Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 2, Februari 2022
HUBUNGAN ANTARA STRES
DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
ANGKATAN 2020
Kholifah Yulia Astuti,
Christian Wijaya
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Stres merupakan bagian normal dari hidup kita
yang dibutuhkan untuk mendorong dan menjalankan kegiatan kita sehari-hari.
Semua yang menghasilkan stres disebut stresor.
Stres merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keseimbangan aksis hipotalamus-hipopisis-ovarium-organ
target perifer yang menyebabkan
ketidakteraturan menstruasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan stres dengan ketidakteraturan
siklus menstruasi terhadap mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Angkatan 2020. Penelitian
ini dilakukan dari bulan Februari-Maret
2021. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain studi
cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive
sampling, sehingga dari
teknik yang digunakan didapatkan� responden
yang memiliki kriteria yang
ditentukan adalah 115 responden. Pengambilan data mengenai stres menggunakan kuesioner Depression-Anxiety-Stress
Score (DASS- 42) dan pengambilan data mengenai siklus
menstruasi menggunakan kuesioner siklus menstruasi. Hasil Analisa penelitian menggunakan uji chi
square diperoleh P-value sebesar 0,072. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan siklus
menstruasi.
Kata Kunci: stres; siklus menstruasi; mahasiswi fakultas kedokteran
Abstract
Stress are a condition caused by stress and is needed to motivate us to
carry out daily activities. Women are a population that is easily stressed and
can experience menstrual cycle disorders, especially when the stress level is
high enough. Changes such as admission from high school to university are stressors
for freshmen, college campuses. The amount of material being studied becomes a
burden that can increase student stress, especially female students. In some
previous studies, there were contradictory results between the relationship
between stress and the menstrual cycle. This makes researchers interested in
conducting research that aims to determine the relationship between stress and
menstrual cycle irregularities for female students of Faculty of Medicine, Tarumanagara University Batch 2020 or level 1 students.
This research method is analytical observational with a cross sectional design.
Respondents were obtained by consecutive sampling technique, and 115 respondents
met the inclusion criteria. Respondents were then asked to fill out the
Depression-Anxiety-Stress Score (DASS-42) questionnaire for a questionnaire
regarding the menstrual cycle. The results obtained 61.7% of respondents
experienced stress with a moderate level of 34.7%. In the menstrual cycle
obtained 60% with a normal menstrual cycle. The results of the analysis using
the chi square test did not find a significant relationship between stress and
the menstrual cycle (P-value = 0.072).
Keywords: stress; menstrual cycle; female student of
faculty of medicine
Pendahuluan
Stres adalah usaha penyesuaian diri yang berusaha mengembalikan keseimbangan jiwa yang terganggu. Keadaan ini merupakan bagian normal dari hidup kita yang dibutuhkan untuk mendorong dan menjalankan kegiatan sehari-hari. Stres disebabkan oleh semua yang menghasilkan stres atau disebut stressor. Pada keadaan tertentu stres bisa mengganggu fungsi fisik dan mental jika melebihi kemampuan orang tersebut dalam menghadapi atau menyelesaikan stresor.(Palang Merah Indonesia, 2015). Pada orang yang tidak dapat mengatasi stres dapat mengalami gangguan stres akut, gangguan stres pascataruma, atau gangguan penyesuaian.(Maramis, 2015) .
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 didapatkan pravelensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia yang berumur 15 tahun keatas mencapai 9,8%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pravelensi gangguan mental emosional pada tahun 2013, yaitu 6%. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Menurut American Psychological Association (APA) wanita lebih berisiko mengalami �stres dibandingkan laki-laki, dari hasil survei tersebut didapatkan sebanyak 49% wanita mengatakan stres mereka meningkat selama lima tahun terakhir. (American Psychological Association, 2012). Pada data Bappenas tahun 2019 menyatakan jumlah penduduk wanita di Indonesia adalah� 133. 416.900 jiwa. (Bappenas, BPS, & UNFPA, 2013). Tingginya angka tersebut ditambah dengan rentannya wanita untuk mengalami stres memungkin semakin meningkatnya prevalensi gangguan mental penduduk di Indonesia.
Stres, pada kondisi tertentu� dapat mempengaruhi keseimbangan aksis hipotalamus-hipopisis-ovarium-organ target perifer yang akhirnya menyebabkan ketidakteraturan pada siklus menstruasi. (sherwood L, 2014). Menstruasi adalah pendarahan teratur dari uterus yang merupakan proses alamiah tubuh wanita. (Kusmiran, 2014). Siklus menstruasi adalah jarak antara hari pertama mulainya menstruasi hingga hari pertama mulainya menstruasi berikutnya. (Yudita, Yanis, & Iryani, 2017). Siklus yang terjadi karena fluktuasi kadar estrogen dan progesteron di dalam darah yang menimbulkan perubahan struktur uterus ini, normal terjadi selama 21-35 hari. (sherwood L, 2014). Bila kurang dari 21 hari disebut polimenorea, dan bila lebih dari 35 hari maka disebut oligomenorea.
Perubahan lingkungan dapat menjadi stresor bagi beberapa orang, seperti perubahan metode pendidikan dari sekolah menengah atas ke metode pendidikan universitas, seperti pada fakultas kedokteran. (Rahayu & Arianti, 2020). Pada fakultas kedokteran terdapat banyak materi yang perlu dipelajari, sehingga menyebabkan mahasiswa harus menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Selain itu adanya situasi yang kompetitif meningkatkan stresor bagi sebagian mahasiswi, sehingga� berisiko terjadinya gangguan siklus menstruasi. (Abdulghani, AlKanhal, Mahmoud, Ponnamperuma, & Alfaris, 2011), (Maulina & Sari, 2018). Berdasarkan hasil penelitian Hatmanti (2015) pada mahasiswi program studi S1 Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga �didapatkan� 100 % mahasiswanya mengalami stres. Pada penelitian tersebut didapatkan adanya hubungan yang cukup kuat antara stres dengan siklus menstruasi yang dialami mahasiswa tersebut. (Hatmanti NM, 2015). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan �Yudita, Yanis dan Iryani (2017) terhadap mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang tidak mendapatkan �hubungan yang bermakna antara stres yang dialami mahasiswanya dengan siklus menstruasi (Yudita et al., 2017).
Mahasiswi fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2020, adalah mahasiswa yang baru 2 semester menjalani pendidikan di fakultas kedokteran. Perubahan dari masa SMA dengan masa kuliah ini dapat menjadi stresor bagi mereka dan beresiko mengalami gangguan siklus menstruasi.� Berdasarkan penjelasan di atas ditambah dengan masih adanya kontroversi mengenai hubungan stres dengan ketidakteraturan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai mengetahui Hubungan Antara Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Angkatan 2020.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain studi cross sectional.
Penelitian ini dilakukan secara daring (dalam jaringan) menggunakan google form pada bulan
Februari - Maret 2021 dengan kriteria inklusi antara lain: Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
angkatan 2020 yang bersedia
menjadi responden dan sudah mengalami menstruasi pertama. Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2020 yang sudah menikah, hamil, menggunakan KB, terdiagnosis dalam kelompok Abnormal Uterine Bleeding (PALM-COEIN), hipertensi, diabetes, memiliki riwayat operasi pengangkatan rahim, memiliki riwayat atau dalam pengobatan
dengan gangguan kecemasan/psikologis. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 115 responden yang diperoleh melalui teknik consecutive sampling, dengan variabel bebas adalah stres dan variabel tergantung adalah siklus menstruasi.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner depression anxiety stress scale 42 (DASS 42) dan kuesioner siklus menstruasi. Data yang diperoleh diolah menggunakan aplikasi SPSS Ver.25
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan terhadap 115 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Responden didapatkan� dengan cara consecutive
sampling. Responden kemudian
diberikan� kuesioner melalui aplikasi google form .
Responden yang pada penelitian ini memiliki rentang
usia 17-23 tahun dengan rerata usia
18.43 tahun. Berdasarkan analisis tingkat stres didapatkan mayoritas responden mengalami stres (61,7%) responden dengan tingkat stres mayoritas
(34,7%) mengalami tingkat stres sedang. (Tabel 4.1)
Pada kuesioner
mengenai siklus menstruasi didapatkan sebanyak �60,0% responden
mengalami siklus menstruasi yang normal. Pada responden
yang mengalami menstruasi tidak normal mayoritas (18,3%) responden mengalami polimenorea. (Tabel 1).
Tabel 1
Karakteristik Responden
PARAMETER
|
N
(%) |
MEAN
(SD) |
MED
(Min-Max) |
Usia |
|
18,43
(0,947) |
18,00
(17-23) |
Stres |
|
|
|
�
Tidak Stres |
�44 �(38,3%) |
|
|
�
Stres |
�71�� (61,7%) |
|
|
|
� 20 �(27,8%) |
|
|
|
� 25 �(34,7%) |
|
|
|
� 22 �(30,6%) |
|
|
|
���4 �( 5,6%) |
|
|
Menstruasi |
|
|
|
�
Normal |
��69 (60,0%) |
|
|
�
Tidak Normal |
|
|
|
�
Amenorea ��� |
���
5 ( 4,3%) |
|
|
�
Oligomenorea |
��20 (17,4%) |
|
|
�
Polimonorea |
��21 (18,3%) |
|
|
Pada analisis
bivariat didapatkan pada kelompok responden yang mengalami stres didapatkan sebanyak 53,5% responden memiliki siklus menstruasi normal. Pada esponden yang tidak mengalami stres 70,5% responden memiliki siklus menstruasi yang normal.
Hasil analisa menggunakan
uji chi square diperoleh P-value sebesar 0,072. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan siklus
menstruasi (Tabel 2).
Tabel 2
Hubungan Antara Stres Dengan Siklus Menstruasi
PARAMETER N % |
Menstruasi |
P- value |
|||
Tidak Normal |
Normal |
Total |
|||
Stres |
Tidak stres |
13 29,5% |
31 70,5% |
44 100,0 % |
0,072 |
Stres |
33 46,5% |
38 53,5% |
71 100,0 % |
||
Total |
46 40,0% |
69� 60,0% |
115 100,0 % |
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada 115 mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
angkatan 2020, maka dapat disimpulkan dari penelitian ini, yaitu: 1). Pada penelitian ini didapatkan responden yang mengalami stres adalah sebanyak 61,7% responden. Responden dengan tingkat stres terbanyak didapatkan pada stres sedang, yaitu 21,7% responden. Responden yang tidak stres� sebanyak
38,3%. 2). Pada penelitian ini
didapatkan 60,0% responden mengalami siklus menstruasi yang normal. Responden
yang mengalami menstruasi tidak normal adalah 40% responden. Siklus menstruasi tidak normal dibagi lagi menjadi� (4,3%) responden
mengalami amenorea, 17,4% responden mengalami oligomenorea,� 18,3% responden mengalami polimenorea. 3). Pada penelitian ini tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara stres dengan
siklus menstruasi (p-value
0.072).
Saran untuk penelitian ini Sebaiknya penelitian selanjutnya dilakukan dengan responden
pada tingkat pendidikan lebih tinggi dan juga memasukan faktor lain yang dapat
mempengaruhi stres.
Abdulghani, H. M., AlKanhal,
A. A., Mahmoud, E. S., Ponnamperuma, G. G., & Alfaris, E. A. (2011). Stress
and its effects on medical students: A cross-sectional study at a college of
medicine in Saudi Arabia. Journal of Health, Population and Nutrition, 29(5),
516�522. https://doi.org/10.3329/jhpn.v29i5.8906. Google Scholar
American
Psychological Association. (2012). Stress and gender. Google Scholar
Bappenas, BPS,
& UNFPA. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta: Badan
Pusat Statistik. Google Scholar
Hatmanti NM.
(2015). Tingkat Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswa. Journal of
Health Sciences, 8(1), 58�67. https://doi.org/10.33086/jhs.v8i1.218.
Google Scholar
Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar
(RISKESDAS). Google Scholar
Kusmiran, E.
(2014). Epidemiologi dan Gangguan Menstruasi. In Kesehatan Reproduksi Remaja
dan Wanita (pp. 105�114). Jakarta: Salemba Medika. Google Scholar
Maramis. (2015).
Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan terkait Stress. Dalam :
Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. In Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (2nd ed.,
pp. 307�324). Surabaya: Pusat Penerbit dan Percetakan. Google Scholar
Maulina, B.,
& Sari, D. R. (2018). Derajat Stres Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran
Ditinjau Dari Tingkat Penyesuaian Diri Terhadap Tuntutan Akademik. Jurnal
Psikologi Pendidikan Dan Konseling, 4(1), 1�5.
https://doi.org/10.26858/jpkk.v4i1.4753. Google Scholar
Palang Merah
Indonesia. (2015). Manajemen Stres. Jakarta: PMI.
Rahayu, M. M. N.,
& Arianti, R. (2020). Penyesuaian Mahasiswa Tahun Pertama Di Perguruan
Tinggi: Studi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Uksw. Jurnal Psikologis
Sains Dan Profesi, 4(2), 73. https://doi.org/10.24198/jpsp.v4i2.26681.
Google Scholar
sherwood L.
(2014). Sistem Reproduksi. In O. Ong, A. Mahode, & D. Ramadhani (Eds.), Fisiologi
Manusia : dari sel ke sistem (8th ed., pp. 781�842). Jakarta: EGC.
Yudita, N.,
Yanis, A., & Iryani, D. (2017). Hubungan antara Stres dengan Pola Siklus Menstruasi
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas,
6, 299�304. https://doi.org/10.25077/jka.v6.i2.p299-304.2017. Google Scholar
Copyright holder: Kholifah Yulia Astuti, Christian Wijaya (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |