Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 3 Maret 2022

 

KETERKAITAN TINGKAT EFEKTIFITAS METODE FITOREMEDIASI TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN MEDIA ECENG GONDOK PADA LIMBAH CAIR Cr6+

 

Dewi Safitri1, Baharuddin Patandjengi2, M. Syahrul3, Fahruddin4, Budimawan5, Emmal Basham Demmallino1

1) Program Magister Pengelolaan Lingkungan Hidup, Sekolah Pascasarjana, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2)Departemen Hama dan Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, 3)Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, 4)Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, 5)Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar

Email: [email protected]

 

Abstrak

Limbah cair Cr6+ seringkali dihasilkan perusahaan pertambangan bijih nikel, salah satunya CV. Unaha Bakti Persada memiliki konsentrasi Cr6+ sebesar 0.78 ppm yang belum mencapai baku mutu 0.1 ppm, sehingga perlu pengolahan limbah Cr6+ menggunakan teknik fitoremediasi sistem in vitro media eceng gondok E. azurea dan E. crassipes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas� metode fitoremediasi, tingkat kerusakan eceng gondok dan laju pertumbuhan tanaman eceng gondok. Penelitian menggunakan metode fitoremediasi sistem in vitro media eceng gondok E. crassipes dan E. azurea selama 15 hari. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas eceng gondok E. azurea sebesar 87% mampu menurunkan konsentrasi Cr6+ 0.78 ppm menjadi 0.1 ppm dalam waktu 15 hari, sedangkan E. crassipes dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea adalah 64%. Laju kerusakan eceng gondok pada air limbah Cr6+ lebih cepat pada E. azurea yaitu 40% dibandingkan E. crassipes sebesar 27% dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea sebesar 13%. Pertumbuhan eceng gondok pada air limbah Cr6+ lebih cepat pada kombinasi E. crassipes dan E. azurea yaitu bobot tanaman 45%, panjang akar 38%, tinggi tanaman 23% dibandingkan dengan E. azurea yaitu bobot tanaman 35%, panjang akar 32%, tinggi tanaman 17%, dan E. crassipes yaitu bobot tanaman 45%, panjang akar 38%, tinggi tanaman 7%.

 

Kata Kunci: konsentrasi Cr6+, eceng gondok, efektivitas

 

Abstract

Liquid waste of Cr6+� is often produced by nickel ore mining companies, one of which is CV. Unaha Bakti Persada has a Cr6+ concentration of 0.78 ppm which has not yet reached the 0.1 ppm quality standard, so it is necessary to treat Cr6+ waste using an in vitro phytoremediation technique for water hyacinth media of E. azurea and E. crassipes. The purpose of this study was to determine the effectiveness of phytoremediation method, the level of damage to water hyacinth and the rate of growth of the water hyacinth plant. The study used an in vitro phytoremediation method for water hyacinth media E. crassipes and E. azurea for 15 days. The results showed that the effectiveness of water hyacinth E. azurea was 87% able to reduce the concentration of Cr6+ 0.78 ppm to 0.1 ppm within 15 days, while E. crassipes and the combination of E. crassipes and E. azurea were 64%. The rate of water hyacinth damage to Cr6+ wastewater was faster in E. azurea, namely 40% compared to E. crassipes by 27% and the combination of E. crassipes and E. azurea by 13%. The growth of water hyacinth in Cr6+ wastewater was faster in the combination of E. Crassipes and E. azurea, namely plant weight 45%, root length 38%, plant height 23% compared to E. azurea, namely plant weight 35%, root length 32%, height plant 17%, and E. crassipes, namely plant weight 45%, root length 38%, plant height 7%.

 

Keywords: Cr6+ concentration, water hyacinth, effectiveness

 

Pendahuluan

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah� Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan� Pertambangan Bijih Nikel untuk limbah cair Cr6+ adalah 0.1 ppm, tetapi perusahaan CV. Unaha Bakti Persada mempunyai konsentrasi Cr6+ tidak sesuai baku mutu yaitu 0.78 ppm, jika Cr6+ masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan pada tulang hidung, kanker pada paru-paru, ulkus pada kulit dan selaput lendir (Said, 2017).�

Teknik pengolahan limbah menggunakan tanaman dikenal dengan istilah fitoremediasi. Secara lengkap istilah fitoremediasi adalah penggunaan tanaman, termasuk pohon-pohonan, rumput-rumputan dan tanaman air untuk menghilangkan atau menyerap bahan-bahan berbahaya baik organik maupun anorganik dari lingkungan (Suryati, 2003).

Menurut (Saha, Shinde, & Sarkar, 2017) eceng gondok dapat menyerap Cr6+ yang dibuktikan terdapat kandungan Cr6+ pada akar yaitu 3.5 ppm, batang yaitu 1.5 pmm dan daun yaitu 1 ppm dari konsentrasi awal pengujiann yaitu 5 ppm.

Tipe tanaman eceng gondok yang sering terdapat di Indonesia adalah E. crassipes dan E. azurea. Kehadiran eceng gondok sering dianggap gulma karena pertumbuhannya yang begitu cepat menutupi permukaan air dan menyebabkan berkurangnya oksigen yang terlarut (Ratnani, Hartati, & Kurniasari, 2013).

Penelitian menggunakan metode fitoremediasi media eceng gondok sebelumnya telah dilakukan oleh (Pawestri, Budiono, & Abdullah, 2020) memiliki konsentrasi awal Cr6+ 1.97 ppm menjadi 0.44 ppm dan penelitian oleh (Herdina, Budiyono, & Suhartono, 2018) memiliki konsentrasi awal Cr6+ 4.30 ppm menjadi 2.55 ppm. Dari 2 penelitian sebelumnya belum adala yang mencapai baku mutu Cr6+ yaitu 0.1 ppm maka penelitian ini dengan bertujuan mengetahui efektifitas absorpsi Cr6+ metode fitoremediasi media limbah cair Cr6+ pengolahan bijih nikel, tingkat kerusakan eceng gondok akibat limbah cair Cr6+, tingkat pertumbuhan� eceng gondok setelah metode fitoremedias.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini mengunakan metode fitoremediasi sistem in vitro media eceng gondok E. crassipes dan E. azurea di perumahan Hartako Jaya Jl. Perintis Kemerdekaan no 3 , Makassar dan pengujian sampel penelitian di Laboratorium Air dan Lingkungan BBIHP (Balai Besar Industri Hasil Perkebunan).

 

Penyiapan Media Eceng Gondok

Tanaman eceng gondok berasal dari Sungai Jeneberang Kota Makassar. Pemilihan tanaman menggunakan tanaman eceng gondok E. crassipes, E. azurea dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea vase sedang dengan berat tanaman 385 gram untuk satu sampel penelitian. Kemudian dilakukan metode aklimatisasi selama 7 hari dengan volume air 10 liter air sumur di ember sebagai wadah penelitian.

 

Metode Fitoremediasi

Penelitian menggunakan metode fitoremedisi media eceng gondok dengan limbah cair Cr6+ berkonsentrasi 0.78 ppm yang berasal dari Cv. Unaha Bakti Persada dan air sumur sebagai pembanding.

Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yaitu 2 faktorial (limbah cair cr6+ dan air sumur), 3 perlakuan (eceng gondok E. crassipes, E. azurea dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea) dan 3 kali pengulangan. Pada masing-masing sampel berisikan tanaman eceng gondok dengan berat tanaman adalah 385 gram dan volume air 10 liter yang dilakukan selama 15 hari.

Pengambilan sampel dilakukam pada hari ke-0, 3, 6, 9, 12,15 sebanyak 200 ml setiap sampel dan dimasukkan kedalam botol sampel. Sampel yang dihasilkan sebanyak 45 sampel kemudian di uji Laboratorium Air dan Lingkungan BBIHP (Balai Besar Industri Hasil Perkebunan). Pengujin dilkukan secara spektrofotometri, dengan standar berdasarkan SNI 6989.71.2009 tentang air dan air limbah bagian 71: Cara uji kromium heksavalen (Cr-VI).

 

Pengamatan Kerusakan Tanaman Eceng Gondok Akibat Limbah Cair Cr6+

Pengamatan dilakukan menggunakan metode observasi dilakukan hari ke-0, 3, 6, 9, 12, 15. Pengamatan untuk mengetahui perubahan fisik eceng gondok (E. crassipes, E.� azurea dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea) pada daun, batang dan induk tanaman saat melakukan metode fitoremedias terhadap limbah cair Cr6+ dengan perbandingan air sumur.

 

Pengukuran Pertumbuhan Tanaman Eceng Gondok

Pengukuran berfungsi mengetahui perubahan berat tanaman, panjang akar dan tinggi tanaman eceng gondok sebelum mengaplikasikan metode fotoremediasi dan setelah metode fitoremediasi diaplikasikan.

 

 

Pengukuran Efektivitas Metode Fitoremediasi

Pengukuran tingkat keberhasilan metode fitoremediasi menggunakan rumus oleh Widodo dkk (2019) agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan metode fitoremediasi yang telah dilakukan. Dibawah ini rumus (1) yang digunakan :

E2 = ������������������������������������������������������������������������������������������� (1)

Keterangan :

E2� ��: Efektifitas yang actual (%)

Co� ��: Konsentrasi awal (ppm)

Cn� ��: Konsentrasi hari ke-15 (pmm)

 

Penentuan Kerusakan Tanaman Eceng Gondok Akibat Limbah Cair Cr6+

Menentukan kerusakan berfungsi mengetahui tingkat kerusakan yang dihasilkan terhadap tanaman eceng gondok akibat limbah cair Cr6+ dengan menggunakan rumus (2) oleh (Suganda, Yulia, Widiantini, & Hersanti, 2016) dibawah ini.

IK = ��(2)

Keterangan :

IK :� Intensitas kerusakan (%)

n� ��: Jumlah tanaman dalam setiap kategori skala kategori�� kerusakan

v ��:� Nilai skala kategori kerusakan

Z ��:� Nilai skala tertinggi dari kategori kerusakan

N :�� Jumlah tanaman contoh yang diamati

Tabel 1

Skala Kategori Kerusakan

Skala

Deskripsi

0

Tidak ada gejala

1

Daun muda menguning

2

Daun tua menguning

3

Daun muda mencoklat

4

Daun tua mencoklat

5

Tanaman mati

 

Penentuan Pertumbuhan Tanaman Eceng Gondok

Melingkupi berat tanaman, panjang akar dan tinggi tanaman. Mengukur berat tanaman eceng gondok menggunakan rumus (3) dibawah ini.

m= �(3)

Keterangan :

m� : Total penambahan berat tanaman (%)

mt� : Berat tanaman tanaman hari ke-15 (gr)

m0 : Berat tanaman tanaman hari ke-0 (gr)

Mengukur panjang akar eceng gondok menggunakan rumus (4) di bawah ini.

����������

PA = (4)

Keterangan :

PA : Total panjang akar (%)

At� : Panjang akar tanaman hari ke-15 (cm)

A0 : Panjang akar tanaman hari ke-0 (cm)

Mengukur tinggi tanaman eceng gondok menggunakan persamaan (5) dibawah ini.�

TT = �(5)

Keterangan :

TT : total tinggi� tanaman (%)

Tt� : tinggi� tanaman tanaman hari ke-15 (cm)

T0 : tinggi� tanaman hari ke-0 (cm)

 

 

Hasil dan Pembahasan

Efektivitas Metode Fitoremediasi Cr6+

Efektivitas metode fitoremediasi jika konsentrasi Cr6+ telah mencapai baku mutu peraturan menteri lingkungan hidup nomor 09 tahun 2006 tentang air limbah bijih nikel yang yaitu 0.1 ppm atau 87%. Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil yang berbeda-beda pada tanaman eceng gondok yang berbeda jenis ditunjukkan tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2

Absorpsi konsentrasi Cr6+

Nama

Konsentrasi Cr6+ (ppm)

Hari

0

3

6

9

12

15

Lc

0.78

0.67

0.55

0.41

0.33

0.28

La

0.78

0.54

0.5

0.27

0.17

0.1

Lx

0.78

0.68

0.61

0.49

0.33

0.28

 

Keterangan :

Lc : E.g E. crassipes

La : E.g E. azurea

Lx : Kombinasi e.g E. crassipes dan E. Azurea

Konsentrasi awal Cr6+� pada eceng gondok 0.78 ppm setelah diaplikasikan metode fitoremediasi selama 15 hari, konsentrasi Cr6+ pada eceng gondok E. crassipes dan kombinasi� eceng gondok E. crassipes dan eceng gondok E. azurea menjadi 0.28 ppm belum mencapai baku mutu, sedangkan eceng gondok E. azurea telah mencapai baku mutu yaitu 0.1 ppm

Perbedaan jenis tanaman eceng gondok yaitu E. crassipes, E. azurea dan kombinasi E. crassipes dan eceng gondok E. azurea dapat mempengaruhi absorpsi konsentrasi Cr6+. Eceng gondok E. azurea lebih banyak mengabsorbsi konsentrasi Cr6+ karena eceng gondok E. azurea lebih banyak menyerap air sehingga Cr6+ yang terakumulasi pada air kemudian terabsorpsi di bagian akar tanaman eceng gondok. Volume awal air adalah 10 L dan setelah 15 hari, eceng gondok E. crassipes menjadi 3.8 L, eceng gondok E. azurea menjadi 3.5 L dan kombinasi eceng gondok E. crassipes dan eceng gondok E. azurea menjadi 3.9 L.

Proses absorpsi logam berat pada tanaman eceng gondok pertama kali terjadi di akar eceng gondok yang mempunyai asam amino, terletak di peptide dan gugus tanaman, kemudian menghasilkan senyawa fitokelatin. Menurut (Safitri & Syahrul, 2021), senyawa fitokelatin berfungsi mengikat logam berat yang terabsorpsi bersama air keseluruh tubuh eceng gondok kemudian Cr6+ teralokasi melalui xylem dan floem. Xylem dan floem merupakan jaringan pengangkut dan dibantu mikroba rhizofera yang berfungsi efensiensi pengangkutan sehingga tidak merusak tanaman kemudian logam berat bersama air masuk ke jaringan stomata yaitu jalur masuknya polutan selama proses fotosintesis berlangsung dan logam berat berpindah ke bagian-bagian tubuh tanaman yaitu akar, batang dan daun (Saha et al., 2017).

Efektivitas metode fitoremediasi menunjukkan tingkat keberhasilan metode fitoremediasi mengabsorpsi limbah cair Cr6+ pengolahan bijih nikel yang ditunjukkan tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3

Tingkat Keberhasilan Absorpsi Limbah Cair Cr6+ Metode Fitoremediasi

Eceng Gondok

Tingkat Keberhasilan

E.� crassipes

64 %

E.� azurea

87 %

Kombinasi E. crassipes dan E.� azurea

64 %

 

�Tabel 3 menunjukkan eceng gondok E. Crassipes dan kombinasi eceng gondok E. crassipes dan E.� azurea belum mencapai tingkat keberhasilan karena nilai yang dihasilkan 64%. Faktor tidak tercapainya tingkat keberhasilan karena mikroba rhizofera pada akar yang berfungsi menyerap limbah berat ke sel tubuh tanaman tidak dapat beradaptasi (Ma et al., 2014).

Eceng gondok E. azurea telah mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan yaitu 87%. Eceng gondok E. azurea dapat mentolerir limbah berat Cr6+ yang terakumulasi dalam air percobaan kemudian terabsorpsi kedalam tubuh eceng gondok. Semakin banyak konsentrasi Cr6+ yang terserap berbanding lurus kenaikkan tingkat keberhasilan fitoremediasi.

Kombinasi eceng gondok E. crassipes dan E.� azurea tidak mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan yaitu 64%.

 

Tingkat Kerusakan Eceng Gondok

Tingkat kerusakan eceng gondok akibat limbah cair Cr6+ berfungsi mengetahui perubahan fisik eceng gondok E. crassipes, E. azurea dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea setelah mengaplikasikan metode fotoremediasi selama 15 hari menggunakan limbah cair Cr6+ pertambangan bijih nikel yang mempunyai konsentrasi yaitu 0.78 ppm dan air sumur sebagai pembanding. Hasil penelitian diketahui bahwa eceng gondok merespon logam berat Cr6+ dengan adanya perubahan yang berbeda-beda pada eceng gondok, seperti yang disajikan tabel 4 dibawah ini.

 

Tabel 4

Tingkat Kerusakan Eceng Gondok Akibat Limbah Cair Cr6+

Sampel

Hari ke

0

3

6

9

12

15

Lc

0%

0%

13%

13%

13%

27%

La

0%

20%

20%

40%

40%

40%

Lx

0%

0%

0%

13%

13%

13%

Sc

0%

0%

0%

0%

13%

13%

Sa

0%

0%

0%

0%

0%

20%

Sx

0%

0%

0%

0%

13%

13%

 

Keterangan :

L :������� Limbah cair Cr6+

S :������� Air sumur

c : ������ Eceng gondok E. crassipes

a :������� Eceng gondok E. azurea

x : ������ Kombinasi eceng gondok E. crassipes dan E. azurea

Tabel 4 dapat diketahui bahwa eceng gondok E. crassipes pada limbah cair Cr6+ mengalami kerusakan pada hari ke-6 sampai hari ke-12 ditandai daun tua menguning dan hari ke-15 terdapat daun tua mencoklat, sedangkan pada air sumur pada hari ke-12 sampai ke-15 terdapat daun tua yang menguning.

Eceng gondok E. azurea terhadap limbah cair Cr⁶+ lebih cepat mengalami kerusakan eceng gondok akibat limbah cair Cr6+ dibandingkan air sumur. Pada hari ke-3 sampai hari ke-12 ditandai daun tua menguning dan hari ke-15 terdapat daun tua mencoklat. Berbeda dengan air sumur, mulai mengalami perubahan terhadap tanaman eceng gondok pada hari ke-12 dimana daun tua menguning.

Kombinasi eceng gondok E. crassipes dan E. azurea pada limbah cair Cr6+ mengalami kerusakan pada hari ke-9 sampai hari ke-15 ditandai daun tua menguning, sedangkan pada air sumur pada hari ke-12 sampai ke-15 terdapat daun tua yang menguning.

Perubahan pada daun yang menguning merupakan gejala klorosis dimana keadaan jaringan tumbuhan, khususnya� pada bagian daun yang mengalami perubahan warna akibat kekurangan klorofil (Palgunadi & Almandatya, 2014). Klorofil adalah zat hijau daun yang ditemukan dalam kloroplas, tetapi adanya proses penyerapan dan penyimpannan logam berat mempengaruhi masuknya nutrisi yang dibutuhkan tanaman tergantikan dengan logam berat yang lebih banyak terserap sehingga terjadinya perubahan produksi klorofil dalam kloroplas sebagai bahan wana hijau pada daun dan batang tidak terbentuk (Mariwy, Dulanlebit, & Yulianti, 2020)

 

Pertumbuhan Eceng Gondok

Pertumbuhan eceng gondok ditandai bertambahnya berat tanaman, panjang akar dan tinggi tanaman setelah diaplikasikan metode fitoremediasi selama 15 hari untuk mengabsorpsi limbah cair Cr6+ hasil pengolahan pertambangan bijih nikel. Hasil pertumbuhan eceng gondok pada tabel 5 di bawah ini.

 

Tabel 5

Tingkat Pertumbuhan Eceng Gondok

Nama

Berat

(gr)

m

Panjang Akar (cm)

PA

Tinggi Tanaman

(cm)

TT

0

15

0

15

0

15

Lc

385

560

45%

21

29

38%

28

30

7%

Sc

385

610

58%

20

29

45%

37

41

11%

La

385

520

35%

19

25

32%

36

42

17%

Sy

385

600

56%

23

33

43%

41

54

32%

Lx

385

500

30%

19

24

26%

48

55

15%

Sx

385

560

45%

21

29

38%

53

65

23%

 

Keterangan :

L :������� Limbah cair Cr6+

S :������� Air sumur

c : ������ E.g E. crassipes

a :������� E.g E. azurea

x : ������ Kombinasi e.g E. crassipes dan E. Azurea

m :�� berat tanaman eceng gondok

PA : Panjang akar eceng gondok

TT : Tinggi tanaman eceng gondok

�� Tabel 5 menujukkan bahwa berat tanaman eceng gondok yang awalnya mempunyai berat tanaman yaitu 385 gram kemudian mengalami perubahan signifikan yang menggunakan limbah cair Cr6+ dan air sumur sebagai pembanding.� Eceng gondok E. crassipes yang mengabsorpsi limbah cair Cr6+ menjadi 560 gram sedangkan pada air sumur 610 gram. Eceng gondok E.azurea yang mengabsorpsi limbah cair Cr6+ menjadi� 510 gram sedangkan pada air sumur 600 gram. Kombinasi Eceng gondok E. crassipes dan E. azurea yang mengabsorpsi limbah cair Cr6+ menjadi 500 gram sedangkan pada air sumur 560 gram.

Perubahan pertumbuhan pada panjang akar eceng gondok mengalami perbedaan antara eceng gondok yang menggunakan limbah cair Cr6+ dan air sumur. Panjang akar eceng gondok E. crassipes yang mengabsorpsi limbah cair Cr6+ awalnya 21 cm menjadi 29 gram sedangkan pada air sumur awalnya 20 cm menjadi 29 cm. Eceng gondok E. azurea yang mengabsorpsi limbah cair Cr6+ awalnya panjang akar 19 cm menjadi 25 gram sedangkan pada air sumur awalnya 23 cm menjadi 33 cm. Kombinasi eceng gondok E. crassipes dan E. azurea yang mengabsorpsi limbah cair Cr6+ awalnya 19 cm menjadi 24 gram sedangkan pada air sumur awalnya 21 cm menjadi 29 cm setelah 15 hari inkubasi.

Perubahan pertumbuhan juga terjadi pada tinggi tanaman eceng gondok mengalami. Tinggi tanaman eceng gondok E. crassipes awalnya 28 cm menjadi 30 gram sedangkan pada air sumur awalnya 37 cm menjadi 41 cm. Eceng gondok E. azurea yang mengabsorpsi limbah cair Cr6+ awalnya tinggi tanaman 36 cm menjadi 42 gram sedangkan pada air sumur awalnya 41 cm menjadi 54 cm. Kombinasi eceng gondok E. crassipes dan E. azurea yang mengabsorpsi limbah cair Cr6+ awalnya tinggi tanaman 48 cm menjadi 55 gram sedangkan pada air sumur awalnya 53 cm menjadi 65 cm setelah 15 hari inkubasi.

Hambatan pertumbuhan berupa berat tanaman, panjang akar dan tinggi tanaman yang dibandingkan dengan eceng gondok air sumur. Menurut Paiva dkk (2009), penururnan pertumbuhan diakibatkan penurunan fotosintesis yang didorong oleh peningkatan penyerapan konsentrasi Cr6+ dan tersimpan pada jaringan tumbuhan sehingga menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis yang ditandai berkurangnya klorofil pada tanaman eceng gondok.

 

Kesimpulan

Metode fitoremediasi menggunakan eceng gondok E. azurea adalah metode paling efektif dengan tingkat absorbsi Cr6+ paling tinggi yaitu adalah 87%, dibandingkan dengan eceng gondok E. crassipes dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea tingkat absorbsi Cr6+� yaitu 64%.

Tingkat kerusakan eceng gondok pada limbah cair Cr6+ lebih cepat pada E. azurea yaitu 40%, dibandingkan E. crassipes adalah 27% dan kombinasi E. crassipes dan E. azurea adalah 13%.

Pertumbuhan eceng gondok pada limbah cair Cr6+� lebih cepat pada kombinasi E. crassipes dan E. azurea yaitu berat tanaman 45%, panjang akar 38%, tinggi tanaman 23%, dibandingkan E. azurea yaitu berat tanaman 35%, panjang akar 32%, tinggi tanaman 17%, dan E. crassipes yaitu berat tanaman 45%, panjang akar 38%, tinggi tanaman 7%.

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Herdina, Sela Putri, Budiyono, Budiyono, & Suhartono, Suhartono. (2018). Efektivitas Variasi Lama Kontak Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Dalam Menurunkan Logam Berat Kromium Heksavalen (Cr6+) Pada Limbah Industri Pelapisan Logam. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 6(6), 315�324. Google Scholar

 

Ma, Ni, Yuan, Jinzhan, Li, Ming, Li, Jun, Zhang, Liyan, Liu, Lixin, Naeem, Muhammad Shahbaz, & Zhang, Chunlei. (2014). Ideotype Population Exploration: Growth, Photosynthesis, And Yield Components At Different Planting Densities In Winter Oilseed Rape (Brassica Napus L.). Plos One, 9(12), E114232. Google Scholar

 

Mariwy, Abraham, Dulanlebit, Yeanchon H., & Yulianti, Fian. (2020). Studi Akumulasi Logam Berat Merkuri Menggunakan Tanaman Awar-Awar (Ficus Septica Burm F). Indonesian Journal Of Chemical Research, 7(2), 159�169. Google Scholar

 

Palgunadi, Sarngadi, & Almandatya, Yulandita. (2014). Klasifikasi Kualitas Kesehatan Daun Mangga Berdasarkan Warna Citra Daun. Prosiding Snst Fakultas Teknik, 1(1). Google Scholar

 

Pawestri, Destisira Setya, Budiono, Zaeni, & Abdullah, Sugeng. (2020). Efisiensi Multi Soil Layering (Msl) Dalam Menurunkan Kadar Chromium Heksavalen (Cr6+) Pada Limbah Cair Sablon Di Kaos Ngapak Kabupaten Banyumas Tahun 2020. Buletin Keslingmas, 39(3), 131�137. Google Scholar

 

Ratnani, Rita Dwi, Hartati, Indah, & Kurniasari, Laeli. (2013). Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Untuk Menurunkan Kandungan Cod (Chemical Oxygen Demond), Ph, Bau, Dan Warna Pada Limbah Cair Tahu. Laporan Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat. Google Scholar

 

Safitri, Dewi, & Syahrul, M. (2021). Keefektifan Media Eceng Gondok Eichornia Crassipes Dan Eichornia Azurea Sebagai Fitoremediator Dalam Mengabsorbsi Cr6+ Di Limbah Cair Pertambangan Nikel. Jurnal Ecosolum, 10(1), 69�81. Google Scholar

 

Saha, Priyanka, Shinde, Omkar, & Sarkar, Supriya. (2017). Phytoremediation Of Industrial Mines Wastewater Using Water Hyacinth. International Journal Of Phytoremediation, 19(1), 87�96. Google Scholar

 

Said, Nusa Idaman. (2017). Tekhnologi Pengolahan Air Limbah: Teori Dan Aplikasi. Google Scholar

 

Suganda, Tarkus, Yulia, Endah, Widiantini, Fitri, & Hersanti, Hersanti. (2016). Intensitas Penyakit Blas (Pyricularia Oryzae Cav.) Pada Padi Varietas Ciherang Di Lokasi Endemik Dan Pengaruhnya Terhadap Kehilangan Hasil. Agrikultura, 27(3). Google Scholar

 

Suryati, Tuti. (2003). Eliminasi Logam Berat Kadmium Dalam Air Limbah Menggunakan Tanaman Air. Jurnal Teknologi Lingkungan, 4(3). Google Scholar

 

Copyright holder:

Dewi Safitri, Baharuddin Patandjengi, M. Syahrul, Fahruddin, Budimawan, Emmal Basham Demmallino (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: