Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 3, Maret 2022

 

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KUALITAS HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI YAYASAN KEBAYA YOGYAKARTA

 

Sumiyati, Muhammad Syamsu Hidayat, Tri Ani Marwati

Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia

Email: [email protected], [email protected], triyani.marwati@gmail.com

 

Abstrak

Human Immunodefficiency Virus dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit menular yang menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Individu yang terinfeksi virus HIV akan menjadi sangat rentan terserang penyakit, akibat menurunnya sistem kekebalan imun dalam tubuhnya. HIV/AIDS tidak hanya menimbulkan masalah pada fisik, akan tetapi juga menimbulkan masalah sosial dan psikologis pada individu. Kompleksnya masalah yang dihadapi ODHA tentu akan berimbas pada penurunan kualitas hidupnya. Dukungan sosial menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial terhadap kualitas hidup pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan Kebaya Yogyakarta. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 56 orang dengan menggunakan teknik sampling jenuh atau total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner tentang dukungan sosial dan kualitas hidup. Analisis data menggunakan uji Spearman rho dengan bantuan SPSS versi 22.0. Hasil analisis menunjukan nilai dari koefesien korelasi (r) sebesar 0,837 dengan angka signifikansi (p) sebesar 0,000 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan sosial terhadap kualitas hidup pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan Kebaya Yogyakarta.

 

Kata Kunci: HIV/AIDS; ODHA; dukungan sosial; kualitas hidup

 

Abstract

Human Immunodeficiency Virus and Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) are infectious diseases that are one of the public health problems throughout the world. Individuals who are infected with the HIV virus will become very susceptible to disease, due to a decreased immune system in the body. HIV/AIDS does not only cause physical problems, but also causes social and psychological problems for individuals. The complexity of the problems faced by PLWHA will certainly have an impact on the decline in their quality of life. Social support is one of the factors that can affect the quality of life. The purpose of this study was to determine the relationship of social support to the quality of life of people living with HIV/AIDS (PLWHA) at the Kebaya Foundation, Yogyakarta. This type of research is a quantitative research with a cross sectional approach. The sample in this study amounted to 56 people using saturated sampling technique or total sampling. Data was collected using a questionnaire about social support and quality of life. Data analysis using Spearman rho test with the help of SPSS version 22.0. The results of the analysis show that the value of the correlation coefficient (r) is 0.837 with a significance number (p) of 0.000. It can be concluded that there is a relationship between social support and quality of life in people with HIV/AIDS (PLWHA) at Yayasan Kebaya Yogyakarta. Data analysis using Spearman rho test with the help of SPSS version 22.0. The results of the analysis show that the value of the correlation coefficient (r) is 0.837 with a significance number (p) of 0.000. It can be concluded that there is a relationship between social support and quality of life in people with HIV/AIDS (PLWHA) at Yayasan Kebaya Yogyakarta. Data analysis using Spearman rho test with the help of SPSS version 22.0. The results of the analysis show that the value of the correlation coefficient (r) is 0.837 with a significance number (p) of 0.000. It can be concluded that there is a relationship between social support and quality of life in people with HIV/AIDS (PLWHA) at Yayasan Kebaya Yogyakarta.

 

Keywords: HIV/AIDS; PLWHA; social support; quality of life

 

Pendahuluan

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi permasalahan kesehatan global yang kasusnya terus meningkat dengan angka kematian yang tinggi menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang diketahui menjadi penyebab pada Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). HIV adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS adalah sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi HIV (RI, 2017).

Menurut Siregar dalam (Diatmi & Fridari, 2014) rusaknya sistem kekebalan tubuh pada orang yang terinfeksi HIV menyebabkan orang tersebut mudah diserang oleh penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal dan sering disebut dengan infeksi oportunistik. Penurunan sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) mengalami gejala-gejala menyerupai flu, seperti: lemas, mudah lelah, batuk yang berkepanjangan, demam, sakit kepala, nyeri otot, nafsu makan buruk, mual, pembengkakan kelenjar, berat badan yang turun drastis, dan bercak di kulit (Greene, Derlega, Yep, & Petronio, 2003).

Di Indonesia jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan Maret 2021 cendrung meningkat setiap tahun. Jumlah Komulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai Maret 2021 sebanyak 427.200 (78,7% dari target 90% estimasi ODHA tahun 2020 sebesar 543.100 orang. Sedangkan kasus AIDS sendiri dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2021 juga cendrung naik. Jumlah komulatif dari tahun 1987 sampai dengan Maret 2021 sebanyak 131.147 orang (RI, 2021).

Menurut KPAN dalam (Munaing & Justika, 2020) perubahan pola gaya hidup akan berdampak pada bergesernya nilai-nilai pada masyarakat dari tradisional ke arah modern misalnya, gaya hidup hura-hura, hedonis, lokalisasi dan perilaku seks bebas, peredaran narkoba yang akan berdampak pada penularan virus Acquired Immuno Dificiensi Syndrome (HIV/AIDS). Diketahui latar belakang berdasarkan faktor resiko penularan HIV/AIDS 61,7% melalui hubungan seksual, 20,3% Injection Drug User (IDU), 15,7% dari kelompok homoseksual, dan 2,3% dengan cara lain seperti transfusi darah dan perinatal (Kedaulatan Rakyat, 2007). Penyakit HIV/AIDS tidak hanya berdampak pada kondisi fisik ODHA saja tetapi juga berdampak pada kondisi psikologisnya berupa perasaan depresi, shock, penyangkalan, tidak percaya diri, takut, marah, rasa putus asa bahkan keinginan bunuh diri atau merusak dirinya. Hal ini disebabkan oleh stigma dan deskriminasi dari lingkungan sosial. Stigma dari masyarakat dapat menimbulkan diskriminasi terhadap ODHA.

Perlakuan diskriminatif dapat berasal dari keluarga sendiri, teman dan kerabat, masyarakat sekitar ataupun pemerintah (A. G. Baidowi et al., 2019). Deskriminasi dan stigma yang diterima ODHA semakin memperburuk keadaannya, karena menambah beban psikologis sehingga terasa sangat berat baginya untuk menjalani kehidupan. Banyaknya tekanan dan masalah yang dihadapi ODHA tentunya akan berimbas pada penurunan kualitas hidupnya. Kualitas hidup berupa kualitas yang dirasakan individu dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan kehidupan pribadi, kesehatan fisik, pekerjaan dan hubungan sosial, psikologi serta lingkungan dimana seseorang tinggal. Sama halnya dengan pendapat (Reno, 2010) menyebutkan bahwa kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian serta hubungan individu dengan lingkungan. Kompleksnya permasalahan yang dihadapi ODHA perlu adanya dukungan dan empati dalam meringankan beban hidup mereka guna memperoleh lingkungan yang kondusif sehingga mampu bersosialisasi dengan lingkungannya dan menjalankan kehidupan yang normal serta memberikan kualitas hidup yang positif.

Dukungan sosial memiliki peranan penting dalam kualitas hidup penderita HIV/AIDS karena ODHA tidak hanya membutuhkan penanganan terkait kondisi fisik dan terapi saja. ODHA masalah psikososial jauh lebih berat. Menurut Nasronudin dalam (Azwan., Herlina., 2015) salah satu faktor yang memiliki peranan penting dalam kualitas hidup ODHA adalah dukungan sosial. Definisi dukungan sosial mengandung pengertian sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan maupun bantuan yang dirasakan seseorang dari orang lain atau kelompok lain (Uchino, 2008). Terbentuknya dukungan sosial akan membuat seseorang merasa dihargai, dicintai serta merasa diakui dan diterima di masyarakat sehingga dapat memicu kualitas hidup yang lebih baik. Berdasarkan jurnalpenelitian(Munaing & Justika, 2020) menunjukan dukungan sosial berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hidup ODHA dan nilai dukungan sosial mempengaruhi kualitas hidup ODHA.

DIY penemuan kasus HIV/AIDS komulatif 2019 ini sebanyak 5.134 kasus (Dinkes DIY, 2020). Perlakuan diskriminasi terhadap ODHA di DIY sendiri bisa dikatakan masih cukup tinggi karena masih ada stigma negatif yang dilekatkan kepada mereka. Seperti hal yang terjadi pada sebuah berita yang diekspos oleh Antaranews (2019) bahwa masih banyak yang memperlakukan ODHA secara diskriminatif bahkan dipelayanan kesehatan dan juga dikalangan masyarakat. Magdalena salah satu pasien penderita HIV/AIDS di kota Yogyakarta yang juga berkecimpung di sebuah LSM advokasi terhadap ODHA mengatakan ada lebih dari 46 kasus diskriminasi yang diterima oleh ODHA di DIY. Diskriminasi itu berupa penolakan di lembaga pendidikan, dunia kerja, pelayanan kesehatan bahkan dilingkungan masyarakat ada yang ditolak jenazahnya untuk dikebumikan. Perlakuan diskriminasi juga dialami oleh Ragil Sukoyo seorang relawan HIV/AIDS DIY beliau mengatakan dirinya sering mendapati petugas kesehatan mendiskriminasi ODHA saat memeriksa, bahkan sekedar mengecek tensi darah petugas seolah enggan memegang pasien karena takut tertular (Gatra, 2019).

Yayasan Keluarga Besar Waria atau biasa disebut Yayasan Kebaya merupakan sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli akan nasib penderita penyakit HIV/AIDS, yayasan ini sebagai tempat menampung atau sebagai rumah singgah para waria yang yang terpuruk setelah divonis penyakit HIV/AIDS, dalam perkembangannya yayasan ini tidak hanya menampung waria tetapi juga menampung orang-orang yang mengidap penyakit HIV/AIDS terutama bagi mereka yang sudah tidak memiliki kelurga dan lansia. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti ke yayasan kebaya terdapat 56 ODHA yang ditampung diyayasan kebaya saat ini, diantaranya ada 12 orang yang tinggal di yayasan dan yang lainnya berada diluar, beberapa diantara mereka yang dirawat atau ditampung adalah mereka yang telah dibuang oleh keluarga atau terlantar. Hal ini menunjukan bahwa masih adanya sikap diskriminasi yang terjadi pada ODHA di Yayasan Kebaya.

Berdasarkan uraian di atas, masih maraknya perlakuan diskriminasi pada ODHA yang disebabkan masih kentalnya stigma dari lingkungan sosial, hal ini tentu dapat sebagai pemicu penurunan kualitas hidup pada ODHA karena merasa tidak mendapat dukungan secara sosial sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul �Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Kualitas Hidup Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan Kebaya Yogyakarta�.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan Jenis penelitian deskriptif korelasi (Sugiyono, 2017). Rancangan yang digunakan dalam penelitian yaitu cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Kebaya Yogyakarta dari bulan November 2021-Desember 2021.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ODHA yang terakses atau yang tertampung di Yayasan Kebaya Yogyakarta berdasarkan data saat ini berjumlah 56 orang. Sedangkan sampel adalah keseluruhan dari total populasi sebesar 56 orang dengan Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh atau total sampling karena populasi kurang dari 100 orang.

Tujuan penelitian ini bermaksud mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan antara variabel dukungan sosial (Independen) dan variabel kualitas hidup (Dependen) pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), dimana semuanya dilakukan dalam satu kali pengukuran menggunakan alat ukur kuesioner.

 

Hasil dan Pembahasan

1.   Analisis Univariat

a.   Karakteristik Responden

 

Tabel 1

DistribusiFrekuensi Karakteristik Respondendi Yayasan Kebaya Yogyakarta Tahun2021 (n= 56 )

Karakteristik Responden

F

%

Jenis Kelamin

 

 

Laki-Laki

43

77

Perempuan

13

23

Umur

 

 

24-31

15

27

32-41

16

29

42-51

16

29

52-61

9

15

Pendidikan

 

 

SD

9

16

SMP

10

18

SMA

32

57

D3

1

2

SI

4

7

Pekerjaan

 

 

Swasta

56

100

 

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukan bahwa dari 56 responden dilihat dari jenis kelamin mayoritas masih mengannggap dirinya berjenis kelamin laki-laki sebanyak 43 orang (77%). Selain itu jika dilihat dari umur responden mayoritas pada kategori umur antara 32-41(16%) dan antara umur 42-51 (16%) keduanya memiliki nilai yang sama. Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki responden mayoritas pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 32 orang (57%). Sedangkan yang terakhir dilihat dari jenis pekerjaan responden seluruhnya memiliki pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 56 orang (100%).

b.   Variabel Penelitian

DistribusiFrekuensi RespondenBerdasarkan Variabel Penelitian dapat dilihat pada Tabel berikut.

 

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial di Yayasan Kebaya Yogyakarta Tahun 2021

Dukungan Sosial

F

%

Tinggi

37

67

Sedang

13

23

Rendah

6

10

Total

56

100

 

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukan bahwa yang memiliki dukungan sosial baik yang berada di kategori tinggi sebanyak 37 responden (67%), yang memiliki dukungan sosial sedang 13 orang (23%) dan yang memiliki dukungan sosial tidak baik yang berada pada kategori rendah sebanyak 6 orang (10%).

 

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Responden Dukungan Sosial Berdasarkan Aspek di Yayasan Kebaya Yogyakarta Tahun 2021.

Aspek-Aspek Dukungan

F

%

Dukungan Emosional

 

 

Tinggi

37

67

Sedang

13

23

Rendah

6

10

Dukungan Penghargaan

 

 

Tinggi

29

52

Sedang

21

38

Rendah

6

10

Dukungan Instrumen

 

 

Tinggi

33

59

Sedang

14

25

Rendah

9

16

Dukungan Informasi

 

 

Tinggi

40

71

Sedang

11

19

Rendah

5

10

 

Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukan bahwa dari 56 responden jika dilihat dari masing-masing aspek dukungan sosial, yaitu jika dilihat dari segi aspek dukungan emosional yang memiliki tingkat dukungan tinggi sebanyak 37 orang (67%), yang sedang sebanyak 13 orang (23%) dan yang rendah sebanyak 6 orang (10%). Kemudian jika dilihat dari aspek penghargaan yang memiliki tingkat dukungan tinggi sebanyak 23 orang (52%), sedang sebanyak 21 orang (38%), rendah sebanyak 6 orang (10%). Selanjutnya dilihat dari aspek instrumen yang memiliki tingkat dukungan tinggi sebesar 33 orang (59%), sedang sebesar 14 orang (25%), rendah sebesar 9 orang (16%), dan yang terakhir jika dilihat dari aspek informasi yang memiliki tingkat dukungan tinggi sebesar 40 orang (71%), sedang sebesar 11 orang (19%) dan rendah sebesar 5 orang (10%).

 

Tabel 4

Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Hidup di Yayasan Kebaya Yogyakarta Tahun 2021.

Kualitas Hidup

F

%

Tinggi

37

66

Sedang

12

22

Rendah

7

12

Total

56

100

 

Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukan bahwa responden yang memiliki kualitas hidup baik yang berada dikategori tinggi sebanyak 37 responden (66%), yang memiliki kualitas hidup sedang 12 orang (22%) dan yang memiliki kualitas hidup tidak baik yang berada pada kategori rendah sebanyak 7 orang (12%).

2.   Analisis Bivariat

a.   Uji Normalitas Data

 

Tabel 4

Hasil Uji Normalitas

Variabel

Statistic

Sig

Keterangan

Dukungan Sosial

0,157

0,02

Tidak Normal

Kualitas Hidup

0,152

0,02

Tidak Normal

 

Berdasarkan hasil uji normalitas data pada tabel di atas diketahui nilai sig pada dukungan sosial adalah 0,02 < 0,05, dan nilai sig pada kualitas hidup adalah 0,02 < 0,05, yang menunjukan bahwa data tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu analisis bivariat yang digunakan untuk uji korelasi adalah korelasi Spearman rho.

b.   Hasil Uji Hipotesis

 

Tabel 5

Hasil Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Kualitas Hidup ODHA di Yayasan Kebaya Kota Yogyakarta.

������������� Variabel

 

N

R

P

Dukungan Sosial*

Kualitas Hidup

56

0,837

0,000

 

Berdasarkan tabel 5 di atas, menunjukan bahwa hasil uji korelasi spearman rho adalah korelasi sebesar 0,837 yang berarti terjadi korelasi sangat kuat antara variabel independen dan variabel dependen. Selanjutnya jika dilihat dari arah hubungan nilai r bernilai positif yang berarti semakin baik dukungan sosial yang diterima oleh ODHA semakin baik juga kualitas hidup yang dimiliki ODHA. Selain itu tabel 4.6 di atas juga menujukan bahwa terdapat nilai signifikan p value (α ≤ 0,05) yaitu sebesar 0,000, ini berarti ada hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup pada ODHA di Yayasan Kebaya Yogyakarta.

 

Pembahasan

1.   Dukungan Sosial ODHA di Yayasan Kebaya Yogyakarta

Hasil Uji statistik dari 56 responden menunjukan bahwa sebagian besar berada pada kategori tinggi yaitu terdapat 37 orang (67%), berada dikategori sedang sebanyak 13 orang (23%), dan berada dikategori rendah sebanyak 6 orang (10%). Hasil dari kategorisasi data untuk dukungan sosial menunjukan bahwa sebagian besar ODHA yang berada di Yayasan Kebaya memiliki atau menerima tingkat dukungan sosial yang tinggi atau baik. Hal ini dilihat dari jawaban responden untuk semua pertanyaan dimana sebagian besar responden memberikan skor jawaban yang tinggi dari semua dimensi pertanyaan tentang dukungan sosial, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa responden telah menerima perlakuan yang baik dari banyak sunber seperti orang-orang terdekat baik keluarga, teman, ketua yayasan dan masyarakat sekitar. Dukungan tersebut mereka rasakan dari emphati yang diberikan seperti merasa dipedulikan, diperhatikan, dihargai, disayangi dan selalu mendapatkan bantuan ketika sedang susah atau menghadapi masalah.

Terkait dengan hasil penelitian diatas tingginya tingkat dukungan sosial, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh K. Diatmi & I.G.A. Diah Fridari (2014) menunjukan bahwa dari 76 responden pada skala dukungan sosial sebagian besar ODHA memiliki tingkat dukungan sosial sangat tinggi sebanyak 44 orang atau sebesar 58% dan sebanyak 32 ODHA termasuk dalam kategori tinggi atau sebesar 42%. Kebutuhan akan dukungan sosial, sangat membantu dalam menguatkan penderita HIV/AIDS sehingga dapat menurunkan tingkat depresinya (Lyons & Gillis, 2010). Menurut teori Sarafino (Noviarini, Dewi, & Prabowo, 2013) menyebutkan bahwa dukungan sosial berfungsi sebagai pelindung dari perasaan tertekan serta dapat mengubah pandangan negatif individu terhadap situasi yang penuh stres. Selanjutnya teori (Nursalam, & Ninuk, 2013) mengatakan bahwa dukungan sosial terdiri atas informasi atau nasehat verbal atau nonverbal, bantuan nyata serta tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

Selanjutnya hasil uji statistik dari 56 responden jika ditelaah dari masing-masing aspek dukungan sosial yaitu aspek emosional memiliki tingkat dukungan tinggi sebanyak 37 orang (67%), sedang sebanyak 13 orang (23%) dan yang rendah sebanyak 6 orang (10%). Kemudian jika dilihat dari aspek penghargaan yang memiliki tingkat dukungan tinggi sebanyak 23 orang (52%), sedang sebanyak 21 orang (38%), rendah sebanyak 6 orang (10%). Selanjutnya dilihat dari aspek instrumen yang memiliki tingkat dukungan tinggi sebesar 33 orang (59%), sedang sebesar 14 orang (25%), rendah sebesar 9 orang (16%), dan yang terakhir jika dilihat dari aspek informasi yang memiliki tingkat dukungan tinggi sebesar 40 orang (71%), sedang sebesar 11 orang (19%) dan rendah sebesar 5 orang (10%).

Hasil presentase dari masing-masing aspek dukungan sosial di atas yang memiliki penilaian paling tinggi yaitu terdapat pada aspek dukungan informasi dengan presentase 40 orang (71%). Tingginya aspek dukungan informasi ini tidak terlepas dari dukungan yang diberikan orang-orang terdekat seperti ketua yayasan, teman dan orang-orang dilingkungan sekitar tempat tinggal, paling utama yang sangat berpengaruh adalah bantuan yang diberikan oleh komunitas yang ada di yayasan itu sendiri, karena mereka berada di komunitas yang sama dan mayoritas konflik yang mereka hadapi juga sama, sehingga mereka dapat saling memahami, berbagi informasi, saling memberi motivasi, memberi nasehat. Kemudian berdasar informasi dari responden juga yayasan selalu siaga ketika mereka ada keluhan sakit, langsung diberi obat atau dibawa ke pelayanan kesehatan, serta disetiap ada perkumpulan atau pertemuan sesama komunitas, selalu diberi nasehat dan informasi terkait pengobatan HIV/AIDS, serta yayasan selalu memberi kultur untuk selalu berpikir positif dan selalu menjaga kesehatan. Adanya dukungan informasi memberi kemudahan pada ODHA untuk mengatasi berbagai permasalahan dan kesulitan hidup. Informasi-informasi tersebut akan mendorong rasa percaya diri ODHA bahwa dirinya masih layak untuk mendapatkan kehidupan meskipun tervonis HIV?AIDS. Keyakinan seperti ini akan menjauhkan ODHA dari pemikiran negatif seperti tidak ingin sembuh bahkan ingin bunuh diri. House (1987), menyebutkan bahwa dukungan informasi atau mengajarkan keahlian yang dapat memberikan solusi terhadap suatu masalah. Dukungan informasi termasuk pemberian nasehat, arahan, saran dan feedback yang sedang dan telah dilakukan seseorang (Sarafino, 2010).

Selanjutnya jika dilihat dari 4 aspek dukungan sosial tersebut, aspek instrumental memiliki penilaian paling rendah dari 56 responden yaitu terdapat sebanyak 9 orang (16%) memberi skor rendah. Rendahnya presentase ini disebabkan oleh beberapa responden kurang merasa terbantu di aspek instrumen. Dukungan instrumental adalah bantuan secara finansial berupa uang atau barang atau membantu orang secara langsung, dukungan ini merupakan dukungan yang agak rumit dari aspek dukungan yang lainnya dikarenakan pemberi dukungan harus memiliki kemapanan dan keahlian untuk membantu kesulitan ODHA, bukan hanya sekedar memotivasi ataupun memberi saran tetapi harus memberikan bantuan secara langsung dan nyata, hal inilah yang membuat dukungan ini sedikit sulit untuk direalisasikan karena pada dasarnya tidak semua orang memiliki status finansial yang baik, dan juga tidak semua orang memiliki keahlian untuk membantu atau memenuhi kebutuhan orang lain. Keterbatasan itulah yang menyebabkan seseorang kurang beraktivasi dalam membantu orang lain, hal inilah yang mungkin terjadi di yayasan kebaya karena adanya keterbatasan dari segi finansial.

Searson (Rahma, U., & Esti, 2018) menyebutkan bahwa dukungan sosial bukan sekesar memberikan bantuan, namun yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan. Hal tersebut erat kaitannya dengan ketepatan dukungan yang diberikan, artinya bahwa individu yang menerima sangat merasakan manfaat dari bantuan bagi dirinya karena sesuatu yang aktual dan nyata memberikan kepuasan. Kemudian jika dilihat secara keseluruhan dari keempat aspek tersebut, mayoritas responden telah mengatakan memiliki dukungan yang tinggi atau baik. Tingginya dukungan sosial yang diberikan pada ODHA dapat mencegah atau mengurangi depresi, mencegah keterasingan, meningkatkan kebahagian, mencegah tindak kekerasan dan dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental ODHA.

Namun penting untuk kita ketahui bahwa ada beberapa hal yang dapat menjadi penghambat terjadinya dukungan sosial salah satunya adalah perilaku individu itu sendiri. (Cahyadi, 2012) menyebutkan bahwa faktor yang dapat menghambat pemberian dukungan sosial yang pertama, penarikan diri dari orang lain, yaitu disebabkan karena harga diri yang rendah, ketakutan untuk dikritik, pengharapan bahwa orang lain tidak akan menolong, seperti menghindar, mengutuk diri, diam, menjauh dan tidak ingin meminta bantuan. Kedua, melawan orang lain, seperti sikap curiga, tidak sensitif, tidak timbal balik, dan agresif. Ketiga, tindakan sosial yang tidak pantas, seperti membicarakan dirinya secara terus menerus, mengganggu orang lain dan tidak pernah merasa puas.

Berdasarkan hasil penelitian ini terkait dengan dukungan sosial, peneliti menyimpulkan bahwa pada dasarnya manusia sebagai mahkluk sosial tentu sangat memerlukan dukungan dari orang lain didalam setiap sisi kehidupan. Dukungan akan dirasakan sangat bernilai dan berharga ketika seseorang berada dalam keadaan yang tidak menyenangkan.

2.   Kualitas Hidup ODHA di Yayasan Kebaya Yogyakarta

Hasil Uji statistik dari 56 responden menunjukan bahwa sebagian besar berada pada kategori tinggi yaitu terdapat 37 orang (66%), berada dikategori sedang sebanyak 12 orang (22%), dan berada dikategori rendah sebanyak 7 orang (12%). Hasil dari kategorisasi data untuk kualitas hidup menunjukan bahwa sebagian besar ODHA yang berada di Yayasan Kebaya memiliki tingkat kualitas hidup yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Alva C.M dkk (2019) menunjukan bahwa dari 30 responden HIV/AIDS sebagian besar memiliki kualitas hidup yang baik yaitu 22 orang (73,3%). Menurut teori Fayers & Matchin (Primardi & Hadjam, 2011) menyebutkan bahwa kualitas hidup adalah pandangan atau perasaan ODHA terhadap kemampuan fungsionalnya akibat terserang HIV dan AIDS seperti kesehatan fisik, kondisi psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial serta hubungan individu tersebut dengan lingkungannya. Berdasarkan hasil penelitian terkait kualitas hidup peneliti menyimpulkan bahwa kualitas hidup yang baik terlihat pada berfungsinya individu secara fisik, psikologis,sosial dan hubungan dengan lingkungannya.

3.   Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Kualitas Hidup Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan Kebaya

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 56 responden didapatkan nilai koefesien korelasi menurut tingkat keeratan antar variabel adalah 0,837, dimana menurut kaidah jika nilai r berada pada rentang 0,80-1,000 memiliki korelasi yang sangat kuat. Angka korelasi yang didapat menandakan bahwa terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel. Artinya terjadi korelasi yang sangat kuat antara hubungan dukungan sosial terhadap kualitas hidup pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Sedangkan, jika dilihat dari arah hubungan nilai r bernilai positif yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat dukungan sosial yang diterima, maka semakin tinggi pula kualitas hidup ODHA yang ada di Yayasan Kebaya Yogyakarta.

Hasil uji korelasi dalam penelitian ini juga menunjukkan antara variabel dukungan sosial dengan kualitas hidup menujukan nilai signifikansi p value sebesar 0,000. Angka signifikansi memiliki nilai yang lebih kecil dari 0,05 hal ini sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan jika angka signifikansi hasil penelitian <0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan sosial terhadap kualitas hidup Orang Dengan HIV/AIDS. Secara statistik memang terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup ODHA, menurut asumsi peneliti hal ini dikarenakan ODHA telah mendapatkan dukungan yang baik dari orang terdekat, seperti teman, keluarga, ketua yayasan atau orang-orang disekitar tempat tinggal sehingga mereka mampu membuka diri dan bersosialisasi dilingkungan sekitar serta memiliki perasaan yang bahagia karena mereka merasa dirinya diterima, dihargai,diberi bantuan, dukungan, perhatian yang akan berdampak positif pada kondisi kesehatannya baik secara fisik maupun psikologis sehingga akan berimbas pula pada peningkatan kualitas hidup mereka. Hal ini merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Munsaweangsub (Henni, 2011) bahwa aspek hubungan sosial menghasilkan kesadaran masyarakat untuk lebih memahami kebutuhan dasar seperti hubungan keluarga dan dukungan sosial merupakan suatu hal penting untuk diberikan kepada ODHA agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Diatmi & Fridari, 2014). Diah Fridari (2014) bahwa dari hasil uji statistik terdapat nilai p value sebesar 0,000 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan positif antara variabel dukungan sosial dengan kualitas hidup. Selanjutnya penelitian yang sama juga dilakukan oleh Mantali (2019) bahwa hasil analisis bivariat menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sosial dengan kualitas hidup Orang Dengan HIV/AIDS yang berobat di Puskesmas Tikala Baru Kota Manado yaitu diperoleh p value lebih kecil dari nilai α (0,001<0,05). Hasil yang serupa juga terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Aswar (2020) dimana hasi uji linearitas menunjukan terdapat hubungan linear antara variabel dukungan sosial dengan kualitas hidup dengan nilai p value sebesar 0,02.

Berdasarkan hasil penelitian dan didukung pula oleh penelitian-penelitian yang lainnya memang pada dasarnya dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup ODHA, dimana dukungan sosial ini mampu memberikan kontibusi positif pada penderita HIV/AIDS. Dukungan sosial yang dimaksud adalah berupa bantuan yang diberikan oleh orang lain khususnya keluarga, teman, orang-orang terdekat dan lingkungan sosial sebagai bentuk perhatian dan kepedulian. Selain kondisi fisik yang terganggu, penderita HIV/AIDS juga mengalami masalah psikologis yang jauh lebih berat dikarenakan belum memiliki kesiapan mental untuk bisa menerima penyakit yang diderita sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan stres yang berlebihan, terlebih lagi memang secara sosial penyakit HIV/AIDS selalu dilekatkan pada stigma yang tidak baik yang memicu muncul perlakuan deskriminasi pada ODHA sendiri. Hal inilah yang cendrung mempengaruhi terjadinya penurunan kualitas hidup. Sarwono (Rozi, f Widodo, nami Yulian, & Msc, 2016) juga menyebutkan masalah psikososial akan memicu terjadinya masalah-masalah yang lebih rumit salah satunya adalah penurunan kualitas hidup. Kualitas hidup berfokus pada dimensi atau bidang kehidupan yang dapat menjadikan hidup lebih menyenangkan, bahagia, dan bermanfaat, seperti kebermaknaan bekerja, realisasi diri dan standar hidup yang baik. Kualitas hidup diberikan pada kompetensi perilaku atau kemampuan fungsional (Khariroh, 2018). Kemampuan fungsional diartikan sebagai perasaan individu agar mampu berfungsi secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai makhluk sosial individu dituntut dapat berfungsi secara fisik, spritual, psikologis dan sosial agar kualitas hidup lebih baik.

Sebagai makhluk sosial individu dituntut dapat berfungsi secara fisik, spritual, psikologis dan sosial agar kualitas hidup lebih baik. Dukungan sosial sangat penting diberikan kepada siapa saja dalam berhubungan dengan orang lain, untuk melangsungkan hidupnya ditengah masyarakat. Oleh karena itu sebagai sesama makhluk sosial yang beragama sangat penting bagi kita untuk saling membantu, memberikan dukungan dan menjaga hubungan baik satu sama lainnya tanpa harus membedakan status sosial. Islam dianjurkan untuk saling tolong menolong dan memudahkan urusan orang lain, dan memberi dukungan bagi siapa saja yang membutuhkan seperti yang tertuang dalam hadist berikut ini:

 

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَابِ الدُّنْياَ نَفْسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَابِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ وَمَنْ   يَسَّر عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالْاَخِرَةِ

وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا   وَالْاَخِرَةِ وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فِى عَوْنِ اَخِيهِ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ

Artinya: "Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan melapangkannya dari salah satu  kesusahan di hari kiamat. Barang siapa meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib) nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudarany�.(hadist riwayat muslim).

 

Hadist ini menjelaskan tentang sikap hidup yang harus kita tumbuh kembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, tentang kesediaan melapangkan kesusahan, meringankan beban penderitaan, menjaga atau menutupi aib saudaranya, dan kesediaan menolong sesama. Ketika hal tersebut terapkan dan kembangkan dalam kehidupan sehari penuh ikhlas insya Allah akan mendapat balasan dari Allah SWT. Dukungan sosial merupakan sejenis bantuan dan pendampingan yang didapatkan oleh seseorang dari orang lain yang tersedia untuk merawatnya dan seseorang itu adalah bagian dari lingkaran sosial tempatnya hidup dan tumbuh (Kumar, Lal, & Bhuchar, 2014).

Dukungan sosial memiliki beberapa aspek. Pertama, emotional support (dukungan emosional), yang mencakup ungkapan emphati, kasih sayang, perhatian dan kepedulian terhadap individu sehingga membuat individu merasa aman, nyaman, dicintai dan diperhatikan. Islam selalu mengajarkan untuk selalu memberikan kasih sayang, perduli terhadap sesama, menyenangkan hati orang lain, serta memberi perhatian kepada semua makhluk sosial seperti yang tertuang dalam Al-Quran surat Al-Balad ayat 17:

 

ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ

Artinya: � dan Dia (tidak pula) Termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk kasih sayang

 

Ayat ini menjelaskan bahwa hendaknya sebagai makhluk ciptaan Allah, senantiasa selalu bersabar dan saling mengingatkan serta harus saling menyayangi. Penting untuk kita sadari bahwa penderita HIV/AIDS bukanlah orang yang harus kita takuti atau kita jauhi melainkan harus kita perdulikan dan perhatikan sebagai sesama makhluk ciptaan Allah.

Kedua, dukungan penghargaan (Esteem Support) merupakan dukungan yang dapat memperkuat rasa kemampuan. Berupa pemberian positif terhadap individu, persetujuan pada pendapat individu atau mengekspresikan kepercayaan bahwa individu tersebut mampu mengatasi masalah yang dialaminya, karena hal tersebut sebagai bentuk penghargaan atau kesopanan terhadap individu. Perkataan yang baik dan sopan akan membuat orang merasa dihargai. Islam juga menganjurkan kita untuk berkata yang baik, seperti yang tertuang dalam surat Al-Israa� ayat 53:

 

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا

Artinya: dan Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: � Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar), Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi manusia�

 

Ketiga, dukungan instrumental (Tangible or Instrumental Support) berupa bantuan yang kongkrit, seperti penyediaan sumber daya tertentu misalnya bantuan secara finansial, bantuan fisik untuk penyelesaian tugas atau lainnya. Aspek dukungan instrumental sama pentingnya dengan aspek dukungan sosial yang lain, dimana penderita HIV\AIDS sangat membutuhkan bantuan seperti obat ARV dan pelayanan kesehatan demi kelangsungan hidupnya karena pada dasarnya penyakit HIV/AIDS sangat mempengaruhi kondisi fisik individu, secara medis mereka tidak bisa lepas dari mengkonsumsi obat ARV. Oleh karena itu hendaknya sesama makhluk ciptaan Allah untuk bisa saling tolong menolong pada siapa saja yang membutuhkan dalam mengerjakan hal kebaikan dan tidak diperbolehkan dalam hal keburukan. Tercermin dalam firman Allah surat Al-Maidah Ayat 2:

 

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Artinya: dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya.

 

Keempat, dukungan informasional (Informational Support) aspek dukungan ini diberikan dalam bentuk pemberian informasi, nasehat, petunjuk, saran serta bimbingan untuk memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi individu. Penderita HIV/AIDS tidaknya hanya fisiknya yang terganggu tetapi kondisi psikologis juga terganggu, karena banyaknya masalah yang dihadapi sering ditemui ODHA yang mengalami depresi akibat dari terinfeksi virus ini, dengan beragam alasan bahwa mereka malu, belum siap menerima kondisinya sebagai ODHA, dan harus memikirkan stigma dan deskriminasi dari masyarakat karena pada umumnya masyarakat awam masih beranggapan bahwa ODHA adalah orang yang melanggar nilai-nilai agama dan melakukan penyimpangan. Sangat penting untuk memberikan dukungan berupa saran, petrunjuk, bimbingan dan nasehat dalam membantu mengurangi beban psikologis disaat individu berada dalam tekanan agar memotivasi untuk bersabar dalam setiap keadaan. Islam sendiri mengajarkan manusia untuk saling menasehati dalam hal kebenaran dan tetap bersabar ketika menghadapi masalah sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-Ashr ayat 3:

 

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Artinya:� kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nesehat menasehati supaya menetapi kesabaran�

 

Dukungan sosial dapat membantu individu untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang dipercayai dapat meningkatkan rasa keterlibatan, rasa aman dan kehangatan, sehingga sehingga mengurangi kecemasan dan keputusasaan. Interaksi sosial penting untuk perkembangan keperibadian yang normal dan perilaku sosial yang tepat (Thoits, 1995). Dalam perspektif teori hubungan interpersonal menjadi salah satu ciri khas kehidupan manusia karena kodratnya manusia adalah makhluk sosial. Individu memerlukan keberadaan orang lain untuk saling membantu, mendukung, memberi perhatian serta bekerja sama dalam menghadapi tantangan kehidupan. Oleh karena itu individu membutuhkan individu lainnya agar bisa saling menerima atau memberi dukungan. Begitupun dalam perspektif islam seperti yang tertuang dalam ayat atau hadist diatas, dapat dipahami bahwa manusia dengan manusia lainnya harus saling bahu membahu, saling menyayangi, mengasihi serta saling memberikan perhatian dan kepedulian pada orang yang dalam kesulitan menghadapi masalah. Dukungan sosial terdiri dari berbagai aspek yang berwujud dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informasi untuk membantu individu menghadapi masalah yang berdampak pada kondisi fisik dan psikologisnya, sehingga dengan adanya dukungan ODHA merasa terbantu dan termotivasi ke arah yang baik serta meningkatkan kualitas hidupnya.

 

Kesimpulan

Sebagian besar Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan Kebaya Yogyakarta memiliki tingkat kategorisasi dukungan sosial yang tinggi atau baik dengan presentase sebesar 67%. Tingkat Kualitas Hidup yang dimiliki Orang Dengan HIV/AIDS di Yayasan Kebaya Yogyakarta juga berada pada kategorisasi tinggi atau baik dengan presentase sebesar 66%. Ada hubunganDukungan Sosial dengan Kualitas Hidup pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Yayasan Kebaya Yogyakarta dengan nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05) serta korelasi r sebesar 0,837.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BIBLIOGRAFI

 

Azwan., Herlina., &. Darwin. K. (2015). Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha. JOM, 2(2), 2.

 

Cahyadi, Andi. (2012). Konflik peran ganda perempuan menikah yang bekerja ditinjau dari dukungan sosial keluarga dan penyesuaian diri. Widya Warta: Jurnal Ilmiah Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, 36(02), 254�271. Google Scholar

 

Diatmi, Komang, & Fridari, IGAD. (2014). Hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup pada orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) Di Yayasan Spirit Paramacitta. Jurnal Psikologi Udayana, 1(2), 353�362. Google Scholar

 

Greene, Kathryn, Derlega, Valerian J., Yep, Gust A., & Petronio, Sandra. (2003). Privacy and disclosure of HIV in interpersonal relationships: A sourcebook for researchers and practitioners. Routledge. Google Scholar

 

Khariroh, Lia Masfiatul. (2018). Quality of life remaja penyintas kekerasan seksual pada pendampingan lembaga swadaya masyarakat. UIN Sunan Ampel Surabaya. Google Scholar

 

Kumar, Rajesh, Lal, Roshan, & Bhuchar, Vivek. (2014). Impact of social support in relation to self-esteem and aggression among adolescents. International Journal of Scientific and Research Publications, 4(12), 1�5. Google Scholar

 

Lyons, Sarah Jane, & Gillis, J. R. (2010). The role of social support and psychological resources in depression in people living with HIV/AIDS: Examing the mediating role of mastery and self-esteem. University of Toronto. Google Scholar

 

Munaing, Munaing, & Justika, Justika. (2020). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kualitas Hidup ODHA di Kota Makassar KDS Saribattangku. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang), 11(1), 80�89. Google Scholar

 

Noviarini, Nur Afni, Dewi, Mahargyantari Purwani, & Prabowo, Hendro. (2013). Hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup pada pecandu narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi. Prosiding Pesat, 5. Google Scholar

 

Nursalam, & Ninuk, D. .. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

 

Primardi, Aska, & Hadjam, M. Noor Rochman. (2011). Optimisme, harapan, dukungan sosial keluarga, dan kualitas hidup orang dengan epilepsi. Jurnal Psikologi, 3(2). Google Scholar

 

Rahma, U., & Esti, W. .. (2018). Peran Dukungan Keluarga Dalam Membentuk Kematangan Siswa SMP. Jurnal Ilmu Kel. Kons, 3(11). Google Scholar

 

Reno, Risang Bramasto. (2010). Hubungan Status Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar

 

RI, Kemenkes. (2017). Laporan Perkembangan HIV/AIDS & Infeksi Menular Seksual (IMS) Triwulan IV. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2020. Pukul 19.27 WIB. Jakarta Selatan.

 

RI, Kemenkes. (2021). Laporan Perkembangan HIV/AIDS & Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan I 2021. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2020, pukul 19.02 WIB.

 

Rozi, Rahdatu Fakanur, f Widodo, Ari, nami Yulian, Vi, & Msc, Ns. (2016). Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup ODHA pada kelompok dukungan sebaya solo plus di Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar

 

Sugiyono, P. D. (2017). Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, dan R&D. Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.

 

Thoits, Peggy A. (1995). Stress, coping, and social support processes: Where are we? What next? Journal of Health and Social Behavior, 53�79. Google Scholar

 

Uchino, Bert N. (2008). Social support and physical health. Yale university press. Google Scholar

��������

Copyright holder:

Sumiyati, Muhammad Syamsu Hidayat,Tri Ani Marwati (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: