Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 3, Maret 2022
PENGARUH ORGANIZATIONAL COMMUNICATION TERHADAP EMPLOYEE PERFOMANCE DENGAN JOB
SATISFACTION SEBAGAI VARIABEL MODERATOR
Anisa
Nur Maulidia
Manajemen Sumber Daya Manusia, Pascasarjana Universitas Airlangga,
Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami
penurunan yakni 2,07% yang
salah satunya dalam bidang jasa perusahaan
sebesar -5,44% (BPS). Menurut
Promt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) atau indeks manufaktur
BI sebesar 48,75% lebih rendah dari 51,45% pada triwulan II-2021. Penurunan terjadi pada input pesanan barang, total karyawan, hasil produksi, dan volume persediaan barang. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh organizational communication terhadap
employee perfomance dengan
job satisfaction sebagai variabel
moderator. Metode yang digunkan
dalam penelitian ini adalah metode
review sistematis terhadap literatur elektronik pada
database Google Schoolar. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa job
satisfaction dipengaruhi oleh gaji,
keamanan kerja, simulasi sosial, faktor demografis, peluang untuk promosi,
pengakuan dan apresiasi, hubungan interpersonal, kesempatan
menggunakan kemampuan seseorang, jam kerja dan kondisi fisik, wewenang dan kontrol, dan kesempatan yang sama dilingkungan kerja.
Kata Kunci: komunikasi organisasi; kinerja karyawan;
kepuasan kerja
Abstract
Economic growth in Indonesia decreased by 2.07%, one of which was in the
field of corporate services of -5.44% (BPS). According to Bank Indonesia's Promt Manufacturing Index (PMI-BI) or BI manufacturing
index of 48.75% lower than 51.45% in the second quarter of 2021. The decrease
occurs in the input of goods orders, total employees, production output, and
the volume of goods inventory. The purpose of this study is to find out the
influence of organizational communication on employee perfomance
with job satisfaction as a moderator variable. The method used in this study is
a method of systematic review of electronic literature in the Google Schoolar database. The results of this study show that job
satisfaction is influenced by salary, job security, social simulations,
demographic factors, opportunities for promotion, recognition and appreciation,
interpersonal relationships, opportunities to use one's abilities, working
hours and physical conditions, authority and control, and equal opportunities
in the work environment.
Keywords: organizational communication; employee performance; job satisfaction
Pendahuluan
Pertumbuhan
ekonomi di Indonesia mengalami penurunan yakni 2,07% yang salah satunya dalam
bidang jasa perusahaan sebesar -5,44% (BPS). Menurut Promt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) atau indeks
manufaktur BI sebesar 48,75%� lebih
rendah dari 51,45% pada triwulan II-2021. Penurunan terjadi pada input pesanan
barang, total karyawan, hasil produksi, dan volume persediaan barang. Produktivitas
perekonomian pada permintaan dan produksi yang menurun akan mengakibatkan
adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada sektor formal maupun informal
(kompas.com). Dengan adanya penguatan sumber daya manusia terdapat hubungan meningkatnya
produktivitas kinerja karyawan. Pembangunan sumber daya manusia yang
dikeluarkan Bank Dunia, kualitas sumber daya manusia Indonesia berada
diperingkat 87 dari 157 negara. Sedangkan, menurut Business World peringkat daya saing sumber daya manusia Indonesia
berada dirangking 45 dari 63 negara yang masih berada jauh dari negara tetangga
yakni Singapura peringkat 13 dan Malaysia peringkat 22 (KEMENSETNEG). Dalam
menghadapi tantangan tersebut Negara Indonesia mengembangkan konsep pembangunan
yang bertumpu pada pembangunan dibidang ekonomi dengan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (KEMENKOPMK). �
Keadaan ini
tampaknya sesuai dengan pendapat Susiawan dan Muhid (2021) yang dikutip oleh (Dewi & Surya, 2021)
sumber daya manusia dapat menggerakkan, memelihara dan
mengembangkan perusahaan dalam menghadapi perubahan zaman. Sumber daya manusia
sangat penting bagi perusahaan karena dapat menciptakan efektifitas kinerja
karyawan. Kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dapat dicapai karyawan dalam
melaksanakan tugas baik secara kualitas dan kuantitas yang berdasarkan
keterampilan, hasil kerja dan proses dalam �melaksanakan tugas (Maria E, 2019), bagaimana karyawan bekerja sesuai dengan perannya sehingga
menghasilkan suatu produk atau jasa yang diberikan kepada perusahaan.
Berdasarkan data hasil penelitian sebelumnya yakni PT. Asahi Indonesia terdapat
masalah dalam kinerja karyawannya dengan hasil produksi setiap bulannya
mengalami penurunan dengan rata-rata produksi per bulan 1.431.635 dengan hasil
produksi (not good) sebesar 750,25
pcs atau sekitar 1,31% dari total produksi (Esthi & Marwah, 2020). Dan masalah penurunan kinerja karyawan juga di rasakan
oleh PT. X, sebagaimana diungkapkan oleh salah satu pekerja di PT. X bahwa
tidak tercapainya target produksi pada bulan Oktober 2021. Berikut data yang di
himpun dari data daily stockfitting
perfomance bulan Oktober 2021:
Gambar 1
Sumber : data PT. X
Berdasarkan data
dari daily stockfitting perfomance dari tanggal 1 � 16 Oktober 2021 hasil
produksi mengalami penurunan secara signifikan, dapat dilihat bahwa shift A dan
B pada kolom man power target jumlah
karyawan yang dibutuhkan tidak sesuai target yakni dibawah 552. Pada kolom end of line right/output (EOLR) target dari
hasil produksi yang dihasilkan dibawah target yakni 2890, 2895, 2897, 2899 dan
3200. �Dan kolom work hour melebihi jam kerja normal yakni lebih dari 7 jam kerja. Hal
ini menunjukkan adanya dampak dari penurunan employee perfomance, sehingga menuntut perusahaan mendorong dan
mengarahkan perilaku sumber daya manusianya agar dapat bertahan, berkembang, dan
mememiliki skill (Raka Ardiana, 2008). Employee
perfomance yang baik akan memberikan dampak positif terhadap kinerja
organisasi atau perusahaan (Kangyin L, 2005), sehingga karyawan dapat menghasilkan output pada produksi sesuai dengan target
perusahaan. Sebaliknya, kondisi kinerja yang buruk akan melemahkan ketahanan karyawan
terhadap suatu perubahan yang terjadi (Riyanto, Endri, & Herlisha, 2021), perilaku yang muncul pada employee perfomance yang kurang akan berdampak pada keterlambatan
karyawan terhadap suatu perubahan yang akan datang dan hal tersebut akan
menghambat dalam proses dan hasil produksi.
Kualitas employee perfomance dapat
menentukan kualitas kehidupan dan efetivitas perusahaan (Kumar P.B & Giri .V.N, 2010),� employee perfomance memiliki aspek
penting dalam keberlangsungan dan keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai
tujuan ditengah persaingan globalilasi yang tidak dapat diprediksi saat ini. Salah
satu perusahaan industri yang menekankan pentingnya untuk meningkatkaan kinerja
karyawan adalah PT.X yang berdiri tahun 2011 dan berlokasi di kota Serang �
Jawa Barat. PT. X merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri
manufaktur yang memproduksi dan mendistribusikan sepatu olahraga dengan brand New Balance (NB). Produk-produk
yang dihasilkan bertaraf internasional dan tidak dijual didalam negeri,
melainkan di ekspor ke luar negeri. Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah
satu staff di PT. X, bahwa adanya jumlah overtime
yang tinggi, jadwal ekspor tidak dapat dilakukan tepat waktu dan kualitas output yang dihasilkan terdapat
ketidaksesuaian dengan standart yang telah ditentukan. Serta adanya sanksi Surat Peringatan (SP) yang diberikan kepada leader yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaan tersebut. Kinerja karyawan dapat dilihat dari apa yang dilakukan
karyawan terhadap pekerjaannya (Dewi & Surya, 2021), karyawan dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh
perusahaan dan menghasilkan hasil produksi yang baik dan sesuai target yang
telah ditentukan.
Untuk mencapai
target produksi perusahaan, maka pentingnya employee
perfomance yang tinggi. Employee
perfomance sangat baik untuk menciptakan hasil dengan kualitas dan
produktivitas yang tinggi antar karyawan dalam suatu perusahaan
(Hee O.D, Ibrahim .R, Kowang T.O, 2015). Employee
perfomance merupakan tingkat keberhasilan karyawan dalam melaksanakan
tugasnya dan berkontribusi akan keberhasilan organisasi, diukur dari hasil dan
proses (Eka & Anik, 2020). Employee
perfomance dapat diukur sesuai dengan standart yang telah ditentukan
perusahaan baik secara kualitas, kuantitas, ketepatan waktu (output), kehadiran ditempat kerja, efektivitas
dan efisiensi tugas yang diselesaikan (Gautama So, Djunggara, Fahrobi, Simamora, & Ruangkanjanases, 2018). Salah satu cara untuk meningkatkan employee perfomance yakni penilaian dilakukan dengan memberikan feedback melalui komunikasi yang
efektif. Hal tersebut dapat membantu karyawan mengembangkan keterampilan dan
memaksimalkan potensi mereka. Oleh karena itu, kinerja karyawan menjadi
produktif dan efisien maka diperlukan adanya komunikasi yang efektif
(Verghese, 2017). Berikut terdapat masalah penyebab kinerja karyawan
menurun yang dirasakan oleh PT. X :
Tabel 1
Part Path Kanban System Stockfit Data
Bagian |
Permasalahan |
Pre-Setting
(Lantai Atas) |
Penyebab selisih
data: 1. Serah terima
bon belum smooth
& tidak ada cross check data antara
pre setting
& ready setting 2. Ketika ada perubahan PO (shortage) tidak
komunikasi dengan pihak pre setting |
Ready Setting
(Lantai Atas) |
Penyebab selisih
data: 1. Water
spider kurang komunikasi
dengan operator ready setting ketika pengambilan komponen 2. Pengambilan barang
oleh water spider tidak didampingi oleh operator ready setting |
Preparation
(Lantai Atas) |
Penyebab selisih
data: 1. Serah terima
bon belum smooth & tidak
ada cross
check data antara preparation & production 2. Ketika ada perubahan PO (shortage) tidak
komunikasi antara kedua belah pihak 3. Admin lebih
dari satu dan tidak ada komunikasi
antar admin
masalah data sehingga report data sering
selisih 4. Tim stockfitting tidak report ke admin stockfitting tentang
penerimaan barang 5. Komponen yang diturunkan ke produksi kadang tidak sesuai kapasitas produksi |
Stockfitting Line (1/2 Jadi) |
Penyebab selisih
data: 1. Sistem bon belum berjalan 2. Tidak ada
serah terima barang 3. Terjadi pencurian barang
antar shift
1 & shift 2 4. Tidak ada
komunikasi antara leader shift 1 & shift 2 tentang jumlah
barang di area
grinding |
Grinding eva bottom |
Penyebab selisih
data: 1. Sistem bon belum berjalan 2. Tidak ada
serah terima barang 3. Tidak control WIP di area grinding |
WH Bottom |
Penyebab selisih
data: 1. Sering terjadi
perubahan SPK di cell
assembly� karena masalah
material sehingga sering terjadi peminjaman bottom ke cell assembly lain ketika ada perubahan SPK 2. Kurangnya komunikasi
antara tim planner & tim
produksi ketika terjadi peminjaman bottom (shortage atau
dipakai cell
lain) 3.Terjadi
perubahan schedule
dari cell
1 ke cell lain dari PPIC sehingga berimbas pada serah terima� komponen bottom |
Berdasarkan Part
Path Kanban System Stokcfit Data diatas terdapat beberapa permasalahan yakni kurangnya komunikasi antar
karyawan atau antar bagian dalam hal perubahan PO, pengambilan barang tanpa izin, pemberian tugas tidak sesuai
dengan kapasitas di produksi, tidak adanya cross
check data, tidak ada report data, dan
peminjaman bottom line tanpa
diketahui line leader. Sehingga, hal diatas
memberikan dampak pada jumlah overtime yang
tinggi, �selisih data antar bidang,
banyakya komponen barang yang hilang dan kualitas output tidak sesuai dengan standar perusahaan. Menurut Amstrong
& Baron, dalam (N, 2020)
terdapat faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan
salah satunya adalah organizational
communication. Ketika komunikasi
tidak efektif, maka akan terjadi peningkatan waktu produksi dan penurunan pada bottom line (P, 2014). Kondisi diatas dapat kita
ketahui bahwa komunikasi harus dilakukan secara efektif untuk mencapai kinerja
perusahaan yang lebih baik. Hubungan interaksi sangat penting dalam suatu perusahaan
yakni antara atasan dengan bawahan atau dengan rekan kerja, karena memiliki
peran yang kuat dalam mempengaruhi kinerja karyawan. Komunikasi akan
menyelaraskan harapan karyawan karena komunikasi dapat membantu karyawan
berkoordinasi dalam menjalankan tugas yang diberikan (Handayani, 2019). �
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait employee perfomance dengan organization communication menunjukkan
hasil yang beragam. Penelitian mengenai komunikasi dan employee perfomance terlihat kurang diperhatikan di India. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian Porter dan Roberts (1976) bahwa tidak adanya
studi yang meneliti bagaimana komunikasi berhungan dengan employee perfomance. Dan menurut penelitian dari (Mamonto W.F, Nelwan. O.S, 2016) bahwa komunikasi berpengaruh negatif terhadap
kinerja karyawan PT. Sulut Makmur Perkasa Kotamobagu. Namun berdasarkan
penelitian dari (Gautama So et al., 2018) bahwa organization
communication secara signifikan
mempengaruhi kinerja karyawan yaitu meningkatnya komunikasi yang efektif dalam perusahaan
dan kinerja karyawan juga akan meningkat. Hal tersebut juga didukung penelitian
dari (Handayani, 2019) bahwa organization
communication dapat memberikan pengaruh pada kinerja karyawan. Ketika
komunikasi berhenti, maka kegiatan yang terorganisir dapat berjalan dengan tidak
baik pula. Komunikasi memiliki peranan penting karena merupakan suatu proses
dimana setiap karyawan atau kelompok saling berbagi dan mempengaruhi informasi,
sehingga para karyawan atau kelompok tersebut saling memahami dengan jelas (Sugiarto & Putra, 2020). Oleh karena itu, dengan
adanya komunikasi membuat karyawan merasa dihargai dan menjadi bagian penting
dari suatu pekerjaan, serta memiliki dampak dapat meningkatkan kinerja karyawan
dan dapat menyalurkan informasi dan mengarah pada kinerja yang lebih baik. Komunikasi dapat membantu karyawan untuk mencapai tujuan,
proses sosialisasi, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
(Rajhans, 2012). Komunikasi
dapat membantu membangun kepercayaan, membuat kepribadian bersama, mendorong
komitmen, mengkomunikasikan perasaan, berbagi harapan dan aspirasi serta
pencapaian (Goswami, Pandey, & Parihar, n.d.). Fungsi kelangsungan hidup
perusahaan dapat berjalan baik yang dihasilkan oleh hubungan efektif antar
karyawan melalui komunikasi yang terkoordinir.
Dalam penelitian ini berfokus pada internal
communication, dikarenakan internal
communication secara efektif dapat mengarah pada peningkatan hasil produksi
dan karyawan lebih produktif
(Verghese, 2017). Internal communication yang telah dibagun dalam perusahaan dapat
menciptakan lingkungan kerja yang baik, sehingga karyawan merasa nyaman dalam
bekerja dan dapat meningkatkan kinerjanya (Udayanto, Bagia, Yulianthini, & SE, 2015). Keadaan ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Watson Wyatt Worldwide dengan 335 peserta Amerika dan Kanada
bahwa internal communication memiliki
tingkat keterlibatan karyawan yang lebih tinggi dan pergantian karyawan lebih
rendah dibandingkan dengan perusahaan yang kurang efektif dalam komunikasi (Yates, 2006). Melalui komunikasi, perusahaan dapat menjalankan fungsi
manajemen sehari-hari, seperti organizing,
planning, controing, dan leading. Koordinasi
merupakan elemen penting dalam menjalankan perusahaan dan kurangnya internal communication akan menyebabkan rendahnya
produktivitas dan rendahnya kinerja dalam perusahaan. Karyawan perlu memahami
apa dan bagaimana yang seharusnya mereka lakukan, jika komunikasi tidak baik,
maka karyawan tidak dapat melakukan tugas yang diberikan dengan benar. Internal communication memiliki peran
penting antara manajemen dan karyawan, sehingga dapat merancang tanggung jawab,
peraturan dan spefikasi pekerjaan yang dapat dibagikan dengan anggota lain (Titang,
2013).
Selain organization communication yang
mempengaruhi karyawan dalam meningkatkan employee
perfomance adalah job satisfaction atau
kepuasan kerja. Komunikasi memiliki
peran utama pada job satisfaction, bagaimana
karyawan dapat mempersepsikan komunikasi dan membangun kepercayaan dalam
melaksanakan tugas yang diterima. Job satisfaction
adalah reaksi perasaan dan emosi umum pada karyawan terhadap pekerjaan
mereka (Kumar P.B & Giri .V.N, 2010). Secara psikologis
karyawan dapat memiliki sikap dan perasaan positif terhadap pekerjaan yang
dilakukan dengan berbagi informasi yang sebagian besar mengenai pekerjaan,
kebijakan perusahaan atau instruksi tugas, sehingga dapat tercipta pekerjaan
yang menyenangkan. Job satisfaction merupakan
faktor penting dalam meningkatkan employee
perfomance (Purwanto, 2013). Employee perfomance yang tinggi dapat muncul ketika karyawan dapat
menciptakan komunikasi dengan baik sehingga dapat mempengaruhi jumlah job perfomance dalam bekerja. Dari
paparan masalah yang telah dijabarkan sebelumya, peneliti berpendapat bahwa
perlunya karyawan memiliki keadaan emosional dan perasaan yang positif dalam melaksanakan pekerjaannya dengan
harapan kerja yang terpenuhi dan dapat memberikan penilaian positif terhadap
pekerjaan yang dilakukan.�� �
Job satisfaction yang tinggi� memberikan pengaruh pada perilaku karyawan menjadi
semakin baik, karyawan lebih mudah berkomunikasi dan bekerja sama dengan
karyawan lainnya. Sebaliknya, job satisfaction
yang rendah dapat mendorong persepsi karyawan bahwa pekerjaan yang
dilakukan tidak menyenangkan, sehingga adanya peningkatan konflik antar
karyawan dan tingkat employee perfomance juga
akan menurun. Hal tersebut disebabkan karena job satisfaction dapat dipengaruhi oleh suasana hati dan emosi, serta karyawan memiliki penilaian
terhadap pekerjaan yang dilakukan
(Riyanto et al., 2021). Perasaan senang atau tidak senang muncul dikarenakan
karyawan dalam bekerja memiliki keinginan, kebutuhan, dan pegalaman masa lalu
yang membentuk harapan pekerjaan mereka, semakin tinggi harapan kerja yang
dapat dipenuhi maka semakin tinggi job
satisfaction pada karyawan (Dewi & Surya, 2021). Menurut (Tnay, Othman, Siong, & Lim, 2013) bahwa job
satisfaction sebagai perpaduan antara lingkungan dengan kondisi psikologis
yang dapat membuat karyawan menilai kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan.
Lebih spesifik, karyawan memiliki job
satisfaction tinggi dengan memberikan penilaian positif terhadap pekerjaan
mereka melalui komunikasi yang baik antar karyawan, sehingga employee perfomance dapat meningkat dan
menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian sebelumnya (Kumar P.B & Giri .V.N, 2010) bahwa communication
organization dan job perfomance sangat
penting dalam perusahaan, serta memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap employee
perfomance . �
Berdasarkan perspektif-prespektif diatas, peneliti berupaya melihat employee perfomance khususnya dari
karyawan produksi PT. X. Organization
Communication akan dioperasionalkan sebagai variabel bebas, sedangkan job satisfaction akan dioperasionalkan
sebagai variabel moderator. Alasan peneliti menggunakan job satisfaction sebagai variabel moderator adalah untuk memperluas
hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, serta ingin mengetahui
seberapa kuatnya pengaruh variabel moderator untuk mengasilkan kinerja pada
karyawan, karena jika kepuasan karyawan dapat terpenuhi, maka kinerja karyawan
juga meningkat dan dapat menghasilkan suatu produk atau jasa yang baik pula.
Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan acuan oleh pihak-pihak terkait dengan
terpenuhinya kepuasan kerja pada karyawan, sehingga dapat membuat kinerja
karyawan yang semakin meningkat dalam menghadapi perubahan zaman yang terjadi
saat ini.
Metode
Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode review sistematis terhadap
literatur elektronik pada database
Google Schoolar. Peneliti menggunakan kata kunci organizational communication, job satisfaction, dan employee perfomance. Dengan topik
tersebut berasal dari sumber buku elektronik maupun jurnal penelitian. Penelitian
ini tidak membatasi jangkauan waktu, jenis publikasi dan disiplin ilmu
tertentu. Peneliti melakukan seleksi terhadap artikel-artikel yang diangap
tidak mencangkup topik mengenai organization
communication dan job satisfaction terhadap
employee perfomance. Hasilnya
didapatkan 20 artikel yang digunakan dalam teview sistematik ini.
Hasil dan
Pembahasan
A. Employee
Perfomance
Menurut (Homburg, Wilczek, & Hahn, 2014)
employee perfomance merupakan
hasil kinerja karyawan yang dapat dicapai dalam melaksanakan tugas yang
diberikan oleh perusahaan, baik secara kualitas atau kuantitas yang berdasarkan
pada hasil kerja, keterampilan dan proses dalam melaksanakan pekerjaan. Employee perfomance adalah seberapa
besar kontribusi karyawan terhadap perusahaan yang meliputi kuantitas kerja,
kualitas kerja, pemanfaatan waktu dan kerjasama (Kamisah, 2012). Menurut (Gautama So et al., 2018)
employee perfomance dapat
diukur dengan kualitas, kuantitas, ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas yang
diberikan, kehadiran di tempat kerja, efektivitas dan efisiensi terhadap tugas
yang diberikan. Employee perfomance merupakan
kunci dari output suatu perusahaan,
dikarenakan karyawan penting untuk dilakukan evaluasi disetiap periode dan employee perfomance bersifat individual
serta karyawan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam melakukan� pekerjaannya (Rukmana, MM, & SE, 2018). Employee
perfomance memiliki keterkaitan dengan kemampuan yang dimiliki oleh
karyawan dalam mewujudkan tujuan kerja masing-masing, memenuhi harapan serta
mencapai target pekerjaan dan mencapai standar yang telah ditentukan oleh
perusahaan (Afrizal, P.R., Al Musadieq, M., Ruhana, I., Administrasi, F.I.,
Brawijaya, 2014).
Penilaian pada employee
perfomance merupakan proses yang sering dilakukan menggabungkan antara
elemen tertulis dan lisan yang dilakukan oleh manajemen dengan memberikan umpan
balik pada pekerjaan karyawan. Hal tersebut dapat membantu karyawan untuk meningkatkan
kinerja mereka dengan cara dihargai, diakui dan terlibat agar pekerjaan dapat
dilakukan dengan baik (Onifade, Opele, & Okafor, 2018). Setiap employee
perfomance dapat berbeda dikarenakan faktor pendorong pada karyawan juga
berbeda, sangat penting employee
perfomance untuk menentukan efektifitas kinerja di perusahaan. Jika employee perfomance tidak baik maka kinerja
perusahaan tidak baik, dan sebaliknya jika employee
perfomance baik maka kinerja di perusahaan baik (Mulyono, 2021), kinerja
yang baik dapat mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan, jika employee perfomance rendah akan ditandai
dengan semangat kerja yang rendah. Kinerja yang baik akan dapat mempengaruhi
tingkat produktivitas dan tujuan organisasi (Sartika, Astuti, & Shinta, 2021).
Terdapat tiga dimensi employee
perfomance yang dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni: perilaku kerja, hasil kerja, dan
karakteristik pribadi yang berkaitan dengan pekerjaan (Chang, 2013). Dan menurut (Hasibuan & Hasibuan, 2016)
terdapat dua indikator dalam mengukur employee perfomance yaitu: pengukuran tangible (kualitas, kuantitas dan waktu) dan pengukuran intangible (kesetiaan, kualitas kerja,
kuantitas kerja, kejujuran, disiplin, kerjasama, kepemimpinan, kepribadian dan
inisiatif). Bahwa employee perfomance merupakan
hasil kerja karyawan dalam janka waktu tertentu berdasarkan peran dan tanggung
jawab yang diberikan oleh perusahaan.
B. Organization
Communication
Organization
communication adalah pola,
jaringan dan sistem komunikasi antar karyawan yang dirancang dengan tujuan agar
anggota organisasi dapat bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan
perusahaan (Eka & Anik, 2020). Hal tersebut sependapat dengan (Sartika et al., 2021) organization communication merupakan hubungan kontak antar individu atau kelompok
dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal dan
nonverbal antara pengirim dan penerima pesan.
Komunikasi memiliki peran penting dalam perusahaan yakni dengan
cara berkomunikasi secara efektif dengan pihak eksternal atau internal untuk
menjalankan tujuan perusahaan. Oleh karena itu, komunikasi yang efektif
memberikan dampak positif pada hubungan antar karyawan dapat tercipta dengan
baik. Komunikasi akan menyelaraskan harapan karyawan dengan harapan organisasi
dikarenakan komunikasi dapat membantu karyawan untuk berkoordinasi dalam
menjalankan tugas (Handayani, 2019). Komunikasi mencangkup komunikasi interpersonal (dua
orang atau lebih) dan organization
communication, yakni jaringan,
pola dan sistem komunikasi� dalam suatu
organisasi (Eka & Anik, 2020). �Komunikasi memiliki peran yang penting
terhadap perusahaan, dapat membangun informasi yang efektif dan kinerja pada
karyawan, manajemen �dituntut untuk �mengelola kualitas sumber daya dengan
memberikan komunikasi yang baik untuk mencapai kinerja yang baik
(Sugiarto & Putra, 2020). Organizational
communication sebagai sistem yang stabil, sehingga karyawan dapat bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama dalam mengerjakan tugas yang diberikan (Sartika et al., 2021).� Pada dasarnya
hubungan tumbuh dari komunikasi untuk kelangsungan hidup perusahaan yang didasarkan
pada hubungan yang efektif antar karyawan dan kemampuan organisasi atau
perusahaan diperlukan proses sosial dan komunikasi yang baik
(Jones, Watson, Gardner, & Gallois, 2004).
Komunikasi dapat membantu karyawan dalam mengoordinasikan
pekerjaan untuk mencapai tujuan, hal tersebut penting adanya proses
sosialisasi, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Oleh karea itu,
pentingnya komunikasi internal dalam memberikan informasi pada karyawan
mengenai pekerjaan atau lingkungan mereka serta komunikasi dapat membangun
kepercayaan, menciptakan identitas bersama, dan memacu keterlibatan karyawan
dengan menyediakan cara bagi karyawan untuk mengekspresikan emosi, berbagi
harapan, ambisi, dan mengingat prestasi (Rajhans, 2012). Menurut (O, 2014)
terdapat tiga dimensi organization
communication yakni: komunikasi
dengan manajer, komunikasi dengan rekan kerja dan kebijakan komunikasi
organisasi. Pada umumnya terdapat pemahaman bahwa hubungan interaksi
antara manajer dan karyawan atau sesama rekan kerja terdapat masalah yang salah
satu penyebabnya adalah komunikasi (Lukaszewski, 2006).
C. Job
Satisfaction
Menurut (Spector, 2021)
bahwa job
satisfaction merupakan sikap karyawan terhadap pekerjaannya yang diikuti
dengan perasaan yang dirasakan. Job
satisfaction adalah sikap karyawan yang menyenangkan terhadap pekerjaan yang
dilakukan secara keseluruhan (Singh & Jain, 2013). Job satisfaction yakni
apa yang karyawan harapkan dari pekerjaan mereka dan apa yang karyawan berikan
kepada perusahaan berdasarkan kinerja mereka (Mathis, R. L. & Jackson, 2006). Job satisfaction
merupakan keadaan emosional pada karyawan mengenai perasaan pada pekerjaan yang
dilakukan menyenangkan atau tidak (Vidianingtyas, 2014), perasaan senang atau tidak muncul ketika karyawan
memiliki keinginan, pengalaman masa lalu yang membentuk harapan terhadap
pekerjaan mereka. Semakin tinggi harapan kerja yang dapat terpenuhi, maka semakin
tinggi pula job satisfaction �karyawan (Dewi & Surya, 2021). Job satisfaction merupakan
faktor penting dalam meningkatkan employee
performance (Purwanto, 2013). Perusahaan mencegah karyawan melakukan perilaku
penarikan diri, yaitu perilaku karyawan yang digunakan untuk menghindari
situasi kerjasecara emosional, mental dan fisik. Hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan adanya ketidakpuasan karyawan (Eka & Anik, 2020).
Menurut (Spector, 2021)
terdapat dimensi-dimensi yang dapat mempengaruhi job perfomance yakni : gaji (seberapa puas karyawan terhadap gaji
yang diterima), promosi (seberapa puas karyawan mendapatkan peluang naik
jabatan), supervisi (seberapa puas karyawan mendapatkan pengawasan dari atasan),
tunjangan (seberapa puas karyawan terhadap keuntungan tambahan yang didapatkan
dari pekerjaan), �imbalan kontingen
(seberapa puas karyawan terhadap apresiasi atau dukungan yang diberikan),
prosedur (seberapa puas karyawan dengan kebijakan perusahaan untuk mengatur
proses kerja), rekan kerja (seberapa puas karyawan dengan rekan kerja lainnya),
sifat pekerjaan (seberapa puas karyawan menerima jenis pekerjaan yang diberikan
oleh perusahaan), komunikasi (seberapa puas karyawan dalam menjalin interaksi).
Menurut Misra & Sehgal (2017)
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi job
satisfaction, antara lain : gaji
(kepuasan karyawan terhadap gaji yang diterima), keamanan kerja (kepuasan
karyawan terhadap keamanan dalam bekerja), simulasi sosial (kepuasan karyawan
menyukai tantangan tugas mereka dan mencari peluang pengembangan), faktor
demografis (efek kepuasan kerja yang bervariasi berasarkan usia, ras dan jenis
kelamin), peluang untuk promosi (kesempatan untuk promosi pada karyawan yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja), pengakuan dan apresiasi (kepuasan kerja
yang ditetukan oleh pengakuan dan penghargaan pada karyawan), hubungan
interpersonal (kepuasan kerja berdasarkan pendekatan sosial dari manajemen dan
rekan kerja), kesempatan menggunakan kemampuan seseorang (penghargaan internal
karyawan yang dapat memanfaatkan kemampuanya dengan baik dalam melaksanakan
tugas yang diberikan), jam kerja dan kondisi fisik (yang berhubungan dengan
kepuasan kerja adalah jam kerja dan kondisi fisik dimana karyawan menghabiskan
hari kerja mereka), wewenang dan kontrol (karyawan akan lebih puas memiliki
kebebasan dan wewenang yang memadai �untuk
melakukan pekerjaan dan memiliki metode kerja mereka sendiri), kesempatan yang
sama dilingkungan kerja (kepuasan kerja pada karyawan yang dapat ditentukan
oleh lingkungan kerja yang menghormati sesama ras, agama, jenis kelamin, latar
belakang pendidikan, dan cacat fisik).
Kesimpulan
����������� Organization
communication adalah pola,
jaringan dan sistem komunikasi antar karyawan yang dirancang dengan tujuan agar
anggota organisasi dapat bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan
perusahaan. Organization communication merupakan hubungan kontak antar individu atau kelompok
dalam kehidupan sehari-hari dengan pertukaran pesan verbal dan nonverbal antara
pengirim dan penerima pesan. Komunikasi merupakan upaya menjalin hubungan kerja
antara manajer dengan karyawan atau karyawan dengan rekan kerja lainnya dengan
cara melakukan komunikasi baik verbal maupun non-verbal dalam mengerjakan tugas
yang diberikan dan untuk tercapainya tujuan perusahaan.
����������� Organization
communication memiliki pengaruh terhadap employee perfomance.
Organization communication secara signifikan mempengaruhi kinerja karyawan yaitu
meningkatnya komunikasi yang efektif dalam perusahaan dan kinerja karyawan juga
akan meningkat. Organization communication dapat memberikan pengaruh pada
kinerja karyawan. Ketika komunikasi berhenti, maka kegiatan yang terorganisir dapat
berjalan dengan tidak baik pula. Komunikasi memiliki peranan penting karena
merupakan suatu proses dimana setiap karyawan atau kelompok saling berbagi dan
mempengaruhi informasi, sehingga para karyawan atau kelompok tersebut saling
memahami dengan jelas. Oleh karena itu, komunikasi memiliki peran penting dalam
perusahaan, karena memiliki pengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan yang
dapat menyalurkan atau berbagi informasi dengan rekan kerja lainnya dalam
melaksanakan tugas yang diberikan oleh perusahaan. Sehingga dari komuniksi yang
efektif akan menciptakan kinerja komunikasi yang baik antar karyawan.
����������� Selain
itu secara psikologis, yang dapat mempengaruhi employe perfomance adalah job satisfaction. Job
satisfaction merupakan keadaan
emosional pada karyawan mengenai perasaan pada pekerjaan yang dilakukan
menyenangkan atau tidak, perasaan senang atau tidak muncul ketika karyawan
memiliki keinginan, pengalaman masa lalu yang membentuk harapan terhadap
pekerjaan mereka. Semakin tinggi harapan kerja yang dapat terpenuhi, maka
semakin tinggi pula job satisfaction karyawan.
Dengan hal tersebut karyawan bekerja memiliki penilaian terhadap pekerjaan yang
dikakukan, apakah pekerjaan tersebut menyenangkan atau tidak yang dilandasi
dengan harapan dan keinginan yang dimiliki oleh karyawan.
����������� Kajian konseptual antara communication organization terhadap employee perfomance dengan job satisfaction dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: pertama, employee perfomance merupakan
aspek penting untuk keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan. Kedua, employee perfomance dipengaruhi
oleh organizational communication dan
job satisfaction. Manajer atau rekan
kerja lainnya mengembangkan hubungan komunikasi yang efektif untuk menumbuhkan
relasi yang saling mendukung. Job satisfaction
juga penting dilakukan untuk �menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan
menyenangkan.�
Afrizal, P.R., Al Musadieq, M., Ruhana, I., Administrasi,
F.I., Brawijaya, U. (2014). Pengaruh konflik kerja dan stres kerja terhadap
kepuasan kerja. Pengaruh konflik kerja dan stres kerja terhadap kepuasan kerja
(Studi pada karyawan PT. Taspen (PERSERO) cabang malang). Jurnal
Administrasi Bisnis, 8, 1�10.
Chang, Young Tae. (2013). Environmental efficiency of ports:
a data envelopment analysis approach. Maritime Policy & Management, 40(5),
467�478. Google Scholar
Dewi, NKNY, & Surya, Ida Bagus Ketut. (2021). Role of job
satisfaction in mediating the effect of organizational communication on employee
performance. American Journal of Humanities and Social Sciences Research
(AJHSSR), 5(2), 156�165. Google Scholar
Eka, Febrial, & Anik, Herminingsih. (2020). The effect of
organizational communication and job satisfaction on employee engagement and
employee performance at PT. Abyor International. Dinasti International
Journal of Education Management And Social Science, 1(4), 479�489. Google Scholar
Esthi, Raniasari Bimanti, & Marwah, Yustia Nadia. (2020).
Kinerja karyawan: motivasi dan disiplin kerja pada pt asahi indonesia. Forum
Ekonomi, 22(1), 130�137. Google Scholar
Gautama So, Idris, Djunggara, Amanda Aubrey, Fahrobi, Rehan,
Simamora, Bachtiar H., & Ruangkanjanases, Athapol. (2018). Effect of
Organisational Communication and Culture on Employee Motivation and Its Impact
on Employee Performance. Pertanika Journal of Social Sciences &
Humanities, 26(2). Google Scholar
Goswami, Ms Ritambhra, Pandey, Manoj, & Parihar, Anil
Singh. (n.d.). Communication And Its Impact On Customer Outcomes In Private
Banking Sector.
Handayani, Rini. (2019). Effect Of Complexity Of Work, Career
Development, Organizational Communication On The Performance Of Employees. International
Journal of Economics, Business and Accounting Research (IJEBAR), 3(04).
Google Scholar
Hasibuan, Malayu S. P., & Hasibuan, H. Malayu S. P.
(2016). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Hee O.D, Ibrahim .R, Kowang T.O, Fei G. .. (2015). Employee
engagemennt as a Mediatir between Transformational Leadership and employee
perfomace. Asian Journal of Scientific Research, 11, 441�448.
Homburg, Christian, Wilczek, Halina, & Hahn, Alexander.
(2014). Looking beyond the horizon: How to approach the customers� customers in
business-to-business markets. Journal of Marketing, 78(5), 58�77.
Google Scholar
Jones, Elizabeth, Watson, Bernadette, Gardner, John, &
Gallois, Cindy. (2004). Organizational communication: Challenges for the new
century. Journal of Communication, 54(4), 722�750. Google Scholar
Kamisah, Abdul Latib. (2012). A Study on Stress Among
Customer Service Officer and Executives in Central Region, Employees Provident
Fund. Universiti Utara Malaysia. Google Scholar
Kangyin L, Jinxia. Z. &. Haijun B. (2005). High-Perfomance
Human Resource Management and Firm Perfomance The Mediating Role of Innovation
in China.
Kumar P.B & Giri .V.N. (2010). Assesing the Impact of
Organizational Communication on Job Satisfaction and Job Perfomance. National
Academy of Psychology (NAOP) India Psychoogical Studies, 55(22), 137�143.
Lukaszewski, J. (2006). Rethinking employee communication: A
strategic analysis (No. 5). Jim Lukaszewski Strategy.
Mamonto W.F, Nelwan. O.S, Sendow. G. .. (2016). Pengaruh
Kepemimpinan Transformasional, Komunikasi Interpersonal dan Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan (Studi kasus pada PT. Sulut Makmur Perkasa
Kotamobagu). Jurnal EMBA, 4, 1249�1258. Google Scholar
Maria E. (2019). The Influence of Organizational Culture,
Compensation ang Interpersonal Communication in Employee Perfomance Trough Work
Motivation as Mediation. International Review of Management and Marketing,
133�140.
Mathis, R. L. & Jackson, J. H. (2006). Human Resource
Management. Jakarta: Salemba Empat.
N, Vivaldy J. C. &. Toni. (2020). The Effect of Job
Satisfaction, Organizational Communication, Work Environment on The Curch�h
Employee Pefomance. BISMA Bisnis Dan Manajemen, 13, 69�80. Google Scholar
O, Yildirim. .. (2014). The Impact of Oganizational
Communication on Organizational Citizenship Behavior: Research Findings. Procedia
Social and Behavioral Sciences, 150(2014), 1095�1110.
Onifade, Temitayo A., Opele, Adedayo M., & Okafor, Linus
I. (2018). Communication: An effective tool for employee performance in
Unilever Nigeria Plc. International Journal of Management Technology, 5(2),
16�27. Google Scholar
P, Mutuku C. .. &. Mathooko. (2014). Effects of
Organizational Communication on Employee Motivation: A Case Study of Nkia
Siemens Network Kenya. International Academic Journal Information Sciences
and Project Management, 1, 28�62.
Purwanto, Sony Bagus. (2013). Pengaruh Komunikasi, Motivasi
dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Proyek Pondasi Tower
di Timor Leste PT Cahaya Inspirasi Indonesia). Jurnal Aplikasi Manajemen,
11(1), 139�144. Google Scholar
Rajhans, Kirti. (2012). Effective organizational
communication: A key to employee motivation and performance. Interscience
Management Review, 2(2), 81�85. Google Scholar
Raka Ardiana, I. (2008). Mendorong Dan Mengarahkan Perilaku
SDM Dalam Kehidupan Organisasi Bisnis Di Era Global. DIE (Jurnal Ilmu
Ekonomi Dan Manajemen, 5(1), 121�138. Google Scholar
Riyanto, Setyo, Endri, Endri, & Herlisha, Novita. (2021).
Effect of work motivation and job satisfaction on employee performance: Mediating
role of employee engagement. Problems and Perspectives in Management, 19(3),
162�174. Google Scholar
Rukmana, Haris Dwi, MM, Sopiah M. Pd, & SE, Elfia Nora.
(2018). The Impact of Organization Communication on Employee Performance
Through Employee�s Work Motivation at Pt. Putri Panda Unit Ii Tulungagung, East
Jawa, Indonesia. KnE Social Sciences, 211�227. Google Scholar
Sartika, Rawit, Astuti, Fajar Diah, & Shinta, Marlina
Rahmi. (2021). Effect of organizational communication and organizational
culture on employee performance at PT. Asuransi Ramayana Jakarta. Journal of
Economics and Business Letters, 1(2), 73�81. Google Scholar
Singh, Jitendra Kumar, & Jain, Mini. (2013). A study of
employees� job satisfaction and its impact on their performance. Journal of
Indian Research, 1(4). Google Scholar
Spector, Paul E. (2021). Industrial and organizational
psychology: Research and practice. John Wiley & Sons. Google Scholar
Sugiarto, Satia, & Putra, Ivan Gumilar Sambas. (2020).
The role of communication climate on the performance of PT. Lazada Express
Bandung employees with work motivation as an intervening variable. International
Journal of Research in Business and Social Science (2147-4478), 9(5),
160�165. Google Scholar
Tnay, Evelyn, Othman, Abg Ekhsan Abg, Siong, Heng Chin, &
Lim, Sheilla Lim Omar. (2013). The influences of job satisfaction and
organizational commitment on turnover intention. Procedia-Social and
Behavioral Sciences, 97, 201�208. Google Scholar
Udayanto, Rahmad Restu, Bagia, I. Wayan, Yulianthini, Ni
Nyoman, & SE, M. M. (2015). Pengaruh komunikasi internal dan disiplin kerja
terhadap kinerja karyawan pada PT Coca-Cola. Jurnal Manajemen Indonesia,
3(1).
Verghese, Aniisu K. (2017). Internal Communication: Practices
and Implications. SCMS Journal of Indian Management, 14(3). Google Scholar
Vidianingtyas, Renggani nur�aini dan Wika Harisa Putri.
(2014). Pengaruh Kompensasi, Kepusan Kerja, Motivasi Kerja Dan Gaya
Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Jasa Ketering di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, 5(1), 99�110. Google Scholar
Yates, Kathryn. (2006). Internal communication effectiveness
enhances bottom‐line results. Journal of Organizational Excellence,
25(3), 71�79. Google Scholar
Copyright
holder: Anisa Nur Maulidia
2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |