Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 2, Februari 2022

 

PERANAN GENDER DALAM BENCANA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI KOTA PALANGKARAYA

 

Sari Marlina

Fakultas Teknik dan Informatika, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Minimnya perlibatan perempuan dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan mengakibatkan perempuan paling parah terkena dampak dari bencana tersebut. Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan dan lahan tersebut telah menyebabkan kabut asap tebal mengakibatkan terganggunya kegiatan sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat, termasuk kesehatan perempuan di dalamnya. Tujuan utama penelitian ini untuk mengkaji aspek peran gender dalam mitigasi kebakaran hutan dan lahan, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri beserta keluarga dalam menghadapi kebakaran hutan dan lahan. Analisis penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan memadukan data sekunder sosial, ekonomi dan studi literatur. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan gambaran bahwa gender di Kota Palangkaraya ikut bekerja keluar rumah seharian untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya. Kondisi ini mengakibatkan perempuan sangat rentan terkena efek dari kebakaran hutan dan lahan. Disamping itu, faktor kemiskinan dan kurangnya pengetahuan terhadap mitigasi bencana sangat berpengaruh besar terhadap kondisi ini. Peran dan partisipasi perempuan dalam menghadapi kebakaran hutan dan lahan sangat diperlukan, serta dibutuhkan keterlibatan pihak pemerintah maupun lembaga terkait sebagai upaya mitigasi dan pencegahannya. Kolaborasi antara lembaga pemerintah dengan keterlibatan perempuan dalam mitigasi kebakaran hutan dan lahan diharapkan dapat meminimalkan resiko terpaparnya perempuan dan keluarganya dari dampak buruk yang diakibatkan pasca kebakaran tersebut.

 

Kata Kunci: gender; kebakaran hutan dan lahan; mitigasi; perempuan

 

Abstract

The lack of women's involvement in preventing forest and land fires resulted in women being the worst affected by the disaster. The impact of the forest and land fires has caused thick smog resulting in disruption of social, economic and public health activities, including the health of women in it. The main purpose of this research is to examine aspects of gender roles in forest and land fire mitigation, so that they can prepare themselves and their families in dealing with forest and land fires. The analysis of this research was carried out descriptively by combining secondary social, economic and literature data. Based on the results of the study, it shows that gender in the city of Palangkaraya participates in working out of the house all day to meet the needs of their household life. This condition makes women very vulnerable to the effects of forest and land fires. In addition, the poverty factor and lack of knowledge on disaster mitigation greatly affect this condition. The role and participation of women in dealing with forest and land fires is very necessary, and the involvement of the government and related institutions is needed as mitigation and prevention efforts. Collaboration between government agencies and the involvement of women in forest and land fire mitigation is expected to minimize the risk of exposure of women and their families to the negative impacts caused by the fires.

 

Keywords: gender; forest and land fires; mitigation, women

 

Received: 2022-01-20; Accepted: 2022-02-05; Published: 2022-02-20

 

Pendahuluan

Kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu permasalahan serius yang sampai saat ini masih belum dapat diatasi dengan baik. Kota Palangka Raya, kejadian kebakaran hutan dan lahan merupakan kejadian yang hampir terjadi setiap tahun pada musim kemarau. Kondisi ini mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi, sosial dan lingkungan yang akan menghambat laju pembangunan dan pengembangan wilayah Kota Palangka Raya sehingga diperlukan upaya pengendalian terhadap kebakaran hutan dan lahan (Mapilata, Gandasasmita, & Djajakirana, 2013). Menurut Data Sipongi Karhutla Monotoring Sistem Kebakaran lahan yang terjadi di Kalimantan Tengah sepanjang tahun 2019 sebesar 134 ribu ha lahan yang terbakar, salah satu kota terparah terjadi kebakaran lahan tersebut yaitu Kota Palangkaraya yang merupakan ibu kota dari provinsi Kalimantan Tengah.

Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran lahan tersebut telah menyebabkan kabut asap tebal mengakibatkan terganggunya kegiatan sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat. Penerima dampak akibat bencana tersebut salah satunya adalah perempuan. Beberapa penelitian telah mengidentifikasikan bahwa tingkat dampak bencana pada perempuan berbeda berdasarkankepada pemahaman persepsi dan kesiapsiagaan mereka. (Mulyasari & Shaw, 2013) menyebutkan perempuan memiliki resiko terpapar bencana, kelas sosial, keharusan mereka dalam tugas menjaga keluarga dan anak-anak Perbedaan laki-laki dan perempuan dalam menghadapi bencana terletak pada tendensi sudut pandang mereka lebih rentan, memiliki kontrol yang terbatas. Meskipun demikian perempuan memiliki kecenderungan untuk lebih mempersiapkan diri mereka dan keluarga dalam menghadapi bencana dibandingkan dengan laki-laki (Takeuchi & Shaw, 2009).

Pasca bencana dampak yang dirasakan oleh perempuan cenderung memiliki potensi risiko lanjutan sepertu peningkatan hilangnya mata pencaharian, kekerasan berbasis gender, dan bahkan hilangnya nyawa selama dan setelah terjadinya bencana alam (UNISDR, 2015). Tercatat enam puluh sampai tujuh puluh persen korban bencana yang ada di Indonesia adalah perempuan dan anak-anak (Setiawan, 2019). Terdapat empat faktor yang menyebabkan perempuan menjadi kelompok yang rentan saat bencana, antara lain: fisik, sosial budaya, pelayanan dan bantuan, dan informasi (Lisna, Safrida, Siti, dan Syarifah, 2011). Aspek demografi, seperti: umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan status perkawinan juga semakin meningkatkan perempuan dalam kerentanan bencana (Elaine Enarson & Chakrabarti, 2009).

Pasca terjadi kebakaran lahan dan hutan di Kota Palangkaraya menunjukkan bahwa perempuan masih jarang dipertimbangkan kondisinya, selalu beranggapan bahwa antara perempuan dan laki-laki memiliki kondisi yang sama. Padahal antara perempuan dan laki-laki memiliki kondisi yang berbeda, tidak hanya terkait perbedaan aspek biologis, namun juga perbedaan kebutuhan, dan peran. Adanya perbedaan tersebut pada akhirnya akan berdampak pada hak, kewajiban, pengalaman, dan akses khususnya terkait usaha-usaha rehabilitasi dan rekonstruksi. Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan utama dari penelitian ini untuk mengkaji peran gender dalam menghadapi bencana kebakaran lahan dan hutan di Kota Palangkaraya.

 

Metode Penelitian

A.    Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Palangkaraya (Gambar 1), secara administratif, luas wilayah Kota Palangka Raya mencapai 2.853,12 km2 yang mencakup lima kecamatan dan 30 kelurahan. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa kabupaten tersebut merupakan kabupaten salah satu yang paling besar merasakan dampak dari kejadian kebakaran lahan di Provinsi Kalimantan Tengah.

 

administrasi-kota-palangkaraya-a1.jpg

Gambar 1

Peta administrasi Kota Palangkaraya

 

B.     Pengumpulan Data dan Tehnik Analisis Data

Pengumpulan data di lakukan dengan Desk Study, yaitu cara pengumpulan data dan informasi melalui kajian dan analisis data dan informasi yang menggunakan data sekunder, baik berupa laporan, referensi, maupun peta-peta (Hadi, S., Ningsih, N.S., Pranowo, W.S., Achmad, H., Ramadhan, M.A., Fauzie, R.M.D., Sunendar H., Muliadi., Huda, A., Sodikin, K., Ali, H., Cempaka, R., Asparini, M., Gusman, A.R. & Berlianty, 2002). Data yang digunakan di penelitian ini berupa data sekunder dan studi literatur. Data sekunder yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan lahan serta data sosial ekonomi Kota Palangkaraya. Data kuantitatif ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel sebagai bahan pendukung analisa yang dilakukan. Analisisnya dilakukan secara deskriptif dengan mengandalkan kekritisan berpikir atas data dan informasi yang dikumpulkan.

 

Hasil dan Pembahasan

A.    Gambaran Sosial dan Ekonomi

Berdasarkan komposisi umur, Kota Palangka Raya didominasi oleh penduduk usia produktif (15-64 tahun). Komposisi penduduk usia produktif terus meningkat dan mencapai 72,70 persen pada tahun 2019. Jumlah penduduk mengambarkan tingkat pertambahan penduduk setiap tahun berdasarkan jenis kelaminnya. Pertumbuhan penduduk di Kota Palangkaraya setiap tahun terus mengalami peningkatan. Penduduk adalah sebagai subjek dan juga objek pembangunan. Sebagai subjek pembangunan, maka penduduk harus dibina dan ditingkatkan kapasitasnnya sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan. Bertambahnya jumlah penduduk suatu wilayah tentu saja harus diikuti dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah-masalah kependudukan seperti masalah sosial, ekonomi, keamanan, dan lingkungan (Sari, Yulmardi, & Bhakti, 2016), untuk lebih jelasnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Palangkaraya dapat dilihat pada Gambar 2.

 

Gambar 2

Grafik jumlah penduduk Kota Palangkaraya

 

Mata pencaharian masyarakat Kota Palangkaraya terdiri dari 7 kategori dan ditinjau dari persentase kemiskinan terjadi tren penurunan, disajikan pada Gambar 4. Distribusi mata pencaharian masyarakat berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Gambar 3. Pada Gambar 3 terlihat bahwa perempuan di Kota Palangkaraya memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Selama ini peran pencari nafkah identik dengan kaum laki-laki, sedangkan perempuan identik dengan peran domestik (Block, Croft, De Souza, & Schmader, 2019).

 

�Gambar 3

Grafik distribusi status pekerjaan utama masyarakat Kota Palangkaraya tahun 2019

 

Gambar 4

Grafik tren kemiskinan di Kota Palangkaraya tahun 2020

 

Pada Gambar 4 menunjukkan tingkat persentase kemiskinan rumah tangga di Kota Palangkaraya bahwa sebagian masyarakat masih berupaya untuk hidup dengan layak.tingkat kemiskinan tersebut sangat berpengaruh terhadap keharusan laki-laki dan perempuan untuk keluar dalam kondisi apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini sejalan yang dikemukan oleh (Ulya & Yunardy, 2006) bahwa secara sosial rumah tangga merupakan institusi yang paling terkena dampak dari terjadinya kebakaran lahan dan hutan. Secara gambaran sosial dan ekonomi perempuan di Kota Palangkaraya memiliki resiko besar terkena dampak dari kebakaran lahan dan hutan, apalagi perempuan yang masih hidup di bawah garis kemisikinan dan juga wilayah pedalaman, hal ini diperparah dengan kurangnya pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya.

B.     Peran Gender Menghadapi Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Strategi Pengarusutamaan (arus utama) gender mengikutsertakan gender dalam perencanaan hingga evaluasi kebijakan dan program pembangunan nasional. Perempuan seringkali dikenal sebagai kelompok yang rentan dalam fase tanggap darurat dan pemulihan (Ginige, Amaratunga, & Haigh, 2014) namun, perempuan memiliki banyak kapasitas dan kemampuan untuk manajemen bencana yang harus diidentifikasi dan digunakan untuk membangun komunitas yang lebih tangguh (Elaine Pitt Enarson, 2012). Perempuan sebagai bagian dari masyarakat juga berhak untuk memberikan saran dan masukan serta tindakan dalam situasi bencana.Peran dan partisipasi perempuan sangat bermanfaat karena permasalahan gender seringkali menjadi permasalahan yang sulit untuk diatasi pada saat bencana.

Peran perempuan merupakan keterlibatan maupun keikutsertaan perempuan dalam suatu kegiatan secara aktif dan suka rela. Peran dalam penelitian ini merupakan keterlibatan perempuan pada kegiatan kebakaran lahan yang meliputi aspek teknis pencegahan, penyuluhan dan pelatihan. Di Kota Palangkaraya saat ini pelibatan perempuan dalam upaya pencegahan dan pengambilan keputusan terhadap bencana kebakaran lahan sangat minim, hal ini disebabkan oleh anggapan perempuan sangat kurang pengetahuan karena keterbatasan terhadap informasi dan teknologi dalam pencegahan kebakaran lahan dan hutan. Berdasarkan RPJMD Kota Palangkaraya tahun 2018-2023 program dan pencegahan penanggulangan kebakaran lahan dan hutan di Kota Palangkaraya baru mencapai target sekitar 40% dan diperkirakan pada tahun 2023 hanya mencapai 70%, hal ini menunjukkan pemerintah Kota Palangkaraya terus melakukan upaya pencegahan dengan peningkatan kapasitas masyarakat dalam peningkatan pengetahuan tentang mitigasi pencegahan dan kebakaran lahan dan hutan. Kebakaran lahan dan hutan yang terjadi di Kota Palangkaraya pada tahun 2019 mencapai 1.950 ha merupakan salah satu daerah yang paling parah terjadi kebakaran lahan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah. Dampak akibat terjadinya dari kebakaran lahan dan hutan tersebut telah mengakibatkan berbagai kerugian ekonomi, sosial dan kesehatan masyarakat dan sebagian masyarakat yang terdampak akibat bencana tersebut adalah perempuan.

Perempuan memiliki peranan penting dikala terjadi kebakaran lahan dan hutan, karena selain tetap menjalankan tugas dan fungsinya dalam keluarga, mereka juga seringkali berperan sebagai keluarga dan pencari nafkah utama. (Elbaar & Meilantina, 2020) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa peran perempuan penting bagi lingkungan hidup.Hal ini juga didukung dengan pendapat (Astuti, 2012) menyebutkan kesadaran perempuan terhadap eksploitasi alam membuat mereka bangkit untuk menyelamatkan lingkungan. Pelibatan perempuan bersama laki-laki dalam pengelolaan hutan dan lahan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut dapat terjadi melalui distribusi peran dalam kegiatan� pengelolaan hutan (Rahmawati & Sunito, 2013). Perempuan mempunyai andil yang cukup besar dalam kelestarian hutan, ketahanan� pangan, kelangsungan� sumberdaya hayati dan berbagai aktivitas lainnya terkait hutan dengan� kearifan lokal yang dimiliki, sehingga hutan tetap lestari. Dilibatkannya perempuan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pemberian peran yang� sama dalam menyelesaikan masalah lingkungan hidup, merupakan salah� satu� strategi� bijaksana dalam� pembangunan� ini.� Tidak� hanya� itu, pemberian pemahaman� yang jelas tentang apa� itu� deforestasi� dan� degradasi� hutan pada� kaum� perempuan,� akan� memperluas pengetahuan� mereka� tentang �pengelolaan lingkungan hidup (Scorviana & Setiadi, 2018).

Peningkatan kapasitas perempuan dalam pengurangan risiko bencana adalah kunci dari efektifnya peran perempuan dalam upaya pengurangan risiko bencana. Secara umum strategi yang dapat dilakukan adalah membangun koordinasi dan kerjasama lintas organisasi perempuan dalam melakukan upaya pengurangan risiko bencana pada perempuan. Selain itu pemerintah juga harus melibatkan dan mengakomodir kepentingan perempuan pada semua fase kebencanaan (pra, saat dan pasca bencana). Ketangguhan perempuan dalam kebencanaan diantaranya adalah dengan meningkatkan kemampuan perempuan dalam kepemimpinan dalam komunitas baik dari aspek sosial, politik dan ekonomi (Moreno & Shaw, 2018). Memberikan pendidikan pada kapasitas untuk mempersiapkan dan tanggap terhadap bencana dapat mempengaruhi perilaku (Mangahas, Casimiro, & Gabriel, 2018) memberikan pengetahuan terakait risiko dan manajemen bencana akan menurunkan kerentanan pada perempuan serta dalam jangka panjang akan membangun ketangguhan di tengah masyarakat. Peran perempuan dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan ini diharapkan dapat merubah kebiasaan masyarakat agar lebih aktif dalam ikut serta untuk mencegah terjadinya kebakaran terutama pada lahan yang dijadikan sebagai tempat untuk bercocok tanam. Untuk menunjang keberhasilan mitigasi kebakaran hutan dan lahan diperlukan partisipasi laki-laki dan perempuan sekitar karna keberhasilan bukan hanya peran dari pemerintah namun sangat tergantung dari masyarakat itu sendiri.

 

Kesimpulan

1.      Kebakaran lahan dan hutan yang terjadi di Kota Palangkaraya sangat mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi serta kesehatan bagi kehidupan perempuan.

2.      Peran perempuan menjadi sangat penting saat ini mulai disadari dapat mengurangi resiko bencana dan memperkokoh ketahanan perempuan ketika harus menghadapi bencana kebakaran lahan dan hutan. Pelibatan perempuan dalam bentuk mitigasi dan pengambilan keputusan serta peningkatan pengetahuan merupakan instrument yang penting dalam mengurangi korban dari bencana kebakaran lahan dan hutan.

 

 


BIBLIOGRAFI

 

Astuti, Tri Marhaeni Pudji. (2012). Ekofeminisme dan peran perempuan dalam lingkungan. Indonesian Journal of Conservation, 1(1). Google Scholar

 

Block, Katharina, Croft, Alyssa, De Souza, Lucy, & Schmader, Toni. (2019). Do people care if men don�t care about caring? The asymmetry in support for changing gender roles. Journal of Experimental Social Psychology, 83, 112�131. Google Scholar

 

Elbaar, Evi Feronika, & Meilantina, Mayang. (2020). The Role of Women in Mitigation of Forest and Land Fires based on Local Wisdom. Systematic Reviews in Pharmacy, 11(6). Google Scholar

 

Enarson, Elaine, & Chakrabarti, P. G. Dhar. (2009). Women, gender and disaster: global issues and initiatives. SAGE Publications India. Google Scholar

 

Enarson, Elaine Pitt. (2012). Women confronting natural disaster: From vulnerability to resilience. Lynne Rienner Publishers Boulder, CO. Google Scholar

 

Ginige, Kanchana, Amaratunga, Dilanthi, & Haigh, Richard. (2014). Tackling women�s vulnerabilities through integrating a gender perspective into disaster risk reduction in the built environment. Procedia Economics and Finance, 18, 327�335. Google Scholar

 

Hadi, S., Ningsih, N.S., Pranowo, W.S., Achmad, H., Ramadhan, M.A., Fauzie, R.M.D., Sunendar H., Muliadi., Huda, A., Sodikin, K., Ali, H., Cempaka, R., Asparini, M., Gusman, A.R. & Berlianty, D. (2002). Pengumpulan Data dan Informasi untuk MCMA Provinsi Kalimantan Tengah, Pusat Penelitian Kelautan. LPPM-ITB, Bandung. Google Scholar

 

Mangahas, Teodora Luz S., Casimiro, Rosemarie R., & Gabriel, Arneil G. (2018). Economically challenged women in disaster risk management: toward a resilient Filipino community. Open Journal of Ecology, 8(1), 42�56. Google Scholar

 

Mapilata, Eko, Gandasasmita, Komarsa, & Djajakirana, Gunawan. (2013). Analisis daerah rawan kebakaran hutan dan lahan dalam penataan ruang di Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Majalah Ilmiah Globe, 15(2). Google Scholar

 

Moreno, Jenny, & Shaw, Duncan. (2018). Women�s empowerment following disaster: a longitudinal study of social change. Natural Hazards, 92(1), 205�224. Google Scholar

 

Mulyasari, Farah, & Shaw, Rajib. (2013). Role of women as risk communicators to enhance disaster resilience of Bandung, Indonesia. Natural Hazards, 69(3), 2137�2160. Google Scholar

 

Rahmawati, Fitria, & Sunito, Melani Abdulkadir. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi akses dan kontrol laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan sumberdaya hutan rakyat. Jurnal Sosiologi Pedesaan [Internet].[Diunduh Pada 3 Oktober 2018]. Google Scholar

 

Sari, Nurvita, Yulmardi, Yulmardi, & Bhakti, Adi. (2016). Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi. E-Jurnal Ekonomi Sumberdaya Dan Lingkungan, 5(1), 33�41. Google Scholar

 

Scorviana, Nova, & Setiadi, Setiadi. (2018). Strategi Perempuan Dayak Ngaju Dalam Program Redd+ Di Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmiah Pendidikan Lingkungan Dan Pembangunan, 19(1), 1�21. Google Scholar

 

Setiawan, R. (2019). BNBP: 60 Sampai 70% Korban Bencana Adalah Perempuan dan Anak. Google Scholar

 

Takeuchi, Yukiko, & Shaw, Rajib. (2009). Gender dimensions in risk communication a perspective from a sediment disaster in Hiroshima, Japan. Regional Development Dialogue, 30(1), 63�75. Google Scholar

 

Ulya, Nur Arifatul, & Yunardy, Syafrul. (2006). Analisis dampak kebakaran hutan di Indonesia terhadap distribusi pendapatan masyarakat. Jurnal Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan, 3(2), 133�146. Google Scholar

 

UNISDR. (2015). Sendai Framwork: Kerangka Kerja Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030.

 

Copyright holder:

Sari Marlina (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: