Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 7, No. 3, Maret 2022
PENGARUH
PERLAKUAN BIOKOMPOS TERHADAP PRODUKTIVITAS ASPARAGUS (Asparagus Officinalis) DI
MUSIM HUJAN
Mohammad
Jusuf Randi
Universitas
Muhadi Setiabudi (UMUS) Brebes, Jawa Tengah, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Rebung Asparagus salah satu produk sayuran unggulan yang memiliki harga
jual tinggi. Hal ini terjadi karena rebung asparagus memiliki kandungan nutrisi
yang tinggi terutama mengandung protein asparagin yang berguna untuk kesehatan.
Kultivar asparagus yang ditanam di Indonesia umumnya merupakan kultivar
introduksi dari daerah subtropis, sehingga pertumbuhan dan produksinya di
Indonesia kurang optimal. Indonesia memiliki suhu dan kelembaban yang cukup
tinggi sehingga dapat menyebabkan serangan berbagai penyakit pada tanaman
asparagus. Salah satu alternatif peningkatan produksi adalah dengan teknik
bioremediasi, yaitu suatu teknologi yang ramah lingkungan, efektif dan ekonomis
dengan memanfaatkan aktivitas mikroba seperti bakteri. Penelitian ini merupakan
percobaan perbandingan dua hasil produksi dari dua lahan yang memiliki
karakteristik dan kontur tanah berbeda. Data hasil pengamatan dianalisis dengan
uji T untuk mengetahui keragamannya tingkat kesalahan 5%. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian biokompos terhadap produktivitas
asparagus di musim hujan. Tujuan ini diperlukan sebagai tambahan referensi bagi
petani dan akademisi dalam meneliti lebih lanjut terkait komoditas asparagus.
Hasil penelitian menunjukkan produksi rebung asparagus terbaik didapat pada
lahan yang memiliki karakteristik tanahnya lempung liat dengan daya simpan air
lebih banyak dan kontur tanah yang rata dimana masa penyinaran sinar matahari
lebih lama dan lebih merata yaitu lahan A.Perlakuan pemberian biokompos tidak
memberikan pengaruh dan stabil terhadap produksi lahan A dan Lahan B di musim
hujan.
Kata Kunci: �asparagus; produksi rebung; biokompos; musim hujan
Abstract
Asparagus bamboo shoots are one of the superior vegetable products that
have a high selling price. This happens because asparagus shoots have a high
nutritional content, especially asparagine protein which is useful for health.
Asparagus cultivars grown in Indonesia are generally introduced cultivars from
the subtropics, so that their growth and production in Indonesia is less than
optimal. Indonesia has a high enough temperature and humidity that can cause
attacks of various diseases on asparagus plants. One alternative to increase
production is by using bioremediation techniques, which is an environmentally
friendly, effective and economical technology by utilizing microbial activities
such as bacteria. This research is an experimental comparison of two production
results from two lands that have different characteristics and soil contours.
Observational data were analyzed by T test to determine the diversity of the
error rate of 5%. The purpose of this study was to determine the effect of
giving biocompost on asparagus productivity in the rainy season. This goal is
needed as an additional reference for farmers and academics in further
researching related to asparagus commodities. The results showed that the best
production of asparagus shoots was obtained on land with clay characteristics
with more water holding capacity and flat soil contours where the sunshine
period was longer and more evenly distributed, namely land A. Treatment with
biocompost did not give effect and was stable to production of Land A and Land
B in the rainy season.
Keywords:� asparagus; bamboo shoot production;
biocompost; rainy season
Received: 2022-02-20; Accepted: 2022-02-05; Published: 2022-03-18
Pendahuluan
Sayuran
adalah salah satu tanaman yang digolongkan kedalam hortikultura selain buah-buahan,
tanaman hias, bumbu-bumbu masak dan tanaman obat-obatan. Asparagus memiliki
harga jual yang relatif tinggi dibandingkan dengan harga sayuran lain.
Sebagaimana sayuran lainnya, asparagus memiliki nilai gizi yang baik. Asparagus
merupakan sumber terbaik asam folat nabati, sangat rendah kalori, tidak
mengandung lemak atau kolesterol, serta mengandung sangat sedikit natrium (Rubatzky & Yamaguchi, 2012)
Rebung
Asparagus salah satu produk sayuran unggulan yang memiliki harga jual tinggi.
Hal ini terjadi karena rebung asparagus memiliki kandungan nutrisi yang tinggi
terutama mengandung protein asparagin yang berguna untuk kesehatan. Selain
memiliki nilai gizi yang tinggi, produksi asparagus di Indonesia masih sangat
terbatas jumlahnya sehingga harga cenderung stabil karena memiliki pasar
khusus. Harga jual tinggi dan stabil memberika keuntungan tersendiri bagi
petani yang membudidayakan asparagus di Indonesia.
Permintaan
yang stabil tidak diimbangi dengan produksi yang stabil di lahan. Menurut (Nur & Sudjatmiko, 1994), tanaman asparagus
berpotensi dibudidayakan di Indonesia pada suhu 250C - 350C (suhu tropis),
namun kondisi suhu seperti ini memiliki tingkat kelembaban udara yang tinggi
dapat menyebabkan penyebaran penyakit pada tanaman asparagus.
Kondisi
iklim Indonesia mendukung untuk dilakukannya pemanenan asparagus sepanjang
tahun. Hal tersebut berbeda dengan tanaman asparagus yang dikembangkan di
negara dengan iklim subtropis (Darmawan, Widyantara, & Agung, 2013).
Pada tahun 2004 Indonesia berperan sebagai negara pengekspor asparagus segar
walaupun dalam jumlah yang tidak besar, yakni hanya 2,118 ton, dengan negara
tujuan adalah Malaysia. (Bandos, de Azc�rraga, Izquierdo, Pic�n, & Varela, 2004).
Sedangkan dilihat dari segi impor Indonesia masih banyak mengimpor asparagus
yang berasal dari lain Jepang, Korea, Cina, Thailand, Australia, New Zeland,
Amerika, Mexico, Perancis, dan Jerman. Peningkatan impor terlihat sangat
signifikan dari 9.235 kg pada tahun 2003 menjadi 94.119 kg pada tahun 2006 (Brown, Heslop, & Ramgoolam, 2008).
Kultivar
asparagus yang ditanam di Indonesia umumnya merupakan kultivar introduksi dari
daerah subtropis, sehingga pertumbuhan dan produksinya di Indonesia kurang
optimal. Indonesia memiliki suhu dan kelembaban yang cukup tinggi sehingga
dapat menyebabkan serangan berbagai penyakit pada tanaman asparagus.
Salah
satu alternatif peningkatan produksi adalah dengan teknik bioremediasi, yaitu
suatu teknologi yang ramah lingkungan, efektif dan ekonomis dengan memanfaatkan
aktivitas mikroba seperti bakteri. Melalui teknnologi ini diharapkan mampu
mempertahankan produksi dan menjaga tanaman dari serangan hama penyakit
asparagus (Udiharto, Rahayu, & Haris, 1995).
Bioremediasi merupakan salah satu teknologi inovatif untuk mengolah kontaminan,
yaitu dengan memanfaatkan mikroba, tanaman, enzim tanaman atau enzim mikroba (Smith & Gunalan, 1996).
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3
bulan dari bulan November 2021 sampai Januari 2022. Penelitian dilakukan di lahan
penanaman asparagus CV Randi Farm Desa Kotayasa, Kabupaten Banyumas, jenis
tanah Alluvial lempung liat dengan ketinggian tempat kurang lebih 900 m dpl.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
tanaman Asparagus yang sudah berproduksi dengan usia 2 tahun varietas UC 800,
Bahan organik yang diperlukan adalah pupuk kandang sapi. Kolam teh kompos,
kapur pertanian, Pupuk kimia buatan antara lain Urea dan NPK, hormon PUJA,
hormone KBN, dan juga diperlukan fungisida Amistartop. Alat yang digunakan terdiri
atas pisau, ember, timbangan digital, kertas dan bulpoint.
Variabel penelitian berfokus pada komponen hasil
dengan memperhitungkan nilai panen tiap hari selama 1 bulan. Variabel nilai
dihitung dengan cara kegiatan panen dilakukan setiap hari, disortir yang masuk
dalam panen diterima pasar, lalu dibersihkan dan disterilkan dengan air ozon.
Setelah itu rebung asparagus dipotong serempak dengan Panjang 28 cm, setelah
semua proses dilakukan baru ditimbang sebagai nilai panen harian.
Data hasil pengamatan dilakukan uji perbandingan
kuantitatif. Selanjutnya dianalisis dengan uji T untuk mengetahui keragamannya
tingkat kesalahan 5% dengan table anova.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 Hasil Panen Sebelum
pemberian biokompos (Kg) |
||||
Hari |
Lahan A |
Lahan B |
Lahan C |
Rerata |
1 |
1,59 |
1,31 |
1,1 |
1,33 |
2 |
2,68 |
1,2 |
0,91 |
1,60 |
3 |
2,79 |
0,98 |
0,87 |
1,55 |
4 |
1,72 |
0,98 |
1,24 |
1,31 |
5 |
2 |
1,27 |
1,07 |
1,45 |
6 |
2,05 |
1,28 |
0,98 |
1,44 |
7 |
2 |
1,48 |
1,3 |
1,59 |
8 |
2,16 |
1,1 |
1,26 |
1,51 |
9 |
1,74 |
1,26 |
0,87 |
1,29 |
10 |
2,17 |
1,09 |
1,11 |
1,46 |
11 |
1,91 |
1,41 |
1,09 |
1,47 |
12 |
1,62 |
1,09 |
1,09 |
1,27 |
13 |
1,82 |
1,15 |
1,44 |
1,47 |
14 |
2,18 |
1,68 |
1,23 |
1,70 |
15 |
2,29 |
1,27 |
1,15 |
1,57 |
Total |
30,72 |
18,55 |
16,71 |
|
Rerata |
2,048 |
1,236667 |
1,114 |
Tabel 2
Hasil Panen Setelah pemberian biokompos (Kg)
Tanggal |
Lahan A |
Lahan B |
Lahan C |
Rerata |
16 |
2,41 |
1,28 |
1,15 |
1,61 |
17 |
1,82 |
1,39 |
1,27 |
1,49 |
18 |
1,99 |
1,41 |
0,89 |
1,43 |
19 |
2,39 |
1,13 |
0,82 |
1,45 |
20 |
1,95 |
1,14 |
0,96 |
1,35 |
21 |
2,5 |
1,09 |
0,97 |
1,52 |
22 |
2,09 |
1,02 |
1,04 |
1,38 |
23 |
1,58 |
0,92 |
0,95 |
1,15 |
24 |
2,51 |
1,2 |
0,77 |
1,49 |
25 |
2,23 |
1,09 |
0,92 |
1,41 |
26 |
1,69 |
0,98 |
0,88 |
1,18 |
27 |
1,72 |
0,93 |
0,79 |
1,15 |
28 |
1,49 |
0,91 |
0,51 |
0,97 |
29 |
2,43 |
0,71 |
0,48 |
1,21 |
30 |
1,99 |
0,68 |
0,63 |
1,10 |
Total |
30,79 |
15,88 |
13,03 |
|
Rerata |
2,052667 |
1,058667 |
0,868667 |
Tabel 3
Uji T
Pemberian Biokompos |
Mean�SD |
t hit |
t tab |
p |
Keterangan |
|
Lahan A |
Sebelum |
2,048 � 0,351 |
-0,034 |
2,145 |
0,973 |
Tidak Berbeda Nyata |
Setelah |
2,053 � 0,346 |
|||||
Lahan B |
Sebelum |
1,237 � 0,189 |
2,022 |
2,145 |
0,063 |
Tidak Berbeda Nyata |
Setelah |
1,059 � 0,215 |
|||||
Lahan C |
Sebelum |
1,114 � 0,164 |
2,942 |
2,145 |
0,011 |
Berbeda Nyata |
|
Setelah |
0,869 � 0,216 |
|
|
|
|
Hasil pengamatan
data dan tabel menunjukkan produktifitas panen asparagus lahan A lebih tinggi�
dibandingkan dengan lahan B dan Lahan
C. Melihat dari� profil karakteristik
tanah lahan A bahwa lahan memiliki ciri-ciri karakteristik tanah lempung liat
dengan aliran irigasi yang selalu tersedia dibandingkan lahan B yang memiliki
ciri lempung berpasir. Selain itu lahan A yang memiliki riwayat bekas lahan
padi sawah memiliki ciri tanah andosol yang lebih baik karena memiliki waktu
penyinaran lebih lama yaitu 8 jam dibandingkan lahan B yang hanya 5 jam �dan lahan C yang hanya 4 jam.
Hasil dari penelitian didapat sebelum perlakuan
pemberian biokompos hasil produksi di lahan A memberikan nilai tertinggi dengan
rata-rata 2,08 kg / hari jika dibandingkan dengan lahan B dengan nilai
rata-rata produksi hasil 1,05 kg/ hari dan lahan C 1,14 kg/hari. Perlakuan
setelah pemberian biokompos didapat hasil pada lahan A masih tertinggi
dibandingkan hasil produksi di lahan lainnya dengan nilai rata-rata 2,02
kg/hari dibandingkan dengan lahan B dengan nilai rata-rata produksi hasil
sebesar 1,05 kg/hari dan lahan C sebesar 0,86 kg/hari.
Hasil dari Uji T pada Tabel 4.3 penelitian hasil
produksi lahan A dan B budidaya asparagus didapat hasil pada perlakuan
biokompos di lahan A dan Lahan B tidak berpengaruh terhadap hasil produksi
asparagus di musim hujan. Pemberian biokompos tidak memberikan peningkatan yang
signifikan terhadap produksi dan cenderung stabil. Pemberian biokompos pada
lahan A dan B tidak memberikan dampak untuk produksi.
Hasil dari Uji T pada Tabel 4.3 penelitian hasil
produksi lahan C budidaya asparagus didapat hasil pada perlakuan biokompos di
lahan C berpengaruh terhadap hasil produksi asparagus di musim hujan. Pemberian
biokompos pada lahan C mengurangi produksi rata-rata harian dan mengalami
penurunan hasil.
Kesimpulan
Produksi rebung asparagus terbaik didapat pada lahan A
dimana karakteristik tanahnya lempung liat dengan daya simpan air lebih banyak
dibandingkan lahan B dan Lahan C.
Perlakuan pemberian biokompos tidak memberikan pengaruh
dan stabil terhadap produksi lahan A dan Lahan B di musim hujan.
Perlakuan pemberian biokompos memberikan pengaruh
penurunan hasil produksi pada lahan C di musim hujan,
Bandos, Igor A., De Azc�rraga, Jos� A., Izquierdo, Jos� M.,
Pic�n, Mois�s, & Varela, Oscar. (2004). Bps Preons, Generalized Holonomies,
And D= 11 Supergravities. Physical Review D, 69(10), 105010. Google Scholar
Brown, Thomas William, Heslop, P. J., & Ramgoolam, S.
(2008). Diagonal Multi-Matrix Correlators And Bps Operators In 𝒩=
4 Sym. Journal Of High Energy Physics, 2008(02), 30. Google Scholar
Darmawan, I. Made Dody, Widyantara, I. Wayan, & Agung,
Dewa Gede. (2013). Kinerja Usahatani Asparagus Di Desa Pelaga, Kecamatan
Petang, Kabupaten Badung. Journal Of Agribusiness And Agritourism,
44954. Google Scholar
Nur, A. M., & Sudjatmiko, D. A. (1994). Kajian
Pendahuluan Konversi Kopi Robusta Ke Arabika Dengan Teknik Penyambungan Di
Lapangan. Pelita Perkebunan, 10, 31�35. Google Scholar
Rubatzky, Vincent E., & Yamaguchi, Mas. (2012). World
Vegetables: Principles, Production, And Nutritive Values. Springer Science
& Business Media. Google Scholar
Smith, M., & Gunalan, S. (1996). The Identification Of
Recovery Candidates Among Financially Distressed Companies.�. Accountability
And Performance, 2(2), 69�91. Google Scholar
Udiharto, M., Rahayu, S. A., & Haris, A. (1995).
Zulkifliani. Peran Bakteri Dalam Degradasi Minyak Dan Pemanfaatannya Dalam
Penanggulangan Minyak Bumi Buangan. Proceedings Diskusi Ilmiah Viii Pptmgb.
Lemigas. Google Scholar
Copyright
holder: Mohammad Jusuf Randi (2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |