Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 3 Maret 2022
DESAIN MODEL PEMBELAJARAN
BLENDED LEARNING DALAM PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN
Gilbert
Emanuel Lumoindong, David Engelbert
Santiago Korengkeng, Timotius
Shandery, Frans Pantan
STT Bethel Indonesia, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Dengan teknologi
informasi dan komunikasi yang tersedia, pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
dapat dimungkinkan untuk dilaksanakan dengan model blended learning, yang
berarti gabungan dari pembelajaran tatap muka konvensional dan pembelajaran
secara online. Penelitian ini bertujuan untuk merancang satu model blended learning
untuk pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Secara kualitatif-deskriptif
disampaikan berbagai keunggulan dari model blended learning yang sudah
diterapkan di berbagai sekolah di dalam dan di luar negeri. Hasil studi
literatur menunjukkan bahwa model blended learning menunjukkan berbagai
keunggulan saat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran eksakta maupun sosial,
baik untuk pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pendidikan kejuruan. Dalam
tulisan ini dipaparkan satu saran desain model pembelajaran blended learning
untuk Pendidikan Agama Kristen
Kata Kunci: blended learning,
pendidikan agama kristen, PAK, model blended learning
Abstract
Using available information
and communication technology, Christian Religious Education learning can be
implemented using a blended learning model, which means a combination of
conventional face-to-face learning and online learning. This study aims to
design a blended learning model for learning Christian Religious Education.
Qualitative-descriptive approach is used to convey the advantages of the
blended learning model which is applied in various schools in the region and
abroad. The results of the studies show that the blended learning model shows
various advantages when applied in various exact and social subjects, both for
basic education, higher education and vocational education. In this paper, a
suggestion for the design of a blended learning model for Christian Religious
Education is presented.
Keywords: �blended
learning, christian religious education, christian education, blended learning model
Pendahuluan
Perkembangan teknologi yang semakin pesat, khususnya dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi membawa satu disrupsi dalam dunia pendidikan. Saat ini sekolah-sekolah sedang menghadapi satu transformasi digital yang akan sepenuhnya mengubah cara dunia belajar (Horn & Staker, 2017). Dalam hal ini yaitu, perubahan dari pembelajaran tatap muka secara konvensional menjadi pembelajaran secara digital melalui media internet. Jika sebelum tahun 2020 pergeseran ini dihindari bahkan ditentang oleh beberapa pihak konservatif, pasca 2020 hampir semua sekolah di seluruh dunia terpaksa mengadopsi model pembelajaran secara daring ini, karena kondisi pandemi COVID-19.(Sun, Tang, & Zuo, 2020)
Di Indonesia pelaksanaan pembelajaran melalui media internet atau dikenal dengan istilah pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang diadakan pada masa pandemi COVID-19 telah menimbulkan banyak pengaduan yang diterima oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Salah satu permasalahan utama adalah keterbatasan dalam perangkat yang digunakan dan koneksi internet yang dimiliki. Kondisi ini dialami oleh peserta didik dan guru-guru yang mengajar. (Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2020) Namun, meskipun ada berbagai masalah dalam pelaksanaannya, PJJ tetap harus dijalankan karena alasan pembatasan pertemuan yang diterapkan oleh pemerintah;(Permadi & Sudirga, 2020) di sisi lain pekembangan teknologi dan jaman menuntut adanya perubahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.(Christensen, Horn, & Johnson, 2011) Dalam pelaksanaannya PJJ memerlukan koneksi internet yang memadai, modul dan bahan pengajaran yang dapat diakses oleh peserta didik, serta sarana komunikasi tatap muka antar guru dan peserta didik.
Memasuki masa new normal di mana sebagian sekolah sudah mengadakan proses pembelajaran tatap muka, proses pembelajaran jarak jauh tetap tidak dapat dihindari dan tetap harus dilaksanakan. Gabungan dari pembelajaran konvensional di sekolah dengan pembelajaran jarak jauh inilah yang umumnya dikenal dengan istilah blended learning.(Hrastinski, 2019)
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK), model pembelajaran jarak jauh memiliki tantangan tersendiri karena salah satu capaian pembelajaran PAK adalah pembentukan karakter peserta didik untuk serupa dengan Kristus (Groome, 2020) yang sulit untuk diukur secara jarak jauh atau online. Untuk dapat mengatasi hal ini, perlu dijabarkan definisi karakter apa saja yang ingin dikembangkan secara detil dan indikator-indikator apa saja yang dapat digunakan untuk mengukurnya. Namun, sekalipun sudah ada berbagai indikator yang jelas untuk mengukur capaian tujuan pembelajaran PAK, pelaksanaan pembelajaran tatap muka tetap tidak dapat dihilangkan.
Tulisan ini memaparkan solusi yang penulis sarankan untuk menghadapi kondisi tersebut, yaitu pembelajaran blended learning di mana pembelajaran secara tatap muka konvensional digabungkan dengan pembelajaran secara online dalam Pendidikan Agama Kristen. Dalam penerapannya di dalam dan di luar negeri, pembelajaran blended learning terbukti menunjukkan hasil yang baik untuk pelajaran: STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) (Seage & T�reg�n, 2020), pendidikan kedokteran dan medis (Azizi, Roozbahani, & Khatony, 2020); demikian juga saat diterapkan dalam bidang pendidikan sosial seperti pendidikan kewarganegaraan (Putri, Adha, & Pitoewas, 2020), professional development course (Evans, Yip, Chan, Armatas, & Tse, 2020), PAK (Verawati, 2020). Hasil penelitian juga menunjukkan hasil yang baik saat blended learning diterapkan dalam tingkat pendidikan dasar, pendidikan kejuruan (Krismadinata et al., 2020), pendidikan tinggi (Kintu, Zhu, & Kagambe, 2017), bahkan pendidikan tingkat lanjutan (postgraduate) (Westerlaken et al., 2019).
Pelaksanaan blended learning yang sebelumnya oleh para pendidik konvensional diperkirakan memiliki banyak keterbatasan dan kelemahan justru memiliki keunggulan di mana model ini terbukti menunjukkan peningkatan ketertarikan dan motivasi peserta didik. (Osman & Hamzah, 2020)
Metode Penelitian
Tulisan ini adalah hasil penelitian kualitatif-deskriptif berupa studi literatur berbagai sumber dari dalam dan luar negeri mengenai blended learning, dan penerapannya di sekolah-sekolah yang ditulis sebelum dan sesudah masa pandemi COVID-19. Baik dalam kondisi sebelum dan sesudah pandemi, pelaksanaan blended learning di berbagai lokasi sekolah yang dituliskan menunjukkan dampak yang baik untuk perkembangan peserta didik.
Dalam tulisan ini
disarankan suatu model pembelajaran blended learning untuk
Pendidikan Agama Kristen berdasarkan laporan dari penelitian-penelitian
sebelumnya, mencakup: perangkat dan alat pendukung apa saja
yang diperlukan oleh guru dan peserta
didik, persiapan apa saja yang perlu
dilakukan sebelum mengadakan blended learning, hal-hal
apa saja yang dapat diprediksi akan terjadi, bagaimana
pelaksanaannya dan bagaimana
pelaksanaan penilaiannya dalam Pendidikan Agama Kristen yang memiliki
capaian tujuan yang mencakup pengetahuan dan pemahaman akan dasar-dasar iman Kristen serta perkembangan dan perubahan karakter dari peserta didik
sesuai dengan iman Kristen.
Hasil dan Pembahasan
Pendidikan agama Kristen menurut penulis dapat didefinisikan sebagai sebagai suatu proses impartasi kehidupan Allah melalui pribadi Yesus Kristus dan karya-Nya di kayu salib; di mana hal tersebut dipandu dalam terang firman Allah yang tertulis, yaitu Alkitab; dan keseluruhan proses� hanya dapat diwujudkan oleh kuasa Roh Kudus melalui pengalaman kepenuhan Roh Kudus.(Korengkeng, Lumoindong, & Shandery, 2022)
Berdasarkan pengertian di atas terdapat beberapa pengertian akan doktrin iman Kristen yang perlu dipahami baik oleh guru dan peserta didik yang mencakup:
1. Siapa
Allah yang dimaksud?
2. Siapa
Yesus Kristus itu?
3. Apa
karya Yesus Kristus di kayu salib dan apa dampaknya dalam kehidupan saya?
4. Apa
itu Alkitab?
5. Siapakah
Roh Kudus itu?
6. Bagaimana
mengalami pengalaman kepenuhan Roh Kudus?
Tanpa adanya pemahaman akan doktrin-doktrin tersebut di atas, maka capaian pembelajaran Pendidikan Agama Kristen tidak akan dapat diraih. Namun, di lain pihak dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen juga ada campur tangan ilahi dari Roh Kudus di mana perubahan karakter dari peserta didik hanya dapat diwujudkan dengan pertolongan dari Roh Kudus sendiri.(Kusni, 2020)
A.
Capaian Tujuan Pendidikan Agama Kristen
Secara sederhana tujuan Pendidikan Agama Kristen sejak semula adalah untuk mengajarkan orang-orang untuk melakukan segala sesuatu yang diajarkan oleh Tuhan Yesus (Amanat Agung); dengan kata lain supaya orang-orang dapat hidup sebagai orang-orang Kristen, (Groome, 2020) atau menghidupi iman Kristen. Tujuan tersebut mencakup pengetahuan, sikap dan perilaku, serta tindakan atau keterampilan.(Mardiharto, 2019)
Dalam tulisan ini, untuk mensederhanakan model pembelajaran yang diajukan, capaian Pendidikan Agama Kristen hanya dibedakan dalam dua kelompok, yaitu: pengetahuan dan pemahaman iman Kristen, serta perubahan karakter dan perilaku peserta didik untuk menjadi serupa dengan Kristus.
B.
Model Pembelajaran Blended Learning Dalam
Pendidikan Agama Kristen
Sejak semula para pemimpin gereja menggunakan metode pembelajaran tatap muka, contoh: Yesus mengajar para murid secara tatap muka (baca: khotbah Yesus di bukit dalam Matius 5-7), Paulus mengunjungi gereja-gereja di berbagai kota untuk mengajar (Kisah Para Rasul 13-28). Namun, di samping itu pun mereka tidaklah asing dengan metode pembelajaran jarak jauh, contoh: Paulus menggunakan surat-surat untuk mengajar jemaat (lihat: surat-surat Paulus), dewan gereja di Yerusalem menggunakan surat dan utusan-utusan untuk menyampaikan hasil keputusan gereja ke kota-kota lain (Kisah Para Rasul 15:1-34).
Hal tersebut menunjukkan bahwa para pemimpin gereja memiliki visi yang melampaui tempat tinggal mereka. Gereja pada masa itu sudah mempersiapkan proses pembelajaran jarak jauh di samping pembelajaran tatap muka yang diterapkan oleh Tuhan Yesus. Adapun dasar dari hal tersebut adalah pesan dari Tuhan Yesus sendiri bahwa dengan pertolongan Roh Kudus mereka akan menjadi saksi di Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria sampai ke ujung-ujung bumi (Kisah 1:8). Untuk mewujudkan hal tersebut, selain mengandalkan kuasa dari Roh Kudus yang memampukan, para rasul juga memanfaatkan berbagai teknologi yang terkini yang tersedia di jaman mereka.
Dalam jaman informasi proses pembelajaran jarak jauh dapat dilaksanakan dengan jauh lebih mudah. Internet dengan segala aplikasinya yang tersedia dapat memungkinkan digenapinya Amanat Agung Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa (Matius 28:19-20), termasuk bangsa-bangsa yang menolak Injil. Namun, ketersediaan informasi dalam jumlah yang sangat masif (overloaded information) tidaklah dapat memberikan manfaat yang terarah dalam Pendidikan Agama Kristen tanpa adanya satu desain pembelajaran yang terstruktur.
C.
Desain Pembelajaran Blended Learning Dalam
Pendidikan Agama Kristen
Dengan satu asumsi bahwa baik guru sebagai pengajar dan peserta didik memiliki perangkat dan koneksi internet yang memadai maka desain pembelajaran secara online dapat dimungkinkan.
Dalam pembelajaran blended learning Pendidikan Agama Kristen dilaksanakan secara tatap muka dan juga secara online. Adapun persentase pembagian dari pembelajaran tatap muka dan online bersifat fleksibel sesuai kebutuhan dari peserta didik dan guru-guru yang mengajar. Pada tahap awal implementasi dari pembelajaran blended learning, penulis menyarankan komposisi pembelajaran online seminimal mungkin untuk membentuk satu kebiasaan belajar dan mengajar yang baru ini. Setelah kebiasaan online terbentuk maka penulis menyarankan komposisi pembelajaran online semaksimal mungkin.
1.
Variabel 1 Waktu Pembelajaran Online
Hal yang perlu diperhatikan adalah beban jam pelajaran sesuai dengan kurikulum yang digunakan perlu disesuaikan dalam pelaksanaan pembelajaran dan pemberian tugas mandiri. Guru perlu melakukan percobaan pembelajaran online saat pertemuan tatap muka untuk menghitung berapa lama waktu yang diperlukan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran online secara real.
Dalam pelaksanaannya, guru perlu mengurangi lama pembelajaran online sebanyak 10-20% dari waktu pembelajaran online secara real, dengan pertimbangan sebagai berikut:
- Peserta
didik akan mengalami distraksi/gangguan yang lebih banyak saat mengikuti
pembelajaran online di rumahnya dibandingkan dengan saat mengikuti
pembelajaran tatap muka di sekolah.
- Perlu
diperhitungkan waktu untuk minum dan buang air.
- Perlu
dipikirkan kondisi di rumah peserta didik. Contoh: jika di keluarga tersebut
ada dua anak yang bersamaan menjalankan pembelajaran online tentu akan �saling
mengganggu� satu sama lain. Bayangkan jika di dalam rumah tersebut sang ayah
dan ibu juga bekerja dari rumah (WFH � Work From Home) dan menggunakan
koneksi internet yang sama.
- Perlu
diperhitungkan adanya kemungkinan masalah gangguan koneksi internet yang dialami
oleh guru dan peserta didik.
- Perlu
diperhitungkan adanya kemungkinan masalah gangguan listrik di rumah guru dan
atau peserta didik.
Guru perlu mempersiapkan aktivitas cadangan jika berbagai kendala tersebut di atas terjadi.
2.
Varibel 2 Faktor Gangguan
Teknis
Baik pihak guru dan peserta didik perlu mengantisipasi adanya berbagai kemungkinan gangguan teknis saat pelaksanaan pembelajaran online. Berbagai gangguan yang mungkin muncul adalah: gangguan koneksi internet, gangguan jaringan listrik, gangguan perangkat yang digunakan.
Contoh Skenario 1: Saat waktu pembelajaran masih tersisa 30 menit terjadi gangguan koneksi internet di rumah guru sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertemuan tatap maya seperti yang dijadwalkan.
Saran Solusi: Guru memberikan tugas cadangan melalui jalur komunikasi lain yang tersedia (misalkan: WhatsApp group). Opsi tugas cadangan misalnya: membaca buku dan mengerjakan soal halaman sekian sampai sekian.
Contoh Skenario 2: Ada beberapa peserta didik yang mengalami gangguan listrik di rumahnya.
Saran Solusi: Guru memberikan tugas cadangan melalui jalur komunikasi lain yang tersedia (misalkan: WhatsApp group). Opsi tugas cadangan misalnya: membaca Alkitab sekian pasal dan menuliskan refleksi atas ayat-ayat tersebut.
Contoh Skenario 3: Ada peserta didik yang melaporkan bahwa laptop yang digunakannya bermasalah (hang/error).
Saran Solusi: Guru memberikan tugas cadangan melalui jalur komunikasi lain yang tersedia (misalkan: WhatsApp group). Opsi tugas cadangan misalnya: membuat laporan kegiatan menolong orang tua di rumah sebanyak 250 kata dengan bukti foto dikirimkan melalui WhatsApp kepada guru.
Dalam hubungan dengan adanya berbagai kemungkinan gangguan yang dihadapi oleh peserta didik dan guru, yang perlu diperhatikan adalah perlu adanya rasa saling percaya di antara guru dan peserta didik. Adapun bentuk rasa saling percaya tersebut dapat berupa:
-
Guru perlu percaya bahwa
peserta didik memiliki motivasi dan sungguh mengikuti pelajaran dengan baik.
-
Guru tidak boleh memiliki
asumsi bahwa peserta didik hanya beralasan masalah gangguan koneksi internet
atau listrik untuk �mangkir� dari pelajaran online.
-
Peserta didik perlu
percaya bahwa guru memiliki motivasi untuk mengajar dengan baik dan berusaha
sungguh-sungguh memberikan yang terbaik dalam pelajaran online.
-
Peserta didik perlu
�memaklumi� jika ada sebagian guru yang �gaptek�.
-
Peserta didik perlu
mengetahui bahwa proses pembelajaran online memberikan beban yang lebih
berat kepada guru dibandingkan dengan proses pembelajaran konvensional.
D.
Proses Pembelajaran blended learning Pendidikan Agama
Kristen
Proses pembelajaran blended learning Pendidikan Agama Kristen memerlukan berbagai persiapan sebelum pelaksanaanya yang meliputi:
Pra-kondisi:
- Guru
dan peserta didik melek internet dan familiar dengan penggunaan komputer dasar.
- Ada
administrator penyelenggaraan pembelajaran online yang terpisah dari
administrator penyelenggaraan pembelajaran tatap muka. Administrator dapat
berupa staf dari organisasi ataupun dari luar organisasi.
- Administrator
mempersiapkan platform yang akan digunakan untuk pembelajaran online.
Pra-Pelaksanaan:
1. Setelah
platform yang akan digunakan sudah siap, setiap guru wajib mengikuti
pelatihan untuk dapat beroperasi dengan baik dalam platform tersebut.
Contoh: bagaimana mengunggah materi pembelajaran ke platform, bagaimana
melakukan penilaian, bagaimana berkomunikasi dengan peserta didik, dsb.
2. Peserta
didik dan guru wajib mengikuti pelatihan penggunaan platform bersama
untuk pelaksanaan pembelajaran. Contoh: bagaimana masuk ke dalam platform,
bagaimana menampilkan materi yang diberikan guru, bagaimana mengunggah tugas
yang sudah dikerjakan, bagaimana berkomunikasi dengan guru dan sesama peserta
didik, bagaimana mengikuti test dan penilaian, dsb.
3. Guru
dan sekolah perlu mempersiapkan kurikulum blended learning yang
menunjukkan pembagian antara topik yang diajarkan secara tatap muka
konvensional dan topik yang diajarkan secara online. Adapun kurikulum
yang dimaksud mencakup tujuan dan capaian dari setiap pertemuan berikut indikator
dan cara penilaiannya.
Pelaksanaan Pembelajaran Online
1. Pembelajaran
online diadakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh sekolah.
2. Setiap
pembelajaran online perlu diberikan tugas untuk mengukur hasil
pembelajaran pada hari itu. Tugas dapat bervariasi dari yang termudah hanya
menuliskan absensi kehadiran, menuliskan ayat firman Tuhan yang disampaikan,
menjawab pertanyaan melalui Google Form, mengunggah foto catatan yang dibuat,
membuat refleksi pembelajaran hari itu, dsb.
���� Catatan:
Mengingat keterbatasan guru dalam mengamati kondisi peserta didik di manapun
mereka melakukan proses pembelajaran, maka pemberian tugas setiap kali
pertemuan online dirasa esensial.
3. Guru
memberikan tugas dengan batas waktu pengumpulan yang jelas. Mengingat bahwa kini
hampir semua perangkat yang terkoneksi ke internet terhubung dengan satu sistem
waktu yang sama, maka peserta didik yang terlambat mengumpulkan tugas tidak
dapat beralasan bahwa �dalam perangkat yang saya gunakan waktunya belum
terlambat�.
Penyampaian materi secara online dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: online secara realtime dan online tidak secara realtime. Pertemuan online secara realtime dapat dimungkinkan melalui platform Zoom, Google Meet, WhatsApp, Live stream YouTube, dsb. Selain itu penyampaian materi secara online tidak secara realtime dapat dilaksanakan menggunakan Google Classroom, video YouTube, dsb.
Keuntungan dan kekurangan penyampaian materi online secara realtime ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
Aspek Pembelajaran |
Online dan Realtime |
Online tidak
Realtime |
Waktu |
Waktu terikat. |
Waktu tidak terikat. Dapat dilakukan kapan saja. |
Materi yang digunakan |
Buku, slide presentasi, lembar
kerja. |
Video rekaman, slide presentasi, modul, diktat, lembar kerja. |
Kegiatan yang memungkinkan |
Diskusi langsung, kuis,
ujian tatap muka (lisan atau
tulisan). |
Pengerjaan lembar kerja,
menonton video pembelajaran,
ujian berupa tugas proyek. |
Pelaksanaan |
Hanya satu kali (kecuali
proses pembelajarannya direkam) |
Dapat dipelajari oleh peserta
didik berulang-ulang.
Satu materi yang sama dapat digunakan untuk berbagai kelas yang berbeda bahkan untuk tahun-tahun mendatang. |
Penilaian |
Penilaian langsung, ujian
lisan, ujian tertulis dengan kamera perangkat terbuka. |
Penilaian dari lembar
kerja yang dikumpulkan, laporan dengan foto kegiatan. |
E.
Proses Penilaian atau Assessment Pembelajaran Blended Learning
Dalam pembelajaran blended learning, penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik dapat dilakukan secara tatap muka, secara online realtime dan secara online tidak realtime.
Contoh perbandingan dari
proses penilaian dalam pembelajaran blended learning dapat
diamati dalam tabel di bawah ini:
Penilaian |
Tatap Muka |
Online Realtime |
Online tidak Realtime |
Ujian tertulis. |
Guru memberikan lembar ujian dan melakukan penilaian setelah ujian selesai. |
Guru memberikan ujian dalam bentuk
form online, contoh: Google Form; dan dilaksanakan di depan guru dengan kamera terbuka. Kelemahan: sangat mudah bagi peserta didik untuk mencontek. Keunggulan: nilai ujian langsung keluar saat peserta
didik mengumpulkan form online,
soal ujian dapat digunakan ulang di kelas yang berbeda bahkan untuk tahun-tahun mendatang. |
Guru memberikan ujian dalam bentuk
form online, contoh: Google Form; dilaksanakan kapan saja. Kelemahan: peserta mudah untuk mencontek,
bahkan bisa meminta bantuan pada siapapun. Keunggulan: peserta dapat mengikuti ujian kapan saja,
nilai ujian langsung keluar saat peserta didik mengumpulkan form online,
soal ujian dapat digunakan ulang di kelas yang berbeda bahkan untuk tahun-tahun mendatang. |
Ujian lisan |
Guru mengamati langsung peserta didik menjawab berbagai pertanyaan secara lisan. |
Guru mengamati langsung peserta didik menjawab berbagai pertanyaan secara lisan melalui platform Zoom atau
Google Classroom. Kelemahannya: sangat mudah bagi peserta didik untuk mencontek. Keunggulan: proses ini sangat menyerupai ujian lisan secara tatap muka konvensional. |
Peserta didik membuat
video yang diunggah ke
Google Classroom atau ke
YouTube. Kelemahan: peserta didik dapat menerima
bantuan dari berbagai pihak. Keunggulan: soal ujian
dapat digunakan ulang di kelas berbeda bahkan pada tahun-tahun mendatang, video hasil ujian dapat
bermanfaat bagi orang
lain. |
Pembuatan proyek |
Guru dapat mengamati proses pembuatan proyek dari awal
hingga selesai. |
Guru dapat mengamati proses pembuatan proyek dari awal
hingga selesai melalui platform yang digunakan. |
Peserta didik menyampaikan
laporan berupa video atau foto tahap-tahap
pembuatan proyek. |
Perkembangan Karakter |
Guru dapat mengamati langsung berbagai karakter yang muncul dari peserta
didik, contoh: sopan santun, keramahan, menghormati guru, peduli pada teman, dsb. |
Guru hanya dapat mengamati secara langsung beberapa hal yang tampak nyata, contoh: tepat waktu mengikuti kelas. |
Guru hanya dapat mengamati karakter tertentu, misalnya ketepatan waktu dalam pengumpulan
tugas, foto atau video bukti peserta didik melakukan kegiatan yang baik (misalnya: membantu orang tua membersihkan rumah, dsb). |
Materi |
Praktek pelayanan Praktek berbagi Penggembalaan Praktika Simulasi |
|
|
Dalam proses penilaian ada hal-hal tertentu yang hanya dapat diamati melalui pertemuan tatap muka. Proses penilaian secara online sendiri memiliki berbagai kelemahan, khususnya dalam hal besar kemungkinan peserta didik mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain saat ujian secara mandiri. Namun, kelemahan tersebut dapat diatasi dengan pemberian tugas berupa proyek mandiri.
Dalam penilaian perkembangan karakter peserta didik guru dapat mengamati berbagai indikator. Namun, berbagai indikasi yang ditunjukkan oleh peserta didik secara online tidak boleh dinilai secara �kasar� karena guru tidak mengetahui kondisi yang sedang dialami peserta didik di rumah (misal: peserta didik menunjukkan mimik yang tidak baik kepada guru, atau menunjukkan satu gestur yang tidak sopan di depan kamera; ternyata pada saat itu di rumahnya terjadi sesuatu hal yang tidak baik).
F.
Keunggulan Pembelajaran Online
Dari berbagai pemaparan dan perbandingan antara pembelajaran online dan konvensional dapat diamati berbagai keunggulan dari pembelajaran online yang mencakup:
-
Materi pembelajaran
berupa tulisan, foto, video dapat digunakan berulang kali.
-
Proses penilaian melalui
form online dapat langsung seketika memberikan nilai kepada peserta
didik.
-
Pembelajaran online
tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
G.
Mengamati Perkembangan Karakter
Peserta Didik Secara Online
Perkembangan karakter peserta didik yang dapat diamati secara online mencakup:
1. Ketepatan
waktu
Indikator untuk
mengukur ketepatan waktu peserta didik di antaranya:
o Tepat
waktu hadir dalam pertemuan online.
o Tepat
waktu mengumpulkan tugas harian.
o Tepat
waktu mengumpulkan tugas proyek.
2. Kerapian
Indikator untuk mengukur kerapian
peserta didik di antaranya:
o Foto
tulisan tangan peserta didik dalam lembar kerja yang dikumpulkan.
3. Sopan
santun
Indikator untuk mengukur sopan santun
peserta didik di antaranya:
o Menyapa
guru dan teman saat pertemuan online.
o Ijin
jika menutup/meninggalkan kamera. Misal: untuk buang air.
4. Ketekunan/kesungguhan
dalam belajar
o Mengerjakan
tugas dengan cepat dan meminta tambahan tugas.
o Keaktifan
di kelas online.
o Tidak
bersungut-sungut saat diberikan tugas.
Di samping itu beberapa karakter juga sulit diamati secara online, di antaranya:
1. Kejujuran
2. Suka
menolong
3. Hormat
pada orang tua
4. Kebersihan
H.
Materi Pembelajaran Online
Sekalipun semua materi dalam Pendidikan Agama Kristen dapat disampaikan secara online, namun ada materi-materi tertentu yang tidak memungkinkan untuk dinilai secara online. Materi yang dapat disampaikan dan dapat dinilai dengan objektif secara online di antaranya:
1. Pengetahuan
dan pemahaman iman Kristen yang mencakup berbagai doktrin pengajaran dasar iman
Kristen.
2. Perkembangan
karakter tertentu yang memiliki indikator yang dapat diamati dengan jelas dan
objektif.
3. Praktek
melakukan kegiatan baik di keluarga dan lingkungan. Dapat diamati dari laporan
tertulis dengan foto dan video.
Kesimpulan
Dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dimungkinkan
untuk dilaksanakan secara blended learning, yaitu gabungan dari proses pembelajaran tatap muka konvensional dan pembelajaran secara online (baik realtime maupun
tidak). Proses pembelajaran
blended learning memerlukan berbagai
persiapan dalam hal teknis dan non-teknis. Berbagai gangguan teknis di luar kendali pihak
guru dan peserta didik perlu diantisipasi dengan berbagai kegiatan cadangan.
Setiap
sekolah dan gereja perlu mempersiapkan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan Pendidikan
Agama Kristen secara blended learning untuk mempersiapkan peserta didik yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mumpuni dalam dasar-dasar iman Kristen dan memiliki karakter yang serupa dengan Kristus.
Azizi, Seyyed Mohsen, Roozbahani, Nasrin, &
Khatony, Alireza. (2020). Factors Affecting The Acceptance Of Blended Learning
In Medical Education: Application Of Utaut2 Model. Bmc Medical Education,
20(1). Google Scholar
Christensen, Clayton M., Horn, Michael B.,
& Johnson, Curtis W. (2011). Disrupting Class How Disruptive Innovation
Will Change The Way The World Learns (2nd Ed.). New York: Mcgraw Hill. Google Scholar
Evans, Jennifer Catharine, Yip, Hennie,
Chan, Kannass, Armatas, Christine, & Tse, Ada. (2020). Blended Learning In
Higher Education: Professional Development In A Hong Kong University. Higher
Education Research And Development, 39(4). Google Scholar
Groome, Thomas H. (2020). Christian
Religious Education Pendidikan Agama Kristen Berbagi Cerita Dan Visi Kita
(8th Ed.). Jakarta: Bpk Gunung Mulia. Google Scholar
Horn, Michael B., & Staker, Heather.
(2017). Blended: Using Disruptive Innovation To Improve Schools. John
Wiley & Sons. Google Scholar
Hrastinski, Stefan. (2019). What Do We Mean
By Blended Learning? Techtrends, 63(5). Google Scholar
Kintu, Mugenyi Justice, Zhu, Chang, &
Kagambe, Edmond. (2017). Blended Learning Effectiveness: The Relationship
Between Student Characteristics, Design Features And Outcomes. International
Journal Of Educational Technology In Higher Education, 14(1). Google Scholar
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. (2020).
Survei Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (Pjj) Dan Sistem Penilaian Jarak
Jauh Berbasis Pengaduan Kpai.
Korengkeng, David Engelbert Santiago,
Lumoindong, Gilbert Emanuel, & Shandery, Timotius. (2022). Pendidikan Iman
Dalam Perspektif Teologi Pentakosta. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia, 7(1). Google Scholar
Krismadinata, Verawardina, Unung, Jalinus, Nizwardi,
Rizal, Fahmi, Sukardi, Sudira, Putu, Ramadhani, Dochi, Lubis, Arina Luthfini,
Friadi, John, Arifin, Ari Syaiful Rahman, & Novaliendry, Dony. (2020).
Blended Learning As Instructional Model In Vocational Education: Literature
Review. Universal Journal Of Educational Research, 8(11b). Google Scholar
Kusni, Markus. (2020). Pentingnya
Pengajaran Roh Kudus Dalam Menumbuhkan Karakter Serupa Kristus Bagi Mahasiswa
Teologi. Kharismata: Jurnal Teologi Pantekosta, 3(1). Google Scholar
Mardiharto, Mardiharto. (2019). Pembangunan
Sumber Daya Manusia Melalui Bidang Pendidikan Agama Kristen. Pasca: Jurnal
Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 15(2). Google Scholar
Osman, Norasyikin, & Hamzah, Mohd Isa.
(2020). Impact Of Implementing Blended Learning On Students� Interest And
Motivation. Universal Journal Of Educational Research, 8(4). Google Scholar
Permadi, Putu Lantika, & Sudirga, I.
Made. (2020). Problematika Penerapan Sistem Karantina Wilayah Dan Psbb Dalam
Penanggulangan Covid-19. Jurnal Kertha Semaya, 8(9), 1355�1365. Google Scholar
Putri, Devi Sutrisno, Adha, Muhammad Mona,
& Pitoewas, Berchah. (2020). The Problems Of Implementing Blended Learning
Class In Civic Education Students, University Of Lampung. Universal Journal
Of Educational Research, 8(3d). Google Scholar
Seage, Steven J., & T�reg�n, Mehmet.
(2020). The Effects Of Blended Learning On Stem Achievement Of Elementary
School Students. International Journal Of Research In Education And Science,
6(1). Google Scholar
Sun, Litao, Tang, Yongming, & Zuo, Wei.
(2020). Coronavirus Pushes Education Online. Nature Materials, Vol. 19. Google Scholar
Verawati, Herlina. (2020). Penerapan
Learning Management System Dan Blended Learning Sebagai Alternatif Model
Merdeka Belajar Di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Pembelajaran Agama Kristen. Shift
Key : Jurnal Teologi Dan Pelayanan, 10(2). Google Scholar
Westerlaken, Mirjam, Christiaans-Dingelhoff,
Ingrid, Filius, Rene� M., De Vries, Bas, De Bruijne, Martine, & Van Dam,
Marjel. (2019). Blended Learning For Postgraduates; An Interactive Experience. Bmc
Medical Education, 19(1). Google Scholar
Copyright holder: Gilbert Emanuel Lumoindong, David Engelbert Santiago Korengkeng, Timotius Shandery, Frans Pantan (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |