Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 3, Maret 2022
MANAJEMENT MARKETING
PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI COVID-19
Munfaatin, Abdul Wachid BS
Institut Agama Islam
Negeri Purwokerto, Jawa
Tengah, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Manajement marketing pendidikan merupakan faktor yang utama dalam lembaga
pendidikan, karena pendidikan tidak bisa berlangsung jika tidak ada
peserta didik. Untuk meningkatkan kuantitas siswa dalam perekrutan siswa baru dengan
persaingan dan kondisi perubahan sistem pendidikan dimasa pandemi ini, maka
lembaga pendidikan harus memberikan layanan jasa pendidikan
yang terbaik. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana manajemen marketing pendidikan
yang sesuai dengan situasi pandemi ini yang mana pemerintah memberlakukan pembelajaran jarak jauh. Adapun metode yang dilakukan yaitu dengan� deskriptif
kualitatif. Teknik yang digunakan
adalah wawancara, observasi dan dokumentasi secara langsung terhadap manajemen marketing pendidikan dimasa pandemi oleh kepala sekolah, kepala bidang humas, kepala bidang kesiswaan dan tim marketing atau panitia penerimaan peserta didik baru
di SD Islam Plus Kroya. Dan analisis
datanya dengan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Berbagai upaya yang dilakukan SD Islam Plus Kroya dalam manajemen marketing pendidikan dimasa pandemi adalah dengan melaksanakan marketing pendidikan berbasis teknologi dan informasi dengan menggunakan prinsip pemasaran untuk menjaring orang tua peserta didik
agar mau menyekolahkan putra-putrinya kelembaga tersebut. Berdasarkan hasil dari penelitian
menjelaskan bahwa� penerapan
manajemen marketing dimasa pandemi� dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi adalah cara yang tepat untuk� mempermudah dan mempercepat penyebaran informasi kepada target pasar yaitu masyarakat dan peserta didik.
Kata
Kunci: managemen,
marketing, pendidikan
Abstract
Educational marketing management is a major factor in
educational institutions, because education cannot take place if there are no
students. To increase the number of students recruiting new students with
competition and the changing conditions of the education system during this
pandemic, educational institutions must provide the best educational services.
This research was conducted to find out how education marketing management is
appropriate to this pandemic situation where the government imposes distance
learning. The method used is descriptive qualitative. The techniques used are
interviews, observation and direct documentation of educational marketing management
during the pandemic by the principal, head of public relations, head of student
affairs and the marketing team or committee for admission of new students at SD
Islam Plus Kroya. And data analysis with data
reduction, data presentation, and drawing conclusions. Various efforts made by
SD Islam Plus Kroya in educational marketing
management during the pandemic were to implement technology and
information-based educational marketing by using marketing principles to
attract parents of students to want to send their children to this institution.
Based on the results of the study, it was explained that the application of
marketing management during the pandemic using information and communication
technology was the right way to simplify and accelerate the dissemination of
information to the target market, namely the public and student
Keywords: management, marketing, education
Received:
2022-02-20; Accepted: 2022-02-05; Published: 2022-03-10
Pendahuluan
Sejak pandemi Covid 19� melanda Negara kita Indonesia dan seluruh
Negara di dunia, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan kebijakan baru dengan
tujuan demi menjaga keselamatan, kemaslahatan bersama dan memutus rantai
penyebaran virus covid 19. Kebijakan baru yang diterapkan pemerintah adalah
menerapkakan protocol kesehatan dengan 3M, mencici tangan, memakai masker, dan
menjaga jarak. Dalam hal ini untuk mempertimbangkan nilai nilai keselamatan
peserta didik maka pemerintah memberikan solusi sebagai jalan alternatif yang
terbaik bagi peserta didik sehingga pembelajaran tetap berlangsung dengan baik.
Pemerintah merubah sistem pendidikan dengan memberikan pilihan yaitu
pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Dalam
pembelajaran jarak jauh memiliki konsep yang dilakukan yakni, pembelajaran
online atau daring, pembelajaran offline atau luring, dan kombinasi keduanya.
Menurut KBBI, daring artinya dalam jaringan atau tersambung jaringan internet.
Sedangkan luring artinya luar jaringa, yakni pembelajaran offline atau putus
dari jaringan internet, adapun kegiatannya menonton acara televisi TVRI dalam
acara pembelajaran peserta didik sekolah dan evaluasi mengumpulkan tugas berupa
dokumen.
Dengan
perubahan sistem pendidikan ini maka secara langsung semua yang terkait dengan
pendidikan mengalami perubahan, baik dari sistem pengajaran guru,pembelajaran
siswa, admistrasi, dan perekrutan siswa baru. Dalam hal ini� muncul masalah masalah baru dalam dunia
pendidikan, diantaranya kesulitan dalam perekrutan siswa baru, terutama pada
lembaga pendidikan tingkat PAUD dan TK atau lembaga swasta lainnya. Dalam
kondisi pandemi ini orang tua lebih memilih anaknya dirumah saja dengan� mendatangkan guru privat dan ada juga yang
menitipkan anaknya di lembaga kursus karena jika orang tua mendaftarkan anaknya
disekolah akan banyak tugas daring yang harus dikerjakan anak, sedangkan anak
dalam usia dini tidak bisa mengerjakan sendiri tanpa pendamping atau bantuan
orang tua, sedangkan orang tua juga sibuk kerja.Anggapan orang tua seperti ini
yang akhirnya mereka menunda untuk tidak mendaftarkan anaknya ke sekolah TK
atau PAUD menunggu� sampai kondisi
normal. Adapun masalah yang dihadapi di SD,SMP,SMA dan Perguruan Tinggi
terutama sekolah swasta yang belum mempunyai fasilitas internet dan jaringan
yang baik akan mengalami penurunan siswa karena dianggap tidak mampu memberikan
layanan jasa pendidikan yang baik bagi peserta didik dimasa pandemi.
Menyikapi
masalah tersebut maka lembaga pendidikan harus mampu mengikuti perubahan ini
dengan menyiapkan strategi dan gebrakan baru untuk menarik perhatian masa untuk
perekrutan� siswa baru. Dengan mengemas
strategi pemasaran yang up to date dan menarik. Karena daya saing dalam dunia
pendidikan juga sangat tinggi maka diperlukan juga cara yang tepat, cepat,
efektif dan efisien. Diantara cara yang tepat dimasa pandemi ini adalah dengan
melakukan marketing dan promosi online dengan membuat brosur, pendaftaran via
online. Sedangkan promosi bisa dilakukan dengan membuat video yang menarik
lewat aplikasi kine master, tik tok yang kemudian dibagikan atau dishare lewat
group facebook, WA, twitter dan lainnya. Hal ini juga lebih� memudahkan dalam marketing dan promosi.
Untuk
mendapatkan hasil yang baik dalam pemasaran, maka lembaga pendidikan memerlukan
sebuah manajement marketing pendidikan. Pentingnya manajemen pemasaran membuat
suatu sistem kebermanfaatan untuk masyarakat yang terdapat di setiap wilayah
lembaga sekolah dengan mempromosikan kegiatan keunggulan kepada orang tua dan
anak-anaknya. Sebab, lembaga pendidikan membutuhkan peserta didik sebagai
kelengkapan suatu pendidikan di sekolah. Peserta didik merupakan unsur subjek
pertama yang harus dikembangkan potensi dan keterampilan pada jenjang dasar ke
jenjang selanjutnya, dalam hal ini tidak jauh beda dengan pembeli atau konsumen
dalam dunia usaha (Arsyam dan Alwi, 2020). Manajemen asal kata dari to mange artinya mengelola (T. Hani Handoko, 1998).� Pengelolaan dalam pendidikan mengacu pada
proses yang berdasarkan urutan, dan fungsi manajemen pendidikan. Dari sinilah,
manajemen sebagai suatu rencana, organisasi, kepemimpinan, dan mengendalikan
anggota organisasi dengan sistem semua SDM sebagai visi misi lembaga pendidikan.
Menurut Terry, �manajemen meruakan tujuan yang harus diperjuangkan dan
diterapkan terlebih dahulu dengan menggerakkan orang lain.� Dari identifikasi
di atas bahwa �arti manajemen yakni, pertama, menggerakkan
SDM secara efektif dalam upaya untuk mencapai tujuan kurikulum manajemen di
lembaga sekolah.
Kedua, kepemimpian
yang berusaha memimpin jalannya sistem organisasi di lembaga sekolah. Sementara
pemasaran dimaknai sebagai cara, proses, tindakan untuk mempromosikan dagangan
(barang atau jasa) dari produser kepada klien (orang tua dan anak-anak). Kemudian,
dalam kegiatan pemasarannya yakni menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke klien
untuk memenuhi kebutuhan primer atau skunder dalam sistem pemasaran (Klebanov dan
Brooks-Gunn, 2008). Dari sinilah,
manajemen pemasaran diartikan sebagai sistem manajemen saling berhubungan untuk
menguatkan semua bidang fungsional untuk mengambil keputusan pada sistem
kinerja pemasaran. Adapun arti pendidikan menurut SISDIKNAS �Pendidikan adalah
usaha menyadarkan dan merencanakan suatu kondisi belajar dan proses
pembelajaran supaya peserta didik dapat aktif, efektif, efesien mengembangkan keterampilan
diri guna memiliki kekuatan, pengendalian diri, spiritualis, kemandirian,
kecerdasan, tingkah laku mulia, serta keterampilan yang dilakukan baik sendiri,
masyarakat, dan negara.�� Melihat dari manajemen pemasaran, dalam pandengan pendidikan
yaitu pendidikan menjadi sesuatu transparasi antara jasa dengan konsumen yang
saling membutuhkan dalam menjalankan suatu pembelajaran dengan menyadarkan dan
menerapkan suatu keilmuan kepada konsumen yang bersifat subjektif tidak
berdampak pada peralihan pemimpinan. �
Dari sinilah, manajemen pemasaran Pendidikan merupakan sistem yang berhubungan antara
produsen dan konsumen dalam suatu organisasi
untuk memenuhi pembelajarannya dengan baik, hal ini
bersifat subjektif� karena
ada saling membutuhkan dan saling belajar bersama. Melihat kondisi yang sedang terjadi di�
masa pandemi ini, peneliti akan
menganalisis problem sebuah
manajemen pemasaran pendidikan melalui dasar pertimbangan bagi kepala sekolah dan staf bagian marketing
khususnya di SD Islam Plus Kroya untuk membuat perencanaan, strategi, cara
mengelola marketing pendidikan� di masa
pandemi ini dengan tepat,cepat, efektif, efisien dan banyak menarik perhatian orang sehingga diharapkan banyak
siswa baru yang masuk.
Dalam �penelitian ini menggunakan motode kualitatif
deskriptif yang penelitiannya secara lapangan atau field researche untuk menganalisis
dengan menggali sumber-sumber data yang terdapat dilap, yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun
langsung ke lapangan untuk mencari dan meneliti data (Sugiyono, 2009). Menurut Poerwandari (Pratiwi, 2021), Metode
kualitatif deskriptif ini menggunakan jenis wawancara dan observasi untuk
menggali sumber datanya. Sumber daya yang menujukkan fenomena lapangan yang ada
baik sudah terjadi atau yang akan terjadi. Kemudian, sumber daya akan
dikumpulkan serta diuraikan dengan analisa sebuah deskripsi.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yakni untuk mendapat
data yang akurat tentang deskripsi manajement marketing dimasa pandemi, maka
peneliti melakukan penelitian disebuah lembaga pendidikan dengan focus pada
manajemen marketing pendidikan di sd islam plus kroya,� dengan menggunakan pedekatan kualitatif deskripsi
data yang peneliti peroleh sesuai di lapangan. Kaitannya dengan metode
penelitian ini, menggunakan teknik wawancara, dokumentasi, dan observasi kepada
pihak kepala sekolah, kepala bidang humas, kepala bidang akademik, kepala
bidang kesiswaan, tim marketing,�
orangtua siswa, siswa, sarpras sekolah, kegiatan pembelajaran, aktivitas
pembelajaran, kondisi lingkungan sekolah, data jumlah siswa, profil sekolah,
brosur, Youtube, facebook, profil guru dan karyawan. Sedangkan narasumber
penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala bidang
humas, kepala bidang kesiswaan, kepala bidang akademik, orang tua siswa, siswa (Lexy J. Moleong, 2018).
Teknik wawancara bersama kepala sekolah dan bagian
marketing sekolah atau panitia penerimaan siswa baru, kepala bidang humas,
kepala bidang kesiswaan, kepala bidang akademik terkait Informasi tentang
manajement marketing di masa pandemi, cara �cara yang dilakukan dalam pemasaran
dan informasi yang terkait dengan marketing, metode, media, sarana dan hasil
perolehan siswa baru di masa pandemi. Wawancara juga dilakukan kepada calon
siswa baru tentang alasan kenapa mendaftar di SDIP Kroya,dan� sumber informasi didapat dari mana.
Adapun teknik observasinya yaakni, pengamatan
langsung terhadap kondisi atau gambaran umum data terkait manajement marketing
pendidikan dimasa pandemi, apa saja yang dilakukan kepala sekolah, tim
marketing dilapangan untuk perekrutan siswa baru, mengamati kondisi lingkungan,
masyarakat sekitar tentang minat dan ketertarikan pendidikan di SD Islam Plus
Kroya, mengamati komentar netizen di media social tentang SD Islam Plus Kroya.
Data-data yang dikumpulkan antara lain data tentang
profil SD Islam Plus Kroya meliputi: visi dan misi, keadaan guru dan peserta
didik, sarpras, dan data berkaitan dengan penelitian. Peneliti juga
mengumpulkan dokumen berupa brosur dan kliping, data siswa baru yang masuk,
data seluruh siswa di SD Islam Plus Kroya, data panitia penerimaan siswa baru,
dan dokumen lainnya� terkait manajement
marketing di SD Islam Plus Kroya sebelum dan selama masa pandemi. Analisa datanya
dengan kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh kemudian diindentifikasi,
dianalisis, dan diinterpretasikan dengan kalimat yang menggambarkan temuan yang
ada pada obyek penelitian (Sugiyono, 2009). Adapun dalam langkah mengalisis sumber data yang
diperoleh yaitu,
Reduksi Data merupakan kegiatan untuk menyederhanakan melalui
seleksi, meringkas, memilih poin pokoknya. Kemudian data ini akan diklasifikasi
untuk menfokuskan pada penelitian ini yaitu: gambaran umum SD Islam Plus Kroya,
pelaksanaan fungsi manajemen pemasaran, pelaksanan manajemen marketing
pendidikan berbasis teknologi informasi, target pemasaran, dan hambatan
pemasaran dimasa pandemi, data siswa baru yang masuk di tahun ajaran baru
2019/2020 dan 2020/2021.
Penyajian Data, yakni melakukan seleksi data mana yang benar-benar
valid untuk dijadikan acuan analisisnya, maka peneliti akan mengamati dengan
model membaca, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data berupa deskriptif
kualitatif, yang merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara
sistematis. Dari sinilah, pentingnya penyajian data untuk mengetahui seluruh
data yang didapat dengan cermat dan mendalam terhadap manajemen pemasaran di SD
Islam Plus Kroya. tahun ajaran baru 2019/2020 dan 2020/2021.
Penarikan Kesimpulan.Tahap akhir penelitian berupa penarikan kesimpulan.
Berdasarkan data yang didapat melalui pengumpulan data� kemudian diseleksi dan disajikan secara
deskriptif kualitatif dan selanjutnya dari data keseluruhan� dapat disimpulkan tentang hasil penelitian
terkait informasi pelaksanaan manajemen marketing pendidikan di masa pandemi,
marketing berbasis teknologi informasi, target pemasaran, dan hambatan
pemasaran dimasa pandemi, data siswa baru yang masuk di tahun ajaran baru
2019/2020 dan 2020/2021 di SD Islam Plus Kroya.
Hasil dan Pembahasan
Manajemen Marketing Pendidikan
Mengidentifikasi manajemen merupakan
suatu pengelolaan yang dikerjakan agar mendapatkan hasil sesuai tujuan
yang sudah ditentukan melalui cara bekolaborasi
dengan orang lain. (Firdausi, 2020).
Pengelolaan ini membutuhkan sistem rencana, pengorganisasi, pemimpinan, dan pengendalian dari suatu lembaga
untuk memberdayakan suatu tujuan visi
misinya. Hal ini dibuktikan menurut Stoner, bahwa manajemen merupakan proses adanya proses, sistem organisasi, pedoman, dan pengawasan bagi para organisasi dan para pengguna SDM organisasi lainnya untuk mencapai
tujuan tertentu. Ada perbedaan pendapat dari Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, bahwa manajemen adalah kegiatan kerja yang berhubungan dengan sistem koordinasi
dan sistem pengawasan dalam suatu pekerjaan
orang lain agar dapat memberoleh
pekerjaan yang menghasilkan
secara efektif dan efesien �(Buchari, 2009).
Pendapat yang hampir sama dengan Marno dan Triyo Supriyatno, bahwa sistem manajemen
mengacu pada proses implementasi
kegiatan yang dihasilakn secara efisien melalui mengkoordinasikan hubungan orang lain. Hal ini dapat diketahui bahwa manajemen dapat dijalankan oleh manajer dengan adanya fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan di lembaga. Henry Fayol dari Prancis yang menjadi pengusaha besar, beliau menggagas tentang fungsi manajemen. Ada lima poin penting yang digagas dalam manajemen yakni; merencanakan, menata, penugaskan, pengorganisasian, dan mengendalikan.
Sedangkan pemasaran atau marketing dapat diidentifikasikan proses
manajerial dan sosial baik secara individu
ataupun kelompok untuk menghasilkan suatu kebutuhan dan keinginan untuk mewujudkan sebuah produk dan jasa untuk disalurkan ke pihak klien.
Pendapat Kotler, �pemasaran
merupakan aktivitas untuk menyalurkan jasa atau barang
dari produsen ke konsumen dalam
memenuhi keinginan dan kebutuhan dengan adanya suatu proses pertukaran.� Pemasaran dalam bahasa Inggris
disebut sebagai marketing. Philip
Kotler dan Gary Armstrong, mengatakan bahwa pemasaran merupakan proses kepemilikan bersama baik individu
atau kelompok dengan mendapatkan suatu keinginan dan kebutuhan dengan mewujudkan kebebasan produk dan jasa yang bernilai baik kepada
orang lain.
Dari sinilah,
dapat disimpulkan bahwa pemasaran menjadi proses manajerial
dan sosial yang seharusnya direncanakan, diimplementasikan untuk mendapat suatu keinginan dan kebutuhan yang menukarkan suatu produk dan jasa dengan nilai
yang baik kepada orang
lain. Peran pemasaran saat ini bukan hanya
suatu jasa dan produk yang disampaikan kepada konsumen akan tetapi bagaimana
jasa dan produk ini memberikan suatu ketertarikan dan kepuasan kepada klien dengan hasil
laba yang normal. Sasaranya
pemasaran ini menarik klien baru
dengan menjanjikan nilai superior, ketetapan harga unik dan menarik, distribusi produk mudah, promosi
secara efektif sehingga memudahkan klien untuk mendapatkan
sebuah produk yang berkualitas bagus. Tujuannya dari pemasaran ini yakni
pelanggan menjadi puas, bukan mencari
laba, namun produk bagus dapat
memberikan suatu kepuasan terhadap setiap pelanggan. Dari sinilah, adanya kepuasan membuat konsumen meyakinkan kepada pelanggan lain, sehingga produk dan jasa dapat berdampak positif dengan baik (Buchari, 2009).
Konsep Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller memiliki konsep penting dalam pemasaran yakni adanya sistem
produksi, adanya produk, penjualan, pemasaran, dan pemasaran holistik.(Keller, 2013).
1)
Sistem produksi. Yakni salah satu konsep/sistem lama pada dunia bisnis. Konsep ini mengatur supaya
konsumen lebih suka terhadap produk
dengan jumlah yang lebih banyak serta
tidak mahal. Banyak manajer
bisnis yang bertujuan dalam produksi berfokus pada suatu tujuan efesien produk yang biaya murah, mudah, kualitasnya
tinggi. Orientasi ternyata mudah dijangkau karena negara yang berkembang yang jumlahnya jutaan, SDM yang memperoleh harga murah, sehingga
aktivitas produksi memakan biaya rendah,
dan hasilnya produksi menjadi murah.
2)
Konsep produk. Adanya konsumen yang terus menerus order karena konsumen menyukai produk yang kualitas, kinerja, dan fitur kreatif terbaik.
Dalam hal ini tujuan manajer
yakni untuk mempromosikan bahwa produk ini dapat
unggu dan murah dijanggaku. Dengan demikian, adanya produk baru akan
berhasil jika adanya distribusi, harga, iklan, dan penjualan bagus. Sehingga mendapat keuntungan laba yang banyak.
3)
Konsep penjualan. Adanya penjual harus menyesuaikan target konsumen supaya adanya produk yang terjual, jika dibiarkan
tidak akan banyak konsumen untuk membeli produknya.
Konsep ini membutuhkan kerja keras dengan ikhlas,
tekun, terus berinovasi. Konsep penjualan ini bisa
menggunakan daya Tarik melalui media sosial, media cetak ataupun dengan
sebuah poster di edarkan setiap sudut lingkungan
kota. Hal ini dapat berdampak postif dalam penjualannya.
Penjual juga mempunyai
skill komunikasi, kreatif
dan mampu menarik konsumen untuk membeli produknya.
4)
Konsep pemasaran. Sejak tahun 1950-an. Ada pepatah filosofi �membuat dan menjual� yang berpacu terhadap produk, adanya bisnis berdampak �merasakan-dan-merespon� hal ini berpacu
pada konsumen. Tugas pemasarannya bukanlah mencari konsumen, namun mencari produk
yang bagus, kreatif, murah, dan efesien serta tepat untuk
konsumen.
5) Konsep pemasaran
holistic. Di era sekarang, banyak
transformasi bisnis dengan jalur online yakni dengan pendekatan
langsung dan mudah mendapatkan konsumen. Akan tetapi konsep produk
tradisional juga bisa memperoleh konsumen banyak dengan merubah
suatu produk yang dikemas dengan menarik. Sehingga konsep pemasaran holistik menjadi suatu ekonomi yang aktif untuk menumbuhkan
proses adanya suatu produk yang baru.
Fungsi dan Konsep
Pemasaran Pendidikan
Dalam suatu pemasaran pendidikan memiliki fungsi pemasaran pada jasa lembaga sekolah
yang terdiri dari teknik pemasaran yang berorientasi pada keberhasilan pemasaran sesuai target total siswa atau pemakai
jasa layanan pendidikan yang sudah ditentukan dan dirancang. Adapun konsepnya yang perlu diperhatikan sebuah lembaga pendidikan (Ikhwan, 2016)
�atau organisasi yaitu:�
a.
Konsep Produksi
Adanya proses yang dihasilkan suatu barang atau jasa
untuk distribusikan berbagai lembaga pendidikan baik berupa barang, kebutuhan, keinginan, atau jasa untuk
berorientasi pada peningkatan
konsep produksi. Hal ini membutuhkan manajemen bagus untuk saling berkolaborasi
antar lembaga, sehingga pelayanan produksi selalu meningkat dan mudah dijangkau.
b.
Konsep Produk atau Jasa
Adanya suatu
pemakai jasa atau konsumen pendidikan
akan memperhatikan suatu produk yang ditawarkan kepada pelangan atau konsumen
lain untuk memicu perhatian bahwa produk dan jasa ini memiliki keunikan
dan keistimewaan tersendiri.
Konsep produk dan jasa ini terus
dilakukan melalu proses
lama untuk mencari kepercayaan dari konsumen lain.
c.
Konsep Penjualan
Adanya konsep
penjualan melakukan berbagai aktivitas yaitu menawarkan kepada konsumen baik melalui media elektronik, media social, media cetak
yang mencoba berbagai usaha mempromosikan suatu barang atau
jasa pendidikan. Kemudian, untuk mencapai keberhasilan maka konsep penjual
memiliki keahlian dalam manajemen barang, komunikasi, dan usaha lainnya sehingga
penjualan ini semakin menambah kepercayaan yang selalu ditawarkan kepada setiap lembaga pendidikan.
d.
Konsep Pemasaran Masyarakat
Ada tiga poin dalam pemasaran
masyarakat yaitu, keinginan yang dibentuk pada diri seorang untuk
memilikinya, keminatan yang
berupa sesuatu keadaan ingin mencapai
keberhasilan, kebutuhan
yang berupa aktivitas seharinya membutuhkan suatu primer dan skunder. Ketiga poin ini
yang menjadi sasaran bagi pemasaran masyarakat tentu harus dijaga dengan
suatu produk yang meyakinkan kepada masyarakat.�
Adanya konsep
pemasaran pendidikan ini menjadi suatu
penguatan dalam manajemen pendidikan di masa
pandemic ini. Sementara itu, berbagai penelitian
yang membuktikan pada pemasaran
pendidikan mampu meningkatkan daya produknya dengan baik, hal ini
dikutip oleh Indradjaja dan
karno yang memili pandangan positif yang perlu diperhatikan berikut ini:
1.
Meyakinkan kepada pelanggan dan masyarakat berupa jasa pendidikan
(wali murid, peserta didik, dan pihak lainnya) bahwa lembaga pendidikan memiliki pengelolaan dan pelayanan yang eksis.
2.
Meyakinkan pelanggan jasa pendidikan dan masyarakat bahwa jasa atau produk
ini untuk kepentingan dan kebutuhan bersama sehingga dapat memenuhi keberhasilan dalam suatu pendidikan.
3.
Melakukan pemasaran jasa pendidikan dengan berbagai promosi baik melalui
ucapan, slogan, flayer, atau
video yang mengkampanyekan suatu
pemasaran produk atau jasa lembaga
pendidikan kepada pihak masyarakat.
4.
Membuat suatu kegiatan kreatif untuk membangun potensi peserta didik dan lembaga pendidikan agar kepercayaan masyarakat terhadap sekolah dapat memberi
eksistensi yang berdampak posistif sehingga masyarakat tidak meninggalkan sekolah begitu saja. �
Dari keempat
poin di atas perlu dilakukan terus menerus sehingga
menjadi kebiasan dalam manajemen pendidikan. Sementara itu, untuk membuat
kepercayaan masyarakat selalu aktif dalam
mengabdikan keilmuan, menumbuhkan potensi peserta didik sehingga
kualitas keunggulan sekolah semakin meningkat. Hal ini ditandai adanya pengelolaan dan pelayaan jasa pendidikan atau produk itu
memberi kesan positif kepada masyarakat. Dari sinilah, upaya adanya konsep
pemasaran untuk menyediakan suatu kebutuhan, keinginan, dan keminatan terhadap pelangkan atau konsumen di lembaga pendidikan. (Klebanov dan Brooks-Gunn, 2008).
Kotler
dan Fox mendefinisikan tujuan utama pemasaran pendidikan untuk:
1) Memiliki
visi misi lembaga sekolah yang menjadi acuan keberhasilan;
2) Menumbuhkan
rasa kepuasan kepada konsumen jasa pendidikan
3) Menumumbuhkan
rasa ketertarikan pada SDM lembaga
sekolah
4) Meningkatkan
kualitas produk yang unik, kreatif, dan efesien dalam pemasaran
pendidikan.
Konsep Dasar Pemasaran Jasa
Konsep ini
dapat membantu seseorang menajer apakah permintaan itu elastic atau tidak. Diantaranya:
1)
Kebutuhan (Needs)
Kebutuhan merupakan suatu keutamaan dalam diri seorang
yang harus dipenuhi melalui suatu produk
untuk dapat bertahan hidup. Kaitannya dengan jasa pendidikan yaitu, kebutukan menjadi persepsi situasi yang ditandai untuk memebuhi aktivitas kegiatan dalam sehariannya baik dalam kelompok
lembaga atau individu.
2)
Keinginan (Want)
Keinginan meruapakan budaya ingin memiliki
suatu produk yang mereka lihat dan ingin memilikinya. Hal ini sudah dibentuk
sejak usia dini, keinginan di lembaga pendidikan untuk menggali potensi, untuk belajar, untuk mencari pengalaman bahwa siswa memiliki
skill yang harus dikembangkan.
Melalui adanya keinginan ini, lembaga pendidikan selalu memberikan jasa pelayanan pendidikan yang maksimal. �
3)
Permintaan
Permintaan ini merupakan
suatu keinginan seorang untuk membeli
terhadap lembaga sekolah. Permintaan dimiliki pelanggan atas kemauan ingin
membeli suatu produk atau barang
dalam lembaga pendidikan. Oleh sebab itu, permintaan pelanggan harus dipenuhi melalu produk yang berkualitas dan mudah didapat, sehingga kepercayaan pelanggan dapat dibuktikan melalui pemasaran dalam pengelolaan manajemen pendidikan. Dari sinilah, produk diciptakan untuk berorientasi atas permintaan pelanggan.
4)
Produk jasa pendidikan,
Yakni berbagai hal apa saja
perlu ditawarkan kepada konsumen jasa pendidikan supaya dapat memperoleh
kemanfaatan dan dampaknya, sehingga konsumen memiliki kepuasan dan keinginan konsumen terhadap jasa pendidikan.
Kata produk pada pemasaran ialah �barang� (objek fisik), tetapi
juga berarti organisasi, tempat, orang dan pelayanan.
5)
Tempat, adanya suatu lokasi untuk
memproduksi suatu jasa dan barang. Seperti, bangunan lembaga sekolah dasar, sekolah menengah, sampai sekolah tinggi.
6)
Orang Orang yang dimaksud disini adalah figur-figur
tertentu yang dapat �ditawarkan� karena talenta dan kemampuan yang dimiliki. Misalnya, tenaga pendidik yang profesional.
7)
Lembaga pendidikan memiliki organisasi untuk mengkondisikan jalannya lembaga sekolah. Hal ini untuk melihat
kinerja setiap devisi dalam lembaga
pendidikan untuk mengarahkan dan menggerakkan suatu administrasi, keuangan, roadshow dan promosi dalam representasi sekolahan. Dalam kaitannya, untuk meningkatkan citra dampak positif dilihat dari keunggulan
sekolah yang memiliki
program kreatif dan menarik
perhatian terhadap masyarakat.
8)
Pelayanan meruapakan kegiatan dalam lembaga untuk melayani
konsumen atau pelanggan dengan baik dan sopan, pelayanan akan dianggap baik ketika
uangkapan dari pelanggan itu dapat
puas dan merespont positif sehingga produk atau jasa
berjalan membaik.
9)
Pengalaman, sesuatu yang sudah dilakukan baik atau buruk
kemudian diceritakan kembali untuk dijadikan
sebuah wawasan dalam manajemen pendidikan untuk dijadikan pembelajaran baik kepada siswa,
guru, ataupun orang tua mereka. Pengalaman bisa berupa pelatihan,
keterampilan, atau eksperimen lainnya.
10) Nilai Pelanggan Jasa
Pendidikan, merupakan salah satu
bagian dari manajemen pendidikan untuk mengevaluasi siswa, guru, dan orang tua dalam suatu keberhasilan
pada lembaga pendidikan. Penilaiannya berupa rasa senang, percaya diri, dan bangga. Dari sinilah, penilaian untuk dikeluarkan berbarengan dengan adanya suatu biaya
yang dikeluarkan oleh orang tuanya.
Melalui nilai pelanggan inilah, ada suatu transaksi
bahwa pendidikan itu sangat penting untuk kepentingan diri sendiri dan orang lain.
11) Kepuansan
Pelanggan Jasa Pendidikan, adanya
kepuasan ini merupakan bentuk bagaimana pelanggan memperoleh produk atau jasa merasakan
kebermanfaatan dan kepuasan
terhadap jasa pendidikan yang telah dilakukan.
12) Relationship Marketing, yakni
menjaga dan meraih kepuasan pelanggan jasa pendidikan. Setiap lembaga pendidikan terus menciptakan suatu kreativitas, menjaga hubungan, kerja sama yang kuat antara pelanggan atau konsumen dalam
hal pemasaran pendidikan. Dari sinilah yang disebut relationship marketing pada pemasaran.
13) Pasar Jasa Pendidikan, yakni
pelanggan atau calon pelanggan jasa pendidikan yang memiliki keinginan dan kebutuhan terhadap lembaga pendidikan yang memuaskan kebutuhannya dengan cara bergabung
pada lembaga sekolah. Sementara itu, lembaga sekolah dituntut untuk selalu membangun kreativitas dalam mewujudkan suatu pembelajaran, baik hasil atau capaiannya
berdampak pada kesuksesan siswa yang sebagai pelanggan atau calon pelanggan. �
Setelah mengetahui konsep dasar pemasaran maka perlu mengidentifikasikan
manajemen pemasaran sebagai seni
dan ilmu tentang cara pemasaran, cara mempromosikan, cara menciptakan, dan cara mengkomunikasikan kepada konsumen dengan tepat. (Lee dan Carter, 2011). Hal ini bisa diketahui
bahwa manajemen pemasaran merupakan pengorganisasian yang merencanakan
suatu dalam tindakan serta mengawasi kegiatan pemasaran sesuai tujuan yang efektif dan efesien. Kedua efektif dan efesien ini yang pada dasarnya dilakukan secara mendalam sehingga kinerja fungsi manajemen pemasaran dapat diketahui ileh pasar dan lingkungan pemasaran, seringkali melihat banyak peluang besar di berbagai kota atau
desa guna merebut suatu produk
akan tetapi banyak juga ancaman yang dihadapi. Sama halnya dengan lembaga pendidikan yang bisa lihat dengan kacamata
corporate bahwa suatu lembaga memproduksi yang akan menghasilkan suatu produk atau
jasa sesuai keinginan kosumennya. Maka bentuk dari
kualitas, harga, dan pelayannya yang harus dikuatkan. Konsumen merupakan bagian dari peserta didik,
mahasiswa, dan pihak lainnya. Dari sinilah, setiap penerimaan peserta didik baru
setiap tahunnya berbagai poster, flayer atau
slogan yang mengatas namakan
suatu lembaga untuk mempromosikan keunggulan dan keunikan lembaga pendidikan. Hal ini menjadi bentuk
upaya aktivitas marketing pemasaran antar persaingan lembaga dengan lembaga lainnya.
Penerapan Pemasaran Pendidikan
Pada
konsep manajemen pendidikan pemasaran memiliki
desain penerapan yang harus dilakukan dengan kontinu yakni ada tujuh
poin utama (Fadly dan Sutama, 2020):
a.
Product, sesuatu barang
atau jasa yang dapat ditawarkan kepada konsumen gunan untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhannya.
b.
Price, kualitas barang
atau produk atau system pembelajaran bagi peserta didik� yang berani bayar tinggi karena
ada dampak kebermanfaatan dan potensi unggul bagi peserta
didik.��
c.
Place, lokasi sekolah
atau lembaga lain yang memiliki peran penting untuk bagian
layanan fasilitas guna untuk mencukupi
kebutuhan lembaga pendidikan.
d.
Promotion, kegiatan aktivitas
pemasaran berupa produk yang dikemas dengan menarik dan kreatif kemudian diinformasikan kepada umum baik melalu
media social, media cetak, atau
media lainnya sehingga masyarakat sebagai konsumen dapat mengetahui informasi adanya produk lembaga
pendidikan yang memiliki keunggulan baik dan potensi bagus. �
e.
People, maknanya orang yang menjadi aset untuk
menggerakan jalannya pemasaran atau �service provider yang memberikan kebutuhan kepada konsumen.
f.
Physical evidence,
karakteristik dalam suatu
produk untuk memberi kesan terbaik
kepada konsumen baik dilihat dari
warna, logo, barangnya, atau berkolaborasi dengan label, sampul, dan tiket. Hal ini memucu dalam pemasaran
manajemen pendidikan kepada masyarakat.
g.
Process, kata Zaithaml
and Bitner, proses untuk menyampaikan
jasa pendidikan dengan seluruh elemen yang dapat menunjang prosesnya pendidikan menjadi keberhasilan suatu manajemen yang sudah direncanakan baik adanya pengelolaan, penilaian, penerapan, atau evaluasi. Sehingga dapat merekrut peserta didik dalam membentuk
karakter dan memberi keterampilan yang berkualitas.
Manajemen Marketing pendidikan di masa pandemi
Saat pandemic ini, kebutuhan
pendidikan begitu sulit untuk didapatkan,
bahkan system manajemennya harus bertransportrasi dan beradaptasi sesuai kondisi pandemic ini. �Adanya pandemic ini WHO mengidentifikasi pandemi menjadi situasi yang membutuhkan ketahanan dari virus Covid-19 yakni dengan mematuhi protocol kesehatan. Pesan pemerintahan ini untuk mengedepankan keselamatan dan kesehatan siswa maka dengan
merubah system kurikulum berbasis pembelajaran jarak jauh (Hardilawati, 2020).
Perubahan ini membuat desain kreatif kepada guru dan kepala sekolah untuk stay di sekolah untuk melakukan belajar online terus. Dengan kondisi ini maka yang berkaitan
dengan lembaga pendidikan juga mengalami perubahan. Berdasarkan kajian teoritik diatas dan perolehan hasil penelitian yang dilakukan di SD Islam Plus kroya,
maka peneliti mendeskripsikan hal hal yang berkaitan dengan manajemen marketing pendidikan di masa pandemi. Untuk meningkatkan kuantitas siswa baru dimasa pandemi
ini maka lembaga pendidikan harus punya gebrakan dan strategi
baru dalam marketing diantaranya :
Pemasaran Sekolah melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi disebutkan bahwa �adanya pemasaran ini mengupayakan
suatu memproses, mengelola, dan persebaran data
oleh telekomunikasi dan kombinasi
komputer. Kata Martin, informasi
teknologi bukan hanya terbatas pada perangkat keras dan lunak yang untuk digunakan proses dan penyimpanan informasi, akan tetapi ada proses informasi untuk mencakup teknologi komunikasi sebagai informasi abdul Dari sinilah, definisi di atas adanya Teknologi
Informasi dan Komunikasi merupakan suatu alat-alat yang digunakan sebagai sarana untuk mendorong kemajuan berbagai bidang khususnya bidang pendidikan. Menurut Julia T Wood: Bahwa
yang termasuk dalam kajian Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam uraian bukunya,
yaitu mencakup: a) pemilihan media; b) computer dan internet; c) public relitions; d) instruktur komunikasi; e) Televisi kabel; f) Radio dan recorder; g) buku
dan majalah; h) Public relations; i)
Advertising; j) Media dan individu; k) Media dan masyarakat.
Implementasi Marketing pendidikan berbasis
Teknologi Komunikasi
Pada
suatu pelaksanaan manajemen pemasaran pendidikan yang perlu diberhatikan adalah;
SDIPM adalah
lembaga pendidikan dibawah naungan yayasan Miftahul Huda Kroya yang mempunyai lembaga pendidikan dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan SMK, Pondok
Pesantren dan Rumah Tahfidz. SDIPM berdiri pada tanggal 2 juli 2001 yang berlokasi di jl cendrawasih no 20 bajing kulon kroya yang berada ditempat strategis, ditengah kota dan pusat perbelanjaan. SDIPM sudah mengabdikan lebih dari 17 tahun, memiliki ciri khas
kurikulum terpadu (antara kurikulum Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
dan kementrian Agama yang ada
di lingkunga� Madrasah Ibtidaiyah dan pesantren). Dalam mencapai mutu pendidikan yang diinginkan, SDIPM menerapkan
model Total Quality Management atau Manajemen mutu terpadu. Aspek penting dalam manajemen
mutu terpadu adalah perbaikan atau peningkatan secara terus menerus.
SDIPM juga menerapkan system pengajaran
Semi Full Day School yang segala aktivitas
anak di sekolah dikemas dalam suatu
system pendidikan yang terpadu,
yang banyak diminati masyarakat dan mampu tampil sebagai sekolah terfavorit� yang� bersaing di tingkat nasional baik secara akademik
maupun non akademik.
Pelaksanaan fungsi manajemen
di SD Islam Plus Kroya melaksanakan
perencanaan (planning). Kepala
sekolah dengan WAKA kesiswaan sebelum membuka rekrutmen siswa baru melaksanaan
perencanaan yang matang dan
terstruktur, dari seting waktu tempat
pendaftaran, panitia kemudian melaksanakan penataan, menyusun agenda kegiatan; membagi tugas; konsep pembiayaan
selanjutnya (organizing) dengan� menyusun kepanitian, dilakukan dengan membentuk struktur organisasi yang bertugas melakukan pemasaran dan menjalankan program
pemasaran. Semua struktur organisasi pemasaran pendidikan� SDIPM Kroya di Ketuai oleh panitia yang sudah ditujuk dan sebagai penanggung jawabnya adalah kepala sekolah.
Penugasan selanjutnya tahap (commanding) dengan pembagian job description masing masing
devisi ,
pengkoordinasi (coordinating) dengan
memberikan koordinasi kepada semua tim
anggota dari guru, staf dan karyawan , dan pengendalian (controlling) dengan
pengawasan pada semua kegiatan yang ada. Kepala sekolah selalu mengawasi setiap program pemasaran mulai dari awal
saat rapat hingga akhir program pemasaran.
Target Manajemen
marketing pendidikan di SDIP,� target yang sudah
tercapai yaitu jumlah siswa sudah
terpenuhi bahkan sampai menolak, dari data yang diperoleh di tahun 2014/2015 terdapat jumlah siswa baru� 63 dengan 2 kelas dan total jumlah siswa keseluruhan 390 dari siswa kelas
1 sampai 6. Pada tahun
2016/2017 ada 55 siswa baru, pada tahun 2018/2019 terdapat 57 siswa baru, sebenarnya setiap tahun banyak
permintaan dari wali santri agar anaknya bisa masuk
di sdipm, karena� ruang
kelas yang terbatas maka sekolah membatasinya,
sehingga yang belum bisa masuk di tahun
ini, maka akan masuk daftar tunggu. Namun pada tahun 2019/2020 dan 2020/2021terdapat penambahan
siswa baru yang sangat meningkat dengan jumlah sekitar 100 siswa baru, jadi
untuk angkatan 2019/2021 kelas 1 terdapat 4 rombel kemudian 2021/2020 kelas 1 terdapat 4 rombel, kelas 2 terdapat 4 rombel, Total keseluruan siswa 500. Hal ini dibuka tambahan
siswa baru karena sudah ada
pembangunan gedung baru yang megah dan bagus yang mampu dan siap menampung siswa yang banyak dengan fasilitas ruangan yang nyaman, dan tiap ruangan tersedian
proyektor, laptop dan berbagai
fasilitas lainnya.
Management marketing pendidikan SDIPM dimasa pandemi� ini melaksanakan marketing berbasis teknologi dan informasi, pemasaran melalui penyiaran radio di studio mifda milik yayasan sendiri,
Memasang situs website sekolah,
pembuatan film pendek dan
video , yang pada tahun ini
juga memenangkan kompetisi
film documenter tingkat kabupaten.
Penggunaan media facebook,
twitter, WA, Instagram, youtube di SDIPM juga semakin memudahkan dalam menyebarkan informasi, promosi, marketing, selain peminat sudah banyak karena
sudah punya brand dan marketable dan juga jaringan yang luas dari alumni SDIPM dan masyarakat sekitar. Selain menggunakan media secara online
SDIPM juga membuat brosur penerimaan siswa baru, dan memasang baner di depan sekolah dan tempat umum.
SDIPM juga menerapkan bauran pemasaran (mix marketing) , yaitu
produk (product), mengutamakan
kualitas dan layanan jasa yang terbaik, harga (price) harga nambah sedikit tetapi kualitas lebih, lokasi (place) menetapkan lokasi sekolah yang strategis ditengah kota, nyaman dan kondusif, terletak dekat dengan pusat perbelanjaan,
mudah terjangkau, dan promosi (promotion)dilakukan melalui personal, masyarakat, komunitas alumni, organisasi baik itu secara
online dan offline dengan media masa atau elektronik.
Proses pendafataran siswa
baru SDIPM Kroya
Secara offline
Setelah semua
berkas dikembalikan ke sekolah, maka
pihak sekolah akan menyeleksi peserta dididk dengan dilakukan tes, setelah itu
dilaksanakan home visit, maka
pihak sekolah akan mengumumkan peserta yang lulus dan bagi yang
lulus melakukan daftar ulang
dan membayar infak dan biaya administrasi. Hambatan manajemen pemasaran dimasa pandemic. Sebelumnya tidak ada hambatan dalam
pemasaran di SDIPM, namun
di tahun 2021/2022 ini
SDIPM sudah membuka pendaftaran siswa baru dengan menyediakan
formulir pendaftaran� pada bulan desember, enam bulan sebelum
ajaran baru, biasanya sebelum pandemi formulir pendaftaran sudah habis pada bulan januari dan sudah dikembalikan formulirnya pada bulan februari, namun pada tahun ini formulir yang terisi masih 50%. Hal ini dikarenakan perekonomian masyarakat menurun, mereka masih memperioritaskan pemenuhan kebutuhan pokok dan pelaksanaan pendidikan yang kurang maksimal dimasa pandemi.�
Kesimpulan
Perencanaan pemasaran SDIP KROYA melalui teknologi informasi dan komunikasi dimasa pandemi dilakukan melalui pendekatan Persuasi, sekolah berusaha aktif� melakukan pembaruan dari pemasaran tradisional menjadi pemasaran digital
(digital marketing). Pelaksanaan pemasaran
SDIP KROYA melalui teknologi
informasi dan komunikasi dengan menerapkan bauran pemasaran (mix marketing) , yaitu produk
(product), harga (price), lokasi (place), dan promosi
(promotion). Komunikasi pemasaran
yang dipraktekkan sekolah adalah seperti model SMCR (Source,
Message, Channel, dan Receiver) Kriteria informasi yang disampaikan dan
para stake holder sebagai penyampai
informasi bersifat partisipatif, komunikatif dan edukatif. Sedangkan media yang digunakan untuk pemasaran sekolah adalah media dan Internet, seperti
website, WA, Instagram, Facebook, radio, televisi, dan
koran
BIBLIOGRAFI
Alma, H. Buchari; (2009). Manajemen Pemasaran Dan Pemasaran Jasa. Google Scholar
Arsyam, Muhammad, & Alwi, Andi Mujaddidah. (2020). Manajemen Hidup
Dalam Perspektif Al-Qur�an. Osf Preprints.
Https://Doi.Org/10.31219/Osf.Io/Eq4ap. Google Scholar
Fadly, Hawangga Dhiyaul, & Sutama, Sutama. (2020). Membangun Pemasaran
Online Dan Digital Branding Ditengah Pandemi Covid-19. Jurnal Ecoment
Global : Kajian Bisnis Dan Manajemen, 5(2), 213�222.
Https://Doi.Org/10.35908/Jeg.V5i2.1042. Google Scholar
Firdausi, R. (2020). Analisis Proses Pembelajaran Daring Masa Pandemi
Covid-19 Pada Guru Kelas 1 Mi Bustanul Ulum Karangsuko. Waniambey: Journal
Of Islamic Education Fakultas Tarbiyah Iain Fattahul Muluk Papua, 1(2),
19�26. Google Scholar
Hardilawati, Wan Laura. (2020). Strategi Bertahan Umkm Di Tengah Pandemi
Covid-19. Jurnal Akuntansi Dan Ekonomika, 10(1), 89�98.
Https://Doi.Org/10.37859/Jae.V10i1.1934. Google Scholar
Ikhwan, Afiful. (2016). Manajemen Perencanaan Pendidikan Islam (Kajian
Tematik Al-Qur�an Dan Al-Hadist). Edukasi : Jurnal Pendidikan Islam
(E-Journal), 4(1), 128�155. Google Scholar
Keller, Philip Kotler Dan Kevin Lane. (2013). Manajemen Pemasaran Edisi
13 Jilid 2. Google Scholar
Klebanov, Pamela Kato, & Brooks-Gunn, Jeanne. (2008). Differential
Exposure To Early Childhood Education Services And Mother�Toddler Interaction. Early
Childhood Research Quarterly, 23(2), 213�232.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Ecresq.2007.12.001. Google Scholar
Lee, Kiefer, & Carter, Steve. (2011). Global Marketing Management. Strategic
Direction, 27(1). Https://Doi.Org/10.1108/Sd.2011.05627aae.001. Google Scholar
Lexy J. Moleong. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Google Scholar
Pratiwi, Aulya Ika. (2021). �Startup�: Bisnis Kuliner Rintisan Di Masa
Pandemi Covid-19. Emik, 4(1), 1�18.
Https://Doi.Org/10.46918/Emik.V4i1.851. Google Scholar
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Google Scholar
T. Hani Handoko. (1998). Manajemen. Google Scholar
Copyright
holder: Munfaatin, Abdul Wachid BS (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |