Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 3 Maret 2022�����������������������������������������������������������������
PENERAPAN ASPEK NON-ARSITEKTURAL DALAM PERANCANGAN KAMPUNG KREATIF SENI DAN DESAIN GRAFIS DI
KABUPATEN GOWA
Armi Indrayuni, Andi Zulfikar Aliuddin
Universitas Pepabri Makassar, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Perancangan penerapan kampung
kreatif seni dan desain model non arsitektur di Kabupaten Gowa harapan yang
dihadirkan sudah sesuai dengan faktor fungsi yang ada, engumpulan data dengan
cara observasi dari wawancara dan kemudian dianalisis dengan menggunakan landasan teori yang terkait, baik secara
arsitektural maupun non arsitektural. Bangunan telah dilengkapi dengan sistem
perancangan yang ideal, bangunan telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas
serta sarana penenrangan yang memadai baik berbasis arsitektur modern bercorak
lokal, sehingga menambah khasanah corak bangunan berbasis akomodasi segala
kegiatan. Perancangan ini diharapkan mampu memberikan solusi sebagai upaya membantu
pemerintah Kaupaten Gowa untuk meningkatkan
kreatifitas para pemuda serta
mampu mengatasi permasalahan kreatifitas masyarakat.
Kata Kunci: perancangan; non-arsitektur; seni dan desain grafis
Abstract
The design of the
application of creative arts villages and non-architectural model designs in Gowa Regency, the expectations presented are in accordance
with the existing function factors, data collection by observation from
interviews and then analyzed using related theoretical foundations, both
architecturally and non-architecturally. The building has been equipped with an
ideal design system, the building has been equipped with various facilities and
adequate lighting facilities both based on local-style modern architecture,
thus adding to the repertoire of building styles based on accommodation for all
activities. This design is expected to be able to provide a solution as an
effort to help the Gowa County government to increase
the creativity of the youth and be able to overcome the problems of community
creativity.
Keywords: design; non-architecture; art and graphic design
Pendahuluan
Industri kreatif
saat ini berkembang sangat pesat. Sebelumnya industri kreatif sangat dihargai hanya di negara-negara maju. Namun saat ini
industri kreatif sudah mulai sangat diperhatikan dan dihargai di
negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Industri kreatif
ini dapat memberikan kontribusi di beberapa aspek kehidupan, tidak hanya ditinjau dari sudut pandang
ekonomi semata, tetapi juga dapat memberikan dampak positif kepada aspek lainnya seperti
peningkatan citra dan identitas bangsa, menumbuhkan inovasi dan kreativitas anak bangsa, merupakan industri yang menggunakan sumber daya yang terbarukan, serta dampak sosial yang positif.
Ditinjau dari
segi ekonomi, industri kreatif mempunyai kontribusi dalam produk domestik
bruto, menciptakan lapangan pekerjaan, dan� nilai
ekspor.
Tabel 1
Profil Kontribusi Industri Kreatif di beberapa Negara di Dunia
����� �Sumber : Departemen Perdagangan
Republik Indonesia
Tabel 2
Profil Statistik Ekonomi Industri Kreatif Indonesia
Sumber: Studi Pemetaan Industri Kreatif Indonesia, Departemen Perdagangan ��Republik Indonesia, 2021 (Diolah dari data BPS dan sumber data lainnya)
Ditinjau dari
segi citra dan identitas negara, industri kreatif dapat memberikan
peran yang sangat luas dalam memperbaiki citra pariwisata nasional. Dengan kemampuan mengangkat� warisan
budaya lokal dalam konteks yang baru diharapkan wisatawan asing akan mendapatkan pengalaman baru (new experience) yang dapat
dibawa pulang ke negaranya dan disebarkan dari mulut ke mulut.
Pengalaman baru tersebut dapat diciptakan dari sisi arsitektur perhotelan, tata kota, variasi kuliner, cinderamata, seni pertunjukan, musik dan film.
Ditinjau dari
aspek inovasi dan kreatifitas, industri kreatif adalah penghasil� creative capital. Dengan
merangsang industri� kreatif
di Indonesia, industry industri lokal
bisa mengurangi ketergantungan industri manufaktur dalam hal pembayaran lisensi-lisensi terhadap produk asing.
Industri kreatif
sebagai sumber daya yang terbarukan adalah industri yang mengandalkan talenta, keterampilan dan kreativitas. Kreativitas adalah elemen dasar� individu.
Sehingga potensi kreatif terdapat pada semua orang, semua orang memiliki modal dasar yang sama dan gratis pemberian Sang Pencipta. Dengan pembangunan yang berbasis pada sumber daya insani,
maka turut serta dalam upaya
pembangunan kapasitas sumber daya insani
Indonesia (capacity building).
Dampak sosial industri kreatif adalah meningkatkan kualitas hidup karena adanya daya
saing produk, adanya konsentrasi pekerja kreatif yang tinggi sehingga kota-kota mempunyai dinamika dengan tingkat toleransi sosial yang� tinggi. Toleransi sosial merupakan faktor utama untuk menciptakan
iklim kreatif yang dapat menarik pekerja
kreatif untuk tinggal dan berkreasi. Kota yang memiliki iklim kreatif, umumnya� lebih
hidup dan ekonominya berjalan dengan cepat. Hal ini disebabkan oleh� konsentrasi pekerja kreatif� yang� telah menarik minat
perusahaan-perusahaan untuk
mendirikan usahanya disana, dan pada akhirnya membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar.
Industri kreatif
didefinisikan sebagai industri yang berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual. Industri kreatif ini bersumber
dari ide, seni dan teknologi yang dikelola untuk menciptakan kemakmuran (Simatupang, 2007).
Industri kreatif
ini tidak terbatas pada satu jenis produk tertentu,
ruang lingkupnya sangat luas dan beragam. Berdasarkan klasifikasi pemetaan industri kreatif di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 14 subsektor industri kreatif.
Base study� klasifikasi industri kreatif Indonesia ini mengacu pada studi pemetaan industri kreatif yang dilakukan oleh DCMS
(Department for Culture, Media, and Sport)
Inggris, yang disesuikan dengan� KBLI (Klasifikasi Baku� Lapangan Usaha Indonesia) tahun
2005. Ke-14 subsektor tersebut
adalah: Periklanan, Arsitektur, Pasar dan barang seni, Kerajinan, Desain, Fesyen, Sinematografi (Film,
Video, Fotografi), Permainan
Interaktif, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan & Percetakan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Televisi dan Radio, Riset & Pengembangan.
Industri kreatif
tidak terlepas dari peranan individual maupun komunitas kreatif itu sendiri.
Sulawesi Selatan merupakan salah satu
provinsi yang berkembang pesat dalam industri
kreatif, hal ini dapat dilihat
dari banyaknya komunitas kreatif yang bermunculan di berbagai daerah, utamanya di Makassar hingga Kabupaten Gowa. Beberapa diantaranya dinaungi oleh instansi pendidikan, selebihnya berdiri secara independen. Beberapa komunitas kreatif yang ada di Makassar, antara lain DKV UNM, Himasera UNM,
Sanggar Seni Talas, Komunitas Industri Clothing Kreatif (KICK), Komunitas Penyanyi Jalanan (KPJ), Komunitas Band Indie, Komunitas Lubang Jarum, Komunitas
Gelap Terang, Komunitas Graffity, Urban Art
Designer, WPAP, Indonesia�s Sketchers, Hijabers
Makassar, dan masih banyak lagi. Sedangkan komunitas kreatif yang� ada
di Kabupaten Gowa, antara lain UKM Seni Budaya eSA, Sanggar
Seni Nritta Dewi, Sanggar Seni
Tari Katangka, Sanggar Seni Syekh Yusuf, Kasumba Art, Komunitas Paraga, Sanggar Seni Batara Gowa,
Makassar Jazz Etnovision, Rumah
Kreatif Hijau Hitam, Ruank, Infinity 8, Butayaru Makassart, Pixel, dan masih banyak lagi komunitas
kreatif lainnya (Observasi Penulis).
Banyaknya komunitas
kreatif tersebut membuat Sulawesi Selatan dikenal sebagai daerah seni budaya dimata
dunia, namun aktivitas dari komunitas-komunitas kreatif ini masih
banyak yang terhambat dan tidak tereksploitasi karena kurangnya wadah yang mampu menaungi aktivitas kreatif dari komunitas
itu sendiri (Riri
Riza, 2010).
Kampung adalah ciri
kehidupan bermukim yang dapat dianggap sebagai tatanan permukiman tradisional sebelum masuknya perencanaan permukiman modern khususnya di Indonesia. Tipologi permukiman ini merupakan akar dari pertumbuhan kota-kota di Indonesia karena
kampung pada dasarnya merupakan
embrio pertumbuhan, sehingga penataan suatu kawasan kota
perlu memperhatikan eksistensi kampung ini sebagai� titik tolak penataan. Kampung dapat menjadi sumber
peradaban, kreativitas maupun budaya kota
karena kondisi dan keterbatasan yang ada (Nugroho, 2009).
Lokalitas yang terkandung
pada tatanan kampung akan memberi karakter bagi pembentukan semangat urbanisme baru yang sesuai dengan karakter masyarakat, berakar pada ideologi bermukim yang berkelanjutan. Dengan menggali� potensi sosial, ekonomi� maupun budaya dan karakter bermukim di kampung, maka akan menjadi dasar
bagi pembentukan paradigma baru perancangan permukiman di
Indonesia menuju pada pembentukan
urbanitas dan ruang kota yang lebih berkualitas. Perwujudan urbanitas dan ruang kota yang berkelanjutan dapat dicapai dengan
rumusan prinsip-prinsip
yang dapat menjadi dasar, bertolak pada eksistensi kampung kota sebagai tempat bermukim masyarakat kota (Nugroho, 2009).
Kampung kreatif merupakan
inovasi yang menjadi korelasi antara orientasi pembekalan keterampilan kerja, kreatifitas dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni dan keterampilan lainnya sebagai wadah lingkungan sosial serta menjadi
sebuah tempat bagi penduduk lokal,
humanis dan seniman untuk berinteraksi dan melestarikan seni dan budaya setempat (Andramatin, 2011).
Kampung Kreatif yang menjadi objek rancang
merupakan sebuah kawasan yang mewadahi inisiatif maupun kegiatan-kegiatan pengembangan potensi individu maupun komunitas baik berupa produk,
sistem, maupun inovasi khususnya dibidang seni dan desain grafis di Kabupaten Gowa.
Faktor lain yang mempengaruhi
timbulnya gagasan untuk merancang Kampung Kreatif ini didasarkan
pada visi dan misi Pemerintah Kabupaten Gowa, yaitu Kabupaten
Gowa dengan segala potensi dan keunggulannya bercita-cita menempatkan diri sebagai daerah yang handal dalam peningkatan
kualitas hidup masyarakatnya. Kondisi tersebut akan didukung
oleh upaya mewujudkan masyarakat yang bermoral, beretika dan berbudaya dalam suasana bermasyarakat,
membangun prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki, menerapkan nilai-nilai modern dalam meningkatkan harkat dan martabat masyarakat, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan
dalam konsep perancangan Kampung Kreatif Seni dan Desain Grafis di Kabupaten Gowa, antara lain :
1.
Pengupulan Data
a. Observasi Literatur
Yaitu mengambil
dari beberapa sumber, antara lain
: Pemerintah Daerah, Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata, BPS, asosiasi/komunitas-komunitas kreatif seni dan desain, dan buku-buku yang bisa menjawab permasalahan dengan pemecahan yang mendasar.
b. Wawancara/Interview
Yaitu mengutip
beberapa kalimat dari orang-orang tertentu yang menunjang pemecahan masalah.
c. Survey Lapangan
Yaitu dengan
melihat langsung bagaimana existing kawasan dan lingkungannya.
2.
Analisis
Yaitu dengan
cara menganalisis data-data
fisik dan non-fisik yang diperlukan untuk dijadikan pertimbangan dalam mendesain yang berdasarkan standar-standar/literatur yang sudah ada.
3.
Sintesa
Dengan melakukan
review pokok pembahasan masalah kemudian disimpulkan menjadi satu rangkuman konsep yang telah terpilih, diteliti dan dipelajari.
4.
Konsep Perancangan
Merumuskan konsep
perancangan dengan menggunakan metode deskriptif untuk memperjelas kesimpulan yang satu dengan yang lain yang diwujudkan dalam bentuk konsep perancangan.
Hasil dan Pembahasan
A. Tata Guna Lahan
1.
Alternatif 1
Gambar 1
Tata Guna Lahan Alt. 1
Sumber : Analisa Penulis, 2013
2. Alternatif 2
Gambar 2
Tata Guna Lahan Alt. 2
Sumber : Analisa Penulis, 2013
3. Alternatif 3
Gambar 3
Tata Guna Lahan Alt. 3
Sumber : Analisa Penulis, 2013
B. Massa
Bangunan
1. Alternatif 1
Gambar 4
Massa Bangunan Alt. 1
Sumber : Analisa Penulis, 2013
2. Alternatif 2
Gambar 5
Massa Bangunan Alt. 2
Sumber : Analisa Penulis, 2013
3. Alternatif 3
Gambar 6
Massa Bangunan Alt. 3
Sumber : Analisa Penulis, 2013
C. Ruang
Terbuka
1. Plaza
Gambar 7
Ilustrasi Ruang Terbuka Aktif Alt. 1
Sumber
: Analisa Penulis, 2013
2. Amphitheater
Gambar 8
Ilustrasi Ruang Terbuka Aktif Alt.
2
Sumber : Analisa Penulis, 2013
3. Baruga / Pendopo
Gambar 9
Ilustrasi Ruang Terbuka Aktif Alt.
3
Sumber : Analisa Penulis, 2013
D. Sirkulasi dan Parkir
1. Alternatif 1
Gambar 10
Sirkulasi Dan Parkir Alt. 1
Sumber : Analisa Penulis, 2013
2. Alternatif 2
Gambar 11
Sirkulasi Dan Parkir Alt. 2
Sumber
: Analisa Penulis, 2013
3. Alternatif 3
Gambar 12
Sirkulasi Dan Parkir Alt. 3
Sumber : Analisa Penulis, 2013
4. Pola Parkir Kendaraan
a) Parkir 45o
Gambar 13
Pola Parkir Alt. 1
Sumber : Analisa Penulis, 2013
b) Parkir 60o
Gambar 14
Pola Parkir Alt. 2
Sumber : Analisa Penulis, 2013
c) Parkir 90o
Gambar 15
Pola Parkir Alt. 3
Sumber : Analisa Penulis, 2013
E. Pedestrian
Gambar 16
Detail Jalur Pejalan Kaki
Sumber : Analisa Penulis, 2013
F. Penandaan
1. Penandaan pada gerbang
Gambar 17
Penandaan Pada Gerbang
Sumber : Analisa Penulis, 2013
2. Papan identitas bangunan
Gambar 18
Papan Identitas Bangunan
Sumber : Analisa Penulis, 2013
3. Papan pengarah kendaraan
Gambar 19
Papan Pengarah Kendaraan
Sumber : Analisa Penulis, 2013
4. Media Periklanan
Gambar 20
Media Periklanan Pada Jalan
Sumber : Analisa Penulis, 2013
5. Peta untuk pejalan kaki
Gambar 21
Peta Untuk Pejalan Kaki
Sumber : Analisa Penulis, 2013
6. Papan pengarah pada parkiran
Gambar 22
Papan Pengarah Kendaraan Pada Parkiran
Sumber : Analisa Penulis, 2013
G. �Kegiatan Pendukung
Gambar 23
Bangku Taman
Sumber : Analisa Penulis, 2013
Gambar 23
Shelter Untuk Pedestrian
Sumber : Analisa Penulis, 2013
Gambar 24
Lampu Jalan Utama
Sumber : Analisa Penulis, 2013
Gambar 25
Lampu Pada Area Plaza
Sumber : Analisa Penulis, 2013
Gambar 26
Lampu Pada Taman
Sumber : Analisa Penulis, 2013
H. �Konservasi
Konservasi yang diadakan
pada objek rancang berupa pelestarian budaya dengan cara
mengadopsi analogi budaya setempat yang diungkapkan kedalam bentuk desain fisik
kawasan maupun bangunan.
1.
Penentuan Lokasi
Dalam menentukan
lokasi Kantor Dinas Pekerjaan
Umum Dan Penataan Ruang� harus
merupakan lokasi yang strategis dan mempunyai potensi yang dapat mendukung keberadaan dan kelangsungan wadah mengingat kedudukannya sebagai Kantor Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang.
Untuk Kantor Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang, lokasi sebaiknya berada pada daerah perkantoran, permukiman serta pendidikan hal ini sangat menunjang mengingat pemakai jasa untuk seluruhnya
dapat dilayani.
Gambar 27
Konsep Lokasi dan Analisa Lokasi
Untuk mendapatkan
lokasi yang tepat, maka dasar pertimbangannya
adalah sebagai berikut :
a. Sesuai dengan
Rencana Induk Kota /
Masterplan Kabupaten Bantaeng,
yaitu berada pada pelayanan jasa.
b. Kemudahan koordinasi,
integrasi, dan sinkronisasi
dengan Kantor Bupati, jajaran Kantor Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang� dan instansi vertikal lainnya
c. Dapat dijangkau
dengan transportasi kota
d. Luas lahan
yang cukup dan memungkinkan
pengembangan kantor
e. Adanya dukungan
terhadap kelancaran operasional dan keberadaannya yaitu jaringan utilitas drainase, listrik, telepon dan kelengkapan infrastruktur lainnya.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut maka lokasi yang sangat tepat dan mendukung untuk Kantor Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang� adalah :
1) Sesuai dengan
rencana induk kota dan rencana bagian wilayah Kabupaten Bantaeng, sebagai wilayah jasa pelayanan sosial.
2) Didukung oleh sarana
dan fasilitas kota, seperti tersedianya jaringan listrik, telepon dan utilitas lainnya
3) Hubungan transportasi
lancar, sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian bagi karyawan, pelanggan dan rekan kerja lainnya.
2.
Penentuan site
Dari lokasi
yang dipilih kemudian ditentukan letak site dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut :
a. Luas site cukup
untuk maksimal, dengan pertimbangan efisensi lahan, efisiensi struktural dan efisiensi pencapaian
b. Kondisi topografi
site
Gambar 28
Konsep Site Plan
c. Tersedia sarana
penunjang seperti :
1) Jaringan listrik
(PLN)
2) Jaringan komunikasi
telepon (Telkom)
3) Jaringan air bersih
(PAM)
4) Saluran drainase
(Saluran Riol Kota)
d. View cukup
baik
e. Dilalui oleh kendaraan
angkutan umum Berdasarkan kriteria-kriteria
yang disebutkan, maka site untuk bangunan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang� Kabupaten Bantaeng direncanakan pada lahan sekitar Jalan Kartini.
3.
Pengelolaan Site
Dasar pertimbangan terhadap Pengelolaan Site:
a) Luas areal lahan yang tersedia disesuaikan dengan kebutuhan
b) existing condition� lingkungan meliputi, menyangkut penyesuaian terhadap :
1) Jalur transportasi
Secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut
:
Gambar 29
Konsep analisa Jalur Transportasi
2) Kondisi lingkungan
termasuk gubahan massa yang ada Secara
lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 30
Konsep analisa Kebisingan
3) Lintasan matahari
dan arah angina
Secara lebih
jelas dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 31
Konsep analisa arah matahari
Secara lebih
jelas dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 32
Konsep Analisa Arah Agin
4) Garis sempadan
Penampilan bangunan
disesuaikan dengan :Fungsi bangunan
yang menuntut kesan formil (disiplin) sederhana dan bersifat terbuka. Secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut
:
Gambar 33
Konsep Bentuk Denah dan Pembangian Ruang
Kesimpulan
Perancangan penerapan kampung kreatif
seni dan desain model non arsitektur di Kabupaten Gowa harapan yang dihadirkan
sudah sesuai dengan faktor fungsi yang ada, bangunan telah dilengkapi dengan
sistem perancangan yang ideal, bangunan telah dilengkapi dengan berbagai
fasilitas serta sarana penenrangan yang memadai baik berbasis arsitektur modern
bercorak lokal, sehingga menambah khasanah corak bangunan berbasis akomodasi
segala kegiatan.
Andramatin. (2011). Indonesian
Architects. Imaji, Jakarta. Google Scholar �
Csikszentmihalyi,
Mihaly. (1997). Flow and the psychology of discovery and invention. HarperPerennial,
New York, 39. Google Scholar
David, Adler.
(1999). Metric Handbook Planning and Design Data. Ed: Reed Educational and
Professional Publishing Ltd. Google Scholar
Departemen
Agama, R. I. (2010). Al-Qur�an Tajwid dan terjemah. Bandung: CV Penerbit
Diponegoro. Google Scholar
Gazalba, Sidi.
(1977). Pandangan Islam tentang kesenian; Sidi Gazalba. Pustaka Antara,
Kuala Lumpur. Google Scholar
Ginnett, Robert
C., & Curphy, Gordon J. (1999). Leadership: Enhancing the lessons of
experience. McGraw-Hill Education. Google Scholar
Grondzik, Walter
T., & Kwok, Alison G. (2019). Mechanical and electrical equipment for
buildings. John wiley & sons. Google Scholar
Indonesia,
Departemen Perdagangan Republik. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia. Jakarta:
Kementerian Perdagangan RI. Google Scholar
Jones, R.
(2006). Seminar on the Creative Industries Development Krasnoyarsk. PACIFICSTREAM
Information CIC. Google Scholar
Munandar, Utami.
(1997). Mengembangkan Insiatif Dan Kreativitas Anak. Psikologika: Jurnal
Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 2(2), 31�42. Google Scholar
Nashori, Fuat
Nashori, Mucharam, Rachmy Diana, & Ru�iya, Sutipyo. (2002). Mengembangkan
kreativitas dalam perspektif psikologi Islam. Menara Kudus. Google Scholar
Nasional, Ujian,
& oleh Undang-undang, Dilindungi. (2008). bahasa indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Google Scholar
Neufert, Ernest.
(1980). Architect�s Data Second (International) English Edition. Collins,
London. Google Scholar
Nugroho, Agung
Cahyo. (2009). Kampung kota sebagai sebuah titik tolak dalam membentuk
urbanitas dan ruang kota berkelanjutan. Rekayasa: Jurnal Ilmiah Fakultas
Teknik Universitas Lampung, 13(3), 210�218. Google Scholar
Pustaka, Balai.
(1994). Ensiklopedi Nasional, Jilid VII. PT. Cipta Adi Pustaka, Jakarta.
Google Scholar
Safanayong,
Yongky. (2006). Desain-desain komunikasi, komunikasi visual: visual terpadu.
Arte Intermedia. Google Scholar
Shihab, M.
Quraish. (2002). Tafsir al-misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2. Google Scholar
Shirvani, Hamid.
(1985). The urban design process. Van Nostrand Reinhold Company. Google Scholar
Simatupang, T M.
(2007). Gelombang ekonomi kreatif. Pikiran Rakyat, 1, 20. Google Scholar
Simatupang,
Togar Mangihut. (n.d.). Recommended Tools. Google Scholar
Sony Kartika,
Dharsono. (2007). Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains. Google Scholar
Statistik, Badan
Pusat. (2010). Kabupaten Maros Dalam Angka. Maros: BPS. Google Scholar
Sternberg,
Robert J. (1999). Handbook of creativity. Cambridge University Press. Google Scholar
Tolstoy, Leo.
(1930). What is art?: and essays on art/by Tolstoy, translated by Aylmer
Maude Oxford University Press London. Google Scholar
Copyright holder: Armi Indrayuni,
Andi Zulfikar Aliuddin (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |