Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 3, Maret 2022
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) BERBASIS
PENDIDIKAN KARAKTER SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) ISLAM AL YUSUFIYAH BUKATEJA
(2021)
Ika Juniarti, M. Misbah
UIN saizu Purwokerto, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak ��
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Pendidikan Karakter di SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja (2) Mengetahui Karakter Islami Siswa yang Terbentuk Setelah Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Pendidikan Karakter di SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja (3) Mengetahui Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Pendidikan Karakter di SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dan menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja, Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan siswa putri kelas XII TKJ SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja. Obyek dalam penelitian ini adalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Karakter. Sedangkan metode pengumpulan data dilakukan dengan cara reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing). Temuan penelitian mendapati bahwa: (1). Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis pendidikan karakter di SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja, dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap perencanaan pembelajaran, tahap pelaksanaan pembelajaran dan tahap evaluasi pembelajaran. (2). Nilai-nilai karakter yang terbentuk dalam diri siswa antara lain karakter religius, salah satunya tergambar melalui sikap keta�zhimannya kepada pengasuh pondok pesantren. Karakter nasionalis, salah satunya yang tergambar melalui sikap peduli sosial terhadap sesama. Karakter integritas, salah satunya yang tergambar melalui sikap tanggung jawab atas tugas dan kewajibannya. Karakter mandiri, salah satunya yang tergambar melalui sikap kemandirian, tidak bergantung dengan orang lain. dan karakter gotong royong, salah satunya yang tergambar melalui sikap kerjasama dan saling membantu antara satu dengan yang lain.� (3). Faktor pendukung pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis pendidikan karakter di SMK Islam Al-yusufiyah Bukateja diantaranya yaitu lingkungan, motivasi, komunikasi yang harmonis antar pihak, keteladanan orang tua, guru dan masyarakat sekitar. Sedangkan faktor penghambat pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis pendidikan karakter di SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja yaitu kurangnya kedisiplinan siswa terhadap waktu pembelajaran.
Kata
Kunci: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI),
Pendidikan Karakter
Abstract
This study aims to: (1) Knowing the Learning Process of Islamic
Religious Education (PAI) Based on Character Education in Islamic High School
of Andalusia Kebasen (2) Knowing the Islamic
Character of Students Formed After Following the Learning of Islamic Religious
Education (PAI) Based on Character Education at Islamic High School of
Andalusia Kebasen (3) Knowing the Supporting Factors
and Inhibiting Factors of Learning Islamic Religious Education (PAI) Based on
Character Education in Islamic High School Al-Yusufiyah
Bukateja. This research is a field
research (field research) and uses a qualitative approach, data is
conducted using the method of observation, interviews and documentation. The
subjects in this study were the Principal of the Islamic High School of
Andalusia Kebasen, the Teacher of Islamic Religious
Education (PAI) and female students of class XII TKJ of SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja. �The object of this research is learning
Islamic Religious Education (PAI) and Character Education. While the data
filling method is done by data reduction, data presentation (data presentation)
and drawing conclusions (drawing conclusions). Research findings found that: (1). the learning
activities of Islamic Religious Education (PAI) based on character education at
SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja
are carried out in three stages, namely the learning planning stage, the
learning implementation stage and the learning evaluation stage. (2). The character
values formed in students include religious
characters, one of
which is illustrated by his devotion to the boarding school caregiver. Nationalist character, one of which is reflected in the
social care attitude towards fellow. Integrity characters, one of whice is
reflected through the attitude of responsibility for their duties and
obligations. Independence character,
on of which is reflected through an attitude of independence, not depending
on other people and the character of mutual cooperation, on of which is reflected through an
attitude of cooperation and mutual assistance to one another. (3). The supporting factors for character education-based Islamic Education
(PAI) at SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja
include environment, motivation, harmonious communication between parties,
exemplary parents, teachers and the surrounding community. While the inhibiting
factor for character education-based Islamic Religious Education (PAI) at SMK
Islam Al-Yusufiyah Bukateja
is the lack of discipline of students towards learning time.
Keywords: Learning Islamic Religious Education (PAI), Character Education
Pendahuluan
Pendidikan karakter
merupakan langkah dan strategi yang sangat penting dalam membangun jati diri
bangsa. Oleh karena itu, pendidikan secara terus-menerus dibangun dan
dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya berhasil dalam membangun manusia
Indonesia yang berkarakter. Karakter merupakan suatu hal yang penting dan
mendasar karena karakter merupakan suatu watak yang membedakan antara manusia
yang satu dengan manusia lainnya. Baik buruknya seseorang dan tindakan
seseorang sangat berkaitan dengan karakter. Karakter menunjukan bagaimana
seseorang berperilaku dalam kehidupannya, apabila seseorang berperilaku tidak
jujur, sombong, atau berbohong tentulah orang tersebut memanifestasikan
perilaku buruk. sebaliknya apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong
dan rendah hati maka orang tersebut memanifestasikan karakter mulia.
Pendidikan karakter
bukanlah merupakan suatu hal yang baru, namun sekarang ini pendidikan karakter
menjadi isu utama dalam pendidikan. Bahkan pemerintah sudah mencanangkan
pendidikan karakter mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Pendidikan karakter menanamkan nilai-nilai moral yang baik dalam diri seseorang
dan melatihnya untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik pula, karena
pendidikan karakter bukan hanya berkaitan dengan masalah benar atau salah,
tetapi berkaitan dengan bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang
baik dalam kehidupan, sehingga seseorang memiliki kesadaran dan pemahaman serta
kepedulian untuk menerapkan kebiasaan yang baik tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Membangun karakter bangsa
membutuhkan waktu yang lama dan harus dilakukan secara berkesinambungan karena
karakter yang sudah melekat dalam diri seseorang tidaklah terbentuk secara
tiba-tiba tetapi melalui proses yang panjang. Oleh karena itu, Pendidikan
karakter tidak hanya dipelajari dan diterapkan di lingkungan sekolah saja,
tetapi juga dipraktikkan di rumah dan di lingkungan sosialnya. Untuk itu,
pendidikan karakter tidak akan berhasil tanpa peran serta berbagai pihak, tidak
hanya guru dan orang tua saja, namun masyarakat juga berperan penting dalam
pendidikan karakter. Baik orang tua, guru dan masyarakat harus saling mendukung
karena sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter.
Bangsa Indonesia sampai
saat ini masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan, terutama permasalahan
yang berkaitan dengan pendidikan karakter. Kita sering melihat dan mendengar
dari pemberitaan, baik melalui media elektronik maupun non elektronik seperti
televisi dan radio, internet serta surat kabar, yang di dalamnya terdapat kasus
pendidikan moral yang tidak semestinya. Salah satu contoh kasus pendidikan
karakter ialah kasus seorang murid di salah satu SMP Swasta di Kabupaten Gresik
yang menantang gurunya. Dalam kasus tersebut, siswa merokok sambil duduk di
atas meja, yang kemudian ia diingatkan oleh guru untuk tidak merokok. tetapi,
siswa tersebut bersikap menantang sambil memegang kerah gurunya dan melempar
kata-kata yang tidak sopan. Namun kasus berakhir dengan damai, karena guru
telah memaafkan siswa tersebut (Purnomo, 2019).
Selain itu kasus guru
dipukul siswa yang terjadi di NTT. Dalam kasus tersebut guru SMAN di Kecamatan
Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dikeroyok atau
dipukuli oleh tiga orang siswa lantaran daftar hadir ujian. Akibat dari
pemukulan tersebut, guru mengalami luka berat dikepala �bagian belakang, punggung, tangan dan bahu (Kholid,
2020).
Dengan melihat dan
mendengar kasus-kasus tersebut, maka pendidikan karakter di Indonesia dirasakan
sangat penting harus ditindaklanjuti, karena pendidikan karakter merupakan
salah satu tujuan pendidikan Nasional sebagaimana yang tercantum dalam� Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) yang menyebutkan bahwa
pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi menusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Seiring dengan tujuan pendidikan ini, Kementrian Pendidikan
Nasional mulai tahun 2010 mencanangkan pembangunan karakter bangsa dengan empat
nilai inti, yaitu jujur, cerdas, tangguh dan peduli (Azzat, 2011).
Mengingat begitu� pentingnya karakter, maka lembaga pendidikan
mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menanamkan karakter melalui proses
pembelajaran, salah satunya pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan
penting untuk membentuk manusia yang mengenal, memahami, menghayati,
mengamalkan dan mengimani, bertaqwa serta berakhlak mulia sesuai dengan ajaran
Islam dari sumber utamanya yaitu al-Qur�an dan hadits, yang dapat dilakukan
melalui pengajaran, bimbingan dan latihan. Dengan demikian pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu bentuk upaya dalam pembentukan
karakter peserta didik di sekolah (Wiyani, 2012).
Peran sekolah sangat
penting dalam usaha pembentukan karakter. Dalam konteks tersebut, pendidikan
karakter sebagai usaha sekolah yang dilakukan secara bersama oleh guru,
pimpinan sekolah (dan seluruh warga sekolah) melalui semua kegiatan sekolah
untuk membentuk akhlak, watak atau kepribadian peserta didik melalui berbagai
kebaikan yang terdapat dalam ajaran agama. Pembentukan karakter dengan nilai
agama dan norma bangsa sangat penting karena dalam Islam, antara akhlak dan
karakter merupakan satu kesatuan yang kukuh dan menjadi inspirasi keteladanan
akhlak dan karakter adalah nabi Muhammad SAW (Salahudin & Alkrienciehie, 2013).
Pendidikan karakter di
sekolah formal dapat diberikan melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) yang menjadi basis utama dalam pembentukan karakter siswa. Selain itu,
kegiatan-kagiatan agama Islam di sekolah sebagai upaya dalam membentuk
karakter. Walaupun
pembentukan karakter dapat dilakukan melalui pelajaran selain PAI, seperti
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau melalui ekstrakulikuler. Adapun ciri
karakter anak yang dapat dicapai melalui pendidikan karakter di sekolah formal
seperti bertanggung jawab, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha,
menghargai orang lain, santun, cinta lingkungan, dan lain-lain (Wiyani, 2012).
Pendidikan karakter tidak
hanya diajarkan di sekolah formal saja, tetapi juga diajarkan di pondok
pesantren. Pendidikan karakter yang diajarkan di pondok pesantren lebih
terfokus untuk menanamkan jiwa religius, akhlakul karimah, disiplin,
kesederhanaan, menghormati orang yang lebih tua dan lain-lain. Alhasil, para
santri yang belajar di pondok pesantren diharapkan mempunyai karakter keagamaan
yang kuat, mampu mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dengan baik, dan memiliki
akhlak yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dengan demikian,
keunggulan yang terdapat pada masing-masing lembaga pendidikan baik di sekolah
maupun di pesantren akan semakin bermakna apabila keduanya diintegrasikan
kedalam satu model satuan pendidikan yang dikelola secara terpadu atau yang
kemudian dikenal sebagai model sekolah berbasis pesantren (SBP). Pesantren merupakan
sebuah asrama pendidikan islam dimana para siswa tinggal bersama dan belajar
ilmu keagamaan dibawah bimbingan ustadz dan ustadzah. Pesantren memiliki
integritas yang tinggi dengan masyarakat sekitarnya, hingga kini masyarakat
menganggap pesantren merupakan sarana yang tepat untuk mendidik anak karena di
pesantren dipenuhi akan nilai-nilai keagamaan (Nurochim, 2016).
Salah satu sekolah
berbasis pesantren yakni SMK
Islam Al-Yusufiyah Bukateja,
dimana sekolah tersebut merupakan salah satu pendidikan formal yang
menyatu� secara sistem dan manajemen
dengan pondok pesantren, yaitu pesantren Al-Quran Al-Yusufiyah. Peneliti
akan meneliti SMK
Islam Al-Yusufiyah, karena sekolah tersebut
merupakan lembaga pendidikan formal yang berlokasi dikomplek pondok pesantren Al-Quran Al-Yusufiyah, Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah, yang menerapkan Boarding
School Management, dimana konsep pembelajaran dipadukan dengan pondok
pesantren sehingga peserta didik tinggal di asrama pesantren yang berada dekat
dengan komplek sekolah dan pembinaan yang optimal dimana disediakan satu orang
pembimbing untuk tiap 20 siswa atau santri.
SMK Islam Al-Yusufiyah
merupakan pendidikan formal yang menyatu�
secara sistem dan manajemen dengan pondok pesantren Al-Quran Yusufiyah
yang mana bapak Yiyit Rastowo S.Pd sebagai
kepala sekolah. Sistem pendidikan di SMK Islam Al-Yusufiyah Full Day
Learning, dimana pembelajaran dilakukan sehari penuh baik di sekolah maupun
di pondok pesantren.
SMK Islam Al-Yusufiyah merupakan
sekolah formal yang sangat memperhatikan pendidikan karakter peserta didiknya,
yang berkaitan dengan tingkah laku, kedisiplinan, kesopanan dan tutur kata dan
lain sebagainya. Namun tetap memperhatikan kualitas kemampuan intelektual
peserta didik sehingga mampu berprestasi secara akademik yang dibuktikan dengan
prestasi-prestasi yang didapat oleh siswa SMK Islam Al-Yusufiyah, seperti
mendapat juara 1 lomba tilawah tingkat Nasional, juara 1 lomba kaligrafi
tingkat provinsi dan juara 1 lomba bahasa arab tingkat provinsi dan masuk 10
besar tingkat Nasional.
Program pembentukan
karakter telah menjadi prinsip awal sejak berdirinya SMK Islam Al-Yusufiyah,
salah satunya melalui proses pembiasaan yang dilakukan seperti, pembiasaan
sholat dhuha di pondok pesantren sebelum berangkat sekolah, bersalaman dengan
guru ketika datang ke sekolah, datang tepat waktu (terdapat hukuman bagi siswa
yang terlambat masuk kelas), menjaga kebersihan kelas dan sekolah yang
dilakukan oleh semua peserta didik. Dengan adanya program tersebut bertujuan
agar pembentukan karakter anak dapat dikatakan berhasil.
Dari berbagai uraian diatas
dapat dijelaskan bahwa SMK
Islam Al-Yusufiyah �merupakan sekolah yang sangat memperhatikan
pembentukan karakter siswanya, sehingga peneliti melakukan penelitian untuk
mengkaji lebih dalam mengenai� pendidikan
karakter yang diterapkan di SMK
Islam Al-Yusufiyah.Salah satunya pendidikan
karakter yang diterapkan melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Atas dasar latar belakang
masalah di atas, peneliti tertarik untuk mendalami pelaksanaan pendidikan
karakter melalui pembelajaran PAI di SMK Islam Al-Yusufiyaha.
Dengan judul: �Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Pendidikan
Karakter di SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja �.
Metode Penelitian
Penelitian dengan judul �Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Pendidikan Karakter di SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja� ini menggunakan metode deskriptif dan melalui pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yang merupakan suatu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati (Zulfa, 2010).
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil
wawancara dan observasi yang peneliti lakukan tentang Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) Berbasis Pendidikan Karakter di SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja yang telah dialih tempatkan
ke Pondok Pesantren Al-Quran Yusufiyah yang kemudian
disesuaikan dengan kajian teori yang terdapat pada teori,
maka terbentuk analisis sebagai berikut:
1. Analisis
Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Pendidikan Karakter
di SMK
Islam Al-Yusufiyah Bukateja
Integrasi pendidikan karakter di dalam
proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pembelajaran. Dalam proses perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) di SMK
Islam Al-Yusufiyah Bukateja,
guru sudah memasukan karakter di dalamnya. Karena Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran yang menjadi basis utama dalam
pembentukan karakter, sehingga dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sudah termuat pembentukan karakter.
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Islam
Al-Yusufiyah, guru telah memasukan karakter di dalamnya baik melalui pembiasaan
ataupun melalui metode pembelajaran yang digunakan.� Seperti metode ceramah dan metode diskusi
kelompok, yang mana telah disisipkan karakter di dalamnya. Sedangkan dalam
proses evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Islam Al-Yusufiyah
Bukateja, guru tidak hanya mengukur pencapaian akademik atau kognitif siswa,
tetapi juga mengukur perkembangan sikap kepribadian siswa. Penilaian sikap
merupakan penilaian utama yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di
SMK �Islam Al-Yusufiyah Bukateja.
Penelitian lain yang memasukan nilai-nilai
karakter dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam juga dibuktikan oleh (Zulaikhah, 2019).� Dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa
pada tahap perencanaan, guru mengembangkan nilai-nilai karakter melalui rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang topik-topik seperti toleransi dan
menghormati terhadap keberagaman yang merupakan bentuk integrasi nilai-nilai
penguatan pendidikan karakter. Kemudian pada tahap pelaksanaan, guru
menggunakan model pembelajaran kooperatif yang menekankan terbentuknya sikap
kerjasama antar siswa dengan memilih metode yang sesuai, seperti metode
wawancara, diskusi, tanya jawab, bermain peran dan lain sebagainya. Sedangkan
pada tahap evaluasi, guru memberikan penilaian tidak hanya dari pengetahuan
siswa, namun dari sikap spiritual, sikap sosial dan ketrampilan yang dimiliki
siswa.
Penelitian lain yang mengintegrasikan
pendidikan karakter pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sejak dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran juga dibuktikan oleh (Mamlu�ah, 2016).
Dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa guru menyisipkan pendidikan karakter
sejak dari membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Pendidikan Agama
Islam. Kemudian dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam guru
mengembangkan materi, pendekatan, metode dan evaluasi yang digunakan dengan
memuat pendidikan karakter di dalamnya, dengan tujuan membentuk pribadi anak
supaya menjadi manusia yang baik. Jadi di dalam Pendidikan Agama Islam memuat
dan mengandung nilai-nilai karakter.
Penelitian lain yang menyisipkan karakter
dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran juga dibuktikan
oleh (Mukhlishin, 2015).
Dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa pengembangan Pendidikan Agama Islam
(PAI) berbasis pendidikan karakter dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu
tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Pada tahap
perencanaan, guru dapat mengadaptasi nilai-nilai karakter melalui silabus, RPP
dan bahan ajar. Pada tahap pelaksanaan, guru dapat menyisipkan karakter di
dalamnya dengan memilih metode yang tepat sesuai dengan karakter yang ingin
dibangun. Sedangkan dalam tahap evaluasi, guru tidak hanya mengukur pencapaian
kognitif saja, namun mengukur aspek afektif dan psikomotorik siswa.
Dengan demikian hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sesuai dengan penelitian lain yang menyimpulkan bahwa
mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), nilai-nilai karakter� sudah harus dimasukan di dalamnya.
2. Analisis
Karakter Siswa yang Terbentuk Setelah Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) Berbasis Pendidikan Karakter Di SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja
Dalam penelitian yang peneliti lakukan mengenai
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis Pendidikan Karakter di SMK
Islam Al-Yusufiyah Bukateja, karakter siswa yang terbentuk setelah mengikuti
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja sesuai
dengan lima nilai karakter utama yang bersumber dari pancasila yang menjadi
prioritas utama pengembangan gerakan PPK (penguatan pendidikan karakter). Karakter
yang terbentuk dalam diri siswa kelas XII TKJ SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja baik karakter religius,
nasionalis, integritas, mandiri dan gotong royong tidak terlepas dari pihak
sekolah yang menerapkan sistem Boarding School Management yang sistemnya
24 jam. Dimana konsep pembelajaran dipadukan dengan pondok pesantren Al-Quran
Yusufiyah sehingga siswa tinggal di asrama pondok pesantren yang berdekatan
dengan komplek SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja.
Penelitian lain yang menerapkan sistem boarding
school akan lebih mudah membentuk karakter religius-sosial siswa juga
dibuktikan oleh (Mayasari, 2018).
Dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa penerapan sistem boarding school
menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan individual melalui pembinaan
khusus dan pendekatan kultural melalui program pembiasaan ibadah serta
pendekatan eksternal melalui kerjasama antara sekolah, asrama dan keluarga.
Melalui pendekatan yang dilakukan tersebut, dapat membentuk nilai-nilai
religius-sosial siswa. Bentuk dari nilai religius salah satunya ditandai dengan
adanya kesadaran untuk taat kepada Allah SWT. kesadaran akan toleransi dan
saling menghargai serta memahami antara satu dengan yang lain sedangkan bentuk
dari nilai sosial ditandai dengan adanya rasa peduli kepada orang lain.
Penelitian lain yang menerapkan sistem boarding
school dapat mengembangkan pendidikan karakter siswa juga dibuktikan oleh (Prasetyo & Abdullah Mahmud, 2017).
Dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa boarding school mempunyai
peranan penting dalam mengambangkan pendidikan karakter. Karakter yang
dikembangkan melalui sistem boarding school�
diantaranya karakter religius, kejujuran, amanah, disiplin,
kemandirian percaya diri dan sopan santun yang dapat dilakukakan melalui
program yang diselenggarakan seperti program shalat tahajud dan shalat sunnah
lainnya, program puasa sunnah, program jajanan kejujuran, kajian fiqh, kajian
tafsir, program tadarus al-Qur�an dan lain-lain.� Hal tersebut dapat dikembangkan dengan
menggunakan beberapa metode diantaranya metode pembiasaan, metode keteladanan
dan metode reward.
Penelitian lain yang menerapkan program boarding
school dapat membentuk karakter siswa juga dibuktikan oleh (Najihaturrohmah, 2017).
Dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa pembentukan karakter dapat
diterapkan melalui program boarding school dengan pembinaan yang
dilakukan. Pembinaan pendidikan karakter tersebut diantaranya 1) Nilai
religius, sikap dan perilaku. 2) Disiplin, tindakan yang menunjukan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 3) Jujur, perilaku yang
didasarkan pada upaya yang menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, perbuatan dan pekerjaan. 4) Mandiri 5) Tanggung
jawab sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.�
Dengan demikian, hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dan adanya penelitian lain yang mendukung menyimpulkan
bahwa sekolah yang menerapkan sistem Boarding School Management yang
sistemnya 24 jam akan lebih mudah dalam membentuk karakter siswa.�
3. Analisis
Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Berbasis Pendidikan Karakter Di SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja
Dalam penelitian yang peneliti lakukan
menyatakan bahwa faktor pendukung pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
berbasis pendidikan karakter di SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja antara lain
lingkungan siswa yang mendukung yaitu lingkungan pondok pesantren, adanya
komunikasi yang harmonis antar pihak, keteladanan orang tua, guru dan
masyarakat sekitar serta motivasi yang tinggi dalam diri siswa. Sedangkan
faktor penghambat Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Pendidikan Karakter di SMK
Islam Al-Yusufiyah Bukateja yaitu keterlambatan atau kurangnya kedisiplinan
siswa kelas XII TKJ terhadap waktu dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan
pengamatan dan observasi yang dilakukan peneliti ditemukan bahwa keterlambatan
siswa kelas XII TKJ terjadi karena siswa kegiatan pondok pesantren yang full,
selain itu kurangnya kecekatan siswa dalam mengatur waktu di pondok pesantren
misalnya siswa harus berangkat ke sekolah dalam beberapa menit kemudian namun
siswa masih mengantri mandi atau masih melakukan kegiatan lain di pondok
pesantren. Hal tersebut membuat siswa tidak disiplin terhadap waktu sekolah
untuk mengikuti pembelajaran. Sehingga waktu pembelajaran menjadi kurang
maksimal.
Penelitian lain yang menyisipkan
pendidikan karakter dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak
lepas dari kepedulian kepala sekolah, guru, orang tua dan lingkungan masyarakat
juga dibuktikan oleh (Pahmi, Ismail, & Muzakkir, 2019).
Dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa internalisasi pembentukan karakter
dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam didukung oleh pihak sekolah
diantaranya kepala sekolah dan guru yang memberikan teladan baik di sekolah,
peran orang tua dan lingkungan masyarakat yang mendukung. Oleh karena itu,
diperlukan kerja sama antara semua pihak agar pembentukan karakter siswa dapat
diinternalisasikan sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Penelitian lain yang menyisipkan
pendidikan karakter melalui Pendidikan Agama Islam didukung oleh guru, serta
sarana dan prasarana yang mendukung namun pendidikan karakter terhambat oleh
keterbatasan waktu juga dibuktikan oleh (Faidani, 2015).
Dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa faktor pendukung pendidikan karakter
melalui Pendidikan Agama Islam diantaranya guru yang tidak menjaga jarak dengan
siswa, sehingga terbentuklah kedekatan antara guru dan siswa yang dapat
memberikan dampak positif dalam pembelajaran, dimana siswa akan merasa nyaman
serta pendidikan karakter didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Sedangkan faktor penghambat pendidikan karakter melalui Pendidikan Agama Islam
adalah keterbatasan waktu yang tersedia, sehingga guru kurang mampu
memaksimalkan pembelajaran.
Penelitian lain yang memasukan pendidikan
karakter melalui Pendidikan Agama Islam terhambat karena kurangnya kedisiplinan
yang dibuktikan oleh (Meylania, n.d.).
Dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa faktor pendukung pendidikan karakter
melalui Pendidikan Agama Islam diantaranya sumber daya manusia yang sesuai
dengan kriteria pembina boarding melalui seleksi yang ketat, guru-guru
yang sesuai dengan bidangnya serta lingkungan siswa yang dilatarbelakangi oleh
pesantren.� Sedangkan faktor penghambat
pendidikan karakter siswa di sekolah adalah kurangnya kedisiplinan dikarenakan
usia siswa yang terbilang masih belia dan tidak mau dikekang. Selain itu,
jadwal kegiatan boarding school yang dinilai terlalu padat sehingga
dapat mengambat pembelajaran di sekolah.
Dengan demikian antara hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti dan adanya penelitian lain yang mendukung memiliki
kesamaan dalam memaparkan faktor pendukung dan faktor penghambat pembentukan
karakter yang diintegrasikan melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama di lapangan menyimpulkan
bahwa: 1). Proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis
pendidikan karakter di SMK Islam Al-Yusufiyah Bukateja dilaksanakan mulai dari tahap proses pembelajaran,
yaitu perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran
dan evaluasi pembelajaran.� Perencanaan
dirancang dalam bentuk silabus dan RPP. Pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga
hal yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), nilai-nilai karakter
ditanamkan melalui metode pembelajaran, misalnya melalui metode ceramah,
cerita, diskusi kelompok dan lain sebagainya. Sedangkan evaluasi pembelajaran
yang pertama dinilai dari sikap kemudian dari tugas yang diberikan guru,
ulangan harian, penilaian tengah semester dan penilaian akhir semester. 2). Karakter siswa yang terbentuk setelah mengikuti
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis pendidikan karakter di SMK
Islam Al-Yusufiyah Bukateja didukung dengan sekolah yang menerapkan sistem Boarding
School Management sehingga pembentukan karakter siswa putri kelas XII TKJ SMK
Islam Al-Yusufiyah Bukateja didukung oleh lingkungan pondok pesantren Al-Quran
Yusufiyah Bukateja. Dengan demikian, penanaman lima karakter yang terbentuk
dalam diri siswa antara lain karakter religius, salah satunya tergambar melalui
sikap keta�zhimannya kepada pengasuh pondok pesantren. Karakter nasionalis,
salah satunya yang tergambar melalui sikap peduli sosial terhadap sesama.
Karakter integritas, salah satunya yang tergambar melalui sikap tanggung jawab
atas tugas dan kewajibannya. Karakter mandiri, salah satunya yang tergambar
melalui sikap kemandirian, tidak bergantung dengan orang lain. dan karakter
gotong royong, salah satunya yang tergambar melalui sikap kerjasama dan saling
membantu antara satu dengan
yang lain. 3). Faktor pendukung
dan penghambat pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) berbasis pendidikan karakter di SMK Islam Al-Yusufiyah
Bukateja diantaranya sebagai berikut:
a. Faktor
Pendukung
1)
Lingkungan Pesantren
2)
Motivasi
3)
Komunikasi yang harmonis
antar pihak
4)
Keteladanan orang tua,
guru dan masyarakat sekitar
b. Faktor
Penghambat yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kurangnya kedisipilinan
siswa.
Azzat, A. M. (2011). Urgensi Pendidikan Karakter di
Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Faidani, Ahmad. (2015). Pelaksanaan
pendidikan karakter melalui pendidikan agama Islam dan implementasinya pada
perilaku siswa kelas VIII R2 di SMPN 3 Mentaya Hilir Utara. IAIN Palangka
Raya. Google Scholar
Mamlu�ah, Aya. (2016). Implementasi
Pendidikan karakter Dalam Pembelajaran PAI. Al Ulya: Jurnal Pendidikan Islam,
1(1), 123�137. Google Scholar
Mayasari, Annisa. (2018). Implementasi
Pendidikan Karakter dan Aktualisasi Nilai-Nilai Religius-Sosial dalam System
Boarding School di SMA Islam Terpadu Abu Bakar Yogykrta. Skripsi�UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Google Scholar
Meylania, Merlin. (n.d.). Pendidikan
karakter melalui sistem boarding school siswa Kelas XII di Madrasah Aliyah
Negeri 4 Jakarta. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Google Scholar
Mukhlishin, N. (2015). Pengembangan
Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter. Jurnal Penelitian
Pendidikan, Agama Dan Kebudayaan, 44�47. Google Scholar
Najihaturrohmah, Najihaturrohmah. (2017).
Implementasi program boarding school dalam pembentukan karakter siswa di sma
negeri cahaya madani banten boarding school pandeglang. Tarbawi: Jurnal
Keilmuan Manajemen Pendidikan, 3(02), 207�224. Google Scholar
Nurochim, Nurochim. (2016). Sekolah
berbasis pesantren sebagai salah satu model pendidikan Islam dalam konsepsi
perubahan sosial. Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, 16(1), 69�88. Google Scholar
Pahmi, Mukri, Ismail, Muh Ilyas, &
Muzakkir, Muzakkir. (2019). Internalisasi Pembentukan Karakter dalam Proses
Pembelajaran pada SMP Negeri 37 Bulukumba. El-Idare: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 5(2), 25�37. Google Scholar
Prasetyo, Irvan, & Abdullah Mahmud, M.
(2017). Peran Boarding School Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter
Peserta Didik (Studi Kasus di Asrama Baitul Hikmah MTs Negeri 1 Surakarta Tahun
2016). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar
Salahudin, Anas, & Alkrienciehie,
Irwanto. (2013). Pendidikan karakter: pendidikan berbasis agama & budaya
bangsa. Pustaka Setia. Google Scholar
Wiyani, Novan Ardy. (2012). Pendidikan
Karakter Berbasis Iman dan Taqwa. Teras. Google Scholar
Zulaikhah, Siti. (2019). Penguatan
Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam Di Smpn 3 Bandar Lampung. Al-Tadzkiyyah:
Jurnal Pendidikan Islam, 10(1), 83�93. Google Scholar
Zulfa, U. (2010). Metodologi Penelitian
Sosial. Yogyakarta: Cahaya Ilmu.
Copyright holder: Ika Juniarti,
M. Misbah (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |
������������������������������������������������