Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 3 Maret 2022�����������������������������������������������������������������

 

PENERAPAN ASPEK NON-ARSITEKTURAL DALAM PERANCANGAN KAMPUNG KREATIF SENI DAN DESAIN GRAFIS DI KABUPATEN GOWA

 

Armi Indrayuni, Andi Zulfikar Aliuddin

Universitas Pepabri Makassar, Indonesia

Email[email protected], [email protected]

 

Abstrak

Perancangan penerapan kampung kreatif seni dan desain model non arsitektur di Kabupaten Gowa harapan yang dihadirkan sudah sesuai dengan faktor fungsi yang ada, engumpulan  data  dengan cara observasi dari wawancara dan kemudian dianalisis dengan menggunakan landasan teori yang terkait, baik secara arsitektural maupun non arsitekturalBangunan telah dilengkapi dengan sistem perancangan yang ideal, bangunan telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas serta sarana penenrangan yang memadai baik berbasis arsitektur modern bercorak lokal, sehingga menambah khasanah corak bangunan berbasis akomodasi segala kegiatan. Perancangan ini diharapkan mampu memberikan solusi sebagai upaya membantu pemerintah Kaupaten Gowa untuk meningkatkan kreatifitas para pemuda serta mampu mengatasi permasalahan kreatifitas masyarakat.

 

Kata Kunci: perancangan; non-arsitektur; seni dan desain grafis

 

Abstract

The design of the application of creative arts villages and non-architectural model designs in Gowa Regency, the expectations presented are in accordance with the existing function factors, data collection by observation from interviews and then analyzed using related theoretical foundations, both architecturally and non-architecturally. The building has been equipped with an ideal design system, the building has been equipped with various facilities and adequate lighting facilities both based on local-style modern architecture, thus adding to the repertoire of building styles based on accommodation for all activities. This design is expected to be able to provide a solution as an effort to help the Gowa County government to increase the creativity of the youth and be able to overcome the problems of community creativity.

 

Keywords: design; non-architecture; art and graphic design

 

Pendahuluan

Industri kreatif saat ini berkembang sangat pesat. Sebelumnya industri kreatif sangat dihargai hanya di negara-negara maju. Namun saat ini industri kreatif sudah mulai sangat diperhatikan dan dihargai di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Industri kreatif ini dapat memberikan kontribusi di beberapa aspek kehidupan, tidak hanya ditinjau dari sudut pandang ekonomi semata, tetapi juga dapat memberikan dampak positif kepada aspek lainnya seperti peningkatan citra dan identitas bangsa, menumbuhkan inovasi dan kreativitas anak bangsa, merupakan industri yang menggunakan sumber daya yang terbarukan, serta dampak sosial yang positif.

Ditinjau dari segi ekonomi, industri kreatif mempunyai kontribusi dalam produk domestik bruto, menciptakan lapangan pekerjaan, dannilai ekspor.

 

Tabel 1

Profil Kontribusi Industri Kreatif di beberapa Negara di Dunia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


����� Sumber : Departemen Perdagangan Republik Indonesia

 

Tabel 2

Profil Statistik Ekonomi Industri Kreatif Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Studi Pemetaan Industri Kreatif Indonesia, Departemen Perdagangan ��Republik Indonesia, 2021 (Diolah dari data BPS dan sumber data lainnya)

 

Ditinjau dari segi citra dan identitas negara, industri kreatif dapat memberikan peran yang sangat luas dalam memperbaiki citra pariwisata nasional. Dengan kemampuan mengangkatwarisan budaya lokal dalam konteks yang baru diharapkan wisatawan asing akan mendapatkan pengalaman baru (new experience) yang dapat dibawa pulang ke negaranya dan disebarkan dari mulut ke mulut. Pengalaman baru tersebut dapat diciptakan dari sisi arsitektur perhotelan, tata kota, variasi kuliner, cinderamata, seni pertunjukan, musik dan film.

Ditinjau dari aspek inovasi dan kreatifitas, industri kreatif adalah penghasilcreative capital. Dengan merangsang industrikreatif di Indonesia, industry industri lokal bisa mengurangi ketergantungan industri manufaktur dalam hal pembayaran lisensi-lisensi terhadap produk asing.

Industri kreatif sebagai sumber daya yang terbarukan adalah industri yang mengandalkan talenta, keterampilan dan kreativitas. Kreativitas adalah elemen dasarindividu. Sehingga potensi kreatif terdapat pada semua orang, semua orang memiliki modal dasar yang sama dan gratis pemberian Sang Pencipta. Dengan pembangunan yang berbasis pada sumber daya insani, maka turut serta dalam upaya pembangunan kapasitas sumber daya insani Indonesia (capacity building).

Dampak sosial industri kreatif adalah meningkatkan kualitas hidup karena adanya daya saing produk, adanya konsentrasi pekerja kreatif yang tinggi sehingga kota-kota mempunyai dinamika dengan tingkat toleransi sosial yangtinggi. Toleransi sosial merupakan faktor utama untuk menciptakan iklim kreatif yang dapat menarik pekerja kreatif untuk tinggal dan berkreasi. Kota yang memiliki iklim kreatif, umumnyalebih hidup dan ekonominya berjalan dengan cepat. Hal ini disebabkan olehkonsentrasi pekerja kreatifyangtelah menarik minat perusahaan-perusahaan untuk mendirikan usahanya disana, dan pada akhirnya membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar.

Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual. Industri kreatif ini bersumber dari ide, seni dan teknologi yang dikelola untuk menciptakan kemakmuran (Simatupang, 2007).

Industri kreatif ini tidak terbatas pada satu jenis produk tertentu, ruang lingkupnya sangat luas dan beragam. Berdasarkan klasifikasi pemetaan industri kreatif di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 14 subsektor industri kreatif.

Base studyklasifikasi industri kreatif Indonesia ini mengacu pada studi pemetaan industri kreatif yang dilakukan oleh DCMS (Department for Culture, Media, and Sport) Inggris, yang disesuikan denganKBLI (Klasifikasi BakuLapangan Usaha Indonesia) tahun 2005. Ke-14 subsektor tersebut adalah: Periklanan, Arsitektur, Pasar dan barang seni, Kerajinan, Desain, Fesyen, Sinematografi (Film, Video, Fotografi), Permainan Interaktif, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan & Percetakan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Televisi dan Radio, Riset & Pengembangan.

Industri kreatif tidak terlepas dari peranan individual maupun komunitas kreatif itu sendiri. Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang berkembang pesat dalam industri kreatif, hal ini dapat dilihat dari banyaknya komunitas kreatif yang bermunculan di berbagai daerah, utamanya di Makassar hingga Kabupaten Gowa. Beberapa diantaranya dinaungi oleh instansi pendidikan, selebihnya berdiri secara independen. Beberapa komunitas kreatif yang ada di Makassar, antara lain DKV UNM, Himasera UNM, Sanggar Seni Talas, Komunitas Industri Clothing Kreatif (KICK), Komunitas Penyanyi Jalanan (KPJ), Komunitas Band Indie, Komunitas Lubang Jarum, Komunitas Gelap Terang, Komunitas Graffity, Urban Art Designer, WPAP, Indonesia�s Sketchers, Hijabers Makassar, dan masih banyak lagi. Sedangkan komunitas kreatif yangada di Kabupaten Gowa, antara lain UKM Seni Budaya eSA, Sanggar Seni Nritta Dewi, Sanggar Seni Tari Katangka, Sanggar Seni Syekh Yusuf, Kasumba Art, Komunitas Paraga, Sanggar Seni Batara Gowa, Makassar Jazz Etnovision, Rumah Kreatif Hijau Hitam, Ruank, Infinity 8, Butayaru Makassart, Pixel, dan masih banyak lagi komunitas kreatif lainnya (Observasi Penulis).

Banyaknya komunitas kreatif tersebut membuat Sulawesi Selatan dikenal sebagai daerah seni budaya dimata dunia, namun aktivitas dari komunitas-komunitas kreatif ini masih banyak yang terhambat dan tidak tereksploitasi karena kurangnya wadah yang mampu menaungi aktivitas kreatif dari komunitas itu sendiri (Riri Riza, 2010).

Kampung adalah ciri kehidupan bermukim yang dapat dianggap sebagai tatanan permukiman tradisional sebelum masuknya perencanaan permukiman modern khususnya di Indonesia. Tipologi permukiman ini merupakan akar dari pertumbuhan kota-kota di Indonesia karena kampung pada dasarnya merupakan embrio pertumbuhan, sehingga penataan suatu kawasan kota perlu memperhatikan eksistensi kampung ini sebagaititik tolak penataan. Kampung dapat menjadi sumber peradaban, kreativitas maupun budaya kota karena kondisi dan keterbatasan yang ada (Nugroho, 2009).

Lokalitas yang terkandung pada tatanan kampung akan memberi karakter bagi pembentukan semangat urbanisme baru yang sesuai dengan karakter masyarakat, berakar pada ideologi bermukim yang berkelanjutan. Dengan menggalipotensi sosial, ekonomimaupun budaya dan karakter bermukim di kampung, maka akan menjadi dasar bagi pembentukan paradigma baru perancangan permukiman di Indonesia menuju pada pembentukan urbanitas dan ruang kota yang lebih berkualitas. Perwujudan urbanitas dan ruang kota yang berkelanjutan dapat dicapai dengan rumusan prinsip-prinsip yang dapat menjadi dasar, bertolak pada eksistensi kampung kota sebagai tempat bermukim masyarakat kota (Nugroho, 2009).

Kampung kreatif merupakan inovasi yang menjadi korelasi antara orientasi pembekalan keterampilan kerja, kreatifitas dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni dan keterampilan lainnya sebagai wadah lingkungan sosial serta menjadi sebuah tempat bagi penduduk lokal, humanis dan seniman untuk berinteraksi dan melestarikan seni dan budaya setempat (Andramatin, 2011).

Kampung Kreatif yang menjadi objek rancang merupakan sebuah kawasan yang mewadahi inisiatif maupun kegiatan-kegiatan pengembangan potensi individu maupun komunitas baik berupa produk, sistem, maupun inovasi khususnya dibidang seni dan desain grafis di Kabupaten Gowa.

Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya gagasan untuk merancang Kampung Kreatif ini didasarkan pada visi dan misi Pemerintah Kabupaten Gowa, yaitu Kabupaten Gowa dengan segala potensi dan keunggulannya bercita-cita menempatkan diri sebagai daerah yang handal dalam peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Kondisi tersebut akan didukung oleh upaya mewujudkan masyarakat yang bermoral, beretika dan berbudaya dalam suasana bermasyarakat, membangun prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki, menerapkan nilai-nilai modern dalam meningkatkan harkat dan martabat masyarakat, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup.

 

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam konsep perancangan Kampung Kreatif Seni dan Desain Grafis di Kabupaten Gowa, antara lain :

1.   Pengupulan Data

a.   Observasi Literatur

Yaitu mengambil dari beberapa sumber, antara lain : Pemerintah Daerah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, BPS, asosiasi/komunitas-komunitas kreatif seni dan desain, dan buku-buku yang bisa menjawab permasalahan dengan pemecahan yang mendasar.

b.   Wawancara/Interview

Yaitu mengutip beberapa kalimat dari orang-orang tertentu yang menunjang pemecahan masalah.

c.   Survey Lapangan

Yaitu dengan melihat langsung bagaimana existing kawasan dan lingkungannya.

2.   Analisis

Yaitu dengan cara menganalisis data-data fisik dan non-fisik yang diperlukan untuk dijadikan pertimbangan dalam mendesain yang berdasarkan standar-standar/literatur yang sudah ada.

3.   Sintesa

Dengan melakukan review pokok pembahasan masalah kemudian disimpulkan menjadi satu rangkuman konsep yang telah terpilih, diteliti dan dipelajari.

4.   Konsep Perancangan

Merumuskan konsep perancangan dengan menggunakan metode deskriptif untuk memperjelas kesimpulan yang satu dengan yang lain yang diwujudkan dalam bentuk konsep perancangan.

 

 

 

 

 

 

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Tata Guna Lahan

1.   Alternatif 1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1

Tata Guna Lahan Alt. 1

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

2.   Alternatif 2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 2

Tata Guna Lahan Alt. 2

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

 

 

 

 

 

 

3.   Alternatif 3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3

Tata Guna Lahan Alt. 3

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

B.  Massa Bangunan

1.   Alternatif 1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 4

Massa Bangunan Alt. 1

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

 

 

 

 

 

 

2.   Alternatif 2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 5

Massa Bangunan Alt. 2

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

3.   Alternatif 3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 6

Massa Bangunan Alt. 3

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

 

 

 

C.  Ruang Terbuka

1.   Plaza

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7

Ilustrasi Ruang Terbuka Aktif Alt. 1

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

 

 

2.   Amphitheater

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 8

Ilustrasi Ruang Terbuka Aktif Alt. 2

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.   Baruga / Pendopo

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 9

Ilustrasi Ruang Terbuka Aktif Alt. 3

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

D.  Sirkulasi dan Parkir

1.   Alternatif 1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 10

Sirkulasi Dan Parkir Alt. 1

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.   Alternatif 2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 11

Sirkulasi Dan Parkir Alt. 2

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

3.   Alternatif 3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 12

Sirkulasi Dan Parkir Alt. 3

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.   Pola Parkir Kendaraan

a)   Parkir 45o

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 13

Pola Parkir Alt. 1

Sumber : Analisa Penulis, 2013

b)  Parkir 60o

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 14

Pola Parkir Alt. 2

Sumber : Analisa Penulis, 2013

c)   Parkir 90o

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 15

Pola Parkir Alt. 3

Sumber : Analisa Penulis, 2013

E.  Pedestrian

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 16

Detail Jalur Pejalan Kaki

Sumber : Analisa Penulis, 2013

F.  Penandaan

1.   Penandaan pada gerbang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 17

Penandaan Pada Gerbang

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

2.   Papan identitas bangunan

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 18

Papan Identitas Bangunan

Sumber : Analisa Penulis, 2013

3.   Papan pengarah kendaraan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 19

Papan Pengarah Kendaraan

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

4.   Media Periklanan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 20

Media Periklanan Pada Jalan

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.   Peta untuk pejalan kaki

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 21

Peta Untuk Pejalan Kaki

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

6.   Papan pengarah pada parkiran

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 22

Papan Pengarah Kendaraan Pada Parkiran

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

G. Kegiatan Pendukung

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 23

Bangku Taman

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 23

Shelter Untuk Pedestrian

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 24

Lampu Jalan Utama

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 25

Lampu Pada Area Plaza

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 26

Lampu Pada Taman

Sumber : Analisa Penulis, 2013

 

 

H. Konservasi

Konservasi yang diadakan pada objek rancang berupa pelestarian budaya dengan cara mengadopsi analogi budaya setempat yang diungkapkan kedalam bentuk desain fisik kawasan maupun bangunan.

1.   Penentuan Lokasi

Dalam menentukan lokasi Kantor Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruangharus merupakan lokasi yang strategis dan mempunyai potensi yang dapat mendukung keberadaan dan kelangsungan wadah mengingat kedudukannya sebagai Kantor Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang.

Untuk Kantor Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang, lokasi sebaiknya berada pada daerah perkantoran, permukiman serta pendidikan hal ini sangat menunjang mengingat pemakai jasa untuk seluruhnya dapat dilayani.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 27

Konsep Lokasi dan Analisa Lokasi

 

Untuk mendapatkan lokasi yang tepat, maka dasar pertimbangannya adalah sebagai berikut :

a.   Sesuai dengan Rencana Induk Kota / Masterplan Kabupaten Bantaeng, yaitu berada pada pelayanan jasa.

b.   Kemudahan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dengan Kantor Bupati, jajaran Kantor Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruangdan instansi vertikal lainnya

c.   Dapat dijangkau dengan transportasi kota

d.   Luas lahan yang cukup dan memungkinkan pengembangan kantor

e.   Adanya dukungan terhadap kelancaran operasional dan keberadaannya yaitu jaringan utilitas drainase, listrik, telepon dan kelengkapan infrastruktur lainnya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka lokasi yang sangat tepat dan mendukung untuk Kantor Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruangadalah :

1)  Sesuai dengan rencana induk kota dan rencana bagian wilayah Kabupaten Bantaeng, sebagai wilayah jasa pelayanan sosial.

2)  Didukung oleh sarana dan fasilitas kota, seperti tersedianya jaringan listrik, telepon dan utilitas lainnya

3)  Hubungan transportasi lancar, sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian bagi karyawan, pelanggan dan rekan kerja lainnya.

2.   Penentuan site

Dari lokasi yang dipilih kemudian ditentukan letak site dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

a.   Luas site cukup untuk maksimal, dengan pertimbangan efisensi lahan, efisiensi struktural dan efisiensi pencapaian

b.   Kondisi topografi site

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 28

Konsep Site Plan

c.   Tersedia sarana penunjang seperti :

1)  Jaringan listrik (PLN)

2)  Jaringan komunikasi telepon (Telkom)

3)  Jaringan air bersih (PAM)

4)  Saluran drainase (Saluran Riol Kota)

d.   View cukup baik

e.   Dilalui oleh kendaraan angkutan umum Berdasarkan kriteria-kriteria yang disebutkan, maka site untuk bangunan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan RuangKabupaten Bantaeng direncanakan pada lahan sekitar Jalan Kartini.

3.   Pengelolaan Site

Dasar pertimbangan terhadap Pengelolaan Site:

a)  Luas areal lahan yang tersedia disesuaikan dengan kebutuhan

b)  existing conditionlingkungan meliputi, menyangkut penyesuaian terhadap :

1)  Jalur transportasi

Secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 29

Konsep analisa Jalur Transportasi

 

 

 

2)  Kondisi lingkungan termasuk gubahan massa yang ada Secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 30

Konsep analisa Kebisingan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3)  Lintasan matahari dan arah angina

Secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 31

Konsep analisa arah matahari

 

Secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 32

Konsep Analisa Arah Agin

4)  Garis sempadan

Penampilan bangunan disesuaikan dengan :Fungsi bangunan yang menuntut kesan formil (disiplin) sederhana dan bersifat terbuka. Secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 33

Konsep Bentuk Denah dan Pembangian Ruang

 

Kesimpulan

Perancangan penerapan kampung kreatif seni dan desain model non arsitektur di Kabupaten Gowa harapan yang dihadirkan sudah sesuai dengan faktor fungsi yang ada, bangunan telah dilengkapi dengan sistem perancangan yang ideal, bangunan telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas serta sarana penenrangan yang memadai baik berbasis arsitektur modern bercorak lokal, sehingga menambah khasanah corak bangunan berbasis akomodasi segala kegiatan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Andramatin. (2011). Indonesian Architects. Imaji, Jakarta. Google Scholar

Csikszentmihalyi, Mihaly. (1997). Flow and the psychology of discovery and invention. HarperPerennial, New York, 39. Google Scholar

David, Adler. (1999). Metric Handbook Planning and Design Data. Ed: Reed Educational and Professional Publishing Ltd. Google Scholar

Departemen Agama, R. I. (2010). Al-Qur�an Tajwid dan terjemah. Bandung: CV Penerbit Diponegoro. Google Scholar

Gazalba, Sidi. (1977). Pandangan Islam tentang kesenian; Sidi Gazalba. Pustaka Antara, Kuala Lumpur. Google Scholar

Ginnett, Robert C., & Curphy, Gordon J. (1999). Leadership: Enhancing the lessons of experience. McGraw-Hill Education. Google Scholar

Grondzik, Walter T., & Kwok, Alison G. (2019). Mechanical and electrical equipment for buildings. John wiley & sons. Google Scholar

Indonesia, Departemen Perdagangan Republik. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia. Jakarta: Kementerian Perdagangan RI. Google Scholar

Jones, R. (2006). Seminar on the Creative Industries Development Krasnoyarsk. PACIFICSTREAM Information CIC. Google Scholar

Munandar, Utami. (1997). Mengembangkan Insiatif Dan Kreativitas Anak. Psikologika: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 2(2), 31�42. Google Scholar

Nashori, Fuat Nashori, Mucharam, Rachmy Diana, & Ru�iya, Sutipyo. (2002). Mengembangkan kreativitas dalam perspektif psikologi Islam. Menara Kudus. Google Scholar

Nasional, Ujian, & oleh Undang-undang, Dilindungi. (2008). bahasa indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Google Scholar

Neufert, Ernest. (1980). Architect�s Data Second (International) English Edition. Collins, London. Google Scholar

Nugroho, Agung Cahyo. (2009). Kampung kota sebagai sebuah titik tolak dalam membentuk urbanitas dan ruang kota berkelanjutan. Rekayasa: Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik Universitas Lampung, 13(3), 210�218. Google Scholar

Pustaka, Balai. (1994). Ensiklopedi Nasional, Jilid VII. PT. Cipta Adi Pustaka, Jakarta. Google Scholar

Safanayong, Yongky. (2006). Desain-desain komunikasi, komunikasi visual: visual terpadu. Arte Intermedia. Google Scholar

Shihab, M. Quraish. (2002). Tafsir al-misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2. Google Scholar

Shirvani, Hamid. (1985). The urban design process. Van Nostrand Reinhold Company. Google Scholar

Simatupang, T M. (2007). Gelombang ekonomi kreatif. Pikiran Rakyat, 1, 20. Google Scholar

Simatupang, Togar Mangihut. (n.d.). Recommended Tools. Google Scholar

Sony Kartika, Dharsono. (2007). Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains. Google Scholar

Statistik, Badan Pusat. (2010). Kabupaten Maros Dalam Angka. Maros: BPS. Google Scholar

Sternberg, Robert J. (1999). Handbook of creativity. Cambridge University Press. Google Scholar

Tolstoy, Leo. (1930). What is art?: and essays on art/by Tolstoy, translated by Aylmer Maude Oxford University Press London. Google Scholar

 

Copyright holder:

Armi Indrayuni, Andi Zulfikar Aliuddin (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: