Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 3, Maret 2022
SIRIRAJ STROKE SCORE TO DETECTED CEREBROVASCULAR DISEASE HEMORRHAGIC � NON HEMORRHAGIC
Janwar Olang, Eko Winarto,
Yunani
Universitas Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Stroke merupakan
keadaan dimana pasien menunjukkan gejala klinis yang berkembang dengan cepat berupa defisit
neurologis fokal dan
global, yang dapat memberat
dan berlangsung lama selama
24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan
kematian, akibat pecahnya atau tersumbatnya
pembuluh darah diotak. Penegakan diagnosis dengan alat penunjang
CT (Computerized Tomography) scan kepala atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan
pemeriksaan standar baku emas yang dapat mendeteksi dan membedakan antara stroke
Hemorrhagic dan Non Hemorragicsecara definitive.
Siriraj Stroke Score (SSS) merupakan alat pengkajian sederhana dengan menggunakan sistem skoring yang bertujuan untuk mendeteksi dan membedakan antara stroke
Hemorrhagic dan stroke Non Hemorragic. SSS. Keunggulan SSS adalah dapat dipakai untuk
mengkaji jenis stroke oleh petugas kesehatan dengan fasilitas CT-Scan terbatas. Untuk menjawab pertanyaan apakah manfaat dan efektifitas instrument siriraj
stroke score dalam membedakan
antara stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Laporan ini merupakan suatu
literature review, di dalamnya terdapat
10 jurnal dari tahun 2012-2020 yang membahas tentang instrument siriraj stroke
score dalam membedakan antara stroke iskemik dan stroke hemoragik. Jurnal yang dipakai didapatkan melalui 3 database yakni pubmed, proquest dan google
scholar. Pada database Pubmed didapatkan
39 jurnal sejak tahun 2012-2020 sesuai kata kunci �Siriraj stroke score�, dan dilakukan
screening sesuai kriteria inklusi maka didapatkan
5 jurnal. Pada database google scholar didapatkan 1650 jurnal dan setelah dilakukan screening sesuai kriteria inklusi maka didapatkan
4 jurnal. Pada database Proquest
didapatkan 587 jurnal dan setelah dilakukan screening sesuai kriteria inklusi maka didapatkan
1 jurnal. Siriraj stroke score merupakan
Instrumen yang dipakai untuk mendeteksi dan membedakan Cerebrovascular Disease Hemorrhagic � Non Hemoragic sudah memiliki tingkat validitas dan akurasi yang cukup baik untuk
membantu perawat dalam mendeteksi serta mengprediksi perubahan status neurologi pasien stroke. Masing-masing penelitian
mampu menunjukkan nilai sensitivitas, nilai spesifitas, dan akurasi yang baik dan di atas rata-rata sehingga nilai kesesuaian dengan hasil CT - Scan kepala juga baik. Dalam perkembangan selanjutnya, SSS merupakan penilaian awal untuk mendeteksi jenis stroke yang terjadi pada pasien saat CT-Scan belum dapat dilakukan
sehingga� penanganan awal� pun dapat segera dilakukan.
Hasil literature review menunjukkan nilai sensitivitas SSS dalam membedakan antara stroke hiskemik dan hemoragik adalah 71,4%-95,24%, nilai spesifitas 53,4%-95,24%, dengan akurasi prediksi stroke 61,5%-93%, sehingga
SSS bisa dipakai ditatanan klinis tetapi bukan sebagai
pemeriksaan diagnostic utama
stroke.
Kata Kunci: siriraj
stroke score; stroke iskemik; stroke hemoragik
Abstract
Stroke is a disorder in which patients experience quick onset of clinical
symptoms in the form of localized and global neurological impairments that can
be severe, linger for 24 hours or more, and/or result in death owing to the
rupture or rupture of blood arteries in the brain. The gold standard test for
detecting and distinguishing between stroke Hemorrhagic Hemorrhagic
and Non-definitively is a CT (Computerized Tomography) scan brain or MRI
(Magnetic Resonance Imaging) brain scan. The Siriraj Stroke Score (SSS) is a
simple evaluation instrument that uses a scoring system to detect and distinguish
between hemorrhagic and non-hemorrhagic strokes. The benefit of SSS is that it
may be utilized by health personnel with limited CT-Scan capabilities to assess
the kind of stroke. To answer the question of whether the benefits and
effectiveness of the Siriraj stroke score instrument in differentiating between
ischemic stroke and hemorrhagic stroke. This study is a literature review of
ten publications, that has published between 2012 until 2020, discuss about siriraj stroke score in determinin
difference between ischemic and hemorrhagic stroke. The journals used were
obtained through 3 databases, namely Pubmed, Proquest and Google Scholar. In the Pubmed
database, 39 journals were obtained from 2012-2020 according to the keyword
"Siriraj stroke score", and screening was carried out according to
the inclusion criteria, so 5 journals were obtained. In the Google Scholar
database, 1650 journals were obtained and after screening according to the
inclusion criteria, 4 journals were obtained. In the Proquest
database, 587 journals were obtained and after screening according to the
inclusion criteria, 1 journal was obtained. Siriraj stroke score is an
instrument that used to detect and differentiate Cerebrovascular Disease
Hemorrhagic � Non Hemorrhagic already has a fairly
good level of validity and accuracy to assist nurses in detecting and
predicting changes in the neurological status of stroke patients. Each study
was able to show the value of sensitivity, specificity, and accuracy were good
and above average so that the value of conformity with the results of CT-Scan
of the head was also good. In subsequent developments, SSS is an initial
assessment to detect the type of stroke that occurs in patients when a CT-Scan
cannot be performed so that early treatment can be carried out immediately. The
results of the literature review show that the sensitivity value of SSS in
differentiating between hischemic and hemorrhagic
stroke is 71.4%-95.24%, specificity value is 53.4%-95.24%, with stroke
prediction accuracy of 61.5%- 93%, so that SSS can be used in clinical settings
but not as a primary diagnostic test for stroke.
Keywords: siriraj stroke
score; ischemic stroke; hemorrhagic stroke
Received: 2022-02-20; Accepted: 2022-02-05; Published: 2022-03-10
Pendahuluan
Cerebrovascular Disease Hemorrhagic � Non Hemoragic atau stroke merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar didunia, yang merupakan penyakit dengan tingkat kematian ke dua terbesar setelah penyakit jantung coroner. Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa tingkat kematian akibat stroke setiap tahunnya terus meningkat, yakni lebih dari 137.000 orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke, dengan kata lain rata-ratasetiap 4 menit, seseorang meninggal karena stroke. Stroke juga merupakan penyebab kecacatan fisik nomor satu didunia akibat serangan pasca stroke yang mengganggu hambatan mobilitas fisik kronis dan menetap.
Angka mortalitas dan morbiditas stroke secara global selalu terjadi peningkatan setiap tahunnya. Data WHO (2019) menunjukkansetiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke atau Sekitar lima juta menderita kelumpuhan permanen, dengan kata lain ada perbandinganntya adalah 1 dari 4 orang mengalami stroke didunia, dan angka ini akan meningkat setiap tahunnya akibat pola hidup yang tidak sehat yang memunculkan beberap penyakit faktor resiko stroke.
Data Riskesdas (2018) juga menunjukkan bahwa stroke masuk dalam 10 besar kasus terbanyak di Indonesia dan terjadi peningkatan setiap tahunnya yakni pada 2016 sebanyak 1,4 juta kasus, 2017 sebanyak 2,1 juta kasus dan 2018 menjadi 2,56 juta kasus. Badan Peyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada tahun 2018 menyebutkan bahwa penyakit stroke merupakan salah satu penyakit dengan biaya tertinggi dengan menghabiskan biaya pelayanan kesehatan sebesar 2,56 triliun rupiah, sehingga perlu mendapat perhatian serius karena berdampak terhadap perkembangan sosial ekonomi negara.
Didalam unit pelayanan kesehatan, semua pasien stroke akan ditangani sesuai algoritma yang ada baik dari tingkat puskesmas, rumah sakit kota maupun provinsi. Penegakan diagnosis dengan alat penunjang CT (Computerized Tomography) scan kepala atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan pemeriksaan standar baku emas yang dapat mendeteksi dan membedakan antara stroke Hemorrhagic dan Non Hemorragicsecara definitif. CT scan kepala� juga dapat berguna untuk mengetahui lokasi lesi dan menentukan luas atau beratnya sumbatan atau perdarahan yang terjadi pada pembuluh darah di otak, tetapi kenyataanya tidak semua fasilitas Kesehatan memiliki alat penunjang demikian, karena alat ini mahal dan tidak semua daerah memiliki fasilitas layanan tersebut (Widiastuti & Nuartha, 2015). Keterlambatan dilakukan CT-scan kepala mengakibatkan dampak buruk untuk pasien misalnya tertundanya terapi utama yang diberikan, tertundanya operasi untuk pasien hemorragic, dan prognosis yang lebih buruk.
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penelitian kesehatan, banyak alat diagnostik klinis berupa sistem skoring sederhana yang bisa dipakai untuk mendiagnosis dan membedakan stroke Hemorrhagic dan stroke Non Hemorragi yakni Siriraj stroke score.
Siriraj Stroke Score (SSS) merupakan alat pengkajian sederhana dengan menggunakan sistem skoring yang bertujuan untuk mendeteksi dan membedakan antara stroke Hemorrhagic dan stroke Non Hemorragic. SSS pada mulanya dikembangkan sekitar tahun 1984-1985 pada 174 pasien stroke supratentorial (kecuali perdarahan subaraknoid) yang dirawat di Rumah Sakit Siriraj, Universitas Mahidol, Bangkok, Thailand, dan telah dipakai oleh banyak rumah sakit di Thailand. Seiring berjalannya waktu SSS juga banyak terjadi pengembangan dibeberapa negara seperti Nigeria, India, Nepal, Taipe, Amerika serikat dan Indonesia melalui beberapa penelitian untuk menguji validitas dan reliabilitas, tingkat keakuratan serta keamanan dari SSS (Widiastuti & Nuartha, 2015).
Keunggulan SSS adalah dapat dipakai untuk mengkaji jenis stroke oleh petugas kesehatan dengan fasilitas CT-Scan terbatas yang terdiri dari 5 varaibel diantaranya tingkat kesadaran, muntah, nyeri kepala, tekanan darah diastolik dan penanda atheroma seperti riwayat diabetes, angina dan penyakit kardiovaskuler (Pujiastuti, 2018).
Metode Penelitian
Laporan
ini merupakan suatu literature review. Pencarian
literature dilakukan secara
komprehensif dengan kata kunci sesuai pertanyaan
dan tujuan penelitian tentang siriraj stroke score dalam untuk membedakan
antara stroke iskemik dan
stroke hemoragik mellaui sistem skoring.
Sumber
data pencarian dilakukan melalui data base komputer melalui Pubmed, Proquest, dan Google Scholar. Literatur
yang digunakan adalah berupa artikel penelitian asli dan sistematik review yang dipublikasikan
dalam 5 tahun terakhir antara tahun 2012-2020. Artikel penelitian
atau literature yang digunakan
adalah antrikel jurnal kedokteran dan keperawatan dengan berbahasa Indonesia dan Inggris
Pada
database Pubmed didapatkan
39 jurnal sejak tahun 2012-2020 sesuai kata kunci �Siriraj stroke score�, dan dilakukan
screening sesuai kriteria inklusi maka didapatkan
5 jurnal. Pada database google scholar didapatkan 1650 jurnal dan setelah dilakukan screening sesuai kriteria inklusi maka didapatkan
4 jurnal. Pada database Proquest
didapatkan 587 jurnal dan setelah dilakukan screening sesuai kriteria inklusi maka didapatkan
1 jurnal.
Hasil dan Pembahasan
Stroke merupakan gangguan neurologis klinis yang menyebabkan kematian
beberapa sel otak secara mendadak karena adanya penyumbatan atau pecahnya
arteri di otak. Secara definitif, dapat stroke merupakan defisit neurologis
akibat adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah diotak yang terjadi secara
mendadak dengan perubahan gejala klinis sesuatu letak atau luasnya kerusakan
pembuluh darah diotak yang bisa menyebabkan kematian.
Penegakan diagnosis dengan alat penunjang Computerized Tomography (CT) scan kepala atau Magnetic
Resonance Imaging (MRI) merupakan pemeriksaan standar baku emas yang dapat
mendeteksi dan membedakan antara stroke�
iskemik dan hemoragik secara definitif. CT scan kepala juga dapat berguna untuk mengetahui lokasi lesi dan� menentukan luas atau beratnya sumbatan atau perdarahan yang terjadi pada pembuluh darah di
otak, tetapi kenyataanya tidak semua fasilitas kesehatan memiliki alat
penunjang demikian, karena alat ini mahal dan tidak semua daerah memiliki
fasilitas layanan tersebut (Widiastuti & Nuartha, 2015).
Ketidaktersediaan, keterbatasan dan kerusakan alat CT-scan pada beberapa
daerah yang ada di Indonesia akan berdampak juga terhadap pencapaian golden
time pada pasien stroke. Golden time pada kasus stroke merupakan waktu
penanganan yang tepat dalam 3 jam awal onset serangan sehingga memberikan efek
yang positif bagi klinis dan perubahan status neurologi pasien.
Menurut (Advani, Naess, & Kurz, 2017), golden time pada pasien stroke adalah 3 jam sejak
gejala muncul atau dalam masa pre- hospital. Ketika pasien stroke di intervensi
pada masa golden time, maka prognosis dan tingkat kesembuhan serta kecacatan
fisik akan lebih rendah dibandingkan intervensi
yang diberikan setelah
golden time. Intervensi pada masa golden time, menghasilkan tingkat kematian akibat stroke yang rendah hanya 2,7% dan tidak menyebabkan Intarcerebral Hematoma (ICH) sehingga
perawatan pasien pada masa
golden time harus ditingkatkan,
karena menghasilkan hasil yang sangat baik pada semua pasien tanpa
memandang usia dan komorbiditas yang sudah ada sebelumnya.
Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan
oleh (Jauch et al., 2013)
di Amerika untuk melihat keefektifan pemberian terapi recombinant tissue-type plasminogen�� activator (rtPA) alteplasepadamasa golden time. Hasil menunjukkan
bahwa semua pasien yang diberikan terapi rtPA≤60 menit menurunkan tingkat kecacatan fisik dan kematian hingga 95%. Namun untuk pemberian
rtPA wajib dilakukan pemeriksaaan CT scan kepala untuk melihat
kontraindikasi dilakukan tindakan, sehingga pemeriksaan CT-Scan kepala harus dilakukan dalam waktu yang cepat sejak pasien
tiba dirumah sakit.
Hal ini juga didukung oleh (Batubara & Tat, 2016)
di Indonesia dengan judul Hubungan antara penanganan awal dan kerusakan neurologis pasien stroke di RSUD Kupang, didapatkan hasil bahwa 63,3 % responden mengalami penanganan awal stroke di rumah yang kurang baik, mengakibatkan
kerusakan neurologis seperti tonus otot yang lemah, hilangnya sensasi rasa dan kelumpuhan, sehingga penanganan awal stroke di rumah dapat terus disosialisasikan
oleh perawat dan dokter
agar dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta penelitian kesehatan, banyak alat diagnostik
klinis berupa sistem skoring sederhana yang bisa dipakai untuk mendiagnosis
dan membedakan stroke iskemik
dan stroke hemoragik. Sistem
skoring itu antara lain Siriraj skor, Allen skor, Greek skor, Gadjah mada skor, dan besson skor.
Siriraj
Stroke Score (SSS) merupakan alat
pengkajian sederhana dengan menggunakan sistem skoring yang bertujuan untuk mendeteksi dan membedakan antara stroke iskemik dan stroke hemoragik. SSS pada mulanya dikembangkan sekitar tahun 1984-1985 pada 174 pasien
stroke supratentorial (kecuali perdarahan
subaraknoid) yang dirawat
di Rumah Sakit Siriraj,
Universitas Mahidol, Bangkok, Thailand, dan dan telah dipakai oleh banyak rumah sakit
di Thailand, setelah itu
SSS juga banyak mengalami pengembangan di beberapa negara seperti Nigeria, India, Nepal, Taipe,
Amerika serikat dan Indonesia melalui
beberapa penelitian untuk menguji validitas
dan reliabilitas, tingkat keakuratan serta keamanan dari SSS (Widiastuti & Nuartha, 2015).
Keunggulan
SSS adalah dapat dipakai untuk mengkaji
jenis stroke oleh petugas kesehatan dengan fasilitas CT-Scan terbatas dengan kesesuaian nilai akurasi dengan
CT-Scan yang baik yaitu
70-85% (Pujiastuti, 2018).
Siriraj Stroke Score terdiri dari
1 kosntanta yang bernilai
-12 dan 5 varaibel diantaranya
tingkat kesadaran, muntah, nyeri kepala,
tekanan darah diastolik dan penanda atheroma seperti riwayat diabetes, angina
dan penyakit kardiovaskuler.
Masing-masing variabel memiliki
skor dan nilai indeks yang bisa dipakai untuk penentuan
skoring akhir. Skoring akhir menghasilkan
intepretasi dari SSS yakni jika skor
>1 maka pasien kemungkinan mengalami stroke hemoragik jika skor ≤-1 maka memungkinkan pasien mengalami stroke iskemik dan jika hasil nilai
antara 1 dan -1 menunjukkan
hasil yang belum jelas antara perdarahan
dan iskemik. Salah satu kelebihan dari Siriraj Stroke
score adalah perawat dapat mampu melakukan
pengkajian awal dengan waktu yang cepat dan hasil yang akurat dan mampu merencanakan implementasi dan melakukan intervensi dengan tepat.
Keberhasilan
penanganan stroke sangat tergantung
dari kecepatan, kecermatan dan ketepatan terhadap penanganan awal. Keluarga dan tim medis sangat berperan penting dalam menangani serangan stroke. Waktu emas
(golden time) dalam penanganan
stroke adalah � 3 jam, artinya
dalam 3 jam awal setelah mendapatkan serangan stroke, pasien harus segera mendapatkan
terapi secara komprehensif dan optimal. Stroke yang terlambat
mendapat���� penanganan���� akan mengakibatkan kelumpuhan luas, gangguan pada kognitif dan komplikasi terhadap fungsi organ lain. Dengan demikian perlu penanganan yang secepat mungkin untuk menurunkan
angka kecacatan fisik akibat stroke.
Kesimpulan
Siriraj stroke score merupakan Instrumen yang dipakai untuk mendeteksi dan membedakan Cerebrovascular Disease Hemorrhagic � Non Hemoragic sudah memiliki tingkat validitas dan akurasi yang cukup baik untuk
membantu perawat dalam mendeteksi serta mengprediksi perubahan status neurologi pasien stroke. Masing-masing penelitian
mampu menunjukkan nilai sensitivitas, nilai spesifitas, dan akurasi yang baik dan di atas rata-rata sehingga nilai kesesuaian dengan hasil CT - Scan kepala juga baik. Dalam perkembangan selanjutnya, SSS merupakan penilaian awal untuk mendeteksi jenis stroke yang terjadi pada pasien saat CT-Scan belum dapat dilakukan
sehingga penanganan awal pun dapat segera dilakukan.
Hasil literature review menunjukkan nilai sensitivitas SSS dalam membedakan antara stroke hiskemik dan hemoragik adalah 71,4%-95,24%, nilai spesifitas 53,4%-95,24%, dengan akurasi prediksi stroke 61,5%-93%, sehingga
SSS bisa dipakai ditatanan klinis tetapi bukan sebagai
pemeriksaan diagnostic utama
stroke.
Advani,
Rajiv, Naess, Halvor, & Kurz, Martin W. (2017). The golden hour of acute
ischemic stroke. Scandinavian Journal of Trauma, Resuscitation and Emergency
Medicine, 25(1), 1�5. Google Scholar
Batubara,
Sakti Oktaria, & Tat, Florentianus. (2016). Hubungan antara penanganan awal
dan luasnya kerusakan neurologis pasien stroke di RSUD Kupang. Jurnal
Keperawatan Soedirman, 10(3), 143�157. Google Scholar
Jauch,
Edward C., Saver, Jeffrey L., Adams Jr, Harold P., Bruno, Askiel, Connors, J.
J., Demaerschalk, Bart M., Khatri, Pooja, McMullan Jr, Paul W., Qureshi, Adnan
I., & Rosenfield, Kenneth. (2013). Guidelines for the early management of
patients with acute ischemic stroke: a guideline for healthcare professionals from
the American Heart Association/American Stroke Association. Stroke, 44(3),
870�947. Google Scholar
Pujiastuti,
Diah. (2018). Pentingnya Siriraj Stroke Score Di Area keperawatan Gawat
Darurat. Google Scholar
Widiastuti,
Priska, & Nuartha, Anak Agung Bagus Ngurah. (2015). Sistem Skoring
Diagnostik untuk Stroke: Skor Siriraj. Cermin Dunia Kedokteran, 42(10),
776�779. Google Scholar
Copyright holder: Janwar olang,
Eko Winarto, Yunani (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |