Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol. 7, No. 3 Maret 2022
KETERKAITAN
TINGKAT EFEKTIFITAS METODE FITOREMEDIASI TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN MEDIA
ECENG GONDOK PADA LIMBAH CAIR Cr6+
Dewi Safitri1, Baharuddin
Patandjengi2, M. Syahrul3, Fahruddin4,
Budimawan5, Emmal Basham Demmallino1
1) Program Magister Pengelolaan Lingkungan Hidup, Sekolah Pascasarjana, Universitas
Hasanuddin, Makassar, 2)Departemen Hama dan Penyakit,
Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar, 3)Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, 4)Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, 5)Departemen
Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,
Makassar
Email: [email protected]
Abstrak
Limbah cair
Cr6+ seringkali dihasilkan perusahaan pertambangan bijih nikel, salah satunya CV. Unaha Bakti Persada memiliki
konsentrasi Cr6+ sebesar
0.78 ppm yang belum mencapai
baku mutu 0.1 ppm, sehingga perlu pengolahan limbah Cr6+ menggunakan teknik fitoremediasi sistem in vitro
media eceng gondok E. azurea dan E. crassipes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas� metode
fitoremediasi, tingkat kerusakan eceng gondok dan laju pertumbuhan tanaman eceng gondok. Penelitian
menggunakan metode fitoremediasi sistem in vitro
media eceng gondok E.
crassipes dan E. azurea selama
15 hari. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas eceng gondok E. azurea sebesar 87% mampu menurunkan konsentrasi Cr6+ 0.78 ppm menjadi
0.1 ppm dalam waktu 15 hari, sedangkan E. crassipes dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea
adalah 64%. Laju kerusakan eceng gondok pada air limbah Cr6+ lebih cepat pada E. azurea yaitu 40% dibandingkan E. crassipes sebesar
27% dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea sebesar 13%. Pertumbuhan eceng gondok pada air limbah Cr6+ lebih cepat pada kombinasi E. crassipes dan E. azurea
yaitu bobot tanaman 45%, panjang akar 38%, tinggi tanaman 23% dibandingkan dengan E. azurea yaitu bobot tanaman
35%, panjang akar 32%, tinggi tanaman 17%, dan E. crassipes
yaitu bobot tanaman 45%, panjang akar 38%, tinggi tanaman 7%.
Kata Kunci: konsentrasi Cr6+, eceng
gondok, efektivitas
Abstract
Liquid waste of Cr6+�
is often produced by nickel ore mining companies, one of which is
CV. Unaha Bakti Persada has a Cr6+ concentration of 0.78 ppm which has not
yet reached the 0.1 ppm quality standard, so it is necessary to treat Cr6+
waste using an in vitro phytoremediation technique for water hyacinth media of
E. azurea and E. crassipes. The purpose of this study
was to determine the effectiveness of phytoremediation method, the level of
damage to water hyacinth and the rate of growth of the water hyacinth plant.
The study used an in vitro phytoremediation method for water hyacinth media E.
crassipes and E. azurea for 15 days. The results
showed that the effectiveness of water hyacinth E. azurea
was 87% able to reduce the concentration of Cr6+ 0.78 ppm to 0.1 ppm within 15
days, while E. crassipes and the combination of E. crassipes and E. azurea were 64%. The rate of water hyacinth damage to Cr6+
wastewater was faster in E. azurea, namely 40%
compared to E. crassipes by 27% and the combination of E. crassipes and E. azurea by 13%. The growth of water hyacinth in Cr6+
wastewater was faster in the combination of E. Crassipes and E. azurea, namely plant weight 45%, root length 38%, plant
height 23% compared to E. azurea, namely plant weight
35%, root length 32%, height plant 17%, and E. crassipes, namely plant weight
45%, root length 38%, plant height 7%.
Keywords: Cr6+ concentration,
water hyacinth, effectiveness
Pendahuluan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09
Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah�
Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan�
Pertambangan Bijih Nikel untuk limbah cair Cr6+ adalah 0.1 ppm, tetapi
perusahaan CV. Unaha Bakti Persada mempunyai konsentrasi Cr6+ tidak sesuai baku
mutu yaitu 0.78 ppm, jika Cr6+ masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
pada tulang hidung, kanker pada paru-paru, ulkus pada kulit dan selaput lendir (Said, 2017).�
Teknik pengolahan limbah menggunakan tanaman
dikenal dengan istilah fitoremediasi. Secara lengkap istilah fitoremediasi
adalah penggunaan tanaman, termasuk pohon-pohonan, rumput-rumputan dan tanaman
air untuk menghilangkan atau menyerap bahan-bahan berbahaya baik organik maupun
anorganik dari lingkungan (Suryati, 2003).
Menurut (Saha, Shinde, & Sarkar, 2017) eceng gondok dapat menyerap
Cr6+ yang dibuktikan terdapat kandungan Cr6+ pada akar yaitu 3.5 ppm, batang
yaitu 1.5 pmm dan daun yaitu 1 ppm dari konsentrasi awal pengujiann yaitu 5
ppm.
Tipe tanaman eceng gondok yang sering terdapat di
Indonesia adalah E. crassipes dan E. azurea. Kehadiran eceng gondok sering
dianggap gulma karena pertumbuhannya yang begitu cepat menutupi permukaan air
dan menyebabkan berkurangnya oksigen yang terlarut (Ratnani, Hartati, & Kurniasari, 2013).
Penelitian menggunakan metode fitoremediasi media
eceng gondok sebelumnya telah dilakukan oleh (Pawestri, Budiono, & Abdullah, 2020) memiliki konsentrasi awal
Cr6+ 1.97 ppm menjadi 0.44 ppm dan penelitian oleh (Herdina, Budiyono, & Suhartono, 2018) memiliki konsentrasi awal
Cr6+ 4.30 ppm menjadi 2.55 ppm. Dari 2 penelitian sebelumnya belum adala yang
mencapai baku mutu Cr6+ yaitu 0.1 ppm maka penelitian ini dengan bertujuan
mengetahui efektifitas absorpsi Cr6+ metode fitoremediasi media limbah cair
Cr6+ pengolahan bijih nikel, tingkat kerusakan eceng gondok akibat limbah cair
Cr6+, tingkat pertumbuhan� eceng gondok
setelah metode fitoremedias.
Metode Penelitian
Penelitian ini mengunakan metode fitoremediasi sistem in vitro
media eceng gondok E.
crassipes dan E. azurea di perumahan
Hartako Jaya Jl. Perintis Kemerdekaan no 3 , Makassar dan pengujian sampel penelitian di Laboratorium Air
dan Lingkungan BBIHP (Balai
Besar Industri Hasil
Perkebunan).
Penyiapan Media Eceng Gondok
Tanaman eceng gondok berasal dari Sungai Jeneberang Kota Makassar. Pemilihan tanaman menggunakan tanaman eceng gondok E. crassipes, E. azurea dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea vase sedang dengan berat tanaman 385 gram untuk satu sampel penelitian. Kemudian dilakukan metode aklimatisasi selama 7 hari dengan volume air 10 liter air sumur di ember sebagai wadah penelitian.
Metode Fitoremediasi
Penelitian menggunakan
metode fitoremedisi media eceng gondok dengan
limbah cair Cr6+
berkonsentrasi 0.78 ppm yang berasal
dari Cv. Unaha Bakti Persada dan air sumur sebagai pembanding.
Penelitian menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) yaitu 2 faktorial (limbah cair cr6+ dan air sumur),
3 perlakuan (eceng gondok E.
crassipes, E. azurea dan kombinasi E.
crassipes dan E. azurea) dan 3 kali pengulangan. Pada masing-masing sampel
berisikan tanaman eceng gondok dengan
berat tanaman adalah 385 gram dan volume air 10
liter yang dilakukan selama
15 hari.
Pengambilan sampel dilakukam pada hari ke-0, 3, 6, 9, 12,15 sebanyak
200 ml setiap sampel dan dimasukkan kedalam botol sampel. Sampel
yang dihasilkan sebanyak 45
sampel kemudian di uji Laboratorium Air dan Lingkungan
BBIHP (Balai Besar Industri Hasil Perkebunan). Pengujin dilkukan secara spektrofotometri, dengan standar berdasarkan SNI 6989.71.2009 tentang air dan air limbah bagian 71: Cara uji kromium heksavalen (Cr-VI).
Pengamatan Kerusakan Tanaman Eceng Gondok
Akibat Limbah Cair Cr6+
Pengamatan dilakukan
menggunakan metode observasi dilakukan hari ke-0, 3, 6, 9, 12, 15. Pengamatan
untuk mengetahui perubahan fisik eceng gondok (E. crassipes,
E.� azurea
dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea) pada daun, batang dan induk tanaman saat melakukan
metode fitoremedias terhadap limbah cair Cr6+ dengan perbandingan air sumur.
Pengukuran Pertumbuhan Tanaman Eceng Gondok
Pengukuran berfungsi
mengetahui perubahan berat tanaman, panjang akar dan tinggi tanaman eceng gondok sebelum
mengaplikasikan metode fotoremediasi dan setelah metode fitoremediasi diaplikasikan.
Pengukuran Efektivitas Metode Fitoremediasi
Pengukuran tingkat keberhasilan metode fitoremediasi menggunakan rumus oleh Widodo dkk (2019) agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan metode fitoremediasi yang telah dilakukan. Dibawah ini rumus (1) yang digunakan :
E2 =
Keterangan :
E2� ��: Efektifitas yang actual (%)
Co� ��: Konsentrasi awal (ppm)
Cn� ��: Konsentrasi hari ke-15 (pmm)
Penentuan Kerusakan Tanaman
Eceng Gondok Akibat Limbah Cair
Cr6+
Menentukan kerusakan berfungsi mengetahui tingkat kerusakan yang dihasilkan terhadap tanaman eceng gondok akibat
limbah cair Cr6+
dengan menggunakan rumus (2) oleh (Suganda, Yulia, Widiantini, & Hersanti, 2016) dibawah ini.
IK =
Keterangan :
IK :� Intensitas kerusakan (%)
n� ��: Jumlah tanaman dalam setiap
kategori skala kategori�� kerusakan
v ��:� Nilai skala kategori kerusakan
Z ��:� Nilai skala tertinggi dari kategori kerusakan
N :�� Jumlah tanaman contoh yang diamati
Tabel 1
Skala Kategori Kerusakan
Skala |
Deskripsi |
0 |
Tidak ada gejala |
1 |
Daun muda menguning |
2 |
Daun tua menguning |
3 |
Daun muda mencoklat |
4 |
Daun tua mencoklat |
5 |
Tanaman mati |
Penentuan Pertumbuhan Tanaman
Eceng Gondok
Melingkupi berat tanaman, panjang akar dan tinggi tanaman. Mengukur berat tanaman eceng gondok
menggunakan rumus (3) dibawah ini.
m=
Keterangan :
m� : Total penambahan berat tanaman (%)
mt� : Berat tanaman tanaman hari ke-15 (gr)
m0 : Berat tanaman
tanaman hari ke-0 (gr)
Mengukur panjang akar eceng
gondok menggunakan rumus (4) di bawah ini.
����������
PA =
Keterangan :
PA : Total
panjang akar (%)
At� : Panjang akar tanaman hari ke-15 (cm)
A0 : Panjang akar tanaman hari ke-0 (cm)
Mengukur tinggi tanaman eceng gondok menggunakan
persamaan (5) dibawah ini.�
TT =
Keterangan :
TT :
total tinggi� tanaman (%)
Tt� : tinggi� tanaman tanaman hari ke-15 (cm)
T0 : tinggi� tanaman hari ke-0 (cm)
Hasil dan Pembahasan
Efektivitas Metode Fitoremediasi Cr6+
Efektivitas metode fitoremediasi jika konsentrasi Cr6+ telah mencapai baku mutu peraturan
menteri lingkungan hidup nomor 09 tahun 2006 tentang air limbah bijih nikel
yang yaitu 0.1 ppm atau
87%. Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil yang berbeda-beda pada tanaman eceng gondok
yang berbeda jenis ditunjukkan tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2
Absorpsi konsentrasi Cr6+
Nama |
Konsentrasi Cr6+ (ppm) |
|||||
Hari |
||||||
0 |
3 |
6 |
9 |
12 |
15 |
|
Lc |
0.78 |
0.67 |
0.55 |
0.41 |
0.33 |
0.28 |
La |
0.78 |
0.54 |
0.5 |
0.27 |
0.17 |
0.1 |
Lx |
0.78 |
0.68 |
0.61 |
0.49 |
0.33 |
0.28 |
Keterangan :
Lc : E.g E. crassipes
La : E.g E. azurea
Lx : Kombinasi e.g E. crassipes
dan E. Azurea
Konsentrasi awal
Cr6+� pada eceng
gondok 0.78 ppm setelah diaplikasikan metode fitoremediasi selama 15 hari, konsentrasi Cr6+
pada eceng gondok E.
crassipes dan kombinasi� eceng gondok E. crassipes dan eceng
gondok E. azurea menjadi 0.28 ppm belum mencapai baku mutu,
sedangkan eceng gondok E. azurea telah mencapai baku mutu yaitu
0.1 ppm
Perbedaan jenis
tanaman eceng gondok yaitu E. crassipes, E. azurea dan kombinasi E.
crassipes dan eceng gondok
E. azurea dapat mempengaruhi absorpsi konsentrasi Cr6+. Eceng
gondok E. azurea lebih banyak mengabsorbsi
konsentrasi Cr6+ karena
eceng gondok E. azurea lebih banyak menyerap air sehingga Cr6+ yang terakumulasi
pada air kemudian terabsorpsi
di bagian akar tanaman eceng gondok.
Volume awal air adalah 10 L
dan setelah 15 hari, eceng gondok E. crassipes menjadi 3.8 L, eceng gondok E. azurea menjadi 3.5 L dan kombinasi eceng gondok E. crassipes
dan eceng gondok E. azurea menjadi 3.9 L.
Proses absorpsi logam berat pada tanaman eceng gondok pertama
kali terjadi di akar eceng gondok yang mempunyai asam amino, terletak di peptide dan gugus tanaman, kemudian menghasilkan senyawa fitokelatin. Menurut (Safitri & Syahrul, 2021), senyawa fitokelatin
berfungsi mengikat logam berat yang terabsorpsi bersama air keseluruh tubuh eceng gondok kemudian
Cr6+ teralokasi melalui
xylem dan floem. Xylem dan floem
merupakan jaringan pengangkut dan dibantu mikroba rhizofera yang berfungsi efensiensi pengangkutan sehingga tidak merusak tanaman
kemudian logam berat bersama air masuk ke jaringan
stomata yaitu jalur masuknya polutan selama proses fotosintesis berlangsung dan logam berat berpindah ke bagian-bagian tubuh tanaman yaitu
akar, batang dan daun (Saha et al., 2017).
Efektivitas metode fitoremediasi menunjukkan tingkat keberhasilan metode fitoremediasi mengabsorpsi limbah cair Cr6+ pengolahan bijih nikel yang ditunjukkan tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3
Tingkat Keberhasilan
Absorpsi Limbah Cair Cr6+ Metode Fitoremediasi
Eceng Gondok |
Tingkat Keberhasilan |
E.� crassipes |
64 % |
E.� azurea |
87 % |
Kombinasi E. crassipes
dan E.� azurea |
64 % |
�Tabel 3 menunjukkan eceng gondok E. Crassipes dan
kombinasi eceng gondok E. crassipes dan E.� azurea belum mencapai tingkat keberhasilan karena
nilai yang dihasilkan 64%. Faktor tidak tercapainya
tingkat keberhasilan karena mikroba rhizofera pada akar yang berfungsi menyerap limbah berat ke
sel tubuh tanaman tidak dapat
beradaptasi (Ma et
al., 2014).
Eceng
gondok E. azurea telah mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan yaitu 87%. Eceng gondok E. azurea dapat mentolerir limbah berat Cr6+ yang terakumulasi
dalam air percobaan kemudian terabsorpsi kedalam tubuh eceng
gondok. Semakin banyak konsentrasi Cr6+
yang terserap berbanding lurus kenaikkan tingkat keberhasilan fitoremediasi.
Kombinasi eceng
gondok E. crassipes dan E.� azurea tidak mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan yaitu 64%.
Tingkat Kerusakan
Eceng Gondok
Tingkat kerusakan eceng gondok akibat limbah
cair Cr6+ berfungsi
mengetahui perubahan fisik eceng gondok
E. crassipes, E. azurea
dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea setelah mengaplikasikan metode fotoremediasi selama 15 hari menggunakan limbah cair Cr6+ pertambangan bijih nikel yang mempunyai konsentrasi yaitu 0.78 ppm dan
air sumur sebagai pembanding. Hasil penelitian diketahui bahwa eceng gondok merespon
logam berat Cr6+
dengan adanya perubahan yang berbeda-beda pada eceng gondok, seperti
yang disajikan tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4
Tingkat Kerusakan Eceng Gondok Akibat Limbah
Cair Cr6+
Sampel |
Hari ke |
|||||
0 |
3 |
6 |
9 |
12 |
15 |
|
Lc |
0% |
0% |
13% |
13% |
13% |
27% |
La |
0% |
20% |
20% |
40% |
40% |
40% |
Lx |
0% |
0% |
0% |
13% |
13% |
13% |
Sc |
0% |
0% |
0% |
0% |
13% |
13% |
Sa |
0% |
0% |
0% |
0% |
0% |
20% |
Sx |
0% |
0% |
0% |
0% |
13% |
13% |
Keterangan :
L :������� Limbah cair Cr6+
S :������� Air
sumur
c : ������ Eceng gondok E. crassipes
a :������� Eceng gondok E. azurea
x : ������ Kombinasi eceng gondok E. crassipes dan E. azurea
Tabel 4
dapat diketahui bahwa eceng gondok
E. crassipes pada limbah cair
Cr6+ mengalami kerusakan
pada hari ke-6 sampai hari ke-12 ditandai daun tua menguning
dan hari ke-15 terdapat daun tua mencoklat,
sedangkan pada air sumur
pada hari ke-12 sampai
ke-15 terdapat daun tua yang menguning.
Eceng gondok E. azurea terhadap limbah cair Cr⁶+ lebih cepat mengalami kerusakan eceng gondok akibat limbah
cair Cr6+ dibandingkan
air sumur. Pada hari ke-3 sampai hari ke-12 ditandai daun tua
menguning dan hari ke-15 terdapat daun tua
mencoklat. Berbeda dengan air sumur, mulai mengalami perubahan terhadap tanaman eceng gondok
pada hari ke-12 dimana daun tua menguning.
Kombinasi eceng gondok E.
crassipes dan E. azurea pada limbah cair Cr6+ mengalami kerusakan pada hari ke-9 sampai hari ke-15 ditandai daun tua menguning,
sedangkan pada air sumur
pada hari ke-12 sampai
ke-15 terdapat daun tua yang menguning.
Perubahan pada daun yang menguning
merupakan gejala klorosis dimana keadaan jaringan tumbuhan, khususnya� pada bagian daun yang mengalami perubahan warna akibat kekurangan klorofil (Palgunadi & Almandatya, 2014). Klorofil adalah
zat hijau daun yang ditemukan dalam kloroplas, tetapi adanya proses penyerapan dan penyimpannan logam berat mempengaruhi
masuknya nutrisi yang dibutuhkan tanaman tergantikan dengan logam berat yang lebih banyak terserap
sehingga terjadinya perubahan produksi klorofil dalam kloroplas sebagai bahan wana hijau
pada daun dan batang tidak terbentuk (Mariwy, Dulanlebit, & Yulianti, 2020)
Pertumbuhan Eceng Gondok
Pertumbuhan eceng gondok ditandai bertambahnya berat tanaman, panjang akar dan tinggi tanaman setelah diaplikasikan metode fitoremediasi selama 15 hari untuk mengabsorpsi
limbah cair Cr6+ hasil pengolahan pertambangan bijih nikel. Hasil pertumbuhan eceng gondok pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5
Tingkat Pertumbuhan Eceng Gondok
Nama |
Berat (gr) |
m |
Panjang Akar (cm) |
PA |
Tinggi Tanaman (cm) |
TT |
|||
0 |
15 |
0 |
15 |
0 |
15 |
||||
Lc |
385 |
560 |
45% |
21 |
29 |
38% |
28 |
30 |
7% |
Sc |
385 |
610 |
58% |
20 |
29 |
45% |
37 |
41 |
11% |
La |
385 |
520 |
35% |
19 |
25 |
32% |
36 |
42 |
17% |
Sy |
385 |
600 |
56% |
23 |
33 |
43% |
41 |
54 |
32% |
Lx |
385 |
500 |
30% |
19 |
24 |
26% |
48 |
55 |
15% |
Sx |
385 |
560 |
45% |
21 |
29 |
38% |
53 |
65 |
23% |
Keterangan :
L :������� Limbah cair Cr6+
S :������� Air
sumur
c : ������ E.g E. crassipes
a :������� E.g E. azurea
x : ������ Kombinasi e.g E. crassipes dan E. Azurea
m :��
berat tanaman eceng gondok
PA : Panjang akar
eceng gondok
TT : Tinggi tanaman
eceng gondok
�� Tabel 5 menujukkan bahwa berat tanaman eceng
gondok yang awalnya mempunyai berat tanaman yaitu 385
gram kemudian mengalami
perubahan signifikan yang menggunakan limbah cair Cr6+ dan air sumur
sebagai pembanding.� Eceng gondok E. crassipes yang mengabsorpsi
limbah cair Cr6+ menjadi 560 gram sedangkan pada air sumur 610
gram. Eceng gondok E.azurea yang mengabsorpsi limbah cair Cr6+ menjadi� 510 gram sedangkan
pada air sumur 600 gram. Kombinasi
Eceng gondok E.
crassipes dan E. azurea yang mengabsorpsi limbah cair Cr6+ menjadi 500 gram sedangkan pada air sumur 560 gram.
Perubahan pertumbuhan
pada panjang akar eceng gondok mengalami perbedaan antara eceng gondok yang menggunakan limbah cair Cr6+ dan air sumur.
Panjang akar eceng gondok E. crassipes yang mengabsorpsi
limbah cair Cr6+
awalnya 21 cm menjadi 29
gram sedangkan pada air sumur
awalnya 20 cm menjadi 29
cm. Eceng gondok E. azurea yang mengabsorpsi limbah cair Cr6+ awalnya panjang akar 19 cm menjadi 25 gram sedangkan pada air sumur awalnya 23 cm menjadi 33 cm. Kombinasi eceng gondok E. crassipes dan E. azurea
yang mengabsorpsi limbah cair Cr6+ awalnya 19
cm menjadi 24 gram sedangkan
pada air sumur awalnya 21
cm menjadi 29 cm setelah 15
hari inkubasi.
Perubahan pertumbuhan
juga terjadi pada tinggi tanaman eceng gondok
mengalami. Tinggi tanaman eceng gondok E. crassipes awalnya 28 cm menjadi 30 gram sedangkan pada air sumur awalnya 37 cm menjadi 41 cm. Eceng gondok E. azurea yang mengabsorpsi limbah cair Cr6+ awalnya tinggi tanaman 36 cm menjadi 42 gram sedangkan pada
air sumur awalnya 41 cm menjadi 54 cm. Kombinasi eceng gondok E. crassipes dan
E. azurea yang mengabsorpsi
limbah cair Cr6+
awalnya tinggi tanaman 48 cm menjadi 55 gram sedangkan pada air sumur awalnya 53 cm menjadi 65 cm setelah 15 hari inkubasi.
Hambatan pertumbuhan
berupa berat tanaman, panjang akar dan tinggi tanaman yang dibandingkan dengan eceng gondok
air sumur. Menurut Paiva dkk (2009), penururnan pertumbuhan diakibatkan penurunan fotosintesis yang didorong oleh peningkatan penyerapan konsentrasi Cr6+
dan tersimpan pada jaringan
tumbuhan sehingga menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis yang ditandai berkurangnya klorofil pada tanaman eceng gondok.
Kesimpulan
Metode fitoremediasi menggunakan eceng gondok E. azurea adalah metode
paling efektif dengan tingkat absorbsi Cr6+ paling tinggi yaitu adalah
87%, dibandingkan dengan eceng gondok E. crassipes dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea
tingkat absorbsi Cr6+� yaitu
64%.
Tingkat kerusakan
eceng gondok pada limbah cair Cr6+ lebih cepat pada E. azurea yaitu 40%, dibandingkan E. crassipes adalah
27% dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea adalah 13%.
Pertumbuhan eceng gondok pada limbah cair Cr6+� lebih cepat pada kombinasi E. crassipes
dan E. azurea yaitu berat tanaman 45%, panjang akar 38%, tinggi tanaman 23%, dibandingkan E. azurea yaitu berat tanaman
35%, panjang akar 32%, tinggi tanaman 17%, dan E.
crassipes yaitu berat tanaman 45%, panjang akar 38%, tinggi tanaman 7%.
Herdina, Sela Putri, Budiyono, Budiyono, &
Suhartono, Suhartono. (2018). Efektivitas Variasi Lama Kontak Eceng Gondok
(Eichhornia Crassipes) Dalam Menurunkan Logam Berat Kromium Heksavalen (Cr6+)
Pada Limbah Industri Pelapisan Logam. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip),
6(6), 315�324. Google Scholar
Ma, Ni, Yuan, Jinzhan, Li, Ming, Li, Jun,
Zhang, Liyan, Liu, Lixin, Naeem, Muhammad Shahbaz, & Zhang, Chunlei.
(2014). Ideotype Population Exploration: Growth, Photosynthesis, And Yield
Components At Different Planting Densities In Winter Oilseed Rape (Brassica
Napus L.). Plos One, 9(12), E114232. Google Scholar
Mariwy, Abraham, Dulanlebit, Yeanchon H.,
& Yulianti, Fian. (2020). Studi Akumulasi Logam Berat Merkuri Menggunakan
Tanaman Awar-Awar (Ficus Septica Burm F). Indonesian Journal Of Chemical
Research, 7(2), 159�169. Google Scholar
Palgunadi, Sarngadi, & Almandatya,
Yulandita. (2014). Klasifikasi Kualitas Kesehatan Daun Mangga Berdasarkan Warna
Citra Daun. Prosiding Snst Fakultas Teknik, 1(1). Google Scholar
Pawestri, Destisira Setya, Budiono, Zaeni,
& Abdullah, Sugeng. (2020). Efisiensi Multi Soil Layering (Msl) Dalam
Menurunkan Kadar Chromium Heksavalen (Cr6+) Pada Limbah Cair Sablon Di Kaos
Ngapak Kabupaten Banyumas Tahun 2020. Buletin Keslingmas, 39(3),
131�137. Google Scholar
Ratnani, Rita Dwi, Hartati, Indah, &
Kurniasari, Laeli. (2013). Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Untuk
Menurunkan Kandungan Cod (Chemical Oxygen Demond), Ph, Bau, Dan Warna Pada
Limbah Cair Tahu. Laporan Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat. Google Scholar
Safitri, Dewi, & Syahrul, M. (2021).
Keefektifan Media Eceng Gondok Eichornia Crassipes Dan Eichornia Azurea Sebagai
Fitoremediator Dalam Mengabsorbsi Cr6+ Di Limbah Cair Pertambangan Nikel. Jurnal
Ecosolum, 10(1), 69�81. Google Scholar
Saha, Priyanka, Shinde, Omkar, &
Sarkar, Supriya. (2017). Phytoremediation Of Industrial Mines Wastewater Using
Water Hyacinth. International Journal Of Phytoremediation, 19(1),
87�96. Google Scholar
Said, Nusa Idaman. (2017). Tekhnologi
Pengolahan Air Limbah: Teori Dan Aplikasi. Google Scholar
Suganda, Tarkus, Yulia, Endah, Widiantini,
Fitri, & Hersanti, Hersanti. (2016). Intensitas Penyakit Blas (Pyricularia
Oryzae Cav.) Pada Padi Varietas Ciherang Di Lokasi Endemik Dan Pengaruhnya
Terhadap Kehilangan Hasil. Agrikultura, 27(3). Google Scholar
Suryati, Tuti. (2003). Eliminasi Logam
Berat Kadmium Dalam Air Limbah Menggunakan Tanaman Air. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 4(3). Google Scholar
Copyright holder: Dewi Safitri, Baharuddin Patandjengi, M. Syahrul, Fahruddin, Budimawan, Emmal Basham Demmallino (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |