar -4,120 > t tabel sebesar 2,262 dan Uji 2 dengan nilai signifikasi 0,000 < 0,050 yang berarti Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa Kurs Dolar�� berpengaruh signifikan terhadap Indek Harga Saham Gabungan (IHSG).

3.      Koefisien Korelasi dan Determinasi

Analisis koefisien korelasi bertujuan untuk mempelajari apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih, sedang analisis regresi memprediksi seberapa jauh pengaruh tersebut. Secara spesifik, tujuan analisis korelasi adalah ingin mengetahui apakah diantara dua variabel terdapat hubungan, dan jika terdapat hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Pearson Corellation sebagai alat ukur korelasi antara dua variabel dengan ketentuan, nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai-1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antar variabel semakin kuat.

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen daIam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali 2016).

 

Tabel 4

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.961a

.924

.886

.51212

a. Predictors: (Constant), SBI_7Days_Repo_Rate, Pertbh_Ekonomi, Kurs_Dolar, Inflasi

 

Berdasarkan pada tabel dapat diketahui bahwa nilai dari R Square = 0.924 atau 92,4%. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat positif antara variabel Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Kurs Dolar dan SBI terhadap variabel Indek Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sedangkan Adjusted R Square sebesar 0.886 atau sebesar 88,6%. Hal ini menunjukan bahwa besarnya kontribusi pengaruh variabel Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Kurs Dolar dan SBI terhadap variabel Indek Harga Saham Gabungan (IHSG). Sedangkan sisa 11,4% dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor-faktor dan variabel independen lainnya yang tidak diikutsertakan dalam model penelitian.

4.      Uji F

Menurut (Ghozali 2016) uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh sama simnltan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0.05 (cr5).

 

Tabel 5

ANOVAa

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

25.582

4

6.396

24.386

.000b

Residual

2.098

8

.262

 

 

Total

27.681

12

 

 

 

a. Dependent Variable: IHSG

b. Predictors: (Constant), SBI_7Days_Repo_Rate, Pertbh_Ekonomi, Kurs_Dolar, Inflasi

 

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa hasil uji F dapat dilihat dari nilai hitung sebesar 24,386 > 3,862 dengan nilai signifikasi 0,000 < 0.050� yang berarti bahwa model regresi yang dapat digunakan untuk memprediksi veriabel terikat Y yaitu Harga Saham. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Kurs Dolar dan SBI (7- Day Reverse Repo Rate) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indek Harga Saham Gabungan (IHSG), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho4 ditolak dan Ha4 diterima.

 

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, maka peneliti dapat memberikan beberapa simpulan sebagai berikut yaitu; inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap IHSG, sedangkan Pertumbuhan Ekonomi, Kurs Dolar dan SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Secara simultan atau Bersama-sama Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Kurs Dolar dan SBI berpengaruh signifikan terhadap Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) periode tahun 2008 sampai 2020.

 

 

 

 

 

 


BIBLIOGRAFI

 

Boediono. 1986. Teori Pertumbuhan Ekonomi (Edisi Pertama). Yogyakarta: BPFE.

 

Darwati, Suli, and Nanda Trio Santoso. 2014. �Pengaruh Perubahan Nilai Tukar, Suku Bunga, Harga Minyak Dunia Dan Indeks Saham Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada Pasar Modal Di Negara-Negara Asean.� Pp. 47�56 in The 7th NCFB and Doctoral Colloquium. Google Scholar

 

Fahmi, Irham. 2015. Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta.

 

Ghozali, Imam. 2016. �Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8).� Cetakan Ke VIII. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro 96. Google Scholar

 

Megawati, Nency, and M. Noor Salim. 2019. �Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).� Media Ekonomi 26(1):47�54. Google Scholar

 

Novianto, Aditya, and S. B. M. Nugroho. 2011. �Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah (US $/Rp), Tingkat Suku Bunga Sbi, Inflasi, Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 1999.1�2010.6.� Universitas Diponegoro. Google Scholar

 

Nurdianti, Hastri. 2010. �Analisis Pengaruh IHSG, Kurs, PDB, Dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap.� Google Scholar

 

Palatte, Muh Halim, and Akbar Akbar. 2016. �Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013.� Jurnal Manajemen STIE Muhammadiyah Palopo 1(2). Google Scholar

 

Saputra, Eri, and Bambang Hadi Santoso. 2017. �Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang, Inflasi, Dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham Sektor Properti.� Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen (JIRM) 6(5). Google Scholar

 

Silalahi, Esli, and Rido Sihombing. 2021. �Pengaruh Faktor Makro Ekonomi Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2020.� Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan 139�52. Google Scholar

 

Sudarsana, NMAD, and Ica Rika Candraningrat. 2014. �Pengaruh Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar, Inflasi Dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bei.� E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana 3(11):3291�3308. Google Scholar

 

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.

 

Syarina, Delila Putri. 2020. �Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi Dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI).� KINDAI 16(3):542�62. Google Scholar

 

Copyright holder:

Heri Sasono (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: