Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 2, Februari 2022
UJI EFEK ANTIHIPERTENSI EKSTRAK ETANOL 96% AKAR PULE PANDAK (RAUVOLFIA SERPENTINA (L.) BENTH. EX KURZ.) PADA MENCIT (MUS MUSCULUS)
Maruli Davidson Sitompul, Kadek
Dian Widyapurwanti, Ni Luh
Putu Putri Dewi, Ni Kadek Warditiani
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana Bali, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Pule pandak
(Rauvolfia serpentina (L.) Benth. ex Kurz.) merupakan salah satu tanaman lokal
yang secara empiris digunakan untuk mengobati hipertensi dengan kandungan kimia utama adalah
alkaloid yang sebagian besar
terdapat pada bagian akar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek antihipertensi dan dosis efektif ekstrak etanol 96% akar R. serpentina
secara in vivo pada mencit
jantan Swiss Webster. Metode
yang digunakan, yaitu pretest-posttest
control group design. Delapan belas
ekor mencit dibagi menjadi enam kelompok perlakuan.
Kelompok perlakuan 1, 2 dan
3 (P1, P2 dan P3) secara berturut-turut
adalah kelompok kontrol normal, kontrol negatif dan kontrol positif yang diberi makan dan minum ad libitium, suspensi
CMC-Na, dan suspensi atenolol 6,5 mg/kgBB. Kelompok perlakuan 4, 5 dan 6 (P4, P5 dan P6) adalah
kelompok yang diberikan suspensi ekstrak etanol 96% akar R. serpentina
pada dosis 70, 140 dan 280 mg/kgBB.
Data dianalisis dengan menggunakan uji One Way ANOVA dan uji Post Hoc, yaitu uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa persentase penurunan mean�SEM TD sistolik dan diastolik tertinggi dihasilkan oleh P6, yaitu sebesar 29,243�0,7651% dan 37,880�3,692%. Hasil uji One Way
ANOVA dan LSD menunjukkan, bahwa
ada perbedaan signifikan (p<0,05) terhadap %penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik mencit. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 96% akar R. serpentina memiliki
efek antihipertensi dengan dosis efektif
sebesar 280 mg/kgBB
Kata Kunci: alkaloid; antihipertensi; mencit;
rauvolfia serpentine; tekanan darah
Abstract
Abstracts Pule pandak (Rauvolfia
serpentina (L.) Benth. ex Kurz.) is one of the local
plants that is empirically used to treat hypertension with the main chemical
content is alkaloids, mostly found in the roots. This study aimed to determine
the antihypertensive effect and effective dose of 96% ethanol extract of R.
serpentina root in vivo in Swiss Webster male mice. The method used is
pretest-posttest control group design. Eighteen mice were divided into six
treatment groups. Treatment groups 1, 2 and 3 (P1, P2 and P3) were normal
control group, negative control and positive control which were fed and drank
ad libitium, CMC-Na suspension, and atenolol
suspension 6.5 mg/kgBW. Treatment groups 4, 5 and 6
(P4, P5 and P6) were groups that were given a suspension of 96% ethanol extract
of R. serpentina root at doses of 70, 140 and 280 mg/kgBW.
Data were analyzed using One Way ANOVA test and Post Hoc test, namely LSD test.
The results showed that the highest percentage decrease in mean � SEM of
systolic and diastolic BP was produced by P6, which was 29.243�0.7651% and
37.880�3.692%, respectively. The results of the One Way ANOVA and LSD test
showed that there was a significant difference (p<0.05) to the % decrease in
systolic and diastolic blood pressure in mice. Based on the results of the
study, it can be concluded that the 96% ethanol extract of R. serpentina root
has an antihypertensive effect with an effective dose of 280 mg/kgBW.
Keywords: alkaloid; antihypertensive; blood pressure; mice; rauvolfia
serpentina
Received: 2022-01-20; Accepted: 2022-02-05; Published: 2022-02-20
Pendahuluan
Hipertensi
adalah kondisi meningkatnya tekanan darah (TD) diatas TD normal manusia, dimana
TD sistolik ≥ 140 mmHg atau TD diastolik ≥ 90 mmHg (Lee
et al., 2022).
Hipertensi sering disebut tekanan darah tinggi atau �silent killer�, karena
memicu risiko serangan jantung, stroke, dan masalah kesahatan lainnya tanpa
adanya gejala atau tanda peringatan dini (Khoury
& Ratchford, 2021). Salah
satu masalah kesehatan yang sangat berbahaya di seluruh dunia adalah
hipertensi, karena menyebabkan tingginya tingkat morbiditas (angka kesakitan)
dan mortalitas (angka kematian) untuk penyakit kardiovaskular (Yuqing
Zhang et al., 2022). Angka
kesakitan dan kematian akibat hipertensi menurut Word Health Organization (WHO)
tergolong tinggi, diperkirakan sebanyak 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79
tahun menderita hipertensi dengan prevalensi hipertensi pada laki-laki lebih
tinggi, yaitu sebesar 34% dibandingkan wanita 32% dengan angka kematian 7,5
juta per tahun di seluruh dunia (Luo
et al., 2022); (Nguyen
& Chow, 2021); (Oh
& Cho, 2020).
Prevalensi hipertensi
dalam 10 tahun terakhir meningkat sebesar 5,2% di seluruh dunia (Bloch,
2016).
Prevalensi hipertensi telah meningkat dari 25,8% pada tahun 2013 menjadi 34,1%
pada tahun 2018 di Indonesia (Kurnianto,
A., Sunjaya, D. K., Rinawan, F. R., & Hilmanto, 2020). Pada tahun 2025, tingkat prevalensi
hipertensi diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 30% (Sharma,
J. R., Mabhida, S. E., Myers, B., Apalata, T., Nicol, E., Benjeddou, M.,
Muller, C., & Johnson, 2021). Menurut WHO, pada tahun 2025 akan ada
1,5 miliar orang yang berpotensi mengalami hipertensi dan setiap tahun akan ada
9,4 juta orang meninggal karena hipertensi dan komplikasi (Sutiningsih,
Inova, & Adi, 2021).
Pengobatan
herbal yang berasal dari tanaman merupakan salah satu alternatif untuk mengobati
hipertensi (Hidayah
& Sulistiyaningsih, 2019). Salah satu tanaman lokal yang memiliki
efek antihipertensi adalah Pule Pandak (Rauvolfia
serpentina (L.) Benth. ex Kurz.). Nilai manfaat R. serpentina sebagai
tanaman obat terletak pada kandungan alkaloidnya. Bagian tanaman R. serpentina
yang banyak mengandung alkaloid adalah akarnya (Sulandjari
& Yuniastuti, 2010). Akar R. serpentina
dilaporkan mengandung 0,7-3,0% dari total alkaloid dan 0,1% reserpin, dimana
reserpin merupakan alkaloid indol yang bermanfaat dalam mengobati hipertensi (Kumari,
I., Madhusudan, S., Walia, B., & Chaudhary, 2021); (Sulaiman,
Jyothi, Unnithan, Prabhukumar, & Balachandran, 2020). �Efek
antihipertensi ekstrak n-heksan, kloroform, metanol, dan air akar R. serpentina pada tikus (Rattus norvegicus) telah diteliti secara
ilmiah oleh (Sulaiman et al., 2020) dan (Shah,
S. M. A., Naqvi, S. A. R., Munir, N., Zafar, S., Akram, M., & Nisar, 2020). Namun, efek antihipertensi ekstrak
etanol 96% akar R. serpentina pada mencit (Mus musculus) belum pernah diteliti.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini akan
dilakukan pengujian efek antihipertensi dan penentuan dosis efektif ekstrak
etanol 96% akar R. serpentina pada mencit (Mus musculus).
Metode Penelitian
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan
di Laboratorium Forensik, Sains dan Kriminologi Universitas
Udayana, Laboratorium Farmakognosi & Fitokimia dan Laboratorium Farmasi Bahan Alam Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas
udayana. Penelitian berlangsung selama 4 bulan dari Juni
sampai September 2021 dengan
mematuhi protokol kesehatan di masa Pandemi
COVID-19.
B.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini
bersifat eksperimental dengan menggunakan pretest-posttest control group design.
C.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk penelitian adalah timbangan digital (Ohaus�, Adam�, dan SF-400�), desikator (Duran�), drying
oven (Binder�), hot plate
(Corning PC-420D�), rotary vacuum
evaporator (Eyela�), tanur
(WiseTherm�), water bath (Memmert�),
disposable syringe 1 mL ukuran 26Gx1/2� dan 3 mL ukuran
3Gx11⁄4� (OneMed�), sonde oral, alat ukur tekanan
darah non invasif
(CONTEC08A-VET�), dan restrainer.
Bahan yang digunakan
untuk penelitian adalah simplisia akar R. serpentina yang diperoleh
dari Kota Batu, Jawa Timur,
mencit jantan galur Swiss Webster, umur 2-3 bulan dengan rata-rata berat badan (BB) 25-30 g, tablet atenolol (Betablok�) 50 mg, etanol 96% 10L
(PT. Brataco Chemika), etanol pro analisis (Merck), aquadest 5L dan 10L (PT. Karunia
Sejahtera Abadi), water for injection,
pereaksi Dragendroff (Nitra
Kimia), pereaksi Mayer (Nitra Kimia), asam klorida (HCl) 37% (PT. Karunia Sejahtera Abadi), dan serbuk
CMC-Na 500 gr (Cakra Kimia Retailindo).
D.
Tahapan Penelitian
Penelitian ini diawali dengan
melakukan karakterisasi simplisia akar R. serpentina
berdasarkan prosedur yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi V yang meliputi uji susut pengeringan dan kadar abu tak
larut asam. Kemudian, dilanjutkan dengan ektraksi akar R. serpentina menggunakan
pelarut etanol 96% dengan metode maserasi
hingga terbentuk ekstrak kental. Ekstrak etanol 96% akar R. serpentina dengan
konsistensi kental dilakukan skrining fitokimia menggunakan perekasi Mayer dan Dragendorff untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder berupa senyawa alkaloid. Setelah skrining fitokimia selesai dilakukan, dilanjutkan dengan pembuatan suspensi CMC-Na 1% yang
digunakan sebagai kontrol negatif dengan cara ditimbang
CMC-Na sebanyak 1 g, dimasukkan
sedikit demi sedikit ke dalam 50 mL aquadest yang telah dipanaskan dengan menggunakan hot plate.
Dikalibrasi botol coklat 100 mL, kemudian dimasukkan 50 mL larutan suspensi CMC-Na ke dalam botol coklat.
Ditambahkan aquadest hingga tanda batas
kalibrasi dan dikocok homogen. Selain sebagai kontrol negatif, CMC-Na digunakan sebagai suspending
agent dalam pembuatan suspensi atenolol dosis 6,5 mg/kgBb dan suspensi ekstrak dosis 70, 140 dan 280 mg/kgBB. Dosis efektif
atenolol untuk mencit diperoleh dari perhitungan konversi dosis atenolol (50 mg) dari orang
dewasa dengan BB 70 kg ke mencit dengan
BB�
Setelah pembuatan suspensi atenolol dan suspensi ekstrak selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah pengujian efek antihipertensi ekstrak etanol 96% akar R. serpentina, yang meliputi pengelompokan, penginduksian, perlakuan dan pengukuran tekanan darah hewan uji (mencit). Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan. Tiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit. Kelompok perlakuan 1 (P1) adalah kelompok normal yang hanya diberi makan dan minum ad libitium; kelompok perlakuan 2 (P2) adalah kelompok kontrol negatif yang diberikan suspensi CMC-Na 1%; Kelompok perlakuan 3 (P3) adalah kelompok kontrol positif yang diberikan suspensi atenolol 6,5 mg/kgBB sekali sehari selama 1 minggu secara peroral. Kelompok perlakuan 4, 5, dan 6 (P4), (P5), dan (P6) secara berturut-turut adalah kelompok yang diberikan suspensi ekstrak dengan dosis 70, 140 dan 280 mg/kgBB secara peroral. Hewan uji sebelum diinduksi dan diberi perlakuan, terlebih dahulu diadaptasi selama 1 minggu dengan diberi makan dan minum ad libitum. Kemudian, diukur tekanan darah awal mencit pada hari ke-0 setelah dipuasakan selama 16 jam dan diinduksi mencit pada semua kelompok perlakuan, kecuali P1 (kontrol normal) dengan larutan adrenalin (epinefrin) secara intraperitoneal dengan dosis 0,02 mg/kgBB (0,5 mL) selama 2 minggu dan diukur tekanan darah mencit pada hari ke-14.
Dosis efektif epinefrin untuk mencit mengacu pada US Departement of Health, Education and Walfare (1960), yaitu sebesar 0,02-2,5 mg/kg secara i.p dan dikonversi ke mencit dengan BB �25 g. Sehingga, diperoleh volume epinefrin yang efektif untuk mencit, yaitu sebesar 0,0005 mL. Dilakukan pengenceran menggunakan water for injection (WFI) dengan perbandingan antara volume epinefrin dan WFI sebesar 1:1.000, maka volume epinefrin yang diinjeksikan ke mencit adalah 0,5 mL secara i.p. Selanjutnya, mencit diberi perlakuan dengan cara disonde secara oral sekali sehari selama 2 minggu dengan suspensi CMC-Na 1% pada kontrol negatif dan supensi atenolol 6,5 mg/kgBb pada kontrol positif. Sedangkan ekstrak dosis 70, 140, dan 280 mg/kgBB diberikan tiga kali sehari selama 2 minggu.� Diukur tekanan darah sistolik dan diastolik mencit setelah 2 minggu diberi perlakuan.
Data persentase (%) penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang diperoleh dari pengukuran tekanan darah mencit, dianalisis secara statistik dengan menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics Versi 24. Analisis data diawali dengan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak. Kemudian, dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan uji Levene untuk melihat data homogen atau tidak. Jika data sudah terdistribusti normal dan homogen (p>0,05), maka dilakukan uji One Way ANOVA untuk melihat hubungan antara kelompok perlakuan. Jika terdapat perbedaan signifikan (p<0,05), maka dilakukan uji post hoc menggunakan uji LSD untuk mengetahui kelompok perlakuan mana yang berbeda signifikan. Hasil analisis data ditampilkan sebagai mean�SEM.
Hasil dan Pembahasan
A.
Karakterisasi Simplisia
Hasil yang diperoleh telah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi V, dimana susut pengeringan dan kadar abu tidak larut asam adalah <12% b/b dan <2% b/b (Kemenkes RI, 2014). Hasil susut pengeringan dan kadar abu tak larut asam simplisia akar R. serpentina dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Hasil Susut Pengeringan dan Kadar Abu Tidak Larut Asam Simplisia
Akar R. serpentina
Uji |
Kadar (% b/b) |
Susut pengeringan |
7,67 |
Kadar abu tak larut asam |
0,383 |
B.
Ekstraksi
Hasil ekstraksi
akar R. serpentina dengan
menggunakan pelarut etanol 96% dan metode maserasi dapat dilihat pada tabel 2. Rendemen ekstrak etanol 96% akar R. serpentina
yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh (Azmi & Qureshi, 2012) yang menghasilkan rendemen
ekstrak metanol akar R.
serpentina sebesar 5% b/b.
Tabel 2
Hasil Ekstraksi akar R. serpentina
Warna Ekstrak |
Konsistensi Ekstrak |
Bobot (gram) |
Rendemen (% b/b) |
Coklat kehitaman |
Kental |
22,119 |
5,529 |
Maserasi metode
ekstraksi yang dipilih untuk mengektraksi akar R. serpentina. Kelebihan metode
maserasi, yaitu metode yang dikerjakan sederhana karena menggunakan peralatan
dan perlengkapan yang tidak rumit, tidak membutuhkan keterampilan khusus dalam
pengerjaannya, dan hemat energi (Rasul,
2018). Selain
pemilihan metode ekstraksi, pemilihan pelarut sangat penting dalam ekstraksi.
Dalam pemilihan pelarut faktor selektivitas, kelarutan, biaya dan keamanan (Qing
Wen Zhang, Lin, & Ye, 2018). Etanol merupakan pelarut yang lebih
selektif daripada air (Ginting,
2020). Selain
itu, etanol lebih mudah melarutkan golongan senyawa alkaloid dibandingkan air (Aniszewski,
2015).
Alkaloid merupakan senyawa non polar yang tidak dapat diekstraksi dengan
pelarut air (Roopashree
& Naik, 2019). Etanol
96% dipilih untuk mengekstraksi senyawa alkaloid yang terkandung dalam akar R. serpentina,
karena etanol 96% dapat meminimalkan kontaminasi pertumbuhan mikroorganisme
lain dalam ekstrak yang hanya mengandung 4% air (Sogandi
& Nilasari, 2019).
C.
Skrining Fitokimia
Hasil
skrining fitokimia ekstrak etanol 96% akar R. serpentina dapat
dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil yang tertera pada Tabel 3, menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96% akar R. serpentina positif
mengandung senyawa
alkaloid. Endapan putih dan
merah jingga yang terbentuk dengan penambahan perekasi Mayer dan Dragendroff pada uji alkaloid merupakan� kompleks
kalium-alkaloid yang mengendap (Wardhani
& Supartono, 2015).
Tabel 3
Hasil Skrining Fitokimia
Ekstrak Etanol 96% Akar R. Serpentina
Uji |
Pereaksi |
Endapan |
Hasil |
Alkaloid |
Mayer Dragendorff |
Putih Merah Jingga |
(+) (+) |
Keterangan: (+) (Ekstrak positif mengandung senyawa alkaloid)
D.
Pengujian Efek Antihipertensi
Hasil pengukuran
TD sistolik dan diastolik mencit yang tertera pada Tabel 4 menunjukkan, bahwa terjadi peningkatan
mean
Tabel 4 juga menunjukkan hasil
pengukuran TD sistolik dan diastolik mencit setelah perlakuan selama 2 minggu, dimana P3, P4, P5 dan P6 menghasilkan
penurunan mean
Tabel 4
Hasil Pengukuran Tekanan
Darah (TD) Sistolik (S) dan Diastolik
(D) Mencit (Mean
Kelompok Perlakuan |
TD Awal (mmHg) |
TD Setelah Induksi Selama 2 Minggu (mmHg) |
TD Setelah Perlakuan Selama 2 Minggu (mmHg) |
|||
|
S |
D |
S |
D |
S |
D |
Kontrol normal (P1) |
109,000��� |
74,670���� |
109,670�� |
81,670�� |
107,670� |
63,670�� |
Kontrol negatif (P2) |
111,000� |
77,000 |
158,000� |
106,670 |
155,000 |
88,670 |
Kontrol positif (P3) |
111,330� |
85,000���� |
149,670 |
104,330 |
120,670 |
86.670 |
Ekstrak 70 mg/kgBB (P4) |
111,330 |
87,000 |
152,670 |
104,670 |
117,330 |
89,330 |
Ekstrak 140 mg/kgBB (P5) |
114,670 |
85,670 |
151,670 |
106,330 |
114,670 |
80,000 |
Ekstrak 280 mg/kgBB (P6) |
114,67 |
79,330 |
155,000 |
109,670 |
109,670 |
68,000 |
Kelompok kontrol negatif (P2) dalam penelitian ini adalah kelompok mencit yang diberikan supensi CMC-Na 1% yang bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian CMC-Na terhadap TD sistolik dan diastolik mencit setelah diberi perlakuan selama 2 minggu. Berdasarkan hasil yang tertera pada Tabel 4, setelah 2 minggu perlakuan tidak terjadi penurunan TD sistolik dan diastolik yang signifikan. Hal ini menunjukkan, bahwa pemberian suspensi CMC-Na pada P2 tidak mempengaruhi TD sistolik dan diastolik mencit, karena CMC-Na tidak mengandung zat aktif yang berkhasiat obat untuk menurunkan tekanan darah (Safitri, Kholifah, & Rangkuti, 2021).
CMC-Na dalam penelitian ini tidak hanya digunakan dalam P2, namun juga digunakan sebagai agen pensuspensi atenolol 6,5 mg/kgBB dan ekstrak etanol 96% akar R. serpentina dengan dosis 70, 140 dan 280 mg. Sediaan suspensi dibuat untuk� untuk mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil/larut dalam air (Fitriani dkk., 2015). Atenolol merupakan obat antihipertensi golongan β-blocker yang bersifat sebagai nonvasodilatasi yang memiliki mekanisme aksi dalam menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi curah jantung (Poirier & Tobe, 2014). Atenolol memiliki kelarutan yang rendah dalam air (Parfati, Rani, Charles, & Geovanny, 2018). Selain atenolol, reserpin yang merupakan zat aktif yang terkandung dalam akar R. serpentina memiliki kelarutan yang praktis tidak larut di dalam air (Shakeel, Haq, Siddiqui, Alanazi, & Alsarra, 2015). Oleh karena itu, dalam penelitian ini atenolol dan ekstrak etanol 96% akar R. serpentina lebih efektif jika dibuat sediaan dalam bentuk suspensi.
Efek antihipertensi ekstrak
etanol 96% akar R. serpentina
berasal dari senyawa golongan alkaloid, yaitu reserpin yang dapat mengobati hipertensi ringan hingga sedang (Kumar, Kumar, Bajpai, & Madhusudanan, 2020). Sifat antihipertensi dari
reserpin adalah karena aksi depresannya
pada sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Reserpin
mencegah penyimpanan
serotonin dan katekolamin. Selain
itu, reserpin juga mengganggu fungsi sistem saraf otonom
dengan menipiskan katekolamin dari neuron adrenergik dan mengaktifkan sistem parasimpatis. Salah satu efek yang ditimbulkan adalah penurunan tekanan darah (antihipertensi) (Agrawal, 2019). Berdasarkan hasil
persentase (%) penurunan TD
sistolik dan diastolik mencit pada Gambar 1 menunjukkan,
bahwa P4, P5 dan P6 yang merupakan
kelompok ekstrak dengan dosis 70, 140 dan 280 mg/kgBB mampu menurunkan
TD sistolik dan diastolik mencit dengan persentase
penurunan mean
Gambar 1
Persentase Penurunan
TD Sistolik dan Diastolik Mencit. Data ditampikan sebagai mean
E.
Analisis Data
Hasil uji normalitas dan homogenitas dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk dan uji Levene menunjukkan, bahwa data %penurunan mean�SEM TD sistolik dan diastolik mencit terdistribusi normal dan homogen, yang ditandai dengan niai signifikansi
(p>0,05). Hasil uji normalitas dan homogenitas %penurunan TD sistolik dan diastolik mencit dapat dilihat
pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas %Penurunan TD Sistolik dan Diastolik Mencit menggunakan Uji Saphiro-Wilk
Kelompok Perlakuan |
Nilai Signifikansi (p>0,05) |
Interpretasi Hasil |
|
%Penurunan TD Sistolik |
%Penurunan TD Diastolik |
||
P1 |
0,945 |
0,409 |
Normal |
P1 |
0,940 |
0,427 |
Normal |
P3 |
0,420 |
0,521 |
Normal |
P4 |
0,780 |
0,145 |
Normal |
P5 |
0,225 |
0,424 |
Normal |
P6 |
0,130 |
0,928 |
Normal |
Tabel 6.
Hasil Uji Homogenitas %Penurunan TD Sistolik dan Diastolik Mencit menggunakan Uji Levene
Variabel |
Nilai
Signifikansi (p>0,05) |
Interpretasi
Hasil |
%Penurunan TD sistolik |
0,321 |
Homogen |
%Penurunan TD diastolik |
0,108 |
Homogen |
Data % penurunan
TD sistolik dan diastolik mencit yang telah terdistribusi normal dan homogen,
selanjutnya dianalsis dengan menggunakan uji One Way Anova. Berdasarkan hasil uji One Way Anova, dipeorleh nilai F(hitung) (197,264) > nilai F (tabel) (3,11) dan nilai signifikasi pada masing-masing variabel
(% penurunan TD sistolik
dan diastolik mencit) sebesar 0,000 dan 0,018 (p<0,05). Hal ini menunjukkan, bahwa minimal terdapat dua kelompok yang memiliki perbedaan signifikan pada %penurunan TD sistolik dan diastolik mencit. Hasil uji One Way Anova %penurunan TD sistolik dan diastolik mencit dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7
Hasil Uji One Way Anova %Penurunan TD Sistolik dan Diastolik Mencit
Variabel |
n |
k |
Nilai F (Hitung) |
Nilai F (Tabel) |
Nilai Signifikansi (p<0,05) |
Interpretasi Hasil |
%Penurunan
TD sistolik |
18 |
6 |
197,264 |
3,11 |
0,000 |
Ada perbedaan
signifikan |
%Penurunan
TD diastolik |
18 |
6 |
4,400 |
3,11 |
0,018 |
Ada perbedaan
signifikan |
Keterangan: n = banyak data 1 variabel; k = banyak variabel.
Untuk menentukan
perbedaan signifikasi pada setiap kelompok, maka selanjutnya dilakukan uji post hoc menggunakan
uji LSD. Hasil uji post hoc %penurunan TD sistolik dan diastolik mencit menggunakan uji LSD (Tabel 8) menunjukkan, bahwa pada variabel %penurunan TD sistolik mencit tidak ada
perbedaan signifikan
(p>0,05) antara P1 dengan
P2 dan P4 dengan P5. Namun,
ada perbedaan signifikan (p<0,05) antara P1 dengan P3, P4, P5 dan P6; P2 dengan
P3, P4, P5 dan P6; P3 dengan P4, P5 dan P6; dan P5 dengan P6. Sedangkan, pada variabel %penurunan TD sistolik mencit dipeorleh hasil, bahwa tidak ada
perbedaan signifikan
(p>0,05) antara P1 dengan
P2, P3, P4 dan P5; P2 dengan P3, P4 dan P5; P3 dengan P4 dan P5; dan P4 dengan
P5. Namun, ada perbedaan signifikan (p<0,05) antara P1 dengan P6; P2 dengan P6; P3 dengan P6; P4 dengan P6; dan P5 dengan P6.
Tabel 8
Hasil Uji Post Hoc %Penurunan
TD Sistolik Mencit menggunakan Uji LSD
Variabel |
Kelompok Perbandingan |
|
Nilai Signifikansi (p>0,05) |
Interpretasi Hasil |
%Penurunan TD sistolik %Penurunan TD diastolik |
P1 |
P2 P3 P4 P5 P6 |
0,946 0,000 0,000 0,000 0,000 |
Tidak berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan |
P2 |
P3 P4 P5 P6 |
0,000 0,000 0,000 0,000 |
Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan |
|
P3 |
P4 P5 P6 |
0,008 0,001 0,000 |
Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan |
|
P4 |
P5 P6 |
0,309 0,000 |
Tidak berbeda signifikan Berbeda signifikan |
|
P5 |
P6 |
0,002 |
Berbeda signifikan |
|
P1 |
P2 P3 P4 P5 P6 |
0,440 0,430 0,226 0,637 0,017 |
Tidak berbeda signifikan Tidak berbeda signifikan Tidak berbeda signifikan Tidak berbeda signifikan Berbeda signifikan |
|
P2 |
P3 P4 P5 P6 |
0,986 0,642 0,223 0,004 |
Tidak berbeda signifikan Tidak berbeda signifikan Tidak berbeda signifikan Tidak berbeda signifikan |
|
P3 |
P4 P5 P6 |
0,654 0,218 0,004 |
Tidak berbeda signifikan Tidak berbeda signifikan Tidak berbeda signifikan |
|
P4 |
P5 P6 |
0,104 0,002 |
Tidak berbeda signifikan Berbeda signifikan |
|
P5 |
P6 |
0,046 |
Berbeda signifikan |
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa ekstrak etanol 96% akar R. serpentina memiliki efek antihipertensi, karena dapat menurunkan tekanan darah mencit yang dibuat hipertensi. Dosis ekstrak yang paling efektif dalam menurunkan tekanan darah mencit adalah 280 mg/kgBB. Penelitian ini dapat dijadikan referensi atau acuan oleh peneliti selanjutnya untuk menguji toksisitas ekstrak etanol 96% akar R. serpentina pada hewan uji.
BIBLIOGRAFI
Agrawal, S. (2019). Rauvolfia serpentina: a medicinal
plant of exceptional qualities. Alt Med Chiropr OA J, 2(2),
180016.
Aniszewski, Tadeusz. (2015). Alkaloids:
chemistry, biology, ecology, and applications. Elsevier.
Azmi, Muhammad Bilal, & Qureshi, Shamim
A. (2012). Methanolic root extract of Rauwolfia serpentina benth improves the
glycemic, antiatherogenic, and cardioprotective indices in alloxan-induced
diabetic mice. Advances in Pharmacological Sciences, 2012.
Bloch, M. J. (2016). Worldwide Prevalance
of Hypertension Exceeds 1.3 Billion. Journal of the American Society of
Hypertension, 10(10), 1�2.
Ginting, Suventi Syafrina. (2020).
Perbandingan Efek Penyembuhan Luka Bakar Antara Gel Ekstrak Etanol Daun Afrika
(Gymnanthemum amygdalinum Del.) Dengan Gel Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Serta Kombinasinya Pada Kelinci Tahun 2019. Jurnal
Penelitian Farmasi & Herbal, 3(1), 82�90.
Hidayah, Riska Nurul, &
Sulistiyaningsih, Rr Sulistiyaningsih Rr. (2019). Review Artikel: Tanaman
Dengan Aktivitas Anti Hipertensi. Farmaka, 17(2), 161�166.
Khoury, Shireen R., & Ratchford,
Elizabeth V. (2021). Vascular Disease Patient Information Page: Subclavian
artery stenosis. Vascular Medicine, 26(4), 464�468.
Kumar, Brijesh, Kumar, Sunil, Bajpai,
Vikas, & Madhusudanan, K. P. (2020). Phytochemistry of Plants of Genus Rauvolfia.
CRC Press.
Kumari, I., Madhusudan, S., Walia, B.,
& Chaudhary, G. (2021). Rauwolfia serpentine (Sarpagandha): A Review Based
Upon Its Phytochemistry and Ayurvedic Uses. International Journal of Current
Research, 13(3), 16727�16734.
Kurnianto, A., Sunjaya, D. K., Rinawan, F.
R., & Hilmanto, D. (2020). Prevalance of Hypertension and Its Associated
Factors among Indonesian Adolescents. International Journal of Hypertension,
2020(4262034), 1�7.
Lee, Jinkook, Wilkens, Jenny, Meijer, Erik,
Sekher, T. V, Bloom, David E., & Hu, Peifeng. (2022). Hypertension
awareness, treatment, and control and their association with healthcare access
in the middle-aged and older Indian population: A nationwide cohort study. PLoS
Medicine, 19(1), e1003855.
Luo, Xiaoqin, Yang, Hexiang, He, Zhangya,
Wang, Shanshan, Chen, Tao, & Li, Chao. (2022). Numbers and Mortality Risk
of Hypertensive Patients with or without Elevated Body Mass Index in China. International
Journal of Environmental Research and Public Health, 19(1), 116.
Nguyen, Tu N., & Chow, Clara K. (2021).
Global and national high blood pressure burden and control. Lancet (London,
England), 398(10304), 932�933.
Oh, Gyu Chul, & Cho, Hyun Jai. (2020).
Blood pressure and heart failure. Clinical Hypertension, 26(1), 1�8.
Parfati, Nani, Rani, Karina Citra, Charles,
Nathanael, & Geovanny, Valencia. (2018). Preparation and evaluation of
atenolol-β-cyclodextrin orally disintegrating tablets using co-process
crospovidone-sodium starch glycolate. International Journal of Applied
Pharmaceutics, 10(5), 190�194.
Poirier, Luc, & Tobe, Sheldon W.
(2014). Contemporary use of β-blockers: clinical relevance of
subclassification. Canadian Journal of Cardiology, 30(5), S9�S15.
Rasul, Mohammed Golam. (2018). Conventional
extraction methods use in medicinal plants, their advantages and disadvantages.
Int. J. Basic Sci. Appl. Comput, 2, 10�14.
Roopashree, K. M., & Naik, Dhananjay.
(2019). Advanced method of secondary metabolite extraction and quality
analysis. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 8(3),
1829�1842.
Safitri, Meta, Kholifah, Febriyani, &
Rangkuti, Saru Noliqo. (2021). Efek Laksatif Infusa Daun Ketepeng Cina (Cassia
Alata Linn) Pada Tikus Jantan (Rattus Norvegicus) Galur Sprague Dawley Yang
Diinduksi Gambir. Jurnal Farmagazine, 8(1), 32�38.
Seminario-Amez, Maria, Gonz�lez-Navarro,
Beatriz, Ayuso-Montero, Raul, Jan�-Salas, Enric, & L�pez-L�pez, Jos�.
(2021). Use of local anesthetics with a vasoconstrictor agent during dental
treatment in Hypertensive and Coronary disease patients. A systematic review. Journal
of Evidence Based Dental Practice, 21(2), 101569.
Shah, S. M. A., Naqvi, S. A. R., Munir, N.,
Zafar, S., Akram, M., & Nisar, J. (2020). Antihypertensive and
Antihyperlipidemic Activity of Aqueous Methanolic Extract of Rauwolfia
serpentina in Albino Rats. Dose-Response: An International Journal, 18(3),
1�7.
Shakeel, Faiyaz, Haq, Nazrul, Siddiqui,
Nasir A., Alanazi, Fars K., & Alsarra, Ibrahim A. (2015). Correlation of
solubility of bioactive compound reserpine in eight green solvents at (298.15
to 338.15) K. Journal of Chemical & Engineering Data, 60(3),
775�780.
Sharma, J. R., Mabhida, S. E., Myers, B.,
Apalata, T., Nicol, E., Benjeddou, M., Muller, C., & Johnson, R. (2021).
Prevalance of Hypertension and Its Assocciated Risk Factor in a Rural Black
Population of Mthatha Town, South Africa. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 18(1215), 1�17.
Sogandi, Sogandi, & Nilasari, Putu.
(2019). Identifikasi senyawa aktif ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia
L.) dan potensinya sebagai inhibitor karies gigi. Jurnal Kefarmasian
Indonesia, 73�81.
Sulaiman, C. T., Jyothi, C. K., Unnithan,
Jinu Krishnan, Prabhukumar, K. M., & Balachandran, Indira. (2020).
Identification of suitable substitute for Sarpagandha (Rauvolfia serpentina
(L.) Benth. ex Kurz) by phytochemical and pharmacological evaluation. Beni-Suef
University Journal of Basic and Applied Sciences, 9(1), 1�11.
Sulandjari & Yuniastuti, E. (2010). The
Leaf Numbers and Root Diameter of Pule Pandak (Rauvolfia serpentina Benth.)
Influence The Root-Dry Weight and Reserpine Content. Journal of
Biotechnology and Biodiversity, 1(2), 31�36.
Sutiningsih, Dwi, Inova, Inova, & Adi,
Mateus Sakundarno. (2021). Tempoyak Sebagai Faktor Risiko Kejadian
Hipertensi (Studi pada Masyarakat Suku Dayak di Wilayah Puskesmas Tumbang
Samba, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah).
Wardhani, Rengganis Ayu Pramudya, &
Supartono, Supartono. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah
Rambutan (Nephelium lappaceum L.,) Pada Bakteri. Indonesian Journal of
Chemical Science, 4(1).
Zhang, Qing Wen, Lin, Li Gen, & Ye, Wen
Cai. (2018). Techniques for extraction and isolation of natural products: A
comprehensive review. Chinese Medicine, 13(1), 1�26.
Zhang, Yuqing, Miao, Huanhuan, Chia,
Yook‐Chin, Buranakitjaroen, Peera, Siddique, Saulat, Shin, Jinho, Turana,
Yuda, Park, Sungha, Tsoi, Kelvin, & Chen, Chen‐Huan. (2022).
Cardiovascular risk assessment tools in Asia. The Journal of Clinical
Hypertension.
����������� Copyright holder: Maruli Davidson Sitompul, Kadek Dian Widyapurwanti, Ni Luh Putu
Putri Dewi, Ni Kadek Warditiani (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |