Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 3 Maret 2022
STRUKTUR BANGUNAN KLINIK
SAGA DI MAKASSAR
Andi
Zulfikar Aliuddin, Armi Indrayuni
Universitas Pepabri Makassar, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Klinik Saga di Kota
Makassar memiliki struktur bangunan. Klinik merupakan
salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dengan standar yang cukup baik. Klinik
merupakan salah satu sarana kesehatan terkecil yang harus disediakan oleh suatu kota atau daerah
sebelum adanya puskesmas dan rumah sakit. Klinik juga dapat memberikan pelayanan pengobatan rawat jalan pada malam hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan balok,
pada balok anak melintang menggunakan profil WF. 125.60.6.8. Pada balok
anak memanjang 3 AB menggunakan profil WF
300.200.9.14 dan balok anak
memanjang 3 BC menggunakan profil WF 340.250.9.14. Pada balok
induk melintang menggunakan profil WF
506.201.11.19, untuk balok induk memanjang menggunakan profil WF
300.150.6,5.9, serta tebal
plat lantai adalah 100 mm. Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa struktur ini stabil dan aman, baik yang dihasilkan
oleh bangunan itu sendiri maupun yang di hasilkan oleh alam seperti angin, gempa, iklim.
Kata Kunci: struktur bangunan; klinik; kota makassar
Abstract
Saga Clinic in Makassar
City has a building structure. The clinic is one of the health service
facilities with a fairly good standard. Clinic is one of the smallest health
facilities that must be provided by a city or region before the existence of puskesmas and hospitals. The clinic can also provide
outpatient treatment services at night. The results showed that the beam
design, in the transverse beam, used the WF profile. 125.60.6.8. In the
longitudinal child beam 3 AB using the WF 300.2000.9.14 profile and the 3 BC
elongated child beam using the WF 340.250.9.14 profile. For transverse main
beams using a WF 506.201.11.19 profile, for longitudinal main beams using a WF
300.150.6.5.9 profile, and the thickness of the floor slab is 100 mm. Based on
the calculations, it can be concluded that this structure is stable and safe,
both generated by the building itself and those generated by nature such as
wind, earthquake, climate.
Keywords: �building
structure; clinic; makassar city
Pendahuluan
Perencanaan struktur
adalah bertujuan untuk menghasilkan suatu struktur yang stabil, kuat, awet
dan memenuhi tujuan-tujuan seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. Suatu Struktur disebut stabil bila ia tidak
mudah terguling, miring atau tergeser selama
umur bangunan yang direncanakan. Pada struktur bangunan atas, kolom merupakan komponen struktur yang paling penting untuk diperhatikan,
karena apabila kolom ini mengalami
kegagalan, maka dapat berakibat keruntuhan struktur bengunan atas dari
gedung secara keseluruhan (Asroni,A., 2008). Suatu struktur bisa dikatakan
sebagai sarana untuk menyalurkan beban dan akibat penggunaannya dan atau kehadiran bangunan di dalam tanah (Scodek.,
1998).
Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam perencanaan struktur bangunan bertingkat tinggi adalah kekuatan struktur bangunan dimana faktor ini
sangat terkait dengan keamanan dan ketahanan bangunan dalam menahan dan menampung beban yang bekerja pada struktur. Oleh karena itu dalam perencanaan
gedung bertingkat tinggi harus direncanakan
dan didesain sedemikian rupa agar dapat digunakan sebaik-baiknya, nyaman dan aman terhadap bahaya gempa bagi pemakai.
Berdasarkan pertimbangan
yang telah dikemukakan di atas, maka pada Tugas Akhir ini saya merencanakan gedung Hotel 4 lantai (+1 basement)
di wilayah gempa 4 dengan menggunakan prinsip daktilitas parsial yang direncanakan aman terhadap kemungkinan gempa yang terjadi.
Metode Penelitian
Metode pembahasan
menggunakan metode deskriptif dan analitis, di mana dilakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi literatur, kemudian dianalisa dan di sintesa dengan mengidentifikasikan unsur yang menunjang, mengelompokkan dan mengaitkan antara permasalahan dan untuk ditransformasikan ke dalam konsep
perencanaan dalam mendapatkan hasil yang maksimal dalam bentuk perencanaan fisik bangunan sesuai dengan tujuan.
Hasil dan Pembahasan
A. Fungsi Dan Persyaratan Struktur
1) Fungsi Struktur
Struktur adalah
komponen penting dalam sebuah bangunan.
Dalam sebuah bangunan, struktur dibagi menjadi tiga bagian dan memiliki fungsinya masing-
masing. Adapu fungsi struktur secara garis besar menurut (sutrisno 1985) dibagi menjadi dua yaitu:
1) Untuk melindungi
suatu ruang terhadap iklim dan bahaya-bahaya yang ditimbulkan
oleh alam
2) Menampung beban
yang bereaksi terhadap bangunan dan menyalurkan ke tanah
2) Persyaratan Struktur
Adapun syarat-syarat
struktur suatu bangunan secara garis besar dibagi atas
3 macam yaitu :
1) Syarat pertama adalah kekakuan. Suatu struktur
harus memiliki kekakuan yang cukup sehingga pergerakkannya dapat dibatasi. Kekakuan struktur dapat diukur dari
besarnya simpangan antar lantai drift) bangunan, semakin kecil simpangan struktur maka bangunan
tersebut akan semakin kaku (Smith
dan Coull, 1991). Ada perbedaan
antara displacement dan drift, displacement adalah simpangan suatu lantai di ukur dari dasar
lantai sedangkan drift adalah simpangan suatu lantai di ukur dari dasar
lantai di bawahnya. Kekakuan bahan itu sendiri dipengaruhi
oleh modulus elastisitas bahan
dan ukuran elemen tersebut. Dan modulus elastisitas
berbanding lurus dengan kekuatan bahan, maka semakin
kuat bahan maka bahan tersebut
juga semakin kaku. Namun bahan yang terlalu kaku bisa
menjadi getas (patah seketika). Bagaimana cara menghitung drift? Saya rasa setiap universitas pasti mengajarkan hal ini dan banyak buku yang membahas hal ini seperti
Alan Williams, ph.d.,S.E.,C.Eng.
dalam bukunya yang berjudul Structural Analysis,in
theory and practise memberi
contoh bagaimana cara menghitung displacement suatu rangka kaku
sederhana (rigid frames). SNI 1726
pasal 8.1.2 mensyaratkan simpangan antar tingkat yang terjadi tidak boleh
melampaui 0,03/R kali tinggi tingkat yang bersangkutan namun atau 30 mm,
bergantung mana yang lebih kecil, untuk memenuhi kinerja batas layan struktur
gedung (Δs). SNI 1726 menetapkan ini untuk membatasi terjadinya
pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah
kerusakan non struktural dan ketidaknyamanan penghuni. Selain kinerja batas
layan, SNI 1726 juga menetapkan kinerja batas ultimit (Δm) pada pasal
8.2.1, dimana simpangan antar tingkat tidak boleh melampuai 0,02 kali tinggi
lantai yang bersangkutan dan Δm = (zeta) x R x
Δs. Hal ini diperlukan untuk membatasi kemungkinan terjadinya
keruntuhan struktur yang akan membawa korban jiwa manusia (Purwono et al, 77).
2) Syarat yang kedua adalah kekuatan. Syarat kekuatan
ini mencakup seluruh elemen struktur, baik pelat, kolom, balok,
dan shearwall. Cara mengeceknya
pun sesuai dengan perilaku elemen-elemen tersebut. Misalnya kolom, cari terlebih
dahulu diagram interaksi
dan tentukan dimana titik Pu,Mu
maksimum pada diagram interaksi
tersebut, jika titik tersebut berada di luar dan di bawah keadaan balance, maka terjadi kegagalan
tarik. Jika berada di luar sebelah atas
keadaan balance maka terjadi kegagalan tekan. Sedangkan pada balok dan pelat, di cek dengan mengukur
kemampuan balok dengan ukuran dan tulangan terpasang kemudian bandingkan dengan momen yang terjadi. Bila momen
kapasitas balok di atas momen yang terjadi di lapangan, baik itu tekan
maupun tarik, maka balok dan pelat tersebut aman. Sedangkan pada shearwall, ada beberapa pakar yang mengasumsikan shearwall sebagai kolom pendek
karena itu pengecekannya pun sama dengan kolom, yaitu
dengan mencari diagram interaksi tersebut.
Pemeriksaan Kekuatan Kolom
Pemeriksaan Kekuatan Balok
3) Syarat yang ketiga adalah kestabilan. Konsep
pemeriksaan kestabilan ini dikemukakan oleh Mac Gregor dalam bukunya yang berjudul Reinforced Concrete, Mecjanics
and Design pada tahun 1997. Dalam
bukunya tersebut beliau mengemukakan konsep kestabilan struktur seperti sebuah bola yang berada pada suatu tempat dengan
keadaan tertentu.
Pada gambar
pertama di atas, keadaan a menunjukkan keadaan yang stabil, yang berarti bahwa walaupun
bola dapat bergerak namun tetap dapat
kembali pada keadaan semula. Sedangkan keadaan b menunjukkan keadaan yang kurang stabil karena ketika
bola tersebut bergerak ,belum tentu
bola tersebut akan kembali pada keadaan semula, sedangkan keadaan c menunjukkan keadaan yang tidak stabil, dimana bila sedikit saja
bola terkena gaya dan bergerak maka bola tersebut akan langsung
jatuh. Konsep ini dapat diterapkan
pada kolom atau shearwall yang merupakan struktur utama penopang gedung. Kolom atau shearwall tersebut dapat mengalami tekuk atau buckling, keadaannya pun berbeda-beda, namun jika kolom atau
shearwall tersebut dapat kembali pada keadaan semula maka kolom atau
shearwall tersebut dapat dikatakan stabil. Lalu bagaimana suatu kolom atau
shearwall dapat kembali pada keadaan semula setelah mengalami tekuk? Hal ini juga telah di jabarkan oleh MacGregor dalam buku yang sama, bahwa kolom beton
bertulang mempunyai daya untuk menahan
gaya (tekan) yang menyebabkan tekuk, berbeda dengan kekuatan, karena gaya yang menyebabkan tekuk bergantung pada panjang kolom bukan
hanya ukuran kolom. Sehingga faktor yang mempengaruhi daya kestabilan itu adalah EI (modulus elastisitas dan momen inersia) dan h (panjang kolom), dan rumusnya adalah: Jika Pu maksimum yang terjadi pada kolom kuran dari Pc kolom
tersebut maka dapat dikatakan bahwa kolom tersebut
stabil dan sebaliknya jika Pu maksimum melebihi Pc kolom tersebut maka kolom
tersebut dapat dikatakan kurang stabil.
B. BagianStruktur
1.
Sub Struktur
(Struktur Bawah)
Sub struktur
atau struktur bawah adalah bagian
struktur yang berada dibawah permukaan tanah yang berfungsi menerima beban yang di hasilkan bangunan dan menyalurkannya ke tanah.
a. Pondasi
Pengertian umum
untuk Pondasi adalah Struktur bagian bawah bangunan
yang berhubungan langsung dengan tanah, atau
bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian
bangunan lainnya di atasnya. Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin
kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri, beban - beban bangunan (beban isi bangunan),
gaya-gaya luar seperti: tekanan angin,gempa bumi,
dan lain-lain. Disamping itu,
tidak boleh terjadi penurunan level melebihi batas yang diijinkan.
Agar kegagalan
fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan
harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras, padat,
dan kuat mendukung beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan. Pondasi merupakan bagian struktur dari bangunan yang sangat penting, karena fungsinya adalah menopang bangunan diatasnya, maka proses pembangunannya harus memenuhi persyaratan utama sebagai berikut:
1. Cukup kuat
menahan muatan geser akibat muatan
tegak ke bawah.
2. Dapat menyesuaikan
pergerakan tanah yang tidak stabil (tanah
gerak)
3. Tahan terhadap
pengaruh perubahan cuaca
4. Tahan terhadap
pengaruh bahan kimia Jenis-jenis struktur bawah (Pondasi)
Secara umum
jenis-jenis struktur bawah (pondasi) dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pondasi
dangkal, sumuran, dan pondasi dalam.
1. Pondasi dangkal
Yang dimaksud
pondasi dangkal adalah apabila kedalaman alas pondasi (Df) dibagi lebar
terkecil alas pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B < 4). Jenis pondasi ini digunakan.
apabila letak tanah baik (kapasitas
dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2) relatif dangkal (0,6-2,0 m)
2. Pondasi dalam
Apabila lapisan
atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah yang keras yang dalam maka dibuat
pondasi tiang pancang yang dimasukkan ke dalam sehinggamencapai
tanah keras (Df/B >10 m), tiang-tiang tersebut disatukan oleh poer/pile cap.
Struktur bawah
bangunan pondasi terdiri dari pondasi
dan tanah pendukung pondasi. Pondasi berfungsi untuk mendukung seluruh beban bangunan dan meneruskan beban bangunan tersebut kedalam tanah dibawahnya.
Suatu sistem pondasi harus dapat
menjamin, harus mampu mendukung beban bangunan diatasnya, termasuk gaya-gaya luar seperi gaya angin,
gempa, dll. Untuk itu pondasi
haruslah kuat, stabil, aman, agar tidak mengalami penurunan, tidak mengalami patah, karena akan sulit
untuk memperbaiki suatu sistem pondasi.
Akibat penurunan
atau patahnya pondasi, maka akan
terjadi :
1) Kerusakan pada dinding,
retak-retak, miring dan lain �lain
2) Lantai pecah,
retak, bergelombang
3) Penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain
Suatu sistem
pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan
sebagian atau seluruhnya melebihi batas-batas yang diijinkan. Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan hal-hal berikut :
1. Berat bangunan
yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta beban-beban
lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal.
2. Jenis tanah
dan daya dukung tanah.
3. Bahan pondasi
yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.
4. Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
5. Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan.
6. Waktu dan biaya pekerjaan.
Hal yang juga penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut soil investigation, atau penyelidikan tanah. Pondasi harus diletakkan
pada lapisan tanah yang cukup keras dan padat Untuk mengetahui
letak/kedalaman tanah keras dan besar tegangan tanah/ daya dukung
tanah, maka perlu diadakan penyelidikan tanah, yaitu dengan cara :
a) Pemboran (drilling) : dari lubang
hasil pemboran (bore
holes), diketahui contoh-contoh
lapisan tanah yang kemudian dikirim ke laboraturium mekanika tanah.
b) Percobaan penetrasi
(penetration test) : yaitu dengan menggunakan alat yang disebut sondir static penetrometer. Ujungnyaberupa
conus yang ditekan masuk kedalam tanah, dan secara otomatis dapat dibaca hasil
sondir tegangan tanah (kg/cm2).
b. Sloft
Berfungsi untuk
membagi beban secara merata sekaligus
mengikat pondasi atau tiang.
c. Kolom
Kolom adalah
struktur vertikal berfungsi sebagai penompong atap banguan. Kolom memindahkan beban dari atas menuju
pondasi kemudian di teruskan ke tanah.
Pada bangunan bertingkat kolom di sebelah bawah menopang berat keseluruhan bangunan di atasnya.
� Kolom Utama
Kolom yang fungsi utamanya menyangga beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan
jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk
menompang lantai tidak tidak begitu
besar, dan apabila jarak antara kolom
dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk
bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 � 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
� Kolom Praktis
Adalah kolom
yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom
maksimum 3,5 meter, atau
pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis
15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.
d. Balok
Balok adalah
komponen bangunan berberfungsi meratakan beban dari atas
ke bawah. Dan bagian dari structural sebuah bangunan yang dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen
kolom. ring balok berfungsi sebagai pengikat kolom sehingga pergerakan
kolom tersebut tetap mempertahankan bentuk dan posisinya.
2.
Super struktur
(Struktur Tengah)
a. �Dinding
Dinding adalah
bagian struktur bangunan yang berbentuk bidang vertikal dan yang berguna untuk melindungi.
� Fungsi Dinding.
1. Sebagai pemisah
antar ruang
2. Sebagai penahan
yang bersumber dari alam
3. Sebagai penahan
struktur.
4. Sebagai penahan
kebisingan dan penahan radiasi sinar �� Jenis � Jenis Konstruksi Dinding
5. Konstruksi dinding
masif.
Merupakan dinding
dari 1 bahan bangunan, Fungsinya menerima beban
6. Konstruksi dinding
batu bata.
Merupakan dinding
batu yang dibakar, dengan ketebalan minimal setengah batu
�11 CM,setiap luas 12 M2 / setiap panjang 2-3 M diusahakan tidak merupakan 1 garis tetapi harus bersilang
7. Konstruksi dinding
batako atau conblok
Memiliki ketebalan
15 cm, tinggi 3M, panjang dinding 7,5 M dan luas 12 M2. ukuran yang melebihi ketentuan ditambahkan kolom praktis ,ring sebagai pengikat atas.
8. Konstruksi dinding
beton
Terbuat dari
campuran beton, dalam bekesting. diperkuat dengan tulangan baja konstruksi
ini tahan terhadap kebakaran, gempa bumi, penyerap
panas dan perambatan suara.
Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas struktur
kita dapat menyimpulkan bahwa struktur merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu bangunan
yang berfungsi membentuk bangunan dan menahan beban, baik yang dihasilkan oleh bangunan itu sendiri maupun
yang di hasilkan oleh alam seperti angin, gempa, iklim dll.
Fransnino, Yenny Gunawan. (2017).
Architectural Acculturation In The Residence Of Budhi Santoso. Riset
Arsitektur (RISA), 1(03), 307�326. Google Scholar
Indonesia, Kemenkes Republik. (2009). Kinerja
Tiga Tahun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2009-2012: Menuju
Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan. Google Scholar
Menkes, R. I. (2009). Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta:
Sekretariat Negara. Google Scholar
Setiawan, Dedi, & Utami, Tin Budi.
(2016). Tipologi Perubahan Elemen Fasad Bangunan Ruko Pada Penggal Jalan Puri Indah,
Jakarta Barat. Vitruvian: Jurnal Arsitektur, Bangunan, Dan Lingkungan, 6(1),
185917. Google Scholar
Wahjutami, Erlina Laksmiani. (2017).
Kesenjangan konsep dan penerapan gaya modern minimalis pada bangunan rumah
tinggal. Mintakat: Jurnal Arsitektur, 18(1). Google Scholar
Copyright holder: Andi Zulfikar Aliuddin, Armi Indrayuni (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |