�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

�e-ISSN : 2548-1398

Vol. 7, No. 3, Maret 2022

 

PENGARUH LITERASI KEUANGAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN USAHA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA UMKM SEPATU DAN SANDAL DI EKS LOKALISASI DOLLY

 

Nadifah Ayu Wulansari, Muhadjir Anwar

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Email: [email protected]

Corresponding author email: [email protected]

 

Abstrak

Salah satu yang menjadi potensi pengembangan ekonomi disetiap daerah adalah keberadaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di daerah. Usaha kecil dan menengah (UKM) telah berperan penting dalam pembangunan ekonomi dan menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Bisnis UKM berkontribusi signifikan terhadap produk domestik bruto, lapangan kerja, inovasi, dan pendapatan di negara berpenghasilan rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis literasi keuangan dan pengelolaan keuangan usaha terhadap kinerja keuangan pada umkm sepatu dan sandal di eks lokalisasi dolly. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara, dan data kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apabila tingkat literasi keuangan seorang pemilik maupun manajer sebuah UMKM semakin tinggi maka kinerja yang dapat dicapai oleh UMKM tersebut akan semakin meningkat.

 

Kata Kunci: literasi keuangan; pengelolaan keuangan; kinerja keuangan

 

Abstract

One of the potential economic development in each region is the existence of Micro Small and Medium Enterprises (MSMEs) in the region. Small and medium enterprises (SMEs) have played an important role in economic development and become the backbone of indonesia's economy. SME businesses contribute significantly to gross domestic product, employment, innovation, and income in low-income countries. The aim of the study was to analyze financial literacy and business financial management of financial performance on umkm shoes and sandals in ex-dolly localization. The research methods used in this study are questionnaires, interviews, and quantitative data. The results of this study show that if the level of financial literacy of an owner and manager of an MSME is higher then the performance that can be achieved by msmes will increase.

 

Keywords: financial literacy; financial management; financial performance

 

Received: 2022-02-20; Accepted: 2022-02-05; Published: 2022-03-10

 

 

Pendahuluan

Usaha kecil dan menengah (UKM) telah berperan penting dalam pembangunan ekonomi dan �menjadi tulang punggung ekonomi� Indonesia. Bisnis UKM berkontribusi signifikan terhadap produk domestik bruto, lapangan kerja, inovasi, dan pendapatan di negara berpenghasilan rendah (OECD, 2006). Kinerja UKM diantaranya adalah pertumbuhan penjualan, margin laba, efisiensi biaya, dan pangsa pasar (Watson, 2007). Hasil kinerja seperti itu diperlukan jika UKM akan memainkan peran mereka sebagai katalis untuk ekonomi.

Secara umum UMKM sering mengalami keterlambatan dalam pengembangannnya. hal ini dikarenakan berbagai masalah konvensional yang tidak terselesaikan secara tuntas, seperti masalah kapasitas SDM, kepemilikan, pembiayaan, pemasaran dan berbagai masalah lain yang berkaitan dengan pengelolaan usaha, sehingga UMKM sulit bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar (Abor & Quartey, 2010). Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya strategis guna meningkatkan pertumbuhan UMKM. Salah satunya dengan cara memperkaya pengetahuan pelaku UMKM terhadap pengetahuan keuangan sehingga pengelolaan keuangan usaha dapat berkembang dengan baik (Aribawa, 2016).

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia. UMKM mampu menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi yang dapat membantu upaya mengurangi pengangguran. Terkait dengan potensi sektor UMKM� di Jawa Timur, berdasarkan Sensus Ekonomi yang dilakukan serentak pada tahun 2016 oleh Badan Pusat Provinsi Jawa Timur, menunjukkan bahwa populasi UMKM di Jawa Timur sebesar 9,59 juta, yang meliputi 4,98 juta UMKM pertanian serta 4,61 juta UMKM non pertanian. Sementara jumlah UMKM di Kabupaten dan Eks Lokalisasi Dollysejumlah 216.518 unit usaha (BPS, 2016).

Salah satu yang menjadi potensi pengembangan ekonomi disetiap daerah adalah keberadaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di daerah. Menurut Aribowo (2018) bahwa Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu penggerak pertumbuhan dan pembangunan ekonomi serta memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap sumber pendapatan pada masyarakat berpendapatan rendah dan penciptaan lapangan tenaga kerja. Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha yang mempunyai daya tahan di bandingkan usaha besar yang langsung gulung tikar sepanjang krisis ekonomi moneter tahun 1998 yang melanda Indonesia. Salah satu sebab dari daya tahan tersebut adalah sebagian besar UMKM pada saat itu menggunakan bahan baku lokal sehingga tidak mempunyai ketergantungan terhadap bahan baku impor yang harganya melambung tinggi.

Aspek keuangan dalam usaha memiliki posisi penting karena seluruh aktivitas akan terkait dengannya. Pengelolaan keuangan di Industri Kecil Menengah (IKM) Sepatu di Eks Lokalisasi Dolly menjadi sebab yang berpengaruh terhadap perkembangan usaha, yang cenderung stagnan dari waktu ke waktu. Jumlah IKM Sepatu di Eks Lokalisasi Dolly sebanyak 273 unit usaha, mayoritas skala mikro dan kecil. Kajian tentang perilaku keuangan untuk memahami hubungannya dengan kinerja keseluruhan usaha. Secara teoritis bila perilaku keuangan baik maka kinerja usaha juga akan selaras. Masalah yang timbul dipermukaan saat dilakukan studi awal IKM Sepatu antara lain: Mayoritas belum melakukan pencatatan keuangan usaha sesuai dengan panduan akuntansi, persoalan permodalan menjadi masalah yang selalu dihadapi, pengelolaan hutang dan piutang dilakukan berdasarkan kecenderungan di lapangan.

Menurut Anwar dan Purwanto (2015) dalam penelitiannya tentang inklusi keuangan pada sentra 10 UKM di Jawa Timur menunjukkan bahwa financial awareness (kesadaran keuangan) pada UKM untuk memanfaatkan produk perbankan tinggi, hal ini dapat menjadi indikator bahwa semikn banyak masyakarkat (pengusaha UKM) yang terlayani oleh perbankan karena bank masih menjadi sumber uatama permodalan usaha, sementara dari sisi literasi keuangan pada UKM masih cukup rendah.

Menurut Remund (2010), literasi keuangan adalah sejauh mana seseorang memahami konsep keuangan dan memiliki kapasitas dan kepercayaan diri untuk menangani pengambilan keputusan keuangan. Kurangnya pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kesadaran untuk mengatasi dan mengarahkan keuangan dengan cara yang tepat, transparan, dan profesional merupakan hambatan yang signifikan bagi pertumbuhan kinerja dan keberlanjutan usaha semacam itu. Pemilik-manajer UKM dihadapkan dengan keputusan keuangan beragam dalam menjalankan bisnis mereka.

Menurut (Anggraeni, 2016) literasi keuangan mempengaruhi cara berpikir seseorang terhadap kondisi keuangan serta mempengaruhi pengambilan keputusan yang strategis dalam hal keuangan dan pengelolaan yang lebih baik bagi pemilik usaha. Kemampuan mengelola keuangan pemilik usaha memang sangat diperlukan untuk kinerja usaha dan kelangsungan usahanya. (Anggraeni, 2016) literasi keuangan mempengaruhi cara berpikir seseorang terhadap kondisi keuangan serta mempengaruhi pengambilan keputusan yang strategis dalam hal keuangan dan pengelolaan yang lebih baik bagi pemilik usaha. Kemampuan mengelola keuangan pemilik usaha memang sangat diperlukan untuk kinerja usaha dan kelangsungan usahanyaLiterasi keuangan sebagai hasilnya menjadi alat penting bagi pemilik-manajer dan kinerja UKM (Adomako, Danso, & Ampadu, 2015).

Data Bank Indonesia yang di publikasikan pada bulan Maret 2020 mencatat bahwa hanya 22,5% pelaku UMKM yang memiliki laporan keuangan dan 87,8% pelaku UMKM yang menyusun laporan keuangan secara tidak layak. Hal ini disebabkan karena rendahnya pendidikan dan kurangnya pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK) serta tidak adanya peraturan yang mewajibkan penyusunan laporan keuangan bagi UMKM, serta pelaku UMKM masih merangkap tugas dalam menjalankan usahanya di bidang pemasaran, kegiatan operasi, mengatur SDM dan keuangan serta dalam pecatatan keuangan transaksi sehari-hari juga masih terbilang sederhana. Hal ini secara langsung akan berdampak pada kinerja keuangan UMKM.

Kinerja berarti prestasi kerja, sedangkan prestasi kerja adalah hasil kerja, dengan demikian kinerja merupakan suatu prestasi yang dicapai oleh organisasi atau entitas dalam suatu periode tertentu (Rahmayani & Putra, 2016). Dengan demikian kinerja adalah prestasi yang dicapai suatu organisasi atau entitas dalam periode tertentu yang diukur berdasarkan standar yang ditetapkan.

Berdasarkan survei awal sementara, diperoleh hasil bahwa pengelolaan keuangan UMKM hanya 51% yang melakukan pencatatan keuangan, dan yang menghasilkan laporan sesuai dengan kebutuhan kreditor hanya 15,5%. Kecilnya prosentase UMKM yang melakukan pencatatan pembukuannya sehingga sulit mendapatkan laporan yang sesuai dikarenakan mereka tidak terbiasa melakukan pencatatan dan mereka tidak begitu paham dengan bentuk pelaporan yang diinginkan kreditur. Salah satu faktor penyebab tidak adanya laporan keuangan yang besifat akurat dan sesuai dengan standard yang ada, bukan hanya karena tidak terbiasa, tapi juga karena minimnya jiwa kewirausahaan yang ada pada tiap individu pelaku UMKM. Mayoritas mereka didominasi oleh rasa takut akan risiko dan kurangnya pengetahuan mengenai literasi keuangan serta mengakses lembaga keuangan. Sehingga mereka cukup sulit atau dapat dikatakan sangat terbatas untuk memperoleh dana dari pihak kreditur atau dari para investor.

Penelitian (Purwaningsih & Kusuma, 2015) mengungkapkan bahwa akses pembiayaan yang sulit menjadi hambatan bagi pertumbuhan dan pengembangan UMKM dikarenakan Lembaga keuangan formal atau komersial ragu untuk memberikan pinjaman kepada UMKM. Kebanyakan dari lembaga keuangan menganggap jaminan yang dapat diberikan oleh UMKM terutama para usaha kecil tidak layak. Hal ini dikarenakan keadaan produksi yang tidak menentu serta tingginya risiko yang dapat berdampak pada kegagalan pelunasan kredit. Lembaga keuangan formal atau komersial cenderung lebih memilih memberikan pinjaman kepada perusahaan yang berskala besar dan berisiko rendah. Hal ini terjadi karena adanya pengendalian tingkat bunga dan pemberian pinjaman oleh perantara-perantara keuangan di kebanyakan negara yang sedang berkembang. Ketika lembaga keuangan formal atau komersial memberikan pinjaman kredit ke pengusaha kecil maka keuntungan berupa intensif yang diterima tidak besar. Hal ini karena biaya administrasi dan prosedural yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan tidak sebanding dengan nilai kredit yang diberikan (Arsyad, 2017: 36).

Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja keuangan pada UMKM Sepatu di Eks Lokalisasi Dolly. Untuk mengetahui pengaruh Pengelolaan Keuangan Usaha terhadap kinerja keuangan pada UMKM Sepatu di Eks Lokalisasi Dolly.

 

Metode Penelitian

A.    Sampel

Menurut Djarwanto dan Subagyo, (2000: 108) sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristik hendak diteliti, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit dari jumlah populasinya). Metode yang digunakan dalam penarikan sampel ini adalah sampling jenuh atau sensus. Pengertian dari sampling jenuh atau sensus menurut (Sugiyono, 2018), adalah: �Sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel�. Berdasarkan dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa sampling jenuh atau sensus teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya sedikit (terbatas) sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan sampel, sehingga peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi atau disebut dengan sensus yaitu sebanyak 72 pelaku UMKM sepatu di Eks Lokalisasi Dolly.

B.    Teknik Pengumpulan Data

a.      Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dengan cara normatif digunakan untuk mendukung interprestasi hasil analisis data primer.

b.     Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan Penelitian Lapangan, yaitu usaha mendapatkan data dengan terjun langsung di objek penelitian dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut:

1)     Metode Kuisoner

Yaitu, membagikan daftar pertanyaan/angket kepada responden dan dipersilahkan untuk menjawab sendiri.

2)     Metode Wawancara

Yaitu, dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek riset, dan melakukan wawancara dengan pemilik UMKM sepatu di eks Lokalisasi Dolly.

Untuk itu memperoleh data kuantitatif, konsep diatas diukur dengan menggunakan skala interval memakai metode pengukuran skala Likert. Formasi dari daftar pertanyaan yang diajukan adalah dalam bentuk tertutup, dimana responden hanya diperkenankan untuk memilih jawaban dari sekian jawaban yang tersedia.

 

Hasil dan Pembahasan

A.    Hasil

1.     Karakteristik Responden

a.      Jenis Kelamin

Dari 72 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel dibawah ini :

 

Tabel 1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No

Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase (%)

1

Laki-laki

24

35%

2

Perempuan

48

65%

 

 

72

100%

Sumber: Data kuesioner diolah

 

Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada responden dengan jenis kelamin laki-laki. Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 35% dan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 65%. Hal ini berarti mayoritas responden dalam penelitian ini merupakan responden dengan jenis kelamin perempuan.

b.     Usia

Dari 72 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui usia para responden yaitu pada tabel dibawah ini:

 

Tabel 2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No

Usia (Tahun)

Jumlah

Persentase (%)

1

17 � 22

16

22%

2

23 � 28

34

48%

3

29 � 34

19

27%

4

>35

3

3%

 

Total

72

100%

Sumber: Data kuesioner diolah

 

2.     Model Pengukuran (Outer Model)

Pengukuran validitas indikator juga bisa dilihat dari tabel Cross Loading, apabila nilai loading faktor setiap indikator pada masing-masing variabel lebih besar daripada loading faktor tiap indikator pada variabel lainnya, maka loading faktor tersebut dikatakan valid, namun jika nilai loading faktor lebih kecil dari indikator dari variabel lainnya, maka dikatakan tidak valid.

Model pengukuran dalampenelitian ini menggunakan variabel eksogen dengan indikator reflektifantara lain variabel Kompetensi Entrepreneurial (X1) dan Strategi Kewirausahaan (X2), serta variabel endogen yaitu Kinerja Keuangan (Y). Untuk mengukur validitas indikator salah satunya dengan didasarkan pada outputtabel outer Loading, yaitu dengan melihat besarnya nilai factor loadingnya, karena dalam pemodelan ini seluruh indikator menggunakan reflektif, maka tabel yang digunakan adalah output Outer Loadings.

 

Tabel 3

Outer Loading

 

Kinerja Keuangan (Y)

Literasi Keuangan (X1)

Pengelola Keuangan (X2)

X1.2

 

0.656

 

X1.3

 

0.703

 

X1.4

 

0.781

 

X1.5

 

0.777

 

X1.6

 

0.813

 

X1.7

 

0.786

 

X2.1

 

 

0.613

X2.2

 

 

0.703

X2.3

 

 

0.846

X2.4

 

 

0.792

Y1

0.002

 

 

Y2

0.933

 

 

Y3

0.953

 

 

 

Dari tabel diatas, validitas indikator diukur dengan melihat Nilai Factor Loading dari variable ke indikatornya, dikatakan validitasnya mencukupi apabilalebih besar dari 0,5 dan. Factor Loading merupakan korelasi antara indikator dengan variabel, jika lebih besar dari 0,5 dianggap validitasnya terpenuhi. Berdasarkan pada tabel outer loading di atas, seluruh indikator reflektif pada variable Literasi Keuangan, Pengelolan Keuangan Usaha, Kinerja Keuangan menunjukan factor� loading lebih� besar dari 0,50 , dengan demikian hasil estimasi seluruh indikator telah memenuhi Convergen vailidity atau validitasnya baik.

3.     Model Struktual (Inner Weight)

Hasil Analisis Partial Least Square terlihat pada gambar 1 sebagai berikut:

 

Gambar 1

Analisis Partial Least Square

 

Tabel 4

Inner Weight

Sumber: data diolah

 

Dari tabel diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipotesis yang menyatakan:

1.     Literasi Keuangan berpengaruh positip terhadap Kinerja keuangan diterima, dengan path coefficients sebesar 0,590, dan nilai p-value= 0,000 lebih kecil α = 0,05 (5%), maka Signifikan (positif).

2.     Pengelolaan Keuangan Usaha berpengaruh Non Signifikan terhadap Kinerja keuangan diterima, dengan path coefficients sebesar 0,081, dan nilai p-value sebesar 0,464 lebih kecil dari α = 0,05 (5%), maka Non Signifikan.

B.    Pembahasan

a)     Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa literasi keuangan berpengaruh positip terhadap Kinerja keuangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apabila tingkat literasi keuangan seorang pemilik maupun manajer sebuah UMKM semakin tinggi maka kinerja yang dapat dicapai oleh UMKM tersebut akan semakin meningkat.

Hasil ini sejalan dengan penelitian (Ratnawati, 2016) dan (Aribawa, 2016) yang menyatakan bahwa literasi keuangan mampu menunjukkan pengaruh positif terhadap kinerja usaha. Literasi keuangan membantu usaha kecil untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk menyusun strategi keuangan untuk membuat keputusan dan pilihan layanan keuangan. Literasi keuangan membantu pemilik usaha untuk memperoleh pengetahuan keuangan dan ketrampilan yang diperlukan bagi mereka untuk membuat perencanaan bisnis, memulai rencana keuangan dan membuat keputusan investasi strategis.

Hubungan literasi keuangan dan kinerja perusahaan di implementasikan pada perusahaan yang sudah memadai dalam pengetahuan keuangan yang akan mampu merespon segala isu, perubahan, atau iklim bisnis yang terus menerus berubah. Pada akhirnya diambil keputusan yang terbaik untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan keberlanjutan perusahaan.

b)     Pengaruh Literasi Keuangan Usaha terhadap Kinerja Keuangan�

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Pengelolaan Keuangan Usaha tidak berpengaruh terhadap Kinerja keuangan, hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan usaha UMKM hanya mencatat pengeluaran dan pendapatan yang mereka terima, hanya pencatatan sederhana, sehingga tidak mempengaruhi kinerja keuangan Pada UMKM di Eks Lokalisasi Dolly. Pelaporan serta pencatatan laporan keuangan yang tidak sesuai standart menjadi indikator terbesar yang mempengaruhi buruknya pengelolaan keuangan usaha. Hal ini� dikarenakan UMKM sendiri memiliki cara kerjanya sendiri,� UMKM merasa usahanya bukanlah perusahaan besar yang memerlukan pencatatan dan pelaporan keuangan yang kompleks. Hal ini menjelaskan akan kurang signifikannya Pengelolaan Keuangan Usaha terhadap Kinerja Keuangan.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan (Alamsyah, 2020) yang menunjukkan hasil penelitian ini bahwa Pengelolaan Keuangan Usaha berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan. Disiplin pelaporan dan pencatatan laporan keuangan masih banyak belum dimengerti oleh pelaku UMKM. Selain tidak paham proses menyusun laporan keuangan, apalagi terkadang antara pengeluaran pribadi dengan pengeluaran usahanya pelaku UMKM sering tidak dikondisikan, tidak hanya itu terkadang pendapatan juga hanya dapat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga usaha yang dijalankan tidak ada wujud untuk menumbuhkan melainkan hanya berjalan di tempat.

 

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut: 1. Literasi Keuangan memberikan kontribusi Kinerja keuangan Pada UMKM di Eks Lokalisasi Dolly, hal ini menunjukkan bahwa� apabila tingkat literasi keuangan seorang pemilik maupun manajer sebuah UMKM semakin tinggi maka kinerja yang dapat dicapai oleh UMKM tersebut akan semakin meningkat. 2. Pengelolaan Keuangan Usaha tidak memberikan kontribusi Kinerja keuangan Pada UMKM di Eks Lokalisasi Dolly, hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan usaha UMKM hanya melakukan pencatatan sederhana, mencatat pengeluaran dan pendapatan yang mereka terima saja, sehingga tidak mempengaruhi kinerja keuangan Pada UMKM di Eks Lokalisasi Dolly.

 

 

 

 

 

 


BIBLIOGRAFI

 

Abor, Joshua, & Quartey, Peter. (2010). Issues in SME development in Ghana and South Africa. International Research Journal of Finance and Economics, 39(6), 215�228. Google Scholar

 

Adomako, Samuel, Danso, Albert, & Ampadu, Ernest. (2015). Institutional outlook of the entrepreneurial climate in Ghana. International Journal of Social Economics. Google Scholar

 

Alamsyah, Muhammad Fuad. (2020). Pengaruh literasi keuangan dan kualitas manajemen keuangan terhadap kinerja keuangan pada ukm meubel di kota gorontalo. Forum Ekonomi, 22(2), 245�255. Google Scholar

 

Anggraeni, Birawani D. (2016). Pengaruh tingkat literasi keuangan pemilik usaha terhadap pengelolaan keuangan. Studi kasus: UMKM Depok. Jurnal Vokasi Indonesia, 3(1). Google Scholar

 

Aribawa, Dwitya. (2016). Pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja dan keberlangsungan UMKM di Jawa Tengah. Jurnal Siasat Bisnis, 20(1), 1�13. Google Scholar

 

OECD. (2006). Strengthening Tax Audit Capabilities: General Principles and Approaches. Oecd, 54(October).

 

Purwaningsih, Ratna, & Kusuma, Pajar Damar. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Dengan Metode Structural Equation Modeling (Studi kasus UKM berbasis Industri Kreatif Kota Semarang). Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1). Google Scholar

 

Rahmayani, Anissa, & Putra, Hafrizal Okta Ade. (2016). Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di PT. Bank Mandiri Business Banking Area Padang. Manajemen Dan Kewirausahaan, 7(3), 1�14. Google Scholar

 

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

 

Copyright holder:

Nadifah Ayu Wulansari, Muhadjir Anwar (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: